Proposal
Penelitian Tindakan Kelas
Oleh
SUKAESIH, S.Pd.I
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
B. Pembatasan dan Rumusan Masalah
C. Tujuan Penelitian Perbaikan Pembelajaran
D. Manfaat Penelitian Perbaikan Pembelajaran
BAB II KAJIAN PUSTAKA
A. Landasan Teori
1. Hasil Belajar
a. Pengertian belajar
b. Hasil belajar
2. Metode Mengajar
a. Pengertian Metode Drill And Practice
b. Pegertian Pembelajaran Drill And Practice
c. Media Belajar
3. Pembelajaran Al-Qur’an Hadits di MTs
a. Pengertian Al-Qur’an Hadits
b. Pengertian Pembelajaran di MTs
c. Karkteristik Siswa MTs
4. Pembelajaran Penelitian Tindakan Kelas (PTK)
a. Pengertian PTK
b. Tujuan PTK
c. Manfaat PTK
B. Penelitian Relevan
C. Hipotesis Penelitian
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
A. Setting Penelitian
B. Persiapan PTK
C. Subjek Penelitian
D. Sumber Data
E. Teknik dan alat pengumpulan data
a. Tes
b. Dokumentasi
F. Indikator keberhasilan
G. Teknik Analisis Data
1. Teknik data analisis tes
2. teknik analisis data non tes
3. Analisis ketuntasan Belajar
H. Tindak lanjut Perencanaan Tindakan
I. Prosedur Penelitian
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A. Landasan Teori
1. Hasil Belajar
a. Pengertian Belajar
Belajar adalah suatu kata yang tidak asing lagi bagi semua orang
terutama bagi para pelajar. Kegiatan belajar merupakan bagian yang tidak
terpisahkan dari semua kegiatan mereka dalam menuntut ilmu di lembaga
pendidikan formal. Menurut Dimyati dan Mudjiono (2013 : 7 ) “ belajar
merupakan tindakan dan prilaku yang kompleks. Sebagai tindakan, maka
belajar hanya dialami oleh siswa sendiri. Siswa adalahpenentu terjadinya
atau tidak terjadinya proses belajar “.
Menurut Sudirman, AM (2014: 23) “ belajar adalah perubahan tingkah
laku dan terjadi karena hasil pengalaman”. Sejalan dengan itu, Iskandar
( 2012 :102 ) mengatakan “ belajar merupakan usaha yang dilakukan
seseorang melalui interaksi dengan lingkungannya untuk merubah
perilakunya “.
Kurniawan ( 2014 : 4 ) mengatakan “ belajar itu sebagai proses aktif
internal individu dimana melalui pengalamannya berinteraksi dengan
lingkungan menyebabkan terjadinya perubahan tingkah laku yang relatif
permanen “.
Menurut Slameto ( 2010 : 3 ) “ belajar adalah suatu proses usaha yang
dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang
baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam
interaksi dengan lingkungannya”. Sedangkan Slameto ( 2010 : 54 )
mengemukakah faktor-faktor yang mempengaruhi belajar adalah sebagai
berikut :
1. Faktor Intern
Yaitu faktor yang ada di dalam diri individu yang sedang belajar.
Faktor intern terdiri dari :
a. Faktor jasmaniah ( kesehatan dan cacat tubuh )
b. Faktor psikologis ( intelegensi , perhatian , minat , bakat , motif ,
kematangan dan kesiapan )
c. Faktor kelelahan.
2. Faktor Ekstern
Yaitu faktor yang ada di luar individu. Faktor ekstern terdiri dari :
a. Faktor keluarga ( cara orang tua mendidik , relasi antara anggota
keluarga , suasana rumah , keadaan ekonomi keluarga , pengertian
orang tua dan latar belakang kebudayaan ).
b. Faktor sekolah ( metode mengajar, kurikulum, relasi guru dengan
siswa, relasi siswa dengan siswa, disiplin sekolah, alat pelajaran,
waktu sekolah, standar pelajaran di atas ukuran, keadaan gedung,
metode belajar dan tugas rumah ).
c. Faktor masyarakat ( kegiatan siswa dalam masyarakat, mass media,
teman bergaul dan bentuk kehidupan masyarakat ).
Berdasarkan pendapat para ahli di atas, dapat penulis simpulkan bahwa
belajar adalah suatu proses perubahan tingkah laku seseorang melalui
pengalamanberinteraksi dengan lingkungannya. Faktor-faktor yang
mempengaruhi belajar adalah faktor intern dan faktor ekstern.
b. Pengertian Hasil Belajar
Hasil belajar merupakan terpenting dalam pembelajaran. Nana
Sudjana ( 2009 : 3 ) mendefinisikan hasil belajar siswa pada hakikatnya
adalah perubahan tingkah laku sebagai hasil belajar dalam pengertian yang
lebih luas mencakup bidang kognitif, afektif, dan psikomotorik. Dimyati
dan Mudjiono ( 2006 :3-4 ) juga menyebutkan hasil belajar merupakan
hasil dari suatu interaksi tindak belajar dan tindak mengajar. Dari sisi guru,
tindak mengajar diakhiri dengan proses evaluasi hasil belajar. Dari sisi
siswa , hasil belajar merupakan berakhirnya pengajaran dari puncak proses
belajar.
