Anda di halaman 1dari 16

HUKUM II TERMODINAMIKA

Dosen Mata Kuliah:

Prof. Dr. Makmur Sirait, M. Si

DISUSUN OLEH :

Kelompok 6
Ari Andani 4223240021
Dina Yulpiani 4223240006
Nur Habibah 4223240007
Lince Hartanti Sihombing 4223240027
Vebri Filiandi 4222540008

PROGRAM STUDI S-1 FISIKA

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

UNIVERSITAS NEGERI MEDAN

2023
KATA PENGANTAR

Puji syukur senantiasa kita panjatkan ke hadirat Tuhan yang maha Esa, yang
berkuasa atas seluruh alam semesta, karena berkat rahmat, taufik serta hidayah-Nya
jugalah maka makalah untuk mata kuliah termodinamika ini dapat diselesaikan tepat
pada waktunya.
Kami menyadari bahwa dalam penyusunan makalah ini tidak terlepas dari
kesalahan dan sangat jauh dari sempurna. Oleh sebab itu, kami sangat mengharapkan
kritik dan saran yang sifatnya membangun demi sempurnanya laporan ini.
Kami berharap semoga laporan ini dapat digunakan sebagaimana mestinya dan
bisa memberikan manfaat bagi kita semua. Semoga Tuhan yang maha Esa mencurahkan
rahmat dan karunia-Nya kepada kita semua.

Medan, 14 November 2023


Penulis

Kelompok 6
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ...................................................................................................... 2


BAB I................................................................................................................................ 4
PENDAHULUAN ............................................................................................................ 4
1.1 Latar Belakang ................................................................................................... 4
1.2 Rumusan Masalah .............................................................................................. 5
1.3 Tujuan ................................................................................................................ 5
1.4 Manfaat .............................................................................................................. 5
BAB II .............................................................................................................................. 7
PEMBAHASAN............................................................................................................... 7
2.1 Defenisi Hukum II Termodinamika ....................................................................... 7
2.2 Asas Kenaikan Entropi ........................................................................................... 8
2.3 Statement Clausius ................................................................................................. 9
2.4 Statement Kelvin-Planck ...................................................................................... 10
2.5 Penerapan Hukum II Termodinamika .................................................................. 11
2.6 Contoh Soal .......................................................................................................... 12
BAB III ........................................................................................................................... 15
PENUTUP ...................................................................................................................... 15
3.1 Kesimpulan ........................................................................................................... 15
3.2 Saran ..................................................................................................................... 15
DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................................... 16
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Termodinamika Kedua merentang sepanjang sejarah perkembangan ilmu


pengetahuan, khususnya pada abad ke-19. Pada masa itu, revolusi industri memicu
kebutuhan akan pemahaman yang lebih baik terhadap konversi energi dalam mesin-
mesin uap yang digunakan dalam proses industri. Mesin-mesin tersebut tidak dapat
mencapai efisiensi yang diinginkan, mendorong para ilmuwan untuk menyelidiki dasar-
dasar termodinamika. Rudolf Clausius menjadi tokoh sentral dalam merumuskan
hukum-hukum termodinamika kedua. Konsep entropi yang diperkenalkannya menjadi
kunci dalam menjelaskan mengapa suatu proses dapat atau tidak dapat terjadi secara
alami. Pemikiran ini mengubah paradigma pemahaman kita tentang perubahan energi
dalam sistem.

Selanjutnya, pemahaman bahwa tidak mungkin ada mesin kalor yang sempurna atau
menciptakan energi dari ketiadaan memberikan dasar untuk hukum-hukum
termodinamika kedua. Pemahaman ini bukan hanya mengenai batasan teknologi, tetapi
juga mengungkap prinsip-prinsip mendasar tentang arah waktu dalam proses fisika.
Seiring perkembangan, termodinamika kedua terus berkembang dan memainkan peran
kunci dalam berbagai bidang, termasuk kimia, fisika, dan rekayasa. Sebuah makalah
tentang Termodinamika Kedua bukan hanya mengulas teori dan hukum-hukumnya,
tetapi juga meresapi perjalanan panjang konsep ini sejak muncul hingga menjadi
fondasi penting dalam pemahaman ilmu pengetahuan modern.

