Anda di halaman 1dari 20

UPAYA MENINGKATKAN MINAT DAN KEMAMPUAN MEMBACA

AL-QURAN MELALUI MULTIMEDIA INTERAKTIF


MACROMEDIA FLASH
(Penelitian Tindakan Kelas Pada Bidang Studi Al-Quran Hadits di Kelas VII MTs.
Al-Jihad Pangalengan)

USULAN RENCANA PENELITIAN (PROPOSAL)


PENELITIAN TINDAKAN KELAS
Diajukan Sebagai Tugas Ujian Akhir Semester (UAS)
Mata Kuliah Penelitian Tindakan Kelas

Oleh:
IWAN DARMAWAN
NIM. 1210202091

BANDUNG
2013

A. Pendahuluan (Latar Belakang Masalah)


Al-Quran adalah kalam Allah yang disampaikan oleh malaikat Jibril
kepada Nabi Muhammad Saw. sebagai pedoman hidup bagi seluruh manusia agar
bisa selamat di dunia maupun akhirat. Al-Quran merupakan mukjizat terbesar
yang diberikan Allah kepada Nabi Muhammad Saw. dan bagi orang yang
membacanya akan mendapatkan pahala ibadah.
Dr. H. Muhammad Suma, MA, SH. dalam Tafsir Ahkam I mengatakan
bahwa: Betapapun awamnya seorang muslim dan muslimat, niscaya mereka tahu
dan harus tahu bahwa al-Quran al-Karim (yang terdiri atas 30 juz, 114 surat, 6000
ayat lebih, 77.349 kalimat dan lebih dari 323.000 huruf) itu adalah sumber utama
dan pertama agama Islam. Secara garis besar, al-Quran berisikan tentang aqidah
(keimanan), akhlak, janji baik dan ancaman buruk (waad dan waid), kisah atau
sejarah, syariat (hukum), ilmu pengetahuan dan teknologi dan lain-lain
(Muhammad A. Summa; 1997: 1).
Setiap mumin yakin, bahwa membaca al-Quran saja, sudah termasuk
amal yang sangat mulia dan akan mendapat pahala yang berlipat ganda, sebab alQuran adalah sebaik-baik bacaan bagi orang mumin baik dikala senang maupun
dikala susah, dikala gembira atau sedih. Terlebih membaca al-Quran itu bukan
saja menjadi amal dan ibadah, tetapi juga menjadi obat dan penawar bagi orang
yang gelisah jiwanya. Namun pada kenyataannya masih banyak muslim yang
tidak mampu membaca al-Quran dengan baik bahkan tidak mampu membaca
sama sekali. Ini sangat miris dan riskan bagi generasi Islam selanjutnya.
(Masalah: Fenomena di Kelas)
Dan itu pun terjadi pada siswa kelas VII Mts. Al-Jihad Pangalengan yang
seharusnya sudah bisa dan lancar membaca al-Quran, karena pada jenjang
Sekolah Dasar pasti sudah dipelajari dasar-dasarnya yang seharusnya pada tingkat
SMP tinggal mendalami dan mengembangkannya. Di antara penyebabnya diduga
karena tidak semua siswa seusia SMP atau sebelumnya rajin mengaji atau aktif di
Madrasah Diniyah. Pada segi lain sering ditemukan kenyataan siswa yang terlihat
malas dan tidak bersemangat jika belajar al-Quran. Kurangnya minat itu terlihat
dari tidak ada gairah dan antusias jika disuruh membaca al-Quran, masih banyak
yang acuh hanya diam saja, ada yang bercanda, bahkan ada yang mengobrol. Dan

ketika disuruh seorang-seorang masih banyak yang jauh dari kaidah membaca alQuran yang benar.
Ketiga permasalahan tersebut tidak bisa dipecahkan secara sekaligus,
namun harus bertahap mulai dari tumbuhnya minat siswa untuk belajar al-Quran,
penguasaan dasar-dasar membaca al-Quran seperti penguasaan huruf-huruf
hijaiyah dan kemudian penerapan hukum-hukum (tajwid) membaca al-Quran.
(Identifikasi Masalah)
Fenomena seperti dikemukakan di atas membuat penulis sebagai calon
pendidik khususnya pada bidang studi PAI menjadi resah dan berusaha mencari
solusi yang efektif untuk mengatasinya. Dari kenyataan tersebut teridentifikasi
tiga masalah yang muncul, yaitu: 1) rendahnya minat; 2) rendahnya kemampuan
menguasai dasar-dasar al-Quran; 3) rendahnya kemampuan menguasai hukumhukum membaca al-Quran. Setelah direnungkan dan dikaji berdasarkan teori
yang ada, maka ditemukan beberapa faktor penyebab yang berhasil diidentifikasi,
diantaranya: 1) metode dan media belajar kurang menarik dalam menumbuhkan
minat siswa; 2) diduga metode yang digunakan dan suasana pembelajaran kurang
menyebabkan daya hafal siswa meningkat; 3) teknik belajar yang diterapkan
belum efektif mempercepat penerapan hukum-hukum membaca al-Quran. Sejalan
dengan itu, maka terdapat beberapa alternatif solusi yang diperlukan, diantaranya:
1) diperlukan metode dan media baru yang dapat menumbuhkan minat belajar; 2)
diperlukan metode atau teknik yang dapat meningkatkan kemampuan hafalan, dan
3) diperlukan teknik atau alat yang dapat memudahkan penerapan hukum-hukum
membaca al-Quran.
(Teori Sebagai Argumen Tindakan Pemecahan)
Menurut teori, belajar akan lebih berhasil bila situasinya menyenangkan
(Sagala; 2006: 100). Proses belajar akan lebih baik jika siswa memiliki minat
terhadap kegiatan belajar (Sutikno; 2009: 16). Belajar hafalan dapat lebih baik
hasilnya, jika disertai minat, sebab minat seperti menurut Kurt Singer, adalah
suatu landasan yang paling meyakinkan untuk keberhasilan suatu proses belajar.
Menurutnya lagi, jika siswa merasa ingin belajar, ia akan cepat mengerti dan
mengingatnya (Singer; 1987: 78). Edgar Dale yang terkenal dengan Kerucut
Pengalaman (Cone of Experience) mengemukakan bahwa kemampuan manusia
2

