Anda di halaman 1dari 95

BAB I

PENDAHULUAN

STATISTIK dan STATISTIK PENDIDIKAN


1. Pengertian Statistik
Secara etimologis kata ” Statistik ” berasal dari status (bahasa latin) yang mempunyai
persamaan arti dengan kata State (bahasa Inggris) atau kata Staat (bahasa belanda) kata
statistik diartikan sebagai kumpulan bahan keterangan (data), baik yang berwujud angka
( data kuantitatif) maupun yang tidak berwujud angka (data kualitatif) yang mempunyai arti
penting dan kegunaan yang besar bagi suatu negara. Dalam kamus bahasa inggris ada dua
macam kata statistik statistics artinya lmu statistik sedangkan kata statistic sebagai ukuran
yang di peroleh atau berasal dari sampel yaitu lawan dari kata ” parameter ” yang berarti ”
ukuran yang diperoleh atau berasal dari populasi ”. Di tinjau dari terminologi dewasa ini
(apabila kita membaca atau mendengar) dalam istilah statistik ada beberapa macam istilah
statistik yaitu :
1. Data statistik
2. Kegiatan Statistik
3. Metode Statistik
4. Ilmu Statistik

2. Penggolongan Statistik
Bedasarkan tingkatan pekerjaannya (tahapan yang ada dalam kegiatan statistik) statistik
sebagai ilmu pengetahuan dapat dibedakan menjadi dua macam yaitu :
a. Statistik Deskriptif, yang dikenal pula dengan istilah statistik Deduktif, statistik
sederhana, dan descriptive statistics adalah statistik yang tingkat pekerajaannya
mencakup cara-cara menghipun, menyusun atau mengatur, mengolah, menyajikan,
dan menganalisi data angka, agar dapat memberikan gambaran yang teratur, rigkas
dan jelas.
b. Statistik inerensial adalah statistik yang menyediakan aturan atau cara menarik
kesimpulan yang bersifat umum.

3. Ciri Khas Statistik


Pada dasarnya statistik sebagai ilmu pengetahuan ada tiga ciri khusus yaitu :

STATISTIK PENDIDIKAN 1
DOSEN : Prof. Dr. Fuad Abd. Rachman, M.Pd.
a. Statisik selalu bekerja dengan angka atau bilangan ( dalam hal ini adalah data
kuantitatif).
b. Statistik bersifat objektif pengertian statistik selalu bekerja menurut data yang ada.
c. Statistik bersifat universal mengandung pengertian bahwa ruang lingkup atau ruang
gerak dan bidang garapan statistik yang berlaku untuk di semua bidang kajian.

4. Permasalahan Statistik.
Menurut Hananto Sigit, B.ST, dalam bukunya statistik suatu pengaturan 1996
mengemukakan ada tiga permasalahan dasar dalam statistik yaitu :
a. Permasalahan tentang Rata-rata (Average)
b. Permasalahan tentang pemencaran atau penyebaran (Variability)
c. Permasalahan tentang saling hubungan (Korelasi)
Suatu persoalan statistik lainnya adalah apa yang di kenal dengan nama ” dispersi ”
(dispersian) atau ” Variabilitas”. Sebuah persoalan lain lagi dari statistik adalah persoalan
tentang ” korelasi ” atau ” asosiasi ” persoalan hubungan.

5. Pengertian statistik pendidikan.


Telah di jelaskan bahwa istilah statistik dapat di beri pengertian sebagai data statistik ,
statistik pendidikan yaitu ilmu pengetahuan yang membahas atau mempelajari dan
mengembangkan prinsip-prinsip, metode dan prosedur yang perlu di tempuh atau
dipergunakan, dalam rangka megumpulkan, penyusunan, penyajian, penganalisisan bahan
keterangan yang berwujud angka.

6. Fungsi dan kegunaan dalam dunia pendidikan


Kemajuan atau perkembangan anak didik setelah mereka menempuh proses pendidikan
dalam jangka waktu tertentu sebenarnya yang bersifat kualitatif, akan tetapi diubah menjadi
data yang bersifat kuantitatif karena dalam kegiatan pernilaian hasil pendidikan cara yang
paling umum adalah dengan menggunakan data kuantitatif , maka tidak perlu diragukan lagi
bahwa statistik dalam hal ini akan mempunyai fungsi yang sangat penting sebagai alat bantu,
yaitu alat bantu untuk memperoleh, menganalisis dan menyimpulkan hasil yang telah di capai
dalam kegiatan penilaian tersebut.
a. Memperoleh gambaran baik, gambaran secara khusus maupun gambaran secara
umum tentang suatu gejala,keadaan atau peristiwa.

STATISTIK PENDIDIKAN 2
DOSEN : Prof. Dr. Fuad Abd. Rachman, M.Pd.
b. Mengikuti perkembangan atau pasang surut mengenai gejala keadaan atau peristiwa
tersebut, dari waktu ke kewaktu.
c. Melakukan pengujian, apakah gejala yang satu berbeda dengan gejala yang lain
ataukah tidak, jika terdapat perbedaan apakah perbedaan itu merupakan perbedaan
yang berarti (menyakinkan) ataukah perbedan itu terjadi hanya secara kebetulan saja.
d. Mengetahui, apakah gejala yang satu ada hubungannya dengan gejala yang lain.
e. Menyusun laporan yang berupa data kuantitatif dengan teratur, ringkas dan jelas.
f. Manarik kesimpulan secara logis, mengamil keputusan secara tepat dan mantap, serta
dapat memperkirakan atau meramalkan hal-hal yang mungkin terjadi di masa
mendatang, dan langkah konkret apa yang kemungkinan perlu dilakukan oleh seorang
pendidik.

DATA STATISTIK KEPENDIDIKAN


1. Pengertian data statistik
Data statistik adalah data statistik yang berwujudkan angka atau bilangan. Penelitian
yang bersifat apegatif artinya :
a. Bahwa penelitian itu boleh hanya mengenai satu individu saja, akan tetapi
pencatatannya harus dilakukan lebih dari satu kali.
b. Bahwa penelitian atau pencatatan hanya dilakukan satu kali saja, tetapi individu
yang dilihat harus lebih dari satu.

2. Penggolongan data statistik


a. Penggolongan data statistik berdasarkan sifatnya ditinjau dari segi sifat angkanya,
data statistik dapat dibedakan menjadi dua golongan yaitu :
 Data kantinyu ialah data statistik yang angka-angkanya merupakan deratan
angka yang sambung-menyambung, dengan kata lain data kantinyu ialah data
yang deratan angkanya merupakan suatu kontinum.
 Data Diskrit ialah data statistik yang tidak mungkin berbentuk pecahan.

b. Penggolongan data statistik berdasarkan cara menyusun angkanya ada tiga macam
yaitu :
 Data nominal ialah data statistik yang cara menyusun angkanya di dasarkan
atas penggolongan atau klasifikasi tertentu.

STATISTIK PENDIDIKAN 3
DOSEN : Prof. Dr. Fuad Abd. Rachman, M.Pd.
 Data ordinal juga sering disebut data urut, yaitu data statistik yang cara
menyusun angkanya di dasarkan atas urutan kedudukan ( renking)
 Data interval ialah data statistik di mana terdapat jarak yang sama di antara hal-
hal yang sedang di selidiki atau di persoalkan.

c. Penggolongan data statistik berdasarkan bentuk angkanya di bagi dua macam


yaitu :
 Data tunggal ( ungrouped data ) ialah data statistik yang masing-masing
angkanya merupakan satu unit (satu kesatuan) dengan kata lain data tunggal
adalah data statistik yang angka-angkanya tidak di kelompokkan.
 Data kelompokan atau data bergolong (qrouped data) ialah data statistik yang
tiap-tiap unitnya terdiri dari sekelompok angka.

d. Penggolongan data statistik berdasarkan Sumber


 Data primer adalah data statistik yang diperoleh atau bersumber dari tangan
pertama(tirst baud data)
 Data sekunder adalah data statistik yang diperoleh atau bersumber
dari tangan kedua (second bau data)

e. Penggolongan data statistik berdasarkan waktu pengumpulannya dibedakan


menjadi dua golongan yaitu :
 Data seketika ialah data statistik yang mencerminkan keadaan pada satu waktu
saya (at a point of time)
 Data urutan waktu ialah data statistik yang mencerminkan keadaan atau
perkembangan mengenai sesuatu hal, dari satu waktu ke waktu yang lain
secara berurutan. Data urut waktu ini juga sering di kenal dengan istilah
historical data.

3. Alat pengumpulan data statistik kependidikan


Di antara alat yang bisa di gunakan dalam pekerjaan pengumpulan data statistik
kependidikan dapat di kemukakan di sini misalnya :
a. Daftar atau daftar cek (check list)
STATISTIK PENDIDIKAN 4
DOSEN : Prof. Dr. Fuad Abd. Rachman, M.Pd.
b. Skala bertingkat (Rating Scale)
c. Pedoman wawancara ( interview gulde)
d. Questionnaire (daftar pertanyaan yang setiap pertanyaannya sudah di
selesaikan jawabannya untuk di pilih atau di sediakan tempat untuk
mengisi jawabannya.

PENGUMPULAN DATA STATISTIK PENDIDIKAN

1. Prinsip pengumpulan data statisrik pendidikan adalah :


 Dengan waktu
 Tenaga
 Biaya
 Alat yang sehemat mungkin, dapat di himpun data yang lengkap dan dapat
dipercaya.
a) Lengkap data.
Prinsip pertama yang harus dipegang adalah dalam pengumpulan data statistik
kependidikan kita harus berupaya semaksimal mungkin untuk dapat menghimpun data yang
selengkap-lengkapnya.
b) Tepatnya data.
Prinsip kedua ialah data yang di himpun hendaknya merupakan data yang tepat, yakni
tepat dalam hal :
1) Jenis atau macam datanya.
2) Waktu pengumpulannya
3) Kegunaan atau relevansinya sesuai dengan tujuan pengumpulan data atau tujuan
penelitian.
4) Alat atau instrumen yang dipergunakan untuk menghimpun data.

c) Kebenaran data yang di himpun.


Prinsip ketiga ialah data yang di himpun hendaklah data yang benar-benar dapat di
percaya atau dapat di jamin akan keselisihannya.

2. Cara mengumpulkan data statistik kependidikan

STATISTIK PENDIDIKAN 5
DOSEN : Prof. Dr. Fuad Abd. Rachman, M.Pd.
 Sensus ialah cara mengumpulkan data dengan jalan mencatat atau meneliti seluruh
elemen yang menjadi objek penelitian. Kelemahannya memakan waktu, tenaga,
biaya dan peralatan.
 Sampling ialah cara mengumpulkan data dengan jalan mencatat atau meniliti
sebagian kecil saja dari seluruh elemen yang menjadi objek penelitian.
 Pengamatan mendalam (systematic observtion) yaitu pengamatan terhadap objek
yang akan di catat datanya, dengan persiapan yang matang dilengkapi dengan
instrumen tertent.
 Wawancara mendalam (systematic intervalew) yaitu mengumpulkan data
berbentuk pengajuan pertanyaan secara lisan, dan pertanyaan yang diajukan dalam
wawancara itu telah di persiapkan secara tuntas, dilengkapi dengan instrumennya.
 Angket yaitu cara pengumpulan data berbentuk pengajuan pertanyaan tertulis
melalui sebuah daftar pertanyaan yang sudah dipersiapkan sebelumnya.
 Pemeriksaan dekomentasi (studi dokumenter) di lakukan dengan meneliti bahan
dokumentasi yang ada dan mempunyai relevansi dengan tujuan penelitian.
 Tes seperti : tes hasil belajar , tes kepribadian, tes kecerdasan, tes minet dan
perhatian.

3. Sifat data statistik


a. Data statistik memiliki nilai relatif (relative value) atau nilai semu.
b. Data statistik memiliki nilai nyata (true value) atau nilai sebearnya.
c. Data statistik memiliki batas bawah relatif, batas atas relatif, batas
bawah nyata dan batas atas nyata.
d. Data statistik yang berbentuk data kelompokan memiliki nilai tengah atau titik
tengah (mid point)
e. Data statistik sebagai data angka, dalam proses perhitungannya tidak
menggunakan sistem pecahan, melainkan menggunakan sistem desimal
( sistem perpuluhan)
f. Data Statistik sebagai data angka dalam proses perhitungan menggunakan
sistem pembulatan angka tertentu.

4. Beberapa macam contoh data statistik dalam dunia pendidikan adalah :


a. Data Statistik yang berkaitan dengan prestasi belajar anak didik.

STATISTIK PENDIDIKAN 6
DOSEN : Prof. Dr. Fuad Abd. Rachman, M.Pd.
b. Data Statistik yang berkaitan dengan keadaan anak didik.
c. Data Statistik yang berkaitan dengan staf pengajar.
d. Data Statistik yang berkaitan dengan staf administrasi.
e. Data Statistik yang berkaitan dengan anggaran pendapatan dan belanja.
f. Data Statistik yang berkaitan dengan bidang perlengkapan.
g. Data Statistik yang berkaitan dengan bidang perpustakaan.
h. Data Statistik tentang angka presensi anak didik, staf pengajar dan staf
administrasi.

STATISTIK PENDIDIKAN 7
DOSEN : Prof. Dr. Fuad Abd. Rachman, M.Pd.
BAB II
MASALAH DISTRIBUSI FREKUENS

Setiap kali kita melakukan kegiatan pengumpulan data statistik, maka pada umumnya
kegiatan tersebut akan menghasilkan kumpulan data angka yang keadaanya tidak teratur,
berserak dan masih merupakan bahan keterangan yang sifatnya kasar dan mentah. Dikatakan
“kasar” dan “mentah”, sebab kumpulan angka dengan kondisi seperti yang disebutkan di atas
belum dapat memberikan informasi secara ringkas dan jelas mengenai ciri atau sifat yang
dimiliki oleh kumpulan angka tersebut. Oleh karena itu, agar data angka yang telah berhasil
dihimpun itu “dapat berbicara” dan dapat memberikan informasi yang berarti, diperlukan
adanya tindak lanjut atau langkah tertentu.
Sebuah contoh yang dikemukakan berikut ini kiranya akan memperjelas uraian di
atas.
Dari sejumlah 80 orang Mahasiswa Tingkat II Fakultas Tarbiyah IAIN Sunan Kalijaga
Yogyakarta, berhasil dihimpun data berupa nilai hasil Ujian Utama Semester I Tahun
Akademik 1984/1985 dalam mata kuliah Statistik Pendidikan, sebagai berikut :

60 47 35 52 74 45 55 40 56 53
45 79 58 45 38 50 64 59 58 40
50 45 65 55 48 63 80 49 39 58
30 55 51 45 41 30 53 40 49 43
34 54 68 51 57 56 44 52 37 77
50 57 36 66 71 46 50 31 59 56
70 45 32 61 55 45 42 30 59 35
55 35 75 50 57 30 67 54 80 40

Dapat kita saksikan dan kita rasakan bersama bahwa data yang berupa kumpulan nilai
hasil ujian semester dari 80 orang mahasiswa itu masih dalam keadaan tidak teratur dan
berserak, sehingga masih sangat sulit bagi kita untuk dapat menjawab dengan cepat
pertanyaan yang muncul di balik kumpulan data angka itu, seperti :
a. Berapa banyak mahasiswa yang memiliki nilai tertinggi dalam ujian semester
tersebut?
b. Berapa banyak mahasiswa yang memiliki nilai terendah?
c. Berapa banyak mahasiswa yang memperoleh nilai di atas 60?
STATISTIK PENDIDIKAN 8
DOSEN : Prof. Dr. Fuad Abd. Rachman, M.Pd.
d. Berapa banyak mahasiswa yang nilainya kurang dari 60?
e. Berapa banyak mahasiswa yang nilainya berkisar antara 60 – 69?
f. Berapa banyak mahasiswa yang nilainya berkisar antara 70 – 79?
g. Berapa banyak mahasiswa yang memperoleh nilai yang sama?

Untuk dapat menjawab butir-butir pertanyaan seperti telah dikemukakan di atas,


tindakan pertama yang harus kita lakukan adalah : menghitung frekuensi yang dimiliki oleh
tiap-tiap nilai yang berada dalam deretan nilai-nilai tersebut, dan dengan jalan menghitung
frekuensi yang dimiliki oleh tiap-tiap nilai itu maka lebih lanjut akan dapat kita ketahui
distribusi frekuensi dari nilai-nilai hasil ujian semester yang berhasil dicapai oleh 80 orang
mahasiswa tadi.

PENGERTIAN VARIABEL
Kata “variabel” berasal dari bahasa Inggris variable dengan arti :”ubahan”,”faktor tak
tetap”, atau “gejala yang dapat diubah-ubah”. Dalam contoh yang telah disebutkan dimuka,
nilai-nilai hasil ujian semester dari sejumlah 80 orang mahasiswa itu kita sebut variable.
Variabel pada dasarnya bersifat kualitatif namun dilambangkan dengan angka.
Contoh :
“Usia” adalah gejala kualitatif, akan tetapi gejala yang bersifat kualitatif itu dilambangkan
dengan angka; misalnya : 17 tahun, 25 tahun, 50 tahun, dan sebagainya “Nilai Ujian” pada
dasarnya adalah gejala kualitas yang dilambangkan dengan angka, seperti 5,6,7,40,75,80,100,
dan sebagainya.

PENGERTIAN FREKUENSI
Kata “frekuensi” yang dalam bahasa Inggrisnya adalah frequency berarti:
“kekerapan”, “keseimbangan”, “keseringan”, atau “jarang-kerap”. Dalam statistik,
“frekuensi” mengandung pengertian : Angka (bilangan) yang menunjukkan seberapa kali
suatu variabel (yang dilambangkan dengan angka-angka itu) berulang dalam deretan angka
tersebut; atau berapa kalikah suatu variabel (yang dilambangkan dengan angka itu) muncul
dalam deretan angka tersebut.
Contoh :
Nilai yang berhasil dicapai oleh 10 orang siswa SMA dalam Tes Hasil Belajar bidang studi
Ilmu Pengetahuan Alam adalah:
60 50 75 60 80 40 60 70 100 75
STATISTIK PENDIDIKAN 9
DOSEN : Prof. Dr. Fuad Abd. Rachman, M.Pd.
Jika kita amati, maka dalam deretan nilai hasil tes tersebut,nilai 60 muncul sebanyak 3
kali; atau bahwa siswa yang memperoleh nilai 60 itu sebanyak 3 orang. Maka disini dapat
kita katakan bahwa nilai 60 itu berfrekuensi 3.
Nilai 70 hanya muncul sebanyak 1 kali saja; ini berarti bahwa nilai 70 itu berfrekuensi
1.
Nilai 75 dicapai oleh 2 orang siswa, atau nilai 75 ada sebanyak 2 buah, disini kita
katakan
bahwa nilai 75 berfrekuensi 2. demikianlah seterusnya.

PENGERTIAN DISTRIBUSI FREKUENSI


Distribusi berarti penyaluran, pembagian, atau pencaran frekuensi dapat diberi arti
penyaluran frekuensi. Dalam statistik distribusi frekuensi kurang lebih mengandung
pengertian: “ suatu keadaan yang menggambarkan bagaimana frekuensi dari gejala atau
variabel yang dilambangkan dengan angka itu, telah tersalur, terbagi, terpencar.
Contoh : Jika data yang berupa nilai tes hasil belajar dalam bidang studi kimia dari 10 orang
siswa SMA kita sajikan dalam bentuk tabel, maka pembagian atau pencaran frekuensinya
dari nilai hasil tes itu akan tampak nyata :
Banyaknya
Nilai
(orang)
100 1
80 1
75 2
70 1
60 3
50 1
40 1
Total 10

TABEL DISTRIBUSI FREKUENSI


1. Pengertian Tabel Distribusi Frekuensi

STATISTIK PENDIDIKAN 10
DOSEN : Prof. Dr. Fuad Abd. Rachman, M.Pd.
Tabel distribusi frekuensi dapat kita beri pengertian sebagai alat penyajian data
statistik yang berbentuk kolom dan lajur, yang didalamnya dimuat angka yang dapat
melukiskan atau menggambarkan pencaran atau pembagian frekuensi dari variabel yang
sedang menjadi objek penelitian.
2. Tabel Distribusi Frekuensi dan Macamnya
a. Tabel Distribusi Frekuensi Data Tunggal
Tabel distribusi frekunsi data tungal adalah salah satu jenis tabel statistik yang
didalamnya disajikan frekuensi dari data angka, angka data itu tidak dikelompok-
kelompokkan. Contoh : Distribusi frekuensi nilai tes hasil belajar dalam bidang studi kimia
dari 40 orang siswa SMA Negeri kelas XI IPA
Tabel II.1 Distribusi Frekuensi Nilai Tes Hasil Belajar Dalam Bidang Studi Kimia dari 40
Orang Siswa SMA Negeri kelas XI IPA
Nilai Frekuensi
8 6
7 9
6 16
5 6
Total N = 40
b. Tabel Distribusi Frekuensi Data Kelompokkan
Tabel distribusi frekuensi data kelompokkan adalah salah satu jenis tabel statistik
yang didalamnya disajikan pencaran frekuensi dari data angka, dimana angka-angka tersebut
dikelompok-kelompokkan (dalam tiap unit terdapat sekelompok angka).
Contoh:Tabel II.2 Distribusi frekuensi kumulatif usia 50 orang guru kimia yang bertugas di
SMA Negeri Palembang.
Usia Frekuensi
50-54 6
45-49 7
40-44 10
35-39 12
30-34 8
25-29 7
Total 50 = N

c. Tabel Distribusi Frekuensi Kumulatif


Dimaksud dengan tabel distribusi frekuensi kumulatif aialah salah satu jenis tabel
statistik yang didalamnya disajikan frekuensi yang dihitung terus meningkat atau selalu
ditambah-tambahkan, baik dari bawah ke atas maupun dari atas ke bawah. Contoh :

