Anda di halaman 1dari 14

PENDEKATAN DALAM PEMBELAJARAN SENI RUPA

PEMBELAJARAN SENI RUPA DAN KETERAMPILAN


(Dosen pengampu : Tiara Intan C , M.Pd )

Oleh :
Kelompok 8 – 6F
1. Dewi Nurul Zanah (1702101162)
2. Nissa Cahya N.I (1702101171)
3. Sigit Prasetyo P (1702101189)
4. Preddy Dwi Cahyono (1702101191)

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR


FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS PGRI MADIUN
2020

1
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala rahmatnya sehingga makalah ini
dapat tersusun hingga selesai . Tidak lupa kami juga mengucapkan banyak terimakasih atas
bantuan dari pihak yang telah berkontribusi dengan memberikan sumbangan baik materi
maupun pikirannya. Dan harapan kami semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan
dan pengalaman bagi para pembaca, Untuk ke depannya dapat memperbaiki bentuk maupun
menambah isi makalah agar menjadi lebih baik lagi. Karena keterbatasan pengetahuan
maupun pengalaman kami, Kami yakin masih banyak kekurangan dalam makalah ini, Oleh
karena itu kami sangat mengharapkan saran dan kritik yang membangun dari pembaca demi
kesempurnaan makalah ini.

Madiun, 10 Mei 2020

2
DAFTAR ISI
COVER........................................................................................................ 1
KATA PENGANTAR................................................................................. 2
DAFTAR ISI................................................................................................ 3
BAB I : PENDAHULUAN
a. Latar belakang.................................................................................. 4
b. Rumusan masalah............................................................................. 5
c. Tujuan............................................................................................... 5

BAB II : PEMBAHASAN
a. Pendekatan Dalam Pembelajaran Seni ……………………………..6
b. Metode Dalam Pembelajaran Seni …………………………………8
c. Tujuan Penggunaan metode ……………………………………….9
d. Metode Pembelajaran Seni Rupa Di Sekolah Dasar ……………….9
BAB III : PENUTUP
a. Kesimpulan................................................................................. 13
b. Saran...........................................................................................13

DAFTAR PUSTAKA................................................................................. 14

3
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG

Memilih suatu pendekatan dalam pendidikan seni hendaknya mengacu kepada misi dan
tujuan pendidikan seni, karakteristik siswa, jenis dan karakteristik bahan ajar, dan lingkungan
belajar. Misi pendidikan seni yang utama adalah mengembangkan kepekaan rasa, dengan
tujuan agar terbentuk manusia yang memiliki kepribadian seimbang secara jasmani-rohani,
mental-spiritual, dan intelektual-emosional. Pelaksanaan pendidikan seni rupa pada jenjang
pendidikan dasar dan menengah harus mempertimbangkan bahwa pendidikan seni sebagai
wahana bermain yang bermuatan edukatif dan membangun kreativitas. Jika kita
menggunakan pendidikan seni sebagai sarana pendidikan, maka pendekatannya pun harus
sesuai dengan tujuan penciptaaan seni, meskipun seninya tidak kita tempatkan sebagai tujuan
pendidikan.
Jenis dan karakteristik bahan ajar dapat dipilah-pilah antara bahan ajar seni rupa/kerajinan
yang bersifat teori, ada yang bersifat praktik pelatihan (drill) penguasaan kecakapan teknis-
motorik, ada yang mengembangkan kemampuan berekspresi-kreatif, ada yang menekankan
pengembangan apresiasi. Secara garis besar, dapat pula dibedakan antara “belajar
pemertahanan” (maintenance learning) dan “belajar inovatif” (innovative learning) (Botkin,
1984).
Pendidikan Seni Rupa dapat mencakup kognisi, apresiasi dan berkreasi. Kegiatan kognisi dan
apresiasi memberi bekal kepada anak untuk mengenal dan memahami pengetahuan
kesenirupaan, seperti: mengenal unsur-unsur dasar seni, prinsip-prinsip seni, fungsi seni,
hubungan seni dengan kehidupan masyarakat. Kegiatan kreasi dalam pelaksanaannya
memberikan kebebasan berekspresi dan memberikan saluran emosi serta memiliki peran
dalam mengembangkan mental-spiritual anak-anak.

B. Rumusan Masalah
1. Apa saja pendekatan dalam pembelajaran seni?
2. Apa pengertian dari Metode pembelajaran?
3. Apa tujuan penggunaan metode?
4. Apa sajakah metode pembelajaran seni rupa di SD?
5. Apa saja model dalam pembelajaran seni?