memperoleh ilmu pengetahuan atau pengalaman belajar seseorang diperoleh dari


indera lihat sebanyak 75%, 13% melalui indera dengar, dan selebihnya melalui
indera lainnya. Gabungan dari berbagai media yang ada pada multimedia
memanfaatkan gabungan dari indera pada manusia untuk pencapaian suatu
kompetensi dan tingkat pemahaman peserta didik.
Multimedia merupakan proses komunikasi interaktif berasaskan teknologi
komputer yang menggabungkan penggunaan berbagai unsur media digital seperti
teks, audio, grafik, animasi dan video untuk menyampaikan maklumat.
Multimedia adalah kata gabungan yang merujuk banyak dan keberagaman alat
atau perantara komunikasi. Multimedia juga boleh merujuk kepada penggunaan
teknologi

komputer

untuk

menciptakan,

menyimpan

dan

menggunakan

kandungan multimedia.
(Rencana Tindakan Pemecahan)
Atas dasar teori di atas, maka untuk pembelajaran Al-Quran Hadits di
Semester I Kelas VII MTs. Al-Jihad Pangalengan dirancang suatu upaya untuk
meningkatkan minat belajar siswa dan kemampuan membaca al-Quran dengan
menggunakan Multimedia Interaktif Macromedia Flash. Untuk memastikan
proses dan keberhasilannya, akan diteliti melalui kegiatan Penelitian Tindakan
Kelas dengan judul:
UPAYA MENINGKATKAN MINAT DAN KEMAMPUAN MEMBACA ALQURAN MELALUI MULTIMEDIA INTERAKTIF MACROMEDIA FLASH
(Penelitian Tindakan Kelas Pada Mata Pelajaran Al-Quran Hadits di Kelas VII
MTs. Al-Jihad Pangalengan)
B. Perumusan Masalah
Masalah yang menjadi fokus utama penelitian ini adalah: adakah proses
belajar melalui Multimedia Interaktif Macromedia Flash dapat meningkatkan
minat belajar dan kemampuan membaca al-Quran siswa kelas VII MTs. AlJihad?
Sejalan dengan fokus rumusan masalah penelitian tersebut, dan sejalan
dengan model penelitian kualitatif yang dipilih, secara lebih rinci diajukan
pertanyaan penelitian sebagai berikut:

1. Bagaimana setting (latar alamiah) kelas VII MTs. Al-Jihad Pangalengan


saat

pembelajaran

dengan

menggunakan

Multimedia

Interaktif

Macromedia Flash?
2. Bagaimana tingkat ketepatan proses pembelajaran dengan Multimedia
Interaktif Macromedia Flash pada pembelajaran Al-Quran Hadits di kelas
VII MTs. Al-Jihad Pangalengan?
3. Bagaimana kepastian hasil peningkatan minat dan kemampuan membaca
al-Quran siswa setelah pembelajaran melalui Multimedia Interaktif
Macromedia Flash?
C. Tujuan Penelitian
Sejalan dengan pertanyaan penelitian di atas, maka penelitian ini bertujuan
untuk:
1. Memastikan bahwa setting kelas VII MTs. Al-Jihad Pangalengan
kondusif pada saat pelaksanaan pembelajaran melalui Multimedia
Interaktif Macromedia Flash;
2. Memastikan bahwa proses pembelajaran dengan Multimedia Interaktif
Macromedia Flash di kelas VII MTs. Al-Jihad Pangalengan berjalan
tepat sesuai dengan teori;
3. Memastikan terdapat peningkatan minat belajar dan kemampuan
membaca al-Quran siswa kelas VII MTs. Al-Jihad Pangalengan.
D. Manfaat Penelitian:
1.

Manfaat teoritis:

a. Hasil Penelitian ini diharapkan dapat meningkatkan profesionalisme


guru dalam proses pembelajaran;
b. Dengan dilakukannya Penelitian

Tindakan

Kelas

semakin

menumbuhkan proses kreatif dan inovasi pembelajaran, khususnya


dalam pembelajaran Al-Quran Hadits.

2.