STATISTIK PENDIDIKAN 11
DOSEN : Prof. Dr. Fuad Abd. Rachman, M.Pd.
Distribusi Frekuensi Nilai Tes Hasil Belajar Dalam Bidang Studi Kimia dari 40 Orang Siswa
SMA Negeri kelas XI IPA
Tabel II.3 Distribusi Frekuensi Nilai Tes Hasil Belajar Dalam Bidang Studi Kimia dari 40
Orang Siswa SMA Negeri kelas XI IPA
Nilai (X) F fk(b) fk(a)
8 6 40 = N 6
7 9 34 15
6 19 25 34
5 6 6 40 = N
Total N =40 - -
Tabel diatas dinamakan Tabel Distribusi Frekuensi Kumulatif data tunggal, sebab data
yang disajikan dalam tabel ini berbentuk data yang tidak dikelompok-kelompokkkan (lihat
kolom 1). Pada kolm 2 dimuat frekuensi asli (yakni frekuensi sebelum diperhitungkan
frekuensi kumulatifnya). Kolom 3 memuat frekuensi kumulatif yang dihitung dari dari bawah
(fk(b)). Contoh berikutnya adalah Distribusi frekuensi kumulatif usia 50 orang guru kimia
yang bertugas di SMA Negeri Palembang
Tabel II.4 Distribusi frekuensi kumulatif usia 50 orang guru kimia yang bertugas di SMA
Negeri Palembang
Usia F fk(b) fk(a)
50-54 6 50 6
45-49 7 44 13
40-44 10 37 23
35-39 12 27 35
30-34 8 15 43
25-29 7 7 50
Total 50 - -
Tabel diatas kita namakan Tabel Distribusi Frekuensi Kumulatif Data Kelompokkan,
sebab data yang disajikan dalam tabel ini berbentuk data kelompokan. Tentang keterangan
atau lebih lanjut pada pokoknya sama seperti keterangan yang telah dikemukakan.
d. Tabel Distribusi Frekuensi Relatif.
Tabel distribusi frekuensi relatif juga dinamakan tabel persentase. Dikatakan
‘frekuensi relatif’ sebab frekuensi yang disajikan di sini bukanlah frekuensi yang sebenarnya,
melainkan frekuensi yang dituangkan dalam bentuk angka persenan.
Contoh :
1. Jika data yang disajikan pada tabel II.1 kita sajikan kembali dalam bentuk Tabel Distribusi
Frekuensi Relatif atau Tabel Persentase, maka keadaannya adalah sebagai berikut :
Tabel II. 5 Distribusi Frekuensi Relatif Nilai Tes Hasil Belajar Dalam Bidang Studi Kimia
dari 40 Orang Siswa SMA Negeri kelas XI IPA
STATISTIK PENDIDIKAN 12
DOSEN : Prof. Dr. Fuad Abd. Rachman, M.Pd.
Nilai (X) F Persentase(p)
8 6 15,0
7 9 22,5
6 19 47,5
5 6 15,0
Total N =40 ∑p = 100,0

Keterangan untuk memperoleh frekuensi relatif (angka persenan) sebagaimana tertera pada
kolom 3, tabel II.5, dipergunakan rumus :
P = f/N x 100%
Keterangan : f = frekuensi yang seang dicari persentasenya.
N = Number of Case (jumlah frekuensi/banyaknya individu)
P = angka persentase

e. Tabel Persentase Kumulatif


Seperti halnya tabel distribusi frekuensi, tabel persentase atau tabel distribusi
frekuensi relatif pun dapat diubah kedalam bentuk tabel persentase kumulatif (tabel distribusi
frekuensi relatif kumulatif). Jika data yang disajikan pada tabel II.5 dan tabel II.6 kita ubah ke
dalam bentuk Tabel Persentase Kumulatif, hasilnya adalah sebagai berikut :

Tabel II.7. Tabel Persentase Kumulatif (Tabel distribusi Frekuensi Relatif Kumulatif)
Tentang Nilai Tes Hasil Belajar Kimia dari 40 Orang Siswa SMA Negeri kelas
XI IPA
Nilai (X) Persentase(p) pk(b) pk(a)
8 15,0 100 15.0
7 22,5 85.0 37.5
6 47,5 62.5 85.0
5 15,0 15.0 100.0
Total ∑p = 100,0 - -

Penjelasan bagaimana cara memperoleh pk(b) dan pk(a)sama seperti penjelasan yang
dikemukakan pada tabel II.3.
Tabel II.8 Tabel Persentase Kumulatif (Tabel Distribusi Frekuensi Relatif Kumulatif) tentang
usia 50 orang guru kimia yang bertugas di SMA Negeri Palembang
Usia Persentase (p) pk(b) pk(a)
50-54 12.0 100 12.0
45-49 14.0 88 26.0
40-44 20.0 74.0 46.0

STATISTIK PENDIDIKAN 13
DOSEN : Prof. Dr. Fuad Abd. Rachman, M.Pd.
35-39 24.0 54.0 70.0
30-34 16.0 30.0 86.0
25-29 14.0 14.0 100.0
Total ∑p = 100 - -

CARA MEMBUAT TABEL DISTRIBUUSI FREKUENSI


1. Cara Membuat Tabel Distribusi Frekuensi Data Tunggal
a. Contoh pembuatan tabel distribusi frekuensi data tunggal yang semua skornya
berfrekuensi 1 (satu). Misalkan dari 10 orang mahasiswa yang menempuh ujian
ulangan secara lisan dalam mata pelajaran matakuliah statistik pendidikan,
diperoleh nilai sebagai berikut :
No Nama Nilai

1 Wahyu 65
2 Arianto 30
3 Syamsudin 60
4 Abdul Wahid 45
5 Dimyati 75
6 Sulistyani 40
7 Fathonah 70
8 Nur Kholis 55
9 Hamdani 80
10 B. Pramono 50

Jadi data diatas kita tuangkan penyajiannya dalam bentuk Tabel Distribusi Frekuensi Data
tunggal, wujudnya adalah seperti Tabel II.9.
Tabel II.9 Distribusi Frekuensi Nilai Hasil Ujian Ulangan Lisan Dalam Matakuliah Statistik
Pendidkan yang diikuti 10 orang Mahasiswa.

Nilai F
65 1
30 1
60 1
45 1
75 1
40 1
70 1
55 1
80 1
50 1

STATISTIK PENDIDIKAN 14
DOSEN : Prof. Dr. Fuad Abd. Rachman, M.Pd.
Karena semua sekor (nilai) hasil ujian tersebut berfrekuensi 1, dan semua sekor nilai
yang ada itu berwujud data tunggal, maka tabel diatas dinamakan : Tabel distribusi Frekuensi
Data tunggal yang semua sekornya berfrekuensi 1.
b. contoh pembuatan tabel distribusi frekuensi data tunggal, yang sebagian atau keseluruhan
sekornya berfrekuensi lebih dari satu.
Misalkan dari sejumlah 40 orang murid SMA yang menempuh ulangan harian dalam
matapelajaran matematika, diperoleh nilai hasil ulangan sebagai berikut (nama murid tidak
dicantumkan).
3 8 6 4 6 7 9 6 4 5
3 5 8 6 5 4 6 7 7 10
4 6 5 7 8 9 3 5 6 8
10 4 9 5 3 6 8 6 7 6
apabila data tersebut kita sajikan dalam bentuk tabel distribusi frekuensi, maka langkah yang
dapat ditempuh adalah sebagai berikut :
Langkah pertama :
mencari nilai tertinggi (sekor paling tinggi = highest score = H) dan nilai terendah (sekor
paling rendah = lowest score = L). Ternyata H = 10 dan L = 3
Dengan diketahuinya H dan L, maka kita dapat menyusun atau mengatur nilai hasil
ulangan harian itu, dari atas ke bawah, mulai dari 10 berturut- turut ke bawah sampai dengan
3 pada kolom 1 dari tabel distribusi frekuensi yang kita persiapkan adalah seperti yang
terlihat pada tabel II.10.
Langkah kedua :
Menghitung frekuensi masing-masing nilai yang ada, dengan bantuan jari-jari (=
tallies) ; hasilnya dimasukkan dalam kolom 2 dari tabel distribusi frekuensi yang kita
persiapkan (lihat kolom 2 tabel II.10).
Langkah Ketiga :
Mengubah jari-jari menjadi angka biasa, dituliskan pada kolom3 (lihat kolom 3 Tabel 2.10).
setelah selesai, keseluruhan angka yang menunjukkan frekuensi masing-maing nilai yang ada
itu lalu kita jumlahkan, sehingga diperoleh jumlah frekuensi (∑f) atau number of Cases = N
Tabel 2.10 kita sebut tabel distribusi frekuensi data tunggal yang seluruh sekornya
berfrekuensi lebih dari satu, sebab disamping seluruh sekor (nilai)nya merupakan data yang
tidak dikelompokkan, maka seluruh sekor yang ada itu masing-masing berfrekuensi lebih dari
satu.

STATISTIK PENDIDIKAN 15
DOSEN : Prof. Dr. Fuad Abd. Rachman, M.Pd.
Tabel 2.10. Distribusi Frekuensi Nilai Hasil Ulangan Hatian Dalam Matapelajaran
Matematika yang Diikuti Oleh 40 Orang Murid SMA.

Nilai Tanda/ Jari-jari/Tallies f


(X)
10 // 2
9 /// 3
8 /// / 5
7 /// / 5
6 /////// / 10
5 / / / / / / 7
4 /// / 3
3 /// 3
Total 40

a. Cara Membuat Tabel distribusi Frekuensi Data Kelompokkan


Jika penyebaran angka/nilai/sekor yang akan kita sajikan dalam bentuk tabel distribusi
frekuensi itu demikian luas atau sebar, dan penyajiannya dilakukan dengan cara seperti yang
telah dikemukakan di atas, maka tabel distribusi frekuensi yang berhasil kita buat akan terlalu
panjang dan memakan tempat. Disamping itu ada kemungkinan bahwa sekor yang kita
sajikan frekuensinyadalam tabel ternyata berfrekuensi nol (0) karena sekor tersebut, tidak
terdapat dalam deretan sekor yang kita hadapi.
Untuk mencegah kejadian yang demikian itu, maka terhadap data statistik (yang
berbentuk angka/sekor) itu perlu dilakukan pengelompokkan labih dahulu, dan setelah itu
barulah dihitung frekuensi masing-masing kelompok nilai.
Perhatikan contoh berikut ini : Misalkan dari sejumlah 80 orang siswa kleas III SMA
jurusan fisika diperoleh nilai hasil EBTA (Evaluasi Belajar Tahap Akhir) dalam bidang studi
Biologi, sebagai berikut (nama sengaja tidak disebut);
65 54 68 70 57 61 58 62 58 60 65 65 50 60 53 74
59 67 47 63 57 60 77 55 71 55 65 53 49 65 56 70
57 60 73 58 65 57 52 66 57 66 59 69 56 64 52 58
78 55 60 54 62 75 51 60 64 62 60 61 55 58 72 56
54 61 51 59 61 60 63 59 50 60 65 59 60 67 45 80
Maka data tersebut dibuat kedalam tabel distribusi frekuensi, dengan cara dan langkah
sebagai berikut :
STATISTIK PENDIDIKAN 16
DOSEN : Prof. Dr. Fuad Abd. Rachman, M.Pd.
Langkah Pertama ;
Mencari highest score (H0 dan lowest Score (L); ternyata diperoleh H = 80 dan L =
45.
Langkah Kedua ;
Menetapkan luas penyebaran nilai yang ada, atau mencari banyaknya nilai, mulai dari nilai
terendah sampai dengan nilai tertinggi, yang biasa disebut Total Range atau sering disingkat
dengan Range saja dan diberi lambang dengan huruf R, dengan menggunakan rumus ;
R = H- L + 1
R = total range
H = highest score (nilai tertinggi)
L = Lowest score (nilai terendah)
1 = bilangan kosntan
Diatas kita telah kita ketahui : H = 80 dan L = 45, maka dapat denganmudah diperoleh
nilai R, yaitu R = 80 – 45 + 1 = 36. Angka 36 ini mengandung pengertian bahwa apabila kita
menghitung banyaknya nilai mulai dari nilai terendah sampai dengan nilai tertinggi pada data
yang telah dikemukakan diatas, akan diperoleh sebanyak 36 butir nilai. Karena H = 80 dan L
= 45, maka kalau kita menderetkan nilai mulai dari 45 sampai dengan 80 akan terdapat 36
nilai; perhatikanlah ; 45, 46, 47, 48, 49, 50, 51, 52, 53, 54, 55, 56, 57, 58, 59, 60, 61, 62, 63,
64, 65, 66, 67, 68, 69, 70, 71, 72, 73, 74, 75, 76, 77, 78, 79, 80 = 36 butir nilai.
Langkah ketiga :
Menetapkan besar atau luasnya pengelompokkan data untuk masing-masing
kelompok data. Yang dimaskud disini ialah : karena data berupa nilai hasil EBTA itu akan
disajikan dalam bentuk data kelompokkan, maka perlu kita tetapkan dulu, masing-masing
kelompokkan data (= masing-masing interval) akan terdiri dari beberapa nilai.
Untuk menetapkan besar atau luas dari masing-masing interval nilai yang akan kita
sajikan dalam tabel distribusi frekuensi, ada beberapa macam cara atau pedoman yang dapat
dipergunakan. Salah satu diantaranya yang diperkenalkan disini ialah sebagai berikut ;
R/i sebaiknya menghasilkan bilangan yang besarnya 10 s/d 20.
R = total range
I = interval class, yaitu luasnya pengelompokkan data yang dicari atau kelas interval.
10 s/d 20 maksudnya disini ialah bahwa jumlah kelompokkan data yang akan disajikan dalam
tabel distribusi frekuensi itu sebaiknya tidak kurang dari 10 dan tidak lebih banyak dari 20.
Langkah empat

STATISTIK PENDIDIKAN 17
DOSEN : Prof. Dr. Fuad Abd. Rachman, M.Pd.
Menetapakan bilangan dasar masing-masing interval yang dibuat dalam tabel.Para
ahli statistik mengemukakan pedoman dalam menetapakan bilangan dasar,sebagai berikut :
Pertama : Bilangan dasar interval itu sebaiknya adalah bilangan yang merupakan kelipatan
dari i. Dengan kata lain : bilangan dasar interval itu sebaiknya dipilihkan bilangan yang dapat
habis jika dibagi dengan i. Kalau pedoman ini kita terapkan pada data yang sedang kita
hadapi, maka bilangan dasar interval yang memenuhi syarat bilangan : 78, 75, 72, 69, 66, 63,
60, 57, 54, 51, 48, dan 45. Kedua belas bilangan inilah yang akan mengawali tiap-tiap
interval dalam tabel distribusi frekuensi yang akan kita buat.
Kedua : Dalam menetapkan bilangan dasar interval itu harus diperhatikan sedemikian rupa,
sehingga dalam interval yang tertinggi (interval paling atas) harus terkandung nilai tertinggi
(highest score) dan dalam interval yang terendah (interval paling bawah)harus terkandung
nilai terendah (lowest score).
Langkah Kelima :
Mempersiapkan tabel distribusi frekuensinya, yang terdiri dari tiga kolom. Kolom 1
diisi dengan interval nilai yang banyaknya 12 baris, kolom 2 adalah kolom yang
membubuhkan “tanda-tanda atau jari-jari” sebagai pertolongan dalam menghitung frekuensi,
sedang kolom 3 berisi frekuensi (Perhatikanlah tabel 2.11).
Tabel 2.11. Distribusi Frekuensi nilai hasil EBTA dalam bidang studi biologi dari sejumlah
80 orang siswa kelas III SMA Jurusan Fisika.
Interval Tanda/Jari-jari f
78-80 / / 2
75-77 / / 2
72-74 // / 3
69-71 /// / 4
66-68 /// / 5
63-65 / / / / /// / 10
60-62 / / / / / / / / / / / / / / 17
57-59 / / / / / / / / /// / 14
54-56 / / / / / / / / / 11
51-53 / / / / / 6
48-50 /// / 4
45-47 / / 2
Total 80=N

Langkah keenam :
Menghitung frekuensi dari tiap-tiap nilai yang ada, dengan bantuan ‘tanda-tanda’
atau ‘jari-jari’ seperti terlihat pada kolom 2; setelah hal itu dapat diselesaikan , selanjutnya
jari-jari itu kita ubah menjadi angka biasa dan kita tuliskan pada kolom 3. Akhirnya semua

STATISTIK PENDIDIKAN 18
DOSEN : Prof. Dr. Fuad Abd. Rachman, M.Pd.
frekuensi yang telah kita tuliskan pada kolom 3 itu kita jumlahkan, sehingga diperoleh f atau
N sebesar 80.

Contoh :
1) Interval 50-54 kelas intervalnya (i-nya) adalah 5 (merupakan bilangan gasal). Midpoint
atau nilai tengah dari interval 50-54 adalah = (50=54) : 2 = 52 (midpoint berupa
bilangan bulat)
2) Interval 50-55 kelas intervalnya adalah 6 (atau : I = 6). Jadi disini interval classnya
berupa bilangan genap. Midpoint dari interval 50-55 itu adalah = (50 +55) : 2 = 52,50
(midpoint berupa pecahan).
3) interval 5-9 kelas intervalnya (i-nya) adalah 5 (merupakan bilangan gasal).
Midpointnya = (5+9): 2 = 7 (merupakan bilangan bulat).
4) Interval 5-10 kelas intervalnya (i-nya)adalah 6 (merupakan bilangan genap).
Midpointnya = ( 5 + 10) : 2 = 7,5 (merupakan pecahan).

E. GRAFIK SEBAGAI ALAT PENGGAMBARAN DISTRIBUSI FREKUENSI


Tabel distribusi frekuensi mempunyai fungsi sebagai alat Bantu dalam penyajian
data statistic, lewat kolom dan lajurnya.Tetapi,penyajian lewat table distribusi frekuensi
kurang menarik karena kurang cepat dalam memberikan deskripsi data dan kadang kurang
dapat dimengerti.
Karena kelemahan dari table distribusi frekuensi adalah seperti penjelasan
diatas,maka dalam penyajian data,dapat menggunakan grafik atau diagram.
Dibandingkan dengan tabel distribusi frekuensi, grfaik memiliki keunggulan tertentu, antara
lain :
1. Penyajian data statistik melalui grafik nampak lebih menarik daripada tabel distribusi
frekuensi.
2. Grafik dapat dengan secara lebih cepat memperlihatkan gambaran umum dan menyeluruh
tentang sesuatu perkembangan, perubahan maupun perbandingan; tidak demikian halnya
dengan tabel.
3. Grafik yang dibuat menurut aturan yang tepat dan benar, akan terasa lebih jelas dan lebih
dimengerti.

STATISTIK PENDIDIKAN 19
DOSEN : Prof. Dr. Fuad Abd. Rachman, M.Pd.
Namun demikian grafik itu sendiri tidak dapat terhindar dari kekurangan atau
kelemahan. Diantara kelemahan yang memiliki grafik dapat disebutkan di sini misalnya :
1. Membuat grafik jauh lebih sukar dan memakan waktu, biaya serta alat, tidak demikian
halnya dengan tabel.
2. data yang dapat disajikan atau dituangkan dalam bentuk grafik amatlah terbatas , sebab
apabila datanya banyak sekali (bermacam-macam) maka lukisan grafiknya akan menjadi
terlalu ruwet dan meusingkan ; tidak seperti halnya tabel.
3. Grafik pada kebanyakkanya bersifat kurang teliti. Dalam tabel dapat dimuat angka sampai
pada tingkat ketelitian yang setinggi-tingginya.
Dengan demikian jelaslah bahwa baik tabel distribusi frekuensi maupun grafik, masing-
masing memiliki keunggulan dan kelemahan tertentu. Pada dasarnya kelemahan yang
terdapat pada tabel distribusi frekuensi merupakan keunggulan grafik, sebaliknya ;
keunggulan yang dimiliki oleh tabel distribusi merupakan kelemahan grafik. Itulah sebabnya
apabila didalam penyajian data statistik itu kita sajikan dalam bentuk tabel.

1. PENGERTIAN GRAFIK
Grafik tidak lain dan tidak bukan adalah alat penyajian data statistik yang tertuang
dalam bentuk lukisan garis , gambar, maupun lambang. Jadi dalam penyajian data angka
melalui grafik, angka itu dilukiskan dalam bentuk lukisan, garis, gambar atau lambang
tertentu dengan kata lain angka itu divisualisasikan.

