Puji dan syukur kami ucapkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah
memberi nikmat dan kasih sayangNya kepada kami karena hanya dengan izinNya
lah kami dapat menyelesaikan tugas yang diberikan oleh dosen mata kuliah
Perecanaan Pembelajaran Kimia ini dengan baik.
Tidak lupa kami ucapkan terima kasih kepada semua pihak termaksud dosen
pengasuh mata kuliah Telaah Kurikulum dan Buku Teks, Prof. Dr. H. Fuad Abd.
Rachman, M. Pd yang telah memberikan pengarahan, bantuan serta dukungannya
kepada kami selama menyusun resume perkuliahan Telaah Kurikulum dan Buku
Teks ini.
Seperti kata pepatah “Tak ada gading yang tak retak“ kami pun menyadari
bahwa makalah yang telah kami susun ini masih banyak kekurangan baik secara
sistematika, penulisan, bahasa, dan penyusunannya. Oleh karena itu, saya
memohon saran serta pendapat yang dapat membuat kami menjadi lebih baik
dalam melaksanakan tugas di lain waktu. Mudah-mudahan resume yang kami buat
menjadi bermanfaat bagi saya khususnya dan umumnya bagi pembacanya.
Akhir kata, kami mohon maaf apabila terdapat banyak kesalahan dalam
makalah ini dan hanya kepada Allah SWT. tempat berlindung dan memohon
ampun.
Penyusun
1
DAFTAR ISI
2
BAB I
HAKIKAT TELAAH KURIKULUM DAN BUKU TEKS
Hakikat Kurikulum
Istilah kurikulum (curriculum), yang pada awalnya digunakan dalam du-nia
olahraga, berasal dari kata curir (pelari) dan curere (tempat berpacu). Pa-da saat itu
kurikulum diartikan sebagai jarak yang harus ditempuh oleh seo-rang pelari mulai
dari start sampai finish untuk memperoleh medali/penghar-gaan. Kemudian,
pengertian tersebut diterapkan dalam dunia pendidikan men-jadi sejumlah mata
pelajaran (subject) yang harus ditempuh oleh seorang sis-wa dari awal sampai akhir
program pelajaran untuk memperoleh pengharga-an dalam bentuk ijazah. Dari
pengertian tersebut, dalam kurikulum terkandung dua hal pokok, yaitu:
(1) adanya mata pelajaran yang harus ditempuh oleh siswa, dan
(2) tujuan utamanya yaitu untuk memperoleh ijazah.
Dengan de-mikian, implikasi terhadap praktik pengajaran yaitu setiap siswa
harus me-nguasai seluruh mata pelajaran yang diberikan dan menempatkan guru
dalam posisi yang sangat penting dan menentukan. Keberhasilan siswa ditentukan
oleh seberapa jauh mata pelajaran tersebut dikuasainya dan biasanya disim-bolkan
dengan skor yang diperoleh setelah mengikuti suatu tes atau ujian.
Pengertian kurikulum seperti disebutkan di atas dianggap pengertian yang
sempit atau sangat sederhana. Jika kita mempelajari buku-buku atau literatur
lainnya tentang kurikulum, terutama yang berkembang di negara-negara ma-ju,
maka akan ditemukan banyak pengertian yang lebih luas dan beragam. Kurikulum
itu tidak terbatas hanya pada sejumlah mata pelajaran saja, tetapi mencakup semua
pengalaman belajar (learning experiences) yang dialami siswa dan mempengaruhi
perkembangan pribadinya. Bahkan Harold B. Alberty (1965) memandang
kurikulum sebagai semua kegiatan yang diberikan kepa-da siswa di bawah
tanggung jawab sekolah (all of the activities that are provided for the students by
the school). Kurikulum tidak dibatasi pada kegi-atan di dalam kelas saja, tetapi
mencakup juga kegiatan-kegiatan yang dila-kukan oleh siswa di luar kelas.
3
Pendapat yang senada dan menguatkan penger-tian tersebut dikemukakan oleh
Saylor, Alexander, dan Lewis (1974) yang menganggap kurikulum sebagai segala
upaya sekolah untuk mempengaruhi siswa supaya belajar, baik dalam ruangan
kelas, di halaman sekolah, maupun di luar sekolah.
Pengertian kurikulum senantiasa berkembang terus sejalan dengan per-
kembangan teori dan praktik pendidikan. Dengan beragamnya pendapat me-ngenai
pengertian kurikulum, maka secara teoretis kita agak sulit menentukan satu
pengertian yang dapat merangkum semua pendapat. Pada saat sekarang istilah
kurikulum memiliki empat dimensi pengertian, satu dimensi dengan dimensi
lainnya saling berhubungan. Keempat dimensi kurikulum tersebut yaitu: (1)
kurikulum sebagai suatu ide/gagasan; (2) kurikulum sebagai suatu rencana tertulis
yang sebenamya merupakan perwujudan dari kurikulum se-bagai suatu ide; (3)
kurikulum sebagai suatu kegiatan yang sering pula dise-but dengan istilah
kurikulum sebagai suatu realita atau implementasi kuriku-lum. Secara teoretis
dimensi kurikulum ini adalah pelaksanaan dari kuriku-lum sebagai suatu rencana
tertulis; dan (4) kurikulum sebagai suatu hasil yang merupakan konsekuensi dari
kurikulum sebagai suatu kegiatan.
Pandangan atau anggapan yang sampai saat ini masih lazim dipakai da-lam
dunia pendidikan dan persekolahan di negara kita, yaitu kurikulum seba-gai suatu
rencana tertulis yang disusun guna memperlancar proses pembela-jaran. Hal ini
sesuai dengan rumusan pengertian kurikulum seperti yang terte-ra dalam Undang-
undang No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Na-sional : "Kurikulum
adalah seperangkat rencana dan pengaturan mengenai tu-juan, isi dan bahan
pelajaran serta cara yang digunakan sebagai pedoman pe-nyelenggaraan kegiatan
pembelajaran untuk mencapai tujuan pendidikan ter-tentu". Dalam panduan
penyusunan kurikulum tingkat satuan pendidikan jen-jang pendidikan dasar dan
menengah yang dikeluarkan oleh BSNP, pengerti-an kurikulum yang digunakan
mengacu pada pengertian seperti yang tertera dalam UU tersebut. Secara lebih jelas
dikatakan bahwa KTSP adalah kuriku-lum operasional yang disusun oleh dan
dilaksanakan di masing-masing satu-an pendidikan. KTSP terdiri dari tujuan
4
pendidikan tingkat satuan pendidik-an, struktur dan muatan kurikulum tingkat
satuan pendidikan, kalender pendi-dikan, dan silabus.
5
(4) kurikulum operasional yang dilaksanakan atau dioprasional kan oleh pengajar
di kelas
(5) kurikulum experience yakni kurikulum yang dialami oleh peserta didik; dan
(6) kurikulum yang diperoleh dari penerapan kurikulum.
Dalam perspektif kebijakan pendidikan nasional sebagaimana dapat dilihat
dalam Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional No. 20 Tahun 2003
menyatakan bahwa: “Kurikulum adalah seperangkat rencana dan pengaturan
mengenai tujuan, isi, dan bahan pelajaran serta cara yang digunakan sebagai
pedoman penyelenggaraan pembelajaran untuk mencapai tujuan pendidikan
tertentu”.
6
Substansi yang ada dalam buku diturunkan dari kompetensi yang harus dikuasai
oleh pembacanya (dalam hal ini siswa).
Pusat Perbukuan (2006: 1) menyimpulkan bahwa buku teks adalah buku
yang dijadikan pegangan siswa pada jenjang tertentu sebagai media pembelajaran
(instruksional), berkaitan dengan bidang studi tertentu. Buku teks merupakan buku
standar yang disusun oleh pakar dalam bidangnya, biasa dilengkapi sarana
pembelajaran (seperti pita rekaman), dan digunakan sebagai penunjang program
pembelajaran.
Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 11 Tahun 2005 menjelaskan
bahwa buku teks (buku pelajaran) adalah buku acuan wajib untuk digunakan di
sekolah yang memuat materi pembelajaran dalam rangka peningkatan keimanan
dan ketakwaan, budi pekerti dan kepribadian, kemampuan penguasaan ilmu
pengetahuan dan teknologi, kepekaan dan kemampuan estetis, potensi fisik dan
kesehatan yang disusun berdasarkan standar nasional pendidikan.
Dari kelima rumusan itu kiranya dapat diketahui indikator atau ciri penanda
buku teks sebagai berikut.
Buku teks merupakan buku sekolah yang ditujukan bagis siswa pada jenjang
pendidikan tertentu.
1. Buku teks berisi bahan yang telah terseleksi.
2. Buku teks selalu berkaitan dengan bidang studi atau mata pelajaran tertentu
3. Buku teks biasanya disusun oleh para pakar di bidangnya
4. Buku teks ditulis untuk tujuan instruksional tertentu.
5. Buku teks biasanya dilengkapi dengan sarana pembelajaran.
6. Buku teks disusun secara sistematis mengikuti strategi pembelajaran tertentu.
7. Buku teks untuk diasmilasikan dalam pembelajaran.
8. Buku teks disusun untuk menunjang program pembelajaran.
Dari butir-butir indikator tesebut, buku teks mempunyai ciri tersendiri bila
dibanding dengan buku pendidikan lainnya, baik dilihat dari segi isi, tataan,
maupun fungsinya. Dilihat dari segi isinya, buku teks merupakan buku yang berisi
uraian bahan ajar bidang tertentu, untuk jenjang pendidikan tertentu, dan pada
7
kurun ajaran tertentu pula. Dilihat dari segi tataanya, buku teks merupakan sajian
bahan ajar yang mempertimbangkan factor-faktor:
(1) tujuan pembelajaran,
(2) kurikulum dan struktur program pendidikan,
(3) tingkat perkembangan siswa sasaran,
(4) kondisi dan fasilitas sekolah, dan
(5) kondisi guru pemakai.
Dari segi fungsinya, selain mempunyai fungsi umum sebagai sebagai sosok
buku, buku teks memupunyai fungsi sebagai sarana pengembang bahan dan
program dalam kurikulum pendidikan, sarana pemerlancar tugas akademik guru,
sarana pemerlancar ketercapaian tujuan pembelajaran, dan sarana pemerlancar
efisiensi dan efektivitas kegiatan pembelajaran.
Secara teknis Geene dan Pety (dalam Tarigan, 1986: 21) menyodorkan
sepuluh kategori yang harus dipenuhi buku teks yang berkualitas. Sepuluh kategori
tersebut sebagai berikut:
1. Buku teks haruslah menarik minat siswa yang mempergunakannya.
2. Buku teks haruslah mampu memberikan motivasi kepada para siswa yang
memakainya.
3. Buku teks haruslah memuat ilustrasi yang menarik siswa yang
memanfaatkannya.
4. Buku teks seyogyanya mempertimbangkan aspek-aspek linguistik sehingga
sesuai dengan kemampuan para siswa yang memakainya.
Isi buku teks haruslah berhubungan erat dengan pelajaran-pelajaran lainnya,
lebih baik lagi kalau dapat menunjangnya dengan terencana sehingga semuanya
merupakan suatu kebulatan yang utuh dan terpadu.
Buku teks haruslah dapat menstimuli, merangsang aktivitas-aktivitas pribadi
para siswa yang mempergunaknnya, buku teks haruslah dengan sadar dan tegas
menghindar dari konsep-konsep yang samar-samar dan tidak biasa, agar tidak
embuat bingung siswa yang memakainya. buku teks haruslah mempunyai sudut
pandang atau ”point of view” yang jelas dan tegas sehingga ada akhirnya juga
menjadi sudut pandang para pemakainya yang setia. buku teks haruslah mamu
8
memberi pemantapan, penekanan pada nilai-nilai anak dan orang dewasa, buku teks
haruslah dapat menghargai perbedaan-perbedaan pribadi para pemakainya.
Sepuluh kategori yang disodorkan Geene dan Petty tersebut pada dasarnya
merupakan penjabaran lebih lanjut dari ketiga ciri buku teks yang disampaikan
sebelumnya. Dikatakan demikian, karena butir-butir kategori tersebut bisa
dimasukkan ke dalam tiga ciri buku teks. Sebagai kelengkapan kategori tersebut,
Schorling dan Batchelder (1956) memberikan empat ciri buku teks yang baik, yaitu
(1) direkomendasikan oleh guru-guru yang berpengalaman sebagai buku teks yang
baik;
(2) bahan ajarnya sesuai dengan tujuan pendidikan, kebutuhan siswa, dan
kebutuhan masyarakat;
(3) cukup banyak memuat teks bacaan, bahan drill dan latihan/tugas; dan
(4) memuat ilustrasi yang membantu siswa belajar.