Benjamin S. Bloom ( Dimyati dan Mudjiono , 2006: 26-27 )
menyebutkan enam jenis perilaku ranah kognitif, sebagai berikut :
a. Pengetahuan, mencapai kemampuan ingatan tentang hal yang telah
dipelajari dan tersimpan dalam ingatan. Pengetahuan itu berkenaan
dengan fakta, peristiwa, pengertian kaidah, teori, prinsip, atau
metode.
b. Pemahaman, mencakup kemampuan menangkap arti dan makna
tentang hal yang dipelajari.
c. Penerapan, mencakup kemampuan menerapkan metode dan kaidah
untuk menghadapi masalah yang nyata dan baru. Misalnya,
menggunakan prinsip.
d. Analisis, mencakup kemampuan merinci suatu kesatuan ke dalam
bagian-bagian sehingga struktur keseluruhan dapat dipahami
dengan baik. Misalnya mengurangi masalah menjadi bagian yang
telah kecil.
e. Sintesis, mencakup kemampuan membentuk suatu pola baru.
Misalnya kemampuan menyusun suatu program.
f. Evaluasi, mencakup kemampuan membentuk pendapat tentang
beberapa hal berdasarkan kriteria tertentu. Misalnya, kemampuan
menilai hasil ulangan.
Berdasarkan pengertian hasil belajar di atas, disimpulkan bahwa
hasil belajar adalah kemampuan-kemampuan yang dimiliki siswa setelah
menerima pengalaman belajarnya. Kemampuan-kemampuan tersebut
mencakup aspek kognitif, afektif, dan psikomotorik. Hasil belajar dapat
dilihat melalui kegiatan evaluasi yang bertujuan untuk mendapatkan data
pembuktian yang akan menunjukkan tingkat kemampuan siswa dalam
mencapai tujuan pembelajaran. Hasil belajar yang diteliti dalam penelitian
ini adalah hasil belajar kognitif Al-Qur’an Hadits yang mencakup tiga
tingkatan yaitu pengetahuan (C1) , pemahaman (C2), dan penerapan (C3).
Instrumen yang digunakan untuk mengukur hasil belajar siswa pada aspek
kognitif adalah tes.
2. Metode Mengajar
a. Pengertian Metode Belajar
Secara umum pengertian metode pembelajaran adalah cara yang
digunakan untuk mengimplementasikan rencana yang sudah disusun
dalam bentuk kegiatan nyata dan praktis untuk mencapai tujuan
pembelajaran. Yaitu suatu cara yang dipilih oleh pendidik untuk
mengoptimalkan proses belajar mengajar yang bertujuan untuk mencapai
tujuan pembelajaran yang diharapkan.
Mudahnya berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa yang
dimaksud metode pembelajaran adalah cara atau jalan yang ditempuh oleh
guru untuk menyampaikan materi pembelajaran sehingga tujuan
pembelajaran dapat dicapai. Hal ini mendorong seorang guru untuk
mencari metode yang tepat dalam penyampaian materinya agar dapat
diserap baik oleh siswa.
Mengajar secara efektif sangat bergantung pada pemilihan dan
penggunaan metode pembelajaran, proses belajar mengajar nampak
menyenangkan dan tidak membuat para siswa tersebut suntuk, dan juga
para siswa tersebut dapat menangkap ilmu dari tenaga pendidik tersebut
dengan mudah.
b. Pengertian Pembelajaran Drill And Practice
Penggunaan istilah drill (latihan) dimaksudkan agar pengetahuan
dan kecakapan tertentu menjadi milik peserta didik dan dapat dikuasai
sepenuhnya. Atau secara singkatnya, drill and practice dapat juga disebut
‘berlatih dan praktek’.
