PROPOSAL SKRIPSI
OLEH:
Ajeng Putriyani
2130208049
A. Latar Belakang
Arahan program pendidikan sains adalah pada pengembangan keterampilan dan
kemampuan siswa untuk memecahkan masalah kehidupan sehari-hari, berpikir kritis ,dan
juga menyakinkan bahwa semua siswa memperoleh pengetahuan yang diperlukan untuk
latihan dan tanggung jawab sosial serta mengatasi masalah kehidupan dalam masyarakat
yang selalu mengalami perubahan yang kompleks dan dinamis. Demikian pula bakat-bakat
untuk berpikir kreatif inovatif hendaknya dikembangkan dalam pembelajaran sains karena
ciri manusia bermakna adalah manusia kreatif.
Bidang kimia seharusnya merupakan pelajaran yang menyenangkan,karena
berhubungan dengan kehidupan sehari-hari. Akan tetapi apa yang diharapkan umumnya
berlainan dengan kenyataan. Hal ini dapat terjadi salah satunya adalah dengan
menggunakan model pembelajaran yang kurang tepat oleh dalam mengajar. Guru lebih
bantak menanamkan konsep-konsep materi pelajaran melalui transfer informasi dan
pemberian contoh -contoh yang cenderung dihafal siswa,sehingga tidak membentuk
konsepsi yang benar. Pembelajaran seperti ini tentu saja akan menciptakan suasana kelas
yang statis,monoton, dan membosankan. Dengan demikian perlu adanya peran guru dalam
menentukan model pembelajaran yang tepat yang tidakhanya berpengaruh terhadap hasil
belajar saja, tetapi dapat juga perpengaruh terhadap keterampilan prosesnya. Proses belajar
merupakan hasil yang kompleks, siswalah yang menentukan terjadi atau tidak terjadi
belajar. Guru hanya berfungsi sebagai penbimbing dan pengaruh,sedangkan yang
menggerakan proses tersebut harus datang dari siswa. Dengan demikian seorang pendidik
perlu menerapkan sebuah pendekatan yang mengarahkan siswa untuk berperan aktif dan
menggali potensi yang ada pada dirinya sendiri, Sehingga siswa mampu mengembangkan
keterampilan-ketrampilan tertentu seperti keterampilan dalam mengamati, menafsirkan,
mengelompokkan,meramalkan, komunikasi, membuat hipotesis, merencanakan penelitian,
menggunakan alat dan bahan, dan mengajukan pertannyaan.
Apabila kegiatan belajar-mengajar terus menerus seperti ini maka akan
menimbulkan ketidaktahuan siswa mengenai proses dari konsep kimia yang diperoleh.
Akibatnya keterampilan proses yang dimiliki oleh siswa menjadi rendah. Untuk
mewujudkan hasi seperti diatas,diperlukan suatu model pembelajaran yang mengarahkan
siswa dalam membangun pengetahuannya melalui proses penyelidikan. Salah satu model
pembelajaran yang melibatkan keaktifan siswa untuk mengkonstruk sendiri
pengetahuannya adalah model guided inquiry(inkuiri terbimbing). Metode guided inquiry
merupakan aplikasi dari pembelajaran konstruktivisme yang didasarkan pada pada
observasi dan studi ilmiah. Dalam pembelajaran guided inquiry siswa didorong untuk
belajar sebagian besar melalui keterlibatan aktif mereka sendiri untuk memiliki
pengalaman dan melakukan percobaan yang memungkinkan mereka menemukan”ptinsip”
untuk diri mereka sendiri.
Salah satu konsep kimia yang sesuai dengan karakteristik diatas adalah konsep
asam basa. Konsep asam basa membutuhkan pemikiran dan penjelasan melalui penalaran,
sehingga siswa dapat memecahkan masalah yang dihadapi. Konsep asam basa juga dapat
dilakukan dengan menggunakan percobaan sederhana karena konsep ini sering ditemui
dalam kehidupan sehari-hari. Melalui suatu percobaan sederhana, siswa akan merasa
tertarik untuk malakukan suatu pengamatan dan penyelidikan, Kegiatan penyelidikan
sangat penting karena dapat mengoptimalkan keterlibatan pengalaman langsung siswa
dalam proses pembelajaran,sehingga siswa dapat mengembangkan kemampuaannya dalam
menggunakan keterampilan proses mengamati, menafsirkan, menggunakan alat,bahan dan
sumber,menerapkan konsep dan mengomunikasihkan hasil penyelidikan kepada guru dan
teman-teman. Hal ini membuat belajar siswa lebih bermakna dan berlangsung tetap.
