Anda di halaman 1dari 32

ANALISIS KETERAMPILAN PROSES SAINS SISWA PADA MATERI

ASAM BASA MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN GUIDED


INQUIRY KELAS XI IPA SMA NEGERI 1 PALI

PROPOSAL SKRIPSI

OLEH:
Ajeng Putriyani
2130208049

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN KIMIA


FAKULTAS ILMU TARBIYA DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI RADEN FATAH PALEMBANG
TAHUN 2023
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Arahan program pendidikan sains adalah pada pengembangan keterampilan dan
kemampuan siswa untuk memecahkan masalah kehidupan sehari-hari, berpikir kritis ,dan
juga menyakinkan bahwa semua siswa memperoleh pengetahuan yang diperlukan untuk
latihan dan tanggung jawab sosial serta mengatasi masalah kehidupan dalam masyarakat
yang selalu mengalami perubahan yang kompleks dan dinamis. Demikian pula bakat-bakat
untuk berpikir kreatif inovatif hendaknya dikembangkan dalam pembelajaran sains karena
ciri manusia bermakna adalah manusia kreatif.
Bidang kimia seharusnya merupakan pelajaran yang menyenangkan,karena
berhubungan dengan kehidupan sehari-hari. Akan tetapi apa yang diharapkan umumnya
berlainan dengan kenyataan. Hal ini dapat terjadi salah satunya adalah dengan
menggunakan model pembelajaran yang kurang tepat oleh dalam mengajar. Guru lebih
bantak menanamkan konsep-konsep materi pelajaran melalui transfer informasi dan
pemberian contoh -contoh yang cenderung dihafal siswa,sehingga tidak membentuk
konsepsi yang benar. Pembelajaran seperti ini tentu saja akan menciptakan suasana kelas
yang statis,monoton, dan membosankan. Dengan demikian perlu adanya peran guru dalam
menentukan model pembelajaran yang tepat yang tidakhanya berpengaruh terhadap hasil
belajar saja, tetapi dapat juga perpengaruh terhadap keterampilan prosesnya. Proses belajar
merupakan hasil yang kompleks, siswalah yang menentukan terjadi atau tidak terjadi
belajar. Guru hanya berfungsi sebagai penbimbing dan pengaruh,sedangkan yang
menggerakan proses tersebut harus datang dari siswa. Dengan demikian seorang pendidik
perlu menerapkan sebuah pendekatan yang mengarahkan siswa untuk berperan aktif dan
menggali potensi yang ada pada dirinya sendiri, Sehingga siswa mampu mengembangkan
keterampilan-ketrampilan tertentu seperti keterampilan dalam mengamati, menafsirkan,
mengelompokkan,meramalkan, komunikasi, membuat hipotesis, merencanakan penelitian,
menggunakan alat dan bahan, dan mengajukan pertannyaan.
Apabila kegiatan belajar-mengajar terus menerus seperti ini maka akan
menimbulkan ketidaktahuan siswa mengenai proses dari konsep kimia yang diperoleh.
Akibatnya keterampilan proses yang dimiliki oleh siswa menjadi rendah. Untuk
mewujudkan hasi seperti diatas,diperlukan suatu model pembelajaran yang mengarahkan
siswa dalam membangun pengetahuannya melalui proses penyelidikan. Salah satu model
pembelajaran yang melibatkan keaktifan siswa untuk mengkonstruk sendiri
pengetahuannya adalah model guided inquiry(inkuiri terbimbing). Metode guided inquiry
merupakan aplikasi dari pembelajaran konstruktivisme yang didasarkan pada pada
observasi dan studi ilmiah. Dalam pembelajaran guided inquiry siswa didorong untuk
belajar sebagian besar melalui keterlibatan aktif mereka sendiri untuk memiliki
pengalaman dan melakukan percobaan yang memungkinkan mereka menemukan”ptinsip”
untuk diri mereka sendiri.
Salah satu konsep kimia yang sesuai dengan karakteristik diatas adalah konsep
asam basa. Konsep asam basa membutuhkan pemikiran dan penjelasan melalui penalaran,
sehingga siswa dapat memecahkan masalah yang dihadapi. Konsep asam basa juga dapat
dilakukan dengan menggunakan percobaan sederhana karena konsep ini sering ditemui
dalam kehidupan sehari-hari. Melalui suatu percobaan sederhana, siswa akan merasa
tertarik untuk malakukan suatu pengamatan dan penyelidikan, Kegiatan penyelidikan
sangat penting karena dapat mengoptimalkan keterlibatan pengalaman langsung siswa
dalam proses pembelajaran,sehingga siswa dapat mengembangkan kemampuaannya dalam
menggunakan keterampilan proses mengamati, menafsirkan, menggunakan alat,bahan dan
sumber,menerapkan konsep dan mengomunikasihkan hasil penyelidikan kepada guru dan
teman-teman. Hal ini membuat belajar siswa lebih bermakna dan berlangsung tetap.
Oleh karena itu, pembelajaran menggunakan guided inquiry membuat siswa
mengkonstruk sendiri pengetahuannya dengan melakukan aktivitas aktif dalam
pembelajarannya. Pelajaran kimia pun menjadi lebih menarik dan mudah dipahami, lebih
menekankan pada aspek proses dan diharapkan dapat meningkatkan keterampilan proses
sains siswa.
Hadits merupakan sumber ajaran agama Islam, pedoman hidup kaum muslimin
yang kedua setelah Al-quran, Bagi mereka yang telah beriman kepada Al-quran sebagai
sumber hukum, maka secara otomatis harus percaya bahwa hadits sebagai sumber hukum
islam juga. Apabila hadits tidak berfungsi sebagai sumber hukum, maka kaum muslimin
akan menghadapi kesulitan-kesulitan dalam hal cara shalat, kadar dan ketentuan zakat, cara
haji dan lain sebagainya. Sebab ayat-ayat Al-quran dalam hal itu hanya berbicara secara
global dan umum, yang menjelaskan secara terperinci justru Sunnah Rasulullah, selain itu
juga akan mendapat kesukaran-kesukaran dalam hal menafsirkan ayat-ayat yang
musytarak, dan muhtamal, dan sebagainya yang mau tidak mau memerlukan hadits atau
sunnah untuk menafsirkannya atau menjelaskanya.
Pendidikan, dalam pengertiannya yang paling luas, memainkan peran yang makin
besar untuk mewujudkan perubahan mendasar dalam cara hidup dan bertindak. Pendidikan
adalah kekuatan masa depan karena merupakan alat perubahan yang paling ampuh.1
Pendidikan bisa mencakup hampir segala macam pengetahuan manusia, dari ilmu sihir,
sampai kepada ilmu kimia dan nuklir. Bahkan dinyatakan bahwa pendidikan adalah politik
tertinggi. Karena dengan pendidikan kita bisa mempengaruhi manusia secara masal untuk
mencapai sebuah tujuan yang telah ditetapkan. Merujuk kepada pentingnya pendidikan
tersebut, maka dibutuhkan materi-materi yang harus dijadikan landasan dan sandaran
dalam pendidikan. Maka materi Pendidikan Islam adalah bahan-bahan, atau pengalaman-
pengalaman belajar ilmu agama Islam yang disusun sedemikan rupa untuk disajikan atau
disampaikan kepada anak didik.
Allah Subhanahu Wa Ta'ala berfirman:(QS. Al-Baqarah 2: Ayat 28)

َ‫ّلل َو ُك ْنت ُ ْم ا َ ْم َوا تًا فَا َ ْحيَا ُک ْم ۚ ثُم يُمِ ْيت ُ ُك ْم ثُم يُحْ يِ ْي ُك ْم ثُم اِلَ ْي ِه ت ُ ْر َجعُ ْون‬
ِ ٰ ‫ْف ت َ ْكفُ ُر ْونَ بِا‬
َ ‫َكي‬
kaifa takfuruuna billaahi wa kungtum amwaatang fa ahyaakum, summa
yumiitukum summa yuhyiikum summa ilaihi turja'uun

Artinya: "Bagaimana kamu ingkar kepada Allah, padahal kamu (tadinya) mati, lalu
Dia menghidupkan kamu, kemudian Dia mematikan kamu, lalu Dia menghidupkan kamu
kembali. Kemudian kepada-Nyalah kamu dikembalikan."

B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan sebelumnya,dapat diidentifikasi
beberapa masalah diantarannya:
1. Siswa mengalami kesulitan dalam mempelajari kimia karena konsep kimia cenderung
bersifat abstrak
2. Siswa kurang memahami materi dalam proses belajar akibat sistem pembelajaran yang
monoton(teacher centered)
3. Model pembelajaran yang hanya menekankan pada aspek kognitif tanpa menekankan
pada aspek psikomotor
4. Pembelajaran siswa masih bersifat menerima bukan membangun sendiri
pemahamannya dengan melakukan aktiviitas aktif dalam pembelajaran.
5. Pembelajaran yang diberikan hanya mengembangkan beberapa keterampilan saja
seperti keterampilan berkomunikasi dan observasi.