9
6. Buku teks memungkinkan siswa belajar di rumah.
7. Buku teks memuat bahan ajar yang relatif telah tertata menurut sistem dan
logika tertentu.
8. Buku teks membebaskan guru dari kesibukan mencari bahan ajar sendiri
sehingga sebagian waktunya dapat dimanfaatkan untuk kegiatan lain.
10
Pada sisi lain, buku teks dapat dipandang sebagai simpanan pengetahuan
tentang berbagai segi kehidupan (Pusat Perbukuan, 2005). Karena sudah
dipersiapkan dari segi kelengkapan dan penyajiannya, buku teks itu memberikan
fasilitas bagi kegiatan belajar mandiri, baik tentang substansinya maupun tentang
caranya. Dengan demikian, penggunaan buku teks merupakan bagian dari upaya
pencipataan ”budaya buku” bagi siswa, yang menjadi salah satu indikator dari
masyarakat yang maju.
Dipandang dari hasil belajar, buku teks mempunyai peran penting. Berbagai
hasil penelitian menunjukkan bahwa buku teks berperan secara maknawi dalam
prestasi belajar siswa. Laporan World Bank (1995) mengenai Indonesia, misalnya,
ditunjukkan bahwa tingkat kepemilikan siswa akan buku dan fasilitas lain
berkorelasi positif dengan prestasi belajar siswa. Di Filipina, peningkatan rasio
kepemilikan buku siswa dari 1 : 10 menjadi 1 : 2 di kelas 1 dan 2 secara signifikan
meningkatkan hasil belajar siswa (World Bank, 1995). Pernyataan tersebut
diperkuat oleh Supriadi (2000) yang menyatakan bahwa tingkat kepemilikan siswa
akan buku berkorelasi positif dan bermakna dengan prestasi belajar.
Dipandang dari proses pembelajaran pun demikian. Untuk mencapai
kompetensi yang ingin dicapai dalam pembelajaran, siswa perlu menempuh
pengalaman dan latihan serta mencari informasi tertentu. Salah satu alat yang
efektif untuk mencapai kompetensi tersebut adalah lewat penggunaan buku teks.
Sebab, pengalaman dan latihan yang perlu ditempuh dan informasi yang perlu
dicari, begitu pula tentang cara menempuh dan mencarinya, tersaji dalam buku teks
secara terprogram.
Walaupun buku teks diperuntukkan bagi siswa, guru pun dapat
memanfaatkannya. Pada waktu memberikan pembelajaran kepada siswa, guru
dapat mempertimbangkan pula apa yang tersaji dalam buku teks. Namuk demikian,
guru tetap memiliki kebebasan dalam memilih, mengembangkan, dan menyajikan
materi pembelajaran. Semua itu merupakan wewenang dan tanggung jawab
profesionalitas guru.
11
Dari uraian tersebut jelaslah bahwa keberadaan buku teks sangat fungsional
baik bagi kelancaran pengelolaan kelas, bagi guru, bagi siswa, maupun bagi orang
tua.
BAB 2
12
mendapattkan persetujuan bersama komite sekolah dan tenaga kependidikan agar
implementasi kurikulum yangg baru dapatt terlaksana dengaan baik dan maksimal.
13
5. Meluruskan paradigma (pola pikir) guru
Semua guru perlu diberikan sebuah pelatihan serta penataran khusus mengenai
bagaimana pelaksanaan kurikulum yangg baru tersebut. Kegiatan diadakan oleh
semua pihak sekolah, sehingga guru sebagai pihak yangg paling banayak
menhabiskan waktu dikelas selama proses pembelajaan lebih mengerti dan paham
dengaan kurikulum.
1. Tujuan filsafat dan pendidikan nasional yangg dijadikan sebagai dasar untukk
merumuskan tujuan institusional.
14
4. Keadaan lingkungan dalam arti luas yangg meliputi lingkungan kebudayaan,
hidup dan alam, termasuk ilmu pengetahuan, teknologi dan seni.
Pada awal kemerdekaan istilah kurikulum dikenal dengaan leer plan. Dalam
bahasa Belanda artinya rencana pelajaran. Dalam kurikulum ini terdapatt dua hal
pokok antara lain :
15
di sekolah-sekolah tahun 1950. Sebagian menyebutkan sejarah perkembangan
kurikulum diawali darii kurikulum 1950.
Salah satu hasil darii panitia tersebut ialah menyanggkut kurikulum (rencana
pelajaran) pada setiap tingkat pendidikan harus memperhatikan hal-hal berikut :
c. Pendidikan watak
d. Pendidikan jasmani
16
b. Kurikulum pendidikan menengah ditujukan untukk menyiapkan pelajar
kependidikan tinggi serta mendidik tenaga-tenaga ahli dalam berbagai
lapangan khusus sesuai dengaan bakat masingmasing dan kebutuhan
masyarakat.
a. Manusia Indonesia baru yangg berjiwa Pancasila Manipol atau USDEK dan
sanggup berjuang untukk mencapai citacita tersebut.
17
a. Pendidikan sebagai pembina manusia indonesia baru yangg berakhlak tinggi
b. Pendidikan sebagai produsen tenaga kerja dalam semua bidang dan tingkatan
Pada masa itu kurikulum 1960 ini memiliki kaitan yangg sangat erat dengaan
situasi politik di Indonesia pada zaman itu sehingga dirumuskan bahwa “pendidikan
sebagai alat revolusi dalam suasana mengharuskan pembantingan dalam segala
bidang khususnya bidang pendidikan”. (Tilaar, 1995 : 255)
1. Kurikulum 1968
“Untukk mencapai dasar dan tujuan, maka isi pendidikan ialah sebagai
berikut :
18
c. Membina/mengembangkan fisik yangg kuat dan sehat.”
1) Pendidikan agama
2) Pendidikan kewarganegaraan
3) Bahasa Indonesia
19
4) Bahasa daerah
5) Pendidikan olahraga
1) Berhitung
2) IPA
3) Pendidikan kesenian
Sebagai alat formal dipergunakan mata pelajaran yangg terbagi dalam tiga
kejuruan, yaitu :
2. Kurikulum 1975
a. Latar Belakang
20
Dalam Kata Pengantar Kurikulum 1975, Menteri Pendidikan Republik
Indonesia Sjarif Thajeb, menjelaskan tentang latar belakang ditetapkanya
Kurikulum 1975 sebagai pedoman pelaksanaan pengajaran di sekolah. Penjelasan
tersebut sebagai berikut :
1) Sejak Tahun 1969 di Negara Indonesia telah banyak perubahan yangg terjadi
sebagai akibat lajunya pembangunan nasional, yangg mempunyai dampak baru
terhadap program pendidikan nasional. Hal-hal yangg mempengaruhi program
maupun kebijaksanaan pemerintah yangg menyebabkan pembaharuan itu ialah :
a) Selama Pelita I, yangg dimulai pada tahun 1969, telah banyak timbul
gagasan baru tentang pelaksanaan sistem pendidikan nasional.
21
Atas dasar petimbangan tersebut maka dibentuklah kurikulum tahun
1975 sebagai upaya untukk mewujudkan strategi pembangunan di bawah
pemerintahan orde baru dengaan program Pelita dan Repelita.
3) Menekankan kepada efisiensi dan efektivitas dalam hal daya dan waktu.
1) Tujuan institusional.
22
Berlaku mulai SD, SMP maupun SMA.Tujuan Institusional ialah tujuan yangg
hendak dicapai lembaga dalam melaksanakan program pendidikannya.
b) Tujuan Instruksional Umum, yaitu tujuan yangg hendak dicapai dalam setiap
satuan pelajaran baik dalam satu semester maupun satu tahun.
PPSI ialah sistem yangg saling berkaitan darii satu instruksi yangg terdiri atas
urutan, desain tugas yangg progresif bagi individu dalam belajar (Hamzah B.Uno,
2007). Oemar Hamalik mendefinisikan PPSI sebagai pedoman yangg disusun oleh
guru dan berguna untukk menyusun satuan pelajaran.
23
5) Sistem Penilaian
Setiap siswa memiliki tingkat kecepatan belajar yangg tidak sama. Di samping
itu mereka mereka memerlukan pengarahan yangg akan mengembangkan mereka
menjadi manusia yangg mampu meraih masa depan yangg lebih baik. Dalam kaitan
ini maka perlu adanya bimbingan dan penyuluhan bagi para siswa dalam meniti
hidupnya meraih masa depan yangg diharapkanya.
1) Pendidikan agama
3) Bahasa Indonesia
4) IPS
5) Matematika
6) IPA
24
8) Kesenian
9) Keterampilan Khusus
5) Siswa dan guru akan cenderung lebih pasif dalam proses belajar mengajar
3. Kurikulum 1984
a. Latar Belakang
Kurikulum 1975 hingga menjelang tahun 1983 dianggap sudah tidak mampu
lagi memenuhi kebutuhan masyarakat dan tuntutan ilmu pengetahuan dan
teknologi. Bahkan sidang umum MPR 1983 yangg produknya tertuang dalam
25
GBHN 1983 menyiratkan keputusan politik yangg menghendaki perubahan
kurikulum darii kurikulum 1975 ke kurikulum 1984. Karena itulah pada tahun 1984
pemerintah menetapkan pergantian kurikulum 1975 oleh kurikulum 1984.Secara
umum dasar perubahan kurikulum 1975 ke kurikulum 1984 di antaranya ialah
sebagai berikut :
4) Terlalu padatnya isi kurikulum yangg harus diajarkan hampir di setiap jenjang.
Atas dasar perkembangan itu maka menjelang tahun 1983 antara kebutuhan
atau tuntutan masyarakat dan ilmu pengetahuan/teknologi terhadap pendidikan
dalam kurikulum 1975 dianggap tidak sesuai lagi, oleh karena itu diperlukan
perubahan kurikulum. Kurikulum 1984 tampil sebagai perbaikan atau revisi
terhadap kurikulum 1975. Kurikulum 1984 memiliki ciri-ciri sebagai berikut :
26
sebelum memilih atau menentukan bahan ajar, yangg pertama harus
dirumuskan ialah tujuan apa yangg harus dicapai siswa.
2) Pendekatan pengajarannya berpusat pada anak didik melalui cara belajar siswa
aktif (CBSA). CBSA ialah pendekatan pengajaran yangg memberikan
kesempatan kepada siswa untukk aktif terlibat secara fisik, mental, intelektual,
dan emosional dengaan harapan siswa memperoleh pengalaman belajar secara
maksimal, baik dalam ranah kognitif, afektif, maupun psikomotor.
27
Kurikulum 1984 memiliki kelemahan-kelemahan yaitu[3] :
2) Pada masa itu, adanya keterbatasan dana yangg menjadi alasan klasikal dalam
pelaksanaan kurikulum tersebut
4) Pendekatan pengajarannya berpusat pada anak didik melalui cara belajar siswa
aktif (CBSA)
4. Kurikulum 1994
a. Latar Belakang
28
Pada kurikulum sebelumnya, yaitu kurikulum 1984, proses pembelajaran
menekankan pada pola pengajaran yangg berorientasi pada teori belajar mengajar
dengaan kurang memperhatikan muatan (isi) pelajaran. Hal ini terjadi karena
berkesesuaian suasan pendidikan di LPTK (Lembaga Pendidikan Tenaga
Kependidikan) pun lebih mengutamakan teori tentang proses belajar mengajar.
Akibatnya, pada saat itu dibentuklah Tim Basic Science yangg salah satu tugasnya
ikut mengembangkan kurikulum di sekolah. Tim ini memandang bahwa materi (isi)
pelajaran harus diberikan cukup banyak kepada siswa, sehingga siswa selesai
mengikuti pelajaran pada periode tertentu akan mendapattkan materi pelajaran
yangg cukup banyak.
29
4) Dalam pelaksanaan kegiatan, guru hendaknya memilih dan menggunakan
strategi yangg melibatkan siswa aktif dalam belajar, baik secara mental, fisik,
dan sosial. Dalam mengaktifkan siswa guru dapatt memberikan bentuk soal
yangg mengarah kepada jawaban konvergen, divergen (terbuka, dimungkinkan
lebih darii satu jawaban), dan penyelidikan.