Oleh karena itu, pembelajaran menggunakan guided inquiry membuat siswa
mengkonstruk sendiri pengetahuannya dengan melakukan aktivitas aktif dalam
pembelajarannya. Pelajaran kimia pun menjadi lebih menarik dan mudah dipahami, lebih
menekankan pada aspek proses dan diharapkan dapat meningkatkan keterampilan proses
sains siswa.
Hadits merupakan sumber ajaran agama Islam, pedoman hidup kaum muslimin
yang kedua setelah Al-quran, Bagi mereka yang telah beriman kepada Al-quran sebagai
sumber hukum, maka secara otomatis harus percaya bahwa hadits sebagai sumber hukum
islam juga. Apabila hadits tidak berfungsi sebagai sumber hukum, maka kaum muslimin
akan menghadapi kesulitan-kesulitan dalam hal cara shalat, kadar dan ketentuan zakat, cara
haji dan lain sebagainya. Sebab ayat-ayat Al-quran dalam hal itu hanya berbicara secara
global dan umum, yang menjelaskan secara terperinci justru Sunnah Rasulullah, selain itu
juga akan mendapat kesukaran-kesukaran dalam hal menafsirkan ayat-ayat yang
musytarak, dan muhtamal, dan sebagainya yang mau tidak mau memerlukan hadits atau
sunnah untuk menafsirkannya atau menjelaskanya.
Pendidikan, dalam pengertiannya yang paling luas, memainkan peran yang makin
besar untuk mewujudkan perubahan mendasar dalam cara hidup dan bertindak. Pendidikan
adalah kekuatan masa depan karena merupakan alat perubahan yang paling ampuh.1
Pendidikan bisa mencakup hampir segala macam pengetahuan manusia, dari ilmu sihir,
sampai kepada ilmu kimia dan nuklir. Bahkan dinyatakan bahwa pendidikan adalah politik
tertinggi. Karena dengan pendidikan kita bisa mempengaruhi manusia secara masal untuk
mencapai sebuah tujuan yang telah ditetapkan. Merujuk kepada pentingnya pendidikan
tersebut, maka dibutuhkan materi-materi yang harus dijadikan landasan dan sandaran
dalam pendidikan. Maka materi Pendidikan Islam adalah bahan-bahan, atau pengalaman-
pengalaman belajar ilmu agama Islam yang disusun sedemikan rupa untuk disajikan atau
disampaikan kepada anak didik.
Allah Subhanahu Wa Ta'ala berfirman:(QS. Al-Baqarah 2: Ayat 28)
َّلل َو ُك ْنت ُ ْم ا َ ْم َوا تًا فَا َ ْحيَا ُک ْم ۚ ثُم يُمِ ْيت ُ ُك ْم ثُم يُحْ يِ ْي ُك ْم ثُم اِلَ ْي ِه ت ُ ْر َجعُ ْون
ِ ٰ ْف ت َ ْكفُ ُر ْونَ بِا
َ َكي
kaifa takfuruuna billaahi wa kungtum amwaatang fa ahyaakum, summa
yumiitukum summa yuhyiikum summa ilaihi turja'uun
Artinya: "Bagaimana kamu ingkar kepada Allah, padahal kamu (tadinya) mati, lalu
Dia menghidupkan kamu, kemudian Dia mematikan kamu, lalu Dia menghidupkan kamu
kembali. Kemudian kepada-Nyalah kamu dikembalikan."
B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan sebelumnya,dapat diidentifikasi
beberapa masalah diantarannya:
1. Siswa mengalami kesulitan dalam mempelajari kimia karena konsep kimia cenderung
bersifat abstrak
2. Siswa kurang memahami materi dalam proses belajar akibat sistem pembelajaran yang
monoton(teacher centered)
3. Model pembelajaran yang hanya menekankan pada aspek kognitif tanpa menekankan
pada aspek psikomotor
4. Pembelajaran siswa masih bersifat menerima bukan membangun sendiri
pemahamannya dengan melakukan aktiviitas aktif dalam pembelajaran.
5. Pembelajaran yang diberikan hanya mengembangkan beberapa keterampilan saja
seperti keterampilan berkomunikasi dan observasi.
C. Batasan Masalah
Peneliti ini dibatasi pada masalah-masalah sebagai berikut:
1. Penggunaan model pembelajaran Inquiry berupa Guided.
2. Indikator KPS yang dimaksud dalam penelitian ini menurut nuryani Y. Rustaman yang
meliputiobservasi,mengelompokan,menafsirkan
3. pengamatan(Interprestasi),meramalkan(prsdiksi),berkomunikasi,berhipotesis,
merencanakan percobaan/penyelidikan,menerapkan konsep/prinsip,dan mengajukan
pertanyaan.
