Anda di halaman 1dari 15

ENTROPI

Disusun Guna Memenuhi Mata Kuliah Thermodinamika


Dosen Pengampu : Prof. Dr. Nurdin Bukit, M.Si
Muhammad Aswin Rangkuti, M.Si

OLEH:

KELOMPOK X

MELVI YULIDA RIZKI (4151121039)

NANA TRIANA (4151121043)

NOVANTRY SEVENTINA SINAGA (4152121047)

JURUSAN PENDIDIKAN FISIKA

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

UNIVERSITAS NEGERI MEDAN

2016/2017

i
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, yang atas
rahmat-Nya maka penulis dapat menyelesaikan penyusunan makalah yang
berjudul “Entropi”. Penulisan makalah ini merupakan salah satu tugas dan
persyaratan untuk menyelesaikan tugas mata kuliah Termodinamika.

Dalam Penulisan makalah ini kami merasa masih banyak kekurangan –


kekurangan baik pada teknis penulisan maupun materi, mengingat akan
kemampuan yang kami miliki. Untuk itu kritik dan saran dari semua pihak sangat
kami harapkan demi penyempurnaan pembuatan makalah ini.

“Tidak ada gading yang tak retak”, demikian pula dengan makalah ini.
Oleh karena itu, saya sangat mengharapkan setiap kritik dan saran yang bersifat
membangun, yang dapat memperbaiki dan menyempurnakan makalah ini.

Medan, Oktober 2016


Penyusun

Kelompok 10

i
Daftar Isi

Kata Pengantar.................................................................................................... i
Daftar Isi.............................................................................................................. ii
Bab 1 Pendahuluan
1.1 Latar Belakang............................................................................... 1
1.2 Tujuan Penulisan............................................................................ 2
1.3 Rumusan Masalah.......................................................................... 2
Bab II Pembahasan
2.1 Pengertian Entropi......................................................................... 3
2.2 Hukum II Termodinamika dan Entropi.......................................... 5
2.3 Entropi pada Proses Reversible dan Proses Irreversible............... 6
2.4 Entropi untuk Gas Ideal dengan Kalor Spesifik Konstan............... 8
2.5 Asas Kenaikkan Entrop.................................................................. 10

Bab III Penutup


3.1 Kesimpulan.................................................................................... 11
Daftar Pustaka..................................................................................................... 12

ii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

     Kata energi, telah dikenal bahkan sebelum mulai dipergunakan dalam


pelajaran awal mengenai sains. Hal ini sangat membantu dalam mempelajari
energi dalam termodinamika teknik. Analisi sistem berdasarkan hukum kedua
termodinamika dapat dengan mudah dilakukan dengan sifat entropi. Konsep
energi dan entropi merupakan konsep yang abstrak. Namun, tidak seperti energi,
kata entropi jarang didengar dalam percakapan sehari-hari, apalagi melakukan
analisis entropi secara kualitatif. Energi dan entropi memegang peranan penting
dalam pembahasan-pembahasan berikutnya.

      Konsep entropi mula-mula diperkenalkan dalam fisika teori oleh R.J.


Clausius dalam pertengahan abad kesembilan belas. Sampai pada saat itu terdapat
banyak hal yang membingungkan mengenai hubungan antara kalor dan kerja serta
perannya dalam operasi mesin kalor. Insinyur Perancis yang terkenal, Carnot,
Petit, Clement, dan Desormes hanya memiliki sedikit pengetahuan mengenai
hukum pertama termodinamika. Carnot percaya bahwa keluaran kerja suatu mesin
adalah akibat dari sejumlah kalor yang meninggalkan tandon panas dan sejumlah
kalor yang sama masuk ke tandon dingin.

     Petit dan Clement menghitung efisiensi mesin kalor dengan menghitung


kerja yang dilakukan hanya dalam langkah daya tanpa meninjau keseluruhan daur
yang menurut Carnot harus dilakukan. Menurut Medoza, ‘Dalam tangan
Clapeyron, Kelvin, dan Clausius, termodinamika mulai menemukan jalan maju
hanya jika dipisahkan dari perancangan mesin’. Clausius membuktikan adanya
fungsi entropi dengan mula-mula menurunkan teoremanya. Penurunan teorema
Clausius, sifat mesin Carnot yang merupakan landasan teorema itu, dan
penurunan Clausius mengenai keberadaan fungsi entropi dalam setiap seginya,
setara dengan cara umum Caratheodory.