Manfaat praktis:

a. Hasil penelitian ini diharapkan dapat meningkatkan minat dan hasil


belajar siswa, dalam bidang studi Al-Quran Hadits, khususnya
kemampuan membaca al-Quran;
b. Hasil penelitian diharapkan dapat menambah kepastian dan keyakinan
guru bahwa media yang digunakan dilakukan dengan proses yang
benar dan hasil yang baik.
E. Kajian Pustaka (Kerangka Pemikiran)
1. Multimedia Interaktif Macromedia Flash; kelebihan media, dan Syntaxnya: (konsep X)
a. Multimedia adalah media yang menggabungkan dua unsur atau lebih
media yang terdiri dari teks, grafis, gambar, foto, audio, video dan
animasi secara terintegrasi. Multimedia terbagi menjadi dua kategori,
yaitu:
1) Multimedia linier; yaitu multimedia yang tidak dilengkapi dengan
alat pengontrol apapun yang dapat dioperasikan oleh pengguna.
Multimedia ini berjalan sekuensial (berurutan), contohnya: TV dan
film.
2) Multimedia interaktif adalah suatu multimedia yang dilengkapi
dengan alat pengontrol yang dapat dioperasikan oleh pengguna,
sehingga pengguna dapat memilih apa yang dikehendaki untuk
proses selanjutnya.
b. Macromedia Flash adalah program aplikasi yang bisa digunakan untuk
membuat sebuah animasi sederhana sampai sebuah aplikasi web
interaktif yang kompleks, seperti sebuah toko online. Dapat membuat
media aplikasi Flash yang diperkaya dengan gambar atau foto, sound,
dan video. Flash memiliki banyak fitur yang membuatnya powerful
tapi mudah digunakan, seperti komponen user interface yang
draganddrop, ActionScript untuk membuat aplikasi menjadi interaktif,
dan efek-efek khusus yang dapat ditambahkan ke obyek.
c. Langkah-langkah (Syntax) penggunaan Macromedia Flash dalam
pembelajaran:

1) Peneliti menyiapkan bahan berupa software macromedia flash yang


sudah dimasukkan materi pembelajaran, laptop dan proyektor yang
nantinya digunakan di kelas;
2) Peneliti menata ruangan sedemikian rupa (agar siswa terfokus
terhadap media yang disajikan oleh guru);
3) Peneliti melakukan penilaian, penyimpulan, memberi masukan dan
menutup pelajaran.
2. Pengertian, faktor yang mempengaruhi, dan indikator Minat (konsep Y.1):
a

Minat adalah kecenderungan yang tetap untuk memperhatikan dan


mengenang sesuatu. Dalam pengertian lain minat didefinisikan sebagai
suatu rasa lebih suka dan rasa keterikatan pada suatu hal atau aktivitas
tanpa ada yang menyuruh (Sutikno; 2009: 16). Menurut Moh. Surya
minat yaitu seberapa besar individu merasa suka atau tidak suka

kepada suatu rangsangan (Surya; 2004: 71).


Minat dapat dipelajari dan ditumbuhkan dengan menciptakan
pembelajaran menjadi menarik, menyenangkan dan memuaskan

(Singer; 1987: 78).


Minat merupakan landasan pokok untuk keberhasilan suatu proses
belajar; jika seorang murid memiliki minat, rasa ingin belajar, maka
akan cepat mengerti dan mengingatnya (hafal) (Singer; 1987: 78). Hal
tersebut didasarkannya pada pernyataan terkenal Zulliger, seorang
tokoh psikoanalitis yang menyatakan bahwa: rasa takut akan

membuat orang menjadi bodoh! (Singer; 1987 :4).


Minat ditandai dengan adanya beberapa indikasi seperti: 1) Perhatian,
memperhatikan dengan antusias; 2) hasrat bertanya; 3) curiousity: atau
rasa ingin tahu; (Singer; 1987: 79-84); 4) perasaan senang; 5) kepuasan
(Sutikno; 2009: 16).

3. Pengertian, faktor yang mempengaruhi, dan indikator kemampuan


membaca al-Quran: (konsep Y.2)
a. Kemampuan menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah
kesanggupan, kecakapan, kekuatan. Membaca adalah aktivitas yang
kompleks yang melibatkan berbagai faktor yang datangnya dari dalam
diri pembaca dan faktor luar. Selain itu membaca juga dapat dikatakan
sebagai jenis kemampuan manusia sebagai produk belajar dari