2. BAGIAN-BAGIAN UTAMA GRAFIK


Sebuah grafik yang lengkap umumnya terdiri dari 13 bagian. Ketiga belas bagian
dimaksud adalah :
a. Nomor grafik i. Absis (sumbu horisontal)
b. Judul grafik = sumbu mendatar = garis nol =
c. Sub judul grafik garis awal = garis mula
d. Unit skala grafik j. Titik nol (titik awal)
e. Angka skala grafik k. Lukisan grafis (gambar grafik)
f. Tanda skala grafik l. Kunci grafik
g. Ordinat atau ordinal atau sumbu m. Sumber grafik (sumber data)
vertikal
h. Koordinat (garis-garis
perptolongan = garis-garis kisi)
STATISTIK PENDIDIKAN 20
DOSEN : Prof. Dr. Fuad Abd. Rachman, M.Pd.
Nomor grafik Grafik no 1

Judul grafik Jumlah staf pengajar Tetap IAIN


Sunan Kalijaga Tahun Akademik
1979/1980
Sub judul Menurut keadaan s/d tanggal 30
grafik Juni 1980
Unit skala orang koordinasi
grafik

30
Angka skala
Lukisan
grafik
grafis

Tanda skala
grafik 25

ordinat

20
Titik mula
(titik nol)

absis
15

Keterangan Fak. Adab Fak. Syaria’ah


:
10

Fak. Dakwah Fak. Usluhudin

Fak. Tarb.Yk
5

Sumber grafik Sumber :


0
(sumber data) Laporan Tahunan Rektor
IAIN Sunan Kalijaga Tahun
Akademik 1979/1980

STATISTIK PENDIDIKAN 21
DOSEN : Prof. Dr. Fuad Abd. Rachman, M.Pd.
3. MACAM-MACAM GRAFIK
a. Grafik Balok atau grafik batang atau Barchart.
Grafik balok ini ada 6 macam yaitu :
1. Grafik balok tunggal
2. Grafik balok Ganda atau Majemuk
3. Garfik Balok Terbagi
4. Grafik Balok Vertikal
5. Grafik Balok Horisontal
6. Grafik Balok Bilateral

b.Grafik Lingkaran atau Cyclegram atau diagram pastel


c. Grafik Gambar atau Pictogram atau Pictograph
d. Grafik Peta atau kartogram atau sta.
e. Grafik Bidang
f. Grafik Volume
g. Grafik garis, yang dapat dibedakan menjadi 3 macam yaitu :
1. Grafik garis tunggal
2. Grafik garis majemuk atau ganda
3. Grafik Poligon atau Polygon Frequency

F. CARA MELUKISKAN DISTRIBUSI FREKUENSI DALAM BENTUK GRAFIK


POLIGON (POLYGON FREQUENCY)
Dari macam ragam grafik tersebut, terdapat dua jenis grafik yang sering dipergunakan
dalam kegiatan analisa ilmiah, yaitu (1). Grafik Poligon atau Polygon Frequency dan (2)
Grafik Histogram atau Histogram Frquency.
Misalkan Data yang berupa nilai hasil ulangan harian dalam bidang studi matematika
yang diikuti oleh 40 orang murid SMA seperti tertera pada tabel II.10 di muka tadi kita
sajikan dalam bentuk grafik poligon, maka langkah yang perlu dilakukan berturut-turut
adalah sebagai berikut :
a. Membuat sumbu horisontal (absis), lambangnya X
b. Membuat sumbu vertikal (ordinal), lambangnya Y
c. Menempatkan titik nol, yaitu perpotongan X dengan Y
d. Menempatkan nilai pada absis X , berturut-turut dari kiri ke kanan, mulai dari nilai
terendah sampai dengan nilai tertinggi.
STATISTIK PENDIDIKAN 22
DOSEN : Prof. Dr. Fuad Abd. Rachman, M.Pd.
e. Menempatkan frekuensi pada ordinal Y
f. Melukiskan grafik poligonnya

GRAFIK 2.2
Poligon Frekuensi Tentang Nilai-nilai Hasil Ulangan Harian
Bidang Studi Matematika Dari Sejumlah 40 Orang Murid
Madrasah Ibtidaiyah

1
0

6
0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10

Contoh Cara Melukiskan Distribusi Frekuensi Dalam Bentuk Grafik Poligon Data
Kelomp4okkan.Misalkan data tentang nilai hasil EBTA dalam bidang studi Biologi dari
sejumlah 80 orang siswa kelas III jurusan Fisika seperti yang disajikan dalam tabel II.11,
akan kita sajikan dalam bentuk poligon frekuensi. Maka langkah yang perlu dilakukan secara
berturut-turut adalah sebagai berikut ;
3

a. Membuat sumbu horisontal (absis), lambangnya X


b. 2 Membuat sumbu vertikal (ordinal), lambangnya Y

STATISTIK PENDIDIKAN 23
DOSEN : Prof. Dr. Fuad Abd. Rachman, M.Pd.
1
0

c. Menempatkan titik nol, yaitu perpotongan X dengan Y


d. Menetapkan/mencari nilai tengah (midpoint) masing-masing interval yang ada.
Interval F Midpoint (X)
78-80 2 (78+80) : 2 = 79
75-77 2 (75+77) : 2 = 76
72-74 3 (72+74) : 2 = 73
69-71 4 (69+71) : 2 = 70
66-68 5 (66+68) : 2 = 67
63-65 10 (63+65) : 2 = 64
60-62 17 (60+62) : 2 = 61
57-59 14 (57+59) : 2 = 58
54-56 11 (54+56) : 2 = 55
51-53 6 (51+53) : 2 = 52
48-50 4 (48+50) : 2 = 49
45-47 2 (45+47) : 2 = 46
Total 80=N -

e. Menempatkan nilai-nilai tengah dari masing-masing interval, pada absis (X).


f. Menempatkan frekuensi dari masing-masing interval, pada ordinal (Y)
g. Membuat garis perpotongan atau koordinat
h. Melukiskan grafik poligonnya.

GRAFIK 2.3
Poligon Frekuensi Tentang Nilai Hasil EBTA dalam Bidang Studi Biologi,
yang Diikuti Oleh Sejumlah 80 Orang Siswa Kelas III SMA Jurusan Fisika

STATISTIK PENDIDIKAN 24
DOSEN : Prof. Dr. Fuad Abd. Rachman, M.Pd.
1
7

1
6

1
5

1
4

1
3

1
1

0 46 49 52 55 58 61 64 67 70
73 76
1
0

CARA MELUKISKAN DISTRIBUSI FREKUENSI DALAM BENTUK GRAFIK


HISTOG9
RAM (HISTOGRAM FREQUENCY)
Grafik histogram dapat dibedakan mejadi dua macam yaitu :
(1). Grafik Histogram Data tunggal
8
(2). Grafik Histogram Data kelompokkan

7
1. Cara Melukiskan Distribusi Frekuensi Dalam Bentuk Grafik Histogram Data Tunggal.
Langkah yang perlu ditempuh :
a. 6 Menyiapkan sumbu horisontal (absis = X)

STATISTIK PENDIDIKAN 25
DOSEN : 5Prof. Dr. Fuad Abd. Rachman, M.Pd.

4
3

b. 2 Menyiapkan sumbu vertikl (ordinal =Y)


c. Menetapkan titik nol (perpotongan X dengan Y)
d.1 Menetapkan atau menghitung nilai nyata (true value)
Nilai f Nilai Nyata
(X)
0 10 2 9.50 - 10.50
9 3 8.50 - 9.50
8 5 7.50 - 8.50
7 5 6.50 - 7.50
6 10 5.50 - 6.50
5 7 4.50 - 5.50
4 3 3.50 - 4.50
3 3 2.50 - 3.50

e. Menempatkan nilai nyata pada masing-masing skores (nilai) yang ada pada absis X
f. Menempatkan frekuensi tiap-tiap sekor (niali) yang ada pada ordinal Y
g. Membuat garis perpotongan (koordinat)
h. Melukiskan grafik histogramnya

GRAFIK 2. 4
Histogram Frekuensi Tentang Tes Nilai Hasil Ulangan Harian Bidang Studi
Matematika dari Sejumlah 40 Orang Murid Madrasah Ibtidaiyah

STATISTIK PENDIDIKAN 26
DOSEN : Prof. Dr. Fuad Abd. Rachman, M.Pd.
10

0 0.5 1.5 2.5 3.5 4.5 5.5 6.5 7.5 8.5 9.5
10.5
5

2. Contoh Cara Melukiskan Distribusi Frekuensi Dalam Bentuk Grafik Histogram Data
K4elompokkan.
Kita ambil kembali data nilai hasil ebta dalam bidang studi biologi, yang diikuti oleh
se3jumlah 80 orang siswa kelas III SMA Jurusan Fisika seperti tertera pada Tabel II.10. Untuk
melukiskan grafik histogramnya, diperlukan langkah kerja sebagai berikut :
a. Menyiapkan sumbu horisontal (absis = X)
b. Menyiapkan sumbu vertikal (ordinal =Y)
2
c. Menetapkan titik nol (perpotongan X dengan Y)
d. Menetapkan atau mencari nilai nyata (true value) dari masing-masing interval.
1

Interval F Midpoint (X)


0 78-80 2 (78+80) : 2 = 79
75-77 2 (75+77) : 2 = 76
72-74 3 (72+74) : 2 = 73
69-71 4 (69+71) : 2 = 70
66-68 5 (66+68) : 2 = 67
63-65 10 (63+65) : 2 = 64
60-62 17 (60+62) : 2 = 61
STATISTIK PENDIDIKAN 27
DOSEN : Prof. Dr. Fuad Abd. Rachman, M.Pd.
57-59 14 (57+59) : 2 = 58
54-56 11 (54+56) : 2 = 55
51-53 6 (51+53) : 2 = 52
48-50 4 (48+50) : 2 = 49
45-47 2 (45+47) : 2 = 46
Total 80=N -

e. Menempatkan nilai nyata pada masing-masing interval pada sumbu


mendatar/vertikal (absis =x)
f.Menempatkan frekuensi tiap-tiap sekor (nilai) yang ada pada ordinal Y
g. Membuat garis perpotongan (koordinat).

BAB III
MASALAH RATA-RATA (AVERAGE)

1. Pengertian rata-rata

STATISTIK PENDIDIKAN 28
DOSEN : Prof. Dr. Fuad Abd. Rachman, M.Pd.
Nilai rata-rata juga dikenal dengan istilah ukuran nilai pertengahan (measure of
central value),sebab nilai rata-rata itu pada umumnya merupakan nilai pertengahan dari nilai
– nilai yang ada.Selain itu,karena nilai rata-rata itu biasanya berposisi ada sekitar central
penyebaran nilai yang ada , maka nilai rata-rata itupun yang dikenal dengan nama ukuran
posisi pertengahann (measure of central position).
Rata – rata tidak lain adalah : tiap bilangan yang dapat dipakai sebagai wakil dari
rentetan nilai rat-rata itu wujudnya hanyalah satu bilangan saja,namun dengan satu bilngan
itu akan dapat tercermin gambaran secara umum yang berupa angka atau bilangan itu.

2. Ukuran rata – rata dan macamnya


Adapun macam – macam “rata-rata” atau “ukuran rata-rata” yang dimiliki oleh
statistic sebagai ilmu pengetahuan ialah :
1. rata-rata hitung atau : Nilai rata-rata hitung (Arithmetic mean,yang sering kali
disingkat dengan : mean saja ) yang umumnya dilambangkan dengan huruf M atau X;
2. Rata-rata pertengahan atau nilai rata-rata pertengahan atau nilai rata-rata letak
(median atau medium),yang umumnya dilambangkan dengan : mdn atau Me atau
Mn ;
3. modus atau mode, yang biasa dilambangkan dengan : Mo ;
4. rata-rata ukur atau nilai rata-rata ukur (geometric mean),yang dilambangkan dengan
GM;
5. rata-rata harmonic atau nilai rata-rata harmonic (harmonic mean),yang biasa
dilambangkan dengan HM.

1) Nilai rata-rata hitung (mean)


Dalam bahasa inggris Nilai rata-rata hitung dikenal dengan istilah Arithmetic Mean,atau
sering disingkat dengan mean saja.Mean dikenal sebagai ukuran yang menduduki terpenting
jika dibandingkan dengan ukuran tendensi pusat lainnya.

a. Pengertian Mean
Secara singkat pengertian tentang mean dapat dikemukakan sebagai berikut : Mean
dari sekelompok (sederetan) angka (bilangan) adalah jumlah dari keseluruhan angka
(bilangan) yang Ada,dibagi dengan banyaknya angka (bilangan) tersebut.
b. Cara mencari Mean
STATISTIK PENDIDIKAN 29
DOSEN : Prof. Dr. Fuad Abd. Rachman, M.Pd.
1. Cara mencari mean untuk data tunggal
Ada dua mavam cara yang dapat digunakan untuk mencari mean dari data tunggal
(data yang tidak dikelompokkan),yaitu :
(1) Cara mencari mean dari data tunggal yang seluruh skornya berfrekuensi
satu,dan
(2) Cara mencari mean dari data tunggal dimana sebagian atau seluruh skornya
berfrekuensi lebih dari satu.
(3) Cara mencari mean data tunggal , yang seluruh skornya berfrekuensi satu

2. Rumus yang digunakan


Rumus yang digunakan untuk mencari mean data tunggal yang seluruh skornya
berfrekuensi satu adalah (seperti telah dicantumkan diatas):

M 
X
X
N
Mx = mean yang kita cari
X = Jumlah dari skor-skor (nilai-nilai ) yang ada
N = Number of cases (banyaknya skor-skor itu sendiri)
Contoh :Jika nilai hasil ulangan dari seorang siswa MAN tadi kita hitung Mean-nya
dengan menggunakan Tabel Distrtibusi Frekuensi,maka proses perhitungannya adalah
sebagai berikut :
Tabel 3.1.Perhitungan Mean nilai hasil ulangan harian dalam bidang studi Agama
Islam,PMP,Bahasa Indonesi,Bahasa Inggris,IPS Dan IPA seorang siswa Madrasah Aliyah
Negeri.

X F
9 1
8 1
7 1
6 1
5 1
4 1
39 = X 6=N
Dari Tabel 3.1 talah kita peroleh : X = 39,Sedangkan N = 6.Dengan demikian :

M 
X =
39
 6,50
X
N 6

STATISTIK PENDIDIKAN 30
DOSEN : Prof. Dr. Fuad Abd. Rachman, M.Pd.
3. Cara mencari mean data tunggal yang sebagian atau seluruh skornya berfrekuensi
lebih dari satu.
- Rumus yang digunakan
Karena data tunggal yang kita hitung Mean-nya sebagian atau seluruh skornya
berfrekuensi lebih dari satu,maka :

M 
X
X
N
2.Cara mencari Mean untuk data kelompok
a) Mencari mean data kelompokan dengan menggunakan metode panjang
-Rumus yang digunakan

MX 
 fX
N
Keterangan : Fx = Jumlah dari hasil perkalian antara Midpoint dari masing-masing
interval ,dengan frekuensinya.
-Langkah-langkah yang harus ditempuh
1) Menetapkan (menghitung) nilai tengah (midpoint) masing-masing inteval,diberi
lambang X.
2) Memperkalikan frekuensi masing-masing interval,dengan midpoint-nya,atau
dikalikan dengan X,Sehingga diperoleh Fx.
3) menjumlahkan fX,sehingga diperoleh Fx.
4) Menghitunh meannya dengan rumus :

MX 
 fX
N
b) Mencari mean data kelompokan dengan menggunakan metode singkat:
- Rumus yang digunakan
 fx' 

 M 
 M 'i 

X

  N 
Keterangan :
M X  mean

M = Mean terkaan atau mean tafsiran


i = interval class (besar/luasnya pengelompokan data)
Fx’=jumlah dari hasil perkalian antara titik tengah bantuan sendiri dengan frekuensi dari
masing-masing interval
- Langkah-langkah
STATISTIK PENDIDIKAN 31
DOSEN : Prof. Dr. Fuad Abd. Rachman, M.Pd.
1.Mencari Mean terkaan sendiri atau mean tafsiran sendiri (yaitu M’)
2.Menetapkan x’ (titik tengah buatan sendiri)
3. memperkalikan frekuensi dari masing-masing interval ,dengan x’(jadi f dikalikan dengan
x’=fx’)
4. Menghitung Mean-nya dengan menggunakan rumus.

c. Penggunaan Mean
1.Bahwa data statistik yang dihadapi merupakan data yang distribusi frekuensinya bersifat
normal atau simetris;setidaknya mendekati normal.
2.bahwa dalam kegiatan analis data,kita menghendaki kadar kemantapan.
3.bahwa dalam penganalisisan data selanjutnya,terhadap data yang sedang kita hadapi atau
kita teliti itu,akan kita kenai ukuran-ukuran statistik selain mean.

d. Kelemahan Mean
1.Karena mean itu diperoleh atau berasal dari hasil perhitungan terhadap seluruh angka
yang ada,maka jika dibandingkan dengan ukuran rata-rata lainnya-perhitungannya relatif
sukar.
2.Dalam perhitungan mean , sangat diperlukan ketelitian dan kesabaran.
3.sebagai salah satu ukuran rata-rata,mean kadang-kadang sangat dipengaruhi oleh angka
atau nilai exstrimnya sehingga hasil yang diperoleh kadang terlalu jauh dari kenyataan
yang ada.

2. Nilai rata-rata pertengahan (Median)


a. Pengertian Nilai rata-rata Pertengahan (Median)
Median ialah suatu nilai atau suatu angka yang membagi suatu distribusi data
kedalam dua bagian yang sama besar.dengan kata lain median adalah nilai atau angka yang
diatas nilai atau angka tersebut terdapat ½ N dan dibawahnya juga terdapat ½ N.
b.cara mencari nilai rata-rata pertengahan
1) Cara mencari nilai rata-rata pertengahan untuk data
a. Mencari nilai rata-rata pertengahan untuk data tunggal yang seluruh skornya
berfrekuensi 1.
- Mencari nilai rata-rata pertengahan untuk data tunggal yang seluruh skornya berfrekuensi 1
dan number of cases –nya berupa bilangan gazal.
Rumus : ( N = 2n + 1 )
STATISTIK PENDIDIKAN 32
DOSEN : Prof. Dr. Fuad Abd. Rachman, M.Pd.
Maka median nta terletak pada bilangan yang ke (n+1)
- Mencari nilai rata-rata pertengahan untuk data tunggal yang seluruh skornya berfrekuensi
1,dan number of cases-nya berupa bilangan genap .
Rumus : ( N = 2n)
Maka median data yang demikian terletak antara bilangan yang ke-n dan ke (n+1)

b. Mencari nilai rata-rata pertengahan untuk data tunggal yang sebagian atau seluruh
skornya berfrekuensi lebih dari satu.
 1/ 2N  fkb   1/ 2N  fka 

Rumus : mdn     fi atau : Mdn  u   fi 


   
Keterangan:
Mdn : Median
 : lover limit (batas bawah nyata dari skor yang mengandung median)
fkb : frekuensi kumulatif yang terletak dibawah skor yang mengandung median.
fi : frekuensi asli (frekuensi dari skor yang mengandung median)
N : Number of cases
U : upper limit (batas atas nyata dari skor yang mengandung median).
fka : frekuensi kumulatif yang terletak diatas skor yang mengandung median

c. Penggunaan nilai Rata-rata pertengahan (Median)


1. kita tidak mamiliki waktu yang cukup luas atau longgar untuk menghitung Nilai rata-rata
Hitung (Mean)-nya.
2. kita tidak ingin memperoleh nilai rata-rata dengan tingkat ketelitian yang
tinggi,melainkan hanya sekedar ingin mengetahui skor atau nilai yang merupakan nilai
pertengahan dari data yang sedang kita teliti.
3. distribusi frekuensii data yang sedang kita hadapi itu bersifat asimetris (tidak normal)
4. data yang sedang diteliti itu tidak akan dianalisis secara lebih dalam lagi dengan
menggunkan ukuran statistik lainnya.

d. Kebaikan dan kelemahan Median


-Kebaikan : sebagai ukuran rata-rata ialah mediannya dapat diperoleh dalam waktu
singkat,karena proses perhiyungannya sederhana dan mudah.

STATISTIK PENDIDIKAN 33
DOSEN : Prof. Dr. Fuad Abd. Rachman, M.Pd.
-Kelemahan : median sebagai ukuran rata-rata sifatnya kurang teliti.

3 . Quartile
Istilah quartil atau ”Kuartil” dalam kehidupan kita sehari-hari lebih dikenal dengan
istilah kuartal.
Dalam dunia statistik yang dimaksud dengan kuartil ialah titikm atau skor atau nilai yang
membagi seluruh distribusi frekuensi kedalam empat bagian yang sam besar yaitu masing-
masing ¼ N.jadi disini akan kita jumpai tiga buah kuartil yaitu quartile pertama (Q1),Quartile
kedua (Q2),Dan Quartile ketiga (Q3)
Untuk mencari Q1,Q2,Q3 digunakan rumus sebagai berikut :
- Untuk data tunggal
 n / 4N  fkb 

Qn     
 fi 
- Untuk data kelompokkan
 n / 4N  fkb 

Qn      Xi
 fi 
Keterangan :
Q :Quartile yang ke-n,karena titik quartile ada 3 buah, maka n diisi dengan bilangan 1,2,3
: lower limit(batas batas nyata dari skor atau interval yang mengandung Qn).
Fkb:frekuensi kumulatif yang terleta dibawah skor
i : interval class
catatan :
- istilah ”skor” berlaku untuk data tunggal
- istilah ”interval” berlaku untuk data kelompok
Diantara kegunaan quartile adalah untuk mengetahui simetris (normal) atau a simetrisnya
suatu kurva.Dalam hal ini patokan yang kita gunakan adalah sebagai berikut :
1) Jika Q3 – Q2 = Q2 – Q1Maka kurvanya adalah kurva adalah kurva normal
2) Jika Q3 – Q2> Q2 – Q1Maka kurvanya adalah kurva adalah kurva miring / berat kekiri
(juring positif)
3) Jika Q3 – Q2< Q2 – Q1Maka kurvanya adalah kurva adalah kurva miring / berat
kekanan (juring negatif).

4. DECILE
STATISTIK PENDIDIKAN 34
DOSEN : Prof. Dr. Fuad Abd. Rachman, M.Pd.
Desile atau desil ialah : titik atu skor atau nilai yang membagi seluruh frekuensi dari
data yang kita selidiki kedalam 10 bagian yang sama besar ,yang masing-masing sebesar
1/10.jadi disini kita jumpai sebanyak 9 buah titik desile,dimana kesembilan buah titik decile
itu membagi seluruh distribusi frekuensi kedalam 10 bagian yang sama besar.
Lambang desil adalah D.jadi 9 buah titik desil yang dimaksud diatas adalah titik-titik
D1,D2,D3,D4,D5,D6,D7,D8,D9.
Rumus :
- Untuk data tunggal
 n /10N  fkb 

Dn     
 fi 
- Untuk data kelompok
 n /10N  fkb 

Dn      Xi
 fi 
Keterangan :
Dn = Decile yang ke-n (disini n dapat diisi dengan bilangan :1,2,3,4,5,6,7,8,atau 9)
N = number of cases
 = lower limit
Fkb = frekuensi kumulatif terletak dibawah
Fi = frekuensi aslinya

5. Percentile
Percentile atau percentile yang biasa dilambangkan P, adalah titik atau nilai yang
membagi suatu distribusi data menjadi seratus bagian yang sama besar.karena percentile
sering disebut dengan “ukuran per-ratus-an.
Titik yang membagi distribusi data kedalam seratu bagian yang sama besar itu ialah
titik – titik P1,P2,P3,P4,P5,P6…………P99
Untuk mencari percentile digunakan rumujs sebagai berikut :
- Untuk data tunggal

 n /100N  fkb 

Pn  ' 
 fi 
- Untuk data kelompok
STATISTIK PENDIDIKAN 35
DOSEN : Prof. Dr. Fuad Abd. Rachman, M.Pd.
 n /100N  fkb 

Pn  ' Xi
 fi 
Kegunaan percentile dalam dunia pendidikan :
 Untuk mengubah raw score (raw data ) menjadi standard score (nilai standar).dalam
dunia pendidikan salah satu standard scire sering digunakan adalah elemen points
scale (skala sebelas nilai) atau dikenal pula dengan nama standard of eleven yang
lazim dikenal dengan stanel.Pengubahan dari raw score menjadi stanel dilakukan
denagn jalan menghitung.P1-P3-P8-P21-P31-P6- P79 -P92-P97-P99
 Percentile dapat digunakan untuk menentukan kedudukan seorang anak didik itu
memperoleh kedudukan ditengah-tengah kelompoknya.
 Percentile juga dapat digunakan sebagai alat untuk menentapkan nilai batas lulus
pada tes atau selektif.

