Anda di halaman 1dari 38

UPAYA MENINGKATKAN PEMAHAMAN PESERTA DIDIK PADA

MATA PELAJARAN ILMU TAJWID MATERI HUKUM MIM MATI


MELALUI METODE EXAMPLE NON EXAMPLE KELAS V DI TPQ
MIFTAHUL HIDAYAH

PROPOSAL PENELITIAN

Disusun untuk Memenuhi Nilai Mata Kuliah Penelitian Tindakan Kelas


Dosen Pengampu : Udin Juhrodin S. Pd.I, M. M. Pd

Disusun Oleh :
Wulan Marwati (2018110090)

JURUSAN TARBIYAH
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM YAPATA AL-JAWAMI
BANDUNG
2021 M / 1442 H
Alamat : Komp. Al-Jawami No.87 Cileunyi – Bandung. Telp : 022-6370017
A. Latar Belakang Masalah
Al-Qur’an merupakan salah satu kitab Alloh SWT yang diturunkan kepada
Nabi Muhammad SAW melalui Malaikat Jibril secara berangsur-angsur. Al-
Qur’an merupakan firman Allah yang agung, yang dijadikan pedoman hidup
oleh seluruh kaum muslimin. Membacanya bernilai ibadah dan
mengamalkannya merupakan kewajiban yang diperintahkan dalam agama.1
Mengingat begitu pentingnya Al-Qur’an dalam kehidupan manusia, maka
belajar membaca, memahami, menghayati dan mengamalkan isi kandungan Al-
Qur’an dalam kehidupan sehari-hari adalah sebuah kewajiban bagi seorang
muslim. Firman Allah SWT dalam Surah Al-Muzammil (73):4, “Dan bacalah
Al-Qur’an itu dengan tartil”.
Membaca Al-Qur’an dengan baik dan benar sebagaimana Al-Qur’an
diturunkan menjadi kewajiban bagi setiap muslim. Namun kenyataanya masih
banyak anak-anak bahkan orang dewasa pun belum bisa membaca Al-Qur’an
dengan baik dan benar. Adapun ilmu yang mempelajari cara membaca Al-
Qur’an dengan baik adalah ilmu tajwid Maka perlu sekiranya, dalam
pembelajaran ilmu tajwid untuk memperbaiki serta memberi pemahaman
mengenai cara membaca Al-Qur’an dengan baik.
Ilmu tajwid adalah pengetahuan tentang kaidah serta cara membaca Al-
Qur’an dengan baik dan benar. Tujuan mempelajari ilmu tajwid adalah untuk
memelihara bacaan Al-Qur’an dari kesalahan dan perubahan serta memelihara
lisan dari kesalahan membaca.
Taman Pendidikan Al-Qur’an merupakan salah satu lembaga pendidikan
yang sangat penting untuk kehidupan khususnya bagi beragama islam, karena
pendidikan Al-Qur’an merupakan pendidikan dengan melalui ajaran agama
islam yaitu beberapa bimbingan dan asuhan terhadap siswa agar nantinya
setelah keluar dari pendidikan, siswa dapat menghayati, memahami dan
mengamalkan ajaran agama islam sebagai suatu pandangan hidupnya demi
keselamatan dan kesejahteraan di dunia dan akhirat. Oleh sebab itu, pemerintah

1
Acep Iim Abdurohim, Pedoman Ilmu Tajwid Lengkap (Bandung: CV Penerbit Diponegoro,
2003), 5.
menjadikan TPQ menjadi salah satu sekolah non formal dan menjadi tempat
pelantara bagi siswa mendapatkan pendidikan lebih mengenai agama islam
terutama pendidikan Al-Qur’an. Dalam sekolah non formal TPQ ini terdapat
beberapa pokok materi yang telah di rancang dalam kurikulum dan silabus,
termasuk materi ilmu tajwid yang dibahas dalam pembelajarannya.
Materi tajwid merupakan salah satu mata pelajaran pada jenjang Taman
Pendidikan Al-Qur’an (TPQ). Adapun materi tajwid yang disajikan dalam
pembelajaran adalah sebagai berikut: 1) Makhorijul huruf, 2) Membedakan
bacaan pendek dan bacaan panjang, 3) Mengenal bacaan Alif Lam, 4) Mengenal
ayat fawatihus suwar dan cara membacanya, 5) Mengenal waqof wal ibtida, 6)
Hukum nun sukun dan tanwin, 7) Hukum mim mati, 8) Idghom mutajanisain,
9) Idghom mutaqoriban, 10) Hukum alim lam, 11) Qolqolah, 12) Tahfim dan
tarqiq, 13) Shod yang dibaca sin.2
Salah satu kajian ilmu tajwid yang diberikan di TPQ adalah hukum mim
mati yang terbagi menjadi tiga bagian yaitu terbagi menjadi tiga bagian yaitu
ikfha syafawi, idzhar syafawi dan idgom mimi atau mutamasilain.
Penelitian tindakan kelas ini dilakukan di TPQ Miftahul Hidayah di daerah
Kp Manjah Beureum Rt 06 Rw 12 Desa Cileunyi Wetan Kec. Cileunyi Kab.
Bandung. Melalui penerapan metode baru yaitu metode example non example
diharapkan dapat meningkatkan pemahaman ilmu tajwid materi hukum mim
mati.
Berdasarkan hasil tes awal yang telah dilakukan pada siswa TPQ Miftahul
Hidayah menunjukkan bahwa pemahaman anak-anak mengenai materi hukum
mim mati dalam mempraktekan maupun menganalisis contoh yang terdapat
adanya hukum mim mati serta membedakan hukum mim lainnya masih rendah.
Adapun contoh tes awal yang diberikan adalah hukum mim mati dibagi
menjadi….bagian?. sebutkan bagian-bagian dari hukum mim mati tersebut?.
untuk mendapatkan data tentang pokok penelitian, peneliti menggunakan
instrument berupa tes.

2
Implementasi Kurikulum LPPTKA BKPRMI 2020 (Jakarta Pusat: LPPTKA BKPRMI Pusat, n.d.).
Tes dilakukan terhadap siswa TPQ Miftahul Hidayah kelas IV yang
berjumlah 13 orang. Bentuk tes berupa 5 pertanyaan urian dengan setiap 1
pertanyaan bernilai 10. Adapun hasil presentasi dari tes awal ini sebanyak 27%
siswa yang menjawab benar dan 73 % menjawab salah.
Pada saat proses pembelajaran tajwid, terdapat siswa yang mengalami
hambatan, kurangnya konsentrasi dan penggunaan metode lama yang tidak
dapat mudah dipahami oleh siswa, sehingga proses pemahaman tidak dapat
tersampaikan dengan baik dan efektif. Oleh karena itu, untuk mengatasi
masalah tersebut peneliti memilih metode example non example dalam
pembelajaran.
Adapun kelebihan dari penerapan metode example non example dalam
pembelajaran hukum mim mati yaitu :1) siswa berangkat dari satu definisi yang
selanjutnya digunakan untuk memperluas pemahaman konsepnya dengan lebih
mendalam dan lebih kompleks, 2) siswa terlibat dalam satu proses discovery
(penemuan) yang mendorong mereka untuk membangun konsep secara progresi
melalui pengalaman dari example non examples, dan 3) siswa diberi sesuatu
yang berlawanan untuk mengeksplorasi karakteristik dari suatu konsep dengan
mempertimbangkan bagian non examples yang dimungkinkan masih terdapat
beberapa bagian yang merupakan suatu karakter dari konsep yang telah
dipaparkan pada bagian examples.
Berdasarkan kondisi tersebut di atas, maka peneliti merasa penting untuk
melakukan tindakan lebih jauh dengan melakukan penelitian tindakan yang
dikemas dalam judul: Upaya Meningkatkan Pemahaman Pada Mata Pelajaran
Ilmu Tajwid Pada Materi Hukum Mim Mati di TPQ Miftahul Hidayah.

B. Rumusan Masalah
Dalam penulisan proposal ini, terdapat beberapa pertanyaan-pertanyaan
yang dirumuskan sebagai berikut:
1. Bagaimana pemahaman siswa terhadap ilmu tajwid materi hukum mim mati
di TPQ Miftahul Hidayah sebelum menggunakan Metode Example Non
Example?
2. Bagaimana menerapkan Metode Example Non Example dalam
pembelajaran ilmu tajwid di TPQ Miftahul Hidayah?
3. Bagaimana pemahaman siswa terhadap ilmu tajwid materi hukum mim mati
setelah diterapkan Metode Example Non Example di TPQ Miftahul
Hidayah?

C. Tujuan Penelitian
Adapun tujuan penelitian dalam proposal ini adalah sebagai berikut:
1. Untuk mengetahui pemahaman siswa terhadap ilmu tajwid materi hukum
mim mati di TPQ Miftahul Hidayah sebelum menggunakan Metode
Example Non Example.
2. Untuk mengetahui penerapan Metode Example Non Example dalam
pembelajaran ilmu tajwid di TPQ Miftahul Hidayah.
3. Untuk mengetahui pemahaman siswa terhadap ilmu tajwid materi hukum
mim mati setelah diterapkan Metode Example Non Example di TPQ
Miftahul Hidayah.

