METODOLOGI PENELITIAN
3.1 Metode Penelitian
Dalam skripsi ini metode penelitian yang digunakan adalah metode kuantitatif yaitu
True Experimental Design. Menurut Arikunto (2007) penelitian eksperimen merupakan
penelitian yang dimaksudkan untuk mengetahui ada tidaknya akibat dari sesuatu yang
dikenakan pada subjek selidik. Dengan kata lain penelitian eksperimen mencoba meneliti ada
tidaknya hubungan sebab akibat. Caranya adalah dengan membandingkan satu atau lebih
kelompok eksperimen yang diberi perlakuan dengan satu atau lebih kelompok pembanding
yang tidak menerima perlakuan.
Menurut Arikunto (2007) ada beberapa hal yang menjadi persyaratan suatu penelitian
eksperimen dikatakan sebagai True Experimental Design, yaitu:
1. Kondisi-kondisi yang ada disekitar atau yang diperkirakan mempengaruhi subjek yang
digunakan untuk eksperimen seyogianya disingkirkan, sehingga apabila perlakuan
selesai dan ternyata ada perbedaan antara hasil pada kelompok eksperimen dengan
kelompok pembanding maka perbedaan hasil ini merupakan akibat dari adanya
perlakuan.
2. Terdapat kelompok yang tidak diberi perlakuan yang difungsikan sebagai pembanding
bagi kelompok yang diberi perlakuan. Pada akhir eksperimen hasil pada dua kelompok
dibandingkan. Perbedaan hasil akan merupakan efek dari pemberian perlakuan pada
kelompok eksperimen.
3. Sebelum dilaksanakan eksperimen dilakukan kondisi kedua kelompok diusahakan sama
sehingga paparan tentang hasil akhir dapat betul-betul merupakan hasil ada dan tidaknya
perlakuan.
4. Apabila penelitian eksperimen dilakukan terhadap orang, diharapkan bahwa para anggota
kelompok eksperimen maupun kelompok pembanding tidak terpengaruh akan status
mereka sehingga hasil eksperimen tidak terkena Hawthorne effect dan atau John Henry
effect.
Catatan:
a. Hawthorne effect adalah efek sampingan yang disebabkan karena anggota kelompok
eksperimen mengetahui statusnya sehingga hasil akhir tidak semurni yang diharapkan.
b. John Henry effect adalah efek sampingan yang disebabkan karena anggota kelompok
pembanding mengetahui statusnya, sehingga ada upaya ekstra dari mereka untuk
menyamai hasil kelompok eksperimen dan hasil akhir tidak semurni yang diharapkan.
Strategi dan langkah-langkah penelitian eksperimen menurut Arikunto (2007) pada
dasarnya sama dengan strategi dan langkah-langkah penelitian pada umumnya, yaitu:
1.
2.
3.
4.
dimaksud peneliti di sini adalah metode Discovery. Jadi peneliti ingin mengetahui apakah
penggunaan metode Discovery dapat meningkatkan hasil belajar kognitif siswa dalam
pelajaran IPA.
3.2 Populasi, Sampel, Tempat dan Waktu Penelitian
3.2.1 Populasi
Untuk memecahkan suatu permasalahan dalam penelitian, maka mutlak diperlukan
adanya suatu data dan informasi dari obyek yang diteliti. Objek penelitian itu adalah
populasi, dari populasi ini peneliti akan mendapatkan data dan informasi. (Setiadi, 2013:34).
Menurut Sugiyono (2008:117) Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas:
obyek/subyek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh
peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya.
Dari pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa populasi adalah obyek penelitian yang
memiliki karakteristik tertentu yang akan memberikan data dan informasi kepada peneliti
untuk dipelajari dan ditarik kesimpulannya. Populasi dalam penelitian ini adalah siswa-siswi
kelas VIII Sekolah Lilin Harapan Kota Karang.
3.2.2 Sampel
Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi
tersebut. (Sugiyono, 2008:118). Endang Mulyatiningsih dalam Febrinata (2013:9) Sampel
adalah cuplikan atau bagian dari populasi. Dari pendapat tersebut dapat disimpulkan bahwa
sampel adalah bagian dari populasi yang diambil dengan jumlah tertentu. Sampel yang
diambil dalam penelitian ini adalah siswa-siswi kelas VIII A dan VIII B dengan kelas VIII A
sebagai kelas pembanding dan kelas VIII B sebagai kelas eksperimen.
Teknik yang digunakan dalam teknik pengambilan sampel untuk penelitian ini adalah
dengan menggunakan Cluster Sampling. Menurut Sugiyono (2008) teknik Cluster Sampling
digunakan untuk menentukan sampel bila obyek yang diteliti atau sumber data sangat luas.
Namun teknik pengambilan sampel ini juga memperhatikan strata dalam populasi, sehingga
sampel pada penelitian ini diambil dengan menurut strata dalam populasi. Teknik
pengambilan sampel ini digunakan melalui dua tahap, yaitu tahap pertama menentukan
sampel daerah, dan tahap berikutnya menentukan orang-orang yang ada pada daerah itu
secara sampling juga. Teknik ini dapat digambarkan seperti gambar berikut.