5. Saling Hubungan antara Quartile-Decile dan Percentile


Hubungannnya :
1. P90 = D9
2. P80 = D8
3. P75 = Q3
4. P70 = D7
5. P60 = D6
6. P50 = D5 = Q2 = Median
7. P40 = D4
8. P30 = D3
9. P25 = Q1
10. P20 = D2
11. P10 = D1

6. Nilai Rata-rata Ukur (Geometric Mean)


a. Pengertian Nilai rata-rata Ukur
Nilai rata-rata ukur dari sekelompok bilangan ialah : Hasil perkalian bilangan
tersebut,diakar pangkatkan banyaknya itu sendiri.
Dengan demikian,GM dari dua bilangan adalah sama dengan akar pangkat dua dari hasil
perkalian kedua bilangan itu sendiri.GM dari 3 bilangan adalah sama dengan akar pangkat

STATISTIK PENDIDIKAN 36
DOSEN : Prof. Dr. Fuad Abd. Rachman, M.Pd.
tiga dari hasil dari perkalian ketiga bilangan itu sendiri ; demikian seterusnya ,atau secara
umum dapat diformulasikan sebagai berikut : GM dari N buah bilangan adalah sama dengan
akar pangkat N dari hasil perkalian bilangan-bilangan itu.Apabila bilangan-bilangan itu
dilambangkan dengan X1,X2,X3 dan Xn maka GM dapat kita formulasikan dalam bentuk
Rumus:
GM N X 1 xX 2 xX 3 ....X N

Adapun rumus untuk menghitunmg Geometric Mean dengan menggunakan Logaritma


adalah sebagai berikut :

log GM 
(log X )
N
7.Nilai rata-rata Harmonic (Harmonic Mean)
A. Pengertian Nilai rata-rata harmonic
Nilai rata-rata harmonic dari sekumpulan adalah kebaliakan dari nilai rata-rata Hitung dari
kebalikan bilangan yang termasuk dalam kumpulan bilangan tersebut.

BAB IV
MASALAH PENYEBARAN DATA

A. PENGANTAR
Ukuran Variabilitas Data (Measures of variability) atau Ukuran Penyebaran Data
(Measures of Dispersion).

B. PENGERTIAN UKURAN PENYEBARAN DATA

STATISTIK PENDIDIKAN 37
DOSEN : Prof. Dr. Fuad Abd. Rachman, M.Pd.
Ukuran penyebaran data adalah berbagai macam ukuran statistic yang dapat
dipergunakan untuk mengetahui luas penyebaran data, atau variasi data, atau homogenitas,
atau stabilitas data.

C. MACAM-MACAM UKURAN PENYEBARAN DATA


Macam-macam ukuran Penyebaran Data, dari ukuran yang paling sederhana (kasar)
sampai dengan ukuran yang dipandang memiliki kadar ketelitian yang tinggi, yaitu (1)
Range, (2) Deviasi (yaitu Deviasi Kuartil, Deviasi Rata-rata dan Deviasi Standar), (3)
Variance, dan (4) Ukuran Penyebaran Relatif.
Ditilik segi relevansinya, maka dalam pembicaraan lebih lanjut hanya akan
dikemukakan dua jenis saja, yaitu (1) dan (2) Deviasi , dan pembicaraan tentang Deviasi pun
hanya dibatasi pada Deviasi Rata-rata dan Deviasi Standar.
1. Range
Range, yang dalam dunia statistic dikenal sebagai ukuran penyebaran data yang paling
sederhana, yang karena itu juga sering disebut sebagai ukuran penyebaran data yang palin
kasar.
a. PengertianRange
Range diberi lambing R adalah salah satu ukuran statisik yang menunjukkan jarak
penyebaran antara skor (nilai) yang terendah (Lowest Score) sampai skor (nilai) yang
tertinggi (Highest Score). Dengan singkat dapat dirumuskan :
R=H–L
R = Range yang kita cari
H = Skor atau nilai yang tertinggi (Highest Score)
L = Skor atau nilai yang terendah (Lowest Score)

b. CaraMencariRange
Tabel berikut mengemukakan salah satu contoh cara mencari range

Tabel. Perhitungan Range Nilai Hasil Tes untuk 5 Macam bidang studi, yang dikuti oleh 3
orang calon yang mengikuti tes seleksi penerimaan calon mahasiswa baru pada sebuah
perguruan Tinggi Agama Islam
No. Nilai Yang Dicapai H L R=H- Jumla Mean
L h
STATISTIK PENDIDIKAN 38
DOSEN : Prof. Dr. Fuad Abd. Rachman, M.Pd.
Uji Dir. Bhs Bhs Bhs. Nilai
Ing
PMP Islam Ind Arab g
8 4
1 85 55 75 45 65 5 5 40 325 65
7 5
2 58 65 72 60 70 2 8 14 325 65
6 6
3 65 65 65 65 65 5 5 0 325 65

Tabel diatas menunjukkan bahwa makin kecil jarak penyebaran nilai dari nilai
terendah sampai nilai tertinggi akan makin homogen distribusi nilai tersebut. Sebaliknya,
makin besar rangenya maka akan makin berserakan ( makin heterogenitas) nilai-nilai yang
ada dalam distribusi tersebut.
Selain itu, berdasar pada range kita juga dapat mengatakan bahwa kian kecil range
dari suatu distribusi data, kian cenderung bagi diri kita untuk menganggap bahwa mean yang
kita peroleh merupakan wakil yang representatif data yang bersangkutan; sebaliknya kian
besar rangenya kita akan lebih cenderung menganggap bahwa mean yang kita peroleh
sifatnya meragukan.
c. Penggunaan Range
Range kita gunakan sebagai ukuran, apabila didalam waktu yang sangat singkat kita
ingin memperoleh gambaran tentang penyebaran data yang sedang kita selidiki dengan
mengabaikan factor ketelitian atau kecermatan.

d. Kebaikan dan Kelemahan


Kebaikan
Kebaikan Range sebagai salah satu ukuran penyebaran data ialah dengan
menggunakan Range dalam waktu singkat dapat diperoleh gambaran umum mengenai luas
penyebaran data yang sedang kita hadapi.
Kelemahan
(1) Range sifatnya sangat labil dan kurang teliti, (2) DenganmengetahuiRange nya
saja, kita belum tahu secara pasti bagaimana sebenarnya bentuk Distribusi Data yang kita
hadapi mulai dari nilai Terendah dan Nilai tertinggi. Karena kelemahan itulah maka sebagai
salah satu ukuran penyebaran data, range sangat jarang digunakan dalam pekerjaan analisis
statistic.

STATISTIK PENDIDIKAN 39
DOSEN : Prof. Dr. Fuad Abd. Rachman, M.Pd.
2. Deviasi
a. Pengertian Deviasi
Deviasi ialah selisih atau simpangan dari masing-masing skor dan interval, dari nilai
rata-rata hitungnya (deviation from the Mean).
Deviasi merupakan salah satu ukuran variabilitas data yang biasa dilambangkan
dengan huruf kecil dari huruf yang digunakan bagi lambing skornya. Jadi apabila skornya
diberi lambing X maka deviasinya berlambangkan x, jika skornya Y maka dilambangkan
deviasinya y, jika skornya Z maka lambing deviasinya z.
Karena deviasi merupakan simpangan atau selisih dari masing-masing skor terhadap
mean grupnya, maka sudah barang tentu akan terdapat dua jenis deviasi, (1) Deviasi yang
berada diatas mean dan (2) Deviasi yang berada di bawah mean.
Deviasi yang berada diatas Mean dapat diartikan sebagai “selisih lebih” karenanya
deviasi semacam ini akan bertanda plus (+), dan lazim dikenal dengan istilah deviasi positif.
Adapun deviasi yang berada dibawah mean dapat diartikan sebagai “Selisih kurang” oleh
karena itu selalu bertanda minus (-), dilazim dikenal dengan istilah Deviasi Negatif.
Guna memperjelas uraian yang telah dikemukakan diatas, marilah kita perhatikan
contoh berikut ini:
Skor (X) Banyaknya (f) Deviasi  x  X  M x 
8 1 8 – 6 = +2
7 1 7 – 6 = +1
6 1 6–6=0
5 1 5 – 6 = -1
4 1 4 – 6 = -2
∑X = 30 N=5 ∑x = 0

M
X 30
 6 +2 dan +1 adalah Deviasi Positif
x
N 5

-2 dan -1 adalah Deviasi Negatif


b. Deviasi Rata-rata
1) Pengertian Deviasi Rata-rata
Deviasi rata-rata yakni Jumlah Harga mutlak deviasi dari tiap-tiap skor, dibagi
dengan banyaknya skor itu sendiri. Dalam bahasa Inggris Deviasi rata-rata dikenal
dengan nama Mean Deviation (diberi lambang MD) atau Average Deviation (diberi
lambang AD), dalam uraian selanjutnya akan digunakan lambing AD. Deviasi rata-rata
tadi diformulasikan dalam bentuk rumus sebagai berikut :
STATISTIK PENDIDIKAN 40
DOSEN : Prof. Dr. Fuad Abd. Rachman, M.Pd.
AD 
x
N

AD = Average Deviation = Deviasi rata-rata


∑x = Jumlah harga mutlak deviasi tiap-tiap skor atau interval
N = Number of Cases

2) Cara Mencari Deviasi Rata-rata


a) Cara Mencari Deviasi rata-rata untuk Data Tunggal yang masing-masing skornya
berfrekuensi Satu.

X AD 
x
Mx 
N N

Y AD 
y
Mx 
N N

b) Cara Mencari Deviasi rata-rata untuk Data Tunggal yang sebagian atau seluruh skornya
berfrekuensi lebih dari satu.
Rumus yang digunakan adalah :
fx
AD 
N

AD = Average Deviation = Deviasi rata-rata


∑fx = Jumlah hasil perkalian antara deviasi tiap-tiap skor dengan frekuensi masing-
masing skor tersebut
N = Number of Cases

c) Cara Mencari Deviasi rata-rata untuk Data Kelompokan Deviasi rata-ratanya


dapat diperoleh dengan menggunakan rumus :
fx
AD 
N

AD = Average Deviation = Deviasi rata-rata


∑fx = Jumlah hasil perkalian antara deviasi tiap-tiap interval (x) dengan frekuensi
masing-masing interval yang bersangkutan.
N = Number of Cases
d). Kelemahan Deviasi rata-rata
STATISTIK PENDIDIKAN 41
DOSEN : Prof. Dr. Fuad Abd. Rachman, M.Pd.
c. Deviasi Standar
Deviasi rata-rata sebagai salah satu ukuran variabilitas data ditilik dari segi
matematika memiliki kelemahan yang sangat mendasar karena mengganggap sama antara
deviasi yang bertanda “plus” dengan deviasi yang bertanda “minus”.
1) Pengertian Deviasi Standar
Deviasi standar (Standar Deviation), yang umumnya diberi lambing δ atau SD.
Deviasi Standar, karena Deviasi rata-rata yang tadinya memiliki kelemahan, telah dibakukan
atau distandarisasikan, sehingga memiliki kadar kepercayaan atau reliabilitas yang mantap,
oleh karena itu, dalam dunia analisis statistic Deviasi standar ini mempunyai kedudukan yang
amat penting.
Maka rumus umum Deviasi Standar atau SD ialah sebagai berikut :

SD 
X 2

N



SD = Deviasi Standar
X 2
= Jumlah semua deviasi, setelah mengalami proses pengkuadratan
terlebih dahulu.
N = Number of Cases

2) Cara Mencari Deviasi Standar


a) Cara mencari Deviasi standar untuk data tunggal yang semua skornya berfrekuensi
Satu.

SD 
X 2

N



SD = Deviasi Standar
X 2
= Jumlah semua deviasi, setelah mengalami proses pengkuadratan terlebih
dahulu.
N = Number of Cases

b) Cara mencari Deviasi standar untuk data tunggal yang sebagian atau seluruh skornya
berfrekuensi lebih dari satu.

STATISTIK PENDIDIKAN 42
DOSEN : Prof. Dr. Fuad Abd. Rachman, M.Pd.
SD 
fx 2

N



SD = Deviasi Standar
fx 2
= Jumlah hasil perkalian antara frekuensi masing-masing skor, dengan deviasi
skor yang telah dikuadratkan.
N = Number of Cases
(a) Cara mencari Deviasi Standaruntuk Data Kelompokan
Deviasi standar dapat dicari dengan mengunakan dua buah rumus , yaitu rumus
panjang dan rumus singkat. Rumus panjang kita pakai bila kita memiliki alat Bantu
penghitungan seperti kalkulator dan sebagainya, karenaa memerlukan tingkat ketelitian dan
kecermatan yang setinggi mungkin.

1) Cara Mencari Deviasi Standar untuk Data kelompokan, dengan mengunakan


rumus panjang

SD 
fx 2

N



SD = Deviasi Standar
fx 2
= Jumlah hasil perkalian antara frekuensi masing-masing skor, denagn deviasi
skor yang telah dikuadratkan.
N = Number of Cases

2) Cara mencari Deviasi standar untuk Data kelompokan, dengan menggunakan


Rumus pendek

fx 2
 fx  2


SD i N  
 N 
 


SD = Deviasi Standar
i = Kelas interval
fx 2
= Jumlah hasil perkalian antara frekuensi masing-masing interval , dengan x 2

fx = Jumlah hasil perkalian antara frekuensi masing-masing interval , dengan x


STATISTIK PENDIDIKAN 43
DOSEN : Prof. Dr. Fuad Abd. Rachman, M.Pd.
N = Number of Cases

d) Cara lain yang dapat dipergunakan untuk menghitung atau mencari Deviasi
Standar
1) Cara lain untuk mencari Deviasi Standar Data tunggal yang seluruh skornya
berfrekuensi satu.
Ada tiga buah rumus dapat digunakan, yaitu :
Rumus Pertama =
SD 
X 2
M
2

X
N

 N   X 2    X 
2
Rumus Kedua = SD 
2
 N

X 
1
SD 
X
2
Rumus Ketiga = N. 2

N

SD = Deviasi Standar
x 2
= Jumlah skor X setelah terlebih dahulu dikuadratkan.

X  2
= Jumlah seluruh skor X, yang kemudian dikuadratkan.
M X = Nilai rata-rata Hitung (=mean) skor X.

N = Number of Cases

2) Cara lain untuk mencari Deviasi Standar Data tunggal yang sebagian atau seluruh
skornya berfrekuensi lebih dari satu.

 fX 
1
SD 
 fX
2
N. 2

N

SD = Deviasi Standar yang kita cari


1 = Bilangan Konstan (yang tidak boleh diubah-ubah
fX 2
= Jumlah hasil perkalian antara frekuensi tiap-tiap skor (f) denagn skor yang
telah dikuadratkan lebih dahulu x 2

STATISTIK PENDIDIKAN 44
DOSEN : Prof. Dr. Fuad Abd. Rachman, M.Pd.
fX  2
= Jumlah hasil perkalian antara frekuensi tiap-tiap skor (f) dengan masing-
masing skor yang bersangkutan (X)
N = Number of Cases

3) Cara lain untuk mencari Deviasi Standar Data Kelompokan


Deviasi Standar untuk data Kelompokan juga dapat ddicari atau diperhitungkan
berdasarkan angka kasar atau skor aslinya. Adapun rumus yang digunakan adalah :

fX 2
 fX  2


SD  N  
 N 
 


SD = Deviasi Standar
fX 2
= Jumlah hasil perkalian antara midpoint-2 yang telah dikuadratkan x 2 dengan
frekuensinya masing-masing.
fX = Jumlah hasil perkalian antara midpoint dengan frekuensinya masing-masing.
N = Number of Cases

d. Kegunaan Deviasi Rata-rata dan Deviasi Standar


Baik Deviasi rata-rata maupun deviasi standar keduanya berguna sebagai ukuran
untuk mengetahui variabilitas data dan sekaligus untuk mengetahui homogenitas data.
Dengan mengetahui besar kecilnya Deviasi rata-rata dan Deviasi Standar, kita dapat
mengetahui pula bagaimana Variabilitas dan homogenitas data yang sedang kita selidiki. Jika
deviasi rata-rata atau deviasi standar makin besar, hali ini berarti makin besarlah variabilitas
datannya atau semakin kurang homogen. Sebaliknya, apabila Deviasi rata-rata atau Deviasi
Standar kecil, data yang sedang kita teliti itu makin dekat kepada sifat Homogenitas.

e. Saling Hubungan antara Deviasi Rata-rata dan Deviasi Standar


Antara Deviasi Rata-rata dan Deviasi Standar terdapat saling hubungan sebagai
berikut
AD = 0,798 SD sedangkan SD = 1,253 AD
Artinya :
 Bahwa besarnya Deviasi rata-rata (AD) adalah sekitar
0,798 atau 0,8 kali dari Deviasi Standar
STATISTIK PENDIDIKAN 45
DOSEN : Prof. Dr. Fuad Abd. Rachman, M.Pd.
 Bahwa besarnya Deviasi Standar (SD) adalah sekitar
1,253 atau 1,3 kali dari Deviasi Rata-rata

f. Catatan Tambahan Tentang Penggunaan Lebih Lanjut dari Mean dan Deviasi Standar
Dalam Dunia Pendidikan
Sebagai catatan tambahan perlu kiranya dikemukakan disini bahwa mean dan deviasi standar
sebagai dua buah ukuran statistic yang dipandang memiliki reliabilitas yang tinggi, dapat dan
sering digunakan dalam dunia pendidikan, khususnya dalam rangka Evaluasi hasil belajar
anak didik. Dapat disebutkan disini misalnya:
1. Untuk menetapkan nilai batas lulus Aktual (minimum Passing Level atau Passing
Grade), di mana patokan yang digunakan untuk keperluan tersebut adalah :
Mean + 0,25 SD
2. Untuk mengubah Raw Score (Skor mentah) ke dalam nilai standar sekala 5 atau huruf
A-B-C-D dan E.
3. Untuk mengubah (mengkonversikan ) Raw Score menjadi niali Standar Sebelas
(Eleven point Scale = Standar Eleven = Stanel), yaitu nilai-nilai standar mulai dari 0
sampai dengan 10 (=11 Nilai Standar).
4. Untuk mengelompokkan anak didik ke dalam tiga ranking, yaitu : Ranking Atas
(Kelompok anak didik yang tergolong pandai), Ranking Tengah ( Kelompok anak
didik yang tergolong cukup/sedang) dan Ranking Bawah (Kelompok anak didik yang
tergolong lemah/bodoh)
5. Untuk mengubah (mengkonversikan) Raw Score menjadi Nilai Standar z (z Score),
dimana z Score dapat diperoleh dengan rumus :
XMX
z.Score 
SDX

6. Untuk mengubah (mengkonversikan) Raw Score menjadi nilai satndar T (T Score)


dimana T Score itu dapat diperoleh dengan rumus :
 X  M X 

T.Score  50 10  atau T Score = 50+10 X z Score.


 SD X 

STATISTIK PENDIDIKAN 46
DOSEN : Prof. Dr. Fuad Abd. Rachman, M.Pd.






































BAB V
UJI VALIDITAS DAN RELIABILITAS

VALIDITAS

A. Pengertian Validitas dan Instrumen


Secara umum valid itu sama dengan ketepatan sedangkan instrumen itu mengukur apa
yang seharusnya diukur.
Syarat-syarat instrument yaitu :
1) Valid
STATISTIK PENDIDIKAN 47
DOSEN : Prof. Dr. Fuad Abd. Rachman, M.Pd.
2) Reliabel
3) Objektif
4) Sederhana
5) Daya Pembeda
6) Tingkat kesukaran

B. Macam-macam Validitas
1. Pengujian Tes Validitas Logis
Adalah validitas yang diperoleh atas dasar hasil pemikiran, validitas yang diperoleh
dengan cara berfikir secara logis.
 Validitas Isi (Content Validity) adalah validitas yang dilihat dari segi isi tes itu
sendiri sebagai alat pengukur hasil belajar. Pada validitas isi ini, sebelum kita
menyusun tes terlebih dahulu membuat kisi-kisi soal.
 Validitas Konstruksi (Construct Validity) adalah mengukur apa yang seharusnya
dikonstruksi dalam pembelajaran sesuai dengan TIK dalam RP.
2. Pengujian Tes Validitas Empiris
Adalah ketepatan mengukur yang didasarkan pada hasil analisis yang bersifat empiris.
 Validitas ada sekarang (Concurrent Validity). Apabila hasil tes yang dilakukan
sesuai dengan pengalaman maka tes itu dikatakan Valid.
 Validitas Prediksi (Predective Validity). Suatu tes dikatakan valid apabila
hasilnya sesuai denagn keadaan yang sebenarnya. Misalnya : tes masuk
Perguruan Tinggi, dan Tes Calon Pegawai.

C. Cara Menguji Validitas


Untuk validitas isi dan validitas konstruksi cukup dikonsultasikan saja dengan
minimal ddua orang pakar di bidangnya. Sedangkan untuk validitas ada sekarang dan
validitas prediksi harus dilakukan uji coba. Hasilnya dikorelasikan dengan hasil tes
lain yang sudah standar/hasil tes criterion.

REALIBILITAS

A. Pengertian Realibilitas

STATISTIK PENDIDIKAN 48
DOSEN : Prof. Dr. Fuad Abd. Rachman, M.Pd.
Secara umum realibilitas itu sama dengan Ketetapan. Suatu instrument yang
mempunyai hasil pengukuran tetap dan bias dipercaya.

B. Cara Mengukur Realibilitas


 Konsistensi Eksternal
1. Metode Test-Retest maksudnya seperangkat test yang diuji dua kali hasilnya akan
dikorelasikan denagn korelasi produk moment. Pada koefisien korelasinya
menunjukkan kekuatan realibitas.
2. Metode Paralel maksudnya dua test paralel yang diujikan kepad sekelompok siswa
dalam waktu yang bersamaan hasilnya juga akan dikorelasikan dengan korelasi
produk moment. Item-item kedua test harus berbeda, namun eqivalen dalam
mengukur hal yang sama.
 Konsistensi Internal
1. Teknik belah dua (Split-half). Seperangkat tes yang diujikan kepada sekelompok
siswa. Hasilnya dikorelasikan antar skor jawaban dari separuh tes tersebut yang
aada dua kemungkinan yaitu skor item ganjil-genap dan skor separuh item awal-
separuh item akhir.
2. Analisis diskriminasi item

Untuk mencari reabilitas tes penuh digunakan rumus Spearman

2 r1/21/2
r 11 
(1 r1/21/2 )

BAB VI
MASALAH PERBEDAAN ANTAR VARIABEL
(TEKNIK ANALISA KOMPARASIONAL)

A. Pengertian Komparasi
Istilah “komparasi” atau “komparasional” yang digunakan diambil dari kata
”comparison” yang berarti ”perbandingan” atau ”pembandingan”.

B. Pengertian Penelitian Komparasi

STATISTIK PENDIDIKAN 49
DOSEN : Prof. Dr. Fuad Abd. Rachman, M.Pd.
Penelitian Komparasi menurut Dr.Ny. Suharsimi Arikunto adalah penelitian yang
berusaha untuk menemukan persamaan dan perbedaan tentang benda, tentang orang,
kelompok, terhadap suatu ide atau suatu prosedur kerja. Dapat juga dilaksanakan dengan
maksud untuk membandingkan kesamaan pandangan dan peubahan pandangan orang, grup
atau negara terhadap kasus, terhadap peristiwa atau terhadap ide.