Metode drill and practice adalah metode yang bertujuan untuk
melatih peserta didik melafalkan surat dan hadits untuk kemudian
mempraktekkannya sampai peserta didik benar-benar menguasai tanpa ada
kesalahan.12
Adapun metode drill and practice itu sendiri memuat beberapa
pendapat sebagai berikut:
a. Suatu teknik yang dapat diartikan sebagai suatu cara mengajar dimana
peserta didik melaksanakan kegiatan-kegiatan latihan, peserta didik
memiliki ketangkasan atau ketrampilan yang lebih tinggi dari apa yang
telah dipelajari.13
b. Suatu metode dalam pendidikan dan pengajaran dengan jalan melatih
anak-anak terhadap bahan pelajaran yang sudah diberikan.14
c. Suatu kegiatan dalam melakukan hal yang sama secara berulang-ulang dan
sungguh-sungguh dengan tujuan untuk memperkuat suatu asosiasi atau
menyempurnakan suatu ketrampilan supaya menjadi permanen.15
d. Suatu rencana menyeluruh tentang penyajian materi secara sistematis dan
berdasarkan pendekatan yang ditentukan dengan cara latihan agar
pengetahuan dan kecakapan tertentu dapat dimiliki dan dikuasai
sepenuhnya oleh peserta didik.16
Sehingga dapat ditarik sebuah konklusi bahwa drill and practice
merupakan latihan dengan praktik yang dilaksanakan berulang kali atau
secara berkesinambungan untuk mendapatkan suatu ketangkasan atau
keterampilan praktis tentang suatu pengetahuan yang sedang dipelajari,
dan diharapkan pula agar keterampilan yang telah diperoleh dari hasil
pembelajaran itu menjadi permanen atau bertahan lama, serta dapat
dimanfaatkan setiap saat dibutuhkan oleh peserta didik yang
bersangkutan.17
Adapun metode drill and practice adalah suatu cara menyajikan
bahan pengajaran dengan jalan melatih peserta didik agar menguasai
pelajaran dan terampil. Dari segi pelaksanaannya peserta didik terlebih
dahulu telah dibekali dengan pengetahuan secara teori secukupnya,
kemudian dengan tetap dibimbing oleh guru peserta didik disuruh
mempraktekkan sehingga menjadi mahir dan terampil.
d. Media Belajar
3. Pembelajaran Al-Qur’an Hadist
a. Pengertian Al-Qur’an Hadits
Pembelajaran adalah proses interaksi peserta didik dengan
pendidik dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar.
Pembelajaran menurut Bruner adalah peserta didik belajar melalui
keterlibatan aktif dengan konsep-konsep dan prinsip-prinsip dalam
memecahkan masalah dari guru berfungsi sebagai motivator bagi peserta
didik dalam mendapatkan pengalaman yang memungkinkan mereka
menemukan dan memecahkan masalah.26
Pembelajaran al-Qur’an Hadits adalah bagian dari upaya untuk
mempersiapkan sejak dini agar peserta didik memahami, terampil
melaksanakan dan mengamalkan isi kandungan al-Qur’an Hadits melalui
kegiatan pendidikan.27
2. Tujuan Pembelajaran Al-Qur’an Hadits
Adapun tujuan pembelajaran al-Qur’an Hadits di Madrasah
Tsanawiyah An-Nurhaniyah adalah agar peserta didik mampu membaca,
menulis, menghafal, mengartikan, memahami dan terampil melaksanakan isi
kandungan al-Qur’an Hadits dalam kehidupan sehari-hari sehingga menjadi
orang yang beriman dan bertaqwa kepada Allah SWT. Inti ketaqwaan itu
ialah berakhlaq mulia dalam pribadi, berkeluarga, bermasyarakat, berbangsa
dan bernegara.28
3. Materi Al-Qur’an Hadits Keseimbangan Antara Dunia dan Akhirat
Al-Qur’an menurut pendapat Dr. Subhi al Salih berarti bacaan
berasal dari kata qarā’ bentuk kata al-Qur’an berasal dari masdar dengan arti
maf’ul maqrū’un (dibaca).29 Sebagaimana disebutkan dalam al-Qur’an surat
75 al Qiyamah ayat 17-18 :
Sesungguhnya mengumpulkan al-Qur’an (didalam dadamu) dan
(menetapkan) bacaannya (pada lidahmu) itu adalah tanggungan kami.
(karena itu), jika kami telah membacakannya, hendaklah kamu ikuti
bacaannya.30
Al-Qur’an adalah kitab Allah yang merupakan mu’jizat yang
diturunkan (diwahyukan) kepada Nabi Muhammad saw dan ditulis dalam
mushaf dan diriwayatkan dengan mutawatir serta membacanya dalah
ibadah.31
Al-Qur’an adalah kalam Allah SWT yang diwahyukan kepada
Nabi Muhammad saw. sebagai mu’jizat dengan menggunakan bahasa arab
yang mutawatir dan diawali dengan surat al-Fatihah dan diakhiri dengan
surat an-Nas serta membacanya termasuk ibadah.32
Hadits/sunnah menurut bahasa adalah jalan yang ditempuh,
perbuatan yang senantiasa dilakukan dapat berupa kebiasaan. Menurut para
ahli Hadits, sunnah adalah perkataan-perkataan, perbuatan-perbuatan,
keadaan Nabi Muhammad saw. Menurut Ahli ushul fiqih as-Sunah adalah
perkataan-perkataan, perbuatan-perbuatan, atau ketetapan-ketetapan Nabi
saw. Yang berhubungan dengan pembentukan hukum.
