Anda di halaman 1dari 17

THERMODINAMIKA

“SIKLUS CARNOT”

DISUSUN OLEH:

NAMA : PUSPITA MAYANG SARI

NIM : 06101281520063

PROGRAM STUDI : PENDIDIKAN KIMIA

DOSEN PEMBIMBING : Dr. EFFENDI NAWAWI, S.Pd., M.Si.

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN


UNIVERSITAS SRIWIJAYA
2017
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT, atas limpahan rahmat dan karunia-Nya,
serta tak lupa pula kami haturkan shalawat serta salam kepada junjungan kita nabi
besar muhammad SAW yang telah membawa kita dari alam kegelapan menuju
alam yang terang benderang dan penuh dengan rahmat ini. Sehingga atas izin Allah
kami dapat menyelesaikan makalah tugas kelompok mata kuliah Termodinamika
yang berjudul “Siklus Carnot”. Tujuan pembuatan makalah ini adalah untuk
memenuhi tugas Mata kuliah Termodinamika dan sebagai asahan pengetahuan
mahasiswa. Makalah ini disusun dari berbagai referensi yang terkait dengan
Termodinamika seperti situs internet dan buku.

Ucapan terimakasih kepada dosen pengampu dan juga kepada teman-teman


yang terkait dalam penyusunan makalah ini. Kami menyadari dalam pembuatan
makalah ini masih banyak kekurangan baik dari segi isi ataupun struktur
penyusunan makalahnya. Oleh karena itu, kami sangat mengharapkan kritik dan
saran yang bersifat membangun untuk pembuatan makalah selanjutnya. Semoga
makalah ini dapat bermanfaat bagi kita semua.

Palembang,Juni 2017

Penulis

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Thermodinamika adalah ilmu tentang energi, yang secara specific


membahas tentang hubungan antara energi panas dengan kerja. Seperti telah
diketahui bahwa energi didalam alam dapat terwujud dalam berbagai bentuk, selain
energi panas dan kerja, yaitu energi kimia, energy listrik, energi nuklir, energi
gelombang elektromagnit, energi akibat gaya magnit, dan lain-lain . Supaya proses
– proses dalam siklus Carnot bersifat reversible, proses-proses tersebut harus
dilakukan dengan sangat perlahan. Jadi, walaupun mesin Carnot merupakan mesin
paling efisien yang mungkin ada, ia tidak memiliki daya keluaran, karena ia
memerlukan selang waktu yang tak hingga untuk menyelesaikan satu siklus. Untuk
sebuah mesin yang nyata, selang waktu yang singkat untuk setiap siklus akan
menghasilkan zat kerjanya mencapai suhu tinggi yang rendah daripada reservoir
yang panas dan suhu rendah yang lebih tinggi dari pada reservoir yang dingin.

Setiap proses penambahan dan pembuangan kalor, dari pemuaian atau


penekanan gas, dianggap di lakukan dengan sebaliknya (reversible). Yaitu, setiap
proses dilakukan dengan lambat sehingga proses dapat dianggap sebagai
serangkaian keadaan setimbangan, dan seluruh proses bisa dilakukan sebaliknya
tanpa perubahan besar kerja yang dilakukan atau kalor yang dipertukarkan.

Walaupun mesin-mesin kalor riel tidak dapat beroperasi pada sebuah siklus
yang terbalikkan, namun siklus carnot, yang merupakan siklus terbalikkan, member
informasi yang berguna mengenai sifat dari setiap mesin kalor. Siklus carnot
tersebut khususnya adalah penting karena, seperti yang akan kita lihat, siklus
tersebut menetapkan batas atas (upper limit) kepada daya guna mesin-mesin riel
dan dengan demikian memberikan kita ke akita untuk bekerjarah tujuan (Resnick,
1985).

1.2 Rumusan masalah


Adapun beberapa rumusan masalah dalam makalah ini, sebagai berikut :

1. Bagaimana sejarah terbentuk teoritis tentang mesin carnot?

2. Sebutkan isi teorema mesin carnot?

3. Jelaskan kelemahan mesin carnot?.

1.3 Tujuan

tujuan dari pembuatan makalah ini adalah untuk mengetahui sejarah


penemuan siklus carnot, menjelaskan kekurangan dari siklus carnot, dan
pengaplikasiannya dalam kehidupan sehari-hari.