6) Pengajaran darii hal yangg konkrit ke hal yangg abstrak, darii hal yangg mudah
ke hal yangg sulit, dan darii hal yangg sederhana ke hal yangg komplek.
1) Beban belajar siswa terlalu berat karena banyaknya mata pelajaran dan
banyaknya materi/substansi setiap mata pelajaran.
2) Materi pelajaran dianggap terlalu sukar karena kurang relevan dengaan tingkat
perkembangan berpikir siswa, dan kurang bermakna karena kurang terkait
dengaan aplikasi kehidupan sehari-hari.
30
a) enyempurnaan kurikulum secara terus menerus sebagai upaya
menyesuaikan kurikulum dengaan perkembangan ilmu pengetahuan dan
teknologi, serta tuntutan kebutuhan masyarakat.
31
propinsi sebagai daerah otonom, dam Tap MPR No IV/MPR/1999 tentang arah
kebijakan.j pendidikan nasional.
32
c. Penyampaian dalam pembelajaran menggunakan pendekatan dan metode
bervariasi
d. Sumber belajar bukam hanya guru tetapi juga sumber belajar lainnya yangg
memenuhi unsur edukatif
e. Penilaian menekankan pada proses dan hasil belajar dalam upaya penguasaan
atau pencapaian suatu kompetensi.
33
f. Pembentukan tim pengembang kurikulum ( curriculum developer ) dan
pembuatan jaringan kurikulum ( curriculum networking ).
b. Silabus ditentukan secara seragam, peran serta guru dan siswa dalam proses
pembelajaran, silabus menjadi kewenagan guru.
c. Jumlah jam pelajaran 40 jam per minggu 32 jam perminggu, tetapi jumlah mata
pelajaran belum bisa dikurangi.
f. KBK memiliki empat komponen, yaitu kurikulum dan hasil belajar (KHB),
penilaian berbasis kelas (PBK), kegiatan belajar mengajar (KBM), dan
pengelolaan kurikulum berbasis sekolah (PKBS). KHB berisi tentang
perencaan pengembangan kompetensi siswa yangg perlu dicapai secara
keseluruhan sejak lahir sampai usia 18 tahun. PBK ialah melakukan penilaian
secara seimbang di tiga ranah, dengaan menggunakan instrumen tes dan non
tes, yangg berupa portofolio, produk, kinerja, dan pencil test. KBM diarahkan
pada kegiatan aktif siswa dala membangun makna atau pemahaman, guru tidak
bertindak sebagai satu-satunya sumber belajar, tetapi sebagai motivator yangg
dapatt menciptakan suasana yangg memungkinkan siswa dapatt belajar secara
penuh dan optimal.
34
2. KURIKULUM 2006 ( KTSP )
Pada prinsipnya, KTSP merupakan bagian yangg tidak terpisahkan darii SI,
namun pengembangannya diserahkan kepada sekolah agar sesuai dengaan
kebutuhan sekolah itu sendiri. KTSP terdiri darii tujuan pendidikan tingkat satuan
pendidikan, struktur dan muatan kurikulum tingkat satuan pendidikan, kalender
pendidikan, dan silabus. Pelaksanaan KTSP mengacu pada Permendiknas Nomor
24 Tahun 2006 tentang Pelaksanaan SI dan SKL. ditetapkan oleh kepala sekolah
setelah memperhatikan pertimbangan darii komite sekolah. Dengaan kata lain,
pemberlakuan KTSP sepenuhnya diserahkan kepada sekolah, dalam arti tidak ada
intervensi darii Dinas Pendidikan atau Departemen Pendidikan Nasional.
Penyusunan KTSP selain melibatkan guru dan karyawan juga melibatkan komite
sekolah serta bila perlu para ahli darii perguruan tinggi setempat. Dengaan
keterlibatan komite sekolah dalam penyusunan KTSP maka KTSP yangg disusun
akan sesuai dengaan aspirasi masyarakat, situasi dan kondisi lingkungan dan
kebutuhan masyarakat.
Standar Isi ialah ruang lingkup materi dan tingkat kompetensi yangg
dituangkan dalam persyaratan kompetensi tamatan, kompetensi bahan kajian
kompetensi mata pelajaran, dan silabus pembelajaran yangg harus dipenuhi peserta
didik pada jenjang dan jenis pendidikan tertentu.
35
Standar isi merupakan pedoman untukk pengembangan kurikulum tingkat
satuan pendidikan yangg memuat.
b. Beban belajar,
d. Kalender pendidikan.
3. Kurikulum 2013
36
Kurikulum 2013 dikembangkan berdasarkan faktor-faktor sebagai berikut:
a. Tantangan Internal
b. Tantangan Eksternal
Tantangan eksternal antara lain terkait dengaan arus globalisasi dan berbagai
isu yangg terkait dengaan masalah lingkungan hidup, kemajuan teknologi dan
informasi, kebangkitan industri kreatif dan budaya, dan perkembangan pendidikan
di tingkat internasional.
37
a. mengembangkan keseimbangan antara pengembangan sikap spiritual dan
sosial, rasa ingin tahu, kreativitas, kerja sama dengaan kemampuan intelektual
dan psikomotorik;
e. kompetensi dinyatakan dalam bentuk kompetensi inti kelas yangg dirinci lebih
lanjut dalam kompetensi dasar matapelajaran;
38
BAB 3
BUKU TEKS DAN BUKU AJAR
A. Buku Teks
1. Pengertian Buku Teks
Adalah suatu tulisan ilmiah dalam bentuk buku yang substansi
pembahasannya fokus pada satu bidang ilmu. Buku teks membahas topik yang
cukup luas (satu bidang ilmu). Urutan materi dan struktur buku teks disusun
berdasarkan logika bidang ilmu (content oriented), diterbit secara resmi untuk
dipasarkan.
Buku teks menurut beberapa ahli :
1) Hall-Quest, 1915 dalam Tarigan, 1986
Buku teks adalah rekaman susunan rasial yang disusun unruk maksud-maksud
dan tujuan-tujuan instruksional.
2) Bacon, 1935 dalam Tarigan, 1986
Buku teks adalah buku yang dirancang untuk penggunaan di kelas, dengan
cermat disusun dan disiapkan oleh para pakar atau ahli dalam bidang itu dan
diperlengkapi dengan sarana-sarana pengajaran yang sesuai dan serasi.
3) Buckingham, 1958, dalam Tarigan, 1986
Buku teks adalah sarana belajar yang biasa digunakan di sekolah-sekolah dan
di perguruan tinggi untuk menunjang suatu program pengajaran.
4) Lange, 1940
39
Buku teks adalah buku yang dirancang buat penggunaan di kelas, dengan
cermat disusun dan disiapkan oleh para pakar atau para ahli dalam bidang itu
dan diperlengkapi dengan sarana-sarana pengajaran yang sesuai dan serasi.
5) Tarigan & Tarigan, 2010
Buku teks merupakan buku pelajaran dalam bidang studi tertentu, yang
merupakan buku standart, yang disusun oleh para pakar dalam bidang itu untuk
maksud dan tujuan instruksional, yang dilengkapi sarana-sarana pengajaran
yang serasi dan mudah dipahami oleh para pemakainya di sekolah-sekolah dan
perguruan tinggi sehingga dapat menunjang suatu program pengajaran.
6) Tarigan & Tarigan, 2010
Buku teks pelajaran merupakan buku yang dipakai untuk mempelajari atau
mendalami suatu subjek pengetahuan dan ilmu serta teknologi atau suatu
bidang studi, sehingga mengandung penyajian asas-asas tentang subjek
tersebut, termasuk karya kepanditaan (scholarly, literary) terkait subjek yang
bersangkutan.
Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 11 Tahun 2005 menjelaskan
bahwa buku teks (buku pelajaran) adalah buku acuan wajib untuk digunakan di
sekolah yang memuat materi pembelajaran dalam rangka peningkatan keimanan
dan ketakwaan, budi pekerti dan kepribadian, kemampuan penguasaan ilmu
pengetahuan dan teknologi, kepekaan dan Nomor 2 Tahun 2008
1. Pasal 1: ” buku teks adalah buku acuan wajib untuk digunakan di satuan
pendidikan dasar dan menengah atau perguruan tinggi yang memuat materi
pembelajaran dalam rangka peningkatan keimanan, ketakwaan, akhlak mulia,
dan kepribadian, penguasaan ilmu pengetahuan dan teknologi, peningkatan
kepekaan dan kemampuan estetis, peningkatan kemampuan kinestetis dan
kesehatan yang disusun berdasarkan standar nasional pendidikan.
2. Pasal 4 ayat (1): ” Buku teks pada jenjang pendidikan dasar dan menengah
dinilai kelayakan-pakainya terlebih dahulu oleh Badan Standar Nasional
Pendidikan sebelum digunakan oleh pendidik dan/atau peserta didik sebagai
sumber belajar di satuan pendidikan”.
40
3. Pasal 10 ayat (1): ”satuan pendidikan dasar dan menengah menetapkan masa
pakai buku teks sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5 sesingkat-singkatnya 5
tahun”.
Berdasrkan pendapat para ahli di atas maka dapat disimpulkan buku teks adalah
sama dengan buku pelajaran. Secara lebih lengkap dapat didefinisikan sebagai
berikut ini, buku teks adalah buku pelajaran dalam bidang studi tertentu, yang
merupakan buku standar, yang disusun oleh para pakar dalam bidang itu buat
maksud maksud dan tujuan instruksional, yang diperlengkapi dengan saran sarana
pengajaran yang serasi dan mudah dipahami oleh para pemakainya di sekolah
sekolah dan diperguruan tinggi. Sehingga dapat menunjang sesuatu program
pengajaran.
41
Dari segi cara penulisan buku teks dikenal tiga jenis buku teks. Ketiga jenis
itu adalah :
1. Buku Teks Tunggal
Buku teks tunggal ialah buku teks yang hanya terdiri atas satu buku saja. Berikut
ini didaftarkan beberapa contoh buku teks tunggal, antara lain :
1) Kerap, Gorys, 1973, Tatabahasa Indonesia untuk SLA, Ende Flores, Nusa
Indah.
2) Ramlan, M. 1983, sintaksis, Jogjakarta: CV Karyono.
3) Samsuri, 1985, Tata Kalimat Bahasa Indonesia, Jakarta ; Sastra Hudaya.
42
1. Membantu peserta didik dalam melaksanakan kurikulum karena disusun
berdasarkan kurikulum yang berlaku
2. Menjadi pegangan guru dalam menentukan metode pengajaran
3. Memberi kesempatan bagi peserta didik untuk mengulangi pelajaran atau
mempelajari materi yang baru
4. Memberikan pengetahuan bagi peserta didik maupun pendidik
5. Menjadi penambah nilai angka kredit untuk mempermudah kenaikan pangkat
dan golongan
6. Menjadi sumber penghasilan jika diterbitkan
4. Kualitas Buku
Bagi seorang pelajar atau mahasiswa, salah satu buku yang sangat diperlukan
ialah buku teks atau buku pelajaran. Buku teks berfungsi sebagai penunjang
kegiatan belajar-mengajar dalam mata pelajaran tertentu. Mata pelajaran PPKn
memerlukan buku teks PPKn dan sejenisnya.
Semakin baik kualitas buku teks, semakin sempurna pengajaran mata pelajaran
yang ditunjangnya. Buku teks mengenai Matematika yang bermutu jelas akan
meningkatkan kualitas pengajaran Matematika. Buku teks mengenai Bahasa
Indonesia bermutu tinggi akan meningkatkan kualitas pengajaran dan hasil
pengajaran bahasa indonesia, dan seterusya.
Greene dan Petty telah menyusun cara penilaian buku teks dengan sepuluh
kriteria. Apabila buku teks dapat memenuhi 10 persyaratan yang diajukan, dapat
dikatakan buku teks tersebut berkualitas. Butir-butir yang harus dipenuhi oleh buku
teks yang tergolong kategori berkualitas tinggi antara lain:
1. Buku teks haruslah menarik minat anak-anak, yaitu para siswa yang
mempergunakannya
2. Buku teks haruslah mampu memberi motivasi kepada para siswa yang
memakainya
3. Buku teks haruslah memuat ilustrasi yang menarik para siswa yang
memanfaatkannya
43
4. Buku teks seyogyanya mempertimbangkan aspek-aspek linguistik sehingga
sesuai dengan kemampuan para siswa yang memakainya
5. Buku teks isinya haruslah berhubungan erat dengan pelajaran-pelajaran
lainnya; lebih baik lagi kalau dapat menunjangnya dengan rencana sehingga
semuanya merupakan suatu kebulatan yang utuh dan terpadu
6. Buku teks haruslah dapat menstimulasi, meransang aktivitas-aktivitas
pribadi para siswa yang mempergunakannya
7. Buku teks haruslah dengan sadar dan tegas menghindari konsep-konsep
yang samar-samar dan tidak biasa, agar tidak sempat membingungkan para
siswa yang memakainya.