lingkungan dan bukan kemampuan yang bersifat insting atau naluri


yang dibawa sejak lahir (Nur Hadi; 1978: 123).
b. Menurut Sofhah Sulistyowati, kegiatan membaca merupakan sesuatu
yang sangat penting bagi setiap pelajar, dimana dengan membaca
secara teratur ia akan dapat menyerap gagasan, menambah wawasan,
bahkan bisa menjadikan sebagai hiburan serta menambah semangat.
Dari beberapa definisi diatas, dapat disimpulkan bahwa kemampuan
membaca al-Quran adalah seberapa jauh santri dalam melihat dan
membaca ayat-ayat al-Quran dengan melisankan atau dalam hati dan
mengeja serta melafalkan apa yang tertulis di dalamnya (termasuk pula
siswa) (Sofchah Sulistyowati; 2001: 61).
c. Secara garis besar faktor-faktor yang mempengaruhi belajar banyak
jenisnya, namun dapat digolongkan menjadi dua faktor, antara lain:
a) Faktor intern (dari dalam)
Adalah faktor yang diperoleh dari dalam, yaitu faktor yang ada
pada diri seorang anak itu sendiri, faktor intern ini dibagi menjadi
tiga sub faktor, yaitu faktor jasmaniah, faktor psikologi, dan faktor
fisik (Slameto; 1995: 54).
1) Faktor Jasmaniah
Faktor jasmani ini meliputi, faktor kesehatan. Sehat berarti
dalam keadaan baik, segenap badan bagian-bagiannya bebas
dari penyakit, kesehatan adalah keadaan atau hal sehat dan
kesehatan ini berpengaruh terhadap belajarnya. Proses belajar
seseorang akan terganggu jika kesehatanya terganggu. Cacat
tubuh, yaitu suatu yang menyebabkan kurang baik dan
sempurna mengenai tubuh baik berupa kebutaan, tuli, patah
kaki, tangan dan lain-lain. Cacat tubuh ini berpengaruh pada
belajar. Keadaan jasmani pada umumnya dapat dikatakan
melatarbelakangi aktivitas belajar, karena keadaan jasmani
yang sehat dan segar akan berpengaruh lain terhadap jasmani
yang lelah (Sumardi Suryabrata; 1986: 251).
2) Faktor Psikologi

Faktor psikologis dapat dibedakan menjadi bakat, minat,


kecerdasan, motivasi, dan kemampuan kognitif. Sedangkan
menurut Slameto dalam bukunya Belajar dan Faktor-Faktor
Yang Mempengaruhinya membedakan sekurang-kurangnya ada
7 faktor yang tergolong dalam faktor psikologis (Slameto;
1995: 55).
3) Inteligensi
Yaitu kecakapan untuk menghadapi dan menyesuaikan keadaan
ke dalam situasi yang baru dengan cepat dan efektif,
mengetahui atau menggunakan konsep-konsep yang abstrak
secara efektif, mengetahui relasi dan mempelajarinya dengan
cepat. Anak yang intelegensi tinggi akan lebih cepat
menangkap pelajaran dengan baik, sehingga ini akan sangat
mempengaruhi.
4) Perhatian
Perhatian menurut Imam Ghozali yang dikutip Drs. Slameto
adalah keaktifan jiwa yang dipertinggi, jiwa itupun sematamata tertuju pada suatu obyek, sehingga untuk menjamin hasil
belajar yang baik diperlukan perhatian terhadap bahan yang
dipelajari.
5) Bakat
Bakat adalah kemampuan untuk belajar, dimana akan
terealisasi menjadi kecakapan yang nyata sesudah belajar atau
berlatih, sehingga bakat mempengaruhi belajar, jika bahan
pelajaran sesuai dengan bakatnya maka hasilnya lebih baik.
6) Motif
Erat sekali dengan tujuan yang akan dicapai, sehingga motif
yang kuat sangat diperlukan dalam belajar, baik dengan
pelatihan-pelatihan, pembiasaan-pembiasaan atau pengaruh
lingkungan.
7) Kesiapan

Adalah kesedian untuk memberi respons atau bereaksi, jika


anak sudah ada kesiapan maka hasil belajarnya juga baik.
8) Minat
Adalah kecenderungan yang tetap untuk memperhatikan dan
mengenang beberapa kegiatan. Jika bahan pelajaan yang
diberikan sesuai dengan minat siswa atau anak maka hasilnya
akan baik.
9) Kematangan
Adalah suatu tingkat atau fase dalam perkembangan seseorang
dimana alat-alat tubuhnya sudah siap untuk melaksanakan
kecakapan baru.
10) Faktor kelelahan
Walaupun sulit dibedakan, kelelahan sesorang dapat dibedakan
menjadi dua macam yaitu jasmani dan rohani. Pada jasmani
terlihat

dengan

lemah

lunglainya

tubuh

dan

timbul

kecenderungan untuk membaringkan tubuhnya. Sedangkan


rohani dilihat dengan adanya kelesuan dan kebosanan sehingga
minat dan dorongan menghasilkan sesuatu yang hilang.
b) Faktor ekstern
Slameto dalam bukunya mengelompokkan menjadi tiga faktor
yaitu faktor keluarga, sekolah, dan masyarakat.
1) Faktor keluarga, bagaimana cara orangtua mendidik, relasi
antara anggota keluarga, suasana rumah tangga, dan keadaan
ekonomi keluarga.
2) Faktor sekolah, mencakup metode mengajar, kurikulum, relasi
guru dengan siswa, siswa dengan siswa, disiplin sekolah,
pelajaran, waktu sekolah, dan lain-lain.
3) Faktor masyarakat, antara lain seberapa jauh kegiatan anak
dalam masyarakat, media masa, teman bergaul, bentuk
kehidupan masyarakat, dan lain-lain.
Cara orangtua mendidik anaknya dalam membaca al-Quran sangat
berpengaruh, karena merupakan lembaga pendidikan yang pertama