1
      Satu-satunya keunggulan pendekatan Caratheodory ialah dalam
pemusatan perhatian pada sistem, koordinatnya, keadaannya, dan seterusnya
sedangkan hal ini tak teramati dalam pendekatan teknik.

1.2. Rumusan Masalah
Adapun masalah yang akan dibahas pada makalah ini yaitu:
1. Bagaimana fungsi keadaan entropi dan teorema clausius ?
2. Bagaimana entropi pada gas ideal ?
3. Bagaimana perubahan entropi pada proses reversible dan irreversible ?
4. Bagaimana azas entropi dan pemakaiannya ?

1.3. Tujuan
Adapun tujuan dalam makalah ini yaitu:
1) Mengetahui fungsi keadaan entropi dan teorema clausius
2) Mengetahui entropi pada gas ideal
3) Mengetahui perubahan entropi pada proses reversible dan irreversible
4) Mengetahui azas entropi dan pemakaiannya

2
BAB II
PEMBAHASAN

      2.1. Pengertian Entropi

     Entropi adalah ukuran banyaknya energi atau kalor yang tidak dapat
diubah menjadi usaha. Besarnya entropi suatu sistem yang mengalami proses
reversibel sama dengan kalor yang diserap sistem dan lingkungannya dibagi suhu
mutlak sistem tersebut (T).  Entropi adalah fungsi keadaan, nilainya pada suatu
keadaan setimbang dapat dinyatakan dalam variabel-variabel yang menentukan
keadaan sistem. Asas kenaikan entropi dapat dinyatakan bahwa entropi selalu
naik pada tiap proses ireversibel. Karena itu dapat dikatakan bahwa entropi dari
suatu sistem terisolasi sempurna selalu naik tiap proses ireversibel.

Dalam proses adiabatik, d’Q = 0, dan dalam proses adaibatik ireversibel


d’Qr = 0. Oleh karena itu dalam proses adibatik reversibel, ds = 0 atau ini berarti
bahwa entropi S tetap. Proses demikian ini disebut pula sebagai proses
insentropik. Jadi:

d’Qr = 0 dan dS = 0

Dalam proses isotermal reversibel, suhu T tetap, sehingga perubahan entropi

Untuk melaksanakan proses semacam ini maka sistem dihubungkan


dengan sebuah reservoir yang suhunya berbeda. Jika arus panas mengalir masuk
kedalam sistem, maka Qr positif dan entropi sistem naik. Jika arus panas keluar
dari sistem Qr negatif dan entropi sistem turun.

Contoh proses isotermal reversibel ialah perubahan fase pada tekanan


tetap. Arus panas yang masuk kedalam sistem per satuan massa atau per mol sama
dengan panas transformasi 1, sehingga perubahan entropi jenisnya.

 Jika dalam suatu proses terdapat arus panas antara sistem dengan
lingkungannya secara reversibel, maka pada hakekatnya suhu sistem dan suhu
lingkungan adalah sama. Besar arus panas ini yang masuk kedalam sistem atau

3
yang masuk kedalam lingkungan disetiap titik adalah sama, tetapi harus diberi
tanda yang berlawanan. Karena itu perubahan entropi lingkungan sama besar tapi
berlawanan tanda dengan perubahan entropi sistem dan jumlahnya menjadi nol.
Sebab sistem bersama dengan lingkungannya membentuk dunia, maka boleh
dikatakn bahwa entropi dunia adalah tetap. Hendaknya diingat bahwa pernyataan
ini berlaku untuk proses reversibel saja.

Keadaan akhir proses irreversibel itu dapat dicapai dengan ekspansi


reversibel. Dalam ekspansi semacam ini usaha luar haus dilakukan. Karena tenaga
dakhil sistem tetap, maka harus ada arus panas yang mengalir kedalam sistem
yang sama besarnya dengan usaha luar tersebut. Entropi dalam gas dal proses
reversibel ini naik dan kenaikan ini sama dengan kenaikan dalam proses
sebenarnya yang irreversibel, yaitu ekspansi bebas.