8. Buku teks haruslah mempunyai sudut pandangan atau “point of view” yang
jelas dan tegas. Sehingga juga pada akhirnya menjadi sudut pandangan para
pemakainya yang setia
9. Buku teks haruslah mampu memberi pemantapan, penekanan pada nilai-
nilai anak dan orang dewasa.
10. Buku teks itu haruslah dapat menghargai perbedaan-perbedaan pribadi para
siswa pemakainya.
44
Buku teks harus mempunyai landasan, prinsip, dan sudut pandang tertentu
yang menjiwai atau melandasi buku teks secara keseluruhan. Sudut pandang
ini dapat berupa teori dari ilmu jiwa, bahasa, dan sebagainya.
2. Kejelasan Konsep
Konsep-konsep yang harus digunakan dalam suatu buku teks harus jelas dan
tandas. Keremang-remangan dan keamanan perlu dihindari agar siswa atau
membaca juga jelas pengertian, pemahaman, dan penangkapannya.
45
8. Menarik
Buku teks harus disertai dengan ilustrasi yang mengena dan menarik. Ilustrasi
yang cocok pastilah memberikan daya penarik tersendiri serta memperjelas hal
yang dibicarakan
Buku teks harus dimengerti oleh pemakainnya, yaitu siswa.pemahaman harus
didahului oleh komunikasi yang tepat. Faktor utama yang berperan di sini
adalah bahasa. Bahasa buku teks haruslah:
a) Sesuai dengan bahasa siswa;
b) Kalimat-kalimatnya efektif;
c) Terhindar dari makna ganda;
d) Sederhana;
e) Sopan;
f) Menarik
9. Menunjang mata pelajaran lain
Buku teks mengenai bahasa indonesia, misalnya, di samping menunjang mata
pelajaran bahasa indonesia, juga menunjang mata pelajaran lain. Melalui
pengajaran bahasa indonesia, pengetahuan siswa dapat bertambah dengan soal-
soal sejarah, ekonomi, matematika, geografi, kesenian, olahraga, dan
sebagainya.
10. Menghargai perbedaan individu
Buku teks yang baik tidak membesar-besarkan perbedaan individu tertentu.
Perbedaan dalam kemampuan, bakat, minat, ekonomi, sosial, budaya setiap
individu tidak dipermasalahkan tetapi diterima sebagaimana adanya.
5. Sistematika Buku
a. Halaman Pendahuluan
Halaman pendahuluan terdiri dari unsur-unsur ialah :
1) Halaman judul adalah halaman yang memuat judul buku, pengarang, nomor
penerbitan (edisi) atau nomor jilid, nama dan tempat penerbitan,dan tahun
penerbitan
46
2) Daftar Isi adalah petunjuk bagi pembaca tentang topicK tertentu dan nomor
halaman dimana topik tersebut berada
3) Daftar gambar dan daftar table adalah memuat informasi tentang keberadaan
gambar dan table yang di sajikan dalam buku ajar
4) Pengantar(foreword) adalah penjelasan yang di tulis orang lain atas
permintaan penulis atau penerbit untuk memperkenalkan penulis atau subyek
yang di tulis
5) Prakata adalah pejelasan yang di tulis oleh penulis yang biasanya memuat:
alasan menganggap penulis tergugah menulis buku, isi buku, cara
pembahasannya, kelebihan dari buku lain dan susunannya, siapa calon
pembaca, pengetahuan yang harus dimiliki oleh pembaca sebagai prasarat
agar dapat memahami isis buku, cara terselesaikannya buku, siapa yang yang
membantu atau mendorong penulisan buku, tujuan penulis, ucapan terima
kasih, dan harapan penulis tentang bukunya dan apa yang di harapkan dari
pembaca.
b. Bagian isi
Bagian isi terdiri atas uraian rinci setiap bab, subbab disertai dengan contoh
latihan dan soal-soal yang harus di selesaikan peserta didik (siswa,mahasiswa).
Pada akhir setiap bab di berikan rangkuman atau ringkasan untuk mempermudah
pembaca mengingat hal-hal penting.
Tiap bab mengandung :
1) Pendahuluan
2) Sub Bab
3) Ringkasan
4) Soal latihan
5) Daftar Pustaka
c. Bagian Penyudah
Halaman penyudah terdiri dari unsur - unsur :
1) Lampiran
2) Pustaka (bacaan utama dan bacaan tambahan)
3) Penjurus/Indeks Daftar Istilah
47
4) Takarir ( Glosarry ) kamus persial yang memuat kesimpulan kata – kata
yang terdapat dalam bagian isi.
B. BUKU AJAR
1. Pengertian Buku Ajar
Buku ajar adalah buku pegangan untuk suatu matakuliah yang ditulis dan
disusun oleh pakar bidang terkait dan memenuhi kaidah buku teks serta diterbitkan
secara resmi dan disebar luaskan. (Pedoman PAK Dosen 2009)
Banyak ahli yang mengemukakan batasan tentang buku ajar (paket, teks)
ini. Di antaranya Hall-Quest dalam buku Tarigan mengatakan “buku ajar adalah
rekaman pemikiran rasial yang disusun buat maksud-maksud dan tujuan-tujuan
instruksional”. Ahli lain seperti Lange menyatakan “buku teks (ajar) adalah buku
standar atau buku setiap cabang khusus studi dan terdiri dari dua tipe yaitu buku
pokok atau utama dan suplemen atau tambahan”. Lebih terperinci lagi Bacon
mengemukakan bahwa “buku teks (ajar) buku yang dirancang buat penggunaan di
kelas, dengan cermat disusun dan disiapkan oleh para pakar atau ahli dalam bidang
itu dan dilengkapi dengan sarana-sarana pengajaran yang sesuai dan serasi”.
48
Buku ajar merupakan buku pelajaran yang ditujukan bagi siswa pada
jenjang pendidikan tertentu (SD, SLTP, SMA/SMK, dan sebagainya).
Buku ajar selalu berkaitan dengan bidang studi tertentu (Bahasa Indonesia,
Matematika, Fisika, Sejarah, dan sebagainya).
Buku ajar selalu merupakan buku yang standar. Pengertian standar di sini
ialah baku, menjadi acuan berkualitas dan biasanya ada tanda pengesahan
dari badan wewenang di bawah Dinas Pendidikan Nasional
Buku ajar ditulis oleh pakar di bidangnya masing-masing.
Buku ajar ditulis untuk tujuan intruksional tertentu.
Buku ajar dilengkapi dengan sarana pengajaran.
Seperti terlihat dari namanya, buku ajar adalah jenis buku yang digunakan
dalam aktivitas belajar dan mengajar. Prinsipnya semua buku dapat digunakan
untuk bahan kajian pembelajaran. Namun, yang ingin disampaikan adalah
pengertian buku ajar terkait dengan cara menyusun, penggunaannya dalam
pembelajaran, dan penyebarannya, sehingga buku tersebut termasuk kategori buku
ajar.
49
Buku ajar disusun dengan alur dan logika sesuai dengan rencana
pembelajaran. Buku ajar disusun sesuai kebutuhan belajar siswa atau mahasiswa.
Buku ajar disusun untuk mencapai tujuan pembelajaran atau kompetensi tertentu.
Penulisan buku ajar harus mengacu kepada kurikulum dan harus tercermin
adanya bahan yang tingkat kedalaman dan keluasannya berbeda antara kelas X
dengan kelas XI. Bahan di kelas XI relatif lebih luas, lebih dalam dari bahan yang
diberikan di kelas X, bukan sebaliknya. Buku ajar disusun sesuai dengan kebutuhan
pelajar. Pertama kebutuhan akan pengetahuan, misalnya tentang ilmu alam, kepada
siswa SD kebutuhannya hanya sampai tingkatan mengetahui. Tetapi pada tingkat
SMA/SMK sudah harus mampu memahami, bahkan mungkin sampai aplikasi. Di
tingkat ini dibutuhkan latihan dan pendampingan. Ketiga adalah kebutuhan umpan
balik terhadap apa yang disampaikan kepada siswa.
Buku ajar adalah buku pegangan untuk suatu mata pelajaran yang ditulis
dan disusun oleh pakar bidang terkait dan memenuhi kaidah buku teks serta
diterbitkan secara resmi dan disebarluaskan.
Greene dan Petty, merumuskan beberapa peranan dan kegunaan buku ajar
sebagai berikut :
50
4. Menyajikan (bersama-sama dengan buku manual yang mendampinginya)
metode-metode dan sarana-sarana pengajaran untuk memotivasi siswa.
5. Menyajikan fiksasi awal yang perlu sekaligus juga sebagai penunjang bagi
latihan dan tugas praktis.
6. Menyajikan bahan atau sarana evaluasi dan remedial yang serasi dan tepat
guna.
51
4. Prinsip Pengembangan Bahan Ajar atau Buku Ajar
1. Pengembangan buku ajar atau bahan ajar hendaklah memperhatikan prinsip-
prinsip pembelajaran antara lain :
2. Mulai dari yang mudah untuk memahami yang sulit, dari yang sederhana untuk
memahami yang komplek
3. Pengulangan akan memperkuat pemahaman
4. Umpan balik positif akan memberikan penguatan terhadap pemahaman peserta
didik
5. Motivasi belajar yang tinggi merupakan salah satu faktor penentu keberhasilan
belajar peserta didik
6. Mencapai tujuan ibarat naik tangga, setahap demi setahap, akhirnya akan
mencapai ketinggian tertentu
7. Mengetahui hasil yang telah dicapai akan mendorong peserta didik untuk terus
mencapai tujuan
1. Buku ajar itu haruslah menarik minat anak-anak, yaitu para siswa
yang memakainya.
2. Buku ajar itu haruslah memberi motivasi kepada para siswa yang memakainya.
3. Buku ajar itu haruslah memuat ilustrasi yang menarik hati para siswa yang
memanfaatkannya.
4. Buku ajar seyogyanya mempertimbangkan aspek-aspek linguistik sehingga
sesuai dengan kemampuan para siswa yang memakainya.
5. Isi buku ajar haruslah berhubungan erat dengan pelajaran-pelajaran lainnya,
lebih baik lagi kalau dapat didukung dengan perencanaan, sehinga semuanya
merupakan kebulatan yang utuh dan terpadu.
52
6. Buku ajar haruslah dapat menstimulasi, merangsang aktivitas-aktivitas pribadi
para siswa yang mempergunakannya.
7. Buku ajar harus dengan sadar dan tegas menghindari konsep-konsep yang
samar-samar dan tidak biasa agar tidak sempat membingungkan para siswa
yang menggunakannya.
8. Buku ajar harus mempunyai sudut pandang atau point of view yang jelas dan
tegas sehingga juga pada akhirnya menjadi sudut pandang para pemakainya
yang setia.
9. Buku ajar harus mampu memberi pemantapan, penekanan pada nilai-nilai anak
dan orang dewasa.
10. Buku ajar harus dapat menghargai pribadi-pribadi para siswa
53
12. dikemas untuk dijual secara umum 11. dikemas untuk digunakan dalam
proses instruksional
13. tidak mempunyai mekanisme 12.mempunyai mekanisme untuk
untuk mengumpulkan umpan balik mengumpulkan umpan balik dari
dari pemakai siswa
14. tidak memberikan saran-saran cara 13. menjelaskan cara mempelajari
mempelajari buku tersebut. bahan ajar
BAB 4
A. Pengertian Kurikulum
54
Strategi belajar-mengajar serta kegiatan-kegiatannya.
Sistem evaluasi untuk mengetahui hingga mana tujuan tercapai.