dan utama. Keluarga berperan sangat dominan dalam keberhasilan


anak.
d. Ada beberapa kriteria yang digunakan untuk menilai kemampuan
membaca al-Quran adalah:
a) Menguasai makhorijul huruf, yaitu keluarnya bunyi huruf dari
mulut.
b) Menguasai tajwid, antara lain hukum nun mati atau tanwin (idzhar
halqi, ikhfa haqiqi, idgham bighunnah, idgam bila ghunnah,
iqlab), hukum mim sukun (idgham mimi, idzhar syafawi, ikhfa
syafawi) ghunnah musyaddadah, mad, lafal jalalah, qalqalah, al
qamariyah dan syamsiyah, dan hukum tajwid lainya.
c) Benar dan lancar
d) Tartil, yaitu membaca dengan pelan-pelan perhuruf (Dachlan Salim
Zarkasi; 1978).
Dari kriteria di atas peneliti menggunakan tiga indikator yaitu:
a) Kelancaran
Kelancaran berasal dari kata lancar yang diberi imbuhan ke dan an
yang berarti cepat, kencang (tidak tersangkut-sangkut), tidak
tersendat-sendat (Depdikbud; 2005: 465). Maksudnya adalah
dalam membaca al-Quran anak dapat membaca lancar, tidak
tersendat-sendat, tidak tersangku-sangkut, sehingga kelancaran
dikatakan sebagai salah satu indikator kemampuan membaca alQuran siswa.
b) Kafasihan
Fasih adalah susunan kata-kata yang indah dan tidak terdapat
kejanggalan dalam menyebutkan huruf (M. Shodiq; 1991: 88).
Fasih sangat berkaitan dengan pengucapan lisan dan makharijul
huruf, sebagaimana arti kata fasih itu berasal dari kata fashaha
yang artinya berbicara dengan fasih, peta lidah (Mahmud Yunus;
1990: 318). Anak dikatakan mampu membaca al-Quran apabila ia
dapat berbicara dan membaca dengan fasih. Tingkat kefasihan
dalam membaca al-Quran ada empat macam, sebagaimana yang
telah disepakati oleh ahli tajwid, antara lain:

10

1) Tahqiq; yaitu membaca al-Quran dengan menempatkan hakhak huruf (makharijul huruf, sifatul huruf, mad, qosr, tarqiq,
tahkim, dsb.) yang semestinya, sambil mencermati/ meresapi
arti dan maknanya bagi yang telah mampu.
2) Tartil; membaca al-Quran dengan berlahan-lahan (tidak
tergesa-gesa) sambil mencermati/ meresapi arti dan makna bagi
yang telah mampu.
3) Tadwir; membaca al-Quran dengan sedang, antara cepat dan
perlahan-lahan.
4) Hadr; membaca al-Quran dengan cepat.
Keempat cara membaca al-Quran tersebut wajib menggunakan
tajwid dengan menyesuaikan bacaanya (tahqiq, tartil, tadwir, dan
hadr) (Qomari Sholeh: 10).
c) Penguasaan Tajwid
Tajwid menurut bahasa (etimologi) adalah mendatangkan atau
membaca dengan baik, sedang menurut Hasani Syaikh Usman ilmu
tajwid adalah: Ilmu untuk mengetahui cara mengucapkan kalimatkalimat al-Quran (Hasani Syaikh Usman: 49).
(Asumsi hubungan antara tindakan dengan peningkatan minat dan
kemampuan membaca al-Quran)
Ada pendapat beberapa ahli mengenai asumsi teoretik yang menyatakan
bahwa minat belajar sesuatu dapat ditumbuhkan oleh guru dengan menciptakan
model belajar yang menarik, dan jika siswa belajar disertai minat yang baik, maka
akan mudah mengerti (paham) dan mudah hafal, diantaranya:
1. Minat dapat dipelajari dan ditumbuhkan oleh guru dengan menciptakan
pembelajaran menjadi menarik, menyenangkan dan memuaskan (Singer;
1987: 78).
2. Minat merupakan landasan pokok untuk keberhasilan suatu proses belajar;
jika seorang murid memiliki minat, rasa ingin belajar, maka akan cepat
mengerti dan mengingatnya lebih baik atau hafal (Singer;1987: 78).
3. Menurut Moh. Surya, guru harus berusaha menciptakan rangsangan yang
menarik minat siswa, berupa penampilan menarik, menggunakan berbagai
metode dan teknik, serta menciptakan suasana kelas yang menyenangkan.
Sesuatu yang diminati akan lebih menarik perhatian; dengan perhatian yang
11