4
C. Tujuan Masalah
1. Untuk mengetahui pendekatan dalam pembelajaran seni
2. Untuk mengetahui pengertian dari Metode pembelajaran
3. Untuk mengetahui tujuan dari penggunaan metode
4. Untuk mengetahui metode pembelajaran seni rupa di SD
5. Untuk mengetahui model pembelajaran seni

5
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pendekatan Dalam Pembelajaran Seni
Tiga pendekatan yang dikenal, yaitu: (1) pendekatan otoritatif, (2) pendekatan permisif
dan (3) pendekatan demokratis dapat dipilih untuk disesuaikan dengan kebutuhan belajar.
1. Pendekatan Otoritatif
Pendekatan ini menekankan pada disiplin dan penegakan kewibawaan. Cara ini penting
untuk melatih dan membina aspek kedisiplinan, ketelitian, prosedur/teknik pembuatan karya
tertentu. Ada kegiatan-kegiatan belajar dan aturan kerja yang harus diikuti untuk mencapai
sasaran tertentu. Pebelajar tidak bisa berlaku dan bekerja seenaknya.
Dalam pelaksanaannya, pendekatan otoritatif dapat digabungkan  dengan pendekatan
kompetensi, misalnya untuk pebelajar menghasilkan sejumlah barang dengan kualitas
minimal tertentu dalam jangka waktu tertentu. Di pusat-pusat industri kerajinan misalnya,
yang sudah menghasilkan barang untuk diekspor perlu dilatih para calon pekerja melalui
sistem magang. Karena ketatnya persaingan dan aturan perdagangan (ada kendali mutu dan
perlu tepat waktu), maka disiplin kerja harus ditanamkan pemagang yang kelak mungkin
menjadi tenaga kerja di perusahaan tersebut. Dalam proses pembelajaran kerajinan tangan,
pendekatan otoritatif  juga digunakan untuk pembelajaran yang memerlukan disiplin
penggunaan alat misalnya :
a. Menggunakan dan memelihara alat-alat. Ada alat-alat harus dipelihara dan
digunakan menurut cara yang benar. Jika tidak, alat akan rusak atau
membahayakan. Contoh: bagaimana menggunakan gergaji dan ketam serta pahat,
bagaimana menyimpannya.
b. Mencapai penguasaan tertentu. Misalnya, setiap peserta didik harus bisa
mencapai mutu tertentu dalam kerapihan anyaman atau ukiran. Jika belum
dicapai harus dilatih berulang terus.
2. Pendekatan Permisif
Jenis pendekatan ini menekankan pada segi kebebasan penuh terhadap anak didik.
Kebebasan adalah hak setiap orang. Belajar itu sendiri berlangsung dalam diri masing-
masing, tak dapat dipaksakan. Hasil belajar dianggap akan optimal jika sesuai dengan minat
dan keinginan peserta didik. Oleh sebab itu, menurut pandangan ini, jangan ada pengarahan-
pengarahan atau petunjuk-petunjuk.
Pendekatan permisif digunakan sewaktu-waktu untuk memberi kesempatan peserta
didik menciptakan bentuk baru atau mencoba bahan baku. Misalnya, pembelajaran kerajinan

6
membatik teknik ikat celup untuk siswa kelas Sekolah Dasar; setiap siswa dibolehkan
menciptakan sendiri bentuk-bentuk baru. Contoh lainnya, dalam kegiatan menggambar
ekspresi (menggambar bebas). Namun sesungguhnya pendekatan permisif penuh jarang
dilakukan, karena ada saja keharusan mentaati aturan kerja atau ada saat-saat siswa perlu
petunjuk instruktur.
3. Pendekatan demokratis
Pendekatan ini bertumpu pada pandangan bahwa tiap orang memiliki hak untuk
menyatakan pendapat. Berbeda dengan pendekatan permisif, gagasan pendekatan demokratis
tidak menghendaki kebebasan penuh, sebab kebebasan seseorang harus juga memperhatikan
kebebasan orang lain dalam kehidupan bermasyarakat.
Pendekatan demokratis lebih cocok digunakan sebagai kebijakan umum, terutama jika
mengingat bahwa peserta didik adalah manusia dewasa yang sudah memiliki kesadaran diri
dan kesadaran sebagai warga  negara. Setiap warga negara atau peserta didik dapat
mengajukan gagasannya dalam rangka memperbaiki mutu hasil karya. Mereka hanya akan
senang belajar dalam suasana kondusif-demokratis. Peran guru dalam hal ini sebagai
fasilitator dan dinamisator.
4. Pendekatan proses kelompok
Menekankan pada pembentukan kelompok yang erat (kohesif). Kelompok yang bekerja
sama secara erat akan menghasilkan nilai lebih. Kelompok bukan sekedar penjumlahan dari
individu-individu, tetapi kesatuan yang memiliki kekuatan. Pendekatan ini ditunjang oleh
psikologi massa khususnya dinamika kelompok.
Manfaat yang diperoleh dari kegiatan kelompok adalah membina kerja sama di antara
siswa dalam menyesaikan permasalahan bersama. Dalam hal ini mereka saling melakukan
interaksi dan sekaligus saling mengenal lebih dekat mengenai kekuatan dan kekurangan
fotensi yang dimilikinya sehingga diharapkan saling mangisi, saling membantu dan
mentolelir antara yang satu dengan yang lainnya.
Pendekatan-pendekatan ini dapat dipilih secara silih berganti sesuai keperluan; bisa jadi
pula suatu proses kegiatan menggunakan beberapa pendekatan. Maka kita katakan bahwa
pendekatan eklektik (gabungan) adalah cocok digunakan.

