Anda di halaman 1dari 50

UPAYA MENINGKATKAN HASIL BELAJAR AL

QUR’AN HADITS MATERI KESEIMBANGAN


ANTARA HIDUP DUNIA DAN AKHIRAT MELALUI
METODE DRILL AND PRACTICE

KELAS VIII MTs. An-NURHANIYAH


Tahun Pelajaran 2018/2019

Proposal
Penelitian Tindakan Kelas

Oleh

SUKAESIH, S.Pd.I

PROGRAM PENDIDIKAN PROFESI GURU DALAM JABATAN (PPGDJ)


FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
2019
DAFTAR ISI

BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
B. Pembatasan dan Rumusan Masalah
C. Tujuan Penelitian Perbaikan Pembelajaran
D. Manfaat Penelitian Perbaikan Pembelajaran
BAB II KAJIAN PUSTAKA
A. Landasan Teori
1. Hasil Belajar
a. Pengertian belajar
b. Hasil belajar
2. Metode Mengajar
a. Pengertian Metode Drill And Practice
b. Pegertian Pembelajaran Drill And Practice
c. Media Belajar
3. Pembelajaran Al-Qur’an Hadits di MTs
a. Pengertian Al-Qur’an Hadits
b. Pengertian Pembelajaran di MTs
c. Karkteristik Siswa MTs
4. Pembelajaran Penelitian Tindakan Kelas (PTK)
a. Pengertian PTK
b. Tujuan PTK
c. Manfaat PTK
B. Penelitian Relevan
C. Hipotesis Penelitian
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
A. Setting Penelitian
B. Persiapan PTK
C. Subjek Penelitian
D. Sumber Data
E. Teknik dan alat pengumpulan data
a. Tes
b. Dokumentasi
F. Indikator keberhasilan
G. Teknik Analisis Data
1. Teknik data analisis tes
2. teknik analisis data non tes
3. Analisis ketuntasan Belajar
H. Tindak lanjut Perencanaan Tindakan
I. Prosedur Penelitian
DAFTAR PUSTAKA
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah


Belajar adalah kegiatan yang berproses dan merupakan unsur yang sangat
fundamental dalam setiap penyelenggaraan jenis dan jenjang pendidikan. Ini
berarti bahwa berhasil atau gagalnya pencapaian tujuan pendidikan itu amat
bergantung pada proses belajar yang dialami oleh peserta didik , baik ketika
berada di lingkungan sekolah maupun lingkungan rumah atau lingkungan
keluarga sendiri.1 Sehingga dalam belajar itu setidaknya melibatkan usaha
seseorang untuk menguasai suatu pengetahuan, kecakapan, serta ketrampilan
secara terencana dan bertujuan.
Tujuan dari seseorang belajar secara umum adalah ingin mencapai prestasi
yang tinggi dalam bidang pengetahuan, baik secara kualitas maupun kuantitas.
Untuk mencapai tujuan tersebut, seorang peserta didik harus senantiasa
membiasakan diri untuk selalu ingat dan bersungguh-sungguh dalam belajar.
Hasil belajar dipengaruhi oleh 2 (dua) faktor yaitu faktor dari dalam diri
dan faktor dari luar diri. Faktor yang ada pada dirinya sendiri, seperti kondisi
fisik, panca indera, bakat, minat, kecerdasan, motivasi dan kemampuan kognitif,
dan faktor yang ada di luar dirinya seperti lingkungan alam, sosial, keadaan bahan
pelajaran, guru, sarana dan fasilitas serta administrasi, yang tak kalah penting guru
juga harus mempunyai terobosan cara atau metode yang bisa meningkatkan
kemampuan belajar peserta didik .
Pembelajaran adalah aktivitas manusiawi yang berlangsung sejak awal
penciptaan manusia, sebagaimana yang diungkapkan dalam al-Qur’an Surah al-
Baqarah ayat 31 dan 151:
        
      
“Dan Dia telah mengajarkan kepada Adam nama-nama benda seluruhnya,
kemudian mengemukannya kepada para Makaikat, lalu berfirman: “Sebutkanlah
pada-Ku nama benda-benda itu jika kamu memang orang-orang yang benar!” (al-
Baqarah 31).2
     
“Dan Dia telah mengajarkan kepada kamu apa-apa yang kamu belum
mengetahui”(al-Baqarah 151).3
Menurut Mulyasa, pembelajaran pada hakekatnya adalah interaksi antara
peserta didik dengan lingkungannya sehingga terjadi perubahan perilaku ke arah
yang lebih baik. Dalam pembelajaran tersebut banyak sekali faktor yang
mempengaruhinya, baik faktor internal yang datang dari diri individu, maupun
faktor eksternal yang datang dari lingkungan individu.4
Tidaklah mengherankan jika para pakar di bidang pendidikan sudah lama
dan terus menerus mengadakan riset tentang proses pembelajaran ini. Apalagi
kalau istilah pembelajaran ini disejajarkan dengan istilah yang sudah lama dikenal
dalam dunia pendidikan, yaitu pedagogy atau pedagogic yang merupakan dua
istilah yang bermakna sama, yaitu ilmu pengetahuan, seni, prinsip dan perbuatan
mengajar.
Pembelajaran merupakan proses interaksi antara peserta didik dengan
lingkungan belajar yang diatur oleh guru untuk mencapai tujuan pengajaran yang
telah ditetapkan. Oleh karena itu, posisi guru dalam pembelajaran tidak hanya
sebagai penyampai informasi melainkan sebagai pengarah fasilitas terjadinya
proses belajar.
Pembelajaran terkait dengan bagaimana membelajarkan peserta didik atau
bagaimana membuat peserta didik dapat belajar dengan mudah dan dorongan oleh
kemauannya sendiri untuk mempelajari apa yang teraktualisasi dalam kurikulum
sebagai kebutuhan peserta didik. Oleh karena itu
pembelajaran berupaya menjabarkan nilai-nilai yang terkandung dalam kurikulum
dengan menganalisa tujuan pembelajaran dan karakteristik isi bidang studi
pendidikan yang terkandung dalam kurikulum. Selanjutnya dilakukan kegiatan
untuk memilih, menetapkan dan mengembangkan cara-cara (strategi dan metode
pembelajaran) yang tepat untuk mencapai tujuan pembelajaran yang ditetapkan
sesuai dengan kondisi yang ada agar kurikulum dapat diaktualisasikan dalam
proses pembelajaran.
Harus diketahui bahwa keberhasilan suatu penyampaian pelajaran sangat
dipengaruhi oleh ketepatan dalam pemilihan metode. Dalam arti bahwa dalam
kegiatan pembelajaran harus ada kesesuaian antara tujuan, pokok bahasan dengan
metode, situasi dan kondisi (peserta didik maupun sekolah) serta kepribadian guru
yang membawakan pelajaran.
Dalam proses pembelajaran di sekolah selama ini masih sering kita dapati
para guru lebih menggunakan metode verbalistik, yaitu ceramah dan tanya jawab.
Hal ini tidak berarti bahwa metode ceramah tidak baik, melainkan pada suatu saat
peserta didik akan menjadi bosan bila guru berbicara terus sedangkan para peserta
didik duduk diam mendengarkan. Selain itu kadang ada pokok bahasan yang
memang kurang tepat untuk disampaikan melalui metode ceramah dan lebih
efektif melalui metode lain.5
Dewasa ini banyak sekali metode dan pendekatan yang terus bermunculan
dan diterapkan dalam pembelajaran berbagai bidang mata pelajaran. Diantaranya
metode diskusi, eksperimen, demonstrasi, pemberian tugas, karya wisata,
discovery, problem solving dan sebagainya. Akan tetapi perlu terus menerus dicari
formula metode yang sesuai dengan kebutuhan agar ide-ide yang ingin diberikan
bisa diserap dengan lebih mudah, cepat, efektif dan efisien.
Tentu banyak sekali objek yang bisa dijadikan bahan untuk memperoleh
contoh-contoh metode pembelajaran, baik yang berasal dari akal pikiran murni
manusia maupun dari sumber lain. Dan salah satu sumber yang utama itu adalah
al-Qur’an, kitab suci pedoman umat Islam.
Di dalamnya pasti banyak contoh metode pembelajaran. Tergantung kita
apakah mampu menggalinya atau tidak.
Al-Qur’an merupakan kitab suci yang berisi petunjuk untuk kehidupan
umat manusia di dunia ini. Dengan petunjuk al-Qur’an, kehidupan manusia akan
berjalan dengan baik. Manakala mereka memiliki problem, maka problem itu
dapat terpecahkan sehingga ibarat penyakit akan ditemukan obatnya dengan al-
Qur’an itu. Oleh karena itu, menjadi amat penting bagi kita sebagai umat Islam
untuk memahami al-Qur’an dengan sebaik-baiknya sehingga bisa kita gunakan
sebagai pedoman hidup di dunia ini dengan sebenar-benarnya.
Allah berfirman :
      
“Sesungguhnya al-Qur’an ini menunjukkan kepada jalan yang lebih lurus.”(QS
Al-Isra’ 9).6
     
