“SIKLUS CARNOT”
DISUSUN OLEH:
NIM : 06101281520063
Puji syukur kehadirat Allah SWT, atas limpahan rahmat dan karunia-Nya,
serta tak lupa pula kami haturkan shalawat serta salam kepada junjungan kita nabi
besar muhammad SAW yang telah membawa kita dari alam kegelapan menuju
alam yang terang benderang dan penuh dengan rahmat ini. Sehingga atas izin Allah
kami dapat menyelesaikan makalah tugas kelompok mata kuliah Termodinamika
yang berjudul “Siklus Carnot”. Tujuan pembuatan makalah ini adalah untuk
memenuhi tugas Mata kuliah Termodinamika dan sebagai asahan pengetahuan
mahasiswa. Makalah ini disusun dari berbagai referensi yang terkait dengan
Termodinamika seperti situs internet dan buku.
Palembang,Juni 2017
Penulis
BAB I
PENDAHULUAN
Walaupun mesin-mesin kalor riel tidak dapat beroperasi pada sebuah siklus
yang terbalikkan, namun siklus carnot, yang merupakan siklus terbalikkan, member
informasi yang berguna mengenai sifat dari setiap mesin kalor. Siklus carnot
tersebut khususnya adalah penting karena, seperti yang akan kita lihat, siklus
tersebut menetapkan batas atas (upper limit) kepada daya guna mesin-mesin riel
dan dengan demikian memberikan kita ke akita untuk bekerjarah tujuan (Resnick,
1985).
1.3 Tujuan
1.4 Manfaat
BAB II
PEMBAHASAN
Mesin Carnot adalah mesin kalor hipotesis yang beroprasi dalam suatu siklus
reversible yang disebut siklus Carnot. Model dasar mesin ini dirancang oleh Nicolas
Leonard Sadi Carnot, seorang insinyur militer perancis pada tahun 1824. Mesin
model Carnot kemudian dikembangkan secara grafis oleh Emile Clapeyron, dan
diuraikan secara matematis oleh Rudolf Clausiusdan Clapeyron. Setiap sistem
termodinamika berada dalam keadaan tertentu. Sebuah siklus termodinamika
terjadi ketika suatu sistem mengalami rangkaian keadaan-keadaan yang berbeda,
dan akhirnya kembali ke keadaan semula. Dalam melalui proses siklus ini, sistem
tersebut dapat melakukan usaha terhadap lingkungannya, sehingga disebut mesin
kalor.
Sebuah mesin kalor bekerja dengan memindahkan energi dari daerah yang
lebih panas ke daerah yang lebih dingin, dan dalam prosesnya mengubah sebagian
energi menjadi usaha mekanis. Sistem yang bekerja sebaliknya, dimana gaya
eksternal yang dikerjakan pada suatu mesin kalor dapat menyebabkan proses yang
memindahkan energi panas dari daerah yang lebih dingin ke energi panas.
2.4 Temodinamika
Aplikasi Thermodinamika
Mesin Kalor didefinisikan sebagai alat yang mengubah kalor menjadi energi
mekanis atau lebih tepat suatu sistem yang bekerja secara terus menerus dan hanya
kalor dan usaha yang dapat melalui permukaan batasnya.
Beberapa contoh mesin kalor adalah Mesin Carnot, mesin Brayton, mesin Otto,
mesin Rankine, dan mesin diesel. Pada mesin kalor selalu terdapat dua buah tandon.
Tandon yang memberikan kalor besar disebut tandon kalor. Sedang tandon lainnya
disebut tandon dingin. Tandon dingin ini berfungsi untuk menyerap kalor dalam
jumlah yang besar tanpa terjadi perubahan panas yang berarti.
Perubahan energi dalam mesin kalor secara skematis diberikan pada gambar
diatas. Lingkaran menggabarkan mesinnya sendiri. Kalor QP yang diberikan kepada
mesin oleh tandon kalor adalah sebanding dengan luas penampang pipa. Kalor QD
yang terbuang melalui saluran pembuangan ke tandon dingin berbanding lurus
dengan lua penampang pipa keluar. Sebagian kalor diubah menjadi kerja mekanis
W yang dilukiskan pada pipa cabang kekanan. Jadi QP adalah kalor yang diserap
oleh mesin dan QD adalah kalor yang dibuang oleh mesin per siklus. Kalor neto
yang diserap adalah:
Ket :
Q : Jumlah kalor (J)
Q = Qp – QD
Qp : Kalor terima (J)
QD : Kalor lepas (J)
Kalor yang diserap dari tandon biasanya diperoleh dari pembakaran bahan bakar.