B. Landasan Kurikulum
1. Filsafat Pendidikan
Filsafat pendidikan merupakan aktivitas berpikir tinggi dalam pencarian
teori dan praktik pendidikan. Permasalahan yang dihadapi oleh dunia pendidikan
bukanlah masalah ketidakjelasan konseptual melainkan pada masalah-masalah
nyata dalam praktik pendidikan terutama yang berkaitan dengan kurikulum dan
implementasi kurikulum. Landasan pengembangan kurikulum perlu mengacu pada
falsafah kehidupan bangsa Indonesia, dalam arti, kurikulum dikembangkan
berdasarkan cita-cita pembangunan bangsa Indonesia, yakni yang dapat berdiri
sejajar dengan bangsa-bangsa lain di dunia.
Kesepakatan nasional menetapkan Tujuan Pendidikan Nasional (Tupenas)
adalah “… berkembangnya potensi peserta didik agar mejadi manusia yang
beriman dan bertakwa kepada Tuhan YME, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap,
kreatif, mandiri, dan menjadi warga Negara yang demokratis serta bertanggung
jawab.” (UU-RI No.20 Tahun 2003 pasal 3).
2. Psikologi Pendidikan
Psikologi pendidikan mencoba member kontribusinya ke dalam pendidikan
dengan mengkaji beberapa karateristik subjek pendidikan dari beberapa aspek
psikologi. Pertama, psikologi perkembangan yang mengkaji tentang perubahan
progresif yang terjadi pada manusia. Ada beberapa kaidah perkembangan manusia
dalam pendidikan. Yaitu, sikap kritis, peran kematangan dan belajar, pola
55
perkembangan, perbedaan individu, tahapan perkembangan, setiap tahap
perkembangan memiliki resiko, rangsangan, pengaruh budaya, haran social pada
etiap perkembangan, serta keyakinan tradisional. Kedua, psikologi belajar yang
mengkaji bagaimana seseorang belajar baik secara individu maupun kelompok.
Berbagai teori belajar yang ditemukan tampaknya masih relevan untuk
dipertimbangkan dalam proses pembelajaran.1
56
Selama terjadinya perkembangan dan pengembangan kurikulum sekolah di
Indonesia, masing – masing mengikuti prinsip-prinsip pengembangan kurikulum
yang berbeda. Namun sasaran yang hendak dicapai adalah sama, yaitu dalam
rangka mewujudkan cita-cita pembangunan nasional pada umumnya dan tujuan
pendidikan Pancasila dan UUD 45 yang diacukan pada kerangka dasar
pembangunan nasional yang tertuang dalam Garis-Garis Besar Haluan Negara.
a. Prinsip Relevansi
Relevansi adalah kesesuaian, keserasian pendididkan dengan tuntutan
masyarakat. Pendidikan dikatakan relevan jika hasil pendidikan tersebut berguna
secara fungsional bagi masyarakat.
Masalah relevansi pendidikan dengan masyarakat :
1. Relevansi pendidikan dengan lingkungan kehidupan peserta didik
Relevansi pendidikan dengan lingkungan kehidupan peserta didik berarti bahwa
dalam mengembangkan kurikulum atau dalam menetapkan bahwa pengajaran
yang diajarkan hendaknya dipertimbangkan atau disesuaikan dengan
kehidupan nyata di sekitar peserta didik.
2. Relevansi pendidikan dengan kehidupan sekarang dan kehidupan yang akan
datang
Apa yang diajarkan kepada peserta didik pada saat ini hendaknya bermanfaat
baginya untuk menghadapi kehidupan di masa yang akan datang. Dengan kata
lain, kurikulum hendaknya disesuaikan dengan apa yang terjadi dimasa yang
akan datang.
3. Relevansi pendidikan dengan tuntutan dunia kerja
Disamping relevensi dari isi pendidikan, hal yang dipertimbangkan relevansinya
adalah berkenaan dengan relevansi segi kegiatan belajar. Kurangnya relevansi
segi kegiatan belajar ini sering mengakibatkan sukarnya lulusan dalam
menghadapi tuntutan dari dunia pekerjaan.
4. Relevensi pendidikan dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi
57
Ilmu pengetahuan dan teknologi berkembang dengan begitu cepat. Oleh karena itu,
pendidikan harus dapat menyesuikan diri dan bahkan dapat memberikan
sumbangan terhadap perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi tersebut.
58
1. Bahan pelajaran yang diperlukan untuk sekolah yang lebih tinggi harus sudah
diajarkan di sekolah sebelumnya.
2. Bahan pelajaran yang sudah diajarkan di sekolah yang lebih rendah tidak perlu
dajarkan lagi di sekolah yang tinggi.
d. Prinsip Fleksibilitas
Prinsip berorientasi pada tujuan bahwa sebelum bahan ditentuan maka langkah
pertama yang dilakukan oleh guru adalah menentukan tujuan terlebih dahulu. Hal
ini dimaksudkan agar segala jam dan kegiatan pengajaran yang dilakukan oleh
peserta didik maupun guru dapat benar-benar terarah kepada tercapainya tujuan
pendidikan yang telah ditetapkan tersebut.
59
dicapai untuk melakukan perbaikan, pemnatapan, dan pengembangan lebih
berlanjut.
BAB 5
D. Pendekatan Kurikulum
Para ahli kurikulum selama ini telah mendapatkan sejumlah pendekatan umum
dalam pengembangan kurikulum masing-masing berdasarkan fokus utama
tertentu. Cara penggolongan oleh para ahli itu agak berlainan, namun apa yang
dikemukakan di sini boleh dikatakan telah mencakup kebanyakan dari pendekatan
utama dewasa ini.
60
Yang diutamakan dalam pendekatan ini ialah penguasaan bahan dan proses
dalam disiplin ilmu tertentu. Pendekatan ini paling mudah dibandingkan dengan
pendekatan lainnya oleh sebab disiplin ilmu telah jelas batasannya dan karena itu
lebih mudah mempertanggung jawabkan apa yang diajarkan
2. Pendekatan Interdisipliner
Banyak usaha telah dijalankan selama ini untuk mendobrak tembok pemisah
yang dibuat-buat antara berbagai matapelajaran atau disiplin ilmu yang terdapat
dalam pendekatan bidang studi. Masalah-masalah dalam kehidupan tidak hanya
melibatkan satu disiplin, akan tetapi memerlukan berbagai ilmu secara
interdisipliner.
a. Pendekatan “Broad-Field
Kurikulum ini berusaha menghilangkan tembok pemisah yang tak wajar antara
berbagai disiplin ilmu agar siswa dapat menerapkan secara fungsional pengetahuan
dan ketrampilan yang diperolehnya dari berbagai disiplin ilmu guna memecahkan
masalah sosial personal masa kini.
61
Istilah inti (core) juga digunakan dalam kurikulum Perguruan Tinggi. Dengan
“core” dimaksud pengetahuan inti yang pokok yang diambil dari semua disiplin
ilmu yang dianggap esensial mengenai kebudayaan dan ilmu pengetahuan yang
dianggap layak dimiliki oleh tiap orang terdidik dan terpelajar. Pengetahuan umum
ini layak dimiliki tiap mahasiswa lepas dari jurusan yang dipilihnya.
3. Pendekatan Rekonstruksionisme
a. Rekonstruksionisme konservatif.
b. Rekonstruksionisme radikal.
Pendekatan ini berpendapat bahwa banyak negara mengadakan pembangunan
dengan merugikan rakyat kecil yang miskin yang merupakan mayoritas
masyarakat.
62
Kedua pendirian yang saling bertentangan ini mempunyai unsur kesamaan.
Masing-masing berpendirian bahwa misi sekolah ialah untuk mengubah dan
memperbaiki masyarakat. Sedangkan perbedaannya terletak dalam definisi atau
tafsiran masing-masing tentang “perbaikan” dan cara pendekatan terhadap masalah
itu.
4. Pendekatan Humanistik
a. Siswa akan lebih giat belajar dan bekerja bila harga dirinya dikembangkan
sepenuhnya.
b. Siswa yang diturut sertakan dalam perencanaan dan pelaksanaan pelajaran
akan merasa bertanggung jawab atas keberhasilannya.
c. Hasil belajar akan meningkat dalam suasana belajar yang diliputi oleh rasa
saling mempercayai, saling membantu, saling mempedulikan dan bebas dari
ketegangan yang berlebihan.
d. Guru yang berperan sebagai fasilitator belajar memberi tanggungjawab kepada
siswa atas kegiatannya belajar dan memupuk sikap positif terhadap “apa
sebab” dan “bagiamana” mereka belajar.
e. Kepedulian siswa akan pelajaran memegang peranan penting dalam
penguasaan bahan pelajaran itu.
f. Evaluasi diri bagian penting dalam proses belajar yang memupuk rasa harga
diri.
63
5. Pendekatan “Accountability”
64
a. Pendidikan kewarganegaraan.
Berorientasi pada sistem politik negara yang menetukan peranan, hak dan
kewajiban tiap warganegara.
Dalam masyarakat demokratis, warganegara dapat dimasukkan dalam tiga
kategori;warganegara yang apatis, warganegara yang pasif, warganegara
aktif.
b. Pendidikan Pembangunan Nasional
Tujuan pendidikan ini ialah mempersiapkan tenaga kerja yang diperlukan
untuk memenuhi kebutuhan pembangunan. Untuk itu harus diadakan
proyeksi kebutuhan tenaga kerja yang cermat. Sistem pendidikan diatur
sedemikian rupa sehingga mampu menghasilkan tenaga kerja menurut
spesifikasi yang tgelah diproyeksikan dalam batas kemampuan keuangan
negara. Para pengembang kurikulum bertugas untuk mendisain program yang
sesuai dengan analisis jabatan yang akan diduduki.
c. Pendidikan Ketrampilan untuk Kehidupan Praktis
Ketrampilan yang diperlukan bagi kehidupan sehari-hari dapat dibagi
dalam beberapa kategori yang tidak hanya bercorak ketrampilan kan tetapi
juga mengandung aspek pengetahuan dan sikap, yakni:
1) Ketrampilan untuk mencari nafkah dan rangka sistem ekonomi suatu
negara.
2) Ketrampilan untuk mengembangkan masyarakat.
3) Ketrampilan untuk menyumbang kepada kesejahteraan umum.
4) Ketrampilan sebagai warga negara yang baik.
65
pendidikan tertentu.Standar isi tersebut memuat kerangka dasar dan struktur
kurikulum, beban belajar, kurikulum tingkat satuan pendidikan, dan kalender
pendidikan. Dimana tujuan standar isi ialah meningkatkan mutu pendidikan yang
diarahkan untuk pengembangan potensi peserta didik sesuai dengan perkembangan
ilmu, teknologi, seni, serta pergeseran paradigma pendidikan yang berorientasi
pada kebutuhan peserta didik.
66
· Standar kompetensi lulusan (SKL) satuan pendidikan
2. KI (Kompetensi Inti)
Kompetensi Inti dirancang dalam empat kelompok yang saling terkait yaitu
berkenaan dengan sikap keagamaan (kompetensi inti 1), sikap sosial (kompetensi
2), pengetahuan (kompetensi inti 3), dan penerapan pengetahuan (kompetensi 4).
Keempat kelompok itu menjadi acuan dari Kompetensi Dasar dan harus
dikembangkan dalam setiap peristiwa pembelajaran secara integratif. Kompetensi
yang berkenaan dengan sikap keagamaan dan sosial dikembangkan secara tidak
langsung (indirect teaching) yaitu pada waktu peserta didik belajar tentang
67
pengetahuan (kompetensi kelompok 3) dan penerapan pengetahuan (kompetensi
Inti kelompok 4).
Kompetensi Inti dirancang dalam empat kelompok yang saling terkait yaitu
berkenaan dengan sikap keagamaan (kompetensi inti 1), sikap sosial (kompetensi
2), pengetahuan (kompetensi inti 3), dan penerapan pengetahuan (kompetensi 4).
Keempat kelompok itu menjadi acuan dari Kompetensi Dasar dan harus
dikembangkan dalam setiap peristiwa pembelajaran secara integratif. Kompetensi
yang berkenaan dengan sikap keagamaan dan sosial dikembangkan secara tidak
langsung (indirect teaching) yaitu pada waktu peserta didik belajar tentang
pengetahuan (kompetensi kelompok 3) dan penerapan pengetahuan (kompetensi
Inti kelompok4).
