Anda di halaman 1dari 23

PROPOSAL

PENELITIAN TINDAKAN KELAS (PTK)

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN COURSE REVIEW HORAY


(CRH) UNTUK MENINGKATKAN KEAKTIFAN DANHASIL BELAJAR
SISWA MATA PELAJARAN AKIDAH AKHLAK SISWA KELAS I

MI NURUL ISLAM PETAHUNAN

Disusun Oleh:

IFFA HALIMATUS SYA’DIA

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN PROFESI GURU (PPG)FAKULTAS ILMU


TARBIYAH DAN KEGURUAN

UIN RADEN FATAH PALEMBANG


2022
BAB 1
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kualitas kehidupaan suatu bangsa sangat ditentukan oleh faktor pendidikan.
Pendidikan sangat penting bagi kemajuan suatu bangsa dan Negara dalam menyonsong era
globalisasi. Untuk mendukung kemajuan suatu bangsa dan Negara, dunia pendidikan lebih
dituntut untuk meningkatkan mutu pendidikan sehingga nantinya dapat meningkatkan
sumber daya manusia yang berkualitas dan memiliki kemampuan dalam melaksanakan
perannya. Pembaharuan pemdidikan selalu dilakukan untuk meningkatkan kualitas
pendidikan nasional. Dengan adanya kualitas pendidikan diharapkan dapat meningkatkan
harkat dan martabat rakyat Indonesia. Untuk mencapai hal itu, kualitas pendidikan harus
selalu ditingkatkan dengan adanya perubahan zaman.
Nurhadi (2003: 3) mengemukakan bahwa “menyinggung kualitas pendidikan
persoalan muncul di lapangan bahwa bagaiman menemukan cara yang terbaik untuk
menyamakan berbagai konsep yang diajarkan di dalam mata pelajaran tertentu, sehingga
semua siswa dapat menggunakan dan mengingat lebih lama konsep-konsep tersebut,
bagaimana mata pelajaran dipahami sebagai bagaian yang saling berhubungan dan
membentuk suatu pemahaman yang utuh serta bagaimana seorang guru dapat
berkomunikasi secara efektif dengan siswanya yang selalu betanya-tanya tentang alas an
dari sesuatu, arti dari sesuatu, dan hubungan dari apa yang mereka pelajari.
Selama ini pendidikan hanya tampak dari kemampuan peserta didik menghafal
fakta-fakta, meskipun banyak peserta didik mampu menyajikan tingkat hafala yang baik
terhadap materi yang diterimanya, akan tetapi pada kenyataannya mereka sering sekali tidak
memahami secara mendalam subtansi materi yang dipelajari. Fakta dilapangan
menunjukkan metode pembelajaran yang digunakan pada umumnya berpusat pada guru
(teacher oriented) yang terlihat dari metode ceramah secara dominan pada setiap materi.
Walaupun metode ceramah tidak selamanya buruk, namun tidak semua materi cocok
menggunakan metode tersebut. Dalam metode ceramah peserta didik hanya bisa menerima
apa yang diberikan oleh guru sehingga siswa menjadi malas bahkan bosan dalam belajar.
Akibatnya motivasi peserta didik untuk belajar menjadi berkurang dan hasil belajar yang
diperoleh kurang memuaskan.
Trianto (2008: 4) menyatakan sebagai berikut “salah satu masalah pokok dalam
pembelajaran pada pendidikan formal (sekolah) dewasa ini adalah masih rendahnya daya
serap peserta didik. Hal ini nampak dari hasil belajar peserta didik yang masih sangat
memprihatinkan. Peserta didik hanya menghafal konsep dan kurang mampu menggunakan
konsep tersebut jika menemui masalah dalam kehidupan nyata yang berhubungan dengan
konsep yang dimiliki. Lebih jauh lagi peserta didik kurang mampu menentukan masalah
dan merumuskannya”.
Dalam arti yang lebih substansial, bahwa proses pembelajaran dewasa ini masih
memberikan dominasi bagi guru untuk menuntut peserta didik agar belajar dan jarang
memberikan pelajaran tentang bagaimana siswa belajar. Guru juga menuntut peserta didik
untuk menyeesaikan masalah tapi jarang mengajarkan bagaimana siswa seharusnya
menyelesaikan masalah sehingga dalam hal ini guru kurang memberikan akses bagi peserta
didik untuk berkembang secara mandiri melalui penemuan dan proses berfikirnya.
Disamping itu, situasi kelas sebagian besar berfokus pada guru (teacher) sebagai sumber
utama ilmu pengetahuan, serta penggunaan metode ceramah sebagai pilihan utama strategi
belajar mengajar. Oleh karena itu perlunya peningkatan kualitas pembelajaran dengan
melakukan berbagai cara. Salah satunya dengan mengembangkan pendekatan, strategi,
model, dan metode pembelajaran yang sudah ada.
Untuk meningkatkan motivasi peserta didik secara aktif dalam proses belajar
(student centered) dan merubah paradigma peserta didik terhadap pelajaran Aqidah Akhlak
bukanlah suatu hal yang mudah. Bagaimana membuat peserta didik tertarik untuk
mengikuti pelajaran, bagaimana membuat peserta didik menunggu-nunggu (merindukan)
pertemuan selanjutnya. Menemukan cara yang tertarik untuk menyamakan berbagai konsep
yang diajarkan, sehingga bisa dapat menggunakan dan mengingat konsep lebih lama
tersebut. Salah satu upaya untuk mendidik generasi penerus agar memiliki ilmu
pengetahuan tinggi sesuai ilmu pengetahuan dan teknologi. Serta memiliki ketrampilan
untuk bekal hidupnya di masyarakat. Dalam hal ini terjadi perubahan paradigma dalam
belajar. Pembelajaran yang semula berpusat pada guru (teacher centered) beralih kepada
siswa (student centered) dan pendekatan yang semula lebih bersifat tekstual berubah
menjadi kontekstual. Demikian juga dengan pemilihan strategi, rancangan pembelajaran,
pemilihan media, serta evaluasi yang merupakan satu kesatuan dalam pelaksanaan
pembelajaran yang saling melengkapi sehingga pembelajaran data tersampaikan dengan
baik.
Pembelajaran yang menyenangkan memang menjadi langkah awal untuk
mendapatkan hasil belajar yang berkualitas. Nurhadi, dkk (2003: 11) menyatakan bahwa
“belajar akan lebih bermakna apabila siswa atau peserta didik mengalami sendiri apa yang
dipelajarinya”. Berdasarkan hal tersebut, maka salah satu model pendekatan yang dipilih
dalam proses pembelajaran ini adalah pembelajaran kooperatif. model pembelajaran
kooperatif yang bersifat menyenangkan dan meningkatkan kemampuan siswa dalam
berkompetisi secara positif dalam pembelajaran, selain itu juga dapat mengembangkan
kemampuan berpikir kritis siswa, serta membantu siswa untuk mengingat konsep yang
dipelajari secara mudah.
Selain itu untuk mendapatkan hasil belajar yang baik, guru harus pandai memilih
metode yang cocok untuk tujuan dan bahan mengajar serta sesuai dengan kemampuan
siswa, disamping itu dapat meningkatkan minat siswa atau semangat belajar siswa, guru
juga harus menciptakan proses belajar mengajar yang melibatkan siswa, guru harus
memhami dan mengembangkan berbagai media ketrampilan dalam mengajar, serta harus
tepat dalam menggunakan metode yang akan diterapkan.
Dimyati & Mudjiono (2002: 55) mengemukakan bahwa kondisi di lapangan
menunjukkan bahwa selama ini pelaksanaan pengajaran pendidikan agama Islam hanya
secara teoritik dan metode yang digunakan tidak menarik. Selain itu, pembelajaran yang
selama ini dilakukan adalah pembelajaran yang berorientasi pada penguasaan materi saja.
Apabila kondisi ini dibiarkan terus-menerus maka akan menyebabkan kemampuan peserta
didik tidak akan mengalami peningkatan dan kurang maksimal. Sehingga nantinya akan
menghasilkan SDM yang berkualitas rendah dan tidak mampu menghadapi persaingan dan
serangan akidah yang semakin parahdi era global ini.
Fenomena yang telah diuraikan, juga terjadi di MI Nurul Islam Petahunan,
menunjukkan bahwa nilai para siswa kurang memenuhi standar penilaian khususnya untuk
pelajaran Pendidikan Agama Islam. Disamping itu kegiatan belajar mengajar cenderung
berpusat pada guru, sebagaian besar aktivitas dilakuak oleh guru sedangkan siswa hanya
memnerima sejumlah informasi. Keadaan seperti itu tidak membiasakan siswa
mengembangkan ketrampilan proses berfiki kritis hingga pada akhirnya hasil belajar eserta
didik khususnya pelajaran Aqidah Akhlak kurang optimal.
Dilihat dari permasalah tersebut, perlu adanya perbaikan dalam pembelajaran di
kelas melalui penelitian tindakan kelas. Di dalam penelitian, peneliti menggunakan
penelitian tindakan kelas karena ada permasalahan yang harus disembuhkan dalam
pembelajaran di kelas sesuai dengan data yang didapatkan sebelumnya. Penelitian tindakan
kelas yang dilakukan oleh peneliti adalah menggunakan model pembelajaran Course
Review Horay (CRH). Peneliti menggunakan model pembelajaran ini karena disesuaikan
dengan standart kompetensi dan kompetensi dasar, menekankan siswa untuk lebih aktif dan
bertanggung jawab baik secara individual mauppun secara kelompok.
Trianto (2008: 9) mengemukakan bahwa dalam mengajarakan suatu pokok bahasan
(materi)tertentu harus dipilih model pembelajaran yang paling sesuai dengan tujuan yang
akan dicapai. Oleh karena itu, dalam memilih suatu model pembelajaran harus memiliki
pertimbangan-pertimbangan. Misalnya materi pelajaran dan tingkat perkembangan kognitif
siswa, sehingga tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan dapat tercapai.
Di MI Nurul Islam Petahunan tidak semua materi Aqidah Akhlak cocok jika
menggunakan model tersebut. Salah satu materi yang akan diteliti adalah mengenai dua
kalimat syahadat dan disini peneliti membagi siswa menjadi 3 kelompok dengan jumlah
anggota 6 orang dalam tiap-tiap kelompok, kemudian guru memberikan pertanyaan secara
acak pada setiap kelompok untuk di jawab kemudian guru memanggil salah satu nomor
siswa dalam kelompok sesuai nomor yang telah dibagikan kepada siswa.
Hasil belajar para siswa kelas 6 Sebelum dilakukannya penelitian diketahui bahwa
nilai rata-rata siswa adalah 6,25 untuk tugas individu yang pertama dan 6,54 untuk nilai