Dengan menggunakan hukum pertama untuk satu siklus lengkap dan dengan
dengan mengingat tidak ada perubahan neto energi dalam, kita peroleh:
Ket :
W : Usaha (N)
W = Q P – QD
(Siklus Daya)
Siklus yang menghasilkan kerja neto yang dipindahkan ke lingkungan pada setiap
siklus disebut siklus daya.
Nilai dari efisiensi tidak pernah lebih besar 1 (100%). Pada mesin aktual, nilai
efisiensi selalu kurang dari satu. Hal ini menunjukkan bahwa tidak semua kalor
yang diserap diubah menjadi kerja.
2.6 Siklus Carnot
Siklus Carnot adalah proses termodinamika yang dialami oleh zat kerja
(working substance) pada mesin Carnot. Siklus ini terdiri atas dua proses isotermal
dan dua proses adiabatik. Pada proses isotermal pertama yang terjadi pada
temperatur lebih tinggi, zat mengalami ekspansi dan menyarap kalor. Proses
isotermal kedua, yang terjadi pada temperatur rendah, zat mengalami kompresi dan
melepas kalor. Garis isotermal pertama dan kedua dihubungkan oleh dua proses
adiabatik. Adiabatik pertama zat mengalami ekspansi, sedangkan adiabatik kedua
zat mengalami kompresi.
W4 = Cv (T1 – T2)
Dimana T1 > T2
Total kerja, W yang dilakukan oleh mesin carnot dalam satu siklus adalah:
Sesuai dengan fakta bahwa kalor ini dilepaskan oleh sistem. Dengan demikian,
Kerja yang dilakukan oleh mesin adalah selisih antara kalor yang diserap, Q₁ dengan
kalor yang dilepaskan Q₂.
Temuan dari hasil pemikiran Carnot diaplikasikan dalam berbagai bidang yang
kemudian digunakan secara luas sampai saat ini diantaranya :
Pesawat pendingin misalnya : kulkas, air conditioner(AC) yang menggunakan daur
kalor yang menghasilkan kerja terhadap zat.
Motor bakar misalnya : mesin mobil, generator listrik.
Gambar 1
Gambar 2
Terjadinya tekanan yang sangat tinggi dan volume yang sangat besar karena
kenaikan tekanan
terjadi pada saat proses pelepasan panas.
Proses pindah panas dengan menggunakan gas yaitu sebuah media yang
mempunyai kapasitas
Panas tertentu dan terbatas.
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Adapun beberapa kesimpulan yang ditarik dlam makalah ini, berikut sebagai
berikut :
1. Menjelaskan siklus Carnot yang terjadi antara suhu TL dan TH, kita anggap
bahwa zat kerjanya adalah gas ideal yang tersimpan dalam sebuah silinder
dengan piston yang dapat digerakkan pada salah satu ujungnya. Dinding
silinder dan piston tidak mengalami konduksi termal.
2. Persamaan eC dapat diterapkan pada zat kerja dalam suatu siklus Carnot
diantara dua reservoir energi. Menurut persamaan ini, efiensinya adalah nol
jika TL = TH, seperti yang telah kita perkirakan. Efisiensinya meningkat
saat TL diturunkan dan saat TH dinaikkan.
3. Efiensinya adalah nol jika TL = TH, maka Efisiensinya meningkat saat TL
diturunkan walaupun TH dinaikkan. Meskipun demikian, efisiensinya dapat
mencapai suhu (100%) hanya jika TL= 0 K.
DAFTAR PUSTAKA
Castka, Joseph F.; Metcalfe, H. Clark; Davis, Raymond E.; Williams, John E.
(2002). Modern Chemistry. Holt, Rinehart and Winston
Mascetta, Joseph A. (1998). How to Prepare for the SAT II Chemistry. Barron's.
http://www.chem-is-try.org/materi_kimia/kimia_dasar/gas1/gas-ideal-dan-gas-
nyata/
http://www.ilmukimia.org/2012/11/gas-ideal-dan-gas-nyata.html
http://data-smaku.blogspot.com/2012/12/contoh-soal-dan-pembahasan-tentang-
gas.html