1.4 Manfaat

Adapun manfaat dari pembuatan makalah ini adalah untuk menambah


pengetahuan dan memperluas wawasan serta eksperimennya dapat diaplikasikan
dalam kehidupan masyarakat.

BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Sejarah Siklus Carnot

Nicolas Leonard Sa’di Carnot di Paris Perancis pada


tanggal 1 juni tahun 1796. Ia adalah seorang fisikawan
perancis. Ayahnya adalah Lazare Carnot. Seorang
ilmuan, perwira, dan politikus. Nicolas Leonard Sa’di
Carnot dinamai seorang penyair asal persia Sa’di. Di
bawah bimbingan sang ayah Sadi Carnot mulai
menunjukkan bakat besarnya ia dikirim ke Lycee
Charlemagne di Paris guna. Mempersiapkan diri untuk
menghadapi ujian masuk Eciole Polytechnique, yang
terletak di paris. Umur 16 tahun usia yang minimum masuk Ecole, Carnot mulai
belajar di Ecole. Nama-nama terkenal seperti poisson, Ampere dan Arago adalah
beberapa gurunya. Disini Carnot menjadi satu kelas dengan chasles yang akan
menjadi teman akrab sepanjang hidupnya. Carnot lulus pada tahun 1814, tetapi
sebelum ia lulus ia menggalang gerakan mahasiswa menentang kebijakan
Napoleon. Setelah lulus, Carnot melanjutkan studi di Ecole du genie di Metz dan
selama dua tahun mempelajari rekayasa militer.
Tahun 1815 Napoleon pulang dari tempat penahanannya dan membentuk
pemerintah yang lazim disebut dengan peraturan seratus hari. Napoleon kembali
mengangkat Lazare(ayah Nicolas Carnot) menjadi menteri dalam negeri dan
menempatkan Sadi Carnot pada posisi yang sulit dalam akademi militer karena
posisi ayahnya relatif tinggi. Oktober 1815, Napoleon menderita kekalahan dan
Lazare melarikan diri ke Jerman dan tidak pernah lagi menginjakkan kakinya ke
bumi Perancis lagi.
Nicolas Carnot hidup terlunta-lunta, karir dalam bidang militer untuk Sadi
siring dengan mengungsinya sang ayahanda ke Jerman. Nasib Sadi makin tak jelas.
Pindah dari satu kota ke kota lain, mencari pekerjaan sesuai dengan bidangnya,
memeriksa persiapan dan peralatan di benteng-benteng, membuat gambar-gambar
dan menulis laporan tidak pernah diperolehnya. Nasibnya tidak membaik karna
semua surat rekomendasinya di anggap sebagai angin lalu belaka. Tidak puas
dengan situasi ini, Sadi memutuskan untuk memanfaatkan ilmu yang didapat dari
pelatihan dengan mendaftar, sebelum akhirnya diterima untuk bergabung dalam
Korps Staf umum yang berkedudukan di paris, termasuk di Sorbonne dan Perancis
collage. Nicolas Sadi Carnot meninggal dunia dalam usuia yang relatif muda, pada
usia 36 tahun karna menderita penyakit kolera.
2.2 Sejarah Penemuan Konsep

Nicolas Carnot menenemukan dan merumuskan hukum kedua


termodinamika dan memberikan model universal atas mesin panas, sebuah mesin
yang mengubah energi panas ke dalam bentuk energi lain misalnya energi kinetik
(sekarang bernama siklus carnot) atau bisa disebut mesin carnot. Mesin canot
adalah sebuah mesin kalor dengan cara memindahkan energi dari daerah yang lebih
panas ke daerah yang lebih dingin, dan dalam prosesnya mengubah sebagian energi
menjadi usaha mekanis. Penemuan ini berawal dari ketertarikan dari Nicolas Carnot
dengan mesin uap, pada saat Sadi menengok ayahnya pada tahun 1821 di
Magdeburg. Adiknya Hippolyte Carnot, tinggal bersama sang ayah. Pertemuan
ayah dengan anaknya ini, selain melepas rindu juga banyak berdiskusi tentang
mesin uap. Mesin uap dari revolusi industri Inggris mulai menjamur. Sepulang dari
reuni ini, sadi dengan penuh antusias berusaha mengembangkan teori tentang mesin
uap. Sesampainya di Paris, Sadi sudah fokus dengan cita-citanya yaitu memulai
dengan mengerjakan teori tentang kalor(panas) dan membantu menjabarkan teori
termodinamika modern. Apa yang ada di otak Sadi adalah bagaimana merancang
mesin uap dengan baik? Tenaga uap mempunyai banyak manfaat : Mengeringkan
air dalam pertambangan, mengangkat air dari sungai untuk irigasi, menggiling biji-
bijian, memintal benang tapi saat itu belum efesien. Jaman ini mesin-mesin uap
masih diimpor dari Inggris karena belum ada insinyur dan designer mesin Perancis
yang memahaminya. Mesin-mesin buatan Inggris sudah dilengkapi dengan
spesifiksi : Jenis/tipe mesin, mesin tekanan tinggi/rendah.