C. Teknik Analisa Komparasi dan Penggolongannya


Teknik Analisa Komparasi , yaitu salah satu teknik analisa kuantitatif atau salah stu
teknik analisa statistik yang dapat dipergunakan untuk menguji hipotesa mengenai ada-
tidaknya perbedaan antar variabel yang sedang diteliti. Jika perbedaan itu memang ada,
apakah perbedaan itu merupakan perbedaan yang berarti atau meyakinkan (signifikan),
ataukah bahwa perbedaan itu hanyalah secara kebetulan saja (by chance).

D. Teknik Analisa Komparasi dan Penggolongannya


Teknik Analisa Komparasional dengan variabel diperbandingkan hanya dua buah
saja, disebut Teknik Analisa Komparasional Bivariat (Misalnya : Apakah terdapat perbedaan
sikap keagamaan yang signifikan antara remaja yang berdomisili di lingkungan masyarakat
agraris dan remaja yang berdomisili di lingkungan masyarakat industri.
Adapun apabila variabel yang diperbvandingkan itu lebih dari dua buah, maka teknik
analisanya disebut : Teknik Analisa Komparasional Multivariat (Misalnya : Apakah secara
signifikan terdapat perbedaan sikap sosial dan sikap keagamaan remaja yang orang tuanya
berbeda status sosial dan tingkatan pendidikannya?)

BAB VII
UJI “ t”

PENGERTIAN Uji T ( t Test)


Uji t atau t test adalah salah satu tes statistic yang dipergunakan untuk menguji
kebenaran hipotesis nihil yang menyatakan bahwa diantara dua buah mean sample yang
diambil secara random dari populasi yang sama, tidak terdapat perbedaan yang signifikan.
Para ahli statistic melalui berbagai macam penelitian dan eksperimentasi pada
akhirnya meyimpulkan bahwa besar kecilnya kesalahan sampling itu dapat diketahui dengan
STATISTIK PENDIDIKAN 50
DOSEN : Prof. Dr. Fuad Abd. Rachman, M.Pd.
melihat besar kecilnya angka standar yang disebut standard error of the mean (SEM), yang
dapat diperoleh dengan rumus:
SD
SEM 
N 1

SEM = besarnya kesesatan mean sample


SD = deviasi standar dari sample yang diteliti
N = number of cases (banyaknya subjek yang diteliti)
1 = bilangan konstan
standard error perbedaan mean dua sample dapat diperoleh dari rumus sebagai berikut:
SEM1M 
2 2
2
SEM1 SEM 2

Besarnya “t” sama dengan selisih kedua mean sampel, dibagi dengan standard error
perbedaan dua mean sampel; atau apabila kita formulasikan ke dalam bentuk rumus, adalah
sebagai berikut:
M1  M 2
t = SE
M1 M 2

PENGGOLONGAN TES ‘T’


Berdasarkan keadaan samplenya itu, pada umumnya para ahli statistic
mengggolongkan tes ‘t’ menjadi dua macam, yaitu :
1. Tes “t” untuk sample kecil (N kurang dari 30)
2. Tes “t’’ untuk sample besar (N sama dengan atau lebih besar dari 30).
Tes “t” untuk sample kecil, dibedakan menjadi dua golongan, yaitu :

PENGGUNAAN TES “T”


I. TES “T” UNTUK DUA SAMPLE KECIL YANG SALING
BERHUBUNGAN
1. Rumusnya
Rumus untuk mencari “t” atau to dalam keadaan dua sample yang kecil (N kurang dari
30), sedangkan kedua sample satu sama lain mempunyai hubungan, adalah sebagai berikut :
MD
to =
SEM D

MD = Mean of difference nilai rata-rata hitung dari beda / selisih antara skor variable I dan
skor variable II, yang diperoleh dengan rumus :

STATISTIK PENDIDIKAN 51
DOSEN : Prof. Dr. Fuad Abd. Rachman, M.Pd.
MD = D
N
D = jumlah beda / selisih antara skor variabeel I (variable X) dan skor variable II (variable
Y), dan D dapat diperoleh dengan rumus :
D=X–Y
N = Number of cases = jumlah subjek yang kita teliti.

SEM D = standard error (standar kesesatan) dari mean of difference yang dapat diperoleh
dengan rumus :

SE M D = D D

N 1
SDD = devuasi standar dari perbedaan antara skor variable I dan skor variable II, yang dapat
diperoleh dengan rumus :

SD D  D 2
 
( D2 )
N (N )

N = number of cases

a. Tes “t” untuk sample kecil yang kedua sampelnya satu sama lain mempunyai
hubungan.
b. Tes “t” untuk sample kecil yang kedua sampelnya satu sama lain tidak ada
hibungannya.
Tes “t” untuk sample besar, juga dibedakan menjadi dua golongan, yakni :
b. Tes “t” untuk sample besar yang kedua sampelnya satu sama lain saling berhubungan.
c. Tes “t” untuk sample besar yang kedua sampelnya satu sama lain tidak saling
berhubungan.
1. Langkah Perhitungannya
a. Mencari D (difference = perbedaan) antara skor variable I dan skor variable II. Jika
variable I kita beri lambang X sedang variable II kita beri lambang Y, maka : D = X –
Y.
b. Menjumlahkan D, sehingga diperoleh D (tanda plus dan minus ikut diperhitungkan).

c. Mencari mean dari difference, dengan rumus : MD = D


N
d. Menguadratkan D : setelah itu lalu dijumlahkan sehingga diperoleh D2.
e. Mencari deviasi standar dari difference (SDD), dengan rumus :

STATISTIK PENDIDIKAN 52
DOSEN : Prof. Dr. Fuad Abd. Rachman, M.Pd.
SDD = D  
( D) 2
N (N )

f. Mencari standar error dari mean of difference, yaitu : SE M D dengan

menggunakan rumus:
SDD
SE M 
N 1
D

g. Mencari to dengan menggunakan rumus :


MD
to =
SEM D

h. Memberikan interpretasi terhadap “to” dengan prosedur sebagai berikut :


1) Merumuskan terlebih dahulu hipotesis alternative (Ha) dan hipotesis nihilnya (H0).
2) Menguji signifikansi to, dengan cara membandingkan besarnya to (“t” hasil observasi
atau “t” hasil perhitungan) dengan tt (harga kritik “t” yang tercantum dalam table nilai
“t”), dengan terlebih dahulu menetapkan degrees of freedom-nya (df) atau derajat
kebebasannya (db), yang dapat diperoleh dengan rumus : df atau db = N – 1.
3) Mencari harga kritik “t” yang tercantum pada table nilai “t” dengan berpegang pada df
atau db yang telah diperoleh, baik pada taraf signifikansi 5% ataupun taraf
signifikansi 1%.
4) Melakukan pembandingan antara to dengan tt, dengan patokan sebagai berikut:
(a) Jika to lebih besar atau sama dengan tt maka hipotesis nihil ditolak; sebaliknya
hipotesis alternative diterima atau disetujui. Berarti kedua variable yang sedang
kita selidiki perbedaannya, secara signifikan memang terdapat perbedaan.
(b) Jika to lebih kecil daripada tt maka hipotesis nihil diterima atau disetujui;
sebaaliknya hipotesis alternative ditolak. Berarti bahwa perbedaan antara variable
I dan variable II itu bukanlah perbedaan yang berarti, atau bukan perbedaan yang
signifikan.
i. Menarik kesimpulan hasil penelitian.

II. TES “T” UNTUK DUA SAMPLE KECIL YANG SATU SAMA LAIN TIDAK
ADA HUBUNGANNYA

STATISTIK PENDIDIKAN 53
DOSEN : Prof. Dr. Fuad Abd. Rachman, M.Pd.
1. Rumusnya
Rumus Pertama :
M1  M 2
t to SE
M 1 M 2

Rumus Kedua:
M1  M 2
to 
( x1   x2 (N 1 N
2 2)

 2)

(N1  N2  2) (N1.N2)

2. Langkah Perhitungannya
a. Untuk Rumus Pertama :
1) Mencari mean variable I (variable X), dengan rumus:

Mx atau M1 =
x
N1

2) Mencari mean variable II (variable Y), dengan rumus :

My atau M2 =
Y
N 2

3) Mencari deviasi standar skor variable X dengan rumus:

SDx atau SD1 = y 2

N1

4) Mencari standard error mean variable Y dengan rumus:

SDy atau SD2 = y 2


N2

5) Mencari standar error mean variable X, dengan rumus:


SD1
SD M x atauSEM 1 
N1 1

6) Mencari standard error mean variable Y, dengan rumus:


SD2
SDM atauSEM 
x 2
N21

7) Mencari standard error perbedaan antara mean variable X dan mean variable Y, dengan
rumus:
SE  SEM SE
2 2
M 1 M 2 1 M 2

8) Mencari to dengan rumus yang telah disebutkan di atas.


STATISTIK PENDIDIKAN 54
DOSEN : Prof. Dr. Fuad Abd. Rachman, M.Pd.
9) Memberikan interpretasi terhadap to dengan prosedur sebagai berikut :
a) Merumuskan hipotesis alternatifnya (Ha): “ada (terdapat) perbedaan mean yang
signifkan antara variable X dan variable Y.”
b) Merumuskan hipotesis nihilnya (Ho): “tidak ada (tidak terdapat perbedaan mean yang
signifikan antara variable X dan variable Y”).
10) Menguji kebenaran / kepalsuan ke dalam hipotesis tersebut di atas dengan
membandingkan besarnya t hasil,perhitungan (to) dan t yang tercantum pada table nilai
“t”, dengan terlebih dahulu menetapkan degrees of freedomnya atau derajat
kebebasannya, dengan rumus: df atau db = (N1 + N2) – 2. dengan diperolehnya df atau
db, maka dapat dicari harga tt pada taraf signifikansi 5% atau 1%. Jika to sama besar
atau lebih besar daripada tt maka Ho ditolak; berarti ada perbedaan mean yang
signifikan di antara kedua variable yang kita selidiki. Jika to lebih kecil daripada tt maka
Ho diterima; berarti tidak terdapat perbedaan mean yang signifikan antara variable I dan
variable II.

b. Untuk Rumus Kedua


1) Mencari mean variable X1 dengan rumus:

M 1 
X 1

N1
2) Mencari mean variable X2 dengan rumus:

M
X 2
2
N2

3) Mencari deviasi skor variable X1, dengan rumus: (jumlah X1 dan X1 harus sama
dengan nol)
X X 1
M1

4) Mencari skor variable X2, dengan rumus:


X 2 X 2
M 2

x
2
5) Menguadratkan x1,lalu dijumlahkan; diperoleh 1

6) Menguadratkan x2, lalu dijumlahkan; diperoleh x2


2

7) Mencari to dengan rumus seperti telah disebutkan di atas.


8) Memberikan interpretasi terhadap to dengan mempergunakan table nilai “t”, dengan
cara yang sama seperti telah disebutkan di muka.

STATISTIK PENDIDIKAN 55
DOSEN : Prof. Dr. Fuad Abd. Rachman, M.Pd.
9) Menarik kesimpulan.

III. TES “T” UNTUK DUA SAMPLE BESAR YANG SATU SAMA LAIN SALING
BERHUBUNGAN
1. Rumusnya
M1  M 2
to SE
M 1 M 2

2. Langkah Perhitungannya
a. Untuk Data Tunggal (Range-Nya Kurang Dari 30)

1) Mencari mean variable I (variable X): M1


fX
N

2) Mencari mean variable II (variable Y): M 2


 fY
N

3) Mencari deviasi standar variable I: SD1   fx2



N1

4) Mencari deviasi standar variable II: SD2   fx 2

N
  2

SD1
5) Mencari standard error mean variable I: SEM  1
N 1
SD2
6) Mencari standard error mean variable II: SE 
M2
N 1
7) Mencari koefisien korelasi “r” product moment (rxy atau r12), yang menunjukkan kuat
lemahnya hubungan (korelasi) antara variable I (variable X) daaan variable II (variable
Y) dengan bantuan peta korelasi (Scatter Diagram):

x' y ('C x' )(C y ' )


r ataur
xy 12
N
(SDx' )(SDy ' )

8) Mencari standard error perbedaan mean antara sample I dan sample II:

 SEM  SE M (2.r 12)(SE


2 2
SEM 1 M 2 1 2 M1 )
(SE M )
2

M1  M 2
t
9) Mencari to dengan rumus: o
SEM 1 M 2

STATISTIK PENDIDIKAN 56
DOSEN : Prof. Dr. Fuad Abd. Rachman, M.Pd.
b. Untuk Data Kelompokan (Range Sama Atau Lebih Dari 30)
(fX ')
1) Mencari mean untuk variable I: M1 M 'i
N
(fY ')
2) Mencari mean untuk variable II: M 2  M 'i
N

3) Mencari deviasi standar variable I: SD1  i   


fx'2 ( fx') 2
N (N )

4) Mencari deviasi standar variable II: SD2  i 


fx'2 ( fx') 2

N (N )

SD1
5) Mencari standard error mean variable I: SEM  1
N 1
SD2
6) Mencari standard error mean variable II: SEM  2
N 1
7) Mencari koefisien korelasi “r” product moment (rxy atau r12), yang menunjukkan kuat
lemahnya hubungan (korelasi) antara variable I dan variable II (dengan bantuan peta

x' y' (C


x ' )(Cy ' )
korelasi), dengan rumus: r ataur  N
xy 12
(SDx' )(SDy ' )

8) Mencari standar error perbedaan antara mean variable I dan mean variable II, dengan

  SE M (2.r 12)(SE M )(SEM )


2 2
rumus: SE M 1 M 2
SEM 1 2 1 2

M1  M 2
t
9) Mencari to dengan rumus: o
SEM 1 M 2

selanjutnya baik untuk data tunggal maupun data kelompokan setelah diperoleh harga
to, lalu diberikan interpretasi terhadap to dengan prosedur kerja sebagai berikut:
10) Mencari df atau db dengan rumus df atau db = N – 1.
11) Berdasarkan besarnya df atau db tersebut kita cari harga kritik “t” yang tercantum
dalam table nilai “t”, pada taraf signifikansi 5% dan taraf signifikansi 1%, dengan
catatan:
a) Apabila to sama dengan atau lebih besar daripada tt maka
hipotesis nihil ditolak; berarti di antara kedua variable yang kita selidiki, terdapat
perbedaan mean yang signifikan.

STATISTIK PENDIDIKAN 57
DOSEN : Prof. Dr. Fuad Abd. Rachman, M.Pd.
b) Apabila to lebih kecil daripada tt maka hipotesis nihil diterima
atau disetujui; berarti di antara kedua variable yang kita selidiki tidak terdapat
perbedaan mean yang signifikan.
12) menarik kesimpulan.

IV. TES “T” UNTUK DUA SAMPLE BESAR YANG SATU SAMA LAIN TIDAK
MEMPUNYAI HUBUNGAN
1. Rumusnya
M1  M 2
to SE
M 1 M 2

2. Langkah Perhitungannya
(fx')
a. Mencari mean variable X (variable I), dengan rumus: M1  M 'i
(N )

(fy')
b. Mencari mean variable Y (variable II), dengan rumus: M2  M '
(N )

fx'  
2
( fx') 2
c. Mencari deviasi standar variable I dengan rumus: SD1  i
N (N )

d. Mencari deviasi standar variable II dengan rumus: SD2  i  fy' 2



(fy')2
N (N )

SD1
e. Mencari standard error mean variable I dengan rumus: SEM  1
N 1
SD2
f. Mencari standard error mean variable II dengan rumus: SEM  2
N 1
g. Mencari standard error perbedaan mean variable I dan mean variable II dengan

M2 
2 2
Rumus: SEM
1
SEM1 SEM 2 
M1  M 2
t
h. Mencari to dengan rumus: o
SEM 1 M 2

STATISTIK PENDIDIKAN 58
DOSEN : Prof. Dr. Fuad Abd. Rachman, M.Pd.
BAB VIII
UJI CHI KUADRAT   2 


Uji Chi Kuadrat adalah pengujian hipotesis mengenai perbandingan antara : frekuensi
observasi/yg benar-benar terjadi/aktual denganfrekuensi harapan/ekspektasi

1.1. Pengertian Frekuensi Observasi dan Frekuensi Harapan


frekuensi observasi (o)  nilainya didapat dari hasil percobaan
frekuensi harapan (e)  nilainya dapat dihitung secara teoritis

STATISTIK PENDIDIKAN 59
DOSEN : Prof. Dr. Fuad Abd. Rachman, M.Pd.
Bentuk Distribusi Chi Kuadrat (²)
Nilai ² adalah nilai kuadrat karena itu nilai ² selalu positif.Bentuk distribusi ² tergantung
dari derajat bebas(v)/degree of freedom.

Bentuk Distribusi Chi Kuadrat (²)


Nilai ² adalah nilai kuadrat karena itu nilai ² selalu positif. Bentuk distribusi ² tergantung
dari derajat bebas(v)/degree of freedom.

Uji Kebebasan dan Uji Beberapa Proporsi


Uji kebebasan antara 2 variabel memiliki prinsip pengerjaan yang sama dengan pengujian
beberapa proporsi. (Berbeda hanya pada penetapan Hipotesis awal dan hipotesis alternatif)

3.1 Penetapan Hipotesis Awal dan Hipotesis Alternatif


A. Uji Kebebasan :
H0 : variabel-variabel saling bebas
H1 : variabel-variabel tidak saling bebas

B Uji Beberapa Proporsi :


H0 : setiap proporsi bernilai sama
H1 : ada proporsi yang bernilai tidak sama

3.2 Rumus Uji 2


Data dalam pengujian ketergantungan dan beberapa proporsi disajikan dalam bentuk Tabel
Kontingensi.
Bentuk umum Tabel Kontingensi  berukuran r baris x k kolom

( total kolom ) x (total baris)


frekuensi harapan 
total observasi
r,k (o e )2
2  
ij ij

i,j1 eij
derajat bebas = (r-1)(k-1)
r : banyak baris
STATISTIK PENDIDIKAN 60
DOSEN : Prof. Dr. Fuad Abd. Rachman, M.Pd.
k : banyak kolom
oi,j : frekuensi observasi baris ke-i, kolom ke-j
ei,j : frekuensi ekspektasi baris ke-i, kolom ke-j

Masih ada persoalan lain beberapa persoalan lain yang dapat diselesaikan dengan mengambil
manfaat distribusi chi kuadrat diantaranya:

MENGUJI PROPORSI DATA MULTINOM


Misalkan sebuah ekperimen menghasilkan peristiwa-peristiwa atau kategori-kategori
A1, A2,...........,Ak yang saling terpisah masing-masing dengan peluang p1 = P(A1),........,Pk =
P(Ak).
Akan diuji persamaan hipotesis
Ho : Pi = Pio, i = 1, 2, ......, k, dengan Pio sebuah harga yang diketahui
H1 : Pi ≠ Pio
Disini , tentu saja ∑ Pi = Pio = 1
Pengujian yang ditempuh akan menggunakan data sebuah sampel acak berukuran n yang
didalamnya ada O1 dari kategori kesatu (A1), O2 dari kategori kedua (A2), ....., Ok dari
kategori ke k (Ak).
Dengan harga Pio yang diberikan, kita dapat menghitung masing-masing frekuensi
yang diharapkan E1 = np10, E2 = np20, ...., Ek = npko.
Jelas bahwa O1 + O2 + ....+ Ok = E1 + E2 + ....+Ek = n. Harga-harga O1, O2, ....., Ok
merupakan nilai-nilai yang nampak sebagai hasil pengamatan sedangkan E1, E2, .....,Ek
merupakan nilai-nilai yang diharapkan terjadi atau nilai-nilai teoritik.
Agar mudah diingat, adanya kategori Ai, hasil pengamatan Oi dan hasil yang diharapkan Ei
dan hasil yang diharapkan Ei, sebaiknya disusun dalam daftar sebagai berikut.
Kategori A1 A2 ....................... Ak
Pengamatan O1 O2 ....................... Ok
Diharapkan E1 E2 ........................ Ek

Untuk menguji pasangan diatas digunakan statistik :

k O E 2
 2  i i
11 Ei

STATISTIK PENDIDIKAN 61
DOSEN : Prof. Dr. Fuad Abd. Rachman, M.Pd.
ternyata bahwa statistik diatas berdistribusi chi-kuadrat dengan dk = (k-1). Kriteria pengujian
adalah: tolak Ho jika  2   2 1    k 1 dengan α = taraf nyata untuk pengujian. Dalam
hal lainnya Ho diterima.

MENGUJI KESAMAAN RATA-RATA POISSON


Misalkan ada k (k ≥ 2) buah distribusi poisson dengan parameter λ1,λ2, , ......,λk.
Akan diuji pasangan hipotesis.
Ho : λ1 =λ2 = ......=λk
H1 : paling sedikit satu tanda sama dengan tidak berlaku
Dari setiap popoulasi diambil sebuah sampel acak, berukuran n1 dari populasi kesatu,
n2 dari populsi kedua dan seterusnya berukuran nk dari populasi ke-k. Untuk setiap sampel
dihitung banyak peristiwa yang mengikuti distribusi poisson. Jika banyak peristiwa ini
dinyatakan dengan X1, X2,.......,Xk maka rata-ratanya
X1  X 2  ......  X k
X
k
statistik yang digunakan untuk menguji hipotesis Ho adalah
 x i  x 2
 
2

x
dari tolak Ho jika  2   2 1    k 1 dalam hal lainnya Ho diterima.