b. Pengertian Pembelajaran di MTs
Pengertian pembelajaran adalah serangkaian proses yang dilakukan
oleh guru agar siswa belajar. Dari sudut pandang siswa, pembelajaran
merupakan proses yang berisi seperangkat aktivitas yang dilakukan siswa
untuk mencapai tujuan pembelajaran (Abidin, 2012: 3). Pembelajaran harus
direncanakan sedemikian rupa sehingga siswa dapat mencapai tujuan dari
pembelajaran tersebut. Rancangan pembelajaran atau desain pembelajaran
adalah praktik penyusunan media teknologi komunikasi dan isi untuk
membantu agar dapat terjadi transfer pengetahuan secara efektif antara guru
dan peserta didik. Proses ini berisi penentuan status awal dari pemahaman
peserta didik, perumusan tujuan pembelajaran, dan merancang “perlakuan”
berbasis media untuk membantu terjadinya transisi. Idealnya proses ini
berdasar pada informasi dari teori belajar yang sudah teruji secara pedagogis
dan dapat terjadi hanya pada siswa, dipandu oleh guru, atau dalam latar
berbasis komunitas. Hasil dari pembelajaran ini dapat diamati secara
langsung dan dapat diukur secara ilmiah atau benar-benar tersembunyi dan
hanya berupa asumsi. Dalam mengelola pengertian pembelajaran, guru
melaksanakan berbagai langkah kegiatan, salah satunya adalah merancang
pembelajaran dengan perencanaan pembelajaran yang disusun untuk
memenuhi harapan dan tercapainya tujuan pembelajaran. Perencanaan yang
dimaksud yakni suatu cara yang memuaskan untuk membuat kegiatan dapat
berjalan dengan baik, disertai dengan berbagai langkah yang antisipasif guna
memperkecil kesenjangan yang terjadi sehingga kegiatan tersebut mencapai
tujuan yang ditetapkan (Uno, 2008:2). Perencanaan atau perancangan ini
sebagai upaya untuk membelajarkan siswa. Itulah sebabnya dalam belajar,
siswa tidak hanya berinteraksi dengan guru sebagai salah satu sumber
belajar, tetapi mungkin berinteraksi dengan keseluruhan sumber belajar yang
dipakai untuk mencapai tujuan pembelajaran yang diinginkan. Oleh karena
itu, pembelajaran memusatkan perhatian pada “bagaimana membelajarkan
siswa”, dan bukan pada “apa yang dipelajari siswa” (Uno, 2008:2-3).
Perencanaan proses pembelajaran meliputi Rencana Pelaksanaan
Pembelajaran (RPP), yang memuat sekurang-kurangnya tujuan
pembelajaran, materi pembelajaran, metode pengajaran, sumber belajar, dan
penilaian hasil belajar.
c. Karakteristik Siswa MTs
Karakteristik berasal dari kata karakter yang berarti tabiat watak,
pembawaan, atau kebiasaan yang di miliki oleh individu yang relatif tetap
(Pius Partanto, Dahlan, 1994)
Karakteristik adalah mengacu kepada karakter dan gaya hidup
seseorang serta nilai-nilai yang berkembang secara teratur sehingga tingkah
laku menjadi lebih konsisten dan mudah di perhatikan.(Moh. Uzer
Usman,1989)
Siswa atau anak didik adalah setiap orang yang menerima
pengaruh dari seseorang atau sekelompok orang yang menjalankan
pendidikan
Anak didik adalah unsur penting dalam kegiatan interaksi edukatif
karena sebagai pokok persoalan dalam semua aktifitas pembelajaran (Saiful
Bahri Djamarah, 2000)
Karakateristik siswa
Keseluruhan pola kelakuan dan kemampuan yang ada pada siswa
sebagai hasil dari pembawaan dari lingkungan sosialnya sehingga
menentukan pola aktivitas dalam meraih cita-citanya (Sudirman,1990)
Karakteristik siswa adalah aspek-aspek atau kualitas perseorangan
siswa yang terdiri dari minat, sikap, motivasi belajar, gaya belajar
kemampuan berfikir, dan kemampuan awal yang dimiliki (Hamzah. B
Uno.2007)
c. Manfaat Analisis Karakteristik Siswa
1. Guru dapat memperoleh tentang kemampuan awal siswa sebagai
landasan dalam memberikan materi baru dan lanjutan.
2. Guru dapat mengatahui tentang luas dan jenis pengalaman belajar
siswa, hal ini berpengaruh terhadap daya serap siswa terhadap materi
baru yang akan disampaikan.
3. Guru dapat mengetahui latar belakang sosial dan keluarga siswa.
Meliputi tingkat pendidikan orang tua, sosial ekonomi, emosional dan
mental sehingga guru dapat menajjikan bahan serta metode lebih serasi
dan efisien.
4. Guru dapat Mengetahui tingkat pertumbuhan dan perkembangan dan
aspirasi dan kebutuhan siswa.