2.3 Pengembangan Konsep

Mesin Carnot adalah mesin kalor hipotesis yang beroprasi dalam suatu siklus
reversible yang disebut siklus Carnot. Model dasar mesin ini dirancang oleh Nicolas
Leonard Sadi Carnot, seorang insinyur militer perancis pada tahun 1824. Mesin
model Carnot kemudian dikembangkan secara grafis oleh Emile Clapeyron, dan
diuraikan secara matematis oleh Rudolf Clausiusdan Clapeyron. Setiap sistem
termodinamika berada dalam keadaan tertentu. Sebuah siklus termodinamika
terjadi ketika suatu sistem mengalami rangkaian keadaan-keadaan yang berbeda,
dan akhirnya kembali ke keadaan semula. Dalam melalui proses siklus ini, sistem
tersebut dapat melakukan usaha terhadap lingkungannya, sehingga disebut mesin
kalor.
Sebuah mesin kalor bekerja dengan memindahkan energi dari daerah yang
lebih panas ke daerah yang lebih dingin, dan dalam prosesnya mengubah sebagian
energi menjadi usaha mekanis. Sistem yang bekerja sebaliknya, dimana gaya
eksternal yang dikerjakan pada suatu mesin kalor dapat menyebabkan proses yang
memindahkan energi panas dari daerah yang lebih dingin ke energi panas.

2.4 Temodinamika

Aplikasi Thermodinamika

Prinsip dan metode thermodinamika digunakan oleh para insinyur untuk


merancang mesin-mesin pembakaran internal, pembangkit energi nuklir dan
konvensional, sistem pengondisi udara, sistem penggerak propulasi roket,
misil, pesawat terbang, kapal, mesin Carnot, sistem magnet dan listrik dan sistem
thermolistrik.
Hukum- Hukum Dasar Termodinamika
Terdapat empat Hukum dasar yang berlaku di dalam sistem termodinamika,
yaitu :
1. Hukum Awal (Zeroth Law) Termodinamika
Hukum ini menyatakan bahwa dua sistem dalam keadaan setimbang dengan
sistem ketiga, maka ketiganya dalam saling setimbang satu dengan lainnya. Hal
ini dikarenakan kalor yang terdapat pada sistem berupa partikel yang
bervibrasi, partikel tersebut berpindah dan mengalirkan energinya ke partikel
disebelahnya.
2. Hukum Pertama Termodinamika
Hukum ini terkait dengan kekekalan energi. Hukum ini menyatakan perubahan
energi dalam dari suatu sistem termodinamika tertutup sama dengan total dari
jumlah energi kalor yang disuplai ke dalam sistem dan kerja yang dilakukan
terhadap sistem.
Aliran kalor / kerja (usaha) yang dialami oleh suatu sistem dapat menyebabkan
sistem tersebut memperoleh atau kehilangan energi, tetap secara keseluruhan
energi itu tidak ada yang hilang, energi tersebut hanya mengalami perubahan.
Hukum I Thermodinamika:
Untuk setiap proses , apabila kalor Q diberikan kepada sistem dan sistem
melakukan usaha W, maka selisih energi, Q – W, sama dengan pebahan energi
dalam ∆U dari system.
3. Hukum kedua Termodinamika
Hukum kedua thermodinamika membatasi perubahan energi mana yang
dapat berlangsung dan perubahan energi mana yang tidak dapat berlangsung.
Pembatasan ini dapat dinyatakan dengan berbagai cara, yaitu:
1. Rudolf Clasius (1822-1888) menyatakan rumusan Clasius tentang hukum II
thermodinamika dengan pernyataan aliran kalor.
Kalor mengalir secara spontan dari benda bersuhu tinggi ke benda bersuhu
rendah dan tidak mengalir secara spontan dalam arah kebalikannya.
2. Hukum II thermodinamika dinyatakan dalam entropi:
Total entropi jagad raya tidak berubah ketika proses reversible terjadi dan
bertambah ketika proses ireversibel terjadi.
3. Kelvin dan Planck menyatakan rumusan yang setara sehingga dikenal rumusan
Kelvin-Planck tentang hukum thermodinamika tentang mesin kalor.
Tidak mungkin membuat suatu mesin kalor yang bekerja dalam suatu siklus
yang semata-mata menyerap kalor dari sebuuah reservoir dan mengubah
seluruhnya menjadi usaha luar.
4. Hukum ketiga Termodinamika
Hukum ketiga termodinamika terkait dengan temperatur nol absolut.
Hukum ini menyatakan bahwa pada saat suatu sistem mencapai temperatur nol
absolut, semua proses akan berhenti dan entropi sistem akan mendekati nilai
minimum. Hukum ini juga menyatakan bahwa entropi benda berstruktur kristal
sempurna pada temperatur nol absolut bernilai nol.