C. Batasan Masalah
Peneliti ini dibatasi pada masalah-masalah sebagai berikut:
1. Penggunaan model pembelajaran Inquiry berupa Guided.
2. Indikator KPS yang dimaksud dalam penelitian ini menurut nuryani Y. Rustaman yang
meliputiobservasi,mengelompokan,menafsirkan
3. pengamatan(Interprestasi),meramalkan(prsdiksi),berkomunikasi,berhipotesis,
merencanakan percobaan/penyelidikan,menerapkan konsep/prinsip,dan mengajukan
pertanyaan.
D. Rumusan Masalah
Berdasarkan identifikasi dan pembatasan masalah yang telah diuraikan, maka penulis
merumuskan masalah dalam penelitian ini;
“Bagaimana keterampilan proses sain siswa pada materi asam basa menggunakan model
pembelajaran guided inquiry pada kelas XI IPA SMA NEGERI 1 PALI”

E. Tujuan Penelitian
Adapun tujuan yang akan dicapai dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui kualitas
keterampilan proses sains siswa SMA NEGERI 1 PALI dengan menggunakan model
pembelajaran guided inquiry.
F. Manfaat Penelitian
Adapun manfaat penelitian ini:
1. Bagi guru atau pendidik sebagai informasi yang dapat dijadikan bahan pertimbangan
dalam memilih model pembelajaran yang tepat dan sesuai sehingga dapat menigkatkan
keterampilan proses sains.
2. Bagi siswa diharapkan dapat meningkatkan keterampilan proses sainsnya, khususnya
pada konsep asam basa.
3. Bagi peneliti diharapkan dapat dijadikan sebagai alternatif model pembelajaran kimia
dalam membuat suatu kebijakan untuk memperbaiki dan meningkatkan pembelajaran
kimia di sekolah.
BAB II
KAJIAN TEORITIS

A. Model Pembelajaran Inquiry


1. Pengertian model Inquiry
Kata inquiry berasal dari bahasa inggris yang berarti pertanyaan,pemeriksaan, atau
penyelidikan. Inquiry adalah proses mendefinisikan dan menyelidiki masalah-masalah,
merumuskan hipotesis,merancang eksperimen, menemukan data,dan menggambarkan
kesimpulan masalah-masalah tersebut. Lebih lanjut, dikemukakan bahwa esensi dari
pengajaran inquiry adalah menata lingkungan atau suasana belajar yang berfokus pada
siswa dengan memberikan bimbingan secukupnya dalam menentukan konsep- konsep
dan prinsip-prinsip ilmiah.
Menurut Wina Sanjaya,Inquiry adalah rangkaian kegiatan pembelajaran yang
menekankan pada proses berpikir secara kritis dan analitis untuk mencari menemukan
sendiri jawaban dari suatu masalah yang dipertanyakan. Menurut Lukman,
Pembelajaran Inquiry adalah memberi pembelajaran pada siswa untuk menangani
permasalahan yang mereka hadapi ketika berhadpan dengan dunia nyata dengan
menggunakan teknik yang diterapkan oleh seorang peneliti. Menurut Gulo yang dikutip
dari Trianto,menyatakan strategi inquiry berarti suatu rangkaian kegiatan belajar yang
melibatkan secara maksimal seluruh kemampuan siswa untuk mencari dan menyelidiki
secara sistematis,kritis,logis,analitis,sehingga mereka dapat merumuskan sendiri
penemuannya dengan penuh percaya diri.
Inquiry pada dasarnya adalah cara menyadari apa yang telah dialami,karena inquiry
menuntut para siswa untuk berpikir. Metode ini menempatkan peserta didik pada situasi
yang melibatkan mereka dalam kegiatan intelektual. Lebihh luas para siswa ingin
mengetahui apa yang sedang terjadi, melakukan suatu, menggunakkan simbol,
menemukan jawaban terhadap pertanyaan-pertanyaan siswa, menghubungkan temuan-
temuan dan membandingkan.
Tujuan utama dari pembelajaran inquiry dalah membandingkan keinginan dan
motivasi siswa untuk mempelajari prinsip dan konsep sains,mengembangkan
keteramppilan ilmiah siswa sehingga mampu bekerja seperti layaknya seorang
ilmuwan,dan membiasakan siswa bekerja keras memperoleh pengetahuan
2. Tingkatan inquiry
Setelah dijabarkan tentang pengertian-pengertian inquiry menurut para ahli,dalam hal
ini pun inqury mempunyai beberapa tingkatan. Dalam standard for science teacher
preparation (1998) terdapat 3 tingkatan inquiry yaitu:
a. Discovery/ Struktur inquiry
Dalam tingkatan ini tindakan utama guru ialah mengidentifikasi permasalahan dan
proses, sementara siswa mengidentifikasi alternatif hasil.
b. Guided inquiry
Tahapan ini mengacu pada tindakan utama guru ialah mengajukan
permasalahan,siswa menentukan proses penyelesaian masalah.
c. Open inquiry
Tindakan utama pada open Inquiry ialah guru memaparkan konteks penyelesaian
masalah kemudian siswa mengidentifikasi dan menyelesaikan masalah.

3. Langkah-langkah model pembelajaran Inquiry


Menurut Wina Sanjaya, terdapat enam langkah dalam pelaksaan model inquiry, yaitu:
a. Orientasi
Orientasi adalah satu langkah untuk membina suasana atau iklim pembelajaran
yang responsif, dimana guru mengkondisikan agar siswa siap melaksanakan proses
pembelajarandan guru juga merangsang dan mengajak siswanya untuk berpikir dan
memecahkan masalah. Adapun beberapa hal yang dapat dilakukan dalam tahapan
orientasi, yaitu:
1) Menjelaskan topik, tujuan, dan hasil belajar yang diharapkan dapat tercapai oleh
siswa
2) Mejelaskan pokok-pokok kegiatan yang dilakukan oleh siswa untuk mencapai
tujuan. Pada tahap ini dijelaskan langkah-langkah inquiry serta tujuan setiap
langkah, mulai dari langkah merumuskan masalah sampai merumuskan
kesimpulan.
3) Menjelaskan pentingnya topik dan kegiatan belajar. Hal ini dilakukan dalam
rangka memberikan motivasi belajar siswa
b. Merumuskan masalah
Merumuskan masalah merupakan langkah untuk membawa siswa pada suatu
persoalan yang mengandung teka-teki. Persoalan yang disajikan adalah persoalan
yang menantang siswa untuk berpikir memecahkan teka-teki itu. Dikatakan teka-
teki dalam rumusan masalah itu tentu ada jawabannya. Teka-teki yang menjadi
masalah dalam inquiryadalah teka-teki yang mengandung konsep yang harus dicari
dan ditentukan.
c. Merumuskan Hipotesis
Hipotesis adalah jawaban sementara dari suatu permasalahan yang sedang dikaji.
Sebagai jawaban sementara, hipotesis perlu dikaji kebenarannya
d. Mengumpulkan data
Mengumpulkan data dalah aktivitas menjaring informasi yang dibutuhkan untuk
menguji hipotesis yang diajukan. Dalam model inquiry,menggumpulkan data
merupakkan proses mental yang sangat penting dalam mengembangkan intelektual.
Proses penggumpulan data bukan hanya memerlikan motivasi yang kuat dalam
belajar, akan tetapi juga membutuhkan ketekunan dan kemauan menggunakkan
potensi berpikirnya. Oleh karena itu, tugas dan peran guru dalam tahap ini adalah
mengajukkan pertanyaan -pernyataan yang dapat mendorong siswa untuk berpikir
mencari informasi yang dibutuhkan.
e. Menguji Hipotesis
Menguji hipotesis adalah menentukan jawaban yang telah dianggap diterima sesuai
dengan data atau informasi yang diperoleh berdasarkan penggumpulan data. Dalam
pengujian hipotesis yang paling terpenting adalah mencari tingkat keyakinan siswa
atas jawaban yang diberikan. Disamping itu, menguji hipotesis juga berarti
mengembangkan kemampuan berpikir rasional. Artinya kebenaran jawaban yang
diberikan bukan hanya berdasarkan argumentasi,akan tetapi harus dibuktikan
dengan data yang ditemukan dan dapat dipertanggung jawabkan.
f. Merumuskan kesimpulan
Merumuskan kesimpulan adalah proses mendeskripsikan temuan yang diperoleh
berdadaarkan hasil pengujian hipotesis. Merumuskan kesimpulan
merupakan”gongnya” dalam mempelajaran. Oleh karena itu,banyaknya data yang
diperoleh menyebabkan kesimpulan yang dirumuskan tidak fokus terhadap
masalah yang hendak dipercahkan,Krena itu, untuk mencapai kesimpulan yang
akurat sebaiknya guru mamou menunukan kepada siswa data-data yang relevan.

4. Peran model pembelajaran inquiry


Dalam perkembangan model inquiry mempunyai peran penting terhadap pendidikan
disekolah. Sebagian besar guru di indonesia belum menggunakkan model inquiry
dalam kegiatan belajar mengajar di kelas. Dalam pelaksanaanya,pengunaan model
inquiry memppunyai peran penting bagi guru maupun peserta didik. Hasil penelitian
schlenker,dalam joyce dan weil mengungkapkan bahwa latihan inquiry dapat
meningkatkan pemahaman sain,Produktif dalam berpikir keratif,dan siswa menjadi
terampil dalam memperoleh dan menganalisis informasi.
5. Keunggulan dan Kelemahan Inquiry
Setiap model pembelajaran yang diggunakan pasti mempunyai keunggulan serta
kelemahan masing-masing. Dalam hal ini menurut Wina sanjaya pembelajaran inquiry
memiliki keunggulan dan kelemahan.Adapun keunggulan strategi pembelajaran
Inquiry(SPI) yang dapat dikemukakan sebagai berikut.
a. Strategi Pembelajaran Inquiry(SPI) merupakan strategi pembelajaran yang
menekankan kepada pengembangan aspek kognitif,efektif dan psikomotor secara
seimbang,sehingga pembelajaran ini dianggap lebih bermakna.
b. Strategi Pembelajaran Inquriy (SPI) dapat memberikan ruang kepada siswa untuk
belajar mereka.
c. Strategi Pembelajaran Inquiry(SPI) merupakan strategi yang dianggap sesuai
dengan perkembangan psikologi belajar modern yang dianggap belajar adalah
proses perubahan tingkah laku berkat adanya pengalaman.
d. Keuntungan lain dari strategi pembelajaran ini dalah dapat melayani kebutuhan
siswa yang memiliki kemampuan diatas rata-rata. Artinya,siswa yang mempunyai
kebutuhan belajar bagus tidak akan terhambat oleh siswa yang lemah dalma belajar.
Selain Kunggulan tadi, terdapat pula kelemhan dari pembelajaran inquiry, Adapun
kelemahan menurut Wina Sanjaya adalah:
a. Jika strategi pembelajaran inquiry (SPI) diggunakkan sebagai strategi
pembelajaran,maka akan sulit mengontrol kegiatan dan keberhasilan siswa.
b. Strategi ini sulit dalam merencanakan pembelajaran oleh karena terbentur dengan
kebiasaan siswa dalam belajar.
c. Kadang-kadang dalam mengimplrmrntasikannya,memerlukan waktu yang panjang
sehingga sering guru sulit.
d. Selama kriteria keberhasilan belajaran ditentukan oleh kemampuan sisa menguasai
pelajaran inquiry (SPI) akan sulit diimplementasikan oleh setiap guru.