5. Mengetahui tingkat penguasaan yang telah di peroleh siswa
sebelumnya
Klasifikasi Karakteristik Siswa
Pribadi dan lingkungan
Umur, Jenis kelamin, Keadaan ekonomi orang tua, Kemampuan pra
sekolah, Lingkungan tempat tinggal, Psikis,Tingkat Kecerdasan,
Perkembangan jiwa anak, Modalitas belajar, Motivasi, Bakat dan minat
KALASIFIKASI KARAKTERISTIK SISWA BERDASARKAN
POTENSI
Aliran yang berkaitan dengan potensi manusia menerima pendidikan
1. Nativisme
Arthur Schopenhour dari Jerman (1788-1860) anak yang baru lahir membawa
bakat kesanggupan dan sifat-sifat tertentu
2. Empirisme
Manusia itu dalam perkembangan pribadinya semata-mata ditentukan oleh dunia
di luar dirinya. John Locke (1632-1704) dari Inggris dengan teorinya “Tabula
Rasa”
3. Konvergensi
Klasifikasi Kecerdasan
90 –109 = Normal/Sedang
80 – 89 = Di bawah Normal
70 – 79 = Bodoh
MODALITAS BELAJAR:
SISWA VISUAL N :
9. Mempunyai masalah untuk mengingat instruksi verbal kecuali jika ditulis, dan
10. Mengingat apa yang dilihat daripada apa yang didengar, dll
SISWA AUDITORIAL O :
yang dilihat
SISWA KINESTETIK N :
10. Sulit mengingat peta kecuali jika dirinya pernah berada di tempat itu
11. Kemungkinan tulisannya jelek
4. Pembelajaran PTK
a. Pengertian PTK
research (CAR), yaitu satu action research yang dilakukan di kelas. Classroom
diuraikan pengertian tiga unsur atau konsep yang terdapat dalam penelitian
masalah.
2. Tindakan adalah suatu aktivitas yang sengaja dilakukan dengan tujuan tertentu
3. Kelas adalah sekelompok siswa yang dalam waktu yang sama menerima
yakni Menurut David Hopkins, PTK mengandung pengertian bahwa PTK adalah
sebuah bentuk kegiatan refleksi diri yang dilakukan oleh para pelaku pendidikan
tentang :
1
1) Praktik-praktik kependidikan mereka;
persoalan yang dihadapi dalam situasi darurat dan membantu pencapaian tujuan
ilmu sosial dengan kerja sama dalam kerangka etika yang disepakati bersama.2[2]
Menurut Hopkins, “PTK adalah suatu bentuk kajian yang bersifat reflektif,
yang dilakukan oleh pelaku tindakan untuk meningkatkan kemantapan rasional dari
Menurut Kemmis dan MC. Taggart yaitu : “PTK adalah studi yang
untuk menentukan tindakan yang tepat dalam rangka pemecahan masalah yang
5
Menurut pendapat Suyanto “PTK adalah suatu bentuk penelitian yang
professional.”6[6]
Menurut PGSM pengertian “PTK adalah sebagai suatu bentuk kajian yang
tindakan kelas adalah penelitian yang dilakukan oleh guru didalam kelasnya
sendiri melalui refleksi diri, dengan tujuan untuk memperbaiki kinerjanya sebagai
b. Tujuan PTK
9
Penelitian pendidikan pada umumnya ditujukan untuk memperoleh landasan
pembelajaran, menjamin cara kerja yang efektif dan efisien, memperoleh fakta-
pembelajaran.
sasarannya.
yang berkesinambungan.
pembelajaran.
Perkembangan masyarakat dewasa ini sangat cepat dan sangat kompleks sehingga
Tujuan ini dapat dicapai dengan cara melakukan berbagai tindakan untuk
dihadapi, baik disadari atau mungkin tidak disadari. Oleh karena itu, fokus
Jika perbaikan dan peningkatan layanan pembelajaran dapat terwujud dengan baik
berdasarkan hasil penelitian tindakan kelas, menurut Suyanto (1999) ada tujuan
penyerta yang juga dapat dicapai sekaligus dalam kegiatan penelitian itu. Tujuan
penyerta yang dapat dicapai adalah terjadinya proses latihan dalam jabatan oleh
guru selama proses penelitian tindakan kelas dilakukan. Ini dapat terjadi karena
tujuan utama dari penelitian tindakan kelas adalah perbaikan dan peningkatan
pembelaj aran secara reflektifdaripada ilmu baru dari penelitian tindakan kelas
yang dilakukan itu. Dalam konteks pengalaman latihan guru ini, Borg (1996)
McNiff (1992) menegaskan bahwa dasar utama bagi dilaksanakannya PTK adalah
untuk perbaikan. Kata perbaikan di sini terkait dengan memiliki konteks dengan
proses pembelajaran. Jika tujuan utama PTK adalah untuk perbaikan dan
mengajar, bagaimana tujuan ituu dapat di capai?. Tujuan itu dapat dicapai dengan
pembelajaran.
dialami langsung dalam interaksi antara guru dan siswa yang sedang
proses pembelajaran
4. Sebagai alat training in-service,yang memperlengkapi guru dengan skill
kesadaran dirinya.
c. Manfaat PTK
Manfaat PTK dapat dilihat dari dua aspek yakni aspek akademis dan aspek
mengahasilkan pengetahuan yang shahih dan relevan bagi kelas mereka untuk
memperbaiki mutu pembelajaran dalam jangka pendek. Adapun Manfaat Praktis
mutu dan perbaikan proses pembelajaran yang dilakukan guru secara rutin
dan menyenangkan.
