dibuat hanya berdasarkan acuan atau standar dari pemerintah, tidak melihat
kebutuhan anak yang sesungguhnya. Penyebab ketiga adalah karena
kebingungan. Hal ini terjadi karena apa yang diterima dan dipahami anak di
sekolah tidak relevan dan tidak sesuai dengan keadaan yang sebenarnya
sehingga anak tidak mampu menerapkan apa yang didapat dan diperoleh dari
sekolah untuk hidup.
Selain dari itu, sistem pendidikan formal tersebut banyak anak mendapatkan
pengalaman kurang menyenangkan selama sekolah. Sebut saja kasus bullying,
bentakan, dan kekerasan dari guru bahkan pemasungan kreativitas. Belum lagi
penyeragaman kemampuan anak yang sebenarnya berbeda-beda, dengan kata
lain kegiatan belajar mengajar selama ini diselenggarakan bukan menjadikan
kurikulum itu untuk anak tetapi sebaliknya, anak untuk kurikulum. Akibatnya,
terjadilah kegiatan belajar yang memaksa anak untuk menyesuaikan kurikulum.3
Homeschooling bukanlah hal baru di Indonesia, bangsa Indonesia sudah
lama mengenal sistem pendidikan ini, sebelum sistem pendidikan Belanda hadir,
di pesantren-pesantren misalnya, banyak para kyai, buya, dan tuan guru secara
khusus mendidik anak-anaknya di rumah, para raja, bangsawan zaman dahulu
mereka lebih suka mendidik anak-anaknya secara pribadi di rumah dari pada
mempercayakan pendidikannya kepada orang lain.4
Berkenaan dengan hal tersebut di atas penulis mencoba untuk mengkaji
secara mendalam terhadap masalah tersebut, bisakah konsep homeschooling
menjadi alternatif pendidikan bagi anak dan orangtua di Indonesia.
B; Rumusan Masalah
1; Apa definisi pendidikan alternatif ?
2; Bagaimana konsep pendidikan homeschooling?
3; Bagaimana kebijakan politik pemerintah terhadap homeschooling?
BAB II
PEMBAHASAN
A; Definisi Pendidikan Alternatif
mewujudkan suanana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara
aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual
keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta
keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara.5
Pengertian pendidikan alternatif adalah meliputi sejumlah besar cara
pemberdayaan peserta didik yang dilakukan berbeda dengan cara yang
konvensional. Meskipun caranya berbeda, namun semua pola pendidikan
alternatif memiliki tiga kesamaan, yaitu: 1) pendekatannya yang lebih bersifat
individual, 2) memberikan perhatian lebih kepada peserta didik, orangtua dan
para pendidik, 3) dikembangkan berdasarkan kebutuhan dan kondisi lingkungan.
Beberapa pertimbangan dalam pemilihan pendidikan alternatif meliputi
sejumlah pertimbangan, yaitu: pertama, pertimbangan ontologis dengan
sejumlah postulat, 1) bahwa manusia dilahirkan berbeda-beda, 2) manusia
mempunyai kemampuan untuk belajar dan mengembangkan diri, 3) manusia
berkembanga sesuai dengan potensi genetikanya dan lingkungan yang
mempengaruhinya, 4) manusia memiliki keluwesan dan kemampuan untuk
mengubah dan membentuk kepribadiannya. Dengan serangkaian postulat
tersebut maka pendidikan alternatif adalah memberikan kemungkinan
pendidikan yang sesuai dengan perbedaan kemampuan dan kondisi manusia
yang bersangkutan. Kedua, pertimbangan epistemologis pendidikan alternatif
atau bagaimana pendidikan dapat diselenggarakan, hal ini dapat ditelusuri jauh
ke belakang, bahwa orangtua dahulu memberikan pembelajaran secara langsung
kepada anak-anaknya dengan nyata. Ketiga, pertimbangan aksiologis atau azaz
kebermanfaatan pendidikan alternatif, pertama-tama diajukan ditujukan kepada
peserta didik yaitu agar mereka dapat dimungkinkan mengikuti pendidikan
sesuai dengan kondisi dan kebutuhan mereka.6
Dalam sistem pendidikan alternatif ini pengelola pendidikan dan terutama
pendidik sebaiknya memandang para murid sebagai kumpulan individu yang
khas dan unik, sehingga dalam proses pembelajarannya bisa diarahkan sesuai
dengan potensi masing-masing individu.
B; Konsep Pendidikan Homeschooling
5 Akhmad Muhaimin Azzet, Pendidikan yang Membebaskan (Yogyakarta: Ar-Ruzz Media, 2011),
hal. 9.
6 Yusufhadi Miarso, Pendidikan Alternatif Sebuah Agenda Reformasi
http://directory.umm.ac.id/SIP/Pendidikan-alternatif-sebuah-agenda-reformasi.1, hal 3, diakses 24
Nopember 2013.
lama. Saat anak mulai memasuki usia sekolah dasar, orangtua lebih banyak
mengandalkan sistem sekolah umum untuk perkembangan pendidikan
anaknya.