Entropi merupakan fungsi keadaan dari sistem atau ukuran dari


ketidakteraturan dan keteraturan dari sistem. Entropi dapat juga dikatakan sebagai
suatu ukuran banyaknya energi atau kalor yang tidak dapat diubah menjadi usaha.
Jika suatu sistem pada suhu T mengalami proses reversible dengan menyerap
kalor Q maka kenaikan entropi sistem ditulis dengan persamaan.

4
     Entropi merupakan fungsi keadaan sehingga sama seperti energi dalam,
perubahan entropi dari proses yang berlangsung pada sistem tidak bergantung
pada lintasan tetapi tergantung pada keadaan awak dan akhirnya saja. Akibatnya
untuk suatu proses siklus, perubahan entropi sama dengan nol (DS=0).

    2.2. Hukum II Termodinamika dan Entropi

     Pada Hukum I Termodinamika hanya diungkapkan mengenai Hukum


Kekekalan Energi, tetapi tidak dijelaskan mengenai pembatasan aliran energi.
Dari Hukum I Termodinamika, Anda telah mengetahui bahwa panas (kalor) dapat
diubah menjadi kerja (usaha), dan sebaliknya. Namun, pada kenyataannya kerja
mekanik dapat diubah seluruhnya menjadi panas, tetapi sebaliknya panas tidak
seluruhnya diubah menjadi kerja mekanik pada suatu proses (siklus).

     Salah satu versi dari hukum II Termodinamika adalah pernyataan yang


diucapkan Calusius."Panas akan mengalir dari benda yang suhunya lebih tinggi
ke benda yang suhunya lebih rendah (panas tidak mungkin mengalir secara
spontan dari benda yang suhunya rendah ke benda yang suhunya tinggi).”

        Menurut pernyataan di atas hanya peristiwa yang disertai perpindahan


panas dari benda panas ke benda dinginlah yang mungkin terjadi, bukan
sebaliknya. Versi lain dari hukum Termodinamika II adalah versi Carnot yang
mengatakan: "Tidak ada mesin yang dapat mengubah seluruh panas yang
diterimanya menjadi kerja." Pernyataan diatas menekankan bahwa bagaimanapun
hebatnya membuat mesin, tidak mungkin ada peristiwa dimana suatu proses
mengubah seluruh panas yang diterima menjadi kerja yang efisiensinya 100%

     Menurut Kelvin-Planck, Hukum II Termodinamika tentang mesin


kalor mengatakan bahwa. "tidak mungkin membuat suatu mesin kalor yang
bekerja dalam suatu siklus yang semata-mata menyerap kalor dari sebuah
reservoir dan mengubah seluruhnya menjadi usaha luar." 

5
       Disamping versi Clausius, Carnot, Kelvin-Planck ada lagi versi lain
hukum II Termodinamika. Versi ini berlaku secara umum dan berbunyi: "Semua
proses yang terjadi secara spontan di alam ini cenderung membawa alam ini
semakin tidak teratur (semakin kacau) atau paling tidak sama dengan keadaan
semula". Menurut versi ini, suatu peristiwa hanya bisa terjadi jika peristiwa ini
menyebabkan alam semakin tidak teratur atau paling tidak keadaannya sama
dengan keadaan sebelum peristiwa itu terjadi.

    2.3. Entropi pada Proses Reversible dan Proses Irreversible.

      Menurut hukum kedua termodinamika “entropi (S) adalah fungsi


keadaan. Pada proses reversible entropi alam semesta tetap, pada proses
irreversible entropi alam semesta bertambah”. Entropi total (sistem dan
lingkungan) untuk proses yang berlangsung spontan selalu meningkat.

6
Dengan kata lain, pada proses spontan entropi semesta meningkat, atau
dengan dan adalah perubahan entropi sistem dan perubahan entropi lingkugan.
 Jika positif (>;0), maka perubahan entropi semesta meningkat dan proses
berlangsung spontan.Untuk dapat meramalkan bahwa proses itu berlangsung
secara spontan atau tidak harus diketahui nilai 

 Jika negatif (<; 0), maka proses tidak spontan. 