UJI INDEPENDEN ANTARA DUA FAKTOR


Banyak data hasil pengamatan yang dapat digolongkan kedalam beberapa faktor,
karakteristik atau atribut dengan tiap faktor terdiri dari beberapa klasifikasi, kategori dan
golongan atau mungkin tingkatan. Berdasarkan hasil pengamatan terhadap fenomena
demikian akan diselidiki mengenai asosiasi.
Asosiasi Antara dua Faktor dalam Daftar Kontingensi BxK
Misalkan sebuah sampel acak berukuran n telah diambil, dimana tiap pengamatan tunggal
diduga terjadi karena adanya dua macam faktor, ialah faktor I dan faktor II. Faktor I terbagi
atas B taraf dan faktor II terbagi atas K taraf. Banyak pengamatan yang terjadi taraf ke-i
faktor ke-I (i = 1, 2,......., B) dan taraf ke-j faktor ke-II (j = 1, 2,..., k) akan dinyatakan dengan
Oj. Hasilnya dapat dicatat dalam sebuah daftar kontingensi B X K
DAFTAR KONTINGENSI B/K
UNTUK HASIL PENGAMATAN TERDIRI ATAS DUA FAKTOR

STATISTIK PENDIDIKAN 62
DOSEN : Prof. Dr. Fuad Abd. Rachman, M.Pd.
FAKTOR II (K TARAF)
1 2 ............... K JUMLAH
O11 O12 ................. O1K N10
FAKTOR
.
I (B O21 O22 O2K N20
TARAF)
OB1 OB2 ................. OBK N80
JUMLAH N01 N02 ................ nOK n

Pasangan hipotesis yang akan diuji berdsarkan data seperti dalam daftar diatas adalah
Ho : kedua faktor bebas statistik
H1 : kedua faktor tidak bebas statistik
Pengujian secara eksak sukar digunakan, karenanya disini hanya kan dijelaskan
pengujian yang bersifat pendekatan. Untuk ini diperlukan frekuansi teoritik atau banyak
gejala yang diharapkan terjadi yang disini akan dinyatakan dengan Eii. Rumusnya adalah:
Eij = (nio x noj)/n
Dengan nio = jumlah baris ke-i
noj = jumlah kolom ke-j
demikianlah misalnya didapat :
E11 = (n10 x n01)/n : E12 = (n10 x n02)/n
E21 = (n20 x n01)/n : E22 = (n20 x n02)/n
Dan seterusnya.
Jelas bahwa n = n10 + n20 + .....+nBO = n01 + n02 + ....+ nOK

 
StatistikB yang
K digunakan untuk menguji hipotesis diatas adalah
 2 2

   Oij  E ij / Eij
i j j1

dan tolak Ho jika  2 1    B 1 K 1


dalam taraf nyata = α dan derajat kebebasan dk untuk distribusi chi kuadrat = ( B-
K)( K – 1 ).
Dalam hal lainnya kita terima hipotesis Ho.

Metode Khusus untuk Daftar Kontingensi 2 x 2

STATISTIK PENDIDIKAN 63
DOSEN : Prof. Dr. Fuad Abd. Rachman, M.Pd.
Jika daftar kontingensi berukuran 2 x 2 maka untuk pengujian hipotesis digunakan
distribusi chikuadrat dengan derajat kebebasan satu. Ternyata bahwa untuk hal ini koreksi
kontiunitas perlu digunakan dan telah ditemukan dengan nama koreksi Yates, yaitu setiap
harga mutlak I Oij – Eij I dikurangi dengan setengah.
Hasil pengamatan yang dapat dicantumkan dalam daftar kontingensi 2 x 2 adalah seperti
dibawah ini.
Faktor kedua
Faktor Taraf 1 Taraf 2 jumlah
Taraf 1 A B a+b
Taraf 2 C D c+d
jumlah a+c b+d n
kesatu

Jelas bahwa n = a + b + c + d
Rumus X2 untuk hal ini bersama-sama dengan memperhitungkan koreksi Yates tersebut
diatas adalah:

n ad  bc  1/ 2n  2


 
2
 a  b  a  c b  d c  d 
hipotesis yang akan diuji adalah: 

Ho : kedua faktor independen 
Hi : kedua faktor tidak independent

Dan tolak Ho jika X   1  1 dengan α taraf nyata dan dk = 1.

UJI KECOCOKAN
Untuk melakukan uji kecocokkan ini akan dibandingkan antara frekuensi hasil yang
sebenarnya diamati dengan frekuensi yang diharapkan berdasarkan berdasarkan model yang
diandaikan.Misalnya rata-rata µ ditakisr oleh x dan varian oleh s2. Distribusi chikuadrat yang
digunakan mempunyai dk = (k-g-1) dimana k = banyak kategori atau kelas interval dan g =
banyak parameter yang ditaksir. Demikianlah misalnya untuk menguji kococokan populasi
normal, karena ada dua parameteryang ditaksir, ialah µ dan varian. Maka dk untuk distribusi
chikuadrat sama dengan ( k – 3 ) untuk menguji kecocokkan distribusi Poisson, distribusi
chikuadrat yang digunakan akan mempunyai dk=( k – 2 ).

STATISTIK PENDIDIKAN 64
DOSEN : Prof. Dr. Fuad Abd. Rachman, M.Pd.
PENGGOLONGAN TES CHI KUADRAT
Cara untuki mencari atau rumus untuk menghitung chi kuadrat, ada 6 macam
penggolongan, yaitu disesuaikan dengan keadaan data atau maksud penggunaannya.
1. Tes chi kuadrat untuk menguji atau mengetes perbedaan frekuensi variabel tunggal.
Rumusnya:
Rumus yang kita pergunakan disini adalah:
 f 0  f t 2  f0 t  f 

 
2
 ..................
ft ft
f 0 = frekuensi yang diobservasi = frekuensi yang diperoleh dalam penelitian =
frekuensi sebagaimana yang nampak dihadapan kita.
f t = frekuensi teoritik = frekuensi yang diharapkan jika seandainya tidak terdapat

perbedaan frekuensi = perbedaan tidak ada atau saam dengan nol.


2. Tes chi kuadrat untuk menguji atau mengetes perbedaan frekuensi variabel ganda, di
mana sel-selnya berfrekuensi 10 atau lebih dari 10.
Rumusnya:
Apabila variabel yang akan kita cari perbedaan frekuensinya adalah variabel ganda
dan sel-selnya berfrekuensi 10 atau lebih dari 10 maka sebagaimana dikemukakan
oleh Henry E. Garret,rumus yang dipergunakan adalah:
N  AD  BC  2
  2

 A  B C  D A C B  D

N = Number of case
A, B, C, D, masing-masing adalah lambang bagi sel yang terdapat pada tabel
kontingensi, yaitu sel petama, kedua, ketiga, dan keempat( dengan kata lain tabel
kerja kita adalah berbentuk tabel 2 x 2)
3. Tes chi kuadrat untuk menguji atau mengetes perbedaan frekuensi variabel ganda,
dimana terdapat sel yang berfrekuensi kurang dari 10 ( dengan koreksi Yates )
Rumusnya:
Jika diantara sel-sel dalam tabel kontingensi kita terdapat sel yang berfrekuensi
kurang dari 10, maka dalam perhitungan untuk memperoleh harga kai kuadrat, perlu
dilakukan koreksi yaitu dengan menggunakan Rumus koreksi Yates sebagai berikut:
2

N  AD  BC    
N

 2 
2 
 A  B C  D  A  C B  D 
4. Tes chi kuadrat untuk menguji atau mengetes perbedaan persentase.
STATISTIK PENDIDIKAN 65
DOSEN : Prof. Dr. Fuad Abd. Rachman, M.Pd.
Rumusnya;
Rumus chi kuadrat yang kita perguankan disini sama dengan rumus-rumus chi
kuadrat yang telah dikemukakan terdahulu. Hanya saja disini harus diingat harga chi
kuadrat yang kita peroleh adalah harga hi kuadrat yang merupakan angka persentase.
Karena itiu sebelum diberikan interpretasi terhadap chi kuadrat harus kita ubah
terlebih dahulu kedalam bentuk ngka frekuensi dengan rumus:
N
 2   2 %
100
5. Tes chi kuadrat untuk menguji atau mengetes signifikansi korelasi.
Rumus yang kita pergunakan adalah
 f  f 2
2  0 t
ft
6. Tes chi kuadrat untuk menguji atau mengetes signifikansi Normalitas Distribusi
Frekuensi.
Chi kuadrat juga dapat digunakan untuk mengetes signifikansi normalitas distribusi
yaitu untuk menguji hipotesa nihil yang menyatakan bahwa frekuensi yang
diobservasi dari ditribusi nilai-nilai yang sedang diselidiki normalitas ditribusinya,
tidak menyimpang secara signifikan dari frekuensi teiritiknya dalam distribusi normal
teoritik.
Dalam pembicaraan yang lalu telah dikemukakan teknik analisis komparasional yang
mendasarkan diri pada perbedaan Mean antardua variabel,yang dikenal dengan Tes
“t”.Seperti telah disinggung pada bagian awal buku ini selain “t” Tes,dikenal pula teknik
analisis,komparasional lainnya,yaitu Tes”Kai Kuadrat” atau Chi SquareTest,yaitu teknik
analisis komparasional yang mendasarkan diri pada perbedaan frekuensi dari data yang
sedang kita selidiki.Namun,sebelum sampai pada pembicaraan pokok mengenai Tes Kai
Kuadrat itu,terlebih dahulu akan dikemukakan sebagai contoh,masalah yang mungkin kita
temui dalam kehidupan sehari-hari selaku peneliti yang memungkinkan Tes Kai Kuadrat kita
butuhkan
Pada taraf signifikasi 5 % : tt = 1,96;
Pada taraf signifikasi 1 % : tt = 2,59.
Dengan demikian to (yaitu harga “t” yang kita peroleh dari hasil perhitungan di muka)
adalah jauh lebih besar ketimbang to yaitu:1,96 < 3,99 < 2,59.Karena itu Hipotesis Nihil yang
menyatakan tidak adanya perbedaan Mean Hasil Belajar..Berarti perbedaan dua Mean
Sampel itu adalah perbedaan yang signifikan.
STATISTIK PENDIDIKAN 66
DOSEN : Prof. Dr. Fuad Abd. Rachman, M.Pd.
BAB IX
ANAVA (Analisis Varian)

a. Uji Perbedaan Rata-Rata Beberapa Sampel dengan Menggunakan ANAVA Satu


Arah
Analisis varian (ANAVA) satu arah digunakan pada situasi dimana beberapa
sample/sub sample dipilih secara acak dari kelompok utamanya dan seluruhnya merupakan
subjek untuk mendapatkan perlakuan yang tidak sama.
Perhitungan dalam ANAVA berdasarkan pada variansi (SD kuadrat) yaitu
variabilitas ANTAR kelompok (between-groups) atau SSb, yang merupakan varian rata-rata
kelompok sample terhadap keseluruhan, dan variabilitas DALAM kelompok (within-groups)
atau SSw yang merupakan varian dalam masing-masing kelompok.

STATISTIK PENDIDIKAN 67
DOSEN : Prof. Dr. Fuad Abd. Rachman, M.Pd.
Jumlah kuadrat penyimpangan total, atau SSt yakni jumlah kuadrat selisih antara
skor individual dengan rata-rata totalnya dirumuskan:
SSt = SSb + SSw
Dimana:
Ho : µi = µj untuk semua i dan j
Hi : µi γ µj untuk sebagian i dan j dimana i tidak sama dengan j
Jika pada uji t kemungkinan error jenis I = α maka pada ANAVA kemungkinan error
jenis I = 1 – (1- α)N (experimental wise alpha level)
x  x  ...  x
2 2 2

 2 1 2 k
(n1  1)  (n2  1)  ...  (nk  1)
xi = (Xi - M)


Error baku rata-rata  M 
N
(Mi  M ) 2
Jika dikuadratkan: M 2 
k 1

Dimana:
Mi = rata-rata subjek kelompok I
M = rata-rata keseluruhan
k = jumlah subkelompok
k – 1 = df
dalam penentuan varian distribusi rata-rata sebenarnya, yaitu:
 2 (Mi  M ) 2

N k 1
Atau
N.(Mi  M ) 2
 2
k 1
k-1 = df dalam penentuan varian populasi σ2 kiraan antara kelompoknya
Rumus ini untuk menentukan varian sebenarnya yang diperkirakan dari variabilitas rata-rata
sub-kelompoknya.

STATISTIK PENDIDIKAN 68
DOSEN : Prof. Dr. Fuad Abd. Rachman, M.Pd.
Varian kiraan adalah perbandingan jumlah kuadrat skor deviasi dengan nilai
derajat bebasnya, maka N.∑(Mi - M)2 sama dengan jumlah kuadrat untuk varian kiraan antara
kelompok yang merupakan varian populasi sebenarnya, sesuai dengan variabel
eksperimennya. Dalam ANAVA, varian yang merupakan hasil bagi SS dengan df dikenal
sebagai deviasi rata-rata kuadrat (mean squared deviation) disingkat dengan MS.
SS
MS 
dK
SSb
MSb 
d K SSb
SSW
MSW 
d K SSW

Dalam ANAVA, beberapa rata-rata dibandingkan dengan serentak, sehingga


distribusi F dipakai sekaligus diuji signifikansinya, dimana:
MSb
F
MS w
F signifikan, maka Ho ditolak, atau F tidak signifikan, maka Ho dipertahankan.
Contoh 1:
Kelompok 1 Kelompok 2 Kelompok 3
Subjek
X X2 X X2 X X2
1 45 2025 10 100 50 2500
2 50 2500 55 3025 90 8100
3 70 4900 35 1225 40 1600
4 40 1600 50 2500 70 4900
5 40 1600 65 4225 80 6400
6 10 100 30 900 35 1225
7 30 900 45 2025 25 625
8 80 6400 40 1600 55 3025
9 35 1225 20 400 75 5625
10 20 400 25 625 45 2025
∑ 420 21650 375 16625 565 36025

∑∑X = 1360; ∑∑X2= 74300; N = n1 + n2 + n3 = 30; n1 = n2 = n3 = 10


Varian kiraan dalam-kelompok:
(x) 2
x 2  X 2 
n

STATISTIK PENDIDIKAN 69
DOSEN : Prof. Dr. Fuad Abd. Rachman, M.Pd.
(420) 2
x1  21650  21650 17640  4010.0
2

10 2
(375)

2
x2 16625 16625 14062.5  2562.5
10
(565) 2
x3  36025  36025  31922.5  4102.5
2

10
Jumlah kuadrat dalam-kelompok ini:
SSW = ∑x12 + ∑x 22 + ∑x 32 = 4010.0 + 2562.5 + 4102.5 = 10675.0
Jumlah derajat bebasnya = (n1 - 1) + (n2 - 1) + (n3 - 1) = 9 + 9 + 9 = 27
Varian kiraan dalam-kelompoknya:
10675.0
 w2   395.4
27

Varian kiraanantara-kelompoknya dihitung sebagai berikut:


420
M  42.0, M 1  1764.00
2
1
10
375
M  37.5, M 2  1406.25
2
2
10
565
M  56.5, M 3  3192.25
2
3
10
∑ = 136.0 = 6362.50

(M ) 2 (136) 2
2

 i  6362.50   6362.50  6165.30  197.2
(Mi  M )  M i
2

K 3

SSb = n ∑ (Mi - M)2 = 10(197.2) = 1972.0 dan df = K – 1 = 2


Jadi, varian kiraan antara-kelompoknya:
N.(Mi  M ) 2 1972.0
b2    986.0
K 1 2
b 2 986.0
F   2.45
w2 395.4
F0.05 = 3.35; F0.01 = 5.49
Jadi, F tidak signifikan, Ho dipertahankan.
Tabel Rangkuman Perhitungan ANAVA Satu Arah
Jumlah Kuadrat
Sumber Varian Df MS F
SS
Antara-kelompok 1972.0 2 986.0 2.49

STATISTIK PENDIDIKAN 70
DOSEN : Prof. Dr. Fuad Abd. Rachman, M.Pd.
Dalam-kelompok 10675.0 27 395.4
Total 12647.0 29
F0.05 = 3.35; F0.01 = 5.49

Asumsi Dasar ANAVA


Kenormalan
Setiap nilai dalam sampel didapat dari distribusi normal, distribusi skol sampelpun
akan normal. Kenormalan dapat ditingkatkan dengan memperbanyak sampel dalam-
kelompok, semakin besar n maka distribusi semakin normal. Apabila sampel tiap kelompok
kecil dan tidak normal, maka harus dilakukan transformasi.

Kesamaan Variansi
Tiap-tiap kelompok sampel harus berasal dari populasi dengan variasi yang sama.
Sampel yang sama pada setiap kelompok dapat mengabaikan kesamaan variansi, tetapi jika
banyaknya sampel berbeda, maka kesamaan variansi populasi sangat diperlukan, dan jika
diabaikan dapat menyesatkan pengambilan keputusan. Apabila variansi berbeda dan
banyaknya sampel perkelompok tidak sama, diperlukan transformasi nilai untuk
penyelamatannya, misal dengan logaritma.
Pengamatan Bebas
Sampel harus diambil secara acak agar pengamatan informasi independen.

Uji-t setelah Uji-F ANAVA Satu Arah


Uji-t dilakukan untuk membandingkan rata-rata setiap subsampel. Pengujian ini
tidak dianjurkan karena di dalam banyak uji-t yang dilakukan untuk mencapai hasil signifikan
diharapkan akan terjadi kesalahan dengan persentasi tertentu setiap sampling secara acak dari
populasi dengan rata-rata dan variansi yang sama.
Kenyataannya dari 100 uji-t sekitar 5 mencapai signifikansi 5 % yang disebabkan
karena ketidaksengajaan (bukan akibat perlakuan). Jika terdapat 7 subkelompok, misalnya,
satu uji-t signifikansi pada level 0.05 sepertinya diharapkan terjadi karena ketidaksengajaan
pada setiap pembandingan rata-rata subkelompoknya, dan semuanya ada (7*6)/2 = 21
pembandingan. Itulah alasan disarankannya uji-F ANAVA satu arah.
Jika uji-F tidak signifikan, tidak dapat diterima secara statistik bahwa perbandingan
untuk tiap pasang subkelompok signifikan pada t0.05 maupun pada tingkat keyakinan tertentu
yang lain. Jika uji-F signifikan, kemudian akan menjadi bermanfaat untuk menguji t setiap

STATISTIK PENDIDIKAN 71
DOSEN : Prof. Dr. Fuad Abd. Rachman, M.Pd.
individual guna menentukan signifikansi perbedaan antara pasangan rata-rata subkelompok,
walaupun secara statistik hasilnya tidak selalu benar. Signifikansi uji-t biasanya akan
didapatkan pada level lebih tinggi dari t0.05 dan t0.01.
Walaupun begitu beberapa hasil mungkin akan berguna untuk membuat hipotesis
baru yang eksperimen lebih lanjutnya perlu dilakukan. Misal, jika sepasang rata-rata dari
sekian banyak rata-rata memberikan hasil uji-t yang signifikan, peneliti akan dianjurkan
untuk melakukan eksperimen lagi dengan menggunakan hanya kedua perlakuan tersebut
untuk melihat kalau fenomenon itu dapat diulang, yaitu apakah uji-t akan tetap signifikan
secara statistik dengan sampel yang baru.
Dalam ANAVA satu arah yang melibatkan lebih dari dua kelompok, uji-f yang
signifikan menjadikan penolakan untuk keseluruhan hipotesis perbedaan rata-ratanya. Uji-F
signifikan memiliki arti bahwa paling tidak ada satu pasang rata-rata berbeda secara statistik,
tetapi tidak menunjukkan pasangan mana yang berbeda secara signifikan. Uji-F dalam
ANAVA adalah untuk untuk menguji keseluruhan. Sebagai hasilnya, keseluruhan uji-F tidak
menarik atau tidak berguna untuk kebanyakan peneliti. Secara umum, ketertarikan para
peneliti terletak pada perbedaan antara rata-rata kelompok tertentu saja. Contohnya, peneliti
pasar ingin membandingkan peningkatan dalam penjualan yang disebabkan karena tiga
macam rencana peningkatan: (1) membeli satu mendapatkan barang kedua dengan harga
setengahnya, dan (2) membeli dua dengan harga biasa dan mendapatkan satu gratis, tentu saja
yang (3) dengan harga biasanya. Keseluruhan uji-F ANAVA memberikan informasi kepada
peneliti bahwa ada perbedaan penjualan di antara ketiga strategi penjualan itu. Jika uji-F
signifikan, tidak dapat menjelaskan mana yang membuat berbeda. Oleh karena itu, peneliti
memerlukan alat lain untuk melihat ‘data lebih mendalam’, diperkenalkanlah uji Scheffè dan
uji HSD Tukey.

Metode Perbandingan Ganda Uji-T Guna Pembandingan Rata-Rata


Rumus uji-t dalam perbandingan ganda adalah:
M i M j 0
tij 
w [(ni  n j ) / ni .n j ]
2

Dimana:
tij = nilai t terhitung untuk membandingkan rata-rata kelompok i dengan kelompok j
Mi, Mj = masing-masing rata-rata kelompok i dan j
ζW2 = kuadrat rata-rata untuk dalam-kelompok, dan

STATISTIK PENDIDIKAN 72
DOSEN : Prof. Dr. Fuad Abd. Rachman, M.Pd.
ni, nj = masing-masing ukuran sampel untuk kelompok i dan j.
Nilai ζW2 didapatkan dari tabel rangkuman ANAVA dalam kolom ‘kuadrat rata-rata’
(MS) dan baris ‘dalam-kelompok’. Perkiraan ini didapatkan dengan mengelompokkan semua
jumlah kuadratnya dan dibagi dengan kelompok derajat bebasnya. Nilai t dievaluasi pada
level α, derajat bebas dan nilai kritis tertentu yang didapat dari tabel t-kritis. Untuk k
kelompok akan terdapat k(k - 1)/2 pembandingan yang mungkin.
Karena uji-t ganda memakai penyebut ζW2 yang sama, uji signifikansi statistiknya
tidak independen, walaupun perbandingan di antara rata-rata untuk populasi terdistribusi
normal adalah independen. Untuk derajat bebas yang besar, uji signifikansi biasanya
dianggap independen. Pada contoh berikut, perhitungan uji-t digambarkan. Dalam masalah
sebenarnya, hanya kelompok-kelompok yang dihipotesiskan berbeda yang digunakan dalam
perbandingan uji-t.