“Kami menurunkan al-Qur’an kepadamu untuk menjelaskan segala sesuatu.”(QS
An-Nahl 89).7
Dalam al-Qur’an terdapat banyak ayat yang mengandung berbagai ragam
metode pembelajaran yang bisa dijadikan sebagai salah satu pilihan metode
pembelajaran saat ini. Al-Qur’an pasti mempunyai sumbangan yang sangat besar
dalam suatu proses pembelajaran di sekitar kita. Ia juga telah memberi banyak
contoh yang bisa diambil sebagai bagian dari metode pembelajaran. Umat Islam
harus selalu berusaha menggali isi dan kandungan al-Qur’an tersebut sebagai
upaya untuk memberikan pengajaran kepada peserta didik agar ide-ide yang ingin
diberikan bisa diserap dengan mudah sesuai yang diharapkan.
Jika dilihat dari proses pembelajaran al-Qur’an Hadist yang terjadi pada
tahun lalu untuk materi Keseimbangan antara Hidup di Dunia dan Akhirat peserta
didik kelas VIII Madrasah Tsanawiyah An – Nurhaniyah Kp Sumurgintung Desa
Jagabaya Kecamatan Warunggunung Kabupaten Lebak-Banten, hasil belajar al-
Qur’an Ḥadits rata-rata kelasnya masih rendah yaitu 66,61 di bawah KKM 70
sedangkan ketuntasan klasikalnya adalah 64,82% dan ada 35,18% peserta didik
yang nilainya yang belum tuntas disebabkan karena masih menggunakan metode
yang klasikal yang didominasi oleh peran guru. Dalam dinamika semacam itu,
berbagai metode perlu diupayakan sebagai alternatif pemecahan. Salah satu
strategi alternatif untuk mengatasi permasalahan diatas yaitu metode drill and
practice, dalam strategi ini proses pembelajaran dapat dilakukan dengan membaca
bersama-sama secara klasikal dan peserta didik bergantian membaca secara
individu atau kelompok, murid yang lain menyimak. Sehingga dengan mereka
akan lebih tahu benar salahnya bacaaanya.
Pembelajaran dengan menggunakan metode drill and practice untuk
mengetahui kemampuan membaca dan prestasi yang dicapai peserta didik dalam
pembelajaran tersebut. Drill and practice dilakukan dengan menggunakan latihan
dan penugasan serta praktek kemampuan peserta didik . Jadi drill and practice
adalah latihan dengan praktek yang dilakukan berulang-ulang atau kontinyu untuk
mendapatkan ketrampilan dan ketangkasan praktis tentang pengetahuan yang
dipelajari. Lebih dari itu diharapkan agar pengetahuan atau ketrampilan yang telah
dipelajari itu menjadi permanen, mantap dan dapat dipergunakan setiap saat oleh
yang bersangkutan.
Mengingat hal tersebut di atas mendorong peneliti untuk mengupayakan
meningkatkan kemampuan membaca Hadits Keseimbangan Hidup Dunia dan
Akhirat dalam mata pelajaran al-Qur’an Ḥadits di madrasah tersebut terutama
pada jam pelajaran di sekolah dengan lebih maksimal.
Untuk mengetahui lebih dalam tentang pelaksanaan pembelajaran dalam
meningkatkan kemampuan membaca dalam mata pelajaran al-Qur’an di madrasah
tersebut diharapkan adanya hasil belajar al-Qur’an Hadits di MTs. An –
Nurhaniyah Kp Sumurgintung Desa Jagabaya Kecamatan Warunggunung
Kabupaten Lebak-Banten.
Berangkat dari pemaparan tersebut di atas, penelitian ini akan mengacu pada judul
sebagai berikut: “UPAYA MENINGKATKAN HASIL BELAJAR AL QUR’AN
HADITS MATERI KESEIMBANGAN ANTARA HIDUP DUNIA DAN
AKHIRAT MELALUI METODE DRILL AND PRACTICE “

B. Pembatasan dan Rumusan Masalah


Untuk mendapatkan gambaran yang lebih jelas maka perlu dilakukan
pembatasan masalah dalam hal ini peneliti membatasi masalah, meliputi :
1. Konsep yang d ajarkan tentang kesembangan hidup di dunia dan akhirat
2. Model pembelajaran yang digunakan adalah Drill And Practice
3. Hanya mengukur hasil-hasil belajar siswa yang terlihat pada aspek
kognitif dari tingkat mengingat ( C1 ), memahami ( C2 )dan menerapakan
( C3 )
Berdasarkan hal tersebut di atas, yang menjadi faktor perbaikan adalah “
Bagaimana upaya meningkatkan hasil belajar siswa pada pelajaran Al-
Qur’an Hadits materi Keseimbangan hidup antara dunia dan akhirat
dengan menggunakan metode Drill And Practice, di kelas VIII MTs. An-
Nurhaniyah?”
C. Tujuan Penelitian Perbaikan Pembelajaran
Setiap rencana dari suatu aktivitas tentu memiliki tujuan yang ingin
dicapainya, sehingga pelaksanaannya bisa terarah, terpola, dan sistematik.
Demikian pula dengan penelitian ini mempunyai tujuan, yaitu:
1) Untuk mengetahui apakah metode pembelajaran model Drill And Practice
dapat meningkatkan hasil belajar siswa pada mata pelajaran Al-Qur’an
Hadits pada materi pokok “Keseimbangan hidup antara dunia dan
akhirat”?
D. Manfaat Penelitian Perbaikan Pembelajaran
Menyimak pada tujuan penelitian tersebut di atas, dan dengan
tercapainya tujuan tersebut, dapat dipetik manfaat penelitian , yaitu :
1. Bagi Guru ; jika penggunaan metode pembelajaran Drill And Practice
dapat meningkatkan hasil belajar siswa pada mata pelajaran Al-Qur’an
Hadits pada materi pokok Surat At-Takatsur, maka ini adalah
pembelajaran inovatif yang mungkin bisa diterapkan pula pada materi lain
maupun pada mata pelajaran yang lain selain Al-Qur’an Hadits.
2. Bagi Siswa ; akan tumbuh kesadaran bahwa dengan membaca, dapat
menumbuhkan dan mengembangkan kecerdasan intelektual, emosional
dan spiritual sebagai instrumen untuk membentuk pribadi positif.
Disamping itu kompetensi kreativitas, sikap dan minat siswa adalah salah
satu unsur dari kecakapan hidup (life skill) yang harus digali melalui
pembelajaran.
3. Bagi Dunia Pendidikan ; bahwa paradigma sekarang berubah dari
pengajaran menjadi pembelajaran, yang berarti bahwa siswa belajar tidak
cukup dengan memperhatikan, membaca, menulis dan berlatih., tetapi
pembelajaran adalah membelajarkan siswa (sebagai subjek) dengan cara
melakukan – mengalami – mengomunikasikan. Mulai dari kehidupan
nyata siswa diangkat menjadi konsep.