Kegunaan Hukum Termodinamika II tidak sebatas hanya pada mengidentifikasi


arah dari suatu proses, tetapi juga bisa untuk mengetahui kualitas energi (Hukum
Termodinamika I berhubungan dengan kuantitas energi dan perubahan bentuk energi);
menentukan batas teoritis unjuk kerja suatu sistem; dan memperkirakan kelangsungan
reaksi kimia (degree of completion of chemical reaction). Sementara itu dalam
bahasannya, Hukum Termodinamika II membahas tentang proses reversibel dan
irreversibel, mesin kalor, mesin pendingin dan pompa kalor, siklus carnot, serta entropi.

Latar belakang ini memperlihatkan pergeseran paradigma dalam memahami sistem


termal. Dari kepercayaan awal bahwa mesin kalor dapat mencapai efisiensi maksimum,
hingga pemahaman bahwa entropi dan irreversibilitas adalah bagian tak terpisahkan dari
proses alamiah. Pemahaman ini menjadi landasan bagi perumusan hukum kedua
termodinamika, yang menyatakan bahwa entropi sistem selalu meningkat atau tetap
konstan, namun tidak pernah berkurang selama proses alamiah.
Dalam konteks ini, hukum kedua termodinamika tidak hanya menjadi batasan bagi
mesin dan sistem termal, tetapi juga memperlihatkan sifat fundamental sistem fisika.
Sebuah makalah tentang latar belakang hukum kedua termodinamika harus menyoroti
perjalanan konsep ini, menyelidiki pemikiran tokoh-tokoh kunci, serta menggambarkan
implikasinya dalam berbagai aspek ilmu pengetahuan.

1.2 Rumusan Masalah

1. Bagaimana hukum kedua termodinamika menjelaskan dan merumuskan konsep


irreversibilitas proses fisika?

2. Bagaimana konsep entropi menjadi kunci dalam merumuskan hukum kedua


termodinamika dan bagaimana hal ini tercermin dalam perubahan energi dalam
suatu sistem?

3. Bagaimana hukum kedua termodinamika memengaruhi dan dapat diamati dalam


fenomena sehari-hari, seperti pendinginan kopi atau peristiwa penuaan?

1.3 Tujuan

1. Tujuan utama adalah untuk memahami dengan lebih mendalam konsep


irreversibilitas proses dan bagaimana hal ini menjadi dasar hukum kedua
termodinamika.

2. Meneliti peran kunci konsep entropi dalam merumuskan dan menjelaskan


hukum kedua termodinamika untuk mendapatkan wawasan yang lebih baik
tentang keteraturan dan arah waktu dalam sistem fisika.

3. Menerapkan pemahaman tentang hukum kedua termodinamika dalam konteks


kehidupan sehari-hari, dengan fokus pada bagaimana hukum ini memengaruhi
fenomena alam dan aplikasinya dalam teknologi.

1.4 Manfaat

 Bagi Penulis :
 Memenuhi tugas mata kuliah Termodinamika
 Melatih kemampuan penulis dalam menulis bahan bacaan dari berbagai
sumber
 Menambah pengetahuan penulis mengenai ilmu Termodinamika

 Bagi Pembaca:

 Menambah pengetahuan dan wawasan mengenai Ilmu Termodnamika


 Bisa mengaplikasikannya dalam kehidupan sehari – hari
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Defenisi Hukum II Termodinamika

Hukum kedua termodinamika menyatakan bahwa kalor mengalir secara spontan


dari benda bersuhu tinggi ke benda bersuhu rendah dan tidak pernah mengalir secara
spontan dalam arah kebalikannya. Misalnya, jika sebuah kubus kecil dicelupkan ke
dalam secangkir air kopi panas, kalor akan mengalir dari air kopi panas ke kubus es
sampai suhu keduanya sama. Hukum Kedua Termodinamika menyatakan bahwa dalam
suatu sistem termodinamika tertutup, entropi sistem selalu meningkat atau setidaknya
tetap konstan selama suatu proses. Entropi, yang dapat dianggap sebagai ukuran
ketidakteraturan atau ketidakteraturan energi dalam sistem, adalah kunci dalam
memahami arah alamiah dari perubahan energi. Dengan kata lain, sistem cenderung
menuju keadaan yang lebih tidak teratur seiring waktu.