besar siswa akan melakukan pengamatan yang lebih baik; sehingga proses
dan hasil pembelajaran lebih berhasil (Surya; 2004: 72)
Atas dasar asumsi seperti di atas, maka dapat ditarik simpulan, berupa
dugaan sementara atas hipotesis tindakan: bahwa penggunaan Multimedia
Interaktif Macromedia Flash yang menarik dan menyenangkan diduga dapat
meningkatkan minat belajar siswa, dan dengan minat yang tinggi dan suasana
pembelajaran yang menyenangkan dapat meningkatkan pemahaman siswa agar
dapat dengan cepat menerapkannya dalam membaca al-Quran.
(Standar keberhasilan minat dan kemampuan membaca al-Quran)
Atas dasar definisi operasional di atas, ditetapkan standar keberhasilan
tindakan mengenai minat dan kemampuan membaca sebagai hasil suatu tindakan,
sebagai berikut:
1. Keberhasilan meningkatnya minat diukur dengan tiga indikator:
a Perhatian, memperhatikan dengan antusias;
b Curiousity: atau rasa ingin tahu;
c Adanya perasaan senang; merasa puas setelah belajar.
2. Keberhasilan meningkatnya kemampuan membaca ditandai dengan:
a. Kelancaran;
b. Kafasihan; dan
c. Penguasaan tajwid.
Untuk lebih memudahkan pemahaman, secara skematik kerangka teori dan
logika pemikiran mengenai hubungan antara konsep tindakan dan konsep masalah
yang dipecahkan, dapat dilihat pada gambar bagan sebagai berikut:
Gambar Bagan:
Kerangka Teori Pengaruh Multimedia Interaktif Macromedia Flash
Terhadap Peningkatan Minat dan Kemampuan Membaca Siswa kelas VII

TINDAKAN:
Penggunaan
Media
SYNTAX:
Macromedia
Flash
Peneliti
menyiapkan
bahan; (materi dalam
bentuk flash, laptop dan
proyektor)
Peneliti menata kelas;
Peneliti menyampaikan
materi dengan media
flash
Siswa dipersilahkan
mengulangi materi;
Peneliti dan siswa
menerapkan teori pada
praktik langsung
membaca al-Quran di
kelas
Peneliti mengevaluasi

MASALAH YANG
DIATASI:
Minat dan Kemampuan
Membaca al-Quran
S
E
T
T
I
N
G

Siklus I: Minat;
Indikator:
antusias;
curiousity;
senang;
puas
12

HASIL:
Setelah
Tindakan

KELEBIHAN:
Macromedia Flash
menarik;
menyenangkan;
jelas;

P
R
O
S
E
S

Siklus II: Membaca;


Indikator:
Kelancaran;
Kefasihan; dan
Penguasaan Tajwid

F. Metode Penelitian
Pada bagian langkah-langkah atau prosedur penelitian ini akan dibahas
sedikitnya mengenai empat hal, yaitu Setting Lokasi penelitian; Skenario
Tindakan; Metode Penelitian dan Teknik pengumpulan data; dan Analisis data
sebagai hasil Refleksi. Uraian selengkapnya adalah sebagai berikut:
1. Setting Lokasi Penelitian:
a. Lokasi: Penelitian Tindakan Kelas ini dilaksanakan di MTs. Al-Jihad
Kecamatan Pangalengan; terletak di Jln. Raya Pangalengan Km. 29
Cibiana Desa Lamajang Pangalengan.
b. Kondisi kelas dan jumlah siswa: mengingat jenis penelitian ini
merupakan Penelitian Tindakan Kelas yang termasuk jenis penelitian
kualitatif, dengan jenis metode studi kasus maka sampelnya
merupakan sampel kasuisitik; yaitu di kelas VII yang terdapat masalah
yang dihadapi untuk dipecahkan. Rombel kelas VII sebanyak 25 orang
siswa, terdiri atas empat belas orang siswa dan sebelas orang siswi.
c. Waktu: Penelitian Tindakan Kelas ini dilaksanakan selama empat
bulan, mulai dari studi pendahuluan dan literatur sampai penyusunan
laporan PTK. Dan pelaksanaan PTK siklus ke-1 dan ke-2 disesuaikan
dengan jadwal bidang studi Al-Quran Hadits di kelas tersebut.
2. Skenario Tindakan:
Langkah skenario tindakan terdiri atas langkah secara umum, dan langkah
khusus tiap siklus dengan uraian sebagai berikut:
a. Skenario tindakan secara garis besar:
1) Penelitian Tindakan Kelas ini direncanakan sebanyak dua siklus,
dengan alasan karena diperlukan siklus bertahap untuk dua tujuan,
yaitu fokus peningkatan minat pada siklus ke-1, dan fokus
13

peningkatan membaca pada siklus ke-2; tentu saja dengan tetap


meneliti masalah setting dan ketepatan proses tindakan.
2) Tiap siklus akan mengambil rincian langkah berdasarkan desain
model dari Kemmis & Mc. Taggart, yaitu model desain PAOR
yang terdiri dari empat langkah pokok: Planning, Acting,
Observing, dan Reflecting; Perencanaan, Tindakan, Pengamatan,
Refleksi (Mahmud dan Priatna; 2008: 60).
3) Pada setiap siklus tindakan, penelitian melibatkan kolaborator
untuk setiap tahapannya sejak perencanaan sampai analisis data
atau refleksi; dalam hal ini dibantu oleh guru bidang studi AlQuran Hadits di kelas tersebut.
b. Skenario tindakan Siklus ke-1:
1) Perencanaan:
a) Peneliti dan guru bidang studi Al-Quran Hadits merancang dan
menyiapkan

bahan

pembelajaran

al-Quran

dengan

menggunakan Multimedia Interaktif Macromedia Flash.


