Anda di halaman 1dari 9

MAKALAH

Pembelajaran Saintifik Dalam Pembelajaran Kimia


Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas kelompok
mata kuliah keterampilan belajar mengajar kimia
Dosen Pengampu Hilya Ulinnaja, M.Pd. 

Disusun oleh:

Dela Sinta Puspita Sari (126212201018)


Jagad Dewa Rumys (126212202063)

PROGRAM STUDI TADRIS KIMIA


FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SAYYID ALI RAHMATULLAH
TULUNGAGUNG
2022
KATA PENGANTAR
Assalamu’alaikum, Wr. Wb

Puji syukur atas kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat, taufik,
hidayah, serta inayah–Nya sehingga dengan izin – Nya kami diberikan
kemudahan untuk menyelesaikan makalah yang berjudul “Pembelajaran Saintifik
Dalam Pembelajaran Kimia” pada mata kuliah “Strategi Belajar Mengajar”
dengan tepat waktu. Sholawat serta salam semoga senantiasa tercurahkan kepada
junjungan kita Nabi Muhammad SAW yang kita nantikan syafa’atnya di yaumul
qiyamah kelak, amiin.
Atas dukungan moral dan materi yang diberikan dalam penyusunan makalah
ini kami ucapkan banyak terima kasih kepada:
1. Bapak Prof. Dr. Maftukhin, M.Ag selaku Rektor UIN Sayyid Ali
Rahmatullah Tulungagung.
2. Ibu Prof. Dr. Hj. Binti Maunah, M.Pd.I. selaku Dekan FTIK UIN Sayyid
Ali Rahmatullah Tulungagung.
3. Ibu Tutik Sri Wahyuni, M.Pd. selaku Koorprodi Tadris Kimia UIN
Sayyid Ali Rahmatullah Tulungagung.
4. Ibu Hilya Ulinnaja, M.Pd. selaku Dosen Pengampu Mata Kuliah Strategi
Belajar Mengajar Kimia.
Kami menyadari dalam penulisan makalah ini masih banyak kekurangan,
oleh sebab itu kami sangat mengharapkan kritik dan saran yang membangun.
Semoga dengan selesainya makalah ini dapat memberikan manfaat bagi pembaca.

Wassalamu’alaikum Wr. Wb.


Tulungagung, 19 Maret 2022
Kelompok 10
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan

BAB II PEMBAHASAN
A. Pembelajaran Saintifik
B. Model-model Pembelajaran Saintifik

BAB III PENUTUP


A. Kesimpulan
B. Saran

DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Banyak praktik pembelajaran yang dilakukan guru dewasa ini tidak
membiasakan siswa untuk mendapatkan sendiri pengetahuannya, proses
komunikasi hanya terjadi satu arah saja yaitu dari guru ke siswa, guru
menganggap bahwa siswa adalah sebuah ember kosong yang harus diisi
dengan sesuatu yang penting yakni materi pembelajaran yang sudah terencana
sejak awal, bagi guru penguasaan materi lebih penting dari pada
mengembangkan kemampuan berpikir. Dampak dari kondisi pembelajaran
yang seperti ini menyebabkan siswa tidak memiliki minat dan motivasi dalam
belajar, pembelajaran membosankan, kreativitas mereka terbelenggu, mereka
tidak dilibatkan dalam kegiatan pembelajaran, dan pada akhirnya akan
berpengaruh terhadap prestasi belajar mereka.
Pada dasarnya pendidikan adalah bagaimana membangun gagasan dan
emosi manusia secara terus-menerus, yang berimplikasi pada perubahan
kesadaran manusia yang juga berlangsung tanpa henti sehingga menyebabkan
terciptanya karakter khusus bagi proses pendidikan.  Joyce, Weil, dan
Calhoun mengemukakan bahwa pembelajaran yang baik adalah pembelajaran
yang merangkul pengalaman belajar tanpa batas tentang bagaimana gagasan
dan emosi berinteraksi dengan suasana kelas dan bagaimana keduanya dapat
berubah sesuai dengan suasana kelas yang juga terus berubah (Mardiah
Baginda, 2018 :- ). Cara guru menerapkan suatu pembelajaran akan
berpengaruh besar terhadap kemampuan siswa dalam mendapatkan
pengetahuan.  Demikian halnya dengan Swennen dan Marcel mengemukakan
bahwa belajar merupakan proses yang kompleks yang dipengaruhi oleh
berbagai faktor, seperti sifat-sifat individu pembelajar, kemampuan guru,
bahan ajar dan kualitas interaksi antara guru dan siswa (Mardiah Baginda,
2018 :- ).  Selanjutnya Suparman mengemukakan bahwa pembelajaran harus
berorientasi pada siswa, artinya diselenggarakan untuk kebutuhannya,
disesuaikan dengan karakteristiknya, dan diutamakan mengaktifkan dirinya
selama proses pembelajaran berlangsung (Mardiah Baginda, 2018 :- ).
Pendapat beberapa pakar di atas mengindikasikan bahwa tujuan dari
keseluruhan proses pembelajaran adalah melibatkan mental siswa ke dalam
berbagai pengalaman belajar yang sengaja diciptakan oleh guru. Pengalaman
belajar sebagai sebuah kondisi yang sengaja diciptakan, juga harus dapat
mendukung siswa dalam memperoleh pengetahuan, keterampilan dan sikap.
Abidin menguraikan,Model pembelajaran proses saintifik merupakan
model pembelajaran yang menuntut siswa beraktivitas sebagaimana seorang
ahli sains (Mardiah Baginda, 2018 :- ). Dalam praktinya siswa diharuskan
melakukan serangkaian aktivitas selayaknya langkah-langkah penerapan
metode ilmiah. Serangkaian aktivitas dimaksud meliputi merumuskan
masalah, mengajukan hipotesis, mengumpulkan data, mengolah dan
menganalisis data, dan membuat kesimpulan. Model pembelajaran proses
saintifik dapat dikatakan sebagai proses pembelajaran yang memandu siswa
untuk memecahkan masalah melalui kegiatan perencanaan yang matang,
pengumpulan data yang cermat, dan analisis data yang teliti untuk
menghasilkan sebuah kesimpulan. Guna mampu melaksanakan kegiatan ini,
siswa harus dibina kepekaannya terhadap fenomena, ditingkatkan
kemampuannya dalam mengajukan pertanyaan, dilatih ketelitiannya dalam
mengumpulkan data untuk menjawab pertanyaan, serta dipandu dalam
membuat simpulan sebagai jawaban atas pertanyaan yang diajukannnya.
Uraian di atas sangat jelas menekankan bahwa pendekatan saintifik dalam
pembelajaran merupakan upaya sistematis untuk mempraktikkan cara kerja
ilmiah atau cara kerja keilmuan untuk memahami konsep, prinsip, dan hukum
yang selama ini disampaikan oleh guru dengan metode ceramah.
Jadi pendekatan saintifik dalam pembelajaran merupakan suatu
pembaharuan dalam konteks mengajar guru di era saat ini, sebab ini
merupakan tuntutan kurikulum 2013 yang mengharuskan menggunakan
pendekatan saintifik, terutama dalam pembelajaran kimia.
B. Rumusan Masalah
1. Apa itu konsep pembelajaran saintifik, terutama dalam pembelajaran
kimia?
2. Bagaimana model-model pembelajaran saintifik, terutama dalam
pembelajaran kimia?
C. Tujuan
1. Untuk memahami dan mempelajari tentang konsep pembelajaran
saintifik, terutama dalam pembelajaran kimia.
2. Untuk memahami dan mempelajari tentang model-model
pembelajaran saintifik, terutama dalam pembelajaran kimia.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pembelajaran Saintifik
Dalam sejarah pengembangan kurikulum di Indonesia, Balitbang
Depdiknas sejak tahun 1979 telah merintis pengembangan program prestisius
ini dalam Proyek Supervisi dan CBSA (Cara Belajar Peserta didik Aktif).
Hasil-hasil proyek ini kemudian direplikasi di sejumlah daerah dan
dikembangkan melalui penataran tenaga pendidik ke seluruh Indonesia.
Upaya yang dimulai pada tingkat sekolah dasar ini kemudian mendorong
penerapan pendekatan belajar aktif di tingkat sekolah menengah. Hasil-hasil
upaya ini secara bertahap kemudian diintegrasikan ke dalam Kurikulum 1984,
Kurikulum 1994, dan Kurikulum Berbasis Kompetensi tahun 2004, yang
dilanjutkan dengan Standar Isi yang lebih dikenal dengan istilah Kurikulum
Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) tahun 2006.
Dalam perancangan kurikulum baru, Kemendikbud masih menggunakan
latar belakang pemikiran yang menyatakan bahwa secara faktual tenaga
pendidik belum melaksanakan cara belajar peserta didik aktif. Kondisi ideal
yang diharapkan masih lebih sering menjadi slogan dari pada fakta dalam
kelas. Produktivitas pembelalaran untuk menghasilkan peserta didik yang
terampil berpikir pada level tinggi dalam kondisi madek alias kolep.
Deskripsi ini merujuk pada hasil tes anak bangsa kita yang dikompetisikan
pada tingkat internasional dinyatakan tidak berkembang sejak tujuh tahun
lalu. Memang, ini kondisi yang sangat memprihatinkan.
Apakah Pendekatan Ilmiah itu?
Pendekatan adalah konsep dasar yang mewadahi, menginspirasi,
menguatkan, dan melatari pemikiran tentang bagaimana metode pembelajaran
diterapkan berdasarkan teori tertentu. Oleh karena itu banyak pandangan yang
menyatakan bahwa pendekatan sama artinya dengan metode, padahal
berbeda. Dalam pendekatan dapat dioperasionalkan sejumlah metode.
Misalnya, dalam penerapan pendekatan saintifik dapat dioperasionalkan
metode observasi, metode diskusi, metode ceramah, serta metode lainnya.
Artinya, pendekatan itu lebih luas dibandingkan metode pembelajaran.
Pendekatan ilmiah berarti konsep dasar yang menginspirasi atau
melatarbelakangi perumusan metode mengajar dengan menerapkan
karakteristik yang ilmiah. Pendekatan pembelajaran ilmiah (scientific
teaching) merupakan bagian dari pendekatan pedagogis pada pelaksanaan
pembelajaran dalam kelas yang melandasi penerapan metode ilmiah.
Pengertian penerapan pendekatan ilmiah dalam pembelajaran tidak hanya
fokus pada bagaimana mengembangkan kompetensi peserta didik dalam
melakukan observasi atau eksperimen, namun bagaimana mengembangkan
pengetahuan dan keterampilan berpikir sehingga dapat mendukung aktivitas
kreatif dalam berinovasi atau berkarya.
Menurut majalah Forum Kebijakan Ilmiah yang terbit di Amerika pada
tahun 2004 sebagaimana dikutip Wikipedia menyatakan bahwa pembelajaran
ilmiah mencakup strategi pembelajaran peserta didik aktif yang
mengintegrasikan peserta didik dalam proses berpikir dan penggunaan
metode yang teruji secara ilmiah sehingga dapat membedakan kemampuan
peserta didik yang bervariasi. Penerapan metode ilmiah membantu tenaga
pendidik mengindentifikasi perbedaan kemampuan peserta didik.
Pada penerbitan majalah selanjutnya pada tahun 2007 tentang Scientific
Teaching dinyatakan terdapat tiga prinsip utama dalam menggunakan
pendekatan ilmiah; yaitu:
1. Belajar peserta didik aktif, dalam hal ini termasuk inquiry-based
learning atau belajar berbasis penelitian, cooperative learning
atau belajar berkelompok, dan belajar berpusat pada peserta didik.
Assessment berarti pengukuran kemajuan belajar peserta didik
yang dibandingkan dengan target pencapaian tujuan belajar.
2. Keberagaman mengandung makna bahwa dalam pendekatan
ilmiah mengembangkan pendekatan keragaman. Pendekatan ini
membawa konsekuensi peserta didik unik, kelompok peserta
didik unik, termasuk keunikan dari kompetensi, materi, instruktur,
pendekatan dan metode mengajar, serta konteks.
3. Metode Ilmiah merupakan teknik merumuskan pertanyaan dan
menjawabnya melalui kegiatan observasi dan melaksanakan
percobaan. Dalam penerapan metode ilmiah terdapat aktivitas
yang dapat diobservasi seperti mengamati, menanya, mengolah,
menalar, menyajikan, menyimpulkan, dan mencipta. Pelaksanaan
metode ilmiah tersusun dalam tujuh langkah berikut:
a) Merumuskan pertanyaan.
b) Merumuskan latar belakang penelitian.
c) Merumuskan hipotesis.
d) Menguji hipotesis melalui percobaan.
e) Menganalisis hasil penelitian dan merumuskan
kesimpulan.
f) Jika hipotesis terbukti benar maka daapt dilanjutkan
dengan laporan.
g) Jika Hipotesis terbukti tidak benar atau benar sebagian
maka lakukan pengujian kembali.
Penerapan metode ilmiah merupakan proses berpikir logis berdasarkan
fakta dan teori. Pertanyaan muncul dari pengetahuan yang telah dikuasai.
Karena itu kemampuan bertanya merupakan kemampuan dasar dalam
mengembangkan berpikir ilmiah. Informasi baru digali untuk menjawab
pertanyaan.
Oleh karena itu, penguasaan teori dalam sebagai dasar untuk menerapkan
metode ilmiah. Dengan menguasi teori maka peserta didik dapat
menyederhanakan penjelasan tentang suatu gejala, memprediksi, memandu
perumusan kerangka pemikiran untuk memahami masalah. Bersamaan
dengan itu, teori menyediakan konsep yang relevan sehingga teori menjadi
dasar dan mengarahkan perumusan pertanyaan penelitian.
B. Model-model Pembelajaran Saintifik

Anda mungkin juga menyukai