Melalui PTK guru akan lebih banyak memperoleh pengalaman tentang praktik
pembelajaran secara efektif, dan bukan ditujukan untuk memperoleh ilmu baru
dari penelitian tindakan kelas yang dilakukannya. Dengan kata lain, tujuan utama
didik.
kelas.
Dalam pda ini, praktik PTK diharapkan dapat meningkatkan kemampuan guru
hipotesis tindakan telah dirumuskan berdasarkan tujuan dan hasil kajian dengan
Model kurt lewin menjadi acuan patokan atau dasar dari adanya berbagai model
penelitian tindakan yang lain, khususnya PTK. Dikatakan demikian karena dialah
Konsep pokok penelitian Model Kurt Lewin terdiri dari empat komponen, yaitu a)
Kurt Lewin
Model kemmis & Mc Taggart merupakan pengembangan dari konsep dasar yang
diperkenalakn oleh Kurt Lewin sebagaimana yang diutarakan di atas. Hanya saja,
kesatuan waktu, ketika tindakan dilaksanakan begitu pula observasi juga harus
Taggart.
Apabila dicermati, model yang dikemukakan oleh Kemmis & Mc Taggart pada
dipandang sebagai satu siklus. Oleh karena itu, pengertian siklus pada kesempatan
ini adalah putaran kegiatan yang terdiri dari perencanaan, tindakan, pengamatan
dan refleksi. Pada gambar di atas, tampak bahwa di dalamnya terdiri dari dua
perangkat komponen yang dapat dikatakan sebagai dua siklus. Untuk pelaksanaan
sesungguhnya, jumlah siklus sangat bergantung kepada masalah yang perlu
diselesaikan.
Jika diperhatikan desain PTK John Illiot seperti yang terpampang di bawah,
tampak bahwa di dalam satu tindakan (acting) terdiri dari beberapa step atau
pemikiran bahwa di dalam mata pelajaran terdiri dari beberapa pokok bahasan,
dan setiap pokok bahasan terdiri dari beberapa materi yang tidak diselesaikan
dalam satu kali tindakan. Oleh karenanya, untuk menyelesaikan satu pokok
dalam kegiatan belajar-mengajar. Apa pun masalah yang akan diangkat dalam
oleh guru dalam praktik kesehariannya di kelas dan merupakan sesuatu yanng
ingin dirubah atau diperbaiki. Semuanya itu harus dimulai dari ide awal, sampai
monitoring pelaksanaan dan efeknya, sesuai dengan bagan dibawah ini, semuanya
kenyataannya belum banyak guru yang memakai model ini. Hal ini dikarenakan
model ini kurang dikenal oleh guru dan sangat sulit penerapannya di lapangan.
Mungkin karena belum terbiasa dan belum banyak dosen yang membantu
4. Model Hopkins
Hopkins
5. Model Mc. Kernan
Menurut Mc. Kernan ada tujuh langkah yang harus dicermati dalam PTK, yaitu:
3. Hipotesis tindakan.
4. Perencanaan tindakan.
Mc. Kernan
desain yang paling mudah dipahamai dan dilaksanakan untuk PTK, yaitu desain
Model Kurt Lewin dan Model Kemmis & Mc Taggart. Namun, tidak ada salahnya
jika kita memilih salah satu model yang cocok untuk penelitian kita yang mudah
permasalahan yang ada di kelas. Dengan melakukan PTK, para guru dapat
memberbaiki kinerjanya dan dapat meningkatkan kualitas pembelajarannya.
Karena itu, pemahaman akan model-model PTK sangat diperlukan agar guru
dapat memilih model yang cocok untuk penelitiannya. Pilihlah yang sesuai
e. Langkah-langkah PTK
(7) melaporkan.
Masalah dalam PTK terkait dengan proses pembelajaran yang pada gilirannya
menghasilkan perubahan pada perilaku guru, mitra peneliti dan siswa. Contoh
penemuan;
kontinyu/otentik;
perilaku; dan
memilih masalah yang memerlukan komitmen terlalu besar dari pihak para
fenomena dangkal
B. Penelitian Relevan
1. Baihaqi, 2015, Upaya Meningkatkan Hasil Belajar Al Qur’an Hadits Materi
diajukan yaitu ada peningkatan hasil belajar al Qur’an Hadits materi surat al-
nilai rata-rata yaitu pada pra siklus 66,61, pada siklus I dengan nilai rata-rata
yaitu 80,68 dan pada siklus II nilai rata-rata adalah 91,43 sedangkan
nilaiketuntasan klasikal pada pra siklus 64,82%, pada siklus I menjadi 78,36%
Metode Driil Pada Mata Pelajaran Qur’an Hadits Siswa Kelas 3 MI Sabilal
metode drill siswa kelas 3 MI Sabilal Muhtadin Astambul pada tahun pelajaran
melalui metode drill pada mata pelajaran al-qur’an hadits siswa kelas iii mi.