D. Kegunaan Penelitian
1. Teoritis
Dengan adanya penelitian ini diharapkan dapat menjadi masukan
dalam pengembangan ilmu pengetahuan khususnya yang berkaitan dengan
peningkatan pemahaman mata pelajaran ilmu tajwid materi hukum mim
mati.
2. Praktis
a. Untuk Lembaga Tempat Penelitian
Dengan adanya penelitian ini, lembaga dapat menerapkan metode
example non example dalam kegiatan pembelajaran anak-anak dan
diharapkan dapat meningkatkan pemahamannya mereka dalam belajar
ilmu tajwid khususnya materi hukum mim mati.
b. Untuk Tenaga Pendidik
Dengan melakukan penelitian ini diharapkan adanya hasil penelitian
bisa menjadi masukan yang berharga bagi tenaga pendidik dan upaya
sosialisasi perlunya meningkatkan pemahaman mata pelajaran ilmu
tajwid materi hukum mim mati melalui metode example non example.
c. Untuk Siswa
Adapun manfaat bagi siswa yaitu sebagai pedoman untuk
meningkatkan pemahaman belajar dan penerapan pada saat membaca
Al-Qur’an secara maksimal sehingga mampu memperbaiki bacaan
dengan baik dan benar.
d. Untuk Orang Tua
Manfaat yang didapatkan bagi orang tua yaitu sebagai solusi bagi
anak-anak mereka dalam memahami mata pelajaran ilmu tajwid
terutama hukum mim mati melalui metode example non example
e. Untuk Peneliti Selanjutnya
Dengan adanya penelitian ini, diharapkan bagi peneliti selanjutnya
yang membahas mengenai judul atau topik yang sama dapat menjadi
bahan masukan atau rujukan dalam penulisan karya ilmiah mereka.

E. Kerangka Pemikiran
1. Landasan Teosentris Penelitian
Hadis Shahih, Rasulullah SAW bersabda:
ٌّ ‫ا ْل َما ِه ُر ِبا ْلقُرْ آ ِن َم َع ال َّسفَ َر ِة ا ْل ِك َر ِام ا ْل َب َر َر ِة َوالَّ ِذي َي ْق َرأ ُ ا ْلقُرْ آنَ َو َيتَتَ ْعتَ ُع ِفي ِه َوه َُو َعلَيْ ِه َشا‬
‫ق لَهُ أَجْ َرا ِن‬
“Orang yang mahir (membaca) Al-Qur’an, dia bersama para malaikat
yang mulia lagi jujur, dan orang yang membacanya sambil terbata-bata
serta mengalami kesulitan, maka dia mendapatkan dua pahala.”

ً ِ‫َو َرتِّ ِل ا ْلقُرْ آنَ تَرْ ت‬


‫يل‬
Dan bacalah Al-Qur’an itu dengan perlahan-lahan. (Q.S Al-Muzammil,
73: 4)

ً ِ‫ك ۖ َو َرتَّ ْلنَاهُ تَرْ ت‬


‫يل‬ َ ‫ِّت بِ ِه فُؤَا َد‬ َ ِ‫اح َدةً ۚ َك َٰ َذل‬
َ ‫ك لِنُثَب‬ ِ ‫َوقَا َل الَّ ِذينَ َكفَرُوا لَوْ ََل نُ ِّز َل َعلَ ْي ِه ا ْلقُرْ آنُ ُج ْملَةً َو‬
Berkatalah orang-orang yang kafir: “Mengapa Al-Qur’an itu tidak
diturunkan kepadanya sekali turun saja?”. Demikian supaya kami perkuat
hatimu dengannya dan kami membacanya secara tartil (teratur dan benar.
(Q.S Al-Furqan, 25: 32).

2. Konsep Tentang Ilmu Tajwid


a. Pengertian Ilmu Tajwid
Secara etimologis (lughowi) kata tajwid berasal dari bahasa Arab
‫تجويدا‬-‫يج ّود‬-‫ ( جوّد‬jawwada yujawwidu tajwidun) yang berarti tahsin yang
artinya memperbaiki. Sedangkan secara terminologis (isthilahi),
ُ ‫ف َحقَّهُ َو ُم ْستَ َحقَّه‬
ٍ ْ‫ص ِح ْي َح ِة َوإِ ْعطَا ُء ُك ِّل َحر‬ ِ ْ‫إِ ْخ َرا ُج ُحرُو‬
ِ ‫ف ال ِه َجا ِء ِم ْن َم َخ‬
َ ‫ار ِجهَا ال‬
Mengucapkan huruf hijaiyyah dari tempat keluarnya dengan benar dan
memberikan haqnya huruf serta mustahaqnya.3

Ada beberapa pendapat dalam pengertian ilmu tajwid menurut para


ahli sebagai beirkut:
1) Tajwid menurut al Murshifi dan Qamhawi adalah: “Mengeluarkan
setiap huruf dari tempat keluar huruf, serta memberi hak dan
mustahaq-nya dari sifat huruf”.
2) Menurut Athiyah Qabil Nashir, ilmu tajwid adalah “ilmu yang
membahas kata-kata ayat (ayat-ayat) Al-Qur’an dari segi pemberian
huruf pada haknya berupa sifat-sifat yang lazim diperlukan, seperti
sifat istila dan istifal, atau mustahaq huruf dari hukum hukum bacaan
yang muncul dari sifat-sifat tersebut, seperti hukum bacaan tafhim,
tarqiq, idghom, idzhar, dan lain sebagainya.
Dari pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa ilmu tajwid adalah
ilmu tentang kaidah atau cara-cara membaca ayat Al-Qur’an dengan
cara mengeluarkan huruf dari makhroh-nya serta memberi hak dan
mustahaqnya dengan baik dan benar.4

3
Adam Rizkala, “Pengertian Ilmu Tajwid dan Hukum Mempelajarinya,” NasehatQur;an.com,
2019, https://www.nasehatquran.com/2019/02/pengertian-ilmu-tajwid.html.
4 Marzuki Sun Choiril Ummah, Dasar- Dasar Ilmu Tajwid (Yogyakarta: DIVA Press, 2020), 31.
b. Hukum Mempelajari Ilmu Tajwid
Hukum mempelajari ilmu tajwid sebagai disiplin ilmu adalah
fardhu kifayah atau merupakan kewajiban kolektif. Ini artinya,
mempelajari ilmu tajwid secara mendalam tidak diharuskan bagi setiap
orang, tetapi cukup diwakili oleh beberapa orang. Namun, jika dalam
satu kaum tidak ada seorang pun yang mempelajari ilmu tajwid,
berdosalah kaum itu.
Adapun hukum membaca Al-Qur’an dengan memakai aturan-
aturan tajwid adalah fardu ‘ain atau merupakan kewajiban pribadi.
Membaca Al-Qur’an sebagai suatu ibadah haruslah dilaksanakan
sesuatu ketentuan5. Hal ini sesuai dengan firman Alloh SWT:
ً ِ‫َو َرتِّ ِل ْالقُرْ آنَ تَرْ ت‬
‫يل‬
Dan bacalah Al-Qur’an itu dengan perlahan-lahan. (Q.S Al-
Muzammil, 73: 4)
Adapun keutamaan mempelajari ilmu tajwid adalah bahwa
sesungguhnya ilmu tajwid adalah ilmu yang paling utama dan paling
mulia, berkaitan dengan kitab yang paling mulia dan paling agung (Al-
Qur’an).6
3. Konsep Tentang Hukum Mim Mati
a. Pengertian Hukum Mim Mati
Hukum mim mati bersukun ialah tiga hukum yang muncul tatkala
mim bersukun menghadapi huruf hijaiyah.7 Tiga hukum tersebut adalah:
1) Ikhfa Syafawi
2) Idghom Mimi
3) Izhar Syafawi
Dijelaskan dalam nazham:
ْ‫ظهَا ُرفَقَط‬
ْ ِ‫ط إِحْ فَا ُء اِ ْد َغا ُم َوا‬
ْ َ‫اَحْ َكا ُمهَا ثَلَثَةٌ لِ َم ْن َخب‬