Konsep ini muncul sebagai respons terhadap kebutuhan untuk menjelaskan


mengapa beberapa proses fisika bersifat irreversibel, meskipun hukum fisika yang
mengatur interaksi antar partikel pada dasarnya reversibel. Rudolf Clausius adalah
tokoh utama dalam merumuskan konsep entropi, dan pemikirannya menjadi dasar bagi
hukum kedua termodinamika. Salah satu cara untuk memahami hukum ini adalah
melalui gambaran mesin kalor. Hukum kedua menyatakan bahwa tidak ada mesin kalor
yang dapat sepenuhnya mengubah panas menjadi pekerjaan tanpa ada peningkatan
entropi sistemnya. Oleh karena itu, hukum kedua termodinamika juga sering
dirumuskan dengan mengatakan bahwa tidak mungkin ada mesin kalor yang memiliki
efisiensi 100%.

Dalam konteks ini, hukum kedua termodinamika mengungkapkan sifat


fundamental dari waktu dan keteraturan dalam sistem fisika. Proses-proses fisika
alamiah, seperti pendinginan kopi panas atau peristiwa penuaan, dapat dipahami melalui
konsep ini. Hukum kedua termodinamika tidak hanya berlaku untuk sistem tertentu
tetapi memiliki implikasi yang luas dalam berbagai bidang ilmu pengetahuan, termasuk
kimia, fisika, dan rekayasa. Hukum II Termmodinamika memberikan batasan-batasan
terhadap perubahan energi yang mungkin terjadi dengan beberapa perumusan. Tidak
mungkin membuat mesin yang bekerja dalam satu siklus, menerima kalor dari sebuah
reservoir dan mengubah seluruhnya menjadi energi atau usaha luas (Kelvin Planck).
Tidak mungkin membuat mesin yang bekerja dalam suatu siklus mengambil kalor dari
sebuah reservoir rendah dan memberikan pada reservoir bersuhu tinggi tanpa
memerlukan usaha dari luar (Clausius). Pada proses reversibel, total entropi semesta
tidak berubah dan akan bertambah ketika terjadi proses irreversibel (Clausius).
Munculnya hukum kedua termodinamika yang disusun tidak lepas dari usaha
untuk mencari sifat atau besaran sistem yang merupakan fungsi keadaan. Sehingga
hukum termodinamika kedua dapat dirumuskan sebagai berikut:

“Proses suatu sistem terisolasi yang disertai dengan penurunan entropi tidak
mungkin terjadi. Dalam setiap proses yang terjadi pada sistem terisolasi, maka entropi
sistem tersebut selalu naik atau tetap tidak berubah.”

Dari hasil percobaan para ahli menyimpulkan bahwa mustahil untuk membuat sebuah
mesin kalor yang mengubah panas seluruhnya menjadi kerja, yaitu mesin dengan
efisiensi termal 100%. Kemustahilan ini adalah dasar dari satu pernyataan hukum kedua
termodinamika sebagai berikut :

“Adalah mustahil bagi sistem manapun untuk mengalami sebuah proses di mana sistem
menyerap panas dari reservoir pada suhu tunggal dan mengubah panas seluruhnya
menjadi kerja mekanik, dengan sistem berakhir pada keadaan yang sama seperti
keadaan awalnya”.

2. Asas Kenaikan Entropi

Hukum kedua termodinamika menyatakan bahwa dalam suatu sistem terisolasi,


entropi (tingkat ketidakteraturan atau dispersi energi) akan cenderung meningkat atau
tetap konstan, namun tidak akan berkurang seiring berjalannya waktu. Kenaikan entropi
ini merupakan manifestasi dari prinsip bahwa sistem cenderung menuju keadaan yang
lebih acak atau tidak teratur. Pertama, kita harus memahami konsep entropi. Entropi
adalah ukuran tingkat ketidakteraturan atau kekacauan dalam sistem. Kenaikan entropi
terjadi karena terdapat lebih banyak cara atau konfigurasi yang mungkin untuk
mencapai suatu keadaan yang lebih acak daripada keadaan yang teratur. Misalnya, jika
kita memiliki gas yang terkonsentrasi di satu sudut ruang, itu adalah keadaan yang
teratur. Namun, seiring berjalannya waktu, gas ini cenderung menyebar ke seluruh
ruang, meningkatkan entropi karena ada lebih banyak cara partikel gas dapat mengisi
ruang tersebut secara acak daripada cara mereka dapat mengisi satu sudut tertentu.

Dalam konteks hukum kedua termodinamika, perubahan entropi dalam suatu


sistem dapat dinyatakan dengan ΔS. Jika ΔS positif, itu menunjukkan peningkatan
entropi yang sesuai dengan hukum kedua termodinamika.