b) Peneliti dan guru bidang studi Al-Quran Hadits menyiapkan
instrumen pengumpul data dalam hal ini berupa lembar
pengamatan berikut prosedurnya.
2) Tindakan (skenario pembelajaran):
a) Kegiatan awal:
(1) Guru membuka pelajaran dan memimpin berdoa;
(2) Guru menjelaskan tujuan pembelajaran hari ini dan
mengaitkannya dengan pelajaran sebelumnya (apersepsi);
(3) Pre-test; secara sampling mengenai ilmu tajwid.
b) Kegiatan Inti:
(1) Peneliti menjelaskan dasar-dasar dan hukum-hukum
membaca al-Quran (ilmu tajwid) menggunakan bantuan
media flash;
(2) Peneliti mempersilahkan tiap siswa untuk mengulangi
materi yang disampaikan;
(3) Peneliti bersama siswa menerapkan materi (hukum-hukum
membaca al-Quran) dalam praktik membaca langsung di
kelas.
c) Kegiatan Akhir:
(1) Peneliti melakukan Post-Test secara sampling;
(2) Peneliti menyimpulkan dan memberi masukan untuk
perbaikan pembelajaran;
(3) Peneliti memberi tugas PR;
14

(4) Peneliti menutup pelajaran dengan memimpin doa.


3) Pengamatan:
Pengamatan dilakukan oleh guru pengamat selama pembelajaran
berlangsung dengan mengisi ceklist pada lembar pengamatan.
Pengamatan untuk Siklus ke-1 difokuskan pada hasil peningkatan
minat, selain mengenai setting dan proses pembelajaran.
4) Refleksi:
a) Kegiatan refleksi dilakukan langsung setelah pembelajaran
selesai, yaitu mengkritisi dan mendiskusikan hasil pengamatan
antara Pelaku Tindakan (Peneliti) dengan guru bidang studi AlQuran Hadits sebagai observer;
b. Fokus utama refleksi pada Siklus ke-1 adalah minat belajar
siswa; selain dari setting dan proses pelaksanaan pembelajaran
dengan Multimedia Interaktif Macromedia Flash. Hasil refleksi
dari

Siklus

ke-1

dijadikan

bahan

perencanaan

untuk

memperbaiki tindakan pada Siklus ke-2.


c. Skenario tindakan Siklus ke-2:
Pada penelitian Siklus ke-2, langkah-langkah yang dilakukan persis
seperti pada Siklus ke-1, kecuali berbeda pada titik tekan fokus
tindakan lebih pada usaha peningkatan kemampuan membaca siswa
sebagai penguatan, demikian pula langkah observasi hasilnya
ditekankan pada analisis hasil mengenai peningkatan kemampuan
membacanya.
3. Teknik Pengumpulan Data (Observasi)
a. Pengamat: Petugas pengamatan (observer) adalah guru bidang studi
Al-Quran Hadits di kelas tersebut.
b. Langkah Pengamatan:
1) Metode yang digunakan adalah Metode Riset Aksi, termasuk
jenis penelitian kualitatif, maka data pokok yang dikumpulkan
adalah data kualitatif. Data pokok yaitu mengenai 1) setting; 2)
proses tindakan; dan 3) hasil tindakan, meliputi minat belajar
siswa dan kemampuan membaca siswa. Karena jenis penelitian
kualitatif maka Teknik Pengumpul Data (TPD) pokoknya
adalah observasi partisipasi.

15

2) Observasi

dilakukan

selama

pembelajaran

berlangsung;

pengamatan untuk Siklus ke-1 difokuskan pada hasil


peningkatan minat, selain mengenai setting dan proses
pembelajaran. Pada Siklus ke-2 fokus pengamatan diutamakan
pada hasil kemampuan membaca siswa; selain dari setting dan
proses.
3) Hasil observasi dicatat sebagai bahan untuk bahan analisis dan
refleksi.
4. Analisis Data (Refleksi)
a. Langkah Analisis Data (Refleksi):
1) Analisis data pada Penelitian Tindakan Kelas ini dilakukan dengan
cara

refleksi,

yaitu

mengkritisi

dan

mendiskusikan

hasil

pengamatan antara pelaku tindakan (peneliti) dengan guru bidang


studi Al-Quran Hadits di kelas tersebut yang menjadi observer;
2) Sejalan dengan rumusan masalah dan pertanyaan penelitian, aspek
pokok yang dibahas pada kegiatan refleksi adalah mengenai
setting, proses aktivitas peneliti dan siswa dalam pembelajaran;
dan hasil tindakan, yaitu minat dan kemampuan membaca alQuran.
3) Fokus utama refleksi pada Siklus ke-1 adalah minat belajar siswa;
selain dari setting dan proses pelaksanaan pembelajaran melalui
Multimedia Interaktif Macromedia Flash. Hasil refleksi dari Siklus
ke-1 dijadikan bahan perencanaan untuk memperbaiki tindakan
pada Siklus ke-2.
4) Fokus utama refleksi pada Siklus ke-2 adalah kemampuan
membaca al-Quran, dengan asumsi minat siswa sudah meningkat
pada Siklus ke-1, dan pengamatan dilakukan terhadap perbaikan
kondisi setting dan proses tindakan.
5) Hasil diskusi refleksi menjadi simpulan jawaban terhadap
pertanyaan penelitian. Jika masih ditemukan beberapa catatan
kelemahan proses dan hasil, maka direkomendasikan untuk
perbaikan pada Penelitian Tindakan Kelas berikutnya.