Nurul islam tarogan lenteng sumenep tahun pelajaran 2014 - 2015. Hasil
tindakan pembelajaran yang dilakukan pada siklus I menunjukkan bahwa hasil
observasi pada siklus I diperoleh bahwa jumlah siswa yang mempunyai hasil
mengalami peningkatan. Dari hasil penilaian hasil belajar membaca pada siklus
II diketahui bahwa jumlah siswa yang mempunyai hasil belajar kategori sangat
belajar membaca Alqur’an siswa kelas III MI.Nururl Islam Tarogan Lenteng
Sumenep.
C. Hipotesis penelitian
hasil belajar siswa dalam mata pelajaran al-Qur’an Hadits pada tema
Warunggunung, Lebak-Banten
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
A. Setting Penelitian
Penelitian tindakan kelas yang akan dilakukan pada MTs An-Nurhaniyah
Sumurgintung, Lebak-Banten semester genap Tahun Pelajaran 2018/2019 di
bulan Februari-Maret, penelitian yang saya lakukan sebanyak 2 siklus
B. Persiapan Penilaian Tindakan kelas (PTK)
Kegiatan dalam tahap persiapan ini meliputi hal-hal sebagai berikut :
1. KI KD
2. Studi pendahuluan terhadap prestasi belajar siswa.
3. Merencanakan pembelajaran dengan membuat Silabus, RPP.
4. Membuat soal tes akhir siklus.
5. Membuat lembar pengamatan aktivitas belajar Al-Qur’an Hadits siswa.
6. Peneliti dan teman sejawat membuat lembar pengamatan pengelolaan
pembelajaran Al-Qur’an Hadits dengan metode Drill And Practice
7. Membuat lembar evaluasi, LKPD
C. Subjek Penelitian
Subjek penelitian ini adalah guru dan siswa. Pelaku tindakan adalah guru kelas
VII MTs An-Nurhaniyah Sumurgintung, Lebak-Banten. Penerima tindakan
adalah siswa kelas VIII MTs An-Nurhaniyah Sumurgintung, Lebak-Banten.
Tahun Pelajaran 2018/2019 yang berjumlah 30 orang siswa, terdiri dari 13
orang Siswa laki-laki dan 17 orang siswa perempuan.
D. Sumber Data
Sumber data dalam penelitian ini adalah berkaitan dengan asal penelitian guna
memperoleh data-data yang dibutuhkan untuk bahan kajian dalam menganalisis
data. Pada penelitian ini sumber data yang dibutuhkan adalah dari narasumber,
dokumen dan proses belajar mengajar. Adapun informasi yang dibutuhkan
adalah informasi tentang kemampuan siswa menguasai materi pembelajaran
benda dan sifatnya dengan soal bervariasi. Sumber data yang dikumpulkan dari
penelitian ini meliputi:
1. Informan atau nara sumber yaitu guru kelas VIII MTs An-Nurhaniyah
Sumurgintung, Lebak-Banten dan Siswa.
2. Tempat dan peristiwa kegiatan belajar mengajar Al-Qur’an Hadits diadakan
di dalam kelas pada saat terjadi proses belajar mengajar dengan
menggunakan metode pembelajaran Drill And Practice.
3. Dokumen dan arsip yang dipergunakan meliputi data jumlah siswa, jumlah
guru, daftar nilai siswa kelas VIII MTs An-Nurhaniyah Sumurgintung,
Lebak-Banten, Kurikulum K13 dan data lain yang menunjang pelaksanaan
penelitian
E. Teknik dan alat pengumpulan data
Untuk pengumpulan data dalam penelitian ini digunakan beberapa metode
pengumpulan data yaitu, tes, dan dokumentasi.
1. Tes
Adapun tes dalam penelitian ini digunakan untuk mengetahui
perkembangan hasil belajar Al-Qur’an Hadits dari satu siklus ke siklus
berikutnya. Sarwiji Suwandi (2010: 59) mengemukakan bahwa “tes disusun
atau dilakukan untuk mengetahui tingkat perkembangan kemampuan menulis
siswa sesuai dengan siklus yang ada“. Metode tes ini digunakan sebagai
instrumen penelitian untuk mengumpulkan data sehingga dapat diketahui data
mengenai pemahaman konsep siswa setelah dilakukan tindakan. Metode tes
digunakan untuk memperoleh data hasil belajar Al-Qur’an Hadits siswa pada
materi panca indera melalui metode Kepala Bernomor Terstruktur. Metode tes
digunakan dalam penelitian ini dengan beberapa pertimbangan yaitu dapat
langsung memperoleh data, hasil tes dapat segera diterima sebagai data dapat
segera dianalisis untuk menarik suatu kesimpulan. Dalam hal ini tes yang
digunakan berupa pertanyaan soal uraian.
1. Dokumentasi
Dokomentasi merupakan metode untuk memperoleh atau mengetahui
sesuatu dengan buku-buku, arsip yang berhubungan dengan yang diteliti.