7
5. Pendekatan Keterampilan Proses
Pendekatan keterampilan proses menekankan pembentukan keterampilan memperoleh
pengetahuan dan mengkomunikasikannya. Keterampilan meliputi makna yang luas, meliputi
segi fisik/perbuatan, psikis/mental dalam bentuk oleh fikir dan sikap--termasuk kreativitas--,
serta sosial budaya (pendayagunaan lingkungan), yang difungsikan untuk mencapai hasil
tertentu. Guru dapat memberi stimulasi untuk penciptaan model-model inovatif. Pendekatan
yang sering dipakai biasanya pendekatan Inspiratif, pendekatan analisis hasil karya dan
pendekatan empatik
6. Pendekatan Inspiratif
Pelaksanaan pendidikan seni rupa pada jenjang pendidikan dasar dan menengah harus
memperhatikan  dan mempettimbangkan bahwa pendidikan seni sabagai wahana bermain
yang bermuatan edukatif dan membangun kreativitas. Jika kita menggunakan pendidikan seni
sebagai  sarana pendidikan, maka pendekatannya pun  harus sesuai dengan tujuan
penciptaaan seni, meskipun seninya tidak kita tempatkan sebagai tujuan pendidikan.
Pendekatan yang yang utama dalam pembelajaran pendidikan seni rupa  ialah pendekatan
inspiratif.
Karya seni merupakan curahan emosi yang diberi bentuk yang indah dan kreatif. Karya
ini lahir dari keharuan, dari hari nurani yang paling dalam. Bagi dunia anak, jenis pendekatan
inspiratif ini diharapkan dapat menggugah  keharuan anak untuk mencurahkan ekspresinya ke
dalam bentuk karya seni. Bentuk penggugah keharuan yang oleh  Lansing disebut dengan
istilah stimulation dan cultural stimulation yang terdiri dari: Direct experience as a form
stimulation (pemberian rangsangan melalui pengalaman), Verbal stimulation (perangsangan
malalui cerita/dongeng), Art material as stimulation (perangsangan melalui bahan), dan
Audio-visual aids as stimulation (perangsangan melalui media audio visual).
B. Pengertian Metode
Metode pembelajaran membicarakan bagaimana siswa dibelajarkan sesui dengan
harapan-harapan untuk mewujudkan perubahan positif. Metode merupakan kegiatan menata
dan mengelola pelaksanaan pembelajaran yang efektif yang melibatkan segala bentuk
interaksi antara siswa, guru dan sumber belajar. Pola ini merupakan pengalihan langsung
pengetahuan atau proses-proses yang berkaitan dengan pembelajaran.