BAB II
KAJIAN PUSTAKA

A. Landasan Teori
1. Hasil Belajar
a. Pengertian Belajar
Belajar adalah suatu kata yang tidak asing lagi bagi semua orang
terutama bagi para pelajar. Kegiatan belajar merupakan bagian yang tidak
terpisahkan dari semua kegiatan mereka dalam menuntut ilmu di lembaga
pendidikan formal. Menurut Dimyati dan Mudjiono (2013 : 7 ) “ belajar
merupakan tindakan dan prilaku yang kompleks. Sebagai tindakan, maka
belajar hanya dialami oleh siswa sendiri. Siswa adalahpenentu terjadinya
atau tidak terjadinya proses belajar “.
Menurut Sudirman, AM (2014: 23) “ belajar adalah perubahan tingkah
laku dan terjadi karena hasil pengalaman”. Sejalan dengan itu, Iskandar
( 2012 :102 ) mengatakan “ belajar merupakan usaha yang dilakukan
seseorang melalui interaksi dengan lingkungannya untuk merubah
perilakunya “.
Kurniawan ( 2014 : 4 ) mengatakan “ belajar itu sebagai proses aktif
internal individu dimana melalui pengalamannya berinteraksi dengan
lingkungan menyebabkan terjadinya perubahan tingkah laku yang relatif
permanen “.
Menurut Slameto ( 2010 : 3 ) “ belajar adalah suatu proses usaha yang
dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang
baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam
interaksi dengan lingkungannya”. Sedangkan Slameto ( 2010 : 54 )
mengemukakah faktor-faktor yang mempengaruhi belajar adalah sebagai
berikut :
1. Faktor Intern
Yaitu faktor yang ada di dalam diri individu yang sedang belajar.
Faktor intern terdiri dari :
a. Faktor jasmaniah ( kesehatan dan cacat tubuh )
b. Faktor psikologis ( intelegensi , perhatian , minat , bakat , motif ,
kematangan dan kesiapan )
c. Faktor kelelahan.
2. Faktor Ekstern
Yaitu faktor yang ada di luar individu. Faktor ekstern terdiri dari :
a. Faktor keluarga ( cara orang tua mendidik , relasi antara anggota
keluarga , suasana rumah , keadaan ekonomi keluarga , pengertian
orang tua dan latar belakang kebudayaan ).
b. Faktor sekolah ( metode mengajar, kurikulum, relasi guru dengan
siswa, relasi siswa dengan siswa, disiplin sekolah, alat pelajaran,
waktu sekolah, standar pelajaran di atas ukuran, keadaan gedung,
metode belajar dan tugas rumah ).
c. Faktor masyarakat ( kegiatan siswa dalam masyarakat, mass media,
teman bergaul dan bentuk kehidupan masyarakat ).
Berdasarkan pendapat para ahli di atas, dapat penulis simpulkan bahwa
belajar adalah suatu proses perubahan tingkah laku seseorang melalui
pengalamanberinteraksi dengan lingkungannya. Faktor-faktor yang
mempengaruhi belajar adalah faktor intern dan faktor ekstern.
b. Pengertian Hasil Belajar
Hasil belajar merupakan terpenting dalam pembelajaran. Nana
Sudjana ( 2009 : 3 ) mendefinisikan hasil belajar siswa pada hakikatnya
adalah perubahan tingkah laku sebagai hasil belajar dalam pengertian yang
lebih luas mencakup bidang kognitif, afektif, dan psikomotorik. Dimyati
dan Mudjiono ( 2006 :3-4 ) juga menyebutkan hasil belajar merupakan
hasil dari suatu interaksi tindak belajar dan tindak mengajar. Dari sisi guru,
tindak mengajar diakhiri dengan proses evaluasi hasil belajar. Dari sisi
siswa , hasil belajar merupakan berakhirnya pengajaran dari puncak proses
belajar.
Benjamin S. Bloom ( Dimyati dan Mudjiono , 2006: 26-27 )
menyebutkan enam jenis perilaku ranah kognitif, sebagai berikut :
a. Pengetahuan, mencapai kemampuan ingatan tentang hal yang telah
dipelajari dan tersimpan dalam ingatan. Pengetahuan itu berkenaan
dengan fakta, peristiwa, pengertian kaidah, teori, prinsip, atau
metode.
b. Pemahaman, mencakup kemampuan menangkap arti dan makna
tentang hal yang dipelajari.
c. Penerapan, mencakup kemampuan menerapkan metode dan kaidah
untuk menghadapi masalah yang nyata dan baru. Misalnya,
menggunakan prinsip.
d. Analisis, mencakup kemampuan merinci suatu kesatuan ke dalam
bagian-bagian sehingga struktur keseluruhan dapat dipahami
dengan baik. Misalnya mengurangi masalah menjadi bagian yang
telah kecil.
e. Sintesis, mencakup kemampuan membentuk suatu pola baru.
Misalnya kemampuan menyusun suatu program.
f. Evaluasi, mencakup kemampuan membentuk pendapat tentang
beberapa hal berdasarkan kriteria tertentu. Misalnya, kemampuan
menilai hasil ulangan.
Berdasarkan pengertian hasil belajar di atas, disimpulkan bahwa
hasil belajar adalah kemampuan-kemampuan yang dimiliki siswa setelah
menerima pengalaman belajarnya. Kemampuan-kemampuan tersebut
mencakup aspek kognitif, afektif, dan psikomotorik. Hasil belajar dapat
dilihat melalui kegiatan evaluasi yang bertujuan untuk mendapatkan data
pembuktian yang akan menunjukkan tingkat kemampuan siswa dalam
mencapai tujuan pembelajaran. Hasil belajar yang diteliti dalam penelitian
ini adalah hasil belajar kognitif Al-Qur’an Hadits yang mencakup tiga
tingkatan yaitu pengetahuan (C1) , pemahaman (C2), dan penerapan (C3).
Instrumen yang digunakan untuk mengukur hasil belajar siswa pada aspek
kognitif adalah tes.
2. Metode Mengajar
a. Pengertian Metode Belajar
Secara umum pengertian metode pembelajaran adalah cara yang
digunakan untuk mengimplementasikan rencana yang sudah disusun
dalam bentuk kegiatan nyata dan praktis untuk mencapai tujuan
pembelajaran. Yaitu suatu cara yang dipilih oleh pendidik untuk
mengoptimalkan proses belajar mengajar yang bertujuan untuk mencapai
tujuan pembelajaran yang diharapkan.
Mudahnya berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa yang
dimaksud metode pembelajaran adalah cara atau jalan yang ditempuh oleh
guru untuk menyampaikan materi pembelajaran sehingga tujuan
pembelajaran dapat dicapai. Hal ini mendorong seorang guru untuk
mencari metode yang tepat dalam penyampaian materinya agar dapat
diserap baik oleh siswa.
Mengajar secara efektif sangat bergantung pada pemilihan dan
penggunaan metode pembelajaran, proses belajar mengajar nampak
menyenangkan dan tidak membuat para siswa tersebut suntuk, dan juga
para siswa tersebut dapat menangkap ilmu dari tenaga pendidik tersebut
dengan mudah.
b. Pengertian Pembelajaran Drill And Practice
Penggunaan istilah drill (latihan) dimaksudkan agar pengetahuan
dan kecakapan tertentu menjadi milik peserta didik dan dapat dikuasai
sepenuhnya. Atau secara singkatnya, drill and practice dapat juga disebut
‘berlatih dan praktek’.
Metode drill and practice adalah metode yang bertujuan untuk
melatih peserta didik melafalkan surat dan hadits untuk kemudian
mempraktekkannya sampai peserta didik benar-benar menguasai tanpa ada
kesalahan.12
Adapun metode drill and practice itu sendiri memuat beberapa
pendapat sebagai berikut:
a. Suatu teknik yang dapat diartikan sebagai suatu cara mengajar dimana
peserta didik melaksanakan kegiatan-kegiatan latihan, peserta didik
memiliki ketangkasan atau ketrampilan yang lebih tinggi dari apa yang
telah dipelajari.13
b. Suatu metode dalam pendidikan dan pengajaran dengan jalan melatih
anak-anak terhadap bahan pelajaran yang sudah diberikan.14
c. Suatu kegiatan dalam melakukan hal yang sama secara berulang-ulang dan
sungguh-sungguh dengan tujuan untuk memperkuat suatu asosiasi atau
menyempurnakan suatu ketrampilan supaya menjadi permanen.15
d. Suatu rencana menyeluruh tentang penyajian materi secara sistematis dan
berdasarkan pendekatan yang ditentukan dengan cara latihan agar
pengetahuan dan kecakapan tertentu dapat dimiliki dan dikuasai
sepenuhnya oleh peserta didik.16
Sehingga dapat ditarik sebuah konklusi bahwa drill and practice
merupakan latihan dengan praktik yang dilaksanakan berulang kali atau
secara berkesinambungan untuk mendapatkan suatu ketangkasan atau
keterampilan praktis tentang suatu pengetahuan yang sedang dipelajari,
dan diharapkan pula agar keterampilan yang telah diperoleh dari hasil
pembelajaran itu menjadi permanen atau bertahan lama, serta dapat
dimanfaatkan setiap saat dibutuhkan oleh peserta didik yang
bersangkutan.17
Adapun metode drill and practice adalah suatu cara menyajikan
bahan pengajaran dengan jalan melatih peserta didik agar menguasai
pelajaran dan terampil. Dari segi pelaksanaannya peserta didik terlebih
dahulu telah dibekali dengan pengetahuan secara teori secukupnya,
kemudian dengan tetap dibimbing oleh guru peserta didik disuruh
mempraktekkan sehingga menjadi mahir dan terampil.
d. Media Belajar
3. Pembelajaran Al-Qur’an Hadist
a. Pengertian Al-Qur’an Hadits
Pembelajaran adalah proses interaksi peserta didik dengan
pendidik dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar.
Pembelajaran menurut Bruner adalah peserta didik belajar melalui
keterlibatan aktif dengan konsep-konsep dan prinsip-prinsip dalam
memecahkan masalah dari guru berfungsi sebagai motivator bagi peserta
didik dalam mendapatkan pengalaman yang memungkinkan mereka
menemukan dan memecahkan masalah.26
Pembelajaran al-Qur’an Hadits adalah bagian dari upaya untuk
mempersiapkan sejak dini agar peserta didik memahami, terampil
melaksanakan dan mengamalkan isi kandungan al-Qur’an Hadits melalui
kegiatan pendidikan.27
2. Tujuan Pembelajaran Al-Qur’an Hadits
Adapun tujuan pembelajaran al-Qur’an Hadits di Madrasah
Tsanawiyah An-Nurhaniyah adalah agar peserta didik mampu membaca,
menulis, menghafal, mengartikan, memahami dan terampil melaksanakan isi
kandungan al-Qur’an Hadits dalam kehidupan sehari-hari sehingga menjadi
orang yang beriman dan bertaqwa kepada Allah SWT. Inti ketaqwaan itu
ialah berakhlaq mulia dalam pribadi, berkeluarga, bermasyarakat, berbangsa
dan bernegara.28
3. Materi Al-Qur’an Hadits Keseimbangan Antara Dunia dan Akhirat
Al-Qur’an menurut pendapat Dr. Subhi al Salih berarti bacaan
berasal dari kata qarā’ bentuk kata al-Qur’an berasal dari masdar dengan arti
maf’ul maqrū’un (dibaca).29 Sebagaimana disebutkan dalam al-Qur’an surat
75 al Qiyamah ayat 17-18 :
       