5
Abdurohim, Pedoman Ilmu Tajwid Lengkap, 6.
6
Choiril Ummah, Dasar- Dasar Ilmu Tajwid, 40.
7
Abdurohim, Pedoman Ilmu Tajwid Lengkap, 89.
“Hukumnya ada tiga bagi yang menetapkannya yaitu Ikfha, idgham
dan idzhar.8

b. Macam-Macam Bentuk Hukum Mim Mati


1. Ikhfa Syafawi
Ikhfa Syafawi yaitu suatu hukum tajwid yang terjadi ketika ada
huruf hijaiyah Mim Sukun ( ‫ ) ْم‬ketemu dengan huruf hijaiyah Ba (
‫ )ب‬. kata Ikhfa’ berarti menyembunyikan atau menyamarkan dan
Syafawi berarti bibir. Dengan demikian Ikhfa Syafawi sebab
makhraj dari huruf hijaiyah Mim dan huruf hijaiyah Ba adalah
pertemuan antara bibir bawah dan bibir atas. 9 Kita mengetahui
bahwa huruf ikhfa syafawi hanya ada satu yaitu ba’ (‫)ب‬.
Cara membaca ikhfa syafawi ialah dengan suara yang samar
antara mim dan ba’ pada bibir, kemudian ditahan kira-kira dua
ketukan seraya mengeluarkan suar ikhfa dari pangkah hidung, bukan
dari mulut.10 Contoh ikhfa syafawi dalam Al-Qur’an:
Surat Al-Alaq ayat 14
َ َّ ‫أَلَ ْم َي ْعلَ ْم ِبأ َ َّن‬
‫َّللا َي َر َٰى‬
Surat Al-Fiil ayat 4
‫ار ٍة ِم ْن ِس ِّجي ٍل‬
َ ‫تَرْ ِمي ِه ْم بِ ِح َج‬
2. Idgham Mimi atau Mutamasilain
Idgham mimi disebut juga idgham mutamtsilain. Dinamakan
idgham mim karena proses idghamnya huruf mim dimasukkan
kepada huruf mim pula. Dan disebut mutamatsilain karena huruf
yang berhadapan sama, baik makhrajnya maupun sifatnya. 11 Huruf
idgham mim sama halnya dengan ikhfa syafawi hanya ada satu yaitu
mim (‫) َم‬.
Cara membaca idgham mimi ialah dengan memasukkan suara
mim yang bersukun kepada mim berharakat yang ada dihadapannya.

8
Sulaiman Al-Jamzuri, Fathul Aqfal (Semarang: Maktabah Al-Alawiyah, n.d.), 14.
9
Pengawas Madrasah, “Ilmu Tajwid,” 2016, http://ilmutajwid.id/category/hukum-mim-mati.
10
Abdurohim, Pedoman Ilmu Tajwid Lengkap, 90.
11
Abdurohim, 90.
Selanjutnya suara digunnahkan secara sempurna tiga harakat dengan
suara ghunnah yang keluar dari pangkal hidung. Contoh idgham
mim dalam Al-Qur’an:
Surat Al-Quraisy ayat 4
ٍ ْ‫ع ەۙ و ََّٰا َمنَهُ ْم ِّم ْن َخو‬
‫ف‬ ْ َ‫ي ا‬
ٍ ْ‫ط َع َمهُ ْم ِّم ْن جُو‬ ْْٓ ‫الَّ ِذ‬
3. Idzhar Syafawi
Idzhar syafawi yaitu bagian dari ilmu tajwid yang terjadi
ketika huruf hijaiyah mim sukun ( ‫ ) ْم‬ketemu dengan seluruh huruf
hijaiyah, selain huruf hijaiyah mim dan huruf hijaiyah ba. Idzhar
berarti terang (jelas) atau tak berdengung. Sedangkan syafawi berarti
bibir, sebab huruf hijaiyah mim makhrajul hurufnya yaitu
bertemunya bibir di bagian bawah dan bibir di bagian atas.
Dalam istilahnya dalam ilmu tajwid, idzhar syafawi yaitu
melafalkan huruf-huruf hijaiyah yang ketemu dengan huruf mim
sukun dengan terang dan jelas, dan ini tidak disertai dengan
berdengung (ghunnah). Dijelaskan dalam nazham:
‫ف َو َش ِّمهَا َشفِويَّه‬ ْ ‫اَل‬
ٍ ‫ظهَا ُر فِى ا ْلقَيَّه ِم ْن اَحْ َر‬ ِ ‫ث‬ ُ ِ‫َوالثَال‬
Pada sisa hurufnya di baca # Idzar Izhar safawi Ia di beri gelar.12
Berikut huruf hijaiyah yang termasuk idzhar syafawi:
‫ج‬ ‫ش‬ ‫ك‬ ‫ق‬ ‫ه‬ ‫غ‬ ‫ع‬ ‫خ‬ ‫ح‬ ‫أ‬
‫ذ‬ ‫ص‬ ‫د‬ ‫ط‬ ‫ت‬ ‫ر‬ ‫ن‬ ‫ل‬ ‫ض‬ ‫ي‬
‫ظ‬ ‫ز‬ ‫ث‬ ‫س‬

Untuk contoh penerapan idzhar syafawi sebagai berikut:


‫ اَ ْم لَ ْم تُ ْن ِذرْ هُ ْم‬, َ‫ اَ ْنتُ ْم دَا ِخرُوْ ن‬, َ‫هُ ْم نَائِ ُموْ ن‬
C ontoh idzhar syafawi dalam Al-Qur'an
surat Al-Ikhlas ayat 4
‫لَ ْم َي ِل ْد َو َل ْم يُولَ ْد‬
surat Al-Fatihah ayat 7

12
Syarif Rahmat, “Terjemahan Kitab Tuhfatul Atfhal,” Pustaka Ilmu Sunni Salafiyah, 2012,
http://www.piss-ktb.com/2012/07/terjemah-kitab-tajwid-tuhfatul-athfal.html.
َ‫ضآْلِّ ۡين‬ ِ ‫ت َعلَ ۡي ِهمۡ ۙ َغ ۡي ِر ۡال َم ۡغض ُۡو‬
َّ ‫ب َعلَ ۡي ِهمۡ َو ََل ال‬ َ ۡ‫ص َراطَ الَّ ِذ ۡينَ اَ ۡن َعم‬
ِ
4. Konsep Tentang Metode Example Non Example
a. Pengertian Metode Example Non Example
Model pembelajaran example non example adalah salah satu
metode pembelajaran yang menggunakan media berupa gambar, foto,
diagram atau tabel yang bermuatan permasalahan. Penggunaan media
tersebut disusun dan dirancang agar siswa dapat mengidentifikasi
masalah, mencari alternative pemecahan masalah yang paling efektif
dan mendeskripsikan kesimpulan atas permasalahan.
Metode Examples Non Examples adalah strategi yang dapat
digunakan untuk mengajarkan definisi konsep. Strategi ini bertujuan
untuk mempersiapkan siswa secara cepat dengan menggunakan dua hal
yang terdiri dari examples dan non examples dari suatu definisi dengan
konsep yang ada. Examples memberikan gambaran akan sesuatu yang
menjadi contoh akan suatu materi yang sedang dibahas, sedangkan non
examples memberikan gambaran akan sesuatu yang bukanlah contoh
dari suatu materi yang sedang dibahas. 13
Penggunaan Model Pembelajaran Example Non Example lebih
menekankan pada konteks analisis siswa. Model Pembelajaran ini dapat
menggunakan gambar melalui LCD Proyektor, ataupun yang paling
sederhana adalah poster. Gambar yang digunakan harus terlihat dari
jarak jauh, sehingga anak yang berada di belakang dapat juga melihat
dengan jelas. Penggunaan media gambar disusun dan dirancang agar
anak dapat menganalisis gambar tersebut menjadi sebuah materi yang
telah dibahas mengenai apa yang ada didalam gambar.
Berikut pengertian metode pembelajaran example non example
menurut para ahli :
1. Menurut Huda (2013), example non example adalah metode
pelajaran yang menggunakan gambar sebagai media untuk