68
3. KD (Kompetensi dasar)
BAB 6
KETERKAITAN ANTARA BUKU TEKS DAN SILABUS
Buku teks sendiri adalah paduan khusus yang menjadi pegangan untuk
siswa, layaknya buku panduan yang memudahkan pengguna gadget, google map
untuk para perjelajah jalanan dan kamus bagi penerjemah. Sepenting itulah buku
teks dalam permbelajaran, yang dapat menjembatani guru dan murid agar tidak
mengalami jurang pemahaman yang keliru serta menjadi guide dalam pembahasan
teori yang kadang berlebihan, pula fasilitas murah bagi murid yang tamak akan ilmu
pengetahuan. Tentu ikatan antara buku teks dan pembelajaran tak bisa diragukan
lagi.
Soal kehawatiran lain, tinggal bagaimana sikap kita dalam mengunakan
buku teks tersebut, jangan sampai terlalu memanfaatkan buku teks yang kadang
mendominasi pembelajaran. Hal ini yang banyak sekali terjadi di sekolah-sekolah.
Karena adanya buku teks apa lagi LKS. Pendampingan guru terhadap proses
pembelajar menjadi kurang, karena guru merasa sudah merasa cukup akan materi-
materi yang telah tersaji pada buku teks.
69
Itulah sebatas pemikiran dari hasil pembelajran dan pengalaman,
dikarenakan keterbatasan keilmuan, setelah saya mencari bahan referensi di buku,
diktat dan papan seluncur, maksud saya tempat berseluncur yaitu internet saya
menemukan artikel yang menarik yang bisa dibaca-baca.
Pembelajaran dengan buku teks pelajaran merupakan dua hal yang saling
melengkapi (Suryaman, 2006). Pembelajaran akan berlangsung secara efektif
manakala dilengkapi dengan media pembelajaran, yakni -- yang cukup penting --
berupa buku teks pelajaran. Buku teks pelajaran dapat disusun serta digunakan
dengan baik jika memperhatikan prinsip-prinsip dalam pembelajaran. Di dalam
pembelajaran tersangkut masalah siswa, guru, materi bahan ajar, cara penyajian
bahan ajar, serta latihan. Komponen ini harus tercermin di dalam buku teks
pelajaran. Ketercerminan saja tidak cukup. Buku teks pelajaran harus berisi pula
hasil pengolahan atas komponen-komponen tersebut dalam satu kesatuan yang
padu sehingga materi bahan ajar, cara penyajian materi bahan ajar, dan latihan
materi bahan ajar dapat dengan mudah dipahami dan dipraktikkan, baik oleh siswa
maupun guru.
Sehubungan dengan itu, buku teks pelajaran juga harus mengakomodasi
prinsip-prinsip pembelajaran tersebut. Selama ini prinsip yang mendapat perhatian
besar adalah materi bahan ajar. Perhatian yang berlebihan terhadap materi bahan
ajar serta mengabaikan komponen yang lain mengakibatkan buku teks pelajaran
lebih mengutamakan hasil, dan mengabaikan proses. Orientasi yang berlebihan
terhadap hasil malahan mengakibatkan Nilai Ebtanas Murni (NEM) pada masa lalu
dan nilai ujian nasional pada masa kini belum mencapai harapan yang memuaskan.
Buku teks pelajaran hanya difungsikan sebagai tempat yang mengandung materi
bahan ajar yang dapat dihapalkan. Kemampuan siswa pun hanya sebatas
kemampuan menghapal. Ketika dihadapkan pada masalah yang berbeda, siswa
tidak mampu memecahkannya. Akhirnya, buku teks pelajaran hanyalah
memperkuat anggapan bahwa belajar berbahasa adalah belajar tentang pengetahuan
bahasa, bukan belajar membaca, menulis, berbicara, dan mendengarkan; belajar
bersastra adalah belajar tentang pengetahuan sastra, bukan belajar berapresiasi,
berekspresi, maupun berkreasi dengan sastra; dan sebagainya
70
Pola penyusunan buku teks pelajaran yang demikian dianggap tidak
berhasil, bukan disebabkan oleh kurikulum atau apapun, melainkan oleh
ketidaksesuaiannya dengan hakikat buku teks pelajaran. Pada hakikatnya buku teks
pelajaran merupakan media pembelajaran. Sebagai media, buku itu harus berisi
materi bahan ajar, cara penyajian bahan ajar, dan model latihan bahan ajar. Materi
yang dijadikan bahan ajar harus disajikan dengan cara tertentu sehingga siswa
memiliki kemampuan berkenaan dengan pemahaman, keterampilan, dan perasaan.
Sebagai refleksi atas kemampuan tersebut, siswa dapat memecahkan persoalan-
persoalan yang diajukan di dalam latihan. Begitupun bagi guru. Buku teks pelajaran
harus mampu membantu guru berkenaan dengan cara mengajarkan serta menguji
kemampuan siswa berkenaan dengan materi tersebut.
Secara teoretis, guru berpengalaman dapat mengajarkan materi tanpa buku
teks pelajaran. Akan tetapi, cara demikian tidak akan berlangsung lama. Banyak
guru yang tidak sempat untuk menulis materi pelengkap sehingga mereka hanya
berpijak pada buku teks pelajaran. Artinya, buku teks pelajaran memiliki posisi
yang sangat penting dalam kelas. Oleh karena itu, buku teks pelajaran harus disusun
seefektif dan seefisien mungkin sehingga siswa dan guru terbantu dalam belajar dan
mengajar di rumah maupun di kelas.
Penyajian materi merupakan tahap kedua setelah materi tersedia. Materi itu
dapat meliputi pengetahuan seperti fakta, konsep, prinsip, dan prosedur;
keterampilan, seperti kemampuan menerapkan prosedur; serta sikap, seperti nilai.
Ibarat seorang juru masak, penyediaan materi merupakan tahap awal sebelum
memasak. Rasa, aroma, dan kelezatan suatu masakan tergantung kepada cara
pengolahan juru masak dan cara penyajian pramusaji. Antara juru masak yang satu
dengan juru masak yang lain akan menghasilkan masakan dengan rasa, aroma, dan
kelezatan yang berbeda sekalipun bahan sama. Semua tergantung kepada
pengalaman, keterampilan, wawasan, dan sebagainya dari juru masak.
Hal demikian terjadi pula di dalam penyusunan buku pelajaran. Setelah
bahan materi seperti dikemukakan di atas tersedia, penulis harus mengolahnya agar
buku pelajaran yang disusunnya menghasilkan menu yang mampu membangkitkan
selera pembaca (siswa). Kemampuan ini tampak ketika siswa dipermudah,
71
dibangkitkan minatnya, dikembangkan daya tariknya, dirangsang skematanya,
dikembangkan daya pikir dan ciptanya, ditumbuhkan aktivitas dan kreativitasnya,
serta ditimbulkan keinginan untuk mencoba oleh buku pelajaran. Tentu pula buku
yang ditulis oleh seseorang akan berbeda dengan penulis yang lainnya. Hal ini
tergantung kepada pengalaman, keterampilan, wawasan, dan sebagainya dari
penulis.
Berdasarkan paparan di atas tampak bahwa penyajian materi berkenaan
dengan penataan materi di dalam buku pelajaran. Penataan ini dimaksudkan agar
mudah, menarik, membangkitkan minat, membangun skema, mengembangkan
daya pikir dan daya cipta, beragam, menimbulkan aktivitas dan kreativitas,
menimbulkan keinginan untuk mencoba, dan sebagainya.
Penyajian materi di dalam buku pelajaran tidak hanya didasarkan persepsi
penulis semata. Cara mengolah dan kemudian menyajikannya di dalam buku
pelajaran, haruslah didasarkan atas pandangan teori belajar. Artinya, peguasaan
teori belajar menjadi sangat signifikan untuk dikuasai oleh penulis buku pelajaran.
Belajar adalah bagaimana cara siswa membangun pengalaman baru
berdasarkan pengalaman awal. Prinsip ini mengarahkan kita bahwa sumber belajar
yang paling otentik adalah pengalaman. Menurut Covey (2006) belajar merupakan
upaya untuk mengilhami diri kita dan orang lain. Caranya adalah kenali diri dan
dengarkan hati nurani kita. Pengenalan diri dan penyertaan hati nurani menyiratkan
betapa tingginya nilai pengalaman.
Sejak tahun 1916, John Dewey telah menyatakan bahwa siswa akan belajar
dengan baik jika yang dipelajarinya terkait dengan apa yang telah diketahuinya.
Para ahli psikologi belajar mutakhir pun semakin memperkuatnya. Piaget,
misalnya, dengan teori skemanya menjelaskan bahwa perkembangan intelektual
anak muncul melalui proses penciptaan pengetahuan baru berdasarkan pengetahuan
yang sudah ada pada diri si anak. Ia memberikan contoh tentang seorang anak kecil
dari kota yang diajak berjalan-jalan oleh ayahnya ke suatu desa. Ia melihat seekor
sapi di ladang. Kemudian anak itu berkata: “Ayah, lihat, itu ada anjing besar”
(Barry, 1977 dan Suryaman, 2001).
72
Pengambilan kesimpulan “anjing besar” didasarkan pengetahuan awal anak
tentang anjing, namun pengetahuan anak tentang sapi belum dikenalnya. Di sini
anak mencoba menempatkan stimulus yang baru (sapi) pada pengetahuan awalnya.
Stimulus baru itu kira-kira mirip dengan seekor anjing (yang sudah dikenal)
sehingga ia mengidentifikasikan objek tersebut sebagai seekor anjing. Si anak
belum mampu membedakan antara sapi dengan anjing tetapi sudah mampu melihat
kesamaannya.
Begitupun dengan Ausubel (Biehler, 1978) yang menyatakan bahwa
perlunya pengorganisasian awal (advanced organizer) sebagai jembatan konseptual
antara sesuatu yang telah diketahui dengan sesuatu yang baru. Syaratnya, sesuatu
yang telah diketahui itu stabil, jelas, terbedakan dari yang lain, serta berkaitan
dengan hal yang baru.
Piaget kemudian memaknai belajar sebagai pemrosesan pengalaman yang
secara konstan mengalami pemantapan sesuai dengan informasi baru yang
diperoleh. Semakin banyak pengalaman, semakin bertambah pula penyempurnaan
skema seseorang. Para pakar teori skema memastikan bahwa latar belakang
pengalaman yang kaya akan sangat membantu keberhasilan belajar. Pengalaman
yang kaya itu bisa diperoleh dengan berbagai cara, di antaranya dengan jalan
membaca, khususnya membaca buku teks pelajaran. Semakin banyak seseorang
membaca, akan semakin meningkat pula kemampuan membacanya. Hasil
penelitian Yap (1978) mendukung pernyataan tersebut, yakni tingkat keterampilan
membaca seseorang ditentukan oleh 65% banyaknya membaca. (sumber:
journal.uny.ac.id. oleh M Suryaman)
Ada yang perlu dingat bahwa ketersediaan buku teks juga akan
mempengaruhi pembelajaran, kerena bisa saja ada siswa yang memang kurang
mendayagunakan buku teks yang telah menjadi pegangan. Jadi sebaiknya dalam
proses pembelajaran guru tidak terlalu mengandalkan buku teks. Jadikan buku teks
hanya sebagai media pembalajaran saja yang dapat memudahkan guru dalam hal
memahamkan mata pelajaran maupun murid yang dapat mengkoneksikan pikiran
antara apa-apa yang dijelaskan oleh guru dengan tulisan dan penjelasan detail yang
terdapat pada buku teks.
73
Terlebih zaman era kemudahan seperti sekarang ini, internet yang sudah bukan
menjadi barang langka, akan lebih memudahkan murid dalam mencari informasi
apapun. Baik-buruknya tergantung seperti apa pemakaianya. Dan guru disini
berperan menjadi filter agak murid tidak salah faham
74
PERTEMUAN 7
75
Kurikulum 2013 ini diberlakukan secara bertahap mulai tahun ajaran 2013-2014
melalui pelaksanaan terbatas, khususnya bagi sekolah-sekolah yang sudah siap
melaksanakannya. Pada Tahun Ajaran 2013/2014, Kurikulum 2013 dilaksanakan
secara terbatas untuk Kelas I dan IV Sekolah Dasar/Madrasah Ibtida’iyah (SD/MI),
Kelas VII Sekolah Menengah Pertama/Madrasah Tsanawiyah (SMP/MTs), dan
Kelas X Sekolah Menengah Atas/Sekolah Menengah Kejuruan/Madrasah Aliyah
(SMA/SMK/MA/MAK). Pada Tahun Ajaran 2015/2016 diharapkan Kurikulum
2013 telah dilaksanakan di seluruh kelas I sampai dengan Kelas XII.