 
Sesungguhnya mengumpulkan al-Qur’an (didalam dadamu) dan
(menetapkan) bacaannya (pada lidahmu) itu adalah tanggungan kami.
(karena itu), jika kami telah membacakannya, hendaklah kamu ikuti
bacaannya.30
Al-Qur’an adalah kitab Allah yang merupakan mu’jizat yang
diturunkan (diwahyukan) kepada Nabi Muhammad saw dan ditulis dalam
mushaf dan diriwayatkan dengan mutawatir serta membacanya dalah
ibadah.31
Al-Qur’an adalah kalam Allah SWT yang diwahyukan kepada
Nabi Muhammad saw. sebagai mu’jizat dengan menggunakan bahasa arab
yang mutawatir dan diawali dengan surat al-Fatihah dan diakhiri dengan
surat an-Nas serta membacanya termasuk ibadah.32
Hadits/sunnah menurut bahasa adalah jalan yang ditempuh,
perbuatan yang senantiasa dilakukan dapat berupa kebiasaan. Menurut para
ahli Hadits, sunnah adalah perkataan-perkataan, perbuatan-perbuatan,
keadaan Nabi Muhammad saw. Menurut Ahli ushul fiqih as-Sunah adalah
perkataan-perkataan, perbuatan-perbuatan, atau ketetapan-ketetapan Nabi
saw. Yang berhubungan dengan pembentukan hukum.
b. Pengertian Pembelajaran di MTs
Pengertian pembelajaran adalah serangkaian proses yang dilakukan
oleh guru agar siswa belajar. Dari sudut pandang siswa, pembelajaran
merupakan proses yang berisi seperangkat aktivitas yang dilakukan siswa
untuk mencapai tujuan pembelajaran (Abidin, 2012: 3). Pembelajaran harus
direncanakan sedemikian rupa sehingga siswa dapat mencapai tujuan dari
pembelajaran tersebut. Rancangan pembelajaran atau desain pembelajaran
adalah praktik penyusunan media teknologi komunikasi dan isi untuk
membantu agar dapat terjadi transfer pengetahuan secara efektif antara guru
dan peserta didik. Proses ini berisi penentuan status awal dari pemahaman
peserta didik, perumusan tujuan pembelajaran, dan merancang “perlakuan”
berbasis media untuk membantu terjadinya transisi. Idealnya proses ini
berdasar pada informasi dari teori belajar yang sudah teruji secara pedagogis
dan dapat terjadi hanya pada siswa, dipandu oleh guru, atau dalam latar
berbasis komunitas. Hasil dari pembelajaran ini dapat diamati secara
langsung dan dapat diukur secara ilmiah atau benar-benar tersembunyi dan
hanya berupa asumsi. Dalam mengelola pengertian pembelajaran, guru
melaksanakan berbagai langkah kegiatan, salah satunya adalah merancang
pembelajaran dengan perencanaan pembelajaran yang disusun untuk
memenuhi harapan dan tercapainya tujuan pembelajaran. Perencanaan yang
dimaksud yakni suatu cara yang memuaskan untuk membuat kegiatan dapat
berjalan dengan baik, disertai dengan berbagai langkah yang antisipasif guna
memperkecil kesenjangan yang terjadi sehingga kegiatan tersebut mencapai
tujuan yang ditetapkan (Uno, 2008:2). Perencanaan atau perancangan ini
sebagai upaya untuk membelajarkan siswa. Itulah sebabnya dalam belajar,
siswa tidak hanya berinteraksi dengan guru sebagai salah satu sumber
belajar, tetapi mungkin berinteraksi dengan keseluruhan sumber belajar yang
dipakai untuk mencapai tujuan pembelajaran yang diinginkan. Oleh karena
itu, pembelajaran memusatkan perhatian pada “bagaimana membelajarkan
siswa”, dan bukan pada “apa yang dipelajari siswa” (Uno, 2008:2-3).
Perencanaan proses pembelajaran meliputi Rencana Pelaksanaan
Pembelajaran (RPP), yang memuat sekurang-kurangnya tujuan
pembelajaran, materi pembelajaran, metode pengajaran, sumber belajar, dan
penilaian hasil belajar.
c. Karakteristik Siswa MTs
Karakteristik berasal dari kata karakter yang berarti tabiat watak,
pembawaan, atau kebiasaan yang di miliki oleh individu yang relatif tetap
(Pius Partanto, Dahlan, 1994)
Karakteristik adalah mengacu kepada karakter dan gaya hidup
seseorang serta nilai-nilai yang berkembang secara teratur sehingga tingkah
laku menjadi lebih konsisten dan mudah di perhatikan.(Moh. Uzer
Usman,1989)
Siswa atau anak didik adalah setiap orang yang menerima
pengaruh dari seseorang atau sekelompok orang yang menjalankan
pendidikan
Anak didik adalah unsur penting dalam kegiatan interaksi edukatif
karena sebagai pokok persoalan dalam semua aktifitas pembelajaran (Saiful
Bahri Djamarah, 2000)
Karakateristik siswa
Keseluruhan pola kelakuan dan kemampuan yang ada pada siswa
sebagai hasil dari pembawaan dari lingkungan sosialnya sehingga
menentukan pola aktivitas dalam meraih cita-citanya (Sudirman,1990)
Karakteristik siswa adalah aspek-aspek atau kualitas perseorangan
siswa yang terdiri dari minat, sikap, motivasi belajar, gaya belajar
kemampuan berfikir, dan kemampuan awal yang dimiliki (Hamzah. B
Uno.2007)
c. Manfaat Analisis Karakteristik Siswa
1. Guru dapat memperoleh tentang kemampuan awal siswa sebagai
landasan dalam memberikan materi baru dan lanjutan.
2. Guru dapat mengatahui tentang luas dan jenis pengalaman belajar
siswa, hal ini berpengaruh terhadap daya serap siswa terhadap materi
baru yang akan disampaikan.
3. Guru dapat mengetahui latar belakang sosial dan keluarga siswa.
Meliputi tingkat pendidikan orang tua, sosial ekonomi, emosional dan
mental sehingga guru dapat menajjikan bahan serta metode lebih serasi
dan efisien.
4. Guru dapat Mengetahui tingkat pertumbuhan dan perkembangan dan
aspirasi dan kebutuhan siswa.
5. Mengetahui tingkat penguasaan yang telah di peroleh siswa
sebelumnya
Klasifikasi Karakteristik Siswa
Pribadi dan lingkungan
Umur, Jenis kelamin, Keadaan ekonomi orang tua, Kemampuan pra
sekolah, Lingkungan tempat tinggal, Psikis,Tingkat Kecerdasan,
Perkembangan jiwa anak, Modalitas belajar, Motivasi, Bakat dan minat
KALASIFIKASI KARAKTERISTIK SISWA BERDASARKAN
POTENSI
Aliran yang berkaitan dengan potensi manusia menerima pendidikan
1. Nativisme
Arthur Schopenhour dari Jerman (1788-1860) anak yang baru lahir membawa
bakat kesanggupan dan sifat-sifat tertentu
2. Empirisme
Manusia itu dalam perkembangan pribadinya semata-mata ditentukan oleh dunia

di luar dirinya. John Locke (1632-1704) dari Inggris dengan teorinya “Tabula

Rasa”

3. Konvergensi

William Stern (1871-1938), yang mengatakan : “kemungkinan-kemungkinan yang

dibawa lahir itu adalah petunjuk-petunjuk nasib dengan ruangan permainan.

Dalam ruangan permainan itulah letaknya pendidikan dalam arti seluas-luasnya

Klasifikasi Kecerdasan

> 140 = Genius

130 – 139 = Sangat Pandai

120 – 129 = Pandai

110 – 119 = Di atas Normal

90 –109 = Normal/Sedang

80 – 89 = Di bawah Normal

70 – 79 = Bodoh

50 – 69 = Feeble Minded: Moron

< 49 = Feeble Monded: Imbicile/Idiot

MODALITAS BELAJAR:
SISWA VISUAL N :

1. Rapi dan teratur

2. Berbicara dengan cepat

3. Mementingkan penampilan, baik dlm pakaian maupun presentasi

4. Biasanya tidak terganggu oleh keributan

5. Lebih suka membaca daripada dibacakan

6. Mencoret-coret tanpa arti selama berbicara di telpon/kuliah

7. Lebih suka demonstrasi daripada berpidato

8. Sering menjawab pertanyaan dengan jawaban singkat, ya/tidak!

9. Mempunyai masalah untuk mengingat instruksi verbal kecuali jika ditulis, dan

sering kali minta bantuan orang untuk mengulanginya

10. Mengingat apa yang dilihat daripada apa yang didengar, dll
SISWA AUDITORIAL O :

1. Berbicara kepada diri sendiri saat bekerja

2. Mudah terganggu oleh keributan

3. Menggerakkan bibir dan mengucapkan tulisan di buku saat membaca

4. Merasa kesulitan untuk menulis, namun hebat dalam bercerita

5. Lebih suka gurauan lisan daripada komik

6. Berbicara dalam irama terpola

7. Belajar dengan mendengarkan dan mengingat apa yang didiskusikan daripada

yang dilihat

8. Suka berbicara, suka berdiskusi dan menjelaskan sesuatu panjang lebar

9. Dapat menirukan warna, irama dan nada suara, dll

SISWA KINESTETIK N :

1. Berbicara dengan perlahan

2. Menanggapi perhatian fisik

3. Menyentuh orang untuk mendapat perhatian mereka

4. Berdiri dekat ketika berbicara dengan orang

5. Selalu berorientasi pada fisik dan banyak bergerak

6. Menghafal dengan cara berjalan dan melihat

7. Menggunakan jari sebagai petunjuk saat membaca

8. Banyak menggunakan isyarat tubuh

9. Mempunyai perkembangan awal otot-otot yang besar

10. Sulit mengingat peta kecuali jika dirinya pernah berada di tempat itu
11. Kemungkinan tulisannya jelek

12. Tidak dapat duduk diam untuk waktu lama

4. Pembelajaran PTK

a. Pengertian PTK

Penelitian tindakan kelas merupakan terjemahan dari classroom action

research (CAR), yaitu satu action research yang dilakukan di kelas. Classroom

action research diawali dari istilah action research.

Untuk mempermudah memahami pengertian PTK maka berikut akan

diuraikan pengertian tiga unsur atau konsep yang terdapat dalam penelitian

tindakan kelas yakni :

1. Penelitian adalah aktivitas mencermati suatu objek tertentu melalui metodologi

ilmiah dengan mengumpulkan data-data dan dianalisis untuk menyelesaikan suatu

masalah.

2. Tindakan adalah suatu aktivitas yang sengaja dilakukan dengan tujuan tertentu

yang berbentuk siklus kegiatan dengan tujuan untuk memperbaiki atau

meningkatkan mutu atau kualitass proses belajar mengajar.

3. Kelas adalah sekelompok siswa yang dalam waktu yang sama menerima

pelajaran yang sama dari seorang guru.1[1]

Beberapa pengertian Penelitian Tindakan Kelas (PTK) menurut para ahli

yakni Menurut David Hopkins, PTK mengandung pengertian bahwa PTK adalah

sebuah bentuk kegiatan refleksi diri yang dilakukan oleh para pelaku pendidikan

dalam suatu situasi kependidikan untuk memperbaiki rasionalitas dan keadilan

tentang :
1
1) Praktik-praktik kependidikan mereka;

2) Pemahaman mereka tentang praktik-praktik tersebut dan

3) SITUASI dimana praktik-praktik tersebut dilaksanakan.