D. Rumusan Masalah
Berdasarkan identifikasi dan pembatasan masalah yang telah diuraikan, maka penulis
merumuskan masalah dalam penelitian ini;
“Bagaimana keterampilan proses sain siswa pada materi asam basa menggunakan model
pembelajaran guided inquiry pada kelas XI IPA SMA NEGERI 1 PALI”
E. Tujuan Penelitian
Adapun tujuan yang akan dicapai dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui kualitas
keterampilan proses sains siswa SMA NEGERI 1 PALI dengan menggunakan model
pembelajaran guided inquiry.
F. Manfaat Penelitian
Adapun manfaat penelitian ini:
1. Bagi guru atau pendidik sebagai informasi yang dapat dijadikan bahan pertimbangan
dalam memilih model pembelajaran yang tepat dan sesuai sehingga dapat menigkatkan
keterampilan proses sains.
2. Bagi siswa diharapkan dapat meningkatkan keterampilan proses sainsnya, khususnya
pada konsep asam basa.
3. Bagi peneliti diharapkan dapat dijadikan sebagai alternatif model pembelajaran kimia
dalam membuat suatu kebijakan untuk memperbaiki dan meningkatkan pembelajaran
kimia di sekolah.
BAB II
KAJIAN TEORITIS
Evaluasi berasal dari bahasa inggris yaitu evaluation. Oemar Hamalik mengatakan
bahwa,“evaluasi adalah suatu proses berkelanjutan tentang pengumpuulan dan
penafsiran informasi untuk menilai (assess) keputusan-keputusan yang dibuat dalam
merancang suatu sistem pengajaran”. Sedangkan menurut Ralph Tyler, mengatakan
bahwacevaluasi merupakan sebuah proses pengumpulan data untuk menentukan sejauh
mana, dalam hal apa, dan bagian mana tujuan pendidikan sudah tercapai.Evaluasi
berarti sebagai proses sistematik menetapkan nilai tentang sesuatu hal, seperti objek,
unjuk kerja, kegiatan, hasil, tujuan dan hal lain berdasarkan kriteria tertentu melalui
penilaian. Evaluasi belajar adalah proses penetuan pemerolehan hasil belajar
berdasarkan kriteria tertentu.
↓
Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)
↓
Analisis Materi Pelajaran
↓
Penyusunan Instrumen
↓
Validasi Instrumen
↓
Iya
↓
Perbaikan
↓
Memperbanyak Instrumen
↓
Pelaksanaan Pembelajaran
(menggunakan Guided
Inquiry)
↓
Analisis KPS Siswa
↓
Temuan Penelitian
↓
Pembahasan
↓
Kesimpulan dan saran
Bagan 2. 1
C. Sampel Penelitian
“Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi tersebut”.
50 Penelitian ini dilakukan di SMA 1 PALI Penukal abab lematang ilir dengan sampel
penelitian siswa kelas XI IPA semester II tahun ajaran 2019/2020 dengan jumlah siswa
sebanyak 29 siswa.Adapun teknik pengambilan subjek penelitian ini menggunakan
purposive sampling yaitu dilakukan dengan cara mengambil subyek bukan didasarkan pada
strata, random atau daerah tetapi didasarkan atas adanya tujuan tertentu.
D. Instrumen Penelitian
Instrumen penelitian adalah alat pengumpulan data dalam penelitian yang dilakukan. Pada
penelitian ini digunakan 4 jenis, yaitu:
1. Tes berupa soal esay sebanyak 16 soal tentang materi asam basa. Tes tersebut
mengukur per kelompok dan memuat beberapa indikator tentang keterampilan proses
sains siswa yaitu observasi, mengelompokan, menafsirkan pengamatan
(Interpretasi),meramalkan (Prediksi), berkomunikasi, berhipotesis, merencanakan
percobaan/penyelidikan, menerapkan konsep/prinsip, dan mengajukan pertanyaan.
2. Lembar Observasi
Menurut Nana Syaodih, “Observasi atau pengamatan merupakan suatu teknik atau cara
mengumpulkan data dengan jalan mengadakan pengamatan terhadap kegiatan yang
sedangberlangsung”. Observasi yang dilakukan disini adalah observasi langsung
dengan satu observer pada setiap kelompok siswa. Lembar ini mengukur per kelompok
dan observasi dilakukan untuk melihat kegiatan belajar mengajar dan praktikum
dimana keterampilan proses yang akan lebih diamati oleh peneliti. Observasi juga
digunakan untuk mengungkapkan aktivitas siswa dalam melakukan percobaan dan
keterampilan proses sains yang dimiliki oleh siswa. Instrumen yang digunakan untuk
menyaring data aspek kecakapan hidup siswa secara tertulis berdasarkan kriteria yang
telah ditetapkan adalah lembar observasi. Format observasi yang digunakan
adalah menggunakan empat kategori 0, 1, 2, 3 dan 4.