b. Standar Keberhasilan:
16

Ditetapkan standar keberhasilan tindakan mengenai minat dan


kemampuan membaca al-Quran sebagai hasil suatu tindakan, sebagai
berikut:
a. Keberhasilan meningkatkan minat ditandai dengan:
1) Perhatian, memperhatikan dengan antusias;
2) Curiousity: atau rasa ingin tahu;
3) Adanya perasaan senang; merasa puas setelah belajar.
b. Keberhasilan meningkatkan kemampuan membaca al-Quran
ditandai dengan:
1) Kelancaran;
2) Kafasihan; dan
3) Penguasaan Tajwid.

17

LAMPIRAN
1. Jadwal Penelitian:
JADWAL PENELITIAN TINDAKAN KELAS
Waktu Kegiatan
Jul
Ags
Sep Okt

No

Materi Kegiatan

1
2
3
4

Studi pendahuluan dan studi literatur


Merancang tim dan pembagian tugas
Penyusunan Perencanaan PTK (Proposal)
Pelaksanaan PTK Siklus ke-1
Refleksi dan analisis hasil PTK siklus ke-

5
6
7
8
9

1
Perencanaan PTK Siklus ke-2
Pelaksanaan PTK Siklus ke-2
Refleksi dan analisis hasil PTK siklus ke2
Penyusunan laporan PTK

2. Rencana Anggaran Biaya:


Rencana Biaya Penelitian Tindakan Kelas diperkirakan berkisar sekitar
Rp. 250.000,- dengan rincian sebagai berikut:
a.
b.
c.
d.

Biaya persiapan dan pembuatan Proposal


:
Biaya Pelaksanaan PTK Siklus ke 1
:
Biaya Pelaksanaan PTK Siklus ke 2
:
Biaya pembuatan laporan PTK & penggandaan:
Jumlah total:

18

Rp. 50.000,Rp. 50.000,Rp. 50.000,Rp. 100.000,Rp. 250.000,-

DAFTAR PUSTAKA
Hadi, Nur. Membaca Cepat Dan Efektif. Sinar Bari. Bandung: 1978;
Mahmud dan Priatna, Tedi. Penelitian Tindakan Kelas; Teori dan Praktik. Tsabita.
Bandung: 2008;
Sagala, Syaiful. Konsep dan Makna Pembelajaran;Untuk membantu memecahkan
problematika belajar dan mengajar. Alfabeta. Bandung: 2006;
Singer, Kurt. Membina Hasrat Belajar di Sekolah (Penerjemah: Bergman Sitorus),
Remaja Karya. Bandung: 1987;
Summa, Muhammad A.. Tafsir Ahkam I. Wacana Ilmu Logos. Jakarta: 1997;Tim
Penyusun Kamus Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa, Kamus
Besar Bahasa Indonesia, Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. Balai
Pustak. Jakarta: 2005;
Sulistyowati, Sofchah. Cara Belajar Yang Efektif Dan Efisien. Cinta Ilmu.
Pekalongan: 2001;Suparjo. Materi Pendidikan Agama Islam IX. Tiga
Serangkai. Jakarta: 1996;
Surya, Mohamad. Psikologi Pengajaran dan Pembelajaran, Pustaka Bani
Quraisy. Bandung: 2004.
Suryabrata, Sumardi. Psikologi Pendidikan. Rajawali. Jakarta: 1986; Suryana,
Yaya & Priatna, Tedi. Metode Penelitian Pendidikan. Azkia Pustaka
Utama. Bandung: 2007.
Suryana, Yaya. Prosedur dan Penyusunan Proposal Penelitian Tindakan Kelas;
Suatu Model Desain Pendekatan Kualitatif. (Makalah) Suplemen Pelatihan
Peningkatan Kualitas Guru PAI Kemenag Tasikmalaya. Tasikmalaya: 2012
Sutikno, Sobri M. Belajar dan Pembelajaran; Upaya Kreatif dalam mewujudkan
Pembelajaran yang Berhasil. Prospect. Bandung: 2009.
Sholeh, Qomari. Ilmu Tajwid Penuntun Baca Alquran Fasih dan Benar. Pesantren
Darussalam Ngesong Sengon. Jombang;
Slameto, Belajar Dan Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi, Cet. III. Rineka Cipta.
Jakarta: 1995;
Usman, Hasani Syaikh. Haq at-Tilawah. Daar al Munaarah Linnatsri wa at Tauzi.
Jeddah;Shodiq, M.. Kamus Istilah Agama. Bonafida Cipta Pratama.
Jakarta: 1991;
Yunus, Mahmud. Kamus Bahasa Arab Indonesia. Hardika Agung. Jakarta: 1990;
Zarkasi, Dachlan Salim. Metode Praktis Belajar Alquran Metode Qiraati. Al
Alawiyah. Semarang: 1978;

19

Anda mungkin juga menyukai