Jadi pendidikan ini bukanlah sesuatu yang baru. Sebelum ada sistem
pendidikan modern (sekolah) sebagaimana yang dikenal saat ini, pendidikan
dilakukan dengan berbasis rumah. Bahkan sejak jaman Rasulullah sudah
ada pendidikan berbasis rumah ini, yaitu di rumah Arqam bin Abi Arqam.
Ketika awal dari kenabian rasulullah dalam rangka menyampaikan risalah
kenabiannya, yang dalam perjalanannya dikenal sebagai kuttab. Dalam
perjalanannya juga ketika masa-masa dinasti Islam para khalifah atau
bangsawan zaman dulu biasanya mengundang guru-guru privat untuk
mengajar anak-anak mereka.
Homeschooling sebagai pembelajaran yang tidak berlangsung di
sekolah formal atau informal bahkan bisa dikatakan otodidak dilakukan oleh
orangtua di rumah. Maka sekolah rumah sudah bukan lagi sesuatu yang
baru. Banyak tokoh-tokoh sejarah Indonesia yang sudah mempraktekkan
homeschooling seperti KH. Agus Salim, Ki Hajar Dewantara, dan Buya
Hamka.10
Homeschooling ini semakin menjadi perhatian dalam akhir-akhir ini.
Hal ini disebabkan antara lain karena banyaknya orangtua merasakan bahwa
suasana pembelajaran di banyak sekolah sering kurang mengedepankan
kepentingan terbaik bagi anak. Akhirnya banyak anak yang stress dan
kehilangan kreativitas alamiahnya. Sampai-sampai anak kehilangan potensi
terbaik yang ada pada dirinya.
Melihat gambaran di atas, mulai berkembang berbagai gagasan dari
para pendidik, bagaimana cara menciptakan sekolah yang menyenangkan
sekaligus mencerdaskan anak. Lalu memunculkan berbagai macam sekolah
alternatif salah satunya adalah homeschooling alias persekolahan di rumah.
Saat ini, masyarakat mulai banyak meminati homeschooling sebagai
sarana pengembangan pendidikan bagi anak-anaknya. Homeschooling atau
sekolah rumah merupakan sistem pendidikan yang dilakukan di rumah dan
merupakan sebuah sekolah alternatif yang menempatkan anak-anak sebagai
subjek dengan pendekatan pendidikan secara at home.
10 Jamal Maruf Asmani, Buku Pintar Homeschooling (Yogyakarta: Flash Books, 2012), hal. 55.
10
c;
d;
e;
f;
11
b;
c;
12
Ada hal yang perlu diketahui oleh setiap orangtua yang akan memilih
pendidikan homeschooling bagi anaknya. Setiap sistem pendidikan memiliki
kelebihan dan kekurangan, begitu juga sistem pendidikan homeschooling.
Kelebihan dan kekurangan yang dapat menjadi pertimbangan matang bagi
orangtua untuk memilih homeschooling bagi pendidikan anaknya, antara
lain sebagai berikut:
1; Kelebihan homeschooling
a; Sesuai kebutuhan anak
b; Lebih memberi peluang untuk kemandirian dan kreatifitas individual
yang tidak didapatkan dalam model sekolah umum.
c; Anak-anak menjadi subjek bukan objek.
d; Materi pelajarannya sangat luas dan tidak hanya seperti kurikulum
yang ditetapkan pemerintah
e; Peran orangtua menjadi sangat penting dan harus dominan
f; Fleksible dalam penyelenggaraan pembelajaran
g; Menanamkan visi masa depan
h; Biaya pendidikan dapat menyesuaikan dengan keadaan orangtua
2; Kekurangan homeschooling
a; Sosialiasi dengan teman sebaya lebih terbatas dibanding sekolah
formal
b; Butuh komitmen dan keterlibatan tinggi dari orangtua
c; Ada resiko kurangnya kemampuan bekerja dalam tim (team work),
organisasi dan kepemimpinan.
d; Perlindungan
orangtua dapat memberikan efek samping
ketidakmampuan menyelesaikan situasi sosial dan masalah yang
kompleks yang tidak terprediksi.30
C; Kebijakan politik terhadap pendidikan homeschooling
Berbicara kebijakan politik, maka berbicara tentang legalitas serta
kebijakan yang menyertainya. Legalitas selalu jadi masalah serius di negeri ini.
Sesuatu yang tidak legal maka akan selalu dikucilkan atau bahkan tidak diakui
keberadaanya. Maka dari itu seluruh bentuk kegiatan, lembaga maupun instansi
wajib memiliki legalitas dari pemerintah. Begitu juga homeshooling, tanpa
legalitas dari pemerintah, masyarakat tentunya tidak akan percaya pada
pendidikan yang disebut berbasis rumah ini.
30 Ibid., hal. 121.
13
14
BAB III
PENUTUP
15
A; Kesimpulan
Tentunya apa yang telah dihasilkan dari penulisan ini terdapat banyak
kesalahan, kekurangan, sehingga saran, masukan dan kritikan sangat diharapkan
demi kemepurnaan dari tulisan ini.
Daftar Pustaka
Asmani, Jamal Maruf, Buku Pintar Homeschooling, Yogyakarta: Flash Books,
2012.
Azzet, Akhmad Muhaimin, Pendidikan yang Membebaskan, Yogyakarta: ArRuzz Media, 2011.
16
17