Uji-t perbedaan antara rata-rata subkelompok untuk data pada contoh soal sebelumnya.
13.4 18.5 0  5.1
t12    2.46 *
32.1[(15 15) / 15.15] 4.43
13.4 10.4 0  3.0
t13   1.43
32.1[(15 14) / 15.14] 4.27
13.4  20.5 0  7.1
t14    3.07 * *
32.1[(15 10) / 15.10] 5.35
18.5 10.4 0 
t 23   8.1 3.86 * *
32.1[(15 14) / 15.14] 4.43
18.5  20.5 0  2.0
t 24    0.87
32.1[(15 10) / 15.10] 5.35
10.4  20.5 0 10.1
t34    4.30 * *
32.1[(14 10) / 14.10] 5.50

df = 22, t.05 = 2.07, t.01 = 2.82


df = 23, t.05 = 2.07, t.01 = 2.81
df = 27, t.05 = 2.05, t.01 = 2.77
df = 28, t.05 = 2.05, t.01 = 2.76
Tiga perbandingan uji-t menghasilkan perbedaan antara rata-rata yang signifikan
pada level 0.01 (ditunjukkan dengan **). Sedangkan satu lagi perbedaan signifikan pada level
0.05. Kedua perbandingan lainnya gagal untuk menghasilkan perbedaan rata-rata yang
signifikan. Selanjutnya untuk menentukan berapa besar nilai t untuk menunjukkan nilai
signifikansi yang sebenarnya digunakan uji Scheffè (dikembangkan oleh Henry Scheffè):
t’.05 = √(k-1)F.05

STATISTIK PENDIDIKAN 73
DOSEN : Prof. Dr. Fuad Abd. Rachman, M.Pd.
t’.05 = nilai kritis t’ Scheffè
k = jumlah kelompok dalam ANAVA satu arah
F.05 = nilai F yang diperlukan untuk signifikansi dengan df(k - 1) untuk varian kiraan yang
lebih besar dan df = (N – k) untuk varian kiraan lebih kecil
N = ukuran sampel total
Setiap dan seluruh nilai t yang didapat lebih besar dari t’.05 dianggap signifikan pada paling
tidak level 0.05. Uji ini dapat diaplikasikan sama baiknya untuk ANAVA satu arah dengan
subkelompok yang ukurannya sama. Jika level t = 0.01 diharapkan, maka rumus yang
digunakan adalah:
t’.01 = √(k-1)F.01
Dengan memasukkan harga F.01 = 2.79 dan 4.20 yang masing-masing df-nya = 3 dan 50 untuk
varian kiraan lebih besar dan kecil, maka didapatkan:
t’.05 = √(k-1)F.05 = √3(2.79) = √8.37 = 2.89
t’.01 = √(k-1)F.01 = √3(4.20) = √12.60 = 3.55
Jika ini ini dibandingkan dengan nilai t pada uji-t sebelumnya maka perbandingan t23 dan t34
masih signifikan pada level 0.01, sedangkan t14 sekarang signifikan hanya pada level 0.05.
Jadi, perbedaan rata-rata subkelompok 2 dan 3, subkelompok 3 dan 4 benar-benar signifikan
pada level 0.01, dan perbedaan subkelompok 1 dan 4 berbeda secara signifikan pada level
0.05.

Uji Perbandingan Ganda HSD Tukey


Perbandingan antara dua rata-rata kelompok akan signifikan jika harga absolut beda
di antara kedua rata-rata lebih besar dari nilai HSD (Honestly Significant Difference).
HSD = qk.v √ζW2/n
qk.v = nilai ‘studentized range statistic’
ζW2 = varian kiraan kelompok
n = jumlah subjek dalam tiap kelompok
Nilai q didapatkan dari tabel distribusi ‘studentized Range Statistic’. Diketahui rata-
rata k berdasarkan pada n yang sama, rentang studentized q adalah perbedaan antara rata-rata
terbesar dikurangi dengan rata-rata terkecil dibagi dengan kiraan error baku. Jika besarnya k
berbeda dan df serta ζW2 berasosiasi, rentang studentized dapat ditentukan. Agar dapat
menggunakan tabel distribusi q, maka harus diketahui tingkat signifikansi (α), derajat bebas
untuk dalam-kelompok v = (NT - k), dan jumlah kelompok (k).NT adalah jumlah total
pengamatan dan n adalah ukuran sampel untuk tiap kelompok.
STATISTIK PENDIDIKAN 74
DOSEN : Prof. Dr. Fuad Abd. Rachman, M.Pd.
Idealnya agar rantang studentized dapat bekerja dengan baik, kelompok yang akan
dibandingkan harus memiliki ukuran yang sama. Statistik q dan HSD akan tetap dapat
dilakukan jika ukuran kelompok sampel tidak terlalu berbeda satu sama lainnya, diberikan
bahwa n diganti dengan nh (rata-rata harmonik jumlah pengamatan):

nh 
k
[(1/ n1 )  (1/ n 2 )  ...  (1 / nk )]

Dimana k = jumlah kelompok dan n1, n2, … , nk = ukuran sampel untuk tiap kelompok.
Penggunaan nh tidak dapat dibenarkan jika perbedaan antara ukuran sampel besar.
Menggunakan data pada soal sebelumnya yang sama, perbedaan mutlak antara rata-rata
kelompok dihitung:
D12 = 5.1; D13 = 3.0; D14 = 7.1; D23 = 8.1; D24 = 2.0; D34 = 10.1
Selanjutnya, menentukan derajat bebas dan k:
df = NT – k = n1 + n2 + n3 + n4 - k = 15 + 15 + 14 + 10 - k
k = jumlah kelompok = 4. Jadi, df = 54-4=50.
Tentukan q dengan melihat tabel untuk df = 50, k = 4, dan α = 0.05 dan 0.01, maka:
q.05.50 = 3.77 (nilai terinterpolasi)
q.01.50 = 4.65 (nilai terinterpolasi)
sebelumnya telah dihitung ζW2 = 32.1, kemudian dihitung,
nh = 4/[(1/15) + (1/15) + (1/14) + (1/10)] = 4/0.3048 = 13.123
Jadi,
HSD.05 = 3.77√(32.1/13.123) = 3.77√2.4461 = 3.77.1.56 = 5.90
HSD.01 = 4.65√(32.1/13.123) = 4.65√2.4461 = 4.65.1.56 = 7.27
D23 = 8.1 dan D34 = 10.1 > HSD.01, perbedaaan antara rata-rata kelompok 2 dan 3 serta
kelompok 3 dan 4 signifikan secara statistik pada level 0.01.
D14 = 7.1 > HSD.05, perbedaan antara rata-rata kelompok 1 dan 4 signifikan secara statistik
pada level 0.05.
Hasil di atas ternyata konsisten dengan hasil uji Scheffè sebelumnya.

STATISTIK PENDIDIKAN 75
DOSEN : Prof. Dr. Fuad Abd. Rachman, M.Pd.
BAB X
ANAVA DUA ARAH

ANAVA dua arah menguji pengaruh serentak dua variabel bebas atau faktor-faktor
eksperimen pada suatu variabel terikat. Tiap variabel bebas memiliki dua atau lebih tingkatan
(kelompok). Sebenarnya ada beberapa variasi ANAVA dua arah yang berbeda-beda. Tetapi
disini hanya dibahas yang sangat sederhana dan paling sering digunakan, yaitu rancang
faktorial. Jika ada p tingkat faktor eksperimen dan q tingkat faktor eksperimen lainnya,
rancang ANAVA faktorial dua arah terdiri dari kombinasi pq eksperimen. Subjek harus
dipilih secara acak sesuai dengan rancang eksperimen pq ini, dimana setiap subjek akan
mendapatkan hanya satu kombinasi.

Verifikasi Jumlah Kuadrat Interaksi


Jumlah kuadrat interaksi harus dihitung dengan cara lain guna meyakini bahwa
metode perhitungan data telah memberikan hasil yang benar. Deviasi rata-rata subkelompok
dari deviasi keseluruhan (Mi - M) dapat dipandang sebagai yang memiliki pengaruh baris
(MRi - M), pengaruh kolom (MCi - M), dan pengaruh interaksi. Guna mendapatkan perbedaan
deviasi yang disebabkan karena interaksi, kurangkan dengan kedua pengaruh lainnya:
(Mi - M) - (MRi - M) - (MCi - M) = Mi – MRi – MCi + M
(penyimpangan karena interaksi)

STATISTIK PENDIDIKAN 76
DOSEN : Prof. Dr. Fuad Abd. Rachman, M.Pd.
Jumlah kuadrat interaksi akan didapatkan seperti halnya jumlah skor deviasi kuadrat
lainnya, yaitu dengan mengkuadratkan deviasi karena interaksi dan mengalikannya dengan
jumlah kasus (n), sehingga didapatkan:
k

n. (Mi  M Ri  M Ci  M )
2

Uji Perbandingan Ganda HSD Tukey


Penggunaan HSD Tukey pada ANAVA dua arah bergantung pada bagaimana rata-
rata diartikan, yaitu perbandingan didapat antara rata-rata sel individual atau antara rata-rata
subkelompok (tingkatan variabel bebasnya). Perbandingan mengambil bentuk beda skor di
antara rata-rata. Perbedaan skor signifikan secara statistik jika harga absolut beda di antara
rata-rata lebih besar dari nilai HSD (Honestly Significant Difference).
HSD = qk.v √ζW2/n
qk.v = nilai ‘studentized range statistic’
ζW2 = varian kiraan kelompok
n = jumlah subjek dalam tiap kelompok
Nilai q didapatkan dari tabel distribusi ‘studentized Range Statistic’ menggunakan
derajat bebas dalam kelompok (NT - k). Harga k berbeda-beda bergantung pada apakah
perbandingannya adalah antara rata-rata sel individual atau rata-rata subkelompok. Harga k
untuk membandingkan pasangan rata-rata tingkatan (subkelompok) yang berbeda dari
variabel bebasnya sama dengan jumlah tingkatan (subkelompok) dalam variabel bebasnya
(faktor eksperimen). Harga k untuk membandingkan pasangan rata-rata sel individual sama
dengan jumlah total sel atau kombinasi faktor eksperimen.

SIMPANGAN BAKU
Barangkali ukuran simpangan yang paling banyak digunakan adalah simpangan
baku atau deviasi standar. Pangkat dua dari simpangan baku dinamakan varians. Untuk
sampel, simpangan baku diberi simbol s, sedangkan populasi diberi simbol σ (baca: sigma).
Variansnya tentulah s2 untuk varians sampel dan σ2 untuk varians populasi. Jelasnya, s dan s2
merupakan statistik sedangkan σ dan σ2 parameter.
Jika kita mempunyai sampel berukuran n dengan data x1, x2, … , xn, dan rata-rata (
x ), maka statistik s2 dihitung dengan:

V(5)………………………… s  (xi  x)
2
2

n 1
Untuk mencari simpangan baku (s), dari s2 diambil harga akarnya yang positif.
STATISTIK PENDIDIKAN 77
DOSEN : Prof. Dr. Fuad Abd. Rachman, M.Pd.
BILANGAN BAKU DAN KOEFISIEN VARIASI
Misalkan kita mempunyai sebuah sampel berukuran n dengan data x 1, x2, ..., xn,
sedangkan rata-ratanya = x , dan simpangan baku = s. Dari sini kita dapat membentuk data
baru z1, z2, …, zn dengan rumus:
xi  x
V(11)……………………… z i untuk i = 1, 2, …, n
s
Jadi, diperoleh penyimpangan atau deviasi data dari rata-rata dinyatakan dalam
satuan simpangan baku. Bilangan yang didapat dinamakan bilangan z. Variabel z1, z2, …, zn
ternyata mempunyai rata-rata = 0 dan simpangan baku = 1. Dalam penggunaannya, bilangan
z ini sering diubah menjadi keadaan atau model baru, atau tepatnya distribusi baru, yang
mempunyai rata-rata x 0 dan simpangan baku s0 yang ditentukan. Bilangan yang diperoleh
dengan cara ini dinamakan bilangan baku atau bilangan standar dengan rata-rata x 0 dan
simpangan baku s0 dengan rumus:
  xi  x 

V(12)……………………… zi  x 0  s0  


 s 

Perhatikan bahwa untuk x 0 = 0 dan s0 = 1, rumus V(12) menjadi rumus V(11), sehingga
bilangan z sering pula disebut bilangan standar.

ANALISIS VARIANS
1. JENIS VARIANS
Telah kita kenal beberapa jenis varians seperti varians sampel (s2) dan varians
populasi (σ2). Varians untuk sekumpulan data ini melukiskan derajat perbedaan atau variasi
nilai data individu yang ada dalam kelompok atau kumpulan data tersebut. Variasi ini
dihitung dari nilai rata-rata kumpulan data. Selanjutnya, kita juga telah mengenal varians
2
sampling berbagai statistik, untuk rata-rata diberi lambang  , untuk proporsi diberi
x

2
lambang  dan untuk statistik lainnya.
x /n
Secara umum varians dapat digolongkan ke dalam varians sistematik dan varians
galat. Varians sistematik adalah varians pengukuran karena adanya pengaruh yang
menyebabkan skor atau nilai data lebih condong ke satu arah tertentu dibandingkan ke arah
lain. Salah satu jenis varians sistematik dalam kumpulan data hasil penelitian adalah varians
antar kelompok atau kadang-kadang disebut varians eksperimental. Varians ini
STATISTIK PENDIDIKAN 78
DOSEN : Prof. Dr. Fuad Abd. Rachman, M.Pd.
menggambarkan adanya perbedaan atau variasi sistematik antara kelompok-kelompok hasil
pengukuran. Dengan demikian varians ini terjadi karena adanya perbedaan antara kelompok-
kelompok individu.

2. ANALISIS VARIANS SATU ARAH


Cara menguji kesamaan dua rata-rata populasi yang masing-masing berdistribusi
independen, berdistribusi normal, dan memiliki varians yang homogen, digunakan uji t jika
kedua varians tidak diketahui, dan uji z jika kedua varians diketahui. Sekarang kita akan
membahas perluasannya, yaitu menguji kesamaan k, (k > 2), buah rata-rata populasi.
Tepatnya, misalkan kita mempunyai k, (k > 2), buah populasi yang masing-masing
berdistribusi independen dan normal dengan rata-rata µ1, µ2, …, µk dan simpangan baku
berturut-turut σ1, σ2, …, σk. Akan diuji hipotesis nol H0 dengan tandingan H1:
H0 : µ 1 = µ2 = … = µk
H1 : paling sedikit satu tanda sama dengan tidak berlaku
Selain asumsi kenormalan tentang populasi, untuk pengujian ini juga akan
dimisalkan bahwa populasi bersifat homogen yaitu  2   2  ...   2 .
1 2 k

Dari tiap populasi secara independen kita ambil sebuah sampel acak, berukuran n1
dari populasi pertama, n2 dari populasi kedua, dan seterusnya berukuran nk dari populasi ke-
k.Data sampel akan dinyatakan dengan Yij yang berarti data ke-j dalam sampel yang diambil
dari populasi ke-i. Untuk memudahkan, sebaiknya data sampel disusun seperti dalam daftar
berikut.

Data Sampel dari k Buah Populasi Berdistribusi Normal


Dari Populasi Ke
1 2 3 ….
k
Y11 Y21 Y31 ….
Yk1
Y12 Y22 Y21 ….
Dat Yk2
a Y13 . .
Has . . .
il . . .
Pengamata . Y2n2 .

STATISTIK PENDIDIKAN 79
DOSEN : Prof. Dr. Fuad Abd. Rachman, M.Pd.
n . .
Y1n1 Y3n3 .....
Yknk
Ju J1 J2 J3 …..
mlah Jk
Rat Y 1 Y 2 Y3 ….. Y k

a-rata

Untuk menguji HO dan melawan H1 kita akan menggunakan varians antar kelompok
dan varians dalam kelompok. Dengan persyaratan tentang populasi seperti tersebut di atas,
ternyata bahwa rasio varians antar kelompok terhadap varians dalam kelompok membentuk
statistik F, tepatnya:
var ians antar kelompok
XIV(2)……………… F  var ians dalam kelompok

Statistik F inilah yang digunakan untuk menguji H0.


Jika kedua varians dalam statistik F di atas dituliskan menggunakan jumlah kuadrat,
maka rumus XIV(2) untuk menguji H0 berubah menjadi:

 n (Y  Y ) 2 /(k  1)
k

i i
XIV(3)……………… F i1
k n k

  (Y  1)
i 2

i1 j1
ij
 Yi ) / 
i1
(n i

Dimana:
Yij = data ke-j dalam sampel ke-i
i = 1,2, …, k dan j = 1,2, …, n1
(ni = ukuran sampel dari populasi ke-i)
ni

Yi=  Yij / ni = rata-rata untuk sampel ke-i


j 1

k ni k

Y=   Yi j  ni = rata-rata untuk semua data


i1 j 1 i1

Ternyata bahwa statistik di atas berdistribusi F dengan dk pembilang υ1 = (k -


1) dan dk penyebut υ2 = (n1 + … + nk - k). Kriteria pengujiannya adalah: tolak H0 jika F ≥ F(1-

STATISTIK PENDIDIKAN 80
DOSEN : Prof. Dr. Fuad Abd. Rachman, M.Pd.
, dimana F(1-α) (υ1.υ2) didapat dari daftar distribusi F dengan peluang (1 - α) dan dk =
α) (υ1.υ2)

(υ1.υ2). Disini α = taraf nyata untuk pengujian.


Untuk memudahkan perhitungan, rumus XIV(3) diubah seperlunya dan akan
digunakan simbol-simbol berikut:
Ry = J2 / ∑ ni dengan J = J1 + J2 + J3 + … + Jk
Ay = ∑ (Ji / ni) - Ry
∑ Y2 = jumlah kuadrat-kuadrat (JK) dari semua nilai pengamatan
Dy = ∑ Y2 – Ry - Ay
Ry, Ay, Dy, dan ∑ Y2 merupakan jumlah kuadrat-kuadrat (JK) yang berturut-turut berdasarkan
sumber-sumber variasi rata-rata, antar kelompok, dalam kelompok, dan total. Setiap JK
sumber variasi didampingi oleh derajat kebebasan (dk). Untuk rata-rata dk = 1, untuk antar
kelompok dk = (k - 1), untuk dalam kelompok dk = ∑ (ni - 1), dan untuk total dk = ∑ ni.
Jika tiap JK dibagi derajat kebebasannya masing-masing, diperoleh varians untuk
masing-masing sumber variasi yang disini disebut kuadrat tengah (KT). Dengan jalan
membagi KT antar kelompok dengan KT dalam kelompok, maka diperoleh harga:

XIV(4)……………….………… F  Ay / (k 1)
D y / (ni 1)

Yang dapat digunakan untuk menguji hipotesis kesamaan beberapa rata-rata populasi. Jika
harga F ini lebih besar dari F daftar dengan dk pembilang (k-1) dan dk penyebut ∑ (ni - 1)
untuk α yang dipilih, maka hipotesis nol (H0) ditolak.
Analisis untuk menguji kesamaan k buah rata-rata populasi yang dibicarakan disini
dikenal dengan analisis varians satu arah karena analisisnya menggunakan varians dan data
hasil pengamatan pengaruh satu faktor.

STATISTIK PENDIDIKAN 81
DOSEN : Prof. Dr. Fuad Abd. Rachman, M.Pd.
BAB XI
STATISTIK NONPARAMETRIK

Metode statistika nonparametrik atau sering disebut pula metode statistika bebas
distribusi. Beberapa metode nonparametrik yang sederhana:
UJI TANDA
Dalam banyak eksperimen, kita sering ingin memebandingkan pengaruh hasil dua
perlakuan. Untuk data yang berpasangan satu sebagai hasil perlakukan A dan satu lagi hasil
perlakuan B, ternyata untuk memebandingkan kedua hasil perlakuan itu dapat digunakan uji
tanda. Uji ini sangat baik jika memiliki syarat-syarat berikut dipenuhi:
1. pasangan hasil pengamatan yang sedang dibandingkan bersifat independen
2. masing-masing pengamatan dalam tiap pasang terjadi karena pengaruh kondisi yang
serupa.
3. pasangan yang berlainan terjadi karena kondisi yang berbeda
sebagaimana namanya menyatakan uji tanda ini akan dilakukan berdasarkan tanda yakni +
dan – yang didapat dari selisih pengamatan Xi dan Yi masing-masing terjadi karena
perlakuan A dan B. Misalkan n menyatakan banyak pasangan yang menghasilkan tanda-tanda
positif dan negatif setelah dihilangkan pasangan Xi = Yi. Selanjutnya misalkan h menyatakan
banyak tanda + atau – yang paling sedikit. Bilangan h ini dapat dipakai untuk menguji
hipotesis:
Ho : tidak ada perbedaan pengaruh kedua perlakuan
H1 : tidak dapat perbedaabn pengaruh kedua perlakuan
Dalam hal ini pengaruh diukur oleh rata-rata sehingga sebenarnya, uji tanda ini dapat
digunakan untuk menguji kesamaan dua rata-rta populasi.

STATISTIK PENDIDIKAN 82
DOSEN : Prof. Dr. Fuad Abd. Rachman, M.Pd.
Untuk menolak atau menerima hipotesis Ho dalam taraf nyata 0,01 atau 0,05 sebuah
daftar. Daftar tersebut berisikan harga-harga h sebagai batas kriteria pengujian untuk harga n
yang didapat. Kriteria tersebut adalah tolak Ho jika harga h dari perhitugan lebih kecil atau
sama dengan harga h yang didapat dari daftar untuk taraf nyata yang dipilih. Dalam hal
lainnya Ho diterima. Dari daftar nampak agar supaya pengujian dapat ditentukan hasilnya,
diperlukan paling sedikit n = 6.
Apabila n lebih besar dari 95, maka harga h dapat dihitung dengan jalan mengambil
bilangan bulat terdekat yang lebih kecil dari:

1/ 2 n 1 k n 1

dengan k = 1,2879 untuk α = 0,01 dan k = 0,9800 untuk α = 0,05


Statistik nonparametrik adalah statistik yang tidak memerlukan pembuatan asumsi
tentang bentuk distribusi. Dalam statistik nonparametrik, kesimpulan dapat ditarik tanpa
memperhatikan bentuk distribusi populasi. Metode statistik nonparametrik dapat digunakan
untuk situasi :
1. Apabila ukuran sampel demikian kecil sehingga distribusi statistik pengambilan
sampel tidak mendekati normal, dan apabila tidak ada asumsi yang dapat dibuat
tentang bentuk distribusi populasi yang menjadi sumber sampel.
2. Apabila digunakan data peringkat atau ordinal. (Data ordinal hanya memberikan
informasi tentang apakah suatu item lebih tinggi, lebih rendah, atau sama dengan
item lainnya; data ini sama sekali tidak menyatakan ukuran perbedaan).
3. Apabila data nominal digunakan. (Data nominal adalah data di mana sebutan seperti
”laki-laki” atau ”perempuan” diberikan kepada item dan tidak ada implikasi di dalam
sebutan tersebut bahwa item yang satu lebih tinggi atau lebih rendah daripada item
lainnya).