B. Model Pembelajaran Guided Inqury


1. Pengertian Model Pembelajaran Guided Inquiry
Menurut Zulfiani, :Guided Inquiry adalah tahap guided inquiry mengacu pada tindakan
utama guru ialah mengajukan permasalahan,siswa menentukan proses dan
penyelesaian masalah. Menurut Rustaman, “Guided Ingquiry terbimbing adalah salah
satu model pembelajaran dimana guru membimbing siswa melakukan kegiatan dengan
memberi pertanyaan awal dan mengarahkan pada suatu diskusi. Dari uraian diatas,
guided inquiry dapat diartikan sebagai salah satu model pembelajaran berbasis inquiry
yang penyajian masalah, pertanyaan dan materi atau bahan penunjang ditentukan oleh
guru. Masalah dan pertanyaan ini yang mendorong siswa melakukan penyelidikan
untuk menentukan jawabannya.Kegiatan siswa dalam pembelajaran ini adalah
mengumpulkan data dari masalah yang ditentukan guru, membuat hipotesis,
melakukan penyelidikan, menganalisis hasil, membuat kesimpulan, dan
mengkomunikasikan hasil penyelidikan
2. Karakteristik Model Pembelajaran Guided Inquiry
Menurut Carol C. kuhlthau dan Ross J. Todd ada enam karakteristik model Guided
Inquiry, yaitu:
a. Siswa belajar aktif dan terefleksi pada pengalaman
Jhon Dewey menggambarkanpembelajaran sebagai proses aktif induvidu,
bukan sesuatu dilakukan untuk seseorang tetapi lebih kepada sesuatu itu dilakukan
oleh seseorang. Pembelajaran merupakan sebuah kombinasi dari tindakan refleksi
yang berpengalaman. Dewey sangat menekankan pembelajaran hand on
(berdasarkan pengalaman) sebagai penentang metode otoriter dan menganggap
bahwa pengalam dan inquiry sangat penting dalam pembelajaran bermakna.
b. Siswa belajar berdasarkan apa yang mereka tahu
Pengalaman masa lalu dan pengertian sebelumnya merupakan bentuk dasar
untuk membangun pengetahuan baru. Ausubel prihatin dengan individu yang
belajar materi verbal/tekstual dengan jumlah yang besar di sekolah. Menurut
Ausubel faktor terpenting yang mempengaruhi pembelajaran adalah melalui apa
yang mereka tahu.
c. Siswa mengembangkan rangkaian berfikir dalam proses
pembelajaran melalui bimbingan. Rangkaian berfikir kearah yang lebih
tinggi memerlukan proses yang mendalam yang membawa kepada sebuah
pemahaman Proses yang mendalam memerlukan waktu dan motivasi yang
dikembangkan oleh pertanyaan-pertanyaan yang otentik mengenai objek yang telah
digambarkan dari pengalaman dan keingintahuan siswa.
Proses yang mendalam juga memerlukan perkembangan kemampuan
intelektual yang melebihi dari penemuan dan pengumpulan fakta. Menurut Bloom,
kemampuan intelektual seperti pengetahuan, pemahaman, aplikasi, analitik
sisntesis, dan evaluasi membantu merangsang untuk berinquiry yang membawa
kepada pengetahuan dan pemahaman yang mendalam.
d. Perkembangan siswa terjadi secara bertahap
Siswa berkembang melalui tahap perkembangan, kognitif, kapasitas mereka
untuk berpikir abstrak ditingkatkan oleh umur. Perkembangan ini merupakan
proses komplek yang meliputi kegiatan berpikir, tindakan refleksi, menemukan dan
menghubungkan ide, membuat hubungan, mengembangkan dan mengubah
pengetahuan sebelumnya, kemampuan, serta sikap dan nilai.
e. Siswa mempunyai cara yang berbeda dalam pembelajaran
Siswa belajar melalui semua pengertiannya. Mereka menggunakan seluruh
kemampuan fisik, mental dan sosial untuk membangun pemahaman yang
mendalam mengenai dunia dan apa yang hidup di dalamnya.
f. Siswa belajar melalui interkasi sosial dengan orang lain.
Siswa hidup di lingkungan sosial dimana mereka terus menerus belajar
melalui interaksi dengan orang lain di sekitar mereka. Orang tua, teman, saudara,
guru, kenalan, dan orang asing merupakan bagian dari lingkungan sosial yang
membentuk pembelajaran lingkungan pergaulan dimana mereka membangun
pemahaman mengenai dunia dan membuat makna untuk mereka. Vigotsky
berpendapat bahwa perkembangan proses hidup bergantung kepada interaksi sosial
dan pembalajaran sosial berperan penting untuk pengembangan kognitif.
Berdasarkan karakteristik tersebut, guided inquirymerupakan
sebuah pendekatan yang berfokus pada proses berpikir yang membangun
pemahaman oleh keterlibatan siswa secara aktif dalam pembelajaran. Siswa belajar
dengan membangun pemahaman mereka sendiri berdasarkan pengalaman dan apa
yang telah mereka tahu. Selain itu, siswa juga belajar melalui interaksi dengan
orang lain yang berperan penting dalam perkembangan kognitifnya.
3. Tahapan Pembelajaran Guided Inquiry
Selain memiliki karakteristik, guided inquiry mempunyai beberapa tahapan. Menurut
David M. Hanson dan Richard S. Moog, kegiatan guided iquiry terdiri dari lima
tahapan, yaitu :
a. Orientasi
Orientasi menyiapkan siswa untuk belajar. Orientasi memberikan motivasi untuk
beraktivitas, menciptakan minat, membangkitkan keingintahuan, dan membuat
hubungan dengan pengetahuan sebelumnya.Pengenalan terhadap tujuan
pembelajaran dan kriteria keberhasilan memfokuskan siswa untuk menghadapi
persoalan penting dan menentukan tingkat penguasaan yang diharapkan.
b. Eksplorasi
Pada tahap eksplorasi, siswa mempunyai kesempatan untuk mengadakan observasi,
mendesain, eksperimen, mengumpulkan, menguji, dan menganilisis data,
menyelidiki hubungan serta mengemukakan pertanyaan dan menguji hipotesis.
c. Pembentukan Konsep
Sebagai hasil eksplorasi, konsep ditemukan, dikenalkan, dan dibentuk. Pemahaman
konseptual dikembangkan oleh keterlibatan siswa dalam penemuan, bukan
penyampaian informasi melalui naskah atau ceramah.
d. Aplikasi
Aplikasi melibatkan penggunaan pengetahuan baru dalam latihan, masalah, dan
situasi penelitian lain. Latihan memberikan kesempatan bagi siswa untuk
membentuk kepercayaan diri pada situasi yang sederhana dan konteks yang akrab.
Pemahaman dan pembelajaran yang sebenarnya diperlihatkan pada permasalahan
yang mengharuskan siswa untuk mentransfer pengetahuan baru kedalam konteks
yang tidak akrab, memadukannya pada cara yang baru dan berbeda untuk
memecahkan masalah-masalah nyata di dunia.
e. Penutupan
Setiap kegiatan diakhiri dengan membuat validasi terhadap hasil yang merela
dapatkan, refleksi terhadap apa yang telah mereka pelajari dan menilai penampilan
mereka.
4. Evaluasi Pelaksanaan Pembelajaran Guided Inquiry
Kegiatan pembelajaran yang memuat tindak interaksi antara pembelajar dan
pengajar berorientasi pada sasaran belajar, berakhir dengan evaluasi. Kegiatan evaluasi
terdiri dari kegiatan evaluasi hasil belajar dan kegiatan evaluasi proses pembelajaran.
Hal ini menunjukan bahwa kegiatan evaluasi merupakan bagian dari integral dari
kegiatan pembelajaran/pendidikan
Dalam pendidikan yang lebih tinggi, siswa belajar melalui penilaian yang berkaitan
dengan kegiatan belajar mengajar, dimana siswa belajar memahami pendidikan dengan
membangun pengetahuan dan menggunakan hasil penilaian tersebut untuk
meningkatkan ilmu pendidikan. Karena pembelajaran itu sendiri dapat diartikansebagai
sebuah usaha mempengaruhi emosi, intelektual, dan spiritual seseorang agar mau
belajar dengan kehendaknya sendiri.

Evaluasi berasal dari bahasa inggris yaitu evaluation. Oemar Hamalik mengatakan
bahwa,“evaluasi adalah suatu proses berkelanjutan tentang pengumpuulan dan
penafsiran informasi untuk menilai (assess) keputusan-keputusan yang dibuat dalam
merancang suatu sistem pengajaran”. Sedangkan menurut Ralph Tyler, mengatakan
bahwacevaluasi merupakan sebuah proses pengumpulan data untuk menentukan sejauh
mana, dalam hal apa, dan bagian mana tujuan pendidikan sudah tercapai.Evaluasi
berarti sebagai proses sistematik menetapkan nilai tentang sesuatu hal, seperti objek,
unjuk kerja, kegiatan, hasil, tujuan dan hal lain berdasarkan kriteria tertentu melalui
penilaian. Evaluasi belajar adalah proses penetuan pemerolehan hasil belajar
berdasarkan kriteria tertentu.

C. Hakikat Keterampilan Proses Sains


1. Pengertian Keterampilan Proses Sains
Menurut Syamsuar Mochtar dalam A. Samana, keterampilan proses sains adalah cara
memandang siswa serta kegiatannya sebagai manusia seutuhnya,yang diterjemahkan
dalam kegiatan belajar mengajar yang memperhatikan perkembangan pengetahuan,
nilai hidup serta sikap, perasaan, dan keterampilan sebagai kesatuan (baik sebagai
tujuan maupun sekaligus bentuk pelatihannya), yang akhirnya semua kegiatan belajar
dan hasilnya tersebut tampak dalam bentuk kreativitas.Menurut Zulfiani dkk,
“keterampilan proses sains merupakan keterampilan-keterampilan yang biasa
dilakukan ilmuwan untuk memperoleh pengetahuan”. Dalam hal ini, beberapa alasan
keterampilan proses sains diperlukan dalam pendidikan dasar dan menengah ialah:
a. Memiliki manfaat dalam memecahkan masalah yang dihadapi dalam kehidupan.
b. Memberi bekal siswa untuk membentuk konsep sendiri dan cara bagaimana
mempelajari sesuatu
c. Membantu siswa mengembangkan dirinya sendiri.
d. Sangat membantu siswa yang masih berada pada taraf perkembangan berpikir
konkret.
e. Mengembangkan kreativitas siswa.

Cara berpikir dalam sains, kimia misalnya perlu keterampilan-keterampilan proses.