Dari sekian banyak unsur sumber daya pendidikan, kurikulum merupakan salah
satu unsur yang memberikan kontribusi signifikan untuk mewujudkan proses
berkembangnya potensi peserta didik. Jadi tidak dapat disangkal lagi bahwa
kurikulum yang dikembangkan dengan berbasis pada kompetensi sangat diperlukan
sebagai instrumen untuk mengaraakan peserta didik menjadi:
76
2. Manusia terdidik yang beriman dan bertaqwa kepada Allah Yang Maha Esa,
berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan
3. Warga negara yang demokratis dan bertanggung jawab.
Karakter adalah gambaran tingkah laku yang dimiliki oleh seseorang yang
mencerminkan nilai-nilai kehidupan dan melekat pada diri seseorang. Orang yang
berkarakter memeilki berbagai dimensi misalnya, dimensi sosial, fisik, emosi, dan
akademik. Jika disejajarkan dengan ranah Bloom, berarti manusia berkarakter
memiliki ranah kognisi, afeksi, dan psikomotorik yang baik, ditambah dengan
emosi, spiritual, ketahanan menghadapi masalah dan sosial.
Dengan demikian, perpaduan dua basis antara kompetensi dan karakter dalam
kurikulum ini diharapkan siswa dapat meningtkan dan menggunakan
77
pengetahuannya, mengkaji, dan menginternalisasi serta mempersonalisasi nilai-
nilai karakter dan akhlak mulia sehingga terwujud dalam kehidupan sehari-hari.
1. Landasan Filosofis
a) Pendidikan berakar pada budaya bangsa, kehidupan masa kini dan membangun
landasan kehidupan masa depan.
78
d) Pendidikan mengembangkan berbagai potensi yang dimiliki peserta didik
2. Landasan Yuridis
79
3. UU no. 17 tahun 2005 tentang rencana pembangunan jangka panjang
nasional, beserta segala ketentuan yang dituangkan rencana pembangunan
jangka menengah nasional, dan
4. Peraturan pemerintah no. 19 tahun 2005 tentang standart nasional
pendidikan sebagaimana telah diubah dengan PP no. 19 tahun 2005 tentang
standart nasional pendidikan.
5. Landasan Konseptual
a) Relevansi pendidikan
c) Pembelajaran kontekstual
d) Pembelajaran aktif
3. Landasan Teoritis
4. Landasan Empiris
80
peserta didik dengan konten, namun pada aspek kemampuan esensial yang
diperlukan semua warga untuk berperan serta dalam membangun negara pada
masa mendatang. Dalam satu sistem pendidikan, kurikulum itu bersifat dinamis
serta harus selalu dilakukan perubahan dan pengembangan, agar dapat mengikuti
perkembangan dan tantangan zaman. Namun demikian, perubahan dan
pengembangan kurikulum harus dilakukan secara terarah dan tidak asal-asalan.
81
Proses pembelajaran diselenggarakan secara interaktif, inspiratif,
menyenangkan, menantang, memotifasi peserta didik untuk berpartisipasi
aktif, serta memberi ruang yang cukup bagi prakarsa, kreativitas, dan
kemandirian sesuai dengan bakat, minat, dan perkembangan fisik serta
psikologis peserta didik.
82
Pada metode proyek, pemecahan masalah, atau inkuiri siswa dapat memanfaatkan
sumber belajar di luar kelas. Dianjurkan pula untuk materi tertentu siswa
memanfaatkan sumber belajar di sekitar lingkungan masyarakat. Tentu dengan
pendekatan ini pembelajaran tidak cukup dengan pelaksanaan tatap muka dalam
kelas.
Pergeseran ini membuat guru tidak hanya menggunakan sumber belajar tertulis
sebagai satu-satunya sumber belajar siswa dan hasil belajar siswa hanya dalam
bentuk teks. Hasil belajar dapat diperluas dalam bentuk teks, disain program, mind
maping, gambar, diagram, tabel, kemampuan berkomunikasi, kemampuan
mempraktikan sesuatu yang dapat dilihat dari lisannya, tulisannya, geraknya, atau
karyanya.
Pembelajaran tidak hanya dilihat dari hasil belajar, tetapi dari aktivitas dalam
proses belajar. Yang dikembangkan dan dinilai adalah sikap, pengetahuan, dan
keterampilannya.
Semua materi pelajaran perlu diletakkan dalam sistem yang terpadu untuk
menghasilkan kompetensi lulusan. Oleh karena itu guru perlu merancang
pembelajaran bersama-sama, menentukan karya siswa bersama-sama, serta
menentukan karya utama pada tiap mata pelajaran bersama-sama, agar beban
belajar siswa dapat diatur sehingga tugas yang banyak, aktivitas yang banyak, serta
83
penggunaan waktu yang banyak tidak menjadi beban belajar berlebih yang
kontraproduktif terhadap perkembangan siswa.
Di sini siswa belajar menerima kebenaran tidak tunggal. Siswa melihat awan
yang sama di sebuah kabupaten. Mereka akan melihatnya dari tempatnya berpijak.
Jika ada sejumlah siswa yang melukiskan awan pada jam yang sama dari tempat
yang berjauhan, mereka akan melukiskannya berbeda-beda, semua benar tentang
awan itu, benar menjadi beragam.
Hasil belajar pada rapot tidak hanya melaporkan angka dalam bentuk
pengetahuannya, tetapi menyajikan informasi menyangkut perkembangan sikapnya
dan keterampilannya. Keterampilan yang dimaksud bisa keterampilan membacan,
menulis, berbicara, mendengar yang mencerminkan keterampilan berpikirnya.
Keterampilan bisa juga dalam bentuk aktivitas dalam menghasilkan karya, sampai
pada keterampilan berkomunikasi yang santun, keterampilan menghargai pendapat
dan yang lainnya.
84
9. Pembelajaran yang mengutamakan pembudayaan dan pemberdayaan
siswa sebagai pembelajar sepanjang hayat.
Di sini guru perlu menempatkan diri sebagai fasilitator yang dapat menjadi
teladan, memberi contoh bagaimana hidup selalu belajar, hidup patuh menjalankan
agama dan prilaku baik lain. Guru di depan jadi teladan, di tengah siswa menjadi
teman belajar, di belakang selalu mendorong semangat siswa tumbuh
mengembangkan pontensi dirinya secara optimal.
Prinsip ini menandakan bahwa ruang belajar siswa tidak hanya dibatasi dengan
dinding ruang kelas. Sekolah dan lingkungan sekitar adalah kelas besar untuk siswa
85
belajar. Lingkungan sekolah sebagai ruang belajar yang sangat ideal untuk
mengembangkan kompetensi siswa. Oleh karena itu pembelajaran hendaknya dapat
mengembangkan sistem yang terbuka.
Di sini sekolah perlu meningkatkan daya guru dan siswa untuk memanfaatkan
TIK. Jika guru belum memiliki kapasitas yang mumpuni siswa dapat belajar dari
siapa pun. Yang paling penting mereka harus dapat menguasai TIK sebab
mendapatkan pelajaran dengan dukungan TIK atau tidak siswa tetap akan
menghadapi tantangan dalam hidupnya menjadi pengguna TIK. Jika sekolah tidak
memfasilitasi pasti daya kompetisi siswa akan jomplang daripada siswa yang
memeroleh pelajaran menggunakannya.
86
setidaknya ada tiga komponen penting yang ada dalam kurikulum yaitu komponen
tujuan pendidikan, komponen proses, dan komponen evaluasi.
Pasal 1
Pasal 2
87
c) Pedoman kegiatan ekstrakurikuler
– Juli 2015: kelas I, II, III, IV, V, VI, VII, VIII, IX, X, XI, dan XII
2012– 2014
88
4. Pengembangan manajemen, kepemimpinan, sistem administrasi, dan
pengembangan budaya sekolah (budaya kerja guru) terutama untuk SMA dan
SMK, dimulai dari bulan Januari – Desember 2013
5. Pendampingan dalam bentuk Monitoring dan Evaluasi untuk menemukan
kesulitan dan masalah implementasi dan upaya penanggulangan: Juli 2013 –
2016.
89
pembelajaran kontekstual(contextual teaching and learing), bermain peran,
pembelajaran partisipatif (participative teaching and learning), belajar tuntas
(mastery learning), dan pembelajaran konstruktivisme (constructivism
teaching and learning).
90
keadaan yang memungkinkan membawa kearah kebaikan, tetapi kadang juga
membawa kebaikan.
91
Kebijakan penambahan ini dimaksudkan agar guru memiliki waktu yang lebih
leluasa untuk mengelola dan mengembangkan proses pembelajaran yang
berorientasi pada peserta didik atau mengembangkan proses pembelajaran aktif,
kreatif, dan menyenangkan. Disamping penambahan jam pelajaran, dalam
implementasi kurikulum 2013 juga rencananya akan dilakukan pendampingan,
terutama pendampingan bagi guru-guru dalam melaksanakan pembelajaran
tematik integratif.
1. Tematik Integratif
Untuk sekolah dasar, saat ini ada sepuluh mata pelajaran yang diajarkan.
Namun, dalam kurikulum 2013 mata pelajaran dipadatkan menjadi enam mata
pelajaran.
Dalam kurikulum 2013, pramuka merupakan ekstra kurikuler wajib dan itu
diatur dalam undang-undang. Pramuka ini menjadi ekstra kurikuler wajib pada
92
satuan pendidikan dasar dan menengah, untuk berbagai jenjang pendidikan.
Untuk meningkatkan layanan secara profesional, maka dalam implementasi
pramuka kemendikbud bekerjasama dengan kemenpora.
Penambahan jam pelajaran merupakan isi dari perubahan kurikulum baru yang
mulai diterapkan bulan Juli 2013 untuk anak-anak SD.
Selanjutnya adalah perbedaan esensial kurikulum SMP antara KTSP 2006 dan
Kurikulum 2013.
93
saintifik melalui mengamati, menanya,
mencoba , menalar
TIK merupakan sarana pembelajaran,
TIK adalah mata pelajaran sendiri dipergunakan sebagai media
pembelajaran mata pelajaran lain.
1. Buku pedoman pembelajaran yang terdiri dari buku guru dan buku siswa.
2. Guru dilatih untuk memahami pendayagunaan sumber belajar yang telah
disiapkan dan sumber lain yang dapat dimanfaatkan.
3. Pendampingan dan pemantauan oleh pusat dan daerah terhadap pelaksanaan
pembelajaran.
94
Tidak ada penjurusan di SMA. Ada mata
SMA ada penjurusan sejak kelas XI pelajaran wajib, peminatan, antar minat,
dan pendalaman minat.
SMA dan SMK memiliki mata pelajaran
SMA dan SMK tanpa kesamaan
wajib yang sama terkait dasar-dasar
kompetensi
pengetahuan , ketrampilan, dan sikap.
Penjurusan di SMK tidak terlalu detail, di
Penjurusan di SMK sangat detail
dalamnya terdapat pengelompokan
(sampai keahlian)
peminatan dan pendalaman
BAB 8
Dalam hal ini pendidikan sering diartikan sebagai upaya manusia untuk
memanusiakan manusia. Proses pendidikan pada manusia pertama kali adalah
dalam lingkungan keluarga. Pendidikan keluarga berlangsung secara informal,
sadar atau tidak sadar berupa pengalihan pengalaman dari orangtua terhadap anak-
anaknya dalam keluarga yang dilanjutkan pendidikan itu seterusnya dalam
lingkungan sekolah yang formal.
95
Formalitas sekolah ditandai dengan peraturan yang mengikat peserta didik
yang terlibat dalam proses tersebut, memiliki jenjang pendidikan sistem kronologis,
mempunyai kurikulum dan sebagainya. Guru sebagai pendidik di sekolah
mempersiapkan kinerja formalnya dengan rencana, rancangan yang matang, tujuan
yang jelas, bahan-bahan yang tidak disusun secara sistematis, metode dan yang
lainnya.
Ruang lingkup di sekolah merupakan bagian yang tidak bisa dipisahkan dari
sistem kehidupan sosial yang sangat luas. Dalam pendidikan di sekolah
pendidikannya dilakukan secara bertahap, mulai tingkat Taman Kanak-kanak (TK)
sampai Perguruan Tinggi (PT), yang masing-masing tingkatannya mempunyai
tujuan yang dikenal dengan tujuan institusional atau tujuan lembaga, yaitu tujuan
yang harus dicapai oleh setiap jenjang lembaga pendidikan di sekolah.