13
Muchlisin Riadi, “Model Pembelajaran Example Non Example,” kajianpustaka.com, 2020,
https://www.kajianpustaka.com/2020/06/model-pembelajaran-examples-non-examples.html.
menyampaikan materi pelajaran. Strategi ini bertujuan mendorong
siswa untuk belajar berpikir kritis dengan memecahkan
permasalahan-permasalahan yang termuat dalam contoh-contoh
gambar yang disajikan. Penggunaan media gambar dirancang agar
siswa dapat menganalisis gambar tersebut untuk kemudian
dideskripsikan secara singkat perihal isi dari sebuah gambar.
2. Menurut shoimin (2014), example non example adalah
membelajarkan kepekaan siswa terhadap permasalahan yang ada di
sekitar melalui analisis contoh-contoh berupa gambar-gambar, foto,
kasus yang bermuatan masalah. siswa diarahkan untuk
mengidentifikasi masalah, mencari alternative pemecahan masalah
dan menentukan cara pemecahan masalah yang paling efektif serta
melakukan tindak lanjut.
b. Langkah – Langkah Metode Example Non Example
Menurut Suprijono (2012), langkah-langkah model
pembelajaran Examples Non Examples yaitu sebagai berikut:
1) Guru mempersiapkan gambar-gambar sesuai dengan tujuan
pembelajaran. Gambar yang digunakan tentunya merupakan gambar
yang relevan dengan materi yang dibahas sesuai dengan Kompetensi
Dasar.
2) Guru menempelkan gambar di papan atau ditayangkan melalui LCD
atau OHP, jika ada dapat pula menggunakan proyektor. Pada
tahapan ini guru juga dapat meminta bantuan siswa untuk
mempersiapkan gambar yang telah dibuat dan sekaligus
pembentukan kelompok siswa.
3) Guru memberi petunjuk dan memberi kesempatan pada siswa untuk
memperhatikan/menganalisis gambar. Biarkan siswa melihat dan
menelaah gambar yang disajikan secara seksama, agar detil gambar
dapat dipahami oleh siswa. Selain itu, guru juga memberikan
deskripsi jelas tentang gambar yang sedang diamati siswa.
4) Melalui diskusi kelompok 2-3 orang siswa, hasil diskusi dari analisis
gambar tersebut dicatat pada kertas. Kertas yang digunakan akan
lebih baik jika disediakan oleh guru.
5) Tiap kelompok diberi kesempatan membacakan hasil diskusinya.
Siswa dilatih untuk menjelaskan hasil diskusi mereka melalui
perwakilan kelompok masing-masing.
6) Mulai dari komentar/hasil diskusi siswa, guru mulai menjelaskan
materi sesuai tujuan yang ingin dicapai. Setelah memahami hasil
dari analisa yang dilakukan siswa, maka guru mulai menjelaskan
materi sesuai tujuan pembelajaran yang ingin dicapai.
7) Guru dan siswa menyimpulkan materi sesuai dengan tujuan
pembelajaran.14
Adapun menurut Shoimim (2014), langkah-langkah model
pembelajaran example non example15 adalah sebagai berikut:
1. Guru menulis topik pembelajaran
2. Guru menulis tujuan pembelajaran
3. Guru membagi siswa dalam kelompok (masing-masing kelompok
beranggotakan 6-7 orang).
4. Guru menempelkan gambar di papan tulis atau menayangkan
melalui LCD atau OHP.
5. Guru meminta kepada masing-masing kelompok untuk membuat
rangkuman tentang macam-macam gambar yang ditunjukkan oleh
guru melalui LCD.
6. Guru meminta salah satu kelompok mempresentasikan hasil
rangkumannya, sementara kelompok lain sebagai penyangga dan
penanya.
7. Siswa melalukan diskusi
8. Guru memberikan penguatan pada hasil diskusi.

14
Agus Suprijono, Cooperative learning Teori dan Aplikasi PAIKEM (Yogyakarta: Pustakan
Pelajar, 2012).
15
Aris Shoimin, 68 Model Pembelajaran INOVATIF dalam Kurikulum 2013 (Yogyakarta: AR
RUZZ Media, 2018).
5. Skema Kerangka Pemikiran

Guru masih menggunakan


Pemahaman
Kondisi pendekatan kontekstual
siswa masih
awal belum menerapkan
rendah
metode yang mudah
dipahami

Siklus I
Menggunakan
Tindakan metode example non
example

Siklus II

Pemahaman
Kondisi akhir : siswa meningkat

F. Penelitian Terdahulu
Penelitian yang dilakukan oleh Ai Siti Hasanah, menyimpulkan bahwa
pelaksanaan pembelajaran dengan menggunakan metode resitasi siswa dapat
melaksanakan tuntutan yang harus dilakukan oleh siswa. Dengan proses
pembelajaran yang diawali orientasi pembelajaran, penyajian bahan ajar dan
penyelesaian tugas. Adapun dengan menggunakan metode resitasi ini, dari
siklus I dan II mengalami peningkatan mengenai proses pembelajarannya
sehingga kondisinya lebih efektif dan kondusif. Dengan hasil rata-rata
presentase kemampuan siswa dalam membaca Al-Quran pada evaluasi (tes
tulis) siklus I mencapai 79,06 dan tes lisannya (praktik membaca Al-Quran)
mencapai 70,75 dengan kategori baik. Kemudian di siklus II terdapat
peningkatan hasil rata-rata presentase kemampuan siswa dalam membaca Al-
Quran pada evaluasi (tes tulis) siklus II mencapai 85,88 dan tes lisannya (praktik
membaca Al-Quran) mencapai 77,64 pada tes tulisnya dikategorikan amat baik,
pada tes lisannya masih dikategorikan baik.16
Penelitian atas nama Siska Dwi Agustin, menyimpulkan bahwa pengaruh
penguasaan hukum bacaan mim mati terhadap kemampuan membaca Al-
Qur’an surat pendek diperoleh sebesar 9.788. Pada uji signifikansi diketahui
bahwa t hitung (9.788) lebih besar dari t tabel pada taraf signifikansi 5% (1.662).
Jadi, hipotesis yang menyatakan “ada pengaruh yang Signifikan penguasaan
hukum bacaan mim mati terhadap kemampuan membaca Al Qur’an surat
pendek siswa MTs Darul Falah Bendiljati Kulon” diterima dan hipotesis yang
menyatakan “tidak ada pengaruh yang Signifikan penguasaan hukum bacaan
mim mati terhadap kemampuan membaca Al Qur’an surat pendek siswa MTs
Darul Falah Bendiljati Kulon” ditolak.17
Dalam segi perbedaan antara penelitian sebelumnya dengan penelitian yang
akan dilaksanakan tentunya dalam hal penerepan metode pembelajaran yang
akan diberikan kepada peserta didik yakni peneliti menggunakan metode
example non example. Adapun kelebihan yang didapatkan dengan adanya
penelitian yang akan dilaksanakan yakni pemahaman peserta didik menjadi
meningkat dengan metode yang baru.
G. Hipotesis Tindakan
Penerapan metode example non example mampu meningkatkan
pemahaman pada mata pelajaran ilmu tajwid materi hukum mim mati deengan
kemampuan sebesar 80% pada maksimal 2 siklus.

16
Ai Siti Hasanah, “Upaya Meningkatakan Kemampuan Siswa Dalam Membaca Al-Qur’an
Melalui Metode Resitasi. (Penelitian Tindakan Kelas pada Bidang Studi PAI Di Kelas VII SMPN
3 Cileunyi-Bandung)” (UIN Sunan Gunung Djati Bandung, 2014).
17
Siska Dwi Agustin, “PENGARUH PENGUASAAN HUKUM BACAAN TAJWID
TERHADAP KEMAMPUAN MEMBACA AL QUR’AN SURAT PENDEK SISWA MTS
DARUL FALAH BENDILJATI KULON SUMBERGEMPOL TULUNGAGUNG” (IAIN
Tulungagung, 2018), http://repo.iain-tulungagung.ac.id/7846/.
H. Langkah- langkah Penelitian
1. Pendekatan, Metode, dan Jenis Penelitian
a. Pendekatan penelitian: Pendekatan Kualitatif
Pendekatan kuantitatif Adalah metode yang lebih menekankan pada
aspek pengukuran secara obyektif terhadap fenomena social. Dari segi
perspektifnya penelitian kuantitatif lebih menggunakan. Penelitian
kualitatif adalah penelitian yang bertujuan memahami realitas sosial
yaitu melihat dunia dari apa adanya bukan dunia yang seharusnya maka
seorang peneliti kualitatif haruslah orang yang memiliki sifat open
minded.
Tujuan dari metode kualitatif adalah untuk memperoleh data yang
lebih mendalam, mengembangkan teori, mengklarifikasi fakta dan
kompleksitas kasus yang diteliti. Dalam hal teknik pengumpulan data,
metode kualitatif biasanya digunakan dalam teknik analisis partisipatif
dan wawancara mendalam. Alat pencarian yang digunakan juga dapat
dimodifikasi. Terjemahan berupa buku catatan, alat perekam, dan
kemampuan peneliti menerjemahkan.
b. Metode Penelitian
Metode yang digunakan oleh peneliti adalah penelitian tindakan
kelas. Menurut Suyanti, 1997: 4 bahwa penelitian tindakan kelas
merupakan suatu bentuk penelitian yang bersifat rekleftif dengan
melakukan tindakan-tindakan tertentu agar dapat memperbaiki atau
meningkatkan praktik-praktik pembelajaran di kelas secara lebih
profesional. Dalam literature berbahasa Inggris, penelitian tindakan
kelas dikenal dengan istilah classroom action research yang disingkat
(CAR). Classroom actin research (CAR) adalah action research yang
dilaksanakan oleh guru di dalam kelas. Action research pada hakikatnya
merupakan rangkaian “riset-tindakan-riset-tindakan-…” yang dilakuakn
secara siklik, dalam rangka memecahkan masalah sampai masalah itu
terpecahkan18. Action research lebih bertujuan untuk memperbaiki
kinerja, sifatnya kontekstual dan hasilnya tidak untuk digeneralisasi.
McNiff, seperti dikutip oleh Suyatno (1997) memandang bahwa
penelitian tindakan kelas sebagai bentuk penelitain reflektif yang
dilakukan oleh guru sendiri, hasilnya dapat digunakan sebagai alat untuk
pengembangan kurikulum, pengembangan sekolah, dan pengembangan
keahlian mengajar.
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa penelitian tindakan
kelas adalah penelitian yang berbentuk reflektif yang dilakukan oleh
guru sendiri untuk memperbaiki kinerja dalam mengajar sehingga
menjadi meningkat.
c. Jenis Penelitian: Penelitian Lapangan
Penelitian lapangan merupakan salah satu metode pengumpulan data
yang tidak memerlukan pengetahuan mendalam akan literature yang
digunakan dan kemampuan tertentu dari pihak peneliti. Penelitian
lapangan biasa dilakuakn untuk memutuskan ke arah mana
penelitiannya berdasarkan konteks. Penelitian lapangan biasa diadakan
diluar ruangan. Dalam penentuan lokasi penelitian, Moleong (2007:132)
menentukan cara terbaik untuk ditempuh dengan jalam
mempertimbangkan teori substansid dan menjajaki lapangan dan
mencar kesesuaian dengan kenyataan yang ada dilapangan. Sementara
itu,
2. Tempat dan Lokasi Penelitian
Penelitian tindakan ini akan dilaksanakan di TPQ Miftahul Hidayah
dengan alamat di Kp. Manjah Beureum Rt 06 Rw 12, Desa Cileunyi Wetan,
Kec. Cileunyi, Kab. Bandung. Peneliti memilih TPQ ini sebagai tempat
penelitian adalah sebagai berikut:

18
Mahmud Teti Priatna, Penelitian Tindakan Kelas: Teori dan Praktik (Bandung: Tsabita,
2008).
a. Dalam pelaksanaan pembelajaran ilmu tajwid belum pernah
menggunakan metode example non example, sehingga pemahaman
anak-anak menjadi kurang paham.
b. Pihak TPQ terutama ustad/ustadzah dan wali kelas IV sangat
mendukung dilaksanakannya penelitian tindakan kelas dalam rangka
meningkatkan pemahaman pada mata pelajaran ilmu tajwid materi
hukum mim mati
3. Subjek dan Objek Penelitian
a. Subjek Penelitian
Penelitian tindakan dilakukan di TPQ Miftahul Hidayah pada kelas
IV pada mata pelajaran ilmu tajwid semester 1 tahun pelajaran
2021/2022. Dari jumlah 6 kelas yang ada di TPQ, namun subjek utama
dalam penelitian ini adalah peserta didik kelas IV TPQ Miftahul
Hidayah yang berjumlah 13 orang, yang terdiri dari 5 perempuan dan 8
laki-laki dengan latar belakang dan kemampuan pemahaman yang
berbeda.
Adapun alasan dari melakukan penelitian di kelas IV TPQ Miftahul
Hidayah in, yaitu karena berdasarkan dari hasil observasi yang
dilakukan pada saat kegiatan pembelajaran dimana sebagian anak-anak
masih belum bisa memahami materi pelajaran yang disampaikan.
Dikarenakan tidak terciptanya suasana nyaman dan menyenangkan saat
proses pembelajaran, kurangnya kreativitas guru dalam memilih model
pembelajaran dikelas, guru hanya menggunakan metode ceramah dalam
proses pembelajaran.
b. Objek Penelitian
Objek penelitian tindakan kelas ini adalah menggunakan metode
pembelajaran example non example, dimana pada saat proses
pelaksanaanya guru berperan sebagai pembimbing atau fasilitator bagi
anak-anak dalam proses kegiatan belajar mengajar. Kegiatan
pembelajaran diciptakan melalui metode ini yang dapat dirancang
sedemikian rupa dengan menyajikan beberapa gambar atau contoh
sebagai langkah pembelajaran dikelas.
4. Jenis dan Sumber Data
a. Jenis Data Penelitian
1) Data kualitatif, yang berisi kalimat penjelasan yang diambil dari
hasil observasi peneliti pada siswa selama kegiatan pembelajaran
berlangsung dan hasil pengamatan observer pada kegiatan
pembelajaran yang dilakukan peneliti dianalisis dengan deskripsi
persentase dan dikelompokkan berdasarkan kategori.
2) Data kuantitatif
Data kuantitatif berupa angka-angka yang diambil dari hasil evaluasi
setelah diadakan pembelajaran diolah dengan menggunakan teknik
deskriptif persentase. Nilai dianalisi berdasarkan pencapaian anak-
anak yakni nilai tertinggi, terendah, jumlah rerata kelas dan
ketuntasan.
Adapun jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalag
berupa pengamatan atau observasi pelaksanaan pembelajaran, angket,
lembar wawancara, serta foto kegiatan pembelajaran.
b. Sumber Data Penelitian
Yang dimaksud dengan sumber data dalam penelitian adalah
subyek dari mana data dapat diperoleh19. Dalam penelitian ini peneliti
menggunakan dua sumber data yaitu:
1) Sumber data primer, yaitu data yang langsung dikumpulkan oleh
peneliti (atau petugasnya) dari sumber pertamanya 20. Adapun yang
menjadi sumber data primer dalam penelitian ini adalah siswa kelas
IV di TPQ Miftahul Hidayah sumber primernya hasil tes kepada
siswa.
2) Sumber data sekunder, yaitu data yang langsung dikumpulkan oleh
peneliti sebagai penunjang dari sumber pertama. Dapat juga

19
Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik, 129.
20
Sumadi Suryabrata, Metode Penelitian (Jakarta: Rajawali, 1987), 93.
dikatakakn data yang tersusun dalam bentuk dokumen-dokumen.
Dalam penelitian ini, dokumentasi merupakan sumber data
sekunder.
5. Instrument Penelitian/Teknik Pengumpulan Data
Data-data yang diperoleh dalam penelitian dikumpulkan dengan
menggunakan cara-cara yang tepat dan mendukung dalam penelitian
tindakan kelas ini. Adapun pengumpulan data dapat dilakukan dengan
menggunakan cara sebagai berikut:
a. Tes/Ujian
Tes adalah serentetan pertanyaan atau latihan yang digunakan untuk
mengukur ketrampilan, pengetahuan, intelegensi, kemampuan atau
bakat yang dimiliki oleh individu atau kelompok. 21 Menurut Suharsimi
Arikunto, “Tes adalah instrumen yang digunakan untuk mengukur
kemampuan dasar dan pencapaian atau prestasi. Untuk mengukur dasar
antara lain tes untuk mengukur intelegensi (IQ), tes minat, tes bakat
khusus dan sebagainya, sedangkan untuk mengukur prestasi belajar
yang biasa digunakan di sekolah dapat dibedakan menjadi dua yaitu tes
buatan guru dan tes standar.22
Adapun instrument yang digunakan dalam metode ini adalah tes tertulis
untuk memperoleh data tentang penguasaan hukum mim mati. Tes
tertulis tersebut berupa 30 item soal multiple choice (pilihan ganda) dan
5 item (uraian) yang berhubungan dengan penguasaan hukum mati.
b. Observasi atau pengamatan (observation)
Observasi adalah teknik pengamatan yang dilaksanakan secara
langsung atau tidak langsung dan secara teliti terhadap suatu gejala
dalam situasi di suatu tempat23. Observasi adalah metode atau cara-cara
menganalisis dan mengadakan pencatatan secara sistematis mengenai

21
Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik, 139.
22
Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik, 223.
23
Joko Widiyanto, Evaluasi Pembelajaran (Sesuai dengan Kurikulum 2013) Konsep, Prinsip &
Prosedur (Madiun: UNIPMA Press, 2018), 148.
tingkah laku dengan melihat atau mengamati individu atau kelompok
secara langsung24.
Metode ini digunakan untuk mengetahui penerapan Assessmen
kelas di kelas IV TPQ Miftahul Hidayah Cileunyi Wetan. Adapun pada
metode ini peneliti menggunakan observasi terstruktur yaitu pedoman
observasi yang disusun secara terperinci sehingga menyerupai check-
list. Peneliti tinngal membubuhkan tanda v (check) pada kriteria yang
sesuai. Lembar pengamatan diisi pada waktu kegiatan atau proses
belajar mengajar yang melaksanakan Assessmen kelas.
c. Dokumentasi
Dokumentasi, dari asal katanya dokumen, artinya barang-barang
tertulis25. Di dalam melaksanakan metode dokumentasi, peneliti
mendapatkan data-data tertulis seperti dokumen-dokumen sekolah
misalnya: Visi dan Misi, struktur organisasi, keadaan guru, keadaan
siswa, keadaan sarana dan prasarana, dan standar penilaian.
6. Model Penelitian dan Desain Tindakan
a. Model Penelitian
Model yang akan peneliti digunakan merupaka model penelitian
tindakan yang dikembangkan oleh Kurt Lewin. Model Kurt Lewin ini
menjadi acuan pokok atau dasar dari adanya berbagai model penelitian
tindakan yang lain, khususnya penelitian tindakan kelas. Dikatakan
demikian, karena dialah yang pertama kali memperkenalkan Action
Research atau penelitian tindakan. Pelaksanaan penelitian tindakan
adalah proses yang terjadi dalam suatu lingkaran yang terus-menerus. Ia
menggambarkan penelitian tindakan sebagai serangkaian langkah yang
membentuk spiral.
Konsep pokok penelitian tindakan model Kurt Lewin terdiir dari
empat komponen, yaitu: 1) perencanaan (planning), 2) tindakan (acting),