tuagas individu yang kedua. Hal inilah mengapa peneliti ingin mempratekkan model
pembelajaran ini dengan harapan dapat meningkatkan hasil belajar siswa khususnya kelas I
di MI Nurul Islam Petahunan.
Proses evaluasi model pembelajaran Course Review Horay (CRH) mendorong
kemampuan peserta didik berfikir krits dalam menjawab pertanyaan yang berkaitan dengan
materi pembelajaran yang nantinya akan mampu meningkatkan pemahaman siswa terhadap
materi yang telah diajarkan. Keberhasilan inilah yang nantinya akan mampu meningkatkan
hasil belajar siswa melibatkan ketrampilan terintegrasi dengan menggunakan masalah yang
konteks dan nyata. Hal ini sesuai dengan standart kompetensi yang tidak hanya menekankan
pada produk sebgai hasil belajar, tetapi juga menekankan pada proses belajar. Berbicara
tentang model-model pembelajaran yang sangat beragam, memang saat ini banyak lembaga
pendidikan atau sekolah dituntut untuk merevisi metode pembelajaran yang dilakukan.
Sejalan dengan itu, MI Nurul Islam Petahunan juga mulai berubah untuk hasil belajar yang
lebih bermutu.
Berdasarkan uraian diatas perlu dilakukan penelitian dengan menerapkan model
pembelajaran Course Review Horay (CRH). Pembelajaran ini merupakan pengembangan
pengajaran Aqidah Akhlak untuk meningkatkan hasil belajar peserta didik terhadap
pelajaran Aqidah Akhlak. Kompetensi yang dimaksud adalah perpaduan dari pengetahuan,
ketrampilan, nilai dan sikap yang direfleksikan dalam kebiasaan berfikir dan bertindak
secara terus-menerus dan konsisten sehingga menjadi kompeten. Bertolak dari pemikiran
diatas, maka perlu diadakan penelitian tentang “Penerapan Model Pembelajaran Course
Review Horay (CRH) Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Kelas I Pada Mata
Pelajaran Aqidah Akhlak Materi Dua Kalimat Syahadat Di MI Nurul Islam
Petahunan Tahun Pelajaran 2022/2023”.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang diatas, maka rumusan masalah dalam penelitian
ini adalah sebagai berikut:
1. Apakah Penerapan Model Pembelajaran Course Review Horay (CRH) Dapat
Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Kelas I Pada Mata Pelajaran Aqidah Akhlak materi
Dua Kalimat Syahadat Di MI Nurul Islam Petahunan?
2. Bagaimana respon siswa pada mata pelajaran Aqidah Akhlak terhadap Penerapan Model
Pembelajaran Course Review Horay (CRH) Dapat Meningkatkan Hasil Belajar Siswa
Kelas I Pada Mata Pelajaran Aqidah Akhlak materi Dua Kalimat Syahadat Di MI Nurul
Islam Petahunan
C. Tujuan Penelitian
1. Mengetahui keberhasilan penerapan model pembelajaran Model Course Review Horay
(CRH) pada kelas I di MI Nurul Islam Petahunan
2. Mengetahui respon siswa pada mata pelajaran Aqidah Akhlak terhadap Penerapan
Model Pembelajaran Course Review Horay (CRH) Dapat Meningkatkan Hasil Belajar
Siswa Kelas I Pada Mata Pelajaran Aqidah Akhlak materi Dua Kalimat Syahadat Di MI
Nurul Islam Petahunan
D. Manfaat Penelitian
Adapun manfaat dari penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Bagi Peneliti
Dapat dijadikan pengalaman dalam mempersiapkan diri sebagai tenaga pendidik pada
masa yang akan datang. Selain itu juga menambah wawasan tentang model
pembelajaran Course Review Horay (CRH) di lingkungan Madrasah Ibtidaiyah (MI).
2. Bagi guru
Sebagai masukan bagi guru bidang studi Aqidah Akhlak agar dapat menerapkan model
pembelajaran Course Review Horay (CRH) sebagai salah satu alternative yang dapat
diterapkan dalam kegiatan pembelajaran.
3. Bagi siswa
Dengan penelitian ini diharapkan dapat meningkatkan hasil belajar siswa khususnya
untuk mata pelajaran Aqidah Akhlak dan dapat memilki kebiasaan positif seperti
kerjasama dalam kelompok, aktif dalam pembelajaran dan lebih bertanggung jawab
terhadap pembelajaran di sekolah.
E. Asumsi penelitian
Asumsi peneliti dalam penelitian ini adalah;
1. Siswa mampu mengikuti proses pembelajaran dengan menggunakan model
pembelajaran Course Review Horay (CRH) dengan baik
2. Siswa mampu dan memahami semua materi dengan benar baik karena karena
pengetahuan sendiri maupun bantuan dari teman sekelompoknya
3. Jawaban yang diberikan oleh responden jujur
F. Ruang Lingkup dan Keterbatasan Masalah
1. Ruang Lingkup
Lokasi Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di MI Nurul Islam Petahunan yang terletak di Jl. KH.
Musthofa No.04 desa Petahunan
2. Keterbatasan Penelitian
a. Penelitian ini hanya dilakukan pada mata pelajaran Aqidah Akhlak dengan sub
pokok bahasan Dua Kalimat Syahadat
b. Objek dalam penelitian ini adalah siswa kelas I MI Nurul Islam Petahunan.
Dilakukan pada semester 1 tahun ajaran 2022/2023
c. Penelitian dilaksanakan hanya dengan 2 siklus karena adanya keterbatasan waktu
d. Teknik pengumpulan data menggunakan observasi, tes objektif, dan dokumentasi.
G. Definisi Operasional
Berdasarkan permasalahan yang telah diuraikan diatas, maka untuk menghindari
kesalahpahaman terhadap makna tersebut, berikut akan diuraikan definisi operasional dalam
penelitian ini:
1. Model pembelajaran Course Review Horay (CRH) merupakan suatu rancangan
pembelajaran untuk meningkatkan pemahaman konsep siswa dengan kegiatan yang
menyenangkan, dimana kelas didesain untuk bermain sambil belajar dengan cara guru
memberikan pertanyaan-pertanyaan kepada siswa, kemudian yang berhasil menjawab
pertanyaan akan berteriak horay atau yel-yel mereka. Melalui model pembelajaran CRH
siswa diharapkan dapat menjadi lebih kompak dalam menyelesaikan masalah, namun
dengan suasana yang menyenangkan atau tidak tegang. Sehingga siswa dapat meraih
hasil dengan nilai yang tinggi
2. Model pembelajaran Course Review Horay (CRH) adalah salah satu model
pembelajaran kooperatif yang bersifat menyenangkan dan meningkatkan kemampuan
siswa dalam berkompetisi secara positif dalam pembelajaran, selain itu juga dapat
mengembangkan kemampuan berpikir kritis siswa, serta membantu siswa untuk
mengingat konsep yang dipelajari secara mudah. Pembelajaran Course Review Horay
menekankan aktivitas belajar lebih banyak berpusat pada siswa. Dalam hal ini guru
hanya bertindak sebagai penyampai informasi, fasilitator, dan pembimbing pada proses
pembelajaran.
3. Hasil belajar Aqidah Akhlak peserta didik adalah skor hasil belajar ranah kognitif dan
ranah afektif peserta didik. Hasil belajar Aqidah Akhlak ranah kognitif adalah skor hasil
belajar pengetahuan awal siswa dan pengetahuan setelah mendapatkan materi
pembelajaran Aqidah Akhlak pada materi Asmaul Husna yang diukur melalui pre test
dan post test. Hasil belajar Aqidah Akhlak ranah afektif adalah skor hasil belajar
bagaimana perubahan sikap peserta didik yang diukur melalaui pengisian angket.
H. Hasil penelitian terdahulu
BAB II
KAJIAN TEORI
A. PEMBELAJARAN
Pembelajaran adalah setiap perubahan perilaku yang relatif permanen, terjadi
sebagai hasil dari pengalaman. Definisi sebelumnya menyatakan bahwa seorang manusia
dapat melihat perubahan terjadi tetapi tidak pembelajaran itu sendiri. Konsep tersebut
adalah teoretis, dan dengan demikian tidak secara langsung dapat diobservasi.
Pembelajaran merupakan kegiatan yang dilakukan untuk menginisiasi (mengawali),
memfasilitasi, dan meningkatkan intensitas dan kualitas belajar pada diri peserta didik. Oleh
karena pembelajaran merupakan upaya sistematis dan sistemik untuk menginisiasi,
memfasilitasi, dan meningkatkan proses belajar, maka kegiatan pembelajaran berkaitan erat
dengan jenis hakikat, dan jenis belajar serta hasil belajar tersebut. Pembelajaran harus
menghasilkan belajar, tapi tidak semua proses belajar terjadi karena pembelajaran. Proses
belajar terjadi juga dalam konteks interaksi sosial-kultural dalam lingkungan masyarakat.
Pembelajaran dalam konteks pendidikan formal, yakni pendidikan di sekolah,
sebagian besar terjadi di kelas dan lingkungan sekolah. Sebagian kecil pembelajaran terjadi
juga di lingkungan masyarakat, misalnya pada saat kegiatan ko-kurikuler (kegiatan di luar
kelas dalam rangka tugas suatu bidang studi), ekstra kurikuler (kegiatan di luar bidang studi,
di luar kelas), dan ekstramural (kegiatan di luar bidang studi, di luar kurikulum yang
diselenggarakan di luar sekolah, seperti kegiatan perkemahan sekolah). Dengan demikian
maka proses belajar bisa terjadi di kelas, dalam lingkungan sekolah, dan dalam kehidupan
masyarakat, termasuk dalam bentuk interaksi sosial-kultural melalui media massa dan
jaringan.
Dalam konteks pendidikan nonformal, justru sebaliknya, proses pembelajaran
sebagian besar terjadi dalam lingkungan masyarakat, termasuk dunia kerja, media massa
dan jaringan internet. Hanya sebagian kecil saja pembelajaran terjadi di kelas dan
lingkungan pendidikan nonformal, seperti pusat kursus. Yang lebih luas adalah belajar dan
pembelajaran dalam konteks pendidikan terbuka dan jarak jauh, yang karena karakteristik
peserta didiknya dan paradigma pembelajarannya, proses belajar dan pembelajaran bisa
terjadi di mana saja, dan kapan saja tidak dibatasi oleh jarak, ruang, dan waktu.
Istilah pembelajaran merupakan istilah baru yang digunakan untuk menunjukkan
kegiatan guru dan peserta didik. Sebelumnya, kita menggunakan istilah “proses belajar
mengajar” dan “pengajaran”. Istilah pembelajaran merupakan terjemahan dari kata
“instruction”. Menurut Gagne, Briggs, dan Wager (1992), pembelajaran adalah serangkaian
kegiatan yang dirancang untuk memungkinkan terjadinya proses belajar pada peserta didik1.

1
Dimyati dan Mudjiono, Belajar dan Pembelajaran, Jakarta: Rineka Cipta, 2006, hal 10
Kita lebih memilih istilah pembelajaran karena istilah pembelajaran mengacu pada
segala kegiatan yang berpengaruh langsung terhadap proses belajar siswa. Kalau kita
menggunakan kata “pengajar”, kita membatasi diri hanya pada konteks tatap muka guru-
peserta didik di dalam kelas. Sedangkan dalam istilah pembelajaran, interaksi peserta didik
tidak dibatasi oleh kehadiran guru secara fisik. Siswa dapat belajar melalui bahan ajar cetak,
program radio, program televisi, atau media lainnya. Tentu saja guru tetap memainkan
peranan penting dalam merancang setiap kegiatan pembelajaran. Dengan demikian,
pengajaran merupakan salah satu bentuk kegiatan pembelajaran.
Kini, kita sudah memiliki konsep dasar pembelajaran seperti hal itu dirumuskan
dalam Pasal 1 butir 20 UU Nomor 20 tahun 2003 tentang Sisdiknas, yakni “Pembelajaran
adalah proses interaksi peserta didik dengan pendidik dan sumber belajar pada suatu
lingkungan belajar”2. Dalam konsep tersebut mengandung 5 konsep, yakni interaksi, peserta
didik, pendidik, sumber belajar dan lingkungan belajar. Marilah kita kaji dengan cermat
satu per satu. Dalam kamus Lengkap Bahasa Indonesia Populer, kata interaksi mengandung
arti pengaruh timbal balik, saling mempengaruhi satu sama lain, saling manarik, saling
menerima dan memberi3.
Peserta didik menurut pasal 1 butir 4 UU nomor 20 tahun 2003 tentang Sisdiknas,
adalah anggota masyarakat yang berusaha mengembangkan potensi diri melalui proses
pembelajaran yang tersedia pada jalur, jenjang, dan jenis pendidikan tertentu. Sementara itu
dalam pasal 1 butir 6 UU Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sisdiknas, pendidik adalah tenaga
kependidikan yang berkualifikasi sebagai guru, dosen, konselor, pamong belajar,
widyaswara, tutor, instruktur, fasilitator, dan sebutan lain yang sesuai dengan
kekhususannya serta berpartisipasi dalam menyelenggarakan pendidikan4.
Sumber belajar atau learning resources, secara umum diartikan sebagai segala
sesuatu yang dapat digunakan oleh peserta didik dan pendidik dalam proses belajar dan
pembelajaran. Jika dikelompokkan, sumber belajar dapat berupa sumber belajar
tertulis/cetakan, terekam, tersiar, jaringan, dan lingkungan (alam, sosial, budaya, spiritual).
Lingkungan belajar adalah lingkungan yang menjadi latar terjadinya proses belajar seperti
di kelas, perpustakaan, sekolah, tempat kursus, warnet, keluarga, masyarakat, dan alam
semesta.
Dari pengertian di atas kita mengetahui ciri utama pembelajaran adalah inisiasi,
fasilitasi, dan peningkatan proses belajar siswa. Ini menunjukkan bahwa unsur kesengajaan
dari pihak di luar individu yang melakukan proses belajar, dalam hal ini pendidik secara
perorangan atau secara kolektif dalam suatu sistem, merupakan ciri utama dari konsep

2
Sisdiknas, Jakarta: Sinar Grafika, 2009, hal 5
3
Bambang Marhijanto, Kamus Lengkap Bahasa Indonesia Populer, Surabaya: Bintang Timur,
1995, hal 269
4
Sisdiknas, Jakarta: Sinar Grafika, 2009, hal 3
pembelajaran. Perlu diingat bahwa tidak semua proses belajar terjadi dengan sengaja. Di
samping itu, ciri lain dari pembelajaran adalah adanya interaksi yang sengaja diprogramkan.
Interaksi tersebut terjadi antara peserta didik yang belajar dengan lingkungan belajarnya,
baik dengan pendidik, peserta didik lainnya, media, dan atau sumber belajar lainnya.
Ciri lain dari pembelajaran adalah adanya komponen-komponen yang saling
berkaitan satu sama lain. Komponen-komponen tersebut adalah tujuan, materi, kegiatan,
dan evaluasi pembelajaran. Tujuan pembelajaran menjadi mengacu pada kemampuan atau
kompetensi yang diharapkan dimiliki peserta didik setelah mengikuti suatu pembelajaran
tertentu. Materi pembelajaran adalah segala sesuatu yang dibahas dalam pembelajaran
dalam rangka mencaAqidah Akhlak tujuan yang telah ditetapkan. Kegiatan pembelajaran
mengacu pada penggunaan pendekatan, strategi, metode, dan teknik dan media dalam
rangka membangun proses belajar, antara lain membahas materi dan melakukan
pengalaman belajar sehingga tujuan pembelajaran dapat dicaAqidah Akhlak secara optimal.
Proses pembelajaran dalam arti yang luas merupakan jantungnya dari pendidikan untuk
mengembangkan kemampuan, membangun watak dan peradaban bangsa yang bermartabat
dalam rangka pencerdasan kehidupan bangsa5.
B. Metode-Metode Dalam Pembelajaran Agama Islam
Beberapa metode yang digunakan dalam pembelajaran Agama Islam, antara lain6:
a. Metode Pembiasaan
Dalam kaitannya dengan metode pengajaran agama Islam, dapat dikatakan bahwa
pembiasaan adalah sebuah cara yang dapat dilakukan untuk membiasakan anak didik
berfikir, bersikap dan bertindak sesuai dengan tuntutan ajaran agama Islam.
b. Metode Keteladanan
Keteladanan dalam bahasa Arab disebut “uswah, iswah” atau “qudwah, qidwah” yang
berarti perilaku baik yang dapat ditiru oleh orang lain (anak didik). Metode keteladanan
memiliki peranan yang sangat penting dalam upaya mencaAqidah Akhlak keberhasilan
pendidikan. Karena secara psikologi, anak didik meniru dan mencontoh perilaku sosok
figurnya termasuk diantaranya adalah para pendidikan.
c. Metode Pemberian Ganjaran
Ganjaran (tsawab) adalah penghargaan yang diberikan kepada anak didik, atas prestasi,
ucapan dan tingkah laku positif dari anak didik. Ganjaran dapat membeikan pengaruh
yang cukup besar terhadap jiwa anak didik untuk melakukan perbuatan yang positif dan
bersikap progresif. Di samping juga dapat menjadi pendorong bagi anak-anak didik
lainnya untuk mengikuti anak yang telah memperoleh pujian dari gurunya; baik dalam

5
Tim Fakultas Tarbiyah IAIN Sunan Ampel, Teori Belajar, Surabaya: 2009, hal 45
6
DR. Armai Arief, M.A, Pengantar ilmu dan Metodologi Pendidikan Islam,Jakarta: Ciputat Press,
2002, hal 110-200
tingkah laku, sopan santun ataupun semangat dan motivasinya dalam berbuat yang lebih
baik.
d. Metode Pemberian Hukuman
Berbeda dengan ganjaran, pemberian hukum („iqab) haruslah ditempuh sebagai jalan
terakhir dalam proses pendidikan. Seorang pendidik yang bijaksana tidak seenaknya
mengaplikasikan hukuman fisik kepada anak didiknya kecuali hanya sekedarnya saja
dan sesuai dengan kebutuhan.
e. Metode Ceramah
Metode ceramah dapat diartikan sebagai suatu metode di dalamnya proses belajar-
mengajar, dimana cara menyamAqidah Akhlakkan materi pelajaran kepada anak didik
adalah dengan penurunan/ lisan. Prinsip dasar metode ini terdapat di dalam Al Qur’an
yang artinya:
"Maka tatkala Allah menyelamatkan mereka, tiba-tiba mereka membuat
kezaliman di muka bumi tanpa (alasan) yang benar. Hai manusia, Sesungguhnya
(bencana) kezalimanmu akan menimpa dirimu sendiri (hasil kezalimanmu) itu hanyalah
kenikmatan hidup duniawi, kemudian kepada Kami-lah kembalimu, lalu Kami kabarkan
kepadamu apa yang telah kamu kerjakan" (Q.S. Yunus : 23)
f. Metode Tanya Jawab
Metode tanya jawab adalah penyampaian materi pelajaran dengan cara mengajukan
pertanyaan dan murid menjawab. Prinsip dasar metode ini terdapat dalam hadits Tanya
jawab antara Jibril dan Nabi Muhammad tentang iman, islam, dan ihsan
g. Metode Diskusi
Metode diskusi dapat diartikan sebagai jalan untuk memecahkan suatu permasalahan
yang memerlukan beberapa jawaban alternatif yang dapat mendekati kebenaran dalam
proses belajar mengajar. Metode ini bila digunakan dalam PBM akan dapat merangsang
murid untuk berfikir sistematis, kritis dan bersikap demokratis dalam menyumbangkan
pikiranpikirannya untuk memecahkan sebuah masalah.
Prinsip dasar metode ini terdapat dalam Al Qur’an Surat Assafat : 20-23 yang berbunyi :
‫ظلَ ُوىا َوأَ ْز َوا َج ُه ْن َو َهاكَاًُىا َي ْعبُد ُوىَ ِهي‬
َ َ‫ش ُروا الَّذِيي‬ ْ َ‫ِيي َهذَا َي ْى ُم ْالف‬
ُ ْ‫ص ِل الَّذِي ُكٌتُن ِب ِه ت ُ َك ِذّبُىىَ اح‬ ِ ّ‫َوقَالُىا َي َاو ْيلٌََا َهذَا َي ْى ُم الد‬
‫اط ْال َج ِح ِين‬
ِ ‫ص َر‬ِ ‫ُوى هللاِ فَا ْهد ُو ُه ْن إِلَى‬ ِ ‫د‬
"Dan mereka berkata:”Aduhai celakalah kita!” Inilah hari pembalasan.Inilah hari
keputusan yang kamu selalu mendustakannya (kepada Malaikat diperintahkan):
“Kumpulkanlah orang-orang yang zalim beserta teman sejawat mereka dan sembahan-
sembahan yang selalu mereka sembah,Selain Allah; Maka tunjukkanlah kepada mereka
jalan ke neraka". (Q.S. Assafat : 20-23)
h. Metode Sorogan
Sorogan artinya belajar secara individu dimana seorang santri berhadapan dengan
seorang guru, terjadi interaksi saling mengenal antara keduanya.
i. Metode Bandongan
Metode bandongan adalah salah satu metode pembelajaran dalam pendidikan Islam,
dimana siswa/ santri tidak menghadap guru/ kyai satu demi satu, tetapi semua peserta
didik menghadap guru dengan membawa buku/kitab masing-masing. Kemudian guru
membacakan, menerjemahkan, menerangkan kalimat demi kalimat dari kitab yang
dipelajari, sementara santri secara cermat mengikuti penjelasan yang diberikan oleh kyai
dengan memberikan catatan-catatan tertentu. Cara belajar seperti ini paling banyak
dilakukan di pesantren tradisional.
j. Metode Mudzakarah
Metode Mudzakarah adalah metode yang digunakan dalam proses belajar mengajar
(PBM) dengan jalan mengadakan suatu pertemuan ilmiah yang secara khusus membahas
masalah-masalah agama saja. Metode Mudzakarah ini pada umumnya banyak digunakan
oleh lemba-galembaga pendidikan yang disebut pesantren, khusus pesantren tradisional.
Di antara tujuan penggunaan metode ini adalah untuk melatih santri agar lebih terlatih
dalam memecahkan masalah-masalah yang berkembang dengan menggunakan kitab-
kitab klasik yang ada. Di samping untuk menguji keterampilan mereka mengutip
sumber-sumber argumentasi dari kitab-kitab Islam klasik.
k. Metode Drill/ Latihan
Metode drill adalah suatu metode dalam menyampaikan pelajaran dengan menggunakan
latihan secara terus-menerus samAqidah Akhlak anak didik memiliki ketangkasan yang
diharapkan.
l. Metode Kerja Kelompok
Metode kerja kelompok adalah salah satu dari sekian banyak metode yang dapat
digunakan dalam menyampaikan materi pelajaran kepada anak didik. Metode ini
dilakukan dengan cara membagi siswa ke dalam beberapa kelompok baik kecil maupun
kelompok besar.