2.5 Mesin kalor

Mesin Kalor didefinisikan sebagai alat yang mengubah kalor menjadi energi
mekanis atau lebih tepat suatu sistem yang bekerja secara terus menerus dan hanya
kalor dan usaha yang dapat melalui permukaan batasnya.
Beberapa contoh mesin kalor adalah Mesin Carnot, mesin Brayton, mesin Otto,
mesin Rankine, dan mesin diesel. Pada mesin kalor selalu terdapat dua buah tandon.
Tandon yang memberikan kalor besar disebut tandon kalor. Sedang tandon lainnya
disebut tandon dingin. Tandon dingin ini berfungsi untuk menyerap kalor dalam
jumlah yang besar tanpa terjadi perubahan panas yang berarti.
Perubahan energi dalam mesin kalor secara skematis diberikan pada gambar
diatas. Lingkaran menggabarkan mesinnya sendiri. Kalor QP yang diberikan kepada
mesin oleh tandon kalor adalah sebanding dengan luas penampang pipa. Kalor QD
yang terbuang melalui saluran pembuangan ke tandon dingin berbanding lurus
dengan lua penampang pipa keluar. Sebagian kalor diubah menjadi kerja mekanis
W yang dilukiskan pada pipa cabang kekanan. Jadi QP adalah kalor yang diserap
oleh mesin dan QD adalah kalor yang dibuang oleh mesin per siklus. Kalor neto
yang diserap adalah:
Ket :
Q : Jumlah kalor (J)
Q = Qp – QD
Qp : Kalor terima (J)
QD : Kalor lepas (J)

Kalor yang diserap dari tandon biasanya diperoleh dari pembakaran bahan bakar.
Dengan menggunakan hukum pertama untuk satu siklus lengkap dan dengan
dengan mengingat tidak ada perubahan neto energi dalam, kita peroleh:
Ket :
W : Usaha (N)
W = Q P – QD

(Siklus Daya)

Siklus yang menghasilkan kerja neto yang dipindahkan ke lingkungan pada setiap
siklus disebut siklus daya.
Nilai dari efisiensi tidak pernah lebih besar 1 (100%). Pada mesin aktual, nilai
efisiensi selalu kurang dari satu. Hal ini menunjukkan bahwa tidak semua kalor
yang diserap diubah menjadi kerja.
2.6 Siklus Carnot
Siklus Carnot adalah proses termodinamika yang dialami oleh zat kerja
(working substance) pada mesin Carnot. Siklus ini terdiri atas dua proses isotermal
dan dua proses adiabatik. Pada proses isotermal pertama yang terjadi pada
temperatur lebih tinggi, zat mengalami ekspansi dan menyarap kalor. Proses
isotermal kedua, yang terjadi pada temperatur rendah, zat mengalami kompresi dan
melepas kalor. Garis isotermal pertama dan kedua dihubungkan oleh dua proses
adiabatik. Adiabatik pertama zat mengalami ekspansi, sedangkan adiabatik kedua
zat mengalami kompresi.