24
Ngalim Purwanto, Prinsip-Prinsip dan Teknik Evaluasi Pengajaran (Bandung: PT Remaja
Rosdakarya, 2008), 149.
25
Suryabrata, Metode Penelitian, 159.
3) pengamatan (observing), 4) refleksi (reflecting). Hubungan keempat
komponen tersebut dipandang sebagai siklus yang dapat digambarkan
sebagai berikut:

1) Menyusun perencanaan (planning)


Pada tahapan ini peneliti menjelaskan tentang apa, mengapa, kapan,
dimana, oleh siapa, dan bagaimana tindakan tersebut dilakukan.
Penelitian tindakan yang ideal sebaiknya dilakukan secara
berpasangan antara pihak yang melakukan tindakan dan pihak yang
mengamati proses jalannya tindakan. Sepertinya halnya membuat
RPP.
2) Melaksanakan tindakan (acting)
Pada tahap ini, dari penelitian tindakan adalah pelaksanaan yang
merupakan implementasi atau penerapan isi rancangan, yaitu
mengenalkan tindakan di kelas. Dalam refleksi keterkaitan antara
pelaksanaan dan perencanaan perlu diperhatikan secara seksama
agar sikron dengan maksud tujuan penelitian.
3) Melaksanakan pengamatan (observing)
Pada tahap ketiga ini yaitu kegiatan pengamatan yang dilakukan
oleh pengamat.
4) Melakukan refleksi (reflecting)
Tahap keempat ini merupakan kegiatan untuk mengemukakan
kembali apa yang sudah dilakukan. Kegiatan refleksi ini sangat tepat
dilakukan ketika peneliti sudah selesai melakukan tindakan,
kemudian mendiskusikan rancangan tindakan26.
b. Desain Penelitian Tindakan
Proses pelaksanaa tindakan kelas ini di desain model dari Kurt
Lewin yang perangkatnya terdiri atas empat komponen yaitu planning
(perencanaan), acting (tindakan), observing (pengamatan) dan reflecting
(refleksi)27. Adapun tahapan tersebut akan diuraikan sebagai berikut:

Perencanaan

Refleksi Siklus I Pelaksanaan

Pengamatan

Perencanaan

Refleksi Siklus II Pelaksanaan

Pengamatan

1) Perencanaan
Sebelum melaksanakan penelitian tindakan kelas, seorang guru
hendaknya mempersiapkan terlebih dahulu konsepnya dengan
membuat perencanaan dalam bentuk tulisan. Menurut Arikunto

26
Iskandar, Penelitian Tindakan Kelas (Jakarta: Gaung Persada, 2011), 60.
27
Iskandar, 28.
dalam Iskandar Dadang dan Narsim (2015:23), ada beberapa
langkah yang dilakukan dalam kegiatan ini, yakni membuat scenario
pembelajaran, membuat lembaran observasi dan alat evaluasi.
Adapun langkah-langkah yang harus dilakukan dalam tahap
perencanaan adalah sebagai berikut:
a) Meminta izin kepada pihak TPQ yaitu kepala madrasah dan guru
kelas IV TPQ Miftahul Hidayah.
b) Pengkajian Kompetensi Inti, Kompetensi Dasar, Indikator,
Tujuan Pembelajaran yang selanjutkan ditujukan bersama-sama
dengan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran.
c) Merumuskan masalah yang dihadapi anak-anak sebagai langkah
awal untuk mencari solusi dalam pembuatan perencanaan
penggunaan model, metode, media dan alat evaluasi.
d) Merancang dan menyusun rencana pelaksanaan pembelajaran
(RPP) sebagai pedoman pelaksanaan pembelajaran.
e) Menyiapkan bahan dan media pembelajaran sesuai materi yang
akan disampaikan.
f) Merancang instrument penelitian menganalisis kegiatan guru,
kegiatan anak-anak, dan hasil pemahaman belajar yaitu:
 Lembar observasi
 Lembar pre tes dan post tes
 Wawancara
 Dokumentasi
2) Pelaksanaan
Tahap ini merupakan pelaksanaan scenario pembelajaran
yang telah dibuat. Arikunto dalam Dadang dan Narsim (2015:47),
memaparkan secara rinci hal-hal yang harus diperhatikan oleh guru
antara lain: Apakah ada kesesuaian antara pelaksanaan dengan
perencanaan, Apakah proses tindakan yang dilakukan pada siswa
cukup lancar, Bagaimana situasi proses tindakan, Apakah siswa-
siswa melaksanakan dengan semangat, Bagaimana hasil dari
keseluruhan tindakan itu.
Tahapan dalam Siklus diisi oleh kegiatan-kegiatan sebagai
berikut:
 Melaksanakan pembelajaran dengan menggunakana metode
example non example
 Membagi siswa ke beberapa kelompok
 Melakukan observasi aktifitas guru (peneliti) dan siswa selama
berlangsungnya kegiatan yang dilakukan oleh observer
 Pelaksanaan observasi siswa oleh guru (peneliti)
 Melaksanakan diskusi dengan guru sebagai observer peneliti dan
aktifitas dari anak-anak
 Menganalisis dan refleksi hasil belajar
 Siklus II
 Melaksanakan pembelajaran dengan menggunakana metode
example non example berdasarkan RPP
 Melakukan observasi aktifitas guru (peneliti) dan siswa selama
berlangsungnya kegiatan yang dilakukan oleh observer
 Melakukan tindakan dengan menerapkan inovasi
pengembangan
 Melaksanakan evaluasi
 Membuat kesimpulan
3) Pengamatan
Observasi dilakukan pada saat pelaksanaan tindakan dengan
menggunakan lembar observasi yang sudah dibuat. Observasi ini
dilakukan pada tiap siklus. Menurut Arikunto dalam Iskandar
Dadang dan Narsim (2015:25) mengatakan bahwa “kegiatan ini
merupakan realisasi dan lembar observasi yang telah dibuat pada
saat tahap perencanaan. Artinya pada setiap kegiatan pengamatan
wajib menyertakan lembar observasi”.
4) Refleksi
Refleksi merupakan kegiatan perenungan terhadapa kegaitan
yang telah lampau dilakukan oleh guru maupun siswa. Pada tahap
ini hasil yang diperoleh pada tahap observasi akan di evaluasi dan di
analisis. Kemudian guru bersama pengamat dan juga anak-anak
mengadakan refleksi diri dengan melihat data observasi. Segala
kekurangan yang terdapat pada siklus pertama akan di perbaiki pada
siklus berikutnya hingga tercapainya tujuan yang di inginkan.
7. Analisis Data Penelitian
Analisis merupakan tahap akhir terhadap apa yang dilakukan selama
berada dilapangan yang disertai dengna laporan penelitian tindakan kelas.
Untuk menganalisi data yang telah diperoleh melalui tes, observasi dan
wawancara. Maka peneliti menganalisis data yang telah diperoleh untuk
memastikan bahwa dengan penerapan pembelajaran ilmu tajwid melalui
metode example non example dapat meningkatkan pemahaman terhadap
materi hukum mim mati di kelas IV TPQ Miftahul Hidayah Cileunyi Wetan.
a. Analisis tes hasil belajar
Teknik analisi ini menggunakan perhitungan persentase
keberhasilan atau ketercapaian anak-anak dalam pembelajaran hukum
mim mati sebagai berikut:
𝑓
𝑃= 𝑥100%
𝑁
Keterangan:
P = Presentase keaktifan guru/siswa.
f = Banyaknya point nilai anak-anak yang muncul.
N = Jumlah aktifitas keseluruhan
Kriteria:
85-100 = sangat baik
75-85 = baik
65-75 = cukup
45-65 = kurang
0-45 = tidak baik
b. Analisis data hasil observasi
Dari lembar observasi yang telah dilakukan dapat dianalisis secara
statistic, sehingga diperoleh dara yang maksimal dengan analysis
presentase pada setiap pertanyaan. Hasilnya berupa presentase kegiatan
pembelajaran metode example non example. Rumus yang digunakan
untuk menganalsis data hasil observasi adalah:
𝑓
𝑃= 𝑥100%
𝑁
Keterangan:
P = Presentase keaktifan guru/siswa.
f = Banyaknya keaktifan anak-anak yang muncul.
N = Jumlah aktifitas keseluruhan
Kriteria:
85-100 = sangat baik
75-85 = baik
65-75 = cukup
45-65 = kurang
0-45 = tidak baik
Data kualitatif dalam penelitian ini dianalisis menggunakan
analisis data kualitatif yaitu analisis data yang diperoleh bentuk kalimat
dan aktifitas peserta didik dan guru. Analisis data ini dilakukan sejak
pengumpulan data dan dikerjakan secara intensi yaitu sesudah
meninggalkan lapangan.
8. Keabsahan Data Penelitian
Untuk menjamin kebenaran atau validitas harus dirasakan merupana
tuntutan yang terdiri dari tiga hal menurut Alwasilah dalam Al Bachri
(2010:54), yakni deskriptif, interprestasi dan teori dalam penelitian
kualitatif. Untuk menetapkan keabsahan data diperlukan tehnik
pemeriksaan, ada beberapa kriteria dalam teknik pemeriksaan data
penelitian yaitu:
a. Kredibiltas
Dalam penelitian kualitatif, data dapat dinyatakan kredibel apabila
adanya persamaan antara apa yang dilaporkan peneliti dengan apa yang
sesungguhnya terjadi pada objek yang diteliti28. Ketika dilapangan
ditemukan bahwa terdapat kurangnya pemahaman anak-anak pada saat
pembelajaran ilmu tajwid terhadap materi hukum mim mati, maka
permasalahan kurangnya pemahaman inilah yang akan dieksplorasi
informasinya oleh peneliti lebih detail.
Uji kredibilitas data atau kepercayaan data penelitian kualitatif
terdiri atas perpanjangan pengamatan, meningkatkan ketekunan,
triangulasi, analisis kasus negatif, menggunakan bahan referensi dan
member check29.
1) Perpanjangan Pengamatan
Dalam perpanjangan pengamatan untuk menguji kredibilitas
data penelitian, yaitu dengan cara melakukan pengamatan apakah
data yang diperoleh sebelumnya itu benar atau tidak ketika dicek
kembali ke lapangan. Bila setelah dicek kembali ke lapangan sudha
benar, berarti sudah kredibel, maka waktu perpanjangan pengamatan
dapat di akhiri oleh peneliti. Sebagai bentuk pembuktian bahwa
peneliti telah melakukan uji kredibiltas, maka peneliti dapat
melampirkan bukti dalam bentuk surat keterangan perpanjangan
pengamatan dalam laporan penelitian30.
2) Meningkatkan Ketekunan
Peneliti dapat meningkatkan ketekunan dalam bentuk
pengecekan kembali apakah data yang telah ditemukan itu benar
atau tidak, dengan cara melakukan pengamatan secara terus-
menerus, membaca berbagai referensi buku maupun hasil penelitian