Dengan mengembangkan keterampilan-keterampilan memproseskan perolehan anak
akan mampu menemukan dan mengembangkan sendiri fakta dan konsep serta
menumbuhkan dan mengembangkan sikap dan nilai yang dituntut. 36 Dengan
demikian, keterampilan-keterampilan itu menjadi roda penggerak penemuan dan
pengembangan fakta dan konsep serta penumbuhan dan pengembangan sikap dan nilai
Keterampilan proses sains juga dapat diartikan sebagai kemampuan atau kecakapan
untuk melaksanakan suatu tindakan dalam belajar sains sehingga menghasilkan
konsep, teori, prinsip, maupun hukum atau bukti. Mengajarkan keterampilan proses
sains pada siswa berarti memberi kesempatan kepada mereka untuk melakukan sesuatu
bukan hanya membicarakan sesuatu tentang sains.
Dari beberapa definisi diatas, dapat disimpulkan bahwa keterampilan proses sains
adalah keterampilan-ketampilan memproses perolehan, sehingga anak akan mampu
menemukan dan mengembangkan konsep, teori, prinsip, hukum maupun fakta. Proses
sains diturunkan dari langkah-langkah yang dilakukan saintis ketika melakukan
penelitian ilmiah, yaitu seperti merencanakan penelitian ilmiah, melaksanakan
penelitian ilmiah, mengkomunikasikan penelitian ilmiah. Berikut ini adalah tabel
keterampilan proses sains dan indikatornya menurut Harlen yang dikutip dari Zulfiani,
dkk.
Tabel 1. Keterampilan Proses Sains dan Indikator
Observasi • Menggunakan sebanyak mungkin indra
• Menggunakan fakta relevan
Klasifikasi • Mencatat setiap pengamatan
• Mencari perbedaan/persamaan
• Mengontraskan ciri-ciri
• Membandingkan
• Mencari dasar pengelompokkan
• Menghubungkan hasil pengamatan
Interprestasi • Menghubungkan hasil pengamatan
• Menemukan pola dalam 1 seri pengamatan
• Menyimpulkan
Prediksi • menggunakan pola/hasil pengamatan
• mengemukakan apa yang mungkin terjadi pada
keadaan yang belum diamati
Mengajukan • bertanya apa, bagaimana, mengapa
Pertanyaan • bertanya untuk meminta penjelasan
Berhipotesis • mengetahui bahwa ada lebih dari 1 kemungkinan
penjelasan dari 1 kejadian
• menyadari bahwa suatu penjelasan perlu diuji
kebenarannya dengan memperoleh bukti
Merencanakan • menentukan alat dan bahan yang digunakan
Percobaan • menentukan variabel/faktor penentu
• menentukan apa yang akan diukur, diamati,
dicatat
Menggunakkan Alat • memakai alat/bahan
dan bahan • mengetahui alasan mengapa menggunakan
alat/bahan
• mengetahui bagaimana menggunakan alat/bahan
Menerapkan Konsep • menerapkan konsep pada situasi baru
• menggunakan konsep pada pengalaman baru
untuk
menjelaskan apa yang sedang terjadi
Berkomunikasi • memberikan data empiris hasil percobaan dengan
tabel/grafik/diagram
• menyampaikan laporan sistematis
• menjelaskan hasil percobaan
• membaca grafik
• mendiskusikan hasil kegiata
Ekperimentasi -
2. Jenis-Jenis Keterampilan Proses Sains dan Karakteristiknya
Setelah dijelaskan beberapa pengertian keterampilan proses sains, keterampilan proses
sains pun memiliki beberapa jenis. Jenis-jenis keterampilan proses sains menurut
Rustaman, adalah sebagai berikut:
a. Melakukan pengamatan (observasi)
Keterampilan ini berhubungan dengan penggunaan secara optimal seluruh indera
penglihatan, penciuman, pendengaran, pengecapan dan peraba. Menggunakan
fakta yang relevan dan memadai dari hasil pengamatan juga termasuk keterampilan
proses mengamati.
b. Menafsirkan Pengamatan (Interpretasi)
Mencatat setiap pengamatan, menghubungkan hasil pengamatan dan menentukan
pola keteraturan dari satu seri pengamatan dan menyimpulkannya.
c. Mengelompokan (Klasifikasi)
Dalam proses penglompokan tercakup beberapa kegiatan seperti mencari
perbedaan, mengkontraskan ciri-ciri, mencari kesamaan, membandingkan, dan
mencari dasar penggolongan.
d. Meramalkan (prediksi)
keterampilan meramalkan atau prediksi mencakup keterampilan mengajukan
perkiraan tentang sesuatu yang belum terjadi berdasarkan suatu kecendrungan atau
pola yang sudah ada.
e. Berkomunikasi
Membaca tabel, grafik atau diagram, menggambarkan data empiris dengan grafik,
tabel atau diagram, menjelaskan hasil percobaan, menyusun dan menyampaikan
laporan secara sistematis dan jelas.
f. Berhipotesis
Hipotesis menyatakan hubungan antara dua variabel, atau mengajukan perkiraan
penyebab sesuatu terjadi. Dengan berhipotesis diungkapkan cara melakukan
pemecahan masalah, karena dalam rumusan hipotesis biasanya terkandung cara
untuk mengujinya.
g. Merencanakan percobaan atau penyelidikan
Beberapa kegiatan menggunakan pikiran termasuk kedalam keterampilan proses
merencanakan penyelidikan. Apabila dalam lembar kegiatan siswa tidak dituliskan
alat dan bahan secara khusus, tetapi tersirat dalam masalah yang dikemukakan,
berarti siswa diminta merencanakan dengan cara menentukan alat dan bahan untuk
penyelidikan tersebut. Menentukan variabel atau peubah yang terlibat dalam suatu
percobaan, menentukan variabel kontrol dan variabel bebas, menentukan apa yang
diamati, diukur dan ditulis, serta menentukan cara dalam penyusunan rencana
kegiatan penelitian perlu ditentukan cara mengolah data untuk dapat disimpulkan,
maka dalam merencanakan penyelidikan pun terlibat kegiatan menetukan cara
mengolah data sebagai bahan untuk menarik kesimpulan.
h. Menerapkan konsep atau prinsip
Apabila seorang siswa mampu menjelaskan peristiwa baru dengan menggunakan
konsep yang telah dimiliki, berarti ia menerapkan prinsip yang telah dipelajarinya.
Begitu pula apabila siswa menerapkan konsep yang telah dipelajari dalam situasi
baru.
i. Mengajukan pertanyaan
Pertanyaan yang diajukan dapat meminta penjelasan, tentang apa, mengapa,
bagaimana, atau menanyakan latar belakang hipotesis. Dengan demikian, jelas
bahwa bertanya tidak sekedar bertanya tetapi melibatkan pikiran.
Aspek-aspek keterampilan proses menurut Semiawan adalah:
a. Observasi atau pengamatan;
Observasi atau pengamatan adalah salah satu keterampilan ilmiah yang
mendasar. Mengobservasi atau mengamati tidak sama dengan melihat. Dalam
mengobservasi atau mengamati kita memilah-milahkan mana yang penting dari
yang kurang atau tidak penting. Kita menggunakan semua indra, untuk melihat,
mendengar, merasa, mengecap, dan mencium. Dalam observasi tercakup
berbagai kegiatan seperti menghitung, mengukur, klasifikasi, maupun mencari
hubungan antar ruang dan waktu.
b. Pembuatan hipotesis
Kemampuan membuat hipotesis adalah salah satu keterampilan yang sangat
mendasar dalam kinerja ilmiah. Hipotesis adalah suatu perkiraan yang
beralasan untuk menerangkan suatu kejadian atau pengamatan tertentu, dalam
kinerja ilmia, seorang ilmuwan biasanya membuat hipotesis yang kemudian
diuji melalui eksperimen. Penyusunan hipotesis adalah salah satu kunci
pembuka tabir penemuan berbagai hal baru.
c. Perencanaan penelitian/eksperimen
Para ilmuwan biasanya terbiasa dengan pekerjaan eksperimentasi. Namun,
kegiatan eksperimen tidak hanya merupakan hak mutlak para ilmuwan.
Terbanyak orang dalam hidupnya melakukan eksperimen atau percobaan.
Eksperimen tidak lain adalah usaha menguji atau mengetes melalui
penyelidikan praktis. Dalam mealakukan eksperimen atau penelitian sederhana,
para guru perlu melatih siswa dalam merencanakan eksperimen atau penelitian
sederhana itu, karena tanpa rencana bisa terjadi pemborosan waktu, tenaga, dan
biaya serta hasilnya tidak sesuai dengan apa yang diharapkan.
d. Pengendalian variabel
Dalam penyelidikan ilmiah para ilmuwan sering mengendalikan variabel
eksperimen atau penyelidikan. Variabel adalah faktor yang berpengaruh.
Sedangkan pengendalian variabel adalah suatu aktivitas yang dipandang sulit,
namun sebenarnya tidak sesulit seperti yang kita bayangkan. Yang penting
adalah bagaimana guru menggunakan kesempatan yang tersedia untuk melatih
anak mengontrol dan memperlakukan variabel.
e. Interpretasi data
Kemampuan menginterpretasi atau menafsirkan data adalah salah satu
keterampilan penting yang umumnya dikuasai oleh para ilmuwan. Data yang
dikumpulkan melalui observasi, perhitungan, pengukuran, ekperimen, atau
penelitian sederhana dapat dicatat atau disajikan dalam bentuk, seperti tabel,
grafik, histogram, atauvdiagram. Data yang disajikan tersebut dapatlah
diinterpretasikan atau ditafsirkan.
f. Menyusun kesimpulan sementara (inferensi)
Membuat kesimpulan sementara atau inferensi sering dilakukan oleh seorang
ilmuwan dalam proses penelitiannya. Para guru dapat melatih anak-anak dalam
menyusun suatu kesimpulan sementara dalam proses penelitian sederhana yang
dilakukan. pertama-tama data dikumpulkan, kadang-kadang melalui
eksperimen terlebih dahulu, lalu dibuat kesimpulan sementara berdasarkan
informasi yang dimiliki sampai suatu waktu tertentu. Kesimpulan tersebut
bukanlah merupakan kesimpulan akhir, hanya merupakan kesimpulan
sementara yang dapat diterima sampai pada saat itu.
g. Meramalkan (prediksi)
Dalam kehidupan sehari-hari kita sering membuat peramalan berdasarkan
pengalaman kita sebelumnya. Kalau cuaca mendung, kita meramalkan bahwa
hujan mungkin tururn. Para ilmuwan sering membuat ramalan atau predikasi
berdasarkan hasil observasi, pengukuran, atau penelitian yang memperlihatkan
kecendrungan gejala tertentu. Para guru dapat melatih anak-anak dalam
membuat peramalan kejadian-kejadian yang akan datang, berdasarkan
pengetahuan, pengalaman, atau data yang dikumpulkan.
h. Menerapkan (aplikasi)
Keterampilan menerapkan atau mengaplikasikan konsep adalah kemampuan
yang umumnya dimiliki oleh para ilmuwan. Para guru dapat melatih anak-
anak untuk menerapkan konsep yang telah dikuasai untuk memecahkan
masalah tertentu, atau menjelaskan suatu peristiwa baru dengan menggunakan
konsep yang telah dimiliki.
i. Mengkomunikasikan.
Setiap ahli dituntut agar mampu menyampaikan hasil penemuannya kepada
orang lain. Ia mungkin menyusun laporan penelitian, membuat paper, atau
menyusun karangan. Ia mungkin pula menyampaikan penemuannya kepada
orang lain secara lisan. Sering ia membuat gambar, model, tabel, diagram,
grafik, atau histogram yang dapat dibaca orang lain. Keterampilan
mengkomunikasikan apa yang ditemukan adalah salah satu keterampilan
mendasar yang dituntut dari para ilmuwan.