C. Pembelajaran Course Review Horey (CRH)


1. Konsep Dasar
Model pembelajaran Course Review Horay (CRH) adalah metode atau strategi
yang meriah dan menyenangkan dimana siswa diajak bermain sambil belajar melalui
pemahaman konsep menggunakan kotak yang diisi dengan soal dan diberikan nomor
untuk menuliskan jawabannya, siswa yang paling cepat mendapatkan tanda benar
diwajibkan berteriak "hore!" atau yel-yel meriah lainnya..
Model pembelajaran Course Review Horay (CRH) merupakan suatu rancangan
pembelajaran untuk meningkatkan pemahaman konsep siswa dengan kegiatan yang
menyenangkan, dimana kelas didesain untuk bermain sambil belajar dengan cara guru
memberikan pertanyaan-pertanyaan kepada siswa, kemudian yang berhasil menjawab
pertanyaan akan berteriak horay atau yel-yel mereka. Melalui model pembelajaran CRH
siswa diharapkan dapat menjadi lebih kompak dalam menyelesaikan masalah, namun
dengan suasana yang menyenangkan atau tidak tegang. Sehingga siswa dapat meraih
hasil dengan nilai yang tinggi.
2. Alasan Pembelajaran model CRH
Penerapan model pembelajaran course review horay membuat pembelajaran lebih
menyenangkan karena pembelajaran yang dilakukan diselingi dengan yel-yel jika
siswa mendapatkan tanda benar (P) vertikal, horisontal, atau diagonal dan kelompok
yang mendapatkan nilai tertinggi diberikan reward, selain itu siswa menjadi lebih
tertarik dan bersemangat pada pembelajaran Aqidah Akhlak. Siswa juga semakin aktif
dalam pembelajaran yang dapat dilihat dari kegiatan tanya jawab dan diskusi dengan
bekerjasama antar anggota kelompok untuk menjawab soal. Hal ini sesuai dengan
pendapat Kurniasih dan Sani (2015) yang memaparkan kelebihan model pembelajaran
course review horay yaitu menarik sehingga mendorong siswa terlibat di dalamnya,
tidak monoton karena diselingi sedikit hiburan, siswa lebih bersemangat belajar
sehingga tercipta suasana yang menyenangkan dan melatih kerja sama antar siswa di
dalam kelas..
3. Karakteristik Ciri dan Pembelajaran CRH
Pembelajaran tipe Course Review Horay (CRH) ditandai dengan beberapa hal yaitu :
1. Adanya tanya jawab untuk pemantapan materi yang telah diajarkan.
2. Adanya peserta didik atau kelompok yang menuliskan nomor sembarang daan
dimasukkan kedalam kotak.
3. Adanya pembacaan soal yang nomornya dipilih acak, dan dijawab oleh kelompok
yang bersangkutan.
4. Pemberian skor diikuti dengan yel “hore” atau lainnya sebagai bentuk pemberian
reward.
4. Keunggulan Pembelajaran Model CRH
Menurut Supijono (2010), kelebihan atau keunggulan model Course Review Horay
(CRH) dalam proses pembelajaran adalah sebagai berikut:

1. Pembelajaran lebih menarik. Artinya, dengan menggunakan model pembelajaran CRH


siswa akan lebih bersemangat dalam menerima materi yang akan disampaikan oleh
guru karena banyak diselingi dengan games ataupun simulasi lainnya.
2. Mendorong siswa untuk dapat terjun kedalam situasi pembelajaran. Artinya, siswa diajak
ikut serta dalam melakukan suatu games atau simulasi yang diberikan guru kepada
peserta didiknya yang berkaitan dengan materi yang akan disampaikan guru.
3. Pembelajaran tidak monoton karena diselingi dengan hiburan atau game, dengan begitu
siswa tidak akan merasakan jenuh yang bisa menjadikannya tidak berkonsentrasi
terhadap apa yang dijelaskan oleh guru.
4. Siswa lebih semangat belajar karena suasana belajar lebih menyenangkan. Artinya,
kebanyakan dari siswa mudah merasakan jenuh apabila metode yang digunakan oleh
guru adalah metode ceramah.Oleh karena itu, dengan menggunakan model
pembelajaran course review horay (CRH) mampu membangkitkan semangat belajar
terutama anak Sekolah Dasar yang notabene masih ingin bermain-main.
5. Adanya komunikasi dua arah. Artinya, siswa dengan guru akan mampu berkomunikasi
dengan baik, dapat melatih siswa agar dapat berbicara secara kritis, kreatif dan inovatif.
Sehingga tidak akan menutup kemungkinan bahwa akan semakin banyak terjadi
interaksi diantara guru dan siswa

5. Langkah-langkah Pembelajaran Model CRH


Adapun langkah-langkah tipe ini seperti yang dikemukakan oleh Suyatno (2009:71)
adalah :
a. Informasi kompetensi,
b. Sajian materi,
c. Tanya jawab dan pemantapan,
d. Peserta didik atau kelompok menuliskan nomor sembarang dan dimasukkan
kedalam kotak,
e. Guru membacakan soal yang nomornya dipilih acak,
f. Peserta didik yang punya nomor sama dengan nomor soal yang dibacakan guru
berhak menjawab, jika jawaban benar maka diberi skor dan peserta didik
menyambutnya dengan yel “hore” atau lainnya.
g. Penyimpulan dan evaluasi, serta refleksi
BAB III