28
Arnild Augina Mekarisce, “Teknik Pemeriksaan Keabsahan Data Pada Penlitian Kualitatif di
Bidang Kesehatan Masyarakat,” Jurnal Ilmiah Kesehatan Masyarakat 12 (2020),
file:///C:/Users/ASUS/Downloads/102-Article Text-619-1-10-20200910.pdf, 147.
29
Sugiyono, Metode Penelitian Kualitatif. Untuk Penelitian yang Bersifat: Eksploratif,
Enterpretif, Interaktif, dan Konstruktif (Bandung: Alfabeta, 2017).
30
Sugiyono.
atau dokumentasi yang terkait, sehingga wawasan peneliti akan
semakin luas dan tajam.
3) Triangulasi
Triangulasi diartikan juga sebagai kegiatan pengecekan data
melalui beragam sumber, teknik, dan waktu.
a) Triangulasi sumber
Triangulasi sumber dapat dilakukan dengan cara
melakukan pengecekan data yang telah diperoleh melalui
berbagai sumber. Dalam penerapan penelitian ini, untuk menguji
kredibilitas data tentang pemahaman terhada materi hukum mim
mati, maka penguji keabsahan terhadap data yang telah
diperoleh dapat dilakukan kepada guru wali kelas, guru yang
megang mata pelajaran ilmu tajwid dan kepada teman sejawat.
b) Triangulasi teknik
Triangulasi teknik dapat dilakukan dengan melakukan
pengecekan data kepada sumber yang sama, namun dengan
teknik yang berbeda. Misalnya melakukan kembali wawancara
secara mendalam, observasi dan melihat kembali dokumentasi
yang telah didapat lebih detail. Apabila dengan berbagai teknik
tersebut menghasilkan data yang berbeda-beda satu sama
lainnya, peneliti dapat melakukan diskusi lebih lanjut kepada
sumber data yang terkait hingga didapatkan kepastian dan
kebenaran datanya 31.
c) Triangulasi waktu
Triangulasi waktu dapat dilakukan dengan melakukan
pengecekan kembali terhadap data kepada sumber dan tetap
menggunaakan teknik yang sama, namun dengan waktu atau
situasi yang berbeda. Sebagai contoh, ketika ingin mengetahui
faktor penghambat dan pendukung dalam pemahaman anak-

31
Sugiyono.
anak terhadap pembelajaran ilmu tajwid, maka informan
sebelumnya yang telah dilakukan wawancara mendalam,
diulangi wawancaranya pada waktu atau situasi berbeda.
Apabila hasil uji tetap menunjukkan data yang berbeda, peneliti
dapat melakukannya secara berulang hingga ditemukan
kepastian data.
4) Member check
Member check merupakan proses pengecekan data kepada
sumber data. Member check dapat dilakukan setelah berakhirnya
satu periode pengumpulan data. Mekanismenya dapat dilakukan
secara individual, yaitu peneliti menemui sumber data atau bertemu
dalam forum diskusi kelompok. Pada proses ini data dapat ditambah,
dikurangi, ataupun ditolak oleh sumber data hingga diperolehnya
kesepakatan bersama, dapat berupa dokumen yang telah ditanda-
tangani32
b. Tranferabilitas (transferability)
Pada penelitian kualitatif, nilai transferabilitas tergantung pada
pembaca sampai sejauh mana hasil penelitian tersebut dapat diterapkan
pada konteks dan situasi sosial yang lain. Jika pembaca memperoleh
gambaran dan pemahaman jelas tentang laporan penelitian (konteks dan
fokus penelitian), seperti mengenai gambaran pemahaman anak-anak
terhadap mata pelajaran ilmu tajwid materi hukum mim mati melalui
metode example non example secara jelas, maka hasil penelitian itu
dapat dikatakan memiliki transferabilitas tinggi 33.
c. Dependabilitas (dependability)
Uji dependabilitas dapat dilakukan melalui kegiatan audit terhadap
seluruh proses penelitian. Hasil penelitian tidak dapat dikatakan

32
Sugiyono.
33
Mekarisce, “Teknik Pemeriksaan Keabsahan Data Pada Penlitian Kualitatif di Bidang
Kesehatan Masyarakat.”
dependable jika peneliti tidak dapat membuktikan bahwa telah
dilakukannya rangkaian proses penelitian secara nyata34.
Mekanisme uji dependabilitas dapat dilakukan melalui audit oleh
auditor independen, atau pembimbing terhadap rangkaian proses
penelitian. Sebagai contoh, bagaimana peneliti mulai menentukan
masalah maupun fokus penelitian, seperti terkait pemahaman anak-anak
terhadap materi hukum mim mati melalui metode example non example,
bagaimana menentukan sumber data yang dapat menjelaskan tentang
materi hukum mim mati, bagaimana memasuki lapangan, bagaimana
mekanisme pengumpulan data, bagaimana melakukan pemeriksaan
keabsahan data, bagaimana melakukan analisis data, hingga bagaimana
melakukan penarikan kesimpulan.
d. Konfirmabilitas (konfirmability)
Konfirmabilitas dalam penelitian kualitatif lebih diartikan sebagai
konsep intersubjektivitas (konsep transparansi), yang merupakan bentuk
ketersediaan peneliti dalam mengungkapkan kepada publik mengenai
bagaimana proses dan elemen-elemen dalam penelitiannya, yang
selanjunya memberikan kesempatan kepada pihak lain untuk melakukan
assessment/penilaian hasil temuannya sekaligus memperoleh
persetujuan diantara pihak tersebut35.
9. Standar Ketuntasan Penelitian
Suatu tindakan dikatakan berhasil apabila mampu mencapai standar
yang telah ditentukan. Menurut Block (1971, p.3) berpendapat bahwa
dengan belajar tuntas sekitar 75% - 90% dari peserta didik dapat menguasai
pelajaran secara tuntas dari pelajaran yang diberikan. Selain itu, belajar
tuntas membuat peserta didik dapat belajar lebih efisien dari pada
menggunakan pembelajaran pendekatan konvensional. Peserta didik
dikatakan tuntas belajat apabila telah memperoleh nilai lebih dari atau sama

34
Sugiyono, Metode Penelitian Kualitatif. Untuk Penelitian yang Bersifat: Eksploratif,
Enterpretif, Interaktif, dan Konstruktif.
35
Afiyanti Y, “Validitas dan Reliabilitas dalam Penelitian Kualitatif.,” Jurnal Kesehatan
Indonesia 12 (2018): 137.
dengan Standar Ketuntasan Belajar Minimal (SKBM). SKBM pada tiap
sekolah berbeda-beda dimana SKBM ditentukan oleh guru dan sekolahnya
masing-masing.
Block (1971, p.3) berpendapat bahwa dengan belajar tuntas sekitar
75% - 90% dari peserta didik dapat menguasai pelajaran secara tuntas dari
pelajaran yang diberikan. Selain itu, belajar tuntas membuat peserta didik
dapat belajar lebih efesien dari pada menggunakan pembelajaran
pendekatan konversional. Peserta didik dikatakan tuntas belajar apabila
telah memperoleh nilai lebih dari atau sama dengan Standar Ketuntasan
Belajar Minimal (SKBM). SKBM pada tiap sekolah berbeda-beda dimana
SKBM ditentukan oleh guru dan sekolahnya masing-masing.
Penelitian dikatakan tuntas apabila penelitian tindakan sudah
dilakukan sebanyak 2 siklus dengan persentasi 80%. Dan nilai yang di dapat
siswa lebih meningkat dari sebelumnya yaitu siklus1. Dengan demikian
pemahaman siswa dalam menguasai pelajaran ilmu tajwid materi hukum
mim mati secara benar dan tepat.
DAFTAR PUSTAKA