Dimana Entalpi alam semesta pada setiap proses irreversibel selalu bertambah. Hukum I
Termodinamika diubah menjadi tenaga kekal. Tenaga ini tak dapat dimusnahkan atau
tidak dapat diciptakan, yaitu . Walau tidak dapat dimusnahkan,
tetapi dapat diciptakan, yaitu . Sehingga S selalu positif.
2.3 Statement Clausius

Pernyataan Clausius dalam konteks termodinamika berkaitan dengan perubahan


energi dalam suatu sistem tertutup. Rudolf Clausius adalah seorang fisikawan Jerman
yang berkontribusi besar dalam pengembangan prinsip-prinsip termodinamika.
Pernyataan Clausius yang paling terkenal adalah:

"Dalam setiap siklus termodinamika, ada suatu besaran yang disebut entropi dunia
(sistem plus lingkungan) yang tidak berkurang."

Pernyataan ini mengacu pada konsep entropi, yang merupakan ukuran ketidakteraturan
atau keteraturan mikrostatistik partikel-partikel dalam sistem. Entropi dinyatakan dalam
bentuk matematika sebagai dS = dQ/T, di mana dS adalah perubahan entropi, dQ adalah
perubahan panas, dan T adalah suhu sistem.

Dalam proses alamiah, perubahan entropi memenuhi persyaratan-persyaratan


berikut:

a. Untuk sistem yang terisolasi, perubahan entropi semua proses memenuhiΔS > 0.

b. Untuk sistem yang tidak terisolasi, perubahan entropi total, yaitu jumlah entropi
sistem dan lingkungan selalu positif,

Dengan menggunakan konsep entropi, maka Hukum II Termodinamika


dapatdijelaskan bahwa, pada setiap proses alamiah, entropi total sistem dan
lingkunganselalu mengalami penambahan.Sebuah benda dengan massa m dilepaskan
dari ketinggian h secara spontanjatuh ke tanah, kemudian diam. Pada situasi ini energi
semesta adalah jumlah energi termal benda, energi termal tanah dan energi mekanik
benda. Sebelum dilepaskan, benda mempunyai energi mekanik yang sama dengan
energi potensialnya:

Dimana:
U = energi internal sistem
m = massa sistem
g = gravitasi
h = jarak/ketinggian

Setelah benda tersebut diam di tanah, energi mekaniknya adalah nol. Dengan
demikian pada proses ini, energi mekanik semesta berkurang dari mgh menjadi nol. Jika
energi total semesta tidak berubah (hukum pertama termodinamika), energi termal
semesta dapat meningkat dengan mgh. Peningkatan energi termal menunjukkan
peningkatan yang kecil pada suhu benda dan tanah. Dalam konteks kedua hukum
termodinamika, pernyataan Clausius menunjukkan bahwa dalam setiap proses siklus
termodinamika (proses yang membawa sistem kembali ke keadaan awalnya), entropi
total sistem dan lingkungannya tidak berkurang. Dengan kata lain, entropi sistem dan
lingkungan akan tetap sama atau meningkat selama siklus tersebut, tetapi tidak akan
berkurang. Pernyataan Clausius ini konsisten dengan pandangan kedua hukum
termodinamika, yang menyatakan bahwa entropi sistem terisolasi akan cenderung
meningkat seiring waktu. Dalam banyak kasus, proses-proses alamiah cenderung
menuju keadaan yang memiliki tingkat entropi yang lebih tinggi. Pernyataan ini
memberikan wawasan tentang arah waktu dan mengapa kita melihat fenomena seperti
terjadinya peristiwa-peristiwa alamiah yang tidak dapat diubah untuk kembali ke
keadaan yang lebih teratur.

2.4 Statement Kelvin-Planck

Hukum Kedua Termodinamika Kelvin-Planck menyatakan bahwa tidak mungkin


ada suatu proses yang, hanya melibatkan kerja, dapat mentransfer panas dari reservoir
panas tunggal dan sepenuhnya mengubahnya menjadi kerja. Dalam bentuk yang lebih
sederhana, hukum ini sering dirumuskan sebagai berikut:

"Tidak mungkin suatu mesin termodinamika bekerja pada suhu tetap dan menghasilkan
kerja, sementara tidak ada panas yang ditransfer dