Anda di halaman 1dari 17

MAKALAH KONSEP PENDEKATAN SAINTIFIK

DALAM PEMBELAJARAN IPS DI SD

Dosen Pengampu :
Eka Nofri Arianto, M.Pd

Untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Mata Kuliah

Pengembangan Pembelajaran IPS di SD

DISUSUN OLEH:

KELOMPOK 4

Karina Tri Widyastuti (1702101037)

Febri Setiyorini (1702101043)

Weninda Ayu Retnoningtyas (1702101057)

Merdiana Dwinda Elvitasari (1702101061)

KELAS 5B

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR


FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS PGRI MADIUN
2019
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kami panjatkan kepada Allah SWT. Karena atas berkat dan rahmat-Nya lah kami
bisa menyelesaikan tugas makalah ini dengan tepat waktu dan tanpa terkendala suatu apapun.
Makalah ini kami susun untuk memenuhi tugas mata kuliah Pengembangan Pembelajaran IPS di
SD. Adapun topik yang dibahas di dalam makalah ini adalah “KONSEP PENDEKATAN
SAINTIFIK DALAM PEMBELAJARAN IPS DI SD”. Kami juga mengucapkan terima kasih
kepada Bapak Eka Nofri Arianto, M.Pd karena telah membimbing kami pada mata kuliah ini.

Makalah ini masih jauh dari kata sempurna, hal itu dikarenakan keterbatasan kemampuan yang
kami miliki. Sehingga kami sangat mengharapkan saran dan kritik yang membangun dari
pembaca. Kiranya harapan kami makalah ini memberikan banyak manfaat bagi kehidupan kita
semua.

Madiun, Oktober 2019


Tim
Penyusun
BAB I
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Sejalan dengan rencana pergantian kurikulum 2013, istilah pendekatan ilmiah atau
scientific aproach pada pelaksanaan pembelajaran menjadi bahan pembahasan yang menarik
perhatian para pendidik akhir-akhir ini. Yang menjadi latar belakang pentingnya materi ini karena
produk pendidikan dasar dan menengah belum menghasilkan lulusan yang mampu berpikir kritis
setara dengan kemampuan anak-anak bangsa lain.
Disadari bahwa guru-guru perlu memperkuat kemampuannya dalam memfasilitasi siswa
agar terlatih berpikir logis, sistematis, dan ilmiah. Tantangan ini memerlukan peningkatan
keterampilan guru melaksanakan pembelajaran dengan menggunakan pendekatan ilmiah.
Skenario untuk memacu keterampilan guru menerapkan strategi ini di Indonesia telah melalui
sejarah yang panjang, namun hingga saat ini harapan baik ini belum terwujudkan juga. Balitbang
Depdiknas sejak tahun 1979 telah merintis pengembangan program prestisius ini dalam Proyek
Supervisi dan CBSA (Cara Belajar Siswa Aktif) di Cianjur, Jawa Barat. Hasil-hasil proyek ini
kemudian direplikasi di sejumlah daerah dan dikembangkan melalui penataran guru ke seluruh
Indonesia. Upaya yang dimulai pada tingkat sekolah dasar ini kemudian mendorong penerapan
pendekatan belajar aktif di tingkat sekolah menengah. Hasil-hasil upaya ini secara bertahap
kemudian diintegrasikan ke dalam Kurikulum 1984, Kurikulum 1994, dan Kurikulum Berbasis
Kompetensi tahun 2004, yang dilanjutkan dengan Standar Isi yang lebih dikenal dengan istilah
Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) tahun 2006.
Dalam perancangan kurikulum baru, Kemendikbud masih menggunakan latar belakang
pemikiran yang menyatakan bahwa secara faktual guru-guru belum melaksanakan cara belajar
siswa aktif. Kondisi ideal yang diharapkan masih lebih sering menjadi slogan dari pada fakta
dalam kelas. Produktivitas pembelalaran untuk menghasilkan siswa yang terampil berpikir pada
level tinggi dalam kondisi madek alias kolep. Deskripsi ini merujuk pada hasil tes anak bangsa
kita yang dikompetisikan pada tingkat internasional dinyatakan tidak berkembang sejak tujuh
tahun lalu. Memang, ini kondisi yang sangat memprihatinkan.
Ketika kita membicarakan tentang pendidikan, kita merasa bahwa kita sedang
membicarakan permasalahan yang kompleks dan sangat luas. Mulai dari masalah peserta didik,
pendidik/guru, manajemen pendidikan, kurikulum, fasilitas, proses belajar mengajar, dan lain
sebagainya. Salah satu masalah yang banyak dihadapi dalam dunia pendidikan kita adalah
lemahnya kualitas proses pembelajaran yang dilaksanakan guru di sekolah. Dalam proses
pembelajaran di dalam kelas hanya diarahkan kepada kemampuan anak untuk menghafal
informasi; otak anak dipaksa untuk mengingat dan menimbun berbagai informasi tanpa dituntut
untuk memahami informasi yang diingatnya itu untuk menghubungkannya dengan kehidupan
sehari-hari. Akibatnya banyak peserta didik yang ketika lulus dari sekolah, mereka pintar secara
teoritis, akan tetapi mereka miskin aplikasi.
Dalam Sistem Pendidikan Nasional (Sisdiknas) dijelaskan bahwa Pendidikan Nasional
berfungsi untuk mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang
bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa dan bertujuan untuk berkembangnya
potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha
Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang
demokratis serta bertanggung jawab. (UU Sisdiknas, 2003).

B. RUMUSAN MASALAH
1. Apa yang dimaksud dengan pendekatan scientific?
2. Apa sajakah kriteria pendekatan scientific (pendekatan ilmiah)?
3. Bagaimana konsep pendekatan scientific dalam pembelajaran IPS SD?

C. TUJUAN DAN MANFAAT


1. Tujuan
Tujuan utama pembuatan makalah ini untuk memenuhi tugas mata kuliah Pengembangan
Pembelajaran IPS di SD. Selanjutnya untuk memaparkan tentang Pendekatan Scientific serta
menjelaskan langkah-langkah proses pembelajaran Pendekatan Scientific dalam pembelajaran IPS
di SD.
2. Manfaat
Adapun manfaat dari penulisan makalah ini adalah penulis dan pembaca lebih memahami
mengenai arti Pendekatan Scientific dalam proses pembelajaran IPS di SD.
BAB II
PEMBAHASAN

A. PENGERTIAN PENDEKATAN SCIENTIFIC


Pendekatan adalah konsep dasar yang mewadahi, menginspirasi, menguatkan, dan melatari
pemikiran tentang bagaimana metode pembelajaran diterapkan berdasarkan teori tertentu. Oleh
karena itu banyak pandangan yang menyatakan bahwa pendekatan sama artinya dengan metode.
Pendekatan ilmiah berarti konsep dasar yang menginspirasi atau melatarbelakangi perumusan
metode mengajar dengan menerapkan karakteristik yang ilmiah. Pendekatan pembelajaran ilmiah
(scientific teaching) merupakan bagian dari pendekatan pedagogis pada pelaksanaan pembelajaran
dalam kelas yang melandasi penerapan metode ilmiah.
Pengertian penerapan pendekatan ilmiah dalam pembelajaran tidak hanya fokus pada
bagaimana mengembangkan kompetensi siswa dalam melakukan observasi atau eksperimen,
namun bagaimana mengembangkan pengetahuan dan keterampilan berpikir sehingga dapat
mendukung aktivitas kreatif dalam berinovasi atau berkarya.
Menurut majalah Forum Kebijakan Ilmiah yang terbit di Amerika pada tahun 2004
sebagaimana dikutip Wikipedia menyatakan bahwa pembelajaran ilmiah mencakup strategi
pembelajaran siswa aktif yang mengintegrasikan siswa dalam proses berpikir dan penggunaan
metode yang teruji secara ilmiah sehingga dapat membedakan kemampuan siswa yang bervariasi.
Penerapan metode ilmiah membantu guru mengindentifikasi perbedaan kemampuan siswa.
Pada penerbitan berikutnya pada tahun 2007 dinyatakan bahwa penerapan pendekatan saintifik
dalam pembelajaran harus memenuhi tiga prinsip utama, yaitu:
1. Belajar siswa aktif, dalam hal ini termasuk inquiry-based learning atau belajar berbasis penelitian,
cooperative learning atau belajar berkelompok, dan belajar berpusat pada siswa.
2. Assessment berarti pengukuran kemajuan belajar siswa yang dibandingkan dengan
targepencapaian tujuan belajar.
3. Keberagaman mengandung makna bahwa dalam pendekatan ilmiah mengembangkan pendekatan
keragaman. Pendekatan ini membawa konsekuensi siswa unik, kelompok siswa unik, termasuk
keunikan dari kompetensi, materi, instruktur, pendekatan dan metode mengajar, serta konteks.
Metode Ilmiah merupakan teknik merumuskan pertanyaan dan menjawabnya melalui
kegiatan observasi dan melaksanakan percobaan. Dalam penerapan metode ilmiah terdapat
aktivitas yang dapat diobservasi seperti mengamati, menanya, mengolah, menalar, menyajikan,
menyimpulkan, dan mencipta. Pelaksanaan metode ilmiah tersusun dalam tujuh langkah berikut:
1. Merumuskan pertanyaan.
2. Merumuskan latar belakang penelitian.
3. Merumuskan hipotesis.
4. Menguji hipotesis melalui percobaan.
5. Menganalisis hasil penelitian dan merumuskan kesimpulan.
6. Jika hipotesis terbukti benar maka dapat dilanjutkan dengan laporan.
7. Jika Hipotesis terbukti tidak benar atau benar sebagian maka lakukan pengujian kembali.

Penerapan metode ilmiah merupakan proses berpikir logis berdasarkan fakta dan teori.
Pertanyaan muncul dari pengetahuan yang telah dikuasai. Karena itu kemampuan bertanya
merupakan kemampuan dasar dalam mengembangkan berpikir ilmiah. Informasi baru digali untuk
menjawab pertanyaan.Oleh karena itu, penguasaan teori dalam sebagai dasar untuk menerapkan
metode ilmiah. Dengan menguasi teori maka siswa dapat menyederhanakan penjelasan tentang
suatu gejala, memprediksi, memandu perumusan kerangka pemikiran untuk memahami masalah.
Bersamaan dengan itu, teori menyediakan konsep yang relevan sehingga teori menjadi dasar dan
mengarahkan perumusan pertanyaan penelitian.

B. KRITERIA PENDEKATAN SCIENTIFIC (PENDEKATAN ILMIAH)


Berikut ini tujuh (7) kriteria sebuah pendekatan pembelajaran dapat dikatakan sebagai
pembelajaran scientific, yaitu:
1. Materi pembelajaran berbasis pada fakta atau fenomena yang dapat dijelaskan dengan logika atau
penalaran tertentu; bukan sebatas kira-kira, khayalan, legenda, atau dongeng semata.
2. Penjelasan guru, respon siswa, dan interaksi edukatif guru-siswa terbebas dari prasangka yang
serta-merta, pemikiran subjektif, atau penalaran yang menyimpang dari alur berpikir logis.
3. Mendorong dan menginspirasi siswa berpikir secara kritis, analistis, dan tepat dalam
mengidentifikasi, memahami, memecahkan masalah, dan mengaplikasikan materi pembelajaran.
4. Mendorong dan menginspirasi siswa mampu berpikir hipotetik dalam melihat perbedaan,
kesamaan, dan tautan satu sama lain dari materi pembelajaran.
5. Mendorong dan menginspirasi siswa mampu memahami, menerapkan, dan mengembangkan pola
berpikir yang rasional dan objektif dalam merespon materi pembelajaran.
6. Berbasis pada konsep, teori, dan fakta empiris yang dapat dipertanggungjawabkan.
7. Tujuan pembelajaran dirumuskan secara sederhana dan jelas, namun menarik sistem penyajiannya.

Proses pembelajaran yang mengimplementasikan pendekatan scientific akan menyentuh


tiga ranah, yaitu: sikap (afektif), pengetahuan (kognitif), dan keterampilan (psikomotor). Dengan
proses pembelajaran yang demikian maka diharapkan hasil belajar melahirkan peserta didik yang
produktif, kreatif, inovatif, dan afektif melalui penguatan sikap, keterampilan, dan pengetahuan
yang terintegrasi. Perhatikan diagram berikut.

C. KONSEP PENDEKATAN SAINTIFIK DALAM PEMBELAJARAN IPS di SD


Pembelajaran saintifik terdiri atas lima langkah, yaitu Observing (mengamati),
Questioning (menanya), Associating (menalar), Experimenting (mencoba), Networking
(membentuk mengkomunikasikan), seperti tampak pada gambar berikut :

Proses pembelajaran ini dirancang agar siswa dapat mengkonstuk, hukum, dan prinsip
melalui tahapan-tahapan berikut :
1. Mengamati
Membaca, mendengar, menyimak, melihat (tanpa atau dengan alat) untuk
mengidentifikasi hal-hal yang ingin diketahui - Mengamati dengan indra
(membaca, mendengar, menyimak, melihat, menonton, dan sebagainya) dengan
atau tanpa alat.
2. Menanya
Mengajukan pertanyaan tentang hal-hal yang tidak dipahami dari apa yang diamati
atau pertanyaan untuk mendapatkan informasi tambahan tentang apa yang diamati
- Membuat dan mengajukan pertanyaan, tanya jawab, berdiskusi tentang informasi
yang belum dipahami, informasi tambahan yang ingin diketahui, atau sebagai
klarifikasi.
3. Mencoba/ Mengumpulkan Informasi
Melakukan eksperimen, membaca sumber lain dan buku teks, mengamati
objek/kejadian/aktivitas, wawancara dengan narasumber
Mengeksplorasi, mencoba, berdiskusi, mendemonstrasikan, meniru bentuk/gerak,
melakukan eksperimen, membaca sumber lain selain buku teks, mengumpulkan
data dari nara sumber melalui angket, wawancara, dan memodifikasi/
menambahi/mengembangkan.
4. Menalar
Siswa mengolah informasi yang sudah dikumpulkan baik terbatas dari hasil
kegiatan mengumpulkan/eksperimen mau pun hasil dari kegiatan mengamati dan
kegiatan mengumpulkan informasi
Mengolah informasi yang sudah dikumpulkan, menganalisis data dalam bentuk
membuat kategori, mengasosiasi atau menghubungkan fenomena/informasi yang
terkait dalam rangka menemukan suatu pola, dan menyimpulkan.
5. Menyimpulkan
Kegiatan menyimpulkan dalam pembelajaran dengan pendekatan saintifik
merupakan kelanjutan dari kegiatan mengolah data atau informasi. Setelah
menemukan keterkaitan antar informasi dan menemukan berbagai pola dari
keterkaitan tersebut, selanjutnya secara bersama-sama dalam satu kesatuan
kelompok, atau secara individual membuat kesimpulan.
6. Mengkomunikasikan
Siswa menyampaikan hasil pengamatan, kesimpulan berdasarkan hasil analisis
secara lisan, tertulis, atau media lainnya - menyajikan laporan dalam bentuk bagan,
diagram, atau grafik; menyusun laporan tertulis; dan menyajikan laporan meliputi
proses, hasil, dan kesimpulan secara lisan.
PENERAPAN PENDEKATAN SAINTIFIK DALAM PEMBELAJARAN IPS

Dalam pembelajaran terdapat 3 kegiatan pembelajaran pokok :


1. Kegiatan Pendahuluan
2. Kegiatan Inti
3. Kegiatan Penutup

Kegiatan Pendahuluan

Dalam metode saintifik tujuan utama kegiatan pendahuluan adalah memantapkan pemahaman
siswa terhadap konsep-konsep yang telah dikuasai yang berkaitan dengan materi pelajaran baru
yang akan dipelajari oleh siswa.
Dalam kegiatan ini guru harus mengupayakan agar siswa yang belum paham suatu konsep dapat
memahami konsep tersebut, sedangkan siswa yang mengalami kesalahan konsep, kesalahan tersebut dapat
dihilangkan.

Pada kegiatan pendahuluan, disarankan guru menunjukkan fenomena atau kejadian “aneh” atau
“ganjil” yang dapat menggugah timbulnya pertanyaan pada diri siswa.

Contoh Kegiatan Pendahuluan :

1. Mengucapkan salam
2. Guru mengingatkan kembali tentang konsep-konsep yang telah dipelajari oleh siswa yang
berhubungan dengan materi baru yang akan dibelajarkan. Untuk IPS, misalnya
menggunakan apersepsi tentang bencana banjir yang kerap terjadi. Dimana, kapan, dan
mengapa bisa terjadi, siapa yang sering menjadi korban, apa yang dilakukan oleh
masyarakat korban banjir ketika menghadapi bencana tersebut.
3. Menyampaikan tujuan pembelajaran.

Kegiatan Inti

Kegiatan inti merupakan kegiatan utama dalam proses pembelajaran atau dalam proses penguasaan
pengalaman belajar (learning experience) siswa. Kegiatan inti dalam pembelajaran adalah suatu
proses pembentukan pengalaman dan kemampuan siswa secara terprogram yang dilaksanakan
dalam durasi waktu tertentu.
Kegiatan inti dalam metode saintifik ditujukan untuk terkonstruksinya konsep, hukum atau prinsip
oleh siswa dengan bantuan dari guru melalaui langkah-langkah kegiatan yang diberikan di muka.
Contoh Kegiatan Inti
1. Mengamati:
Dalam kegiatan inti, guru meminta siswa untuk mengamati suatu fenomena. Dalam mapel IPS
contohnya adalah fenomena yang diamati adalah gambar-gambar (foto-foto, slide) tentang hutan
yang gundul, hujan deras, orang membuang sampah sembarangan, sungai meluap, banjir besar.
slide, atau video klip seputar bencana banjir di suatu tempat.

Gambar-Gambar Banjir :
2. Menanya:
Dalam kegiatan menanya, siswa mengajukan pertanyaan tentang suatu fenomena.
contoh di mapel IPS adalah “Apakah sebab dan akibat banjir bisa terjadi ?
Dimana, siapa, mengapa, bagaiamana dst……

3. Menalar untuk mengajukan hipotesis:


Contoh hipotesis dalam mapel IPS adalah Banjir (sebab) penggundulan hutan, membuang
samaph di sungai dll. (akibat) bisa terjadi banjir bandang, merugikan orang masyarakat,
banyak korban meninggal. dll

4. Mengumpulkan data:
Dalam mapel IPS, siswa mengumpulkan data atau guru memberikan data tentang
komponen-komponen atau fenomena-fenomena yang berkaitan banjir\
5. Menganalisis data:
Siswa menganalis data yang diberikan oleh guru. Analisis data dalam IPS, misalnya siswa
diajak untuk membaca buku siswa tentang konsep ruang, waktu, konektivitas, dan interaksi
sosial. Konsep-konsep ini dihubungkan dengan informasi atau data awal, pertanyaan dan
hipotesis, serta data yang terkumpul.

6. Menarik kesimpulan
Contoh bentuk kesimpulan yang ditarik dalam IPS misalnya hujan di Bogor menyebabkan
banjir di Jakarta menunjukkan adanya keterkaitan antarruang dan waktu.
7. Mengomunikasikan:
Pada langkah ini, siswa dapat menyampaikan hasil kerjanya secara lisan maupun tertulis,
misalnya melalui presentasi kelompok, diskusi, dan tanya jawab.

Kegiatan Penutup

Kegiatan penutup ditujukan untuk dua hal pokok. Pertama, validasi terhadap konsep, hukum atau
prinsip yang telah dikonstruk oleh siswa. Kedua, pengayaan materi pelajaran yang dikuasai siswa

Contoh Kegiatan Penutup

1. Dalam mapel IPS, misalnya siswa diminta untuk menjelaskan contoh keterkaitan antarruang
dan waktu, misalnya hubungan antar desa dan kota.
2. Dalam mapel IPS maupun mapel lain, guru dapat meminta siswa untuk meningkatkan
pemahamannya tentang konsep, prinsip atau teori yang telah dipelajari dari buku-buku pelajaran
yang relevan atau sumber informasi lainnya.
3. Dalam mapel IPS, dan mapel lain, guru dapat memberikan beberapa situs di internet yang
berkaitan dengan konsep, prinsip atau teori yang telah dipelajari oleh siswa, kemudian guru
meminta siswa untuk mengakses situs-situs tersebut.