Abdurohim, Acep Iim. Pedoman Ilmu Tajwid Lengkap. Bandung: CV Penerbit


Diponegoro, 2003.
Agustin, Siska Dwi. “PENGARUH PENGUASAAN HUKUM BACAAN
TAJWID TERHADAP KEMAMPUAN MEMBACA AL QUR’AN SURAT
PENDEK SISWA MTS DARUL FALAH BENDILJATI KULON
SUMBERGEMPOL TULUNGAGUNG.” IAIN Tulungagung, 2018.
http://repo.iain-tulungagung.ac.id/7846/.
Al-Jamzuri, Sulaiman. Fathul Aqfal. Semarang: Maktabah Al-Alawiyah, n.d.
Arikunto, Suharsimi. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik, n.d.
Choiril Ummah, Marzuki Sun. Dasar- Dasar Ilmu Tajwid. Yogyakarta: DIVA
Press, 2020.
Hasanah, Ai Siti. “Upaya Meningkatakan Kemampuan Siswa Dalam Membaca
Al-Qur’an Melalui Metode Resitasi. (Penelitian Tindakan Kelas pada Bidang
Studi PAI Di Kelas VII SMPN 3 Cileunyi-Bandung).” UIN Sunan Gunung
Djati Bandung, 2014.
Implementasi Kurikulum LPPTKA BKPRMI 2020. Jakarta Pusat: LPPTKA
BKPRMI Pusat, n.d.
Iskandar. Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: Gaung Persada, 2011.
Madrasah, Pengawas. “Ilmu Tajwid,” 2016. http://ilmutajwid.id/category/hukum-
mim-mati.
Mekarisce, Arnild Augina. “Teknik Pemeriksaan Keabsahan Data Pada Penlitian
Kualitatif di Bidang Kesehatan Masyarakat.” Jurnal Ilmiah Kesehatan
Masyarakat 12 (2020). file:///C:/Users/ASUS/Downloads/102-Article Text-
619-1-10-20200910.pdf.
Priatna, Mahmud Teti. Penelitian Tindakan Kelas: Teori dan Praktik. Bandung:
Tsabita, 2008.
Purwanto, Ngalim. Prinsip-Prinsip dan Teknik Evaluasi Pengajaran. Bandung:
PT Remaja Rosdakarya, 2008.
Rahmat, Syarif. “Terjemahan Kitab Tuhfatul Atfhal.” Pustaka Ilmu Sunni
Salafiyah, 2012. http://www.piss-ktb.com/2012/07/terjemah-kitab-tajwid-
tuhfatul-athfal.html.
Riadi, Muchlisin. “Model Pembelajaran Example Non Example.”
kajianpustaka.com, 2020. https://www.kajianpustaka.com/2020/06/model-
pembelajaran-examples-non-examples.html.
Rizkala, Adam. “Pengertian Ilmu Tajwid dan Hukum Mempelajarinya.”
NasehatQur;an.com, 2019.
https://www.nasehatquran.com/2019/02/pengertian-ilmu-tajwid.html.
Shoimin, Aris. 68 Model Pembelajaran INOVATIF dalam Kurikulum 2013.
Yogyakarta: AR RUZZ Media, 2018.
Sugiyono. Metode Penelitian Kualitatif. Untuk Penelitian yang Bersifat:
Eksploratif, Enterpretif, Interaktif, dan Konstruktif. Bandung: Alfabeta,
2017.
Suprijono, Agus. Cooperative learning Teori dan Aplikasi PAIKEM. Yogyakarta:
Pustakan Pelajar, 2012.
Suryabrata, Sumadi. Metode Penelitian. Jakarta: Rajawali, 1987.
Widiyanto, Joko. Evaluasi Pembelajaran (Sesuai dengan Kurikulum 2013)
Konsep, Prinsip & Prosedur. Madiun: UNIPMA Press, 2018.
Y, Afiyanti. “Validitas dan Reliabilitas dalam Penelitian Kualitatif.” Jurnal
Kesehatan Indonesia 12 (2018).
LEMBAR OBSERVASI
Observasi Tes Hukum Mim Mati
Nama :
Kelas :
Sekolah :
Mata Pelajaran:
Isilah pernyataa di bawah ini dengan baik dan tepat!
Pernyataan
No Hal yang diamati
Benar Salah
1 Nama lain dari hukum mim mati adalah mim
sukun
2 Hukum mim mati terbagi menjadi 3 bagian yaitu
idzhar syafawi, ikhfa syafawi dan idgham mimi
3 Mim mati bertemu dengan ba disebut idgham
mimi
4 Mim mati bertemu dengan ta disebut dizhar
syafawi
5 Idgham mimi adalah pertemuan mim mati dengan
huruf ba
6 ِ ‫و هُ ْم ُمع‬ayat
َ‫ْرضُوْ ن‬ َ di samping adalah contoh bacaan
idgham mimi
7 ayat disamping merupakan contoh bacaan ‫تَرْ ِم ْي ِه ْم ِب ِح َجا َر ٍة‬
ikhfa syafawi
8 Nama lain idgham mimi adalah idgham
mutamasilain
9 ،‫ ن‬،‫ ث‬،‫ ح‬،‫ ص ع‬Huruf-huruf di samping adalah
huruf idzhar syafawi
10 Ayat disamping adalah contoh bacaan ‫اَ ْم اَ ِم ْنتُ ْم‬
idzhar syafawi
Observasi Penilaian Aktivitas Guru Dalam Pelaksanaan Pembelajaran
Penilaian
Kegitan Hal yang Diamati
1 2 3 4
Apersepsi Persiapan pembelajaran ( RPP )
Menyiapkan media pembelajaran
Penampilan penyaji
Kegiatan inti PENDAHULUAN
Pemeriksaan Kehadiran siswa
Pelaksanaan apersepsi
Menyampaikan tujuan pembelajaran
Pemberian motivasi pembelajaran
Penjelasan alur pelaksanaan
pembelajaran
Inti
Penjelasan alur pelaksanaan
pembelajaran
Keterpaduan bahan pembelajaran
Penggunaan media pembelajaran
Penerapan metode pembelajaran
Pemberian pengalaman
berbahasa kepada
Pembahasan hasil kerja yang
melibatkan
Pemberian bimbingan kepada siswa
Penutup Membuat kesimpulan dengan
melibatkan peserta didik
Melakukan refleksi
Memberikan tugas sebagai bentuk
tindak lanjut
Jumlah skor
𝑗𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑠𝑘𝑜𝑟
𝑁𝑖𝑙𝑎𝑖 ∶ 𝑥4=⋯
𝑠𝑘𝑜𝑟 𝑡𝑜𝑡𝑎𝑙 75

Keterangan :
4 : Sangat baik
3 : Baik
2 : Tidak Baik
1 : Sangat Tidak Baik

Lembar Observasi Aktivitas Belajar Siswa


Skor
No Aspek yang Dinilai Jumlah
1 2 3 4 5
1 Kesiapan siswa untuk menerima
materi pelajaran
Masuk kelas tepat waktu
Menyiapkan perlengkapan belajar
2 Antusiasme siswa dalam
mengikuti kegiatan diskusi
kelompok
Menyimak seluruh informasi yang
disampaikan oleh guru
Tidak mengobrol dengan teman
dalam kelompok kecuali
membahas bahan pelajaran
Memberikan tanggapan terhadap
apa yang disampaikan oleh guru
3 Aktivitas siswa dalam kegiatan
diskusi kelompok
Mengajukan pendapat pada saat
diskusi kelompok
Melaksanakan diskusi kelompok
sampai batas waktu yang
ditentukan
4 Aktivitas siswa dalam
memecahkan masalah
Mengerjakan tugas yang diberikan
secara diskusi
Memastikan semua anggota
kelompok sudah menguasai materi
5 Aktivitas siswa dalam
mempresentasikan hasil diskusi
Memperlihatkan hasil diskusi
kelompok pada guru
Mempresentasikan hasil diskusi di
depan kelas
Memberi tanggapan atas hasil
diskusi yang telah dikerjakan oleh
temannya
6 Partisipasi siswa dalam
menutup kegiatan pembelajaran
Mencatat kesimpulan atau
rangkuman materi yang diberikan

Keterangan :
5 : Sangat baik
4 : Baik
3 : cukup
2 : kurang
1 : sangat kurang

Anda mungkin juga menyukai