Menurut Rapoport dan Hopkins, pengertian penelitian tindakan kelas

adalah penelitian untuk membantu seseorang dalam mengatasi secara praktis

persoalan yang dihadapi dalam situasi darurat dan membantu pencapaian tujuan

ilmu sosial dengan kerja sama dalam kerangka etika yang disepakati bersama.2[2]

Menurut Hopkins, “PTK adalah suatu bentuk kajian yang bersifat reflektif,

yang dilakukan oleh pelaku tindakan untuk meningkatkan kemantapan rasional dari

tindakan – tindakannya dalam melaksanakan tugas dan memperdalam terhadap

kondisi dalam praktik pembelajaran.3[3]

Menurut Kemmis dan MC. Taggart yaitu : “PTK adalah studi yang

dilakukan untuk memperbaiki diri sendiri, pengalaman kerja sendiri, yang

dilaksanakan secara sistematis, terencana, dan dengan sikap mawas diri.”4[4]

Menurut Rochman Natawijaya, “PTK adalah pengkajian terhadap

permasalahan praktis yang bersifat situasional dan kontekstual, yang ditujukan

untuk menentukan tindakan yang tepat dalam rangka pemecahan masalah yang

dihadapi, atau memperbaiki sesuatu.”5[5]

5
Menurut pendapat Suyanto “PTK adalah suatu bentuk penelitian yang

bersifat reflektif dengan melakukan tindakan – tindakan tertentu agar dapat

memperbaiki dan/atau meningkatkan praktik-praktik pembelajaran di kelas secara

professional.”6[6]

Menurut PGSM pengertian “PTK adalah sebagai suatu bentuk kajian yang

bersifat reflektif oleh pelaku tindakan yang dilakukan untuk meningkatkan

kemantapan rasional dari tindakan mereka dalam melaksanakan tugas,

memperdalam pemahaman terhadap tindakan – tindakan yang dilakukan, serta

memperbaiki kondisi dimana praktik pembelajaran tersebut dilakukan.7[7]

Menurut Kasihani PTK adalah penelitian praktis, bertujuan untuk

memperbaiki kekurangan - kekurangan dalam pembelajaran di kelas dengan cara

melakukan tindakan-tindakan. Upaya tindakan untuk perbaikan dimaksudkan

sebagai pencarian jawab atas permasalahan yang dialami guru dalam

melaksanakan tugasnya sehari – hari.8[8]

Selanjutnya I.G.A.K Wardani, Kuswaya Wihardit; Noehi Nasution

merumuskan pengertian penelitian tindakan kelas sebagai berikut : “penelitian

tindakan kelas adalah penelitian yang dilakukan oleh guru didalam kelasnya

sendiri melalui refleksi diri, dengan tujuan untuk memperbaiki kinerjanya sebagai

guru, sehingga hasil belajar siswa menjadi meningkat.”9[9]

b. Tujuan PTK

9
Penelitian pendidikan pada umumnya ditujukan untuk memperoleh landasan

dalam mempertimbangkan suatu prosedur kerja, khususnya prosedur

pembelajaran, menjamin cara kerja yang efektif dan efisien, memperoleh fakta-

fakta tentang berbagai masalah pendidikan, dan menghindarkan sesuatu yang

dapat merusak, serta meningkatkan kompetensi guru dalam mengembangkan

pembelajaran. Berdasarkan pemahaman tersebut, secara umum penelitian tindakan

kelas bertujuan untuk:

1. Memperbaiki dan meningkatkan kondisi-kondisi belajar serta kualitas

pembelajaran.

2. Meningkatkan layanan professional dalam konteks pembelaaran,

khhususnya layanan kepada peserta didik sehingga tercipta layanan prima.

3. Memberi kesempatan kepada guru berimprovisasi dalam melakukan

tindakan pembelajaran yang direncanakan secara tepat waktu dan

sasarannya.

4. Memberi kesempatan kepada guru mengadakan kajian secara bertahap

kegiatan pembelajaran yang dilakukannya sehingga tercipta perbaikan

yang berkesinambungan.

5. Membiasakan guru mengembangkan sikap ilmiah, terbuka dan jujur dalam

pembelajaran.

Perkembangan masyarakat dewasa ini sangat cepat dan sangat kompleks sehingga

tuntutan terhadap layanan pembelajaran yang hams dilakukan oleh gmujuga


meningkat. Penelitian tindakan kelas merupakan salah satu cara yang strategis

bagi guru untuk meningkatkan atau memperbaiki layanan pembelajaran tersebut.

Tujuan ini dapat dicapai dengan cara melakukan berbagai tindakan untuk

memecahkan berbagai permasalahan pembelaj aran di kelas yang selama ini

dihadapi, baik disadari atau mungkin tidak disadari. Oleh karena itu, fokus

penelitian tindakan kelas adalah terletak kepada tindakan-tindakan altematif yang

direncanakan oleh guru, kemudian dicobakan, dan dievaluasi untuk mengetahui

efektivitas tindakan-tindakan Alternative itu dalam memecahkan masalah

pembelajaran yang dihadapi oleh guru.

Jika perbaikan dan peningkatan layanan pembelajaran dapat terwujud dengan baik

berdasarkan hasil penelitian tindakan kelas, menurut Suyanto (1999) ada tujuan

penyerta yang juga dapat dicapai sekaligus dalam kegiatan penelitian itu. Tujuan

penyerta yang dapat dicapai adalah terjadinya proses latihan dalam jabatan oleh

guru selama proses penelitian tindakan kelas dilakukan. Ini dapat terjadi karena

tujuan utama dari penelitian tindakan kelas adalah perbaikan dan peningkatan

layanan pembelajaran.Artinya, dengan penelitian tindakan kelas itu guru sekaligus

banyak berlatih mengaplikasikan berbagai tindakan alternatif yang telah

dipilihnya sebagai upaya untuk meningkatkan layanan pembelajaran. Di sini guru

akan lebih banyak mendapatkan pengalaman tentang keterampilan praktik

pembelaj aran secara reflektifdaripada ilmu baru dari penelitian tindakan kelas

yang dilakukan itu. Dalam konteks pengalaman latihan guru ini, Borg (1996)

menegaskan bahwa tujuan utama penelifian tindakan adalah untuk pengembangan


keterampilan guru berdasarkan pada persoalan-persoalan pembelajaranyang

dihadapi guru di kelasnya sendiri, dan bukannya bertujuan untuk pencapaian

pengetahuan umum dalam bidang pendidikan.

McNiff (1992) menegaskan bahwa dasar utama bagi dilaksanakannya PTK adalah

untuk perbaikan. Kata perbaikan di sini terkait dengan memiliki konteks dengan

proses pembelajaran. Jika tujuan utama PTK adalah untuk perbaikan dan

peningkatan layanan professional pendidik dalam menangani proses belajara

mengajar, bagaimana tujuan ituu dapat di capai?. Tujuan itu dapat dicapai dengan

melakukan berbagai tindakan alternative dalam memecahkan berbagai persoalan

pembelajaran.

Sedangkan dalam bukunya Kunandar (2008) disebutkan bahwa tujuan penelitian

tindakan Kelas adalah sebagai berikut:

1. Untuk memecahkan permasalahan nyata yang terjadi di dalam kelas yang

dialami langsung dalam interaksi antara guru dan siswa yang sedang

belajar, meningkatkan profesionalisme guru, dan menumbuhkan budaya

akademik dikalangan para guru.

2. Peningkatan kualitas praktik pembeljaran di kelas secara terus menerus

mengingat masyarakat berkembang secara cepat.

3. Peningkatan relevansi pendidikan, hal ini dicapai melalui peningkatan

proses pembelajaran
4. Sebagai alat training in-service,yang memperlengkapi guru dengan skill

dan metode baru, mempertajam kekuatan analisisnya dan mempertinggi

kesadaran dirinya.

5. Sebagai alat untuk memasukkan pendekatan tambahan atau inovatif

terhadap system pembelajaran yang berkelanjutanyang biasanya

menghambat inovasi dan perubahan

6. Peningkatan hasil mutu pendidikan melalui perbaikan praktik pembeljaran

di kelas dengan mengembangkan berbagai jenis ketrampilan dan

menningktkan motivasi belajar siswa

7. Meningkatkan sikap profesionalpendidik dan tenaga kependidikan

8. Menumbuhkembangkan budaya akademik di lingkungan sekolah,

sehingga tercipta proaktif dalam melakukan perbaikan mutu pendidikan

dan pembelajaran secara berkelanjutan

9. Peningkatan efisiensi pengelolaan pendidikan, peningkatan atau perbaikan

proses pembelajran di samping untuk meningkatkan relevansi dan mutu

hasil pendidikan juga situnjukkan untuk meningkatkan efisiensi

peemanfaatan sumber-sumber daya yang terintegrasi di dalamnya

c. Manfaat PTK

Manfaat PTK dapat dilihat dari dua aspek yakni aspek akademis dan aspek

praktis. Aspek Akademis, manfaatnya adalah untuk membantu guru

mengahasilkan pengetahuan yang shahih dan relevan bagi kelas mereka untuk
memperbaiki mutu pembelajaran dalam jangka pendek. Adapun Manfaat Praktis

dari pelaksanaan PTK antara lain:

1. merupakan pelaksanaan inovasi pembelajaran dari bawah. Peningkatan

mutu dan perbaikan proses pembelajaran yang dilakukan guru secara rutin

merupakan wahana pelaksanaan inovasi pembelajaran. Oleh karena itu

guru perlu mencoba untuk mengubah, mengembangkan, dan

meningkatkan pendekatan, metode,maupun gaya pembelajaran sehingga

dapat melahirkan suatu model pembelajaran yang sesuai dengan kondisi

dan karakteristik kelas.

2. pengembangan kurikulum di tingkat sekolah, artinya dengan guru

melakukan PTK maka guru telah melakukan implementasi kurikulum

dalam tataran praktis, yakni bagaimana kurikulum itu dikembangkan dan

disesuaikan dnegan situasi dan kondisi, sehingga kurikulum dapat berjalan

secara efektif melalui proses pembelajran yang aktif,inovatif,kreatif,efektif

dan menyenangkan.