Siklus Carnot terdiri dari empat tahapan proses, sebagai berikut:

Proses 1 : Ekspansi isotermal reversible, reversible, dimana working substance


berkurang tem Proses Isothermal pertama pada siklus carnot ini terjadi
pada temperatur tinggi, zat akan mengalami ekspansi dan penyerapan
kalor. Dimana kalor Q1 diserap dari reservoir kalor ( tempat kalor ) pada
temperatur T1 dan sistem bekerja. Reservoir dengan suhu yang tinggi
akan menyentuh dasar silinder dan jumlah beban di atas piston
berkurang. Temperatur sistem tetap, namun volume sistem bertambah
selama proses berlangsung
Proses 2 : Proses Adiabatik pertama ini terjadi zat akan mengalami ekspansi
Dimana zat akan mengalami penurunan temperatur dari T1 menjadi T2
dan sistem bekerja. Tidak ada kalor yang keluar atau masuk ke dalam
sistem saat proses berlangsung. Tekanan gas diturunkan dengan cara
mengurangi beban yang ada di atas piston. Temperatur sistem akan
turun dan volumenya bertambah.
Proses 3 : Kompersi isothermal reversible, dimana working substance
melepaskan kalor Q₂ ke reservoil dingin dengan temperatur T₂ dan kerja
dikenakan terhadap sistem. Proses Isothermal kedua ini terjadi pada
temperatur rendah, zat akan mengalami kompresi dan kalor akan
dilepaskan. Dimana zat melepaskan kalor Q2 ke reservoir dingin dengan
temperatur T2 dan sistem dikenai kerja. reservoir dengan suhu 200 K
menyentuh dasar silinder dan jumlah beban di atas piston bertambah.
Tekanan pada sistem meningkat, temperaturnya konstan, dan volume
sistem menurun. Dari keadaan 3 ke keadaan 4, sejumlah kalor (Q2)
dipindahkan dari gas ke reservoir suhu rendah untuk menjaga temperatur
sistem agar tetap.
Proses 4 : Kompresi adiabatic reversible, dimana working substance dikembalikan
ke keadaan awal (semula), temperatur sistem berubah dari T₂ menjadi
T₁ dan kerja dikenakan terhadap sistem. Dimana zat akan dikembalikan
ke keadaan semula, temperatur sistem akan berubah dari T2 menjadi T1
dan sistem dikenai kerja. Jumlah beban di atas piston bertambah. Tidak
ada kalor yang keluar atau masuk ke dalam sistem selama proses
berlangsung, tekanan sistem meningkat, dan volumenya berkurang.

Keempat proses di atas dilukiskan dalam bentuk diagram P versus V, seperti di


bawah ini :

Gambar 1. Grafik siklus carnot

Karena sistem dikembalikan ke keadaan semula, maka perubahan besaran


keadaan (besaran termodinamika) seperti energi dalam maupun entalpi sistem
proses adalah nol. Dengan menggunakan hukum I termodinamika dapat dihitung
kalor dan kerja pada masing-masing tahap proses di atas.
Misalnya substansi melakukan kerja aadaalah suatu gas ideal.

Proses Ekspaansi Isotermal Reversible


Ket :
n : Jumlah mol zat
R : Tetapan umum gas (8,31
J/molK)
T : Suhu (Kelvin)
V1 : Volume Awal (Liter)
V2 : Volume Akhir (Liter)

Proses Ekspansi Adiabatik Reversibel


Ket :
CV : Kapasitas kalor (J/K)
T1 : Suhu awal (Kelvin)
T2 : Suhu akhir (Kelvin)

Proses Kompresi Isotermal Reversible


Dengan menggunakan penjalasan yang mirip dengan proses ekspansi isotermal
reversible, maka diperoleh kerja pada proses ini adalah :

Proses Kompresi Adiabatik Reversible


Dengan menggunakan penjelasan yang mirip dengan proses ekspansi
adiabatik reversible. Maka diperoleh kerja untuk proses ini adalah :

W4 = Cv (T1 – T2)

Dimana T1 > T2
Total kerja, W yang dilakukan oleh mesin carnot dalam satu siklus adalah:

Q₂ berharga negatif kaarena V₄.

Sesuai dengan fakta bahwa kalor ini dilepaskan oleh sistem. Dengan demikian,
Kerja yang dilakukan oleh mesin adalah selisih antara kalor yang diserap, Q₁ dengan
kalor yang dilepaskan Q₂.