Dokumentasi digunakan untuk memperoleh data sekolah, seperti daftar nama
siswa, profil sekolah, keadaan siswa, keadaan guru dan karyawan, keadaan
sarana dan prasarana serta foto tindakan kelas pada saat penelitian
F. Indikator keberhasilan
Indikator keberhasilan berdasarkan kurikulum 2013 (K13) siswa dinyatakan
tuntas belajar bila telah mencapai hasil /nilai sesuai KKM. 75 untuk mata
pelajaran Al-Qur’an Hadits. Dinyatakan tuntas belajar bila dikelas tersebut
telah mencapai 75% dari KKM.
Hasil perhitungan dikonsultasikan dengan Kriteria Ketuntasan Minimal yang
dikelompokan kedalam 2 kategori tunta sdan tidak tuntas :
Table. 5.1 Kriteria Ketuntasan Minimal belajar
Gain Klasifikasi
(g) > 0,7 Tinggi
0,7 > (g) > 0,3 Sedang
(g) < 0,3 Rendah
Rentang Kategori
80 – 100 % Sangat Baik
70 – 79 % Baik
60 – 69 % Cukup
50 – 59 % Kurang
0 – 49 % Gagal
Refleksi yang dilakukan peneliti yaitu evaluasi terhadap apa yang telah
dilakukan. Hasil obesrvasi dalam monitoring dianalisis secara deskriptif
untuk menggambarkan hasil observasi yang berupa proses dan hasil tindakan.
Hasil observasi juga digunakan untuk evaluasi terhadap prosedur, apakah
yang terjadi sudah sesuai dengan scenario pembelajaran., apakah tidak terjadi
penyimpangan. Dan apakah hasilnya sudah memuaskan sesuai yang
diharapkan. Jika ternyata hasilnya belummemuaskan dikarenakan sesuatu hal,
maka dilakukan rancangan ulangan yang diperbaiki, imodifikasi dan jika
perlu disususn scenario baru dan jika sama sekali tidak memuaskan. Dengan
scenario yang telah diperbaiki dan dilakukan siklus yang berikutnya untuk
mencapai hasil yang optimal.
I. Prosedur Penelitian
Prosedur pelaksanaan penelitian tindakan kelas ini terdiri dari dua siklus.
Masing-masing siklus dilaksanakan sesuai dengan perubahan yang dicapai.
Untuk mengetahui permasalahan efektifitas pembelajaran Al-Qur’an Hadits
di MTs An-Nurhaniyah Sumurgintung, Lebak-Banten dilakukan observasi
terhadap kegiatan pembelajaran yang dilakukan guru selain itu diadakan
diskusi antara guru sebagai peneliti dengan para pengamat sebagai
kolaborator dalam penelitian ini. Melalui langkah-langkah tersebut akan dapat
ditentukan bersama-sama antara guru dan pengamat untuk menetapkan
tindakan yang tepat dalam rangka meningkatkan efektifitas pembelajaran Al-
Qur’an Hadits.
Berdasarkan hasil diskusi dengan para kolaborator, maka langkah yang paling
tepat untuk meningkatkan pembelajaran adalah melalui penerapan media
belajar untuk meningkatkan hasil belajar siswa. Dengan berpedoman pada
refleksi awal tersebut, maka prosedur pelaksanaan penelitian tindakan kelas
ini meliputi :
1) Perencanaan
2) Pelaksanaan tindakan
3) Observasi
4) Refleksi pada setiap siklus
Secara rinci prosedur penelitian tindakan ini dijabarkan dalam uraian
berikut ini.
1. Tahap Perencanaan
Pada tahap perencanaan ini kegiatannya meliputi :
a. Peneliti dan pengamat menetapkan alternatif peningkatan efektifitas
pembelajaran Al-Qur’an hadits.
b. Peneliti bersama-sama kolaborator membuat rencana pengajaran yang
menerapkan media gambar untuk meningkatkan hasil belajar siswa.
c. Mendiskusikan tentang pembelajaran Al-Qur’an hadits yang
mengembangkan hasil belajar siswa.
d. Membuat lembar observasi.
e. Mendesain alat evaluasi.
2. Tahap Pelaksanaan Tindakan
Pada tahap pelaksanaan tindakan ini kegiatannya adalah melaksanakan
kegiatan pembelajaran sebagaimana yang telah direncanakan.
3. Tahap Observasi (pengamatan)
Pada tahap observasi ini kegiataan yang dilaksanakan yaitu mengobservasi
terhadap pelaksanaan tindakan dengan menggunakan lembar observasi yang
telah dipersiapkan.
4. Tahap Refleksi
Pada tahap refleksi ini kegiatanya Itu meliputi analisis data yang diperoleh
melalui observasi pengamatan. Berdasarkan hasil observasi tersebut, guru
dapat merefleksikan diri tentang kegiatan pembelajaran yang telah dilakukan.
Dengan demikian, guru akan dapat mengetahui efektifitas kegiatan
pembelajaran yang telah dilakukan. Berdasarkan hasil refleksi ini akan dapat
diketahui kelemahan kegiatan pembelajaran yang dilakukan oleh guru
sehingga dapat digunakan untuk menentukan tindakan pada siklus
selanjutnya.
Siklus 1
Refleksi
Siklus II
Refleksi
DAFTAR PUSTAKA
JADWAL PELAKSANAAN