Berdasarkan uraian tersebut, maka makalah ini bertujuan untuk mengetahui lebih
jelas mengenai definisi/pengertian dan komponen apa saja yang ada dalam.
B. Definisi Kurikulum
Kata kurikulum berasal dari bahasa Yunani, yakni cucere yang berubah
wujud menjadi kata benda curriculum. Kurikulum jama kata curricula, pertama kali
dipakai dalam dunia atletik yang diartikan a Race Course, a Place For Runnung a
Chariaot. Yakni, suatu alat yang membawa seseorang dari start sampai finish.
96
Kurikulum Dalam dunia pendidikan mempunyai arti (dalam arti
sempit/tradisional) adalah sejumlah mata pelajaran di sekolah atau di perguruan
tinggi yang harus ditempuh untuk mendapat ijasah atau naik tingkat. Menurut
Caster V. Good kurikulum adalah sekumpulan mata perlajaran atau sekwens yang
bersifat sistematis yang diperlukan untuk lulus atau mendapatkan ijasah dalam
bidang studi pokok tersebut. Sedangkan menurut Robert Jaiz kurikulum adalah
serangkaian mata pelajaran yang harus dipelajari dan dikuasai.
Agar dapat diketahui posisi dan fungsi kurikulum dalam sistem pendidikan,
berikut merupakan definisi kurikulum dari berbagai sumber yaitu:
97
Beberapa definisi kurikulum tersebut diharapkan saling melengkapi,
sehingga pemahaman tentang kurikulum menjadi semakin utuh, dan dapat dihindari
kekeliruan yang mungkin muncul dalam penyusunan, pelaksanaan, dan evaluasi
kurikulum suatu program studi. Pada dasarnya kurikulum memuat tentang apa yang
harus diketahui mahasiswa dan bagaimana cara mahasiswa memperolehnya.
Kurikulum dikemas dalam 8 bentuk yang mudah dikomunikasikan kepada para
pihak yang berkepentingan (stakeholders) di dalam institusi pendidikan, akuntabel,
dan mudah diaplikasikan dalam praktik.
Untuk itu kompetensi yang dimiliki oleh lulusan dan kurikulum dari suatu
program studi perlu dirumuskan sesuai dengan tujuan pendidikan dan tuntutan
kompetensi lulusan, sehingga lulusan program studi tersebut memiliki keunggulan
komparatif di bidangnya. Kurikulum bersifat khas untuk suatu program studi,
sebagaimana juga kekhasan tujuan pendidikan dan kompetensi lulusan dari suatu
program studi tersebut. Kesadaran penuh atas kekhasan kompetensi lulusan
masing-masing program studi, diharapkan membuat para lulusan dari berbagai
program studi yang berbeda dapat saling melengkapi dan bekerja sama.
C. Fungsi Kurikulum
Tujuan pendidikan merupakan arah dari titik air dari setiap aktifitas manusia
yang bernilai dari pendidikan. Tujuan pendidikan mempunyai jenjang mulai dari
yang tinggi yaitu yang tujuan umum pendidikan sampai pada tujuan yang paling
98
rendah (perubahan prilaku) yang diharapkan setelah program proses belajar
mengajar.
99
g. Kurikulum dan masyarakat
Sekolah merupakan salah satu pranata social yang bertujuan untuk memberikan
pengasuhan dan pendidikan peserta didik. Itulah sebabnya, sekolah sebagai bagian
integral dari masyarakatnya harus mampu untuk menyesuaikan di masyarakatnya.
D. Komponen Kurikulum
(1) tujuan;
(2) materi;
(5) evaluasi. Kelima komponen tersebut memiliki keterkaitan yang erat dan tidak
bisa dipisahkan. Untuk lebih jelasnya akan diuraikan tentang masing-masing
komponen tersebut.
1. Tujuan
100
(Uyoh Sadulloh, 1994) bahwa tujuan pendidikan secara universal akan menjangkau
tiga jenis nilai utama yaitu:
101
Tujuan pendidikan menengah adalah meningkatkan kecerdasan,
pengetahuan, kepribadian, akhlak mulia, serta keterampilan untuk hidup
mandiri dan mengikuti pendidikan lebih lanjut.
Tujuan pendidikan menengah kejuruan adalah meningkatkan kecerdasan,
pengetahuan, kepribadian, akhlak mulia, serta keterampilan untuk hidup
mandiri dan mengikuti pendidikan lebih lanjut sesuai dengan kejuruannya.
Lebih jauh lagi, dengan mengutip dari beberapa ahli, Nana Syaodih
Sukmadinata (1997) memberikan gambaran spesifikasi dari tujuan yang ingin
dicapai pada tujuan pembelajaran, yakni :
102
Menunjukkan perilaku yang diharapkan dilakukan oleh peserta didik, dalam
bentuk:
Menggambarkan kondisi-kondisi atau lingkungan yang menunjang perilaku
peserta didik berupa :
103
Pengembangan kurikulum dengan menggunakan filsafat
rekonsktruktivisme sebagai dasar utamanya, maka tujuan pendidikan banyak
diarahkan pada upaya pemecahan masalah sosial yang krusial dan kemampuan
bekerja sama. Sementara kurikulum yang dikembangkan dengan menggunakan
dasar filosofi teknologi pendidikan dan teori pendidikan teknologis, maka tujuan
pendidikan lebih diarahkan pada pencapaian kompetensi.
2. Materi Pembelajaran
Dalam menentukan materi pembelajaran atau bahan ajar tidak lepas dari
filsafat dan teori pendidikan dikembangkan. Seperti telah dikemukakan di atas
bahwa pengembangan kurikulum yang didasari filsafat klasik (perenialisme,
essensialisme, eksistensialisme) penguasaan materi pembelajaran menjadi hal yang
utama. Dalam hal ini, materi pembelajaran disusun secara logis dan sistematis,
dalam bentuk :
1. Teori; seperangkat konstruk atau konsep, definisi atau preposisi yang saling
berhubungan, yang menyajikan pendapat sistematik tentang gejala dengan
menspesifikasi hubungan – hubungan antara variabel-variabel dengan
maksud menjelaskan dan meramalkan gejala tersebut.
104
2. Konsep; suatu abstraksi yang dibentuk oleh organisasi dari kekhususan-
kekhususan, merupakan definisi singkat dari sekelompok fakta atau gejala.
3. Generalisasi; kesimpulan umum berdasarkan hal-hal yang khusus,
bersumber dari analisis, pendapat atau pembuktian dalam penelitian.
4. Prinsip; yaitu ide utama, pola skema yang ada dalam materi yang
mengembangkan hubungan antara beberapa konsep.
5. Prosedur; yaitu seri langkah-langkah yang berurutan dalam materi pelajaran
yang harus dilakukan peserta didik.
6. Fakta; sejumlah informasi khusus dalam materi yang dianggap penting,
terdiri dari terminologi, orang dan tempat serta kejadian.
7. Istilah; kata-kata perbendaharaan yang baru dan khusus yang diperkenalkan
dalam materi.
8. Contoh/ilustrasi; yaitu hal atau tindakan atau proses yang bertujuan untuk
memperjelas suatu uraian atau pendapat.
9. Definisi; yaitu penjelasan tentang makna atau pengertian tentang suatu
hal/kata dalam garis besarnya.
10. Preposisi; yaitu cara yang digunakan untuk menyampaikan materi pelajaran
dalam upaya mencapai tujuan kurikulum.
105
Dengan melihat pemaparan di atas, tampak bahwa dilihat dari filsafat yang
melandasi pengembangam kurikulum terdapat perbedaan dalam menentukan
materi pembelajaran,. Namun dalam implementasinya sangat sulit untuk
menentukan materi pembelajaran yang beranjak hanya dari satu filsafat tertentu.,
maka dalam prakteknya cenderung digunakan secara eklektik dan fleksibel..
1. Sahih (valid); dalam arti materi yang dituangkan dalam pembelajaran benar-
benar telah teruji kebenaran dan kesahihannya. Di samping itu, juga materi
yang diberikan merupakan materi yang aktual, tidak ketinggalan zaman, dan
memberikan kontribusi untuk pemahaman ke depan.
2. Tingkat kepentingan; materi yang dipilih benar-benar diperlukan peserta
didik. Mengapa dan sejauh mana materi tersebut penting untuk dipelajari.
3. Kebermaknaan; materi yang dipilih dapat memberikan manfaat akademis
maupun non akademis. Manfaat akademis yaitu memberikan dasar-dasar
pengetahuan dan keterampilan yang akan dikembangkan lebih lanjut pada
jenjang pendidikan lebih lanjut. Sedangkan manfaat non akademis dapat
mengembangkan kecakapan hidup dan sikap yang dibutuhkan dalam
kehidupan sehari-hari.
4. Layak dipelajari; materi memungkinkan untuk dipelajari, baik dari aspek
tingkat kesulitannya (tidak terlalu mudah dan tidak terlalu sulit) maupun
aspek kelayakannya terhadap pemanfaatan materi dan kondisi setempat.
5. Menarik minat; materi yang dipilih hendaknya menarik minat dan dapat
memotivasi peserta didik untuk mempelajari lebih lanjut, menumbuhkan
rasa ingin tahu sehingga memunculkan dorongan untuk mengembangkan
sendiri kemampuan mereka.
106
3. Strategi Pembelajaran
Telah disampaikan bahwa dilihat dari filsafat dan teori pendidikan yang
melandasi pengembangan kurikulum terdapat perbedaan dalam menentukan tujuan
dan materi pembelajaran, hal ini tentunya memiliki konsekuensi pula terhadap
penentuan strategi pembelajaran yang hendak dikembangkan. Apabila yang
menjadi tujuan dalam pembelajaran adalah penguasaan informasi-intelektual,–
sebagaimana yang banyak dikembangkan oleh kalangan pendukung filsafat klasik
dalam rangka pewarisan budaya ataupun keabadian, maka strategi pembelajaran
yang dikembangkan akan lebih berpusat kepada guru. Guru merupakan tokoh
sentral di dalam proses pembelajaran dan dipandang sebagai pusat informasi dan
pengetahuan. Sedangkan peserta didik hanya dianggap sebagai obyek yang secara
pasif menerima sejumlah informasi dari guru. Metode dan teknik pembelajaran
yang digunakan pada umumnya bersifat penyajian (ekspositorik) secara massal,
seperti ceramah atau seminar. Selain itu, pembelajaran cenderung lebih bersifat
tekstual.
107
Dalam hal ini, guru tidak banyak melakukan intervensi. Peran guru hanya
sebagai fasilitator, motivator dan guider. Sebagai fasilitator, guru berusaha
menciptakan dan menyediakan lingkungan belajar yang kondusif bagi peserta
didiknya. Sebagai motivator, guru berupaya untuk mendorong dan menstimulasi
peserta didiknya agar dapat melakukan perbuatan belajar. Sedangkan sebagai
guider, guru melakukan pembimbingan dengan berusaha mengenal para peserta
didiknya secara personal.
108
4. Organisasi Kurikulum
109
Berkenaan dengan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan, tampaknya lebih
cenderung menggunakan pengorganisasian yang bersifat eklektik, yang terbagi ke
dalam lima kelompok mata pelajaran, yaitu:
5. Evaluasi Kurikulum
110
Pada bagian lain, dikatakan bahwa luas atau tidaknya suatu program
evaluasi kurikulum sebenarnya ditentukan oleh tujuan diadakannya evaluasi
kurikulum. Apakah evaluasi tersebut ditujukan untuk mengevaluasi keseluruhan
sistem kurikulum atau komponen-komponen tertentu saja dalam sistem kurikulum
tersebut. Salah satu komponen kurikulum penting yang perlu dievaluasi adalah
berkenaan dengan proses dan hasil belajar siswa.
111
dan alat-alat bantu pelajaran, cara penilaian serta fasilitas pendidikan lainnya.
Selanjutnya, Nana Syaodih Sukmadinata (1997) mengemukakan tiga pendekatan
dalam evaluasi kurikulum, yaitu :
112
3. Process; pelaksanaan nyata dari program pendidikan tersebut, meliputi :
pelaksanaan proses belajar mengajar, pelaksanaan evaluasi yang dilakukan
oleh para pengajar, penglolaan program, dan lain-lain.
4. Product; keseluruhan hasil yang dicapai oleh program pendidikan,
mencakup : jangka pendek dan jangka lebih panjang.
113
DAFTAR PUSTAKA
114