Hasil belajar melahirkan peserta didik yang produktif, kreatif, inovatif,


dan afektif melalui penguatan sikap, keterampilan, dan pengetahuan yang terintegrasi.

Adapun penjelasan dari diagram pendekatan pembelajaran scientific (pendekatan ilmiah) dengan
menyentuh ketiga ranah tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut:
1. Ranah sikap menggamit transformasi substansi atau materi ajar agar peserta didik “tahu
mengapa”.
2. Ranah keterampilan menggamit transformasi substansi atau materi ajar agar peserta didik
“tahu bagaimana”.
3. Ranah pengetahuan menggamit transformasi substansi atau materi ajar agar peserta didik “tahu
apa.”
Hasil akhirnya adalah peningkatan dan keseimbangan antara kemampuan untuk menjadi
manusia yang baik (soft skills) dan manusia yang memiliki kecakapan dan pengetahuan untuk
hidup secara layak (hard skills) dari peserta didik yang meliputi aspek kompetensi sikap,
pengetahuan, dan keterampilan. Kurikulum 2013 menekankan pada dimensi pedagogik modern
dalam pembelajaran, yaitu menggunakan pendekatan ilmiah.Pendekatan ilmiah (scientific
appoach) dalam pembelajaran sebagaimana dimaksud meliputi mengamati, menanya, menalar,
mencoba, membentuk jejaring untuk semua mata pelajaran.
BAB III
PENUTUP

A. KESIMPULAN
Proses pembelajaran pada Kurikulum 2013 untuk semua jenjang dilaksanakan dengan
menggunakan pendekatan saintifik. Proses pembelajaran harus menyentuh tiga ranah, yaitu sikap,
pengetahuan, dan keterampilan. Dalam proses pembelajaran berbasis pendekatan ilmiah, ranah
sikap menggamit transformasi substansi atau materi ajar agar peserta didik tahu tentang
‘mengapa’.
Ranah keterampilan menggamit transformasi substansi atau materi ajar agar peserta didik
tahu tentang ‘bagaimana’. Ranah pengetahuan menggamit transformasi substansi atau materi ajar
agar peserta didik tahu tentang ‘apa’. Hasil akhirnya adalah peningkatan dan keseimbangan antara
kemampuan untuk menjadi manusia yang baik (soft skills) dan manusia yang memiliki kecakapan
dan pengetahuan untuk hidup secara layak (hard skills) dari peserta didik yang meliputi aspek
kompetensi sikap, keterampilan, dan pengetahuan.
Kurikulum 2013 menekankan pada dimensi pedagogik modern dalam pembelajaran, yaitu
menggunakan pendekatan ilmiah. Pendekatan ilmiah (saintifik aproach) dalam pembelajaran
semua mata pelajaran meliputi menggali informasi melaui pengamatan, bertanya, percobaan,
kemudian mengolah data atau informasi, menyajikan data atau informasi, dilanjutkan dengan
menganalisis, menalar, kemudian menyimpulkan, dan mencipta. Untuk mata pelajaran, materi,
atau situasi tertentu, sangat mungkin pendekatan ilmiah ini tidak selalu tepat diaplikasikan secara
prosedural. Pada kondisi seperti ini, tentu saja proses pembelajaran harus tetap menerapkan nilai-
nilai atau sifat-sifat ilmiah dan menghindari nilai-nilai atau sifat-sifat nonilmiah.

B. SARAN
Harapannya kedepan agar proses pembelajaran pada Kurikulum 2013 untuk semua jenjang
dapat dilaksanakan dengan menggunakan pendekatan saintifik. Karena dapat membantu
peningkatan dan keseimbangan antara kemampuan untuk menjadi manusia yang baik (soft skills)
dan manusia yang memiliki kecakapan dan pengetahuan untuk hidup secara layak (hard skills) dari
peserta didik yang meliputi aspek kompetensi sikap, pengetahuan, dan keterampilan. Kurikulum
2013 menekankan pada dimensi pedagogik modern dalam pembelajaran, yaitu menggunakan
pendekatan ilmiah.Pendekatan ilmiah (scientific appoach) dalam pembelajaran sebagaimana
dimaksud meliputi mengamati, menanya, menalar, mencoba, membentuk jejaring untuk semua
mata pelajaran.

Anda mungkin juga menyukai