Melalui PTK guru akan lebih banyak memperoleh pengalaman tentang praktik

pembelajaran secara efektif, dan bukan ditujukan untuk memperoleh ilmu baru

dari penelitian tindakan kelas yang dilakukannya. Dengan kata lain, tujuan utama

PTK adalah mengembangkan katerampilan proses pembelajaran. Bukan untuk

mencapai pengetahuan umum dalam bidang pendidikan. Meskipun demikian,

PTK sangat bermanfaat dalam meningkatkan pemahaman guru terhadap


pembelajaran yang menjadi tugas utamanya. Berbagai manfaat penelitian tindakan

kelas antara lain dapat dikemukakan sebagai berikut.

1. Mengembangkan dan melakukan inovasi pembelajaran sehingga

pembelajaran yang dilakukan senantiasa tampak baru dikalangan peserta

didik.

2. Merupakan upaya pengembangan kurikulum tingkat satuan pendidikan

(KTSP) sesuai dengan karakteristik pembelajaran, serta situasi dan kondisi

kelas.

3. Meningkatkan profesionalisme guru melalui upaya penelitian yang

dilakukannya, sehingga pemahaman guru senantiasa meningkat, baik

berkaitan dengan metode maupun isi pembelajaran.

Dalam pda ini, praktik PTK diharapkan dapat meningkatkan kemampuan guru

dalam mengelola pembelajaran, sehingga dapat meningkatkan kualitas

pembelajaran dan kualitas pendidikan pada umumnya. Untuk mewujudkan tujuan

dan memperoleh manfaat sebagaimana dikemukakan diatas, terhadap beberapa hal

yang harus ditanyakan dalam pelaksanaannya, sebagai berikut: a) Apakah

hipotesis tindakan telah dirumuskan berdasarkan tujuan dan hasil kajian dengan

landasan yang tepat, baik secara teoritis maupun konseptual? b) Apakah

alternative pemecahan masalah yang direkomendasikan dapat mencapai tujuan

dan memecahkan permasalahan dengan tepat? c) Bagaimanakah tindakan

pemecahan masalah dilakukan, bagaimana mengetahui dan mengontrol hasilnya?

d) Bagaimanakah cara menguji hipotesis tindakan untuk membuktikan perbaikan


kondisi atau peningkatan kinerja system pembelajaran? e) Apakah pengambilan

kesimpulan sesuai dengan tujuan, kondisi dan karakteristik pembelajaran?

1. Model Kurt Lewin

Model kurt lewin menjadi acuan patokan atau dasar dari adanya berbagai model

penelitian tindakan yang lain, khususnya PTK. Dikatakan demikian karena dialah

yang pertama kali memperkenalkan Action Research atau penelitian tindakan.

Konsep pokok penelitian Model Kurt Lewin terdiri dari empat komponen, yaitu a)

perencanaan (planning), b) tindakan (acting), pengamatan (observing), dan d)

refleksi (reflecting). Hubungan keempat komponen tersebut dipandang sebagai

siklus yang dapat digambarkan sebagai berikut:

Gambar 1. Siklus PTK Menurut

Kurt Lewin

2. Model Kemmis & Mc Taggart

Model kemmis & Mc Taggart merupakan pengembangan dari konsep dasar yang

diperkenalakn oleh Kurt Lewin sebagaimana yang diutarakan di atas. Hanya saja,

komponen acting (tindakan) dengan observing (pengamatan) dijadikan sebagai

satu kesatuan. Disatukan kdeuakomponen tersebut disebabkan oleh adanya


kenyataan bahwa perapan acting dan observing merupakan dua kegiatan yang

tidak terpisahkan. Maksudnya, kedua kegiatan harus dilakukan dalam satu

kesatuan waktu, ketika tindakan dilaksanakan begitu pula observasi juga harus

dilaksanakan. Untuk lebih tepatnya, beriku ini dikemukakan bentuk desainnya

(Kemmis & Mc Taggart dalam Kusumah dan Dwitagama, 2009:20).

Gambar 2. Siklus PTK Menurut Kemmis & Mc

Taggart.

Apabila dicermati, model yang dikemukakan oleh Kemmis & Mc Taggart pada

hakikatnya berupa perangkat-perangkat atau untaian-untaian dengan satu

perangkat terdiri dari empat komponen, yaitu: perencanaan, tindakan,

pengamatan, dan refleksi. Keempat komponen yang berupa untaian tersebut

dipandang sebagai satu siklus. Oleh karena itu, pengertian siklus pada kesempatan

ini adalah putaran kegiatan yang terdiri dari perencanaan, tindakan, pengamatan

dan refleksi. Pada gambar di atas, tampak bahwa di dalamnya terdiri dari dua

perangkat komponen yang dapat dikatakan sebagai dua siklus. Untuk pelaksanaan
sesungguhnya, jumlah siklus sangat bergantung kepada masalah yang perlu

diselesaikan.

3. Model John Illiot

Jika diperhatikan desain PTK John Illiot seperti yang terpampang di bawah,

tampak bahwa di dalam satu tindakan (acting) terdiri dari beberapa step atau

langkah tindakan, yaitu langkah tindakan 1, langkah tindakan 2, dan langkah

tindakan 3. Adanya langkah-lamgkah untuk setiap tindakan ini dengan dasar

pemikiran bahwa di dalam mata pelajaran terdiri dari beberapa pokok bahasan,

dan setiap pokok bahasan terdiri dari beberapa materi yang tidak diselesaikan

dalam satu kali tindakan. Oleh karenanya, untuk menyelesaikan satu pokok

bahasan tertentu diperlukan beberapa kali langkah tindakan yang terealisasi di

dalam kegiatan belajar-mengajar. Apa pun masalah yang akan diangkat dalam

penelitian, hendaknya tetap berada dalam lingkup permasalahan yang dihadapi

oleh guru dalam praktik kesehariannya di kelas dan merupakan sesuatu yanng

ingin dirubah atau diperbaiki. Semuanya itu harus dimulai dari ide awal, sampai

monitoring pelaksanaan dan efeknya, sesuai dengan bagan dibawah ini, semuanya

tetap dalam bentuk spiral.

Model ini sebenarnya bagus untuk diterapkan di sekolah, namun dalan

kenyataannya belum banyak guru yang memakai model ini. Hal ini dikarenakan

model ini kurang dikenal oleh guru dan sangat sulit penerapannya di lapangan.

Mungkin karena belum terbiasa dan belum banyak dosen yang membantu

menerapkannya dalam melaksanakan PTK di sekolah.


Gambar 3. Siklus PTK menurut John Illiot

4. Model Hopkins

Berpijak pada desain-desain model PTK para ahli pendahulunya, selanjutnya

Hopkins (1993:191) menyusun desain tersendiri, yaitu sebagai berikut:

Gambar 4. Siklus PTK menurut

Hopkins
5. Model Mc. Kernan

Menurut Mc. Kernan ada tujuh langkah yang harus dicermati dalam PTK, yaitu:

1. Analisis situasi (reconnaisissance) atau kenal medan.

2. Perumusan dan klarifikasi permasalahan.

3. Hipotesis tindakan.

4. Perencanaan tindakan.

5. Penerapan tindakan dengan memonitoringnya.

6. Evaluasi hasil tindakan.

7. Refleksi dan pengambilan keputusan untuk pengembangan selanjutnya.

Gambar 5. Siklus PTK menurut

Mc. Kernan

Berdasarkan beberapa model PTK diatas, selanjutnya dapat diketahui bahwa

desain yang paling mudah dipahamai dan dilaksanakan untuk PTK, yaitu desain

Model Kurt Lewin dan Model Kemmis & Mc Taggart. Namun, tidak ada salahnya

jika kita memilih salah satu model yang cocok untuk penelitian kita yang mudah

untuk dijalankan dan dapat digunakan untuk memperbaiki atau mengatasi

permasalahan yang ada di kelas. Dengan melakukan PTK, para guru dapat
memberbaiki kinerjanya dan dapat meningkatkan kualitas pembelajarannya.

Karena itu, pemahaman akan model-model PTK sangat diperlukan agar guru

dapat memilih model yang cocok untuk penelitiannya. Pilihlah yang sesuai

dengan kondisi guru di lapangan atau sesuai dengan kondisi sekolah.

e. Langkah-langkah PTK

LANGKAH-LANGKAH PENELITIAN TINDAKAN KELAS (PTK)

(1) mengidentifikasi dan merumuskan masalah;

(2) menganalisis masalah;

(3) merumuskan hipotesis tindakan;

(4) membuat rencana tindakan dan pemantauannya;

(5) melaksanakan tindakan dan mengamatinya;

(6) mengolah dan menafsirkan data; dan

(7) melaporkan.

1. Identifikasi dan Perumusan Masalah

Masalah dalam PTK terkait dengan proses pembelajaran yang pada gilirannya

menghasilkan perubahan pada perilaku guru, mitra peneliti dan siswa. Contoh

permasalahan yang di-PTK-kan:

1. metode mengajar, mungkin mengganti metode tradisional dengan metode

penemuan;

2. strategi belajar, menggunakan pendekatan integratif pada pembelajaran

daripada satu gaya belajar mengajar;


3. prosedur evaluasi, misalnya meningkatkan metode dalam penilaian

kontinyu/otentik;

4. penanaman atau perubahan sikap dan nilai, mungkin mendorong

timbulnya sikap yang lebih positif terhadap beberapa aspek kehidupan;

5. pengembangan profesional guru misalnya meningkatkan keterampilan

mengajar, mengembangkan metode mengajar yang baru, menambah

kemampuan analisis, atau meningkatkan kesadaran diri;

6. pengelolaan dan kontrol, pengenalan bertahap pada teknik modifikasi

perilaku; dan

7. administrasi, menambah efisiensi aspek tertentu dari administrasi sekolah

(Cohen dan Manion, 1980: 181).