8
C. Tujuan Penggunaan Metode
Tujuan metodologi pengajaran adalah untuk merencanakan dan melaksanakan cara –
cara yang efektif untuk mencapai tujuan. Dasar metode yang tepat adalah relevansinya
dengan tujuan/sasaran yang di rumuskan. Yang mana indikatornya adalah kualitas hasil
pembelajaran dalam proses pembelajarannya.
Pembelajaran seni dapat menggunakan metode seperti ceramah, demonstrasi,
multimedia, slide, pameran, belajar partisipasi, diskusi, resitasi, latihan, kerja kelompok,
kerja kreatif, imitasi, kritik seni dll.
D. Metode Pembelajaran Seni Rupa di Sekolah Dasar
1. Metode Ekspresi Bebas
Metode ekspresi bebas pada dasarnya adalah suatu cara untuk membelajarkan siswa agar
dapat mencurahkan isi hatinya dalam bentuk karya seni rupa. Agar metode ini tercapai secara
maksimal, maka perlu dilakukan :
a. Tawarkan dan tetapkan beberapa pilihan tema sebagai perangsang daya cipta
b. Tetapkan beberapa pilihan media yang cocok
c. Jelaskan jenis kertas serta alas an pemilihan kertas tersebut
d. Jelaskan bentuk kegiatan menggambar tersebut
Metode ekspresi bebas identik dengan metode ekspresi – kreatif atau metode kerja cipta.
Metode ini merupakan pengembangan dari pendapat Victor Lowenfield yang menganjurkan
agar setiap guru yang bermaksud mengembangkan kreasi siswanya untuk bebas berekspresi (
free expression ) atas dasar tersebut metode ini sering disebut metode ekspresi – kreatif.
Dalam pelaksanaan metode ini, kehadiran guru memiliki peran sangat kecil bahkan
hampir tidak diperlukan. Metode hasil kerja cipta dapat di terapkan dalam kegiatan
menggambar dekorasi, mendesain benda – benda kerajinan, menggambar reklame dan
sebagainya.
2. Metode Demonstrasi – eksperimen
Demonstrasi adalah kegiatan guru/ instruktur memperagakan proses pembuatan suatu
benda kerajinan. Eksperimen adalah siswa mencoba sendiri setelah memperhatikan suatu
proses pengerjaan yang didemonstrasikan guru. Dengan prinsip belajar : dengar/perhatikan,
kerjakan dan periksa.

9
3. Metode Mencontoh
Metode mencontoh merupakan metode tertua dalam seni kerajinan. Metode ini banyak
dilakukan di pusat – pusat pembelajaran seni zaman dahulu. Untuk belajar keterampilan
motorik, cara ini dapat dilakukan.
Pada dasarnya metode mencontoh memiliki manfaat yang tinggi dalam meningkatkan
kemampuan motorik, sedangkan untuk keterampilan mental dan kreasi tidak memiliki apa –
apa. Beberapa hal yang perlu di perhatikan dalam penggunaan mencontoh, diantaranya :
a. Metode mencontoh baik digunakan apabila ditujukan untuk :
 melatih dasar keterampilan fisik;
 memperoleh bentuk yang sama walaupun ukurannya diperbesar atau
diperkecil;
 memproduksi benda teradisional;
 memahami proporsi dan anatomi yang tepat dari benda yang akan di tiru.
b. Kegiatan mencontoh harus memiliki makna bagi proses belajar siswa
c. Mencontoh tidak di jadikan kebiasaan
d. Sebaiknya model yang akan ditiru dipilih oleh siswa itu sendiri
e. Seyogyanya secara berangsur – angsur apa yang dilakukan oleh siswa berubah dan
membuat aplikasi tepat menjadi modifikasi model yang dicontoh.
4. Metode Stick Figure
Penggunaan metode ini biasanya dipakai dalam menggambar adegan gerak (action)
manusia atau binatang. Metode ini merupakan penyederhanaan bentuk atau wujud menusia
atau binatang menjadi tongkat atau garis patah – patah sesuai dengan lekukan/ persendian
pada manusia atau binatang.
5. Metode Global
Metode ini biasa digunakan pada awal belajar menggambar bentuk. Tujuan penggunaan
metode ini adalah agar anak dapat menangkap bentuk keseluruhan dari bentuk model yang
disediakan.Secara teknis penggunaan metode ini dibagi dua, yaitu
a. Dengan teknik silhulet
Teknik ini dipandang lebih mudah, karena anak diminta untuk menangkap benda
secara keseluruhan dengan mengabaikan bagian – bagian detailnya. Metode ini cocok untuk
siswa yang sedang belajar pada tahap – tahap awal.
b. Dengan teknik kontur

10
Teknik ini lebih cocok bagi siswa, mahasiswa atau ahli gambar teknik yang sudah
memiliki kemampuan motorik. Secara teknik, penggambar dituntut untuk menangkap benda
secara global dan menyederhanakannya dalam bentuk gambar-gambar dasar (geometris) yang
dibuat dengan goresan garis. Kemudian gambar tersebut dikembangkan untuk disempurnakan
menjadi bentuk benda yang kompleks (detail).
6. Metode kerja kelompok
Ada dua macam metode kerja kelompok, yaitu :
a. Metode Group Work  (kerja kelompok jenis paduan), Dalam kegiatan ini para
siswa bekerja sama untuk menyelesaikan sketsa sebuah gambar yang sebelumnya
telah dirancang oleh seorang temanya yang bertindak sebagai ketua kelompok
sekaligus sebagai desainer.
b. Metode Collective painting (kerja kelompok jenis kumpulan) , Perbedaan antara
metode kerja kelompok jenis paduan dengan metode ini adalah jumlah anggota
harus genap dan pembagian tugas – yugas kelompoknya.
7. Metode – metode dalam kritik seni
Chapman (1978:80) menyebutkan metode kritik seni dalam upaya mengembangkan
kemampuan dan kepercayaan diri siswa dalam melakukan kritik seni. Metode – metode
tersebut adalah :
a. Metode induktif
Langkah – langkah yang dapat ditempuh dalam melaksanakan metode ini adalah
 Gambarkan dasar karakter karya
 Gambarkan hubungan antar bagian
 Gambarkan wilayah dan kualitas keseluruhan
 Tafsirkan aspek-aspek yang dihubungkan dengan pengalaman
 Tafsirkan dan ringkas ide, tema,kualitas ekspresi dari makna dari karya
 Evaluasi karya dengan criteria kritikdan tunjukkan bukti-bukti untuk
mendukung penilaian.