Efesiensi mesin carnot, e adalah perbandingan antara kerja yang dilakukan


mesin dengan kalor yang diserap,Q₁.

Sejumlah kalor Q₁ diserap dari reservoil kalor yang temperaturnya T₁,


sejumlah kalor Q₂ di lepaskan ke reservoil kalor yang temperaturnya T₂ dan kerja
dilakukan oleh sistem, demikian seterusnya. Kalor yang ditransfer tergantung pada
beda temperatur antara dua reservoil tersebut. Temperatur reservoil ini disebut
temperatur termodinamika T. Karena Q₂/Q₁ sebanding dengan termodinamika dari
reservoil, maka efesiensi mesin carnot dapat dinyatakan sebagai berikut :
e = Efisiensi mesin

Dari hasil yang diperolehnya, Carnot menyampaikan hasil teoremanya bahwa


tidak ada mesin kalor yang bekerja antara dua reservoil kalor mempunyai efesiensi
lebih besar dari mesin Carnot(ideal) yang bekerja pada dua reservoil kalor yang
sama. Teorema diatas menunjukkan bahwa mesin kalor yang irrevesible
mempunyai efesiensi lebih rendah dari mesin yang reversible.

Simpulan dari rumusan efesiensi mesin Carnot :


 Semua mesin Carnot yang bekerja pada dua reservoir yang sama mempunyai
efesiensi yang sama.
 Efesiensi mesin kalor tidak tergantung pada jenis material(working subtance) yang
digunakan.
 Temperatur termodinamika tidak tergantung pada jenis material(working
substance).

2.7 Aplikasi Konsep

Temuan dari hasil pemikiran Carnot diaplikasikan dalam berbagai bidang yang
kemudian digunakan secara luas sampai saat ini diantaranya :
 Pesawat pendingin misalnya : kulkas, air conditioner(AC) yang menggunakan daur
kalor yang menghasilkan kerja terhadap zat.
 Motor bakar misalnya : mesin mobil, generator listrik.

Gambar 1
Gambar 2

2.8 Kelemahan Mesin carnot:

 Terjadinya tekanan yang sangat tinggi dan volume yang sangat besar karena
kenaikan tekanan
 terjadi pada saat proses pelepasan panas.
 Proses pindah panas dengan menggunakan gas yaitu sebuah media yang
mempunyai kapasitas
 Panas tertentu dan terbatas.

BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Adapun beberapa kesimpulan yang ditarik dlam makalah ini, berikut sebagai
berikut :

1. Menjelaskan siklus Carnot yang terjadi antara suhu TL dan TH, kita anggap
bahwa zat kerjanya adalah gas ideal yang tersimpan dalam sebuah silinder
dengan piston yang dapat digerakkan pada salah satu ujungnya. Dinding
silinder dan piston tidak mengalami konduksi termal.
2. Persamaan eC dapat diterapkan pada zat kerja dalam suatu siklus Carnot
diantara dua reservoir energi. Menurut persamaan ini, efiensinya adalah nol
jika TL = TH, seperti yang telah kita perkirakan. Efisiensinya meningkat
saat TL diturunkan dan saat TH dinaikkan.
3. Efiensinya adalah nol jika TL = TH, maka Efisiensinya meningkat saat TL
diturunkan walaupun TH dinaikkan. Meskipun demikian, efisiensinya dapat
mencapai suhu (100%) hanya jika TL= 0 K.

DAFTAR PUSTAKA

Castka, Joseph F.; Metcalfe, H. Clark; Davis, Raymond E.; Williams, John E.
(2002). Modern Chemistry. Holt, Rinehart and Winston

Maron, Samuel H, and Lando, J.B. Fundamentals oh Physical Chemistry. New


York : Macmillan publishing co.inc.

Mascetta, Joseph A. (1998). How to Prepare for the SAT II Chemistry. Barron's.
http://www.chem-is-try.org/materi_kimia/kimia_dasar/gas1/gas-ideal-dan-gas-
nyata/

http://www.ilmukimia.org/2012/11/gas-ideal-dan-gas-nyata.html

http://data-smaku.blogspot.com/2012/12/contoh-soal-dan-pembahasan-tentang-
gas.html

Anda mungkin juga menyukai