Untuk mengetahui perkembangan sampai di mana hasil yang telah dicapai oleh
seseorang dalam belajar, maka harus dilakukan evaluasi. Untuk menentukan
kemajuan yang dicapai maka harus ada kriteria (patokan) yang mengacu pada
tujuan yang telah ditentukan sehingga dapat diketahui seberapa besar pengaruh
strategi belajar mengajar terhadap keberhasilan belajar siswa. Hasil belajar
siswa menurut W. Winkel (dalam buku Psikologi Pengajaran 1989:82) adalah
keberhasilan yang dicapai oleh siswa, yakni prestasi belajar siswa di sekolah
yang mewujudkan dalam bentuk angka.
Menurut
Winarno
Surakhmad
(dalam
buku, Interaksi
Belajar
Mengajar, (Bandung: Jemmars, 1980:25) hasil belajar siswa bagi kebanyakan
orang berarti ulangan, ujian atau tes. Maksud ulangan tersebut ialah untuk
memperoleh suatu indek dalam menentukan keberhasilan siswa.
Dari definisi di atas, maka dapat diambil kesimpulan bahwa hasil belajar adalah
prestasi belajar yang dicapai siswa dalam proses kegiatan belajar mengajar
dengan membawa suatu perubahan dan pembentukan tingkah laku seseorang.
Untuk menyatakan bahwa suatu proses belajar dapat dikatakan berhasil, setiap
guru memiliki pandangan masing-masing sejalan dengan filsafatnya. Namun
untuk menyamakan persepsi sebaiknya kita berpedoman pada kurikulum yang
berlaku saat ini yang telah disempurnakan, antara lain bahwa suatu proses
belajar mengajar tentang suatu bahan pembelajaran dinyatakan berhasil apabila
tujuan pembelajaran khususnya dapat dicapai.
Untuk mengetahui tercapai tidaknya tujuan pembelajaran khusus, guru perlu
mengadakan tes formatif pada setiap menyajikan suatu bahasan kepada siswa.
Penilaian formatif ini untuk mengetahui sejauh mana siswa telah menguasai
tujuan pembelajaran khusus yang ingin dicapai. Fungsi penelitian ini adalah
untuk memberikan umpan balik pada guru dalam rangka memperbaiki proses
belajar mengajar dan melaksanakan program remedial bagi siswa yang belum
berhasil. Karena itulah, suatu proses belajar mengajar dinyatakan berhasil
apabila hasilnya memenuhi tujuan pembelajaran khusus dari bahan tersebut.
4.
Penilaian Hasil Belajar
Menurut Syaiful Bahri Djamarah dan Aswan Zain (hal 120-121) mengungkapkan,
bahwa untuk mengukur dan mengevaluasi hasil belajar siswa tersebut dapat
dilakukan melalui tes prestasi belajar. Berdasarkan tujuan dan ruang lingkunya,
tes prestasi belajar dapat digolongkan ke dalam jenis penilaian, sebagai berikut:
a. Tes Formatif, penilaian ini dapat mengukur satu atau beberapa pokok
bahasan tertentu dan tujuan untuk memperoleh gambaran tentang daya serap
siswa terhadap pokok bahasan tersebut. Hasil tes ini dimanfaatkan untuk
memperbaiki proses belajar mengajar dalam waktu tertentu.
b. Tes Subsumatif, tes ini meliputi sejumlah bahan pengajaran tertentu yang
telah diajarkan dalam waktu tertentu. Tujuannya adalah untuk memperoleh
gambaran daya serap siswa untuk meningkatkan tingkat prestasi belajar
atau hasil belajar siswa. Hasil tes subsumatif ini dimanfaatkan untuk
memperbaiki proses belajar mengajar dan diperhitungkan dalam menentukan
nilai rapor.
c.
Tes Sumatif, tes ini diadakan untuk mengukur daya serap siswa terhadap
bahan pokok-pokok bahasan yang telah diajarkan selama satu semester, satu
atau dua bahan pelajaran. Tujuannya adalah untuk menetapkan tarap atau
tingkat keberhasilan belajar siswa dalam satu periode belajar tertentu. Hasil dari
tes sumatif ini dimanfaatkan untuk kenaikan kelas, menyusun peringkat
(rangking) atau sebagai ukuran mutu sekolah.
Belajar adalah aktifitas mental atau psikhis yang terjadi karena adanya interaksi
aktif antara ndividu dengan lingkungannya yang menghasilkan perubahanperubahan yang bersifat relativ tetap dalam aspek-aspek : kognitif, psikomotor
dan afektif. Perubahan tersebut dapat berubah sesuatu yang sama sekali baru
atau penyempurnaan / peningkatan dari hasil belajar yang telah di peroleh
sebelumnya.
Menurut Slavin dalam Catharina Tri Anni (2004), belajar merupakan proses
perolehan kemampuan yang berasal dari pengalaman. Menurut Gagne dalam
Catharina Tri Anni (2004), belajar merupakan sebuah sistem yang didalamnya
terdapat berbagai unsur yang saling terkait sehingga menghasilkan perubahan
perilaku.