3. Tujuan Keterampilan Proses Sains


Dalam setiap konsep yang diterapkan , keseluruhan konsep tersebut sudah pasti
memiliki tujuan yang ingin dicapai. Dalam hal ini pun keterampilan proses sains
memiliki beberapa tujuan. Menurut Syamsuar Mochtar dalam A. Samana tujuan dari
keterampilan proses sains adalah sebagai berikut:
a. Membina motivasi belajar dan memberikan rangsangan belajar.
b. Mendorong timbulnya pertanyaan dari siswa dan keberanian siswa untuk mencari
jawabannya.
c. Membimbing siswa dalam berbagai kegiatan belajarnya (termasuk kegiatan
penelitiannya); dan
d. Membimbing siswa dalam menafsirkan data hasil penelitiannya serta melaporkan
hasil kerjanya (baik lisan maupun tertulis).
C. Konsep Asam Basa
Seorang ilmuwan kimia dari Swedia bernama Svante August Arrhenius telah berhasil
mengemukakan konsep asam dan basa yang memuaskan hingga teori tersebut dapat
diterima sampai sekarang. Jauh sebelum Arrhenius, berabad-abad yang lalu, para ilmuwan
telah mendefinisikan asam dan basa atas dasar sifat-sifatnya dalam air. Asam diartikan
sebagai suatu senyawa yang berasa masam, memerahkan lakmus biru, larutannya dalam
air mempunyai pH lebih kecil dari 7, dan dapat menetralkan larutan basa. Basa
didefinisikan sebagai senyawa yang mempunyai sifat berasa pahit/kesat dan dapat
membirukan lakmus merah. Pada tahun 1777, lavoiser menyimpulkan bahwa penyebab
asam adalah oksigen. Namun, teori ini dibantah oleh Davy yang menyatakan bahwa
hydrogen sebagai penyebab asam. Beberapa Teori asam basa akan dijelaskan di bawah ini:
1. Asam dan basa menurut Arrhenius Menurut Arrhenius, larutan bersifat asam jika
senyawa tersebut melepaskan ion hidronium (H3O+) saat dilarutkan dalam air.
Contoh Asam : CH3COOH (aq) + H2O(l) H3O+(aq)+ CH3COO−(aq) Basa menurut
Arrhenius Sedangkan basa adalah senyawa yang dapat melepaskan ion hidroksida
(OH−) jika dilarutkan dalam air.
Contoh Basa : NaOH(aq) OH−(aq) + Na+(aq) Arrhenius menyimpulkan bahwa ion
OH− yang dihasilkan saat proses ionisasi merupakan penyebab basa suatu larutan.
2. Asam dan basa menurut Bronsted-LowryDalam teori asam basa menurut Arrhenius
hanya terpaku pada reaksi dalam air. Tetapi dalam kenyataannya reaksi tidak hanya
dalam air. Tetapi dalam kenyataannya ada reaksi dalam bentuk gas yang tidak
menghasilkan ion H+ dan ion OH− tetapi tergolong kedalam reaksi asam basa. Karena
alas an inilah maka diperlukan teori asam basa yang lebih luas dan umum. Berdasarkan
kenyataan inilah, seorang ahli kimia Denmark bernama Bronsted dan ahli kimia inggris
bernama Lowry secara terpisah mengusulkan bahwa yang dimaksud dengan asam
adalah suatu zat yang memberikan proton (ion hydrogen) pada zat lain, sedangkan basa
adalah suatu zat yang menerima proton dari asam.

3. Asam dan basa menurut Lewis


Teori yang dikemukakan oleh Bronsted-Lowry lebih umum daripada Arrhenius karena
telah meniadakan pembatasan teori yang hanya berlaku untuk larutan dalam air. Tetapi
masih ada beberapa reaksi yang tidak sesuai dengan konsep Bronsted-Lowry. Konsep
dari Bronsted-Lowry hanya melibatkan pertukaran proton saja. Jadi menurut lewis,
yang dimaksud dengan asam adalah suatu senyawa yang mampu menerima pasangan
electron atau akseptor electron. Sedangkan basa adalah suatu senyawa yang dapat
memberikan pasangan elektron kepada senyawa lain atau donor proton.

A. HASIL KAJIAN PUSTAKA YANG RELEVAN


Banyak penelitian yang telah dilakukan mengenai model inquiry di dalam sistem
pembelajaran. Diantaranya :
a. Nita Nurtafita, dalam penelitiannya yang berjudul “Pengaruh Model
Guided Inquiry Terhadap keterampilan proses sains siswa pada konsep kalor”. Di SMA
N 1 Pali Dalam kesimpulannya dikatakan bahwa :
terdapat pengaruh yang signifikan dalam model guided inquiry terhadap keterampilan
proses sains siswa pada konsep kalor. Pengaruh ini terlihat dari peningkatan persentase
dari pretest ke posttest pada setiap aspek KPS yang diukur. Pada aspek menafsirkan
terjadi peningkatan persentase tiga kali dari nilai awalnya (nilai pretest), sedangkan
pada aspek menerapkan konsep dan melakukan komunikasi terjadi peningkatan
persentase dua kali dari nilai awalnya. Pada aspek mengobservasi melalui lembar
kinerja sebesar 78,75% yang berada pada kategori baik.
b. TH. Agustanti, dalam jurnal pendidikan IPA Indonesia yang berjudul
"Implementasi Metode Inquiry untuk Meningkatkan Hasil Belajar Biologi” di SMP N
2 Wonosobo Jawa Tengah. Dalam kesimpulannya dikatakan bahwa: pembelajaran
dengan meneliti (inquiry) di kelas XIIE SMA N 2 Wonosobo dapat menjadikan siswa
aktif, bergairah, antusias, berpartisipasi dan peduli terhadap perkembangan teknologi.
Dan Pembelajaran dengan meneliti (inquiry) di kelas XIIE SMA N 2 Wonosobo dapat
meningkatkan pencapaian hasil belajar siswa serta menjadikan proses pembelajaran
lebih kondusif.
c. Wahyudin, Sutikno , A. Isa, dalam jurnal Pendidikan Fisika Indonesia 6 (2010) 58-62
yang berjudul “Keefektifan Pembelajaran Berbantuan Multimedia Menggunakan
Metode Inkuiri Terbimbing Untuk Meningkatkan Minat Dan Pemahaman Siswa”.
Dalam kesimpulannya Berdasarkan pembahasan hasil penelitian diperoleh simpulan
adalah: peningkatan rata-rata hasil belajar pada siklus II cukup signifikan karena secara
individu siswa yang mencapai ketuntasan belajar meningkat dari 13 siswa menjadi 38
siswa. Pemahaman siswa meningkat dari 60% siswa yang dinyatakan tidak paham pada
siklus I menjadi 5% siswa yang dinyatakan tidak paham pada siklus II, hasil analisis
tanggapan siswa terhadap pengajaran diperoleh rata-rata tanggapan siswa sebelum
tindakan sebesar 72,90%. Setelah tindakan, nilai rata-rata tanggapan siswa meningkat
menjadi 76,81%. Secara keseluruhan nilai yang diperoleh untuk setiap indikator dalam
angket mengalami peningkatan. Jadi, penerapan metode pembelajaran inkuiri
terbimbing dengan berbantuan multimedia dapatmeningkatkan minat dan pemahaman
siswa kelas X-Isemester SMAN 1 Pali.
B. KERANGKA BERPIKIR
Pembelajaran inquiry merupakan pengembangan dari proses discovery Dalam
pembelajaran inquiry siswa harus menemukan sendiri konsep materi yang sedang
dipelajari. Seorang siswa bertindak sebagai ilmuan (scientist), ditandai dengan mengajukan
pertanyaan, merumuskan masalah, berhipotesis, melakukan eksperimen, dan memiliki
sikap ilmiah. Pembelajaran inquiry menekankan pada proses berpikir secara kritis dan
analitis untuk mencari dan menemukan masalah yang dipertanyakan Inquirymerupakan
salah satu kegiatan unuk menciptakan tantangan dalam kegiatan belajar, sehingga proses
pembelajaran lebih bermakna dan berpusat pada siswa (student center).
Model pembelajaran inquiry yang digunakan adalahguidedinquiry atau inkuiri
terbimbing. Pada model ini siswa diberikan kesempatan untuk bekerja merumuskan
prosedur, menganalisis hasil, dan mengambil kesimpulan secara mandiri, sedangkan dalam
hal menentukan topik, pertanyaan dan bahan penunjang, guru hanya berperan sebagai
fasilitator, motivator, serta membantu dan membimbing siswa dalam menentukan konsep.
Peran siswa dalam pembelajaran sebagai subjek belajar, siswa diprogramkan agar selalu
aktif secara mental maupun secara fisik. Sehingga pembelajaran menjadi milik mereka dan
siswa menjadi lebih akrab dengan konsep-konsep mereka temukan.
Materi yang disajikan guru bukan hanya ditransfer begitu saja kepada siswa, namun
diusahakan sedemikian rupa hingga siswa memperoleh berbagai pengalaman dalam rangka
“menemukan sendiri” konsep-konsep yang direncanakan oleh guru, bukan sekedar
menerima konsep yang sudah jadi dan menghafalnya. Dalam proses menemukan konsep
tersebut, siswa melakukan aktifitas-aktifitas diataranya merancang eksperimen, mengukur,
memprediksi, mengklasifikasi, membandingkan, menyimpulkan, merumuskan hipotesis,
melakukan observasi, menganalisis data, membuat laporan penelitian dan
mengkomunikasikan hasil penelitian, menerapkan konsep dan melakukan metode ilmiah.
Dengan demikian, siswa akan memahami konsep tersebut dengan lebih baik. Oleh karena
itu, dengan model pembelajaran guided inquiry siswa dilatih untuk melakukan proses-
proses ilmiah sehingga menumbuhkan sikap ilmiah yang lebih baik, dan pada akhirnya
diharapkan dapat meningkatkan proses sains.
BAB III
METODE PENELITIAN