Metode nonparametrik yang digunakan secara meluas :


UJI TANDA (SIGN-TEST)
Prosedur uji tanda didasarkan pada tanda negatif atau positif dari perbedaan antara
pasangan data ordinal. Pada hakikatnya pengujian ini hanya memperhatikan arah perbedaan
dan bukan besarnya perbedaan itu
 Prosedur Uji Tanda dengan Sampel Kecil
a. Menyatakan Hipotesis Nol dan Hipotesis Alternatif

STATISTIK PENDIDIKAN 83
DOSEN : Prof. Dr. Fuad Abd. Rachman, M.Pd.
Sebagaimana halnya dalam menyatakan penguji hipotesis, langkah pertama adalah
prosedur uji tanda adalah menyatakan hipotesis nol dan hipotesis alternatif. Pengujian
tanda dua-arah (two-tailed test) ataupun satu-arah (one-tailed) dapat dilakukan, dan
fakta ini tentunya akan menentukan bentuk hipotesis alternatif.
b. Memilih Taraf Nyata
Setelah menetapkan hipotesis nol dan hipotesis alternatif langkah kedua adalah menetapkan
kriteria penolakan ataupun penerimaan hipotesis nol
c. Menghitung Frekuensi Tanda
Langkah berikutnya menghitung tanda positif, tanda negatif dan nol
d. Menentukan Tanda Beda antara Pasangan Observasi
Setelah hipotesis nol dan hipotesis alternatif ditentukan, dan taraf nyata dipilih,
langkah selanjutnya ialah menghitung selisih antara satu observasi dengan observasi
lainnya secara sistematis, dan kemudian mencatat apakah perbedaan tersebut positif
atau negatif.
e. Menentukan Probabilitas Hasil Sampel yang Diobservasi
Responden atau pasangan observasi yang relevan bagi analisis hanyalah responden
atau observasi yang perbedaan rasanya (positif atau negatif) telah dicatat.
f. Penarikan Kesimpulan Statistik Tentang Hipotesis Nol
Peraturan pengambilan keputusan yang harus diikuti dalam melakukan pengujian
tanda dengan sampel kecil guna mengambil keputusan statistik adalah :
Menerima Ho jika α ≤ probabilitas hasil sampel
atau
Menolak Ho dan menerima H1 jika α> probabilitas hasil sampel
 Prosedur Uji Tanda dengan Sampel Besar
Jika jumlah sampel cukup besar, dan jika pendekatan normal dapat dipakai terhadap
distribusi binomial, maka aturan pengambilan keputusan yang berlaku sesuai dengan
aturan distribusi Z dimana rasio kritis (CR dari nilai Z) dihitung sebagai :
2R  n
CR 
n
Dimana R = jumlah tanda positif
n = jumlah pasangan observasi yang relevan

UJI PERINGKAT BERTANDA WILCOXON

STATISTIK PENDIDIKAN 84
DOSEN : Prof. Dr. Fuad Abd. Rachman, M.Pd.
Uji peringkat bertanda Wilcoxon digunakan jika besaran maupun arah perbedaan
relevan untuk menentukan apakah terdapat perbedaan yang sesungguhnya antara pasangan
data yang diambil dari satu sampel atau dua sampel yang saling terkait.
Prosedur uji peringkat bertanda Wilcoxon
a. Menyatakan hipotesis dan α
b. Menentukan besar dan tanda perbedaan antara pasangan data
c. Menyusun peringkat perbedaan tanpa memperhatikan tanda
d. Pemberian tanda atas peringkat yang telah ditetapkan
e. Menjumlahkan peringkat
f. Penarikan kesimpulan statistik tentang hipotesis nol

PENGUJIAN MANN-WHITNEY
Pengujian Mann-whitney digunakan jika hipotesis nol yang menyatakan bahwa tidak
ada perbedaan yang sesungguhnya antara kedua kelompok data dan di mana data tersebut
diambil dari dua sampel yang tidak saling terkait.
Prosedur pengujian Mann-Whitney
a. Menyatakan hipotesis dan α
b. Menyusun peringkat data tanpa memperhatikan kategori sampel
c. Menjulahkan peringkat menurut tiap kategori sampel dan menghitung statistik U.
Rumus yang dapat dipakai :
U = n n + n1 (n2 1)  R atau
1 2 1
2
U = n n + n2 (n2 1)  R
1 1 2
2
Di mana R1 = jumlah peringkat yang diberikan pada sampel dengan jumlah n1
R2 = jumlah peringkat yang diberikan pada sampel dengan jumlah n2
d. Penarikan kesimpulan statistik mengenai hipotesis nol
Aturan pengambilan keputusannya ialah : Tolak hipotesis nol jika nilai hitung U sama
atau lebih kecil dari nilai dalam tabel U.

RUNS TEST UNTUK MELIHAT KEACAKAN


Tujuan runs test (uji deret) adalah untuk menentukan apakah keacakan akan terjadi
atau pakah terdapat suatu pola yang mendasri urutan data sampel. Pengujian didasarkan pada

STATISTIK PENDIDIKAN 85
DOSEN : Prof. Dr. Fuad Abd. Rachman, M.Pd.
jumlah deret dari hasil yang identik pada data berurut. Runs test merupakan prosedur
pengujian hipotesis lain yang dirancang untuk membantu para pengambil keputusan.
Prosedur pelaksanaan runs test adalah :
a. Merumuskan hipotesis nol dan hipotesis alternatif, hipotesis
Hipotesis untuk runs test adalah :
Ho : Data berurut DJIA yang dianalisis tersebut bersifat acak
H1 : Data berurut DJIA yang dianalisis tersebut mempunyai pola
Runs test dirancang untuk mendekati pola dalam data berurut, tetapi tidak bis
mengungkapkan hakikat dari pola tersebut.
b. Menghitung jumlah deret
c. Menghitung frekuensi kejadian
d. Menarik kesimpulan statistik

KOEFISIEN KORELASI PERINGKAT SPEARMAN


Koefisien korelasi peringkat spearman, rs, adalah ukuran erat-tidaknya kaitan antara
dua variabel ordinal; artinya rs, merupakn ukuran atas kadar atau derajat hubungan antara data
yang telah disusun menurut peringkat (ranked data). Koefisien korelasi (r) dihitung dengan
menggunakan nilai aktual dari X dan Y.
Prosedur penghitungan koefisien korelasi peringkat Spearman
a. Menyusun peringkat data
b. Menghitung perbedaan antara pasangan peringkat
Perhitungan sistematis atas perbedaan peringkat. Perbedaan ini, yang diberikan notasi
D.
c. Menghitung rs
Koefisien korelasi Spearman, yang didefinisikan sebagai berikut :
rs = 1 -  6D 
2

n(n 1) 
2

 
Untuk menghitung rs harus mengkuadratkan perbedaan antara setiap pasangan
peringkat dan kemudian menjumlahkan perbedaan yang dikuadratkan tersebut yaitu
ΣD2 dalam pembilang rumus diatas. Apabila rs bernilai nol maka tidak ada korelasi,
seperti halnya r, jika rs adalah +1,00 atau -1,00 maka terdapat korelasi sempurna.
Penguji signifikasi rs

STATISTIK PENDIDIKAN 86
DOSEN : Prof. Dr. Fuad Abd. Rachman, M.Pd.
Pengujian yang lebih formal bisa dilaksanakan untuk menentukan apakah benar-benar
ada hubungan statistik seperti diisyaratkan oleh rs. Jika ukuran sampel lebih besar dari 10,
kita bisa melakukan pengujian hipotesis dengan menghitung rasio kristis (critical ratio = CR)
sebagai berikut :
n 2
CR = rn
1  rn
2

Prosedur untuk menghitung dan menguji koefisien korelasi peringkat Spearman

Start

Rumuskan hipotesis nol dan


hipotesis alternatif

Tentukan taraf nyata (α)

Kumpulkan data dan


kemudian susun peringkat

Hitung perbedaan antara


pasangan peringkat

Hitung

 6D2 
rs = 1 - 
 2


Jika n > 10, hitung

n 2
CR = rn

Bandingkan nilai CR yang


dihitung dengan nilai dari
STATISTIK PENDIDIKAN tabel tdengan menggunakan
87
DOSEN : Prof. Dr. Fuad Abd. Rachman, M.Pd.
Tarik kesimpulan statistic
tentang
Stop H0
UJI WILCOXON
Uji ini merupakan perbaikan dari uji tanda yang dijelaskan dalam bagian yang lalu.
Dalam uji wilkcoxon bukan hanya tanda yang diperhatikan tetapi juga nilai selisih (X-Y).
Caranya adalah sebagai berikut:
1. beri nomor urut untuk setiap harga mutlak selisih (Xi – Yi). Harga mutlak yang
tekecil diberi nomor urut atau peringkat 1, harga mutlak selisih berikutnya diberi
nomor urut Z dari akhirnya harga mutlak terbesar diberi nomor urut n. Jika terdapat
selisih yang harga mutlaknya sama besar, untuk nomor urut diambil rata-ratanya,
2. untuk tiap nomor urut berikan pula tanda yang didapat dari selisih (X – Y).
3. hitunglah jiumlah urut yang bertanda positif dan jumlah nomor urut yang bertanda
negatif.
4. untuk jumlah nomor urut yang didapat di 3, ambillah jumlah yang harga mutlaknya
paling kecil. Sebutlah jumlah ini sama dengan yang dipakai untuk menguji hipotesis.
Ho : tidak ada perbedaan pengaruh kedua perlakuan
H1 : terdapat perbedaan pengaruh kedua perlakuan
Untuk menguji hipotesis diatas dengan taraf nyata α = 0,01 dan α = 0,05. kita
bandingkan j diatas dengan j yang diperoleh dari daftar. Jika J dari perhitungan lebih kecil
atau sama dengan J dari daftar yang berdasarkan taraf nyata yang dipilih maka Ho ditolak.
Dalam hal lainnya Ho diterima.

KOEFISIEN KORELASI PANGKAT


Misalkan pasangan data hasil pengamatan (X1, Y1), (X2, Y2),.......,(Xn, Yn) kita susun
menurut urutan besar nilainya dalam tiap variabel. Nilai Xi disusun menurut urut atau
peringkat 1, terbesar kedua diberi peringkat 2, terbesar ketiga diberi peringkat 3 dan
seterusnya sampai kepada nilai Xi. Terkecil diberi peringkat n.Demikian pula untuk variabel
Yi. Sekarang kita bentuk selisih atau beda peringkat Xi dan peringkat Yi yang data aslinya
berpasangan. Sebutlah beda ini bi. Maka koefisien korelasi peringkat r antara serentetan
pasangan Xi dan Yi dihitung dengan rumus:
STATISTIK PENDIDIKAN 88
DOSEN : Prof. Dr. Fuad Abd. Rachman, M.Pd.
6 bi 2
r  1 
'

 
n n 2 1
UJI RUNTUN
Runtun adalah barisan huruf-huruf atau tanda-tanda yang identik yang didahului atau diikuti
oleh sebuah huruf atau atau sebuah tanda yang berbeda, panjang runtun ditentukan oleh
banyak huruf atau tanda yang ada dalam setiap runtun.
Contoh:
Deretan tanda positif dan negatif berikut:
++++++ --- +++ - +
terdiri atas lima runtun dimana runtun pertama panjangnya enam (++++++), runtun kedua
dan ketiga masing-masing panjangnya tiga (--- dan +++) sedangkan runtun keempat dan
kelima masing-masing panjamnganya satu (- dan +).
Deretan bilangan ini dapat dianggap terdiri atas delapan runtun. Runtun-runtun yang didapat
dari sampel II telah diberi garis dua buah untuk membedakan dengan runtun-runtun yang
didapat dari sampel I yang diberi garis bawah sebuah.
Dengan adanya runtun ini kita dapat menguji hipotesis tentang:
A. data pengamatan telah diambil secara acak daris ebuah populasi atau sampel yang
diambil darai sebuah populasi adalah acak.
B. Dua sampel acak berasal dari populasi yang sama atau dua populasi mempunyai
distribusi yang sama.
Statistik yang digunakan untuk menguji hipotesis diatas adalah banyaknya runtun dalam
deretan yang akan kita nyatakan dalam u.
Untuk melakukan hipotesis yang dicantumkan di A ialah :
Ho : data sampel telah diambil secara acak daris ebuah populasi melawan alternatif.
H1 : data sampel diambil tidak secara acak
Kita tempuh langkah sebagai berikut :
1. tuliskan data hasil pengamatan dalam sampel menurut urutan didapatnya atau urutan
terjadinya.
2. tentukan besarnya median sampel
3. data yang harganya lebih besar dari media supaya diberi tanda positif sedangkan data
yang lebih kecil dari median diberi tanda negatif.
4. hitung berapa banyak data positif diberi simbol n dan berapa banyak tanda negatif
diberi simbol n2.

STATISTIK PENDIDIKAN 89
DOSEN : Prof. Dr. Fuad Abd. Rachman, M.Pd.
Dengan mengambil taraf nyata 0,05 bandingkanlah harga u yang didapat dengan harga u dari
daftar sebagai nilai kritis.

UJI MEDIAN
Hipotesisnya yang dihadapi adalah :
Ho : dua sampel acak telah diambil dari dua populasi dengan median yang sama atau telah
diambil dari populasi yang sama.
H1 : kedua sample itu berasal dari dua populasi dengan median yang berlainan atau dari dua
populasi yang berlainan.
Langkah yang harus ditempuh dalam pengujian hipotesis ini adalah
1. gabungkan kedua sampel menjadi sebuah sampel berukuran (n1 + n2) dengan n1 =
ukuran sampel yang diambil dari populasi kesatu dan n2 = ukuran sampel yang
diambil dari populasi kedua.
2. tuliskan ke-(n1+n2) buah data dari sampel gabungan ini menurut urutan besar nilainya
3. tentukan median dari sampel gabungan ini
4. dari setiap sampel tentukan banyak data yang ada dimuka median. Nyatakanlah hal ini
dengan A1 untuk sampel I dan A2 untuk sampel II. Tentukan juga data yang ada
dibawah median dan nyatakanlah hal ini dengan B, untuk sampel I dan B2 untuk
sampel II.
5. bentuklah sebuah daftar kontingensi 2 x 2 seperti dibawah ini

Sampel I Sampel II
A1 A2
Di atas median
Di bawah median B1 B2

Dengan menggunakan data yang telah disususn dalam daftar kontingensi tersebut untuk
menguji hipotesis Ho digunakan uji chi kuadrat.
Selanjutnya kita tolak hipotesis Ho jika X2 dari perhitungan lebih besar atau sama dengan

 2 1  dengan dk = 1 dan α = taraf nyata. Dalam hal lainnya Ho diterima.

UJI KENORMALAN

STATISTIK PENDIDIKAN 90
DOSEN : Prof. Dr. Fuad Abd. Rachman, M.Pd.
Misalkan kita mempunyai sampel acak dengan hasil pengamatan X1, X2, ....,Xn. Berdasarkan
sampel ini akan diuji hupotesis nol bahwa sampel tersebut berasal dari populasi berdistribusi
normal melawan hipotesis tandingan bahwa ditribusi tidak normal melawan hipotesis
tandingan.
Untuk pengujian hipotesis nol tersebut kita tempuh prosedur berikut:
1. pengamatan X1, X2, ....,Xn dijadikan bilangan baku Z1, Z2, ....,Zn dengan

X 1 X
menggunakan rumus Zi  ( X dan s masing-masing merupakan rata-rata
s
dan simpangan baku sampel).
2. untuk tiap bilangan baku ini dan menggunakan daftar distribusi normal baku,
kemudian dihitung peluang F(Zi) = P(Z≤Zi).
3. selanjutnya dihitung proporsi Z1, Z2, ....,Zn yang lebih kecil atau sama dengan Zi.jika
proporsi ini dinyatakan oleh S(Zi). Maka:
banyaknyaZ1 , Z 2 ,...., Z n yang  Z i
S  Zi  
n
4. hitung selisih F(Zi) – S(Zi) kemudian tentykan harga mutlaknya.
5. ambil harga yang paling besar diantara harga-harga mutlak selisih tersebut. Sebutlah
harga terbesar ini Lo. Untuk menerima atau menolak hipotesis nol, kita bandingkan
Lo dengan nilai kritis L yang diambil dari daftar untuk taraf nyata α yang dipilih.
Kriterianya adalah tolak hipotesis nol bahwa populasi berdistribusi normal jika Lo
yang diperoleh dari pengamatan melebihi L dari daftar. Dalam hal lainnya hipotesis
nol diterima.

STATISTIK PENDIDIKAN 91
DOSEN : Prof. Dr. Fuad Abd. Rachman, M.Pd.
BAB XII
REGRESI LINEAR SEDERHANA

Pengertian Regresi
Studi ketergantungan satu variabel tak bebas pada satu atau lebih variabel lain yang
menjelaskan dengan tujuan untuk menaksir atau meramalkan nilai rata-rata hitung (mean)
atau rata-rata populasi variabel tak bebas, dalam pengambilan sampel berulang dari variabel
yang menjelaskan (explanatory variable)
Tujuan Regresi
1. Mengestimasi nilai rata-rata variabel tak bebas dan nilai rata-rata variabel bebas
2. Menguji hipotesis mengenai sifat alamiah ketergantungan (sesuai teori ekonomi)
3. Memprediksi atau meramalkan nilai rata-rata variabel tak bebas dan nilai rata-rata
variabel bebas tertentu
Perbedaan dengan korelasi
Korelasi : mengukur kekuatan atau tingkat hubungan antara dua variabel (simple
correlation) dan tiga variabel (multiple correlation)
Dalam analisis regresi, ada asimetris antara variabel tak bebas dan variabel
bebas.variabel tak bebas bersifat acak atau stokastik dimana variabel bebas
diasumsikan mempunyai nilai yang tetap dalam pengambilan sampel berulang
Dalam Korelasi, ada simetris variabel tak bebas dan variabel bebas.
Fungsi Regresi Populasi dan Fungsi Regresi Sampel
Contoh : Fungsi permintaan barang (Y) dengan variabel penjelas tingkat harga (X)
Asumsi: data Y dan X tersedia, maka nilai yang dicari nilai pengharapan atau nilai rata-rata
populasi pada berbagai tingkat harga (X)
STATISTIK PENDIDIKAN 92
DOSEN : Prof. Dr. Fuad Abd. Rachman, M.Pd.
...................... 1)
Dimana adalah rata-rata atau pengharapan Y pada berbagai X
Sedangkan dan adalah parameter atau koefisien regresi
Koefisien Slope mengukur tingkat perubahan rata-rata Y per unit akibat perubahan X
Persamaan 1) adalah fungsi regresi populasi dalam bentuk linier
Karena data populasi sulit didapatkan sehingga diambil data sampel dari populasi dan
dikembangkan konsep fungsi regresi sampel :
...................... 2)
Dimana, adalah penaksir
dan adalah penaksir dan
Tujuan mengestimasi fungsi regresi populasi dan didekati oleh fungsi regresi sampel.
Dalam dunia nyata, tidak ada unsur kepastian maka perlu ditambahkan pengganggu atau
faktor acak ( ) sehingga persamaan 1) dan 2) dapat ditulis kembali:
Bentuk PRF stokastik
Bentuk SRF stokastik
SRF dapat diestimasi dengan metode OLS
Unsur pengganggu :
1. Karena ketidakjelasan atau ketidaklengkapan teori
2. Ketidaktersediaan data
3. Kesalahan manusiawi
4. Kurangnya variabel pengganti
5. Prinsip Kesederhanaan
6. Kesalahan bentuk fungsi
7.
Metode Kuadrat terkecil (OLS): Carl Frederich Gauss
Metode untuk menaksir parameter hubungan ekonomi SRF sebagai penaksir yang benar
untuk PRF
Alasan penggunaan OLS:
1. Hasil estimasi mempunyai ciri optimal
2. Prosedur perhitungan sederhana
3. Dapat digunakan dalam range hubungan ekonomi yang luas dengan tingkat ketepatan
4. Mekanisme sederhana dan mudah dimengerti
5. Komponen penting bagi teknik ekonometrik lain
Pendekatan Gauss:
STATISTIK PENDIDIKAN 93
DOSEN : Prof. Dr. Fuad Abd. Rachman, M.Pd.
See: Dokumen dalam Word!
Ciri-ciri Penaksir OLS:
1. Penaksir dinyatakan dalam besaran sampel
2. Penaksir titik dengan sampel tertentu, tiap penaksir memberikan satu nilai tunggal
parameter populasi yang relevan
3. Garis regresi yang diperoleh beberapa sifat :
a. Garis regresi melalui rata-rata sampel X dan Y dibuktikan dengan ..........
b. Nilai rata-rata Y yang diestimasi sama dengan nilai rata-rata Y sebenarnya dimana
dalam kenyataan ............
c. Nilai rata-rata residual ei=0
d. Nilai residual tidak berkorelasi dengan nilai estimasi Y
e. Nilai residual ei tidak berkorelasi dengan X
Asumsi Regresi Linier Klasik
1. Model regresi linier dalam parameter
2. Nilai X tetap dalam sampel yang dilakukan berulang-ulang
3. Nilai rata-rata unsur pengganggu = 0
4. Homokedastisitas tetap untuk semua pengamatan
5. Tidak ada otokorelasi antar unsur pengganggu
6. Nilai kovarian pengganggu dan X = 0
7. Jumlah observasi n harus lebih besar dari jumlah parameter yang diobservasi
8. Nilai X bervariasi
9. Spesifikasi model harus benar
10. Tidak ada multikolinearitas

Apabila asumsi linier klasik dipenuhi, maka didapatkan model penaksir yang tidak bias, linier
dan terbaik (best linear unbiased estimator = BLUE)
1. Linier, jika parameter suatu fungsi linier dari variabel acak Y dalam model
2. Parameter tidak bias, terutama dalam sampel besar sehingga penaksir parameter kira-
kira mendekati nilai parameter sesungguhnya
3. Parameter mempunyai varian minimum atau efisien
4. Nilai Statistik, Koefisien Determinasi
5. See : dokumen word!

STATISTIK PENDIDIKAN 94
DOSEN : Prof. Dr. Fuad Abd. Rachman, M.Pd.
DAFTAR PUSTAKA

http://terminaltechno.blog.uns.ac.id/2009/10/06/distribusi-frekuensi/.
(diakses7Novemver 2012)
http://id.wikipedia.org/wiki/Rata-rata. (diakses tanggal 7 Novemver 2012)
http://statistikpendidikanii.blogspot.com/2008/04/mean-rata-rata.html. (diakses
tanggal7 Novemver 2012)
http://violetatniyamani.blogspot.com/2007/09/teori-validitas.html. (diakses tanggal 8
Novemver 2012)
http://id.wikipedia.org/wiki/Korelasi.(diaksestanggal 8 Novemver 2012)
http://en.wikipedia.org/wiki/Student%27s_t- (diakses tanggal 9 Novemver 2012)
http://ineddeni.wordpress.com/2007/10/11/t-test/.(diakses tanggal 9 Novemver 2012)
http://gorgeousdoctors.blogspot.com/2010/07/statistik-anova-anava.html.(diakses
tanggal 10 Novemver 2012)

STATISTIK PENDIDIKAN 95
DOSEN : Prof. Dr. Fuad Abd. Rachman, M.Pd.

Anda mungkin juga menyukai