Sedangkan menurut Bell-Gredler dalam Udin S. Winataputra (2008) pengertian
belajar adalah proses yang dilakukan oleh manusia untuk mendapatkan aneka
ragam competencies, skills, and attitude. Kemampuan (competencies),
keterampilan (skills), dan sikap (attitude) tersebut diperoleh secara bertahap dan
berkelanjutan mulai dari masa bayi sampai masa tua melalui rangkaian proses
belajar sepanjang hayat.
Sedikit berbeda dengan belajar, pembelajaran adalah upaya yang dilakukan
untuk membantu seseorang atau sekelompok orang sedemikian rupa dengan
maksud supaya di samping tercipta proses belajar juga sekaligus supaya proses
belajar menjadi lebih efesien dan efektif.
1.
2.
3.
4.
5.
6.
Ranah Kognitif
Tujuan kognitif adalah tujuan yang lebih banyak berkenaan dengan perilaku
dalam aspek berfikir atau intelektual. Ada enam tingkatan dalam domain kognitif,
antara lain :
Pengetahuan atau ingatan yang mengacu pada kemampuan mengenal atau
mengingat materi yang sudah dipelajari.
Pemahaman, mencakup kemampuan untuk menangkap makna dari arti bahan
(materi) yang dipelajari.
Penerapan atau aplikasi, mencakup kemampuan untuk menarapkan suatu
kaidah atau metode bekerja pada suatu kasus atau problem yang konkrit.
Analisis, mencakup kemampuan untuk merinci suatu kesatuan kedalam bagianbagian, sehingga struktur keseluruhannya atau organisasinya dapat dipahami
dengan baik.
Sintesis, mencakup kemampuan untuk membentuk suatu kesatuan atau pola
baru. Bagian-bagian dihubungkan satu sama lain sehingga tercipta suatu bentuk
baru.
Evaluasi, mengacu pada kemampuan memberikan pertumbuhan/penilaian
terhadap gejala atau peristiwa berdasarkan norma.
Ranah Afektif
Berkenaan dengan watak perilaku seperti keterampilan dan kemampuan
bertindak setelah seseorang menerima pengalaman tertentu. Ranah afektif juga
berkenaan dengan sikap dan nilai, yaitu tujuan-tujuan yang banyak berkenaan
aspek perasaan, nilai, sikap dan minat perilaku siswa. Tipe hasil belajar afektif
tampak pada siswa dalam berbagai tingkah laku seperti perhatian siswa, disiplin
dan motivasi dalam pembelajaran.
1.
2.
3.
4.
5.
1.
2.
3.
4.
5.
adalah untuk memberikan umpan balik pada guru dalam rangka memperbaiki
proses belajar mengajar dan melaksanakan program remedial bagi siswa yang
belum berhasil. Karena itulah, suatu proses belajar mengajar dinyatakan berhasil
apabila hasilnya memenuhi tujuan intruksional khusus dari bahan tersebut.
Indikator Hasil Belajar
Beberapa kriteria yang menjadi petunjuk bahwa suatu proses belajar mengajar
itu dianggap berhasil, adalah apabila:
1. Daya serap terhadap bahan pengajaran yang diajarkan mencapai prestasi tinggi,
baik secara individual maupun kelompok.
2. Perilaku yang digariskan dalam tujuan intruksional khusus (TIK) telah dicapai
oleh siswa, baik secara individual maupun kelompok.
Namun demikian, menurut Syaiful Bahri Djamarah dan Aswan Zain (dalam buku
Strategi Belajar Mengajar 2002:120) indikator yang banyak dipakai sebagai tolak
ukur keberhasilan adalah daya serap.
Faktor yang Mempengaruhi Hasil Belajar
Hasil belajar di sekolah merupakan salah satu ukuran terhadap penguasaan
materi pelajaran yang disampaikan. Peran guru dalam menyampaikan materi
pelajaran dapat mempengaruhi keberhasilan belajar siswa. Faktor-faktor yang
mempengaruhi keberhasilan belajar siswa penting sekali untuk diketahui, artinya
dalam rangka membantu siswa mencapai hasil belajar yang seoptimal mungkin.
Hasil belajar siswa dipengaruhi oleh dua faktor utama, yakni faktor dari dalam diri
siswa dan faktor yang datang dari luar diri siswa, terutama kamampuan yang
dimilikinya. Faktor kemampuan siswa besar sekali pengaruhnya terhadap
keberhasilan belajar siswa yang dicapai.
Di samping faktor kemampuan yang dimiliki oleh siswa, juga ada faktor lain
seperti motivasi belajar, ketekunan, sosial ekonomi, faktor fisik dan psikis.
Adapun pengaruh dari dalam diri siswa, merupakan hal yang logis dan wajar,
sebab hakekat perbuatan belajar adalah perubahan tingkah laku individu yang
diniati dan disadarinya, siswa harus merasakan adanya suatu kebutuhan untuk
belajar dan berprestasi. Ia harus mengerahkan daya dan upaya untuk
mencapainya.
Namun demikian, hasil belajar yang dapat diraih masih juga bergantung dari
lingkungan, artinya ada faktor-faktor yang berada di luar dirinya yang dapat
menentukan dan mempengaruhi hasil belajar yang dicapai. Salah satu
lingkungan pelajaran yang dominan mempengaruhi keberhasilan belajar di
sekolah adalah kualitas pengajaran. Yang dimaksud dengan kualitas pengajaran
ialah tinggi rendahnya atau pun efektif tidaknya proses belajar mengajar dalam