A. Tempat dan Waktu Penelitian


1. Lokasi Penelitian
Penelitian ini dilakukan di SMA 1 PALI.
2. Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan pada tanggal 09 Januari 2014 s/d 16
Januari 2014.
B. Metode Penelitian
Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif yaitu
penelitian yang dianggap sebagai suatu kajian yang ingin menemukan fakta yang kemudian
disusul oleh suatu penafsiran. Tujuan utama penelitian deskriptif yaitu, mengkaji bentuk,
aktivitas, karakteristik, perubahan, hubungan, kesamaan, dan perbedaannya dengan
fenomena lain. Dalam penelitian ini aspek yang akan diteliti adalah analisis keterampilan
proses sains siswa pada saat pembelajaran asam basa menggunakan model guided inquiry.
Untuk lebih jelas dapat dilihat pada Skema 2.1

Analisis Standar Isi Mata Pelajaran Kimia


SMA


Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)


Analisis Materi Pelajaran


Penyusunan Instrumen


Validasi Instrumen


Iya


Perbaikan


Memperbanyak Instrumen


Pelaksanaan Pembelajaran
(menggunakan Guided
Inquiry)


Analisis KPS Siswa


Temuan Penelitian


Pembahasan


Kesimpulan dan saran
Bagan 2. 1

C. Sampel Penelitian
“Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi tersebut”.
50 Penelitian ini dilakukan di SMA 1 PALI Penukal abab lematang ilir dengan sampel
penelitian siswa kelas XI IPA semester II tahun ajaran 2019/2020 dengan jumlah siswa
sebanyak 29 siswa.Adapun teknik pengambilan subjek penelitian ini menggunakan
purposive sampling yaitu dilakukan dengan cara mengambil subyek bukan didasarkan pada
strata, random atau daerah tetapi didasarkan atas adanya tujuan tertentu.
D. Instrumen Penelitian
Instrumen penelitian adalah alat pengumpulan data dalam penelitian yang dilakukan. Pada
penelitian ini digunakan 4 jenis, yaitu:
1. Tes berupa soal esay sebanyak 16 soal tentang materi asam basa. Tes tersebut
mengukur per kelompok dan memuat beberapa indikator tentang keterampilan proses
sains siswa yaitu observasi, mengelompokan, menafsirkan pengamatan
(Interpretasi),meramalkan (Prediksi), berkomunikasi, berhipotesis, merencanakan
percobaan/penyelidikan, menerapkan konsep/prinsip, dan mengajukan pertanyaan.
2. Lembar Observasi
Menurut Nana Syaodih, “Observasi atau pengamatan merupakan suatu teknik atau cara
mengumpulkan data dengan jalan mengadakan pengamatan terhadap kegiatan yang
sedangberlangsung”. Observasi yang dilakukan disini adalah observasi langsung
dengan satu observer pada setiap kelompok siswa. Lembar ini mengukur per kelompok
dan observasi dilakukan untuk melihat kegiatan belajar mengajar dan praktikum
dimana keterampilan proses yang akan lebih diamati oleh peneliti. Observasi juga
digunakan untuk mengungkapkan aktivitas siswa dalam melakukan percobaan dan
keterampilan proses sains yang dimiliki oleh siswa. Instrumen yang digunakan untuk
menyaring data aspek kecakapan hidup siswa secara tertulis berdasarkan kriteria yang
telah ditetapkan adalah lembar observasi. Format observasi yang digunakan
adalah menggunakan empat kategori 0, 1, 2, 3 dan 4.
Observasi yang dilakukan terhadap siswa dimulai dari awal kegiatan belajar
mengajar sampai pada kegiatan praktikum. Hal tersebut meliputi observasi,
mengklasifikasikan, menafsirkan, memprediksi, keterampilan siswa dalam
mengajukan pertanyaan, berhipotesis, merencanakan percobaan, kegiatan
menggunakan seluruh alat,bagaimana siswa merancang dan memakai alat percobaan,
menerapkan konsep, serta bagaimana mengkomunikasikan hasil temuan mereka
setelah percobaan. Hal-hal tersebut merupakan keterampilan proses sains sains yang
akan diteliti.
Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan lembar observasi berbentuk rating
scale. Sehingga peneliti dapat mengetahui sejauh mana keterampilan proses sains yang
dimiliki oleh siswa. Menurut Gronlund secara garis besar prosedur instrumen penilaian
praktikum adalah menentukan kinerja yang dinilai, memilih fokus penilaian,
menentukan situasi kinerja, dan menentukan metode pengamatan dan mekanisme
pencatatan serta penentuan skor. Peneliti menentukan kisi-kisi lembar observasi serta
mengatur bagaimana penilaian diberikan terhadap apa yang dilakukan oleh siswa agar
observer memiliki acuan/pedoman dalam mengisi lembar observasi sehingga lembar
observasi diisi dengan sebagaimana mestinya.

3. Lembar Kerja Siswa


“Lembar Kerja Siswa (LKS) merupakan suatu bahan ajar cetak berupa lembar-lembar
kertas yang berisi materi, ringkasan, dan petunjuk-petunjuk pelaksanaan tugas
pembelajaran yang harus dikerjakan oleh peserta didik, yang mengacu pada
kompetensi dasar yang harus dicapai”.54Lembar kerja siswa merupakan instrumen
yang digunakan pada penelitian ini. Lembar kerja siswa ini mengukur aspek KPS siswa
per orangan. Lembar kerja siswa ini mengukur aspek KPS dimulai dari kegiatan belajar
mengajar siswa sampai kegiatan praktikum dilakukan.
4. Lembar Wawancara
“Wawancara adalah suatu cara pengumpulan data yang digunakan untuk memperoleh
informasi langsung dari sumbernya”.55 Wawancara ini dilakukan melalui tanya jawab
secara langsung kepada siswa dengan menggunakan alat perekam. Dalam penelitian ini
peneliti menggunakan wawancara terstruktur dalam mengumpulkan data penelitian.
Peneliti telah menyiapkan beberapa pertanyaan yang sudah disusun dengan rapi
sebagai panduan pada saat melakukan wawancara. Wawancara ini berisikan respon
siswa terhadap pelaksanaan kegiatan belajar mengajar dan praktikum mengenai
keterampilan proses sains siswa meliputi keterampilan mengamati, menerapkan
konsep, melakukan percobaan dan keterampilan mengkomunikasikan. Data hasil
wawancara ini digunakan untuk memperjelas dan memperkuat data yang diperoleh dari
lembar observasi pelaksanaan kegiatan praktikum.
5. Catatan Lapangan
Catatan lapangan merupakan sumber informasi yang penting yang dibuat oleh peneliti
dalam melakukan pengamatan atau observasi. Ada dua kategori yang membedakan
dalam membuat catatan lapangan. Kategori pertama adalah menggunakan deskriptor
inferensial rendah dan kategori kedua yaitu menggunakan deskriptor inferensial
tinggi.Catatan lapangan kategori pertama termasuk catatan verbatim atau kata demi
kata dari setiap pembicaraan, perilaku dan kegiatan.Sedangkan kategori kedua dibuat
berdasarkan kombinasi skema analisis yang sudah disepakati termasuk komentar-
komentar yang diucapkan. Dalam penelitian ini peneliti menggunakan deskriptor
inferensial rendah karena berkenaan dengan perilaku dan kegiatan siswa dalam
melakukan kegiatan pembelajaran dengan model guided inquiry dan praktikum. Dalam
penelitian ini, peneliti memfokuskan catatan terhadap fakta-fakta yang muncul selama
kegiatan praktikum khususnya terhadap keterampilan proses sains siswa yang diteliti.
Catatan kegiatan pembelajaran di kelas memiliki bagian tersendiridimana dengan
catatan ini diharapkan adanya sinkronisasi antara catatan pada saat siswa melakukan
kegiatan praktikum dengan kegiatan belajar mengajar di kelas. Peneliti juga melakukan
pencatatan terhadap data dokumen seperti Rancangan Pelaksanaan Pembelajaran
(RPP) yang dirancang oleh guru yang bersangkutan, alat ukur/evaluasi hasil
pembelajaran (soal ulangan) dan data nilai siswa. Selain itu, rekaman kegiatan
praktikum dan pembelajaran yang disimpan dalam bentuk foto tidak luput dari
pencatatan untuk mendukung data hasil observasi.