 Jika nol (=0), maka perubahan entorpi semesta mencapai nilai maksimum
dan proses berada dalam keadaan kesetimbangan atau reversible.

a.    Proses Reversible (=0)


Proses reversible adalah proses yang selalu mendekati keadaan
kesetimbangan termodinamika antara sistem itu sendiri dengan
lingkungannya. Boleh dikatakan bahwa kebanyakan proses alamiah yang terjadi
di alam semesta ini merupakan proses yang tidak dapat dibalik. Proses yang dapat
dibalik hanya ada dalam teori saja.
Proses reversible dapat terjadi dengan persyaratan yang sangat khusus yaitu:
 Selama proses tidak ada gesekan 

 Proses dapat dibalik.

 Jika terjadi perpindahan panas maka perpindahan ini hanya diakibatkan


oleh perubahan suhu sedikit demi sedikit.  

 Tidak terjadi percampuran

 Tidak terjadi gejolak/turbulensi

 Tidak terjadi pembakaran 

b. Proses Irreversible (>0)


Suatu proses dikatakan irreversible, jika keadaan mula-mula dari sistem tidak
dapat dikembalikan tanpa menimbulkan perubahan keadaan pada sistem
lain. proses irreversible terjadi pada semua proses yang nyata (seperti,
pembakaran lilin menjadi cahaya). Proses termodinamik yang berlangsung secara
alami seluruhnya adalah proses irreversible.

7
Proses tersebutnya adalah proses yang berlangsung secara spontan pada satu
arah tetapi tidak pada arah sebaliknya.           

Keadaan akhir proses irreversible itu dapat dicapai dengan ekspansi


reversible. Dalam ekspansi semacam ini usaha luar harus dilakukan. Karena
tenaga Dakhil sistem tetap, maka harus ada arus panas yang mengalir kedalam
sistem yang sama besarnya dengan usaha luar tersebut. Entropi dalam gas
reversible ini naik dan kenaikan ini sama dengan kenaikan dalam proses
sebenarnya yang ireversible, yaitu ekspansi bebas.

2.4 Entropi untuk Gas Ideal dengan Kalor Spesifik Konstan

Dengan mengsumsikan gas ideal, T dS – P dV = dU menjadi

 ds = du/T + P dv/T = Cv dT/T + R dv/v

di mana telah menggunakan

du = Cv dT            Pv = RT

ds = du/T + P dv/T = Cv dT/T + R dv/v  diintegrasikan, dengan mengasumsikan


kalor spesifik konstan, untuk memberikan

s2 – s1 = Cv ln T2/T1 + R ln v2/v1

demikian juga,  T ds = dh – v dP  disusun ulang dan diintegrasikan untuk


memberikan

s2 – s1 = CP ln T2/T1 + R ln P2/P1

Perhatikan lagi bahwa persamaan – persmaan di atas dikembangkan dengan


mengasumsikan proses reversibel; akan tetapi, persamaan – persamaan tersebut
menghubungkan perubahan entropi dengan properti – properti termodinamika
lainnya di awal dan di akhir proses. Karena perubahan suatu properti independen
dari proses yang digunakan untuk bergerak dari satu keadaan ke keadaan lainnya,
hubungan – hubungan di atas berlaku untuk proses manapun, reversibel maupun

8
ireversibel, dengan syarat bahwa zat kerjanya dapat diaproksimasikan oleh gas
ideal dengan kalor – kalor spesifik konstan.

Jika perubahan entropi adalah nol, artinya proses isentropik, s2 – s1 = Cv ln
T2/T1 + R ln v2/v1 dan s2 – s1 = CP ln T2/T1 + R ln P2/P1 dapat digunakan
untuk memperoleh 

Kedua persamaan ini digabungkan untuk memberikan 

Contoh:

Setelah proses pembakaran dalam sebuah silinder, tekanan adalah 1200 kPa dan
temperatur 350oC. Gas – gas terekspansi ke 140 kPa dengan proses adiabatik
reversibel. Hitunglah besarnya usaha yang dilakukan oleh gas – gas dengan
mengasumsikan bahwa gas – gas tersebut dapat diaproksimasikan sebagai udara
dengan kalor spesifik konstan.