METODE PENELITIAN

A. Setting dan Subyek Penelitian


1. Setting Penelitian
Setting dalam penelitian ini meliputi: tempat penelitian dan waktu
penelitian sebagai berikut :
a. Tempat Penelitian
Penelitian Tindakan Kelas (PTK) ini dilaksanakan di MI Nurul Islam Petahunan
kecamatan sumbersuko tahun pelajaran 2022/2023
b. Waktu Pelaksanaan :
 Penelitian siklus I dilaksanakan pada tanggal 17 November 2022
 Penelitian siklus II dilaksanakan pada tanggal 21 November 2022
 Penelitian siklus III dilaksanakan pada tanggal 23 November 2022
2. Subjek Penelitian.
Penelitian tindakan kelas ini dilaksanakan di Madrasah Ibtidaiyah Nurul Islam Petahunan
Kecamatan Sumbersuko Kabupaten lumajang Tahun Pelajaran 2022/2023, Sebagai objek
penelitian adalah siswa kelas I semester I yang berjumlah 18 siswa terdiri dari 12 siswa
laki-laki dan 6 siswa perempuan
B. Prosedur Penelitian
Prosedur penelitian tindakan kelas ini didesain untuk II siklus.. Tiap siklus terdiri dari 4
kegiatan yaitu tahap perencanaan, pelaksanaan, pengamatan dan refleksi. Jumlah siklus ini
bisa berubah dalam artian jika pada siklus I aktivitas belajar telah meningkat, maka
penelitian ini hanya dilakukan I siklus, namun jika pada siklus ke I aktivitas belajar belum
meningkat maka penelitian dilakukan dengan II siklus, begitu seterusnya sampai aktivitas
belajar meningkat.
Adapun daur siklus PTK Model kurt Iewin menurut sumber Wina Sanjaya dan
di modifikasi oleh peneliti yaitu sebagai berikut:
Fungsi dari masing-masing tahapan pada siklus tersebut adalah sebagai berikut:
a. Siklus 1
Siklus pertama dalam penelitian kelas ini dimulai dari tahap perencanaan, pelaksanaan,
pengamatan atau observasi dan refleksi sebagai berikut :
1) Tahap Perencanaan
a. Membuat rencana pembelajaran dengan model pembelajaran CRH
b. Membuat lembar kerja peserta didik dan menyiapkan materi serta video
pembelajaran yang akan diajarkan sebagai bahan diskusi tugas kelompok
c. Membuat instrumen yang digunakan dalam siklus PTK
d. Menyusun alat evaluasi pembelajaran.
2) Tahap Pelaksanaan
Pelaksanaan tindakan pada prinsipnya merupakan realisasi dari suatu yang sudah
direncanakan sebelumnya. Pelaksanaan adalah bentuk kegiatan atau tindakan yang
dilakukan dari semua yang telah direncanakan dengan penelitian sebagai berikut :
a. Memberikan informasi tentang materi pelajaran
b. Menyajikan materi sesuai dengan siklus dan RPP
c. Mempelajari materi pada siklus I dengan menggunakan atau menerapkan model
pembelajaran CRH
d. Memberikan kesempatan kepada siswa untuk lebih berinteraksi, aktif, kreatif, dan
berinovasi dalam proses pembelajaran dengan diskusi kelompok
e. Mengamati setiap kegiatan siswa dalam proses pembelajaran
f. Siswa diberikan waktu untuk mengulas atau mengulangi materi yang baru saja
dipelajari secara bersama–sama.
g. Menciptakan suasana belajar yang menyenangkan
3) Tahap Pengamatan
Pengamatan (observasi) terhadap pembelajaran yang sedang berlangsung di tunjukan
untuk mengenali, merekam dan mendokumentasikan aktivitas yang terjadi apabila
masukan baik ataufeedback dilakukan dengan cermat pengamatan yang dilakukan oleh
penelitian adalah: Situasi kegiatan pembelajaran, Keaktifan siswadan guru dalam proses
pembelajaran, Hasil belajar siswa dan Refleksi.
4) Tahap Refleksi
Pada tahapan ini peneliti melakukan refleksi hasil evaluasi dari pelaksanaan siklus I
tentang aktivitas belajar siswa. Jika hasil yang diharapkan belum tercapai maka dilakukan
refleksi untuk perbaikan yang dilakukan di siklus
b. Siklus II
Pada siklus II ini juga terdiri melalui tahap perencanaan, pelaksanaan, pengamatan dan
refleksi sebagai berikut :
1. Perencanaan dimana peneliti membuat rencana pembelajaran berdasarkan hasil refleksi
pada siklus I
2. Pelaksanaan tindakan dimana guru melaksanakan pembelajaran berdasarkan rencana
pembelajaran hasil refleksi berdasarkan siklus I dengan pembelajaran tematik
menggunakan model Pembelajaran Berbasis Masalah.
3. Pengamatan dimana peneliti melakukan pengamatan terhadap aktivitas
pembelajaran
4. Refleksi adalah upaya melihat kembali mengorganisasi, kembali menganalisis, kembali
mengklarifikasi dan kembali mengevaluasi hal-hal yang telah dipelajari.
2. Teknik Pengumpulan Data
Pengumpulan data adalah bagian terpenting dalam penelitian. Data yang valid dan lengkap
sangat menentukan kualitas penelitian. Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan teknik
Wawancara, Observasi, dan Dokumentasi dalam mengumpulkan data yang peneliti cari, berikut
lebih jelas tentang keempat teknik tersebut. Pengumpulan datanya dilakukan dengan cara
sebagai berikut:
a. Observasi
Observasi atau pengamatan adalah proses pengambilan data dalam penelitian
dimana peneliti atau pengamat melihat situasi penelitian. Observasi sangat sesuai
digunakan dalam penelitian yang berhubungan dengan kondisi/interaksi belajar-mengajar,
tingkah laku, dan interaksi kelompok. Pengumpulan data tentang observasi dilakukan
melalui pengamatan secara cermat dan teliti. (M. Ali, M. Asrori, 2014, hlm. 254).
Dalam penelitian ini, observasi digunakan untuk mengetahui keterampilan guru
dan aktifitas siswa dalam pembelajaran tematik. Sasaran dalam observasi ini adalah guru
dan siswa dengan menggunakan alat lembar observasi yang bertujuan untuk mengetahui
peningkatan keaktifan belajar siswa pada pembelajarantematik dalam bentuk butir-butir
informasi yang ingin dikumpulkan (pointers) atau daftar pertanyaan. (M. Ali, M. Asrori,
2014, hlm. 252).
b. Wawancara
Wawancara adalah metode pengumpulan data denganmengajukan pertanyaan
secara lisan kepada subjek yang diteliti. Wawancara memiliki sifat yang luas, pertanyaan
yang diberikan dapat disesuaikan dengan subjek, sehingga segala sesuatu yang ingin
diungkap dapat digali dengan baik. Wawancara boleh dibuat dalam bentuk butir-butir
informasi yang ingin dikumpulkan (pointers) atau daftar pertanyaan. (M. Ali, M. Asrori,
2014, hlm. 252). Wawancara ini dilakukan oleh peneliti untuk guru dan siswa kelas I MI
Nurul Islam Petahunan, untuk mengetahui kondisi awal siswa pada proses pembelajaran
Akidah Akhlak dan untuk mengetahui lebih mendalam tentang subyek yang diteliti
c. Angket
Angket merupakan teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan cara
memberikan seperangkat pertanyaan atau pernyataan tertulis kepada responden untuk
dijawabnya (Sugiyono, 2014: 142). Sementara Suharsimi (1995: 136-138) mengatakan
angket tertutup adalah angket yang disajikan dalam bentuk sedemikian rupa sehingga
responden tinggal memberikan tanda centang (√) pada kolom atau tempat yang sesuai.
Angket terbuka adalah angket yang disajikan dalam bentuk sedemikaian rupa sehingga
responden dapat memberikan isian sesuai dengan kehendak dan keadaannya. Angket
campuran yaitu gabungan antara angket terbuka dan tertutup. Angket atau kuesioner
yangdigunakan dalam penelitian ini berupa angket tertutup
d. Dokumentasi
Dokumentasi merupakan catatan peristiwa yang sudah berlalu, dokumen bisa
berbentuk tulisan, gambar atau karya-karya documental dari seseorang (Sugiyono,2014,
hlm : 329). Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan teknik dokumentasi digunakan
untuk menggambarkan situasi dan kondisi kegiatan pembelajaran Akidah Akhlak dengan
menggunakan Model Pembelajaran Talking Stik berupa foto-foto kegiatan pelaksanaan
tindakan dikelas dari awal pembelajaran sampai akhir pembelajaran, dokumentasi yang
didapat dari Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP), silabus dan dokumen hasil angket
siswa.
3. Teknik Analisis Data
Menganalisi data adalah suatu proses mengolah dan menginterprestasi datadata
dengan tujuan untuk mendudukkan berbagai informasi sesuai dengan fungsinya hingga
memiliki makna dan arti yang jelas sesuai dengan tujuan penelitian Sanjaya dalam Ria
Geetha Lubis (2016, hal.28).
Analisis data akan dilakukan sebelum memasuki lapangan, dilapagan, dan
selesai di lapagan. Menurut Nasution dalam Sugiyono (2016, hal.336) analisis telah dimulai
sejak merumuskan masalah, sebelum terjun ke lapangan, dan berlangsung terus sampai
penulis hasil penelitian. Dalam penelitian ini, analisisdata lebih difokuskan selama proses di
lapangan bersamaan dengan pengumpulan data.Data yang diperoleh dalam penelitian
tindakan kelas, dianalisis melalui deskriptif kualitatif. Analisis data dilakukan pada tiap data
yang dikumpulkan, baik data kuantitatif maupun data kualitatif.
Sugiyono (2014), mengatakan kualitatif adalah proses mencari dan menyusun
secara sistematis dan diperoleh dari hasil pengamatan (observasi), wawancara, dan
dokumentasi dengan cara mengorganisasikan data kesintetis, menyusun pola, memilih mana
yang penting dan membuat kesimpulan sehingga mudah dipahami oleh diri sendiri maupun
orang lain.
Dalam penelitian ini data yang dianalisis adalah data kualitatif yang terdiri atas :
1. Data lembar pengamatan guru dan siswa
Penelitian yang dilakukan setiap pertemuan, yang menjadi observer adalah guru atau
observer, observer mengisi lembar observasi dengan memberikan tanda ceklis apabila
peneliti atau guru melakukan tindakan sesuai dengan keterlaksanaan model pembelajaran
pada lembar observasi yang telah disediakan.
2. Lembar observasi aktivitas siswa
Dari data hasil tes siswa yang diperoleh dapat dianalisa menggunakanrata-rata nilai dan
kriteria ketuntasan belajar klasikal.
Tahapan setelah pengumpulan data adalah analisis data. Dalam kegiatan penelitian.
Metode pembelajaran yang digunakan dalam proses belajar mengajar juga membutuhkan
data yakni hasil, adakah peningkatan minat masing-masing siswa untuk aktif dalam proses
pembelajaran oleh peneliti, pada data kualitatif yang dikembangkan oleh Miles dan
Huberman yang terdiri dari beberapa komponen yaitu :
1. Reduksi data merupakan proses menyeleksi, menentukan, focus, menyederhanakan,
meringkas dan mengubah bentuk data mentah yangada dalam catatan lapangan. Dalam
proses ini dilakukan penajaman, pemilihan, pemfokusan, penyelisihan data yang
kurang bermakna dan menatanya sedemikian rupa, sehingga kesimpulan akhir dapat
ditarik dan diverifikasikan.
2. Penyajian data setelah direduksi, data siap dibeberkan. Artinya analisis sampai pada
pembeberan data, berbagai macam data perlu diteliti tindakan yang telah direduksikan
perlu dibeberkan dengan tertata rapi dalam bentuk narasi+matrik grafik atau diagram.
3. Penarikan kesimpulan, peningkatan atau perubahan yang terjadi dilakukan secara
bertahap mulai dari kesimpulan sementara yang ditarik pada akhir siklus 1 dan terevisi
pada siklus II dan kesimpulan akhir pada siklus III. (Sugiyono, 2013, hal. 338-341).
Dalam analisis data ini penulis akan mengambil data tentang hasil
observasi aktifitas siswa pada hasil observasi dapat dihitung melalui :
Persentase respon siswa = A X 100%
B
Dimana : A = Proporsi siswa yang memilih (aktif )