E. Teknik Pengumpulan Data


Data yang diperoleh berasal dari tes, lembar observasi, Lembar Kerja Siswa (LKS) dan
hasil wawancara. Keempat data tersebut digunakan untuk mengetahui kualitas
keterampilan proses sains siswa menggunakan model guided inquiry. Agar semua data
dapat diperoleh dengan baik dan lengkap, ada beberapa tahapan yang perlu dilakukan.
Tahapan pengumpulan data tersebut adalah sebagai berikut:
1. Tahap Persiapan
Adapun langkah-langkah dalam tahap persiapan adalah sebagai berikut:
a. Menganalisis Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar pada standar isi mata
pelajaran Kimia SMA kelas XI dengan kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan
(KTSP) yang dipergunakan sekarang, serta menganalisis materi pada buku teks atau
paket. Pada penelitian ini pokok bahasan yang dipilih adalah asam basa.
b. Membuat Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP).
c. Membuat instrument tes berupa soal esay, lembar observasi, Lembar Kerja Siswa
(LKS) dan pertanyaan-pertanyaan untuk wawancara sebagai alat pengumpulan
data.
d. Menguji validasi RPP dan instrumen penelitian oleh para ahli (dosen dan guru
kimia SMA), kemudian diperbaiki sesuai dengan saran para ahli.
e. Memperbanyak instrumen untuk digunakan dalam penelitian.
f. melakukan validasi instrumen kepada siswa yang telah mengikuti pelajaran kimia
materi asam basa sebelumnya yaitu pada kelas XII.
2. Tahap Pelaksanaan
Pengumpulan data dilakukan pada saat kegiatan belajar mengajar dan kegiatan
praktikum.Adapun rincian pengumpulan data penelitian adalah sebagai berikut:
a. Data observasi kegiatan belajar dilakukan pada kegiatan belajar berlangsung
dimulai pada saat apersepsi sampai penutup. Sedangkan pada kegiatan
praktikumyang diobservasi dalam penelitian inisebanyak tiga kegiatan praktikum.
Kegiatan praktikum pertama menguji sifat larutan asam/basa dengan berbagai
indikator. Yang kedua adalah praktikum tentang tetapan ionisasi asam (Ka) dan
tetapan ionisasi basa (Kb). Dan kegiatanpraktikum ketiga adalah mengamati
penetralan asam/basa. Ketiga praktikum ini merupakan praktikum yang
dilakukanpada semester genap kelas XI IPA.Peneliti dengan bantuan observer
mengobservasi aktifitas kegiatan belajar mengajar dengan model guided inquiry
dan praktikum siswa. Keterampilan proses sains yang diamati
adalahmengobservasi, mengklasifikasi, interpretasi, memprediksi
mengajukanpertanyaan, berhipotesis, merencanakan percobaan, menggunakan
alat/bahan, menerapkan konsep, dan berkomunikasi.
b. Data wawancara
Pengumpulan data wawancara dilakukan setelah kegiatan praktikum berakhir.
Peneliti hanya mewawancarai satu orang siswa dari masing-masing kelompok.
Peneliti melakukan wawancara dengan menggunakan pertanyaan yang ada pada
lembar wawancara. Pertanyaan-pertanyaan yang diajukan meliputi respon dan
keterangan siswa mengenai kegiatan praktikum dan kegiatan belajar menggunakan
guided inquiryserta keterampilan proses sains selama melakukan kegiatan
praktikum. Peneliti merekam kegiatan pengumpulan data penelitian berupa foto
pada saat kegiatan belajar menggunakan guided inquiry dan pada saat praktikum.
Data dokumentasi ini digunakan sebagai pendukung atau bukti nyata dari proses
penelitian yang telah dilakukan, dimana foto kegiatan dapat membantu
mendeskripsikan apa yang dicatat dalam catatan lapangan dan lembar observasi.
Setelah data terkumpul, dilakukan pengolahan terhadap data-data tersebut.
Kemudian dideskripsikan berdasarkan data-data atau fakta-fakta yang muncul
selama penelitian. Setiap data pada masing-masing instrumen dihubungkan untuk
membuktikan kebenaran fakta-fakta yang muncul. Sehingga diakhir peneliti dapat
menyimpulkan sejauh mana kualitas keterampilan proses sains yang dimiliki oleh
siswa kelas XI IPA SMA N 1 PALI.
c. Data catatan lapangan
Catatan lapangan ini dibuat oleh peneliti dengan mendokumentasikan seluruh data
selama proses penelitian berlangsung, mulai dari tahap persiapan sampai
memperoleh data. Catatan lapangan tersebut dibuat dengan cara mencatat data-data
faktual tentang hal-hal yang tidak terungkap pada saat menggunakan model inquiry
pada materi asam basa. Data yang dikumpulkan merupakan data tambahan yang
akan mendukung data-data inti dalam penelitian ini.
Tabel 3.1
Teknik Pengumpulan Data
No Jenis Data Sumber Data Instrumen Teknik
Informasi RPP Guru Analisis Rpp observasi
mengenai Proses Guru dan Rubrik Observasi
1 keterampilan pembelajaran siswa Observasi
proses sains Keterampiran siswa Rubrik
proses sains Observasi Observasi
Keterampilan
Proses Sains
2 Tes Soal siswa Butir soal esay Tes
3 Informasi mengenai siswa wawancara wawancara
tanggapan siswa
4 Informasi
Mengenai Guru wawancara wawancara
Tanggapan
Guru
Informasi
Mengeni hal-
hal yang
terjasi selama Sekolah,guru Catatan Dokumentasi
penelitian,kea dan siswa lapangan
5 daan dan
kondisi
sekolah,guru
dan sisw

F. Kalibrasi Instrumen Penelitian


Instrumen dalam penelitian harus diuji apakah instrumen tersebut telah memiliki validitas
atau daya ketepatan dalam mengukur apa yang seharusnya diukur. Jika instrumen
dikatakan valid berarti menunjukkan alat ukur yang digunakan untuk mendapatkan data itu
valid sehingga valid berarti instrument tersebut dapat digunakan untuk mengukur apa yang
seharusnya diukur. Dari pengertian tersebut dapat diartikan lebih luwes lagi bahwa valid
itu mengukur apa yang hendak diukur.

1. Validitas isi
Validitas isi dari suatu instrumen penelitian adalah validitas yang diperoleh setelah
dilakukan penganalisaan, penelusuran atau pengujian terhadap isi yang terkandung
dalam instrumen tersebut. Validitas isi ditilik dari segi isi tes itu sendiri berkenaan
dengan isi dan format dari instrumen. Apakah intstrumen tepat mengukur hal yang
ingin diukur, apakah butir-butir pertanyaan telah mewakili aspek-aspek yang akan
diukur, dan apakah pemilihan format instrumen cocok untuk mengukur segi tersebut.
Pengujian validitas isi dapat dilakukan dengan membandingkan antara isi instrumen
dengan materi pelajaran yang telah diajarkan. Seorang peneliti yang memberikan tes di
luar konteks yang telah ditetapkan, berarti instrumen tersebut tidak memiliki validitas
isi. Untuk instrumen yang akan mengukur efektifitas pelaksanaan program, maka
pengujian validitas isi dapat dilakukan dengan membandingkan antara isi instrumen
dengan isi atau rancangan yang telah ditetapkan.
2. Validitas konstruksi
Validitas konstruksi dari suatu instrumen dapat dilakukan penganalisaanya dengan
jalan melakukan pencocokan antara aspek-aspek berpikir yang terkandung dalam
instrumen tersebut, dengan aspek-aspek berpikir yang dikehendaki untuk diungkap
oleh tujuan instruksional khusus. Uji validitas isi dan konstruksi akan dibantu dengan
menggunakan kisi-kisi instrumen atau matrik pengembangan instrumen. Dalam kisi-
kisi ini terdapat variabel yang akan diteliti yaitu keterampilan proses siswa dimana akan
terfokuskan pada mengamati percobaan, menerapkan konsep, merancang percobaan
dan mengkomunikasikan hasil percobaan. Kalibrasi instrumen penelitian dilakukan
oleh seorang ahli untuk mendapatkan instrumen yang valid dan reliabel. Yang menjadi
seorang ahli untuk mengkalibrasi instrumen penelitian ini adalah orang sudah dianggap
ahli dalam bidang pendidikan seperti dosen pendidikan kimia, atau guru kimia.
Instrumen dikalibrasi berdasarkan struktur instrumen, gaya bahasa, hubungan dengan
indikator materi dan tingkat kesukaran instrumen.

G. Teknik Analisis Data


Setelah data terkumpul, analisis yang dilakukan adalah deskriptif kualitatif, dalam
Suharsimi Arikunto dijelaskan bahwa “penelitian deskriptif Merupakan penelitian yang
dimaksudkan untuk mengumpulkan informasi mengenai status suatu gejala yang ada, yaitu
gejala menurut apa adanya saat penelitian dilakukan”.
1. Lembar Observasi
Data yang diperoleh dari format lembar observasi kemudian dianalisis lebih lanjut
dengan cara:
a. Untuk setiap pernyataan, siswa diberikan skor yang sesuai dengan kegiatan yang
dilakukannya dan selanjutnya, skor siswa pada setiap pernyataan dijumlahkan. Jadi,
skor pada setiap pernyataan merupakan rating dan karena rating itu dijumlahkan
untuk kesemua pernyataan maka metode ini dinamai metode rating yang
dijumlahkan atau method of sum mated ratings yang dikenal dengan metode
pengembangan skala sikap model Likert. Dalam Kusaeri dan Suprananto dijelaskan
bahwa “Metode rating yang dijumlahkan atau Metode penyekalaan Likert
merupakan metode penyekalaan pernyataan sikap yang menggunakan distribusi
jawaban sebagai dasar penentuan nilai skalanya”.
b. Menentukan kategori kemampuan untuk masing-masing siswa berdasarkan skala
kategori KPS. Hasil presentase yang diperoleh dan dikategorikan dalam pedoman
konversi presentase rata-rata KPS siswa. Sebelum menentukan skor, peneliti harus
menentukan dulu kategori penilaian dengan menggunkan standar 100. Peneliti
menggunakan kategori nilai menjadi 4 (empat) kategori maka tiap-tiap bagian
jarak nilainya kategori penilaian dengan menggunkan standar 100. Peneliti
menggunakan kategori nilai menjadi 4 (empat) kategori maka tiap-tiap bagian
jarak nilainya.

Tabel 3.2 Persentase KPS


Tingkat Nilai huruf Bobot predikat
Penguasaan
86 – 100 % A 4 Sangat baik
76 – 85 % B 3 Baik
60 – 75 % C 2 cukup
55 – 59 % D 1 kurang
≤ 54 % DL 0 Kurang sekali

a. Kemudian dicari rata-rata dan presentase masing-masing keterampilan proses


sains siswa berdasarkan rumus berikut:
∑ 𝑠𝑘𝑜𝑟 𝑡𝑜𝑡𝑎𝑙
Rata-rata =𝑏𝑎𝑛𝑦𝑎𝑘𝑛𝑦𝑎 𝑗𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑠𝑖𝑠𝑤𝑎
skor kps
Presentase (%) =𝑠𝑘𝑜𝑟 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑑𝑖ℎ𝑎𝑟𝑎𝑝𝑘𝑎𝑛(𝑀𝐴𝑋𝑆) 𝑋 100
b. Menganalisis hasil jawaban LKS.
c. Menginterpretasikan secara deskriptif data presentase tiap-tiap aspek
keterampilan proses siswa yang muncul selama berlangsungnya kegiatan
pembelajaran dan selama praktikum.