Penyelesaian:

Hukum pertama dapat digunakan dengan perpindahan kalor nol, untuk


memberikan w = ∆u = Cv (T2 – T1). Temperatur T2 diperoleh dari rumus berikut
sebesar

Ini memungkinkan kita untuk menghitung usaha spesifik  w = Cv(T1 – T2) =


(0,717)(623 – 337) = 205 kJ/kg.

9
2.5 Asas Kenaikkan  Entropi

Hukum keseimbangan / kenaikan entropi menyatakan bahwa “Panas tidak


bisa mengalir dari material yang dingin ke yang lebih panas secara spontan”.
Entropi adalah tingkat keacakan energi. Jika satu ujung material panas, dan ujung
satunya dingin, dikatakan tidak acak, karena ada konsentrasi energi. Dikatakan
entropinya rendah. Setelah rata menjadi hangat, dikatakan entropinya naik.
Dalam pembahasan proses-proses ireversibel dalam pasal terdahulu,
didapatkan bahwa entropi dunia (unuiverse) selalu naik. Hal ini juga benar untuk
semua proses ireversibel yang sudah dapat dianalisa. Kesimpulan ini dikenal
sebagai asas kenaikan entropi dan dianggap sebagai bagian dari hukum kedua
termodinamika. Asas ini dapat dirumuskan sebagai berikut.
“Entropi dunia selalu naik  pada setiap proses ireversibel”

Jika semua sistem yang berinteraksi di dalam suatu proses di lingkungi


dengan bidang adiabatik yang tegar, maka semua itu membentuk sistem yang
terisolasi sempurna dan membentuk dunianya sendiri. Karena itu dapat dikatakan
bahwa entropi dari suatu sistem yang terisolasi sempurna selalu naik dalam proes
ireversibel yang terjdai dalam sistem itu. Sementara itu entropi tetap tidak berubah
dalam sistem yang terisolasi jika sistem itu mengalami proses reversibel.

10
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
1. Entropi adalah ukuran banyaknya energi atau kalor yang tidak dapat diubah
menjadi usaha.
2. Pada proses spontan entropi semesta meningkat, atau dengan dan adalah
perubahan entropi sistem dan perubahan entropi lingkugan.
o Jika positif (>;0), maka perubahan entropi semesta meningkat dan
proses berlangsung spontan.Untuk dapat meramalkan bahwa
proses itu berlangsung secara spontan atau tidak harus diketahui
nilai 
o Jika negatif (<; 0), maka proses tidak spontan. 

o Jika nol (=0), maka perubahan entorpi semesta mencapai nilai


maksimum dan proses berada dalam keadaan kesetimbangan atau
reversible.
3. Proses Reversible (=0) : Proses reversible adalah proses yang selalu
mendekatikeadaan kesetimbangan termodinamika antara sistem itu sendiri
dengan lingkungannya. Boleh dikatakan bahwa kebanyakan proses alamiah
yang terjadi di alam semesta ini merupakan proses yang tidak dapat dibalik.
Proses yang dapat dibalik hanya ada dalam teori saja.
4. Proses Irreversible (>0) : Suatu proses dikatakan irreversible, jika keadaan
mula-mula dari sistem tidak dapat dikembalikan tanpa menimbulkan
perubahan keadaan pada sistem lain. proses irreversible terjadi pada semua
proses yang nyata (seperti, pembakaran lilin menjadi cahaya). Proses
termodinamik yang berlangsung secara alami seluruhnya adalah proses
irreversible. Proses tersebutnya adalah proses yang berlangsung secara
spontan pada satu arah tetapi tidak pada arah sebaliknya.           
5. Hukum keseimbangan / kenaikan entropi menyatakan bahwa “Panas tidak
bisa mengalir dari material yang dingin ke yang lebih panas secara spontan

11
Daftar Pustaka
  
Bueche, Frederick J. 1992. Fisika teori dan soal-soal. Penerbit Erlangga: Jakarta

Saad,Michel A, 2000, Termodinamika Prinsip dan Aplikasi. PABELA: Surakarta

Zemansky, Mark W,1982. Kalor dan Termodinamika.Penerbit ITB: Bandung

http://www.cuacajateng.com/hukumpertamathermodinamika.html diakses pada 25


oktober 2016 pukul 20.00

12

Anda mungkin juga menyukai