B = Jumlah siswa (keseluruhan)


Dengan penilaian :
0 – 19 = Tidak aktif
20 – 59 = Kurang aktif
60 – 69 = Cukup aktif
70 – 79 = Aktif
80 – 100 = Aktif Sekali

Sedangkan hasil observasi aktivitas guru diberikan nilai sebagai berikut (Trianto, 2011,
hal. 63) :
1 = kurang Aktif
2 = Cukup Aktif
3 = Cukup
4 = Aktif Sekali

Data kuantitatif merupakan proses penghitungan keaktifan belajar siswa pada masing-
masing siklus yang dilakukan dengan penghitungan(haris, 2008).
Keterangan :

Skor = 𝐵 x 100 B : jumlah butiran dijawab dengan benar


N : banyak butiran soal nilai rata-rata hasil
belajar Siswa
Nilai rata-rata hasil keaktifan siswa dapat dihitung menggunakan rumus:
Keterangan :

∑𝑋
X : nilai rata-rata
X=
∑𝑁 ∑X : jumlah semua nilai siswa
∑N : jumlah siswa
Analisis hasil tes dilakukan untuk mengukur kemampuan berpikirkritis siswa setelah mengikuti
pembelajaran dengan menggunakanmetode tematik. Adapun perhitungannya dengan rumus-
rumus berikut. Untuk menghitung skor rata-rata hasil tes kemampuan keaktifan siswa
menggunakan rumus (Sudijiono, 2012 : 85) :

MX = X / N x 100%

Keterangan :
MX : Mean yang kita cari ( Skor Rata-rata)
∑X : Jumlah Skor ( nilai ) yang ada
N : Jumlah ideal ( banyak skor itu sendiri )
DAFTAR PUSTAKA

Agus Suarimbawa, Kadek., AAIN Marhaeni, GAP S uprianti.


(2017). An Analysis of Authentic Assessment
Agus, Suprijono. (2010). Cooperative Learning. Yogyakarta :
Pustaka Pelajar.
Armirifi, (2012). Course Review Horay. (Online). (http//armirifi.blogspot.
com./2012/12/course-reviewhoray.html, diakses 28 februari 2013).
Badan Standar Nasional Pendidikan. (2006). Lampiran Perantura
Menteri Pendidikan Nasional Nomor Nomor 22 Tahun 2006
Tentang Standar Isi. Tersedia di file http://bsnp-
indonesia.org/id/wpcontent/uploads/isi/Standar_Isi.pdf. [diunduh pada tanggal 30
Januari 2016]
Desmita. (2014). Psikologi Perkembangan Peserta Didik. Bandung:
Remaja Rosdakarya Dwitantra.(2010). Model Pembelajaran Course
Review Horay (CRH).[Online]. Tersedia:
http://cheliemarlangen.blogspot.com/[27 Februari 2013]. Ernawati, dkk.
(2009).
Tata BusanaJilid 1 untuk Sekolah Menengah Kejuruan.
Jakarta: Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Kejuruan
Fathurrohman dan Wuri Wuryandari. (2011). Pembelajaran PKn di
Sekolah Dasar untuk PGSD dan Guru SD. Yogyakarta: Nuha
Litera Fatimah,
Vita Nur. (2013). Upaya Meningkatkan Keaktifan dan Hasil Belajar
Menggunakan Model Course Review Horay (CRH) Pada Mata Pelajaran
Bahasa Indonesia Kelas V SD N Pledokan Kecamatan
Sumowono Kabupaten Semarang Tahun Ajaran 2012/2013. Skripsi
UKSW.
Tersedia di http://repository.uksw.edu/handle/123456789/4488. [diunduh pada
tanggal 30 Januari 2016] Fitriani, Siska. (2013). Penerapan
http://rinkuchiki.blogspot.com/2012/06/model-pembelajaran-course-review-
horay. html(diakses pada tanggal 17 Desember 2012).

Anda mungkin juga menyukai