2. Lembar Kerja Siswa


Pada lembar kerja siswa, untuk penilaian setiap pernyataan, siswa diberikan skor yang
sesuai dengan kegiatan yang dilakukannya dan selanjutnya, skor siswa pada setiap
pernyataan dijumlahkan. pada lembar kerja siswa, penilaiannya hampir sama dengan
penilaian lembar observasi. Pada lembar kerja siswa, penilaiannya dilakukan per
individu. sedangkan pada lembar observasi penilaianya per kelompok. Setelah
dijumlahkan, Kemudian hasil tersebut dikonversi ke dalam persen danselanjutnya
persentase tersebut dikonversi ke dalam bentuk kategori yang sesuai dengan range yang
telah ditentukan para ahli seperti pada tabel persentase KPS diatas.
3. Tes
Penilaian pada tes dilakukan perorangan yaitu dengan cara menjumlahkan per indikator
keterampilan proses sains pada setiap butir soal. Selanjutnya hasil yang didapat dibuat
rata-rata. Kemudian hasil rata-rata setiap indikator tersebut kemudian dikonversi ke
dalam bentuk persen dan selanjutnya ditentukan kategori persentase tersebut sesuai
dengan range persentase yang telah ditetapkan oleh para ahli seperti pada tabel
persentase KPS diatas.
4. Data Wawancara
Data yang didapatkan setelah melakukan wawancara ditranskipkan secara verbatim
dan diklasifikasikan berdasarkan keterampilan proses sains yang ditanyakan.
Kemudian data tersebut dianalisa untuk melihat bentuk penekanan kualitas
keterampilan proses sains yang dimiliki oleh siswa, dan kemudian dideskriptifkan
untuk mengambil suatu kesimpulan. Seperti halnya dengan data dari catatan lapangan,
data hasil wawancara ini digunakan sebagai data pendukung untuk mengetahui kualitas
keterampilan proses sains siswa yang telah muncul pada saat kegiatan pembelajaran
dan praktikum.
5. Data Catatan Lapangan
Lembar catatan lapangan yang digunakan untuk mengumpulkan data selama penelitian
berlangsung kemudian dideskripsikan sesuai dengan fakta-fakta yang ada. Catatan
lapangan dapat menjelaskan kondisi keterampilan proses sains yang dimiliki oleh siswa
pada saat melakukan kegiatan praktikum. Secara garis besar, data-data yang ada pada
catatan lapangan ini akan menjelaskan alur atau proses penelitian yang telah dilakukan
dan mendukung data hasil penelitian yang didapatkan melalui observasi. Catatan
mengenai keterampilan proses sains siswa pada saat melakukan kegiatan praktikum
ditinjau kembali dengan melihat rekaman kegiatan praktikum yang telah
didokumentasikan. Peninjauan ini dilakukan untuk melihat catatan lapangan yang
didapatkan sesuai dengan fakta-fakta yang ada atau tidak, atau dapat disebut dengan
validasi hasil catatan lapangan kegiatan praktikum. Catatan rekaman berupa foto-foto
kegiatan selama penelitian digunakan sebagai bukti penjelas kegiatan penelitian dan
keterampilan proses sains yang dimiliki oleh siswa. Dengandata rekaman ini dapat
dilihat secara langsung keterampilan proses sains siswa saat melakukan praktikum.
Setelah itu catatan tersebut dibandingkan dengan data hasil observasi untuk melihat
sinkronisasi data yang didapatkan. Kemudian data tersebut dibandingkan kembali
dengan catatan selama kegiatan pembelajaran dikelas. Hal ini dilakukan untuk melihat
adanya hubungan kualitas keterampilan proses sains yang dimiliki siswa dengan proses
kegiatan pembelajaran dikelas dengan menggunakan model guided inquiry.
DAFTAR PUSTAKA

A. Isa, Wahyudin, Sutikno. “Keefektifan Pembelajaran Berbantuan Multimedia


Menggunakan Metode Inkuiri Terbimbing Untuk Meningkatkan Minat Dan
Pemahaman Siswa”. Diakses pada tanggal 18/04/2013, dari
journal.unnes.ac.id/index.php/usej/article/view/868/892
Cahyana, Ucu, et al. Kimia Untuk SMA dan MA kelas X. Jakarta: Piranti Darma
Kalokatama, 2007. Dimyati dan Mudjiono. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta:
PT. Rineka Cipta, 2006.
Hakim, Lukmanul. Perencanaan Pembelajaran. Bandung: CV Wacana Prima, 2009.
Hamalik, Oemar. Perencanaan Pengajaran Berdasarkan Pendekatan Sistem. Jakarta: Bumi
Aksara, 2001.
Hanson M David & Richard S. Moog.”Process Oriented Guided Inquiry Learning(POGIL)
In 21st Century Pedagogies”. Vol. IV. (http://www.POGIL.org)
Hassard Jack and Michael Dias,The Art Of Teaching Science, London: Oxford University
press, inc. 2005
Keenan, dkk.Kimia untuk Universitas Jilid I. Jakarta; Erlangga, 1984 Kuhtau C Carol, dan
Todd J Ross. 2006, “Guided Inquiry: A Framework for Learning Throug School
Libraries in 21st Century School”, diakses 20/01/13 dari
http://cissl.scils.rutgers.edu/guided inquiry/char.htm Margono, S Drs.
Metodologi Penelitian Pendidikan. Jakarta: Rineka Cipta, 2010.
Mulyasa, E. Kurikulum Berbasis Kompetensi, Konsep, Karakteristik, dan
Implementasinya.Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2010. N.K,
Roestiyah.Strategi Belajar Mengajar. Jakarta : Rineka Cipta, 2008. Nata,
Abuddin, Perspektif Islam tentang Strategi Pembelajaran. Jakarta: Kencana,
2009.
Soleh, Arif. Analisis Keterampilan Proses Sains Siswa Pada Kegiatan Praktikum
Termokimia Dan Laju Reaksi BerbasisInquiry, 2013, UIN Jakarta, Prodi
Pedidikan Kimia, JurusanPendidikan IPA, Skripsi tidak diterbitkan
Nurtafita, Nita. dalam penelitiannya yang berjudul “Pengaruh Model Guided Inquiry
Terhadap keterampilan proses sains siswa pada konsep kalor”. Di SMP N 3
Tangsel, 2012, UIN Jakarta, Prodi Pendidikan Kimia, Jurusan Pendidikan
IPAPendidikan Volume 7, 2006.
Premono, Shidiq. dkk. Kimia SMA/MA Kelas XI. Yogyakarta: Pustaka Insan Madani,
2006.
Purwanto, Ngalim.Prinsip – Prinsip dan Teknik Evaluasi Pengajaran. Bandung: PT Remaja
Rosdakarya, 2010.
Riduwan, Dr. Belajar Mudah Penelitian Untuk Guru-Karyawan Dan Peneliti Pemula.
Bandung: Alfabeta, 2010.
Rustaman Y, Nuryani. et al, Strategi Belajar Mengajar Biologi. Malang: UNM, 2005.
Keterampilan Proses Sains. Bandung: Universitas Pendidikan Indonesia, 2007.
Samana A, Sistem Pengajaran Prosedur Pengembangan Sistem Instruksional (PPSI) dan
Pertimbangan Metodologisnya. Yogyakarta: Kanisius, 1992. Sanjaya, Wina.
Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan. Jakarta:
Kencana, 2006.
Sapriati, Amalia. Pengembangan Instrumen Penilaian Praktikum Fotosintesis,
JurnalPendidikan Volume 7, 2006.
Semiawan,Conni. Pendekatan Keterampilan Proses. Jakarta: Gramedia, 1992. Sharif
Ahmad, Ahmad Hasan. 2012, “The Effects of Guided Inquiry Instruction on
Students’ Achievement and Understanding of the Nature of Science in
Environmental Biology Course” The British University in Dubai. Diakses
19/02/14darihttp://bspace.buid.ac.ae/bitstream/handle/1234/395/100026.p
df?sequence=1 Slameto, Proses Belajar Mengajar Dalam Sistem Kredit
Semester. Jakarta: Bumi Aksara, 1991.
Sugiono, Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R & D. Bandung: PT.
RemajaRosdakarya, 2009.
Sukmadinata, Nana Syaodih. Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: PT. Remaja
Rosdakarya, 2009.
Suprananto, Kusaeri. Pengukuran dan Penilaian Pendidikan. Yogyakarta: Graha Ilmu,
2012.
Trianto, Model-Model Pembelajaran Inovatif Berorientasi Kontruktivisme. Jakarta:
Prestasi Pustaka, 2007.
UnoB, Hamzah. & Nurdin Mohamad.Belajar dengan Pendekatan PAILKEM. Jakarta: PT.
Bumi Aksara, 2011. UU No. 2/1989 tentang sistem pendidikan nasional
Widayanto, pengembangan Keterampilan Proses dan Pemahaman Siswa Kelas X Melalui
Kit Optik. Jurnal Pendidikan Fisika Ind, Volume 5, Nomor 1, Januari 2009.
Widowati, Asri. Penerapan Pendekatan Inquiry dalam Pembelajaran Sains sebagai Upaya
Pengembangan Cara Berpikir Divergen, Majalah Ilmiah Pembelajaran, Vol. 3,
No. 1, Mei 2007. Wiriaatmadja, Rochiati.Metode Penelitian Tindakan Kelas,
Bandung: PT. Remaja Zulfiani, dkk., Strategi Pembelajaran Sains. Jakarta :
Lembaga Penelitian UIN, 2009
PERHITUNGAN
(LKS)
1. INSTRUMEN LEMBAR KERJA SISWA (LKS)
• Aspek Observasi
∑ 𝑠𝑘𝑜𝑟 𝑡𝑜𝑡𝑎𝑙
Rata-rata = 𝑏𝑎𝑛𝑦𝑎𝑘𝑛𝑦𝑎 𝑗𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑠𝑖𝑠𝑤𝑎
16
= 5

= 3,20

𝑠𝑘𝑜𝑟 𝐾𝑃𝑆
Presentase (%)= 𝑆𝑘𝑜𝑟 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑑𝑖ℎ𝑎𝑟𝑎𝑝𝑘𝑎𝑛 (𝑀𝐴𝑋𝑆) 𝑋100

3,20
= 𝑋 100
4

= 80 %
• Instrumen Tes
1.Aspek Observasi
∑ 𝑠𝑘𝑜𝑟 𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙
Rata- rata = 𝐵𝑎𝑛𝑦𝑎𝑘𝑛𝑦𝑎 𝑗𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑠𝑖𝑠𝑤𝑎

49
=
16

= 3,06
𝑆𝑘𝑜𝑟 𝐾𝑃𝑆
Presentase (%) = 𝑆𝑘𝑜𝑟 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑑𝑖ℎ𝑎𝑟𝑎𝑝𝑘𝑎𝑛 (𝑀𝐴𝑋𝑆) 𝑋 100

3,06
= 𝑋 100
4

= 76,65 %

Anda mungkin juga menyukai