11
b. Metode Dedukatif
Pendekatan ini dapat mempertinggi keterlibatan antara pekerja seni, secara khusus jika
kita mau untuk meletakkannya sebagai percobaan, untuk dibicarakan, yang memerlukan
waktu banyak dengan standar perbedaan masing-masing. Pendekatan ini juga memberikan
peluang bentuk pembahasan yang dapat membuktikan ketertarikan dan kejelasan tentang
seni. Langkah yang dilakukan dalam pendekatan ini adalah :
 Tentukan kriteria yang akan digunakan
 Uji karya seni untuk mengidentifikasi fakta-fakta yang spesifik
 Tentukan tingkat(degree) kriteria yang dipandang pantas
c. Metode Empatik
Adapun beberapa teknik yang dapat membantu mengembangkan rasa empati dan
keterlibatannya ketika kita menilai suatu karya seni, diantaranya :
 Jangan memandang karya seni terlalu berlebihan karena dapat melupakan
orang yang lebih terlatih pada bidang seni.
 Memandang kualitas visual secara murni
 Gunakan analogi dan metaphora untuk menghubungkan apa yang kita lihat
dan rasakan
 Gunakan pengalaman dan pengetahuan sendiri untuk membandingkan apa
yang kita lihat dapat dirasakan
 Jangan takut meninggalkan satu aspek dari karya
 Dengan seluruh pengertian, dapatkan secara fisik dan imajinasi
 Menilai karya jika kita mau melakukannya.
d. Metode Interaktif
Pendekatan ini tidak semata-mata pendekatan deskriptif, ini bermaksud untuk
menemukan sampai terjadi diskusi dan debat secara berkelompok untuk membahas karya
seni. Langkah-langkah yang dapat dilakukan dalam pendekatan ini adalah
 Pilihlah moderator dan jelaskan aturan mainnya
 Gambarkan seperti banyak orang yang memungkinkan untuk masuk
kedalam proses menjelaskan karya.
 Ketika orang kelihatan untuk keluar dari penjelasan, kemudian panggil
hipotesis.
 Beberapa peserta diskusi memperlihatkan penafsiran dengan kesepakatan
kelompok.

12
BAB III

PENUTUP

A.KESIMPULAN

Pendekaatan , Metode , dan Tujuan pembelajaran merupakan faktor penting dalam


proses pembelajaean seni di sekolah . karakteristik mata pelajaran seni yang unik dan berbeda
dengan mata pelajaran lain menuntut persiapan dan perencanaan yang matang . perlu
diketahui bahwa hasil belajar dalam pembelajaran seni pada umumnya tidak serta meta
tampak pada saat itu juga . tujuan penyelenggaraan pendidikan seni di sekolah bahwa
pembelajaran seni rupa merupakan rangkaian proses pendidikan yang hasilnya mungkin baru
akan terasa setelah sekian lama siswa meninggalkan tempat pendidikanya .

B . SARAN

Pelajaran seni adalah suatu pelajaran yang berbeda dengan pelajaran lain maka dari
itu sebelum memulai pembelajaran seni sebagai guru harus tahu pendekatan . metode dan
tujuan agar seni di kelas dapat efektif .

13
DAFTAR PUSTAKA

Cut Camaril. (1999). PENDIDIKAN SENI RUPA/KERAJINAN TANGAN.

Jakarta Universitas Terbuka, Depdikbud.

Fransesco, Italo L. de. (1958). ART EDUCATION. ITS MEANS AND ENDS.

New York: Harper & Brothers

GandaPrawira, Nanang. (1997). Seni Rupa dan Pendidikan. Bandung: PGSD

GandaPrawira, Nanang. (1996). Pengertian Seni. Bandung: SR FPBS

14

Anda mungkin juga menyukai