Observasi yang dilakukan terhadap siswa dimulai dari awal kegiatan belajar
mengajar sampai pada kegiatan praktikum. Hal tersebut meliputi observasi,
mengklasifikasikan, menafsirkan, memprediksi, keterampilan siswa dalam
mengajukan pertanyaan, berhipotesis, merencanakan percobaan, kegiatan
menggunakan seluruh alat,bagaimana siswa merancang dan memakai alat percobaan,
menerapkan konsep, serta bagaimana mengkomunikasikan hasil temuan mereka
setelah percobaan. Hal-hal tersebut merupakan keterampilan proses sains sains yang
akan diteliti.
Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan lembar observasi berbentuk rating
scale. Sehingga peneliti dapat mengetahui sejauh mana keterampilan proses sains yang
dimiliki oleh siswa. Menurut Gronlund secara garis besar prosedur instrumen penilaian
praktikum adalah menentukan kinerja yang dinilai, memilih fokus penilaian,
menentukan situasi kinerja, dan menentukan metode pengamatan dan mekanisme
pencatatan serta penentuan skor. Peneliti menentukan kisi-kisi lembar observasi serta
mengatur bagaimana penilaian diberikan terhadap apa yang dilakukan oleh siswa agar
observer memiliki acuan/pedoman dalam mengisi lembar observasi sehingga lembar
observasi diisi dengan sebagaimana mestinya.
1. Validitas isi
Validitas isi dari suatu instrumen penelitian adalah validitas yang diperoleh setelah
dilakukan penganalisaan, penelusuran atau pengujian terhadap isi yang terkandung
dalam instrumen tersebut. Validitas isi ditilik dari segi isi tes itu sendiri berkenaan
dengan isi dan format dari instrumen. Apakah intstrumen tepat mengukur hal yang
ingin diukur, apakah butir-butir pertanyaan telah mewakili aspek-aspek yang akan
diukur, dan apakah pemilihan format instrumen cocok untuk mengukur segi tersebut.
Pengujian validitas isi dapat dilakukan dengan membandingkan antara isi instrumen
dengan materi pelajaran yang telah diajarkan. Seorang peneliti yang memberikan tes di
luar konteks yang telah ditetapkan, berarti instrumen tersebut tidak memiliki validitas
isi. Untuk instrumen yang akan mengukur efektifitas pelaksanaan program, maka
pengujian validitas isi dapat dilakukan dengan membandingkan antara isi instrumen
dengan isi atau rancangan yang telah ditetapkan.
2. Validitas konstruksi
Validitas konstruksi dari suatu instrumen dapat dilakukan penganalisaanya dengan
jalan melakukan pencocokan antara aspek-aspek berpikir yang terkandung dalam
instrumen tersebut, dengan aspek-aspek berpikir yang dikehendaki untuk diungkap
oleh tujuan instruksional khusus. Uji validitas isi dan konstruksi akan dibantu dengan
menggunakan kisi-kisi instrumen atau matrik pengembangan instrumen. Dalam kisi-
kisi ini terdapat variabel yang akan diteliti yaitu keterampilan proses siswa dimana akan
terfokuskan pada mengamati percobaan, menerapkan konsep, merancang percobaan
dan mengkomunikasikan hasil percobaan. Kalibrasi instrumen penelitian dilakukan
oleh seorang ahli untuk mendapatkan instrumen yang valid dan reliabel. Yang menjadi
seorang ahli untuk mengkalibrasi instrumen penelitian ini adalah orang sudah dianggap
ahli dalam bidang pendidikan seperti dosen pendidikan kimia, atau guru kimia.
Instrumen dikalibrasi berdasarkan struktur instrumen, gaya bahasa, hubungan dengan
indikator materi dan tingkat kesukaran instrumen.
= 3,20
𝑠𝑘𝑜𝑟 𝐾𝑃𝑆
Presentase (%)= 𝑆𝑘𝑜𝑟 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑑𝑖ℎ𝑎𝑟𝑎𝑝𝑘𝑎𝑛 (𝑀𝐴𝑋𝑆) 𝑋100
3,20
= 𝑋 100
4
= 80 %
• Instrumen Tes
1.Aspek Observasi
∑ 𝑠𝑘𝑜𝑟 𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙
Rata- rata = 𝐵𝑎𝑛𝑦𝑎𝑘𝑛𝑦𝑎 𝑗𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑠𝑖𝑠𝑤𝑎
49
=
16
= 3,06
𝑆𝑘𝑜𝑟 𝐾𝑃𝑆
Presentase (%) = 𝑆𝑘𝑜𝑟 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑑𝑖ℎ𝑎𝑟𝑎𝑝𝑘𝑎𝑛 (𝑀𝐴𝑋𝑆) 𝑋 100
3,06
= 𝑋 100
4
= 76,65 %