Kriteria dalam penentuan masalah:

1. Masalah harus penting bagi orang yang mengusulkannya dan sekaligus

signifikan dilihat dari segi pengembangan lembaga atau program;

2. Masalahnya hendaknya dalam jangkauan penanganan. Jangan sampai

memilih masalah yang memerlukan komitmen terlalu besar dari pihak para

penelitinya dan waktunya terlalu lama;

3. Pernyataan masalahnya harus mengungkapkan beberapa dimensi

fundamental mengenai penyebab dan faktor, sehingga pemecahannya

dapat dilakukan berdasarkan hal-hal fundamental ini daripada berdasarkan

fenomena dangkal

B. Penelitian Relevan
1. Baihaqi, 2015, Upaya Meningkatkan Hasil Belajar Al Qur’an Hadits Materi

Surat Al Ḍuḥa Melalui Metode Drill And Practice Siswa Kelas Vi Mi Al

Islamiyah Kebonbatur Mranggen Demak Tahun Pelajaran 2014/2015. Setelah

dilaksanakan penelitian tindakan kelas hasilnya sesuai dengan hipotesis yang

diajukan yaitu ada peningkatan hasil belajar al Qur’an Hadits materi surat al-

Ḍuḥa melalui metode drill and practice siswa kelas VI MI Al Islamiyah

Kebonbatur Mranggen Demak. Hal ini dibuktikan dengan peningkatan hasil

nilai rata-rata yaitu pada pra siklus 66,61, pada siklus I dengan nilai rata-rata

yaitu 80,68 dan pada siklus II nilai rata-rata adalah 91,43 sedangkan

nilaiketuntasan klasikal pada pra siklus 64,82%, pada siklus I menjadi 78,36%

dan pada siklus II menjadi 88,57%.

2. Sirajidin Sirajidin, 2011, Meningkatkan Kemampuan Menghapal Melalui

Metode Driil Pada Mata Pelajaran Qur’an Hadits Siswa Kelas 3 MI Sabilal

Muhtadin Kecamatan Astambul Kabupaten Banjar 2010/2011. Alat

pengumpulan data dalam penelitian ini meliputi tes dan observasi.\ud

Berdasarkan temuan dalam penelitian ini, maka dapat disimpulkan bahwa

dalam upaya meningkatkan kemampuan menghafal dengan menggunakan

metode drill siswa kelas 3 MI Sabilal Muhtadin Astambul pada tahun pelajaran

2010/2011 dapat dinyatakan berhasil.

3. Rahem Abd, 2015, upaya meningkatkan hasil belajar membaca al-qur’an

melalui metode drill pada mata pelajaran al-qur’an hadits siswa kelas iii mi.

Nurul islam tarogan lenteng sumenep tahun pelajaran 2014 - 2015. Hasil
tindakan pembelajaran yang dilakukan pada siklus I menunjukkan bahwa hasil

belajar membaca Alqur’an siswa mengalami kenaikan. Dari hasil lembar

observasi pada siklus I diperoleh bahwa jumlah siswa yang mempunyai hasil

belajar membaca Alqur’an kategori baik sebanyak 70%. Setelah dilakukan

refleksi terhadap pelaksanaan tindakan pada siklus I, tindakan pembelajaran

siklus II menunjukkan bahwa hasil belajar membaca Alqur’an siswa juga

mengalami peningkatan. Dari hasil penilaian hasil belajar membaca pada siklus

II diketahui bahwa jumlah siswa yang mempunyai hasil belajar kategori sangat

baik sudah mencapai 90 %. Dari hasil tersebut disimpulkan bahwa penggunaan

metode drill dalam pembelajaran Alqur’an hadits dapat meningkatkan hasil

belajar membaca Alqur’an siswa kelas III MI.Nururl Islam Tarogan Lenteng

Sumenep.

C. Hipotesis penelitian

Penerapan model pembelajaran Drill And Practice dapat meningkatkan

hasil belajar siswa dalam mata pelajaran al-Qur’an Hadits pada tema

keseimbangan hidup dunia dan akhirat di MTs. An-Nurhaniyah Jagabaya,

Warunggunung, Lebak-Banten
BAB III METODOLOGI PENELITIAN

A. Setting Penelitian
Penelitian tindakan kelas yang akan dilakukan pada MTs An-Nurhaniyah
Sumurgintung, Lebak-Banten semester genap Tahun Pelajaran 2018/2019 di
bulan Februari-Maret, penelitian yang saya lakukan sebanyak 2 siklus
B. Persiapan Penilaian Tindakan kelas (PTK)
Kegiatan dalam tahap persiapan ini meliputi hal-hal sebagai berikut :
1. KI KD
2. Studi pendahuluan terhadap prestasi belajar siswa.
3. Merencanakan pembelajaran dengan membuat Silabus, RPP.
4. Membuat soal tes akhir siklus.
5. Membuat lembar pengamatan aktivitas belajar Al-Qur’an Hadits siswa.
6. Peneliti dan teman sejawat membuat lembar pengamatan pengelolaan
pembelajaran Al-Qur’an Hadits dengan metode Drill And Practice
7. Membuat lembar evaluasi, LKPD
C. Subjek Penelitian
Subjek penelitian ini adalah guru dan siswa. Pelaku tindakan adalah guru kelas
VII MTs An-Nurhaniyah Sumurgintung, Lebak-Banten. Penerima tindakan
adalah siswa kelas VIII MTs An-Nurhaniyah Sumurgintung, Lebak-Banten.
Tahun Pelajaran 2018/2019 yang berjumlah 30 orang siswa, terdiri dari 13
orang Siswa laki-laki dan 17 orang siswa perempuan.
D. Sumber Data
Sumber data dalam penelitian ini adalah berkaitan dengan asal penelitian guna
memperoleh data-data yang dibutuhkan untuk bahan kajian dalam menganalisis
data. Pada penelitian ini sumber data yang dibutuhkan adalah dari narasumber,
dokumen dan proses belajar mengajar. Adapun informasi yang dibutuhkan
adalah informasi tentang kemampuan siswa menguasai materi pembelajaran
benda dan sifatnya dengan soal bervariasi. Sumber data yang dikumpulkan dari
penelitian ini meliputi:
1. Informan atau nara sumber yaitu guru kelas VIII MTs An-Nurhaniyah
Sumurgintung, Lebak-Banten dan Siswa.
2. Tempat dan peristiwa kegiatan belajar mengajar Al-Qur’an Hadits diadakan
di dalam kelas pada saat terjadi proses belajar mengajar dengan
menggunakan metode pembelajaran Drill And Practice.
3. Dokumen dan arsip yang dipergunakan meliputi data jumlah siswa, jumlah
guru, daftar nilai siswa kelas VIII MTs An-Nurhaniyah Sumurgintung,
Lebak-Banten, Kurikulum K13 dan data lain yang menunjang pelaksanaan
penelitian
E. Teknik dan alat pengumpulan data
Untuk pengumpulan data dalam penelitian ini digunakan beberapa metode
pengumpulan data yaitu, tes, dan dokumentasi.
1. Tes
Adapun tes dalam penelitian ini digunakan untuk mengetahui
perkembangan hasil belajar Al-Qur’an Hadits dari satu siklus ke siklus
berikutnya. Sarwiji Suwandi (2010: 59) mengemukakan bahwa “tes disusun
atau dilakukan untuk mengetahui tingkat perkembangan kemampuan menulis
siswa sesuai dengan siklus yang ada“. Metode tes ini digunakan sebagai
instrumen penelitian untuk mengumpulkan data sehingga dapat diketahui data
mengenai pemahaman konsep siswa setelah dilakukan tindakan. Metode tes
digunakan untuk memperoleh data hasil belajar Al-Qur’an Hadits siswa pada
materi panca indera melalui metode Kepala Bernomor Terstruktur. Metode tes
digunakan dalam penelitian ini dengan beberapa pertimbangan yaitu dapat
langsung memperoleh data, hasil tes dapat segera diterima sebagai data dapat
segera dianalisis untuk menarik suatu kesimpulan. Dalam hal ini tes yang
digunakan berupa pertanyaan soal uraian.
1. Dokumentasi
Dokomentasi merupakan metode untuk memperoleh atau mengetahui
sesuatu dengan buku-buku, arsip yang berhubungan dengan yang diteliti.
Dokumentasi digunakan untuk memperoleh data sekolah, seperti daftar nama
siswa, profil sekolah, keadaan siswa, keadaan guru dan karyawan, keadaan
sarana dan prasarana serta foto tindakan kelas pada saat penelitian

F. Indikator keberhasilan
Indikator keberhasilan berdasarkan kurikulum 2013 (K13) siswa dinyatakan
tuntas belajar bila telah mencapai hasil /nilai sesuai KKM. 75 untuk mata
pelajaran Al-Qur’an Hadits. Dinyatakan tuntas belajar bila dikelas tersebut
telah mencapai 75% dari KKM.
Hasil perhitungan dikonsultasikan dengan Kriteria Ketuntasan Minimal yang
dikelompokan kedalam 2 kategori tunta sdan tidak tuntas :
Table. 5.1 Kriteria Ketuntasan Minimal belajar

Kriteria ketuntasan Kualifikasi


≥70 Tuntas
≤70 Tuntas

G. Teknik Analisis Data


1. Teknik Data Analisis Tes
Analisis data instrument tes pada penelitian ini menggunakan normalitas gain
(Normalized-Gain) Gain adalah selisih antara nilai tes awal dan tes akhir, gain
menunjukan peningkatan penguasaan konsep siswa setelah pembelajaran
dilaksanakan. Peningkatan penguasaan konsep siswa dengan menggunakan
pembelajaran Drill And Practice dilihat dari hasil post test siklus pertama yang
dibandingkan dengan hasil post test pada siklus kedua dan seterusnya hingga
target tercapai. Perhitungan peningkatan penguasan konsep siswa dapat
dihitung menggunakan N-Gain, dengan persamaan :
Skor postest-skor pretest
NGain _______________________
Skor ideal – skor pretest
Tinggi rendahnya gain yang dinormalisasi diklasifikasikan pada tabel di bawah
ini:

Gain Klasifikasi
(g) > 0,7 Tinggi
0,7 > (g) > 0,3 Sedang
(g) < 0,3 Rendah

2. Teknik Analisis Data Nontes


Analisis data nontes pada penelitian ini diolah secara kualitatif dan
dikonversi kedalam bentuk penskoran kuantitatif. Data nontes ini
diperoleh dari pedoman observasi berupa indikator-indikator tindakan
guru dan aktivitas siswa dalam proses pembelajaran setelah dianalisis
selanjutnya data tersebut dideskripsikan dalam paparan data secara naratif.
Presentase tindakan guru dan aktivitas siswa selama pembelajaran data
dihitung dengan menggunakan rumus:
F
P = ---- x 100 %
N
Keterangan :

P = Nilai persen yang dicari atau yang diharapkan


F = Frekuensi yang sedang dicari presentasenya
N = Skor maksimum ideal dari tes yang bersangkutan
Lembar observasi untuk menilai tindakan guru dan aktivitas siswa yang
digunakan dalam penelitian ini berdasarkan model skala likert yang berbentuk
rating-scale. Pernyataan dalam lembar observasi penelitian ini merupakan
pertanyaan positif. Dalam menganalisis data yang berasal dari lembar observasi,
observer memberikan skor berskala 0 sampai 4. Untuk pertanyaan positif, maka :

a. Jawaban “sangat baik” diberi nilai 4


b. Jawaban “baik” diberi nilai 3
c. Jawaban “cukup” diberi nilai 2
d. Jawaban “kurang” diberi nilai 1
e. Jawaban “tidak ada” diberi nilai 0

Hasil dari perhitungan prosentase diatas dapat dikategorikan sesuai tingkat


penguasaannya, dan kategorinya dapat dilihat pada tabel berikut :

Tabel Kriteria Nilai presentase instrumen nontes

Rentang Kategori
80 – 100 % Sangat Baik
70 – 79 % Baik
60 – 69 % Cukup
50 – 59 % Kurang
0 – 49 % Gagal

2. Analisis Ketuntasan Belajar

Analisis ketuntasan belajar digunakan untuk mengetahui presentase


hasil intervensi tindakan yang diharapkan yaitu sebesar 75 % dari seluruh
siswa mencapai Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) sesuai ketetapan
sekolah yaitu 70.

Untuk mengukur ketuntasan belajar siswa digunakan langkah-langkah


berikut :

a. Menentukan mean atau rata-ratahasil belajar siswa. Rata-rata hasil


belajar siswa dihitung menggunakan N-gain
b. Menentukan presentase ketuntasan kelas

Jumlah siswa yang mendapatkan nilai > 70


% Nilai = ------------------------------------------------------- x 100 %
Jumlah siswa

Analisis ketuntasan belajar pada penelitianini dilakukan pada kelas VIII


MTs An-Nurhaniyah Sumurgintung, Lebak-Banten berjumlah 30 siswa.
Berdasarkan jumlah siswa pada penelitian ini maka siswa yang diharapkan
mendapatkan nilai lebih besar dari atau sama dengan 70 adalah sebanyak 18 siswa

H. Tindak Lanjut Perencanaan Tindakan


Setelah perencanaan tindakan dilakukan maka pengembangan tindaklanjutnya
dilakukan evaluasi yaitu evaluasi secara keseluruhan setelah pelaksanaan
semua siklus dilakukan apakah tujuan yang diharapkan dari penelitian ini
sudah tercapai atau belum taercapai, maka evaluasi ini digunakan untuk
melakukan refleksi kembali.

Refleksi yang dilakukan peneliti yaitu evaluasi terhadap apa yang telah
dilakukan. Hasil obesrvasi dalam monitoring dianalisis secara deskriptif
untuk menggambarkan hasil observasi yang berupa proses dan hasil tindakan.
Hasil observasi juga digunakan untuk evaluasi terhadap prosedur, apakah
yang terjadi sudah sesuai dengan scenario pembelajaran., apakah tidak terjadi
penyimpangan. Dan apakah hasilnya sudah memuaskan sesuai yang
diharapkan. Jika ternyata hasilnya belummemuaskan dikarenakan sesuatu hal,
maka dilakukan rancangan ulangan yang diperbaiki, imodifikasi dan jika
perlu disususn scenario baru dan jika sama sekali tidak memuaskan. Dengan
scenario yang telah diperbaiki dan dilakukan siklus yang berikutnya untuk
mencapai hasil yang optimal.
I. Prosedur Penelitian
Prosedur pelaksanaan penelitian tindakan kelas ini terdiri dari dua siklus.
Masing-masing siklus dilaksanakan sesuai dengan perubahan yang dicapai.
Untuk mengetahui permasalahan efektifitas pembelajaran Al-Qur’an Hadits
di MTs An-Nurhaniyah Sumurgintung, Lebak-Banten dilakukan observasi
terhadap kegiatan pembelajaran yang dilakukan guru selain itu diadakan
diskusi antara guru sebagai peneliti dengan para pengamat sebagai
kolaborator dalam penelitian ini. Melalui langkah-langkah tersebut akan dapat
ditentukan bersama-sama antara guru dan pengamat untuk menetapkan
tindakan yang tepat dalam rangka meningkatkan efektifitas pembelajaran Al-
Qur’an Hadits.
Berdasarkan hasil diskusi dengan para kolaborator, maka langkah yang paling
tepat untuk meningkatkan pembelajaran adalah melalui penerapan media
belajar untuk meningkatkan hasil belajar siswa. Dengan berpedoman pada
refleksi awal tersebut, maka prosedur pelaksanaan penelitian tindakan kelas
ini meliputi :
1) Perencanaan
2) Pelaksanaan tindakan
3) Observasi
4) Refleksi pada setiap siklus
Secara rinci prosedur penelitian tindakan ini dijabarkan dalam uraian
berikut ini.
1. Tahap Perencanaan
Pada tahap perencanaan ini kegiatannya meliputi :
a. Peneliti dan pengamat menetapkan alternatif peningkatan efektifitas
pembelajaran Al-Qur’an hadits.
b. Peneliti bersama-sama kolaborator membuat rencana pengajaran yang
menerapkan media gambar untuk meningkatkan hasil belajar siswa.
c. Mendiskusikan tentang pembelajaran Al-Qur’an hadits yang
mengembangkan hasil belajar siswa.
d. Membuat lembar observasi.
e. Mendesain alat evaluasi.
2. Tahap Pelaksanaan Tindakan
Pada tahap pelaksanaan tindakan ini kegiatannya adalah melaksanakan
kegiatan pembelajaran sebagaimana yang telah direncanakan.
3. Tahap Observasi (pengamatan)
Pada tahap observasi ini kegiataan yang dilaksanakan yaitu mengobservasi
terhadap pelaksanaan tindakan dengan menggunakan lembar observasi yang
telah dipersiapkan.
4. Tahap Refleksi
Pada tahap refleksi ini kegiatanya Itu meliputi analisis data yang diperoleh
melalui observasi pengamatan. Berdasarkan hasil observasi tersebut, guru
dapat merefleksikan diri tentang kegiatan pembelajaran yang telah dilakukan.
Dengan demikian, guru akan dapat mengetahui efektifitas kegiatan
pembelajaran yang telah dilakukan. Berdasarkan hasil refleksi ini akan dapat
diketahui kelemahan kegiatan pembelajaran yang dilakukan oleh guru
sehingga dapat digunakan untuk menentukan tindakan pada siklus
selanjutnya.

Perencanaan Tindakan 1 Pengamatan 1

Siklus 1

Perencanaan Tindakan 1 Pengamatan 1

Refleksi

Siklus II

Perencanaan Tindakan Pengamatan

Refleksi

Siklus selanjutnya jika dibutuhkan ?

DAFTAR PUSTAKA

(http://etheses.uin-malang.ac.id/4484/ diakses 10 februari 2019


Buzan, Tony. 2008. Mind Map Untuk Meningkatkan Kreativitas. Jakarta :
Gramedia Pustaka Utama.
Syaiful Bahri Djamarah, Psikologi Belajar, (Jakarta: PT Rineka Cipta, 2002), h.
13
Heri Rahyubi, Teori-teori Belajar dan Aplikasi Pembelajaran Motorik, (Bandung:
Nusa Media, 2012), h. 1
Nana Sudjana, Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar, (Bandung: PT. Remaja
Rosdakarya, 2010), h. 22
Sumadi Surya Brata, Psikologi Pendidikan, (Jakarta: Raja Grafindo Persada,
1998), h. 232
Zuhairi, Metodologi Pendidikan Agama, (solo:Ramadhani, 1993), h. 66.
Yusuf, S. (2004). Psikologi Perkembangan Anak dan Remaja. Bandung: PT
Remaja Rosdakarya.
Singgih.(1989). Psikologi Olahraga Prestasi.Jakarta: Gunung Mulia
Kunandar, Langkah Mudah Penelitian Tindakan Kelas, (Jakarta : PT. Rajawali Pers,
2011), hal.45

JADWAL PELAKSANAAN

No Kegiatan Februari Maret


1 2 3 4 1 2 3 4 5
1 Perencanaan X
2 Proses Pembelajaran X
3 Evaluasi X
4 Pengumpulan Data X X
5 Analisis data X X
6 Penyusunan Hasil X
7 Pelaporan Hasil X

Anda mungkin juga menyukai