Pada pengambilan sampel tahap pertama, kelas VIII A dan kelas VIII B diambil sebagai
sampel berdasarkan rata-rata hasil belajar kognitif mereka pada pelajaran IPA di kelas
sebelumnya. Rata-rata hasil belajar kognitif kedua kelas ini menunjukkan hasil yang hampir
sama, sehingga peneliti memilih kedua kelas ini sebagai sampel penelitian. Pada
pengambilan sampel yang kedua, peneliti hanya mengambil beberapa siswa sebagai sampel
untuk penelitian yang diambil secara acak. Siswa yang menjadi sampel penelitian memiliki
kemampuan yang sama (homogen). Sampel penelitian dapat dilihat dalam tabel berikut.
Tabel 3. 1 Sampel Penelitian
No
1
2
Nama Kelompok
Kelompok Eksperimen
Kelompok Pembanding
Jumlah
Jumlah
20 Siswa
20 Siswa
40 Siswa
Keterangan:
E
O1
O3
O2
O4
Menurut Agustan dalam Setiadi (2013), Tahap-tahap yang akan ditempuh dalam
penelitian ini sesuai dengan metode eksperimen. Pretest-posttest control group design
diantaranya yaitu: 1) Menentukan populasi, 2) Menentukan sampel, 3) Melaksanakan tes
awal (pretest), 4) Memberikan perlakuan (treatment), 5) Melaksanakan tes akhir (posttest), 6)
Menyusun data hasil pretest dan posttest, 7) Mengolah data, 8) Menganalisis data, 9)
Menarik kesimpulan.
Langkah-langkah tersebut dapat digambarkan seperti pada gambar berikut:
Populasi
Sampel
Kelompok
Kelompok
Eksperimen (Metode
Pembanding
Discovery)(Metode Ceramah)
Kesimpulan
Gambar 3. 3 Langkah-langkah Penelitian
Buang
Ya
Perbaik
Reliabel?
Uji Coba Terhadap Obyek
Valid?
Uji Tingkat Kesukaran, Daya
Pembeda Soal, dan Analisis
Distraktor
Uji Relibilitas
Validitas
Selesai Soal
Soal
TidakUji
Perbaikan Instrumen
3.4.2
Uji Validitas
Instrumen yang valid berarti alat ukur yang digunakan untuk mendapatkan data
(mengukur) itu valid. Valid berarti instrumen tersebut dapat digunakan untuk mengukur apa
yang seharusnya diukur (Sugiyono, 2008, hal. 173). Arikunto (2007, hal. 167) juga
mengatakan bahwa Validitas adalah keadaan yang menggambarkan tingkat instrumen yang
bersangkutan mampu mengukur apa yang akan diukur.
Berdasarkan pendapat kedua ahli di atas, maka dapat disimpulkan bahwa uji validitas
memiliki tujuan untuk menguji valid atau tidaknya sebuah instrumen penelitian. Pada
penelitian ini cara yang digunakan peneliti untuk menghitung validitas instrumen adalah
dengan menghitung koefisien validitas menggunakan rumus Korelasi Product Momen yang
dinyatakan sebagai berikut:
Tingkat Hubungan
Sangat Rendah
Rendah
Sedang
Kuat
Sangat Kuat
Setelah koefisien korelasi (r) diketahui, kemudian dilanjutkan dengan taraf signifikansi
koralasi dengan menggunakan rumus uji t sebagai berikut:
= Nilai t hitung
= Validitas tes
Kriterianya adalah jika thitung ttabel maka koefisien item soal tersebut valid dan jika
thitung< ttabel
Tingkat Hubungan
Sangat Rendah
Rendah
Cukup
Tinggi
Sangat Tinggi
= Tingkat Kesukaran
Untuk menentukan apakah soal tersebut dikatakan baik atau tidak baik sehingga perlu
direvisi, digunakan kriteria seperti ditunjukkan pada tabel berikut:
Rentang Nilai Tingkat Kesukaran
0,70 TK 1,00
0,30 TK 0,70
0,00 TK 0,30
Tabel 3. 4 Kriteria Tingkat Kesukaran
Klasifikasi
Mudah
Sedang
Sukar
BA
BB
JA
JB
PA
PB
Klasifikasi
Tidak Baik (dibuang)
Jelek
Cukup
Baik
Baik Sekali
3.
Bibliography
Febrinata, T. (2014). Perbandingan penerapan media trainer mini kit 32 dan
software proteus pada mata pelajaran mikrokontroler kelas XII elektronika
industri SMA negeri 1 batam. Bandung: Universitas Pendidikan Indonesia.
Setiadi, H. (2013). Pengaruh Pendekatan Taktis Terhadap Hasil Belajar Lay Up Shoot
Dalam Permainan Bola Basket. Bandung: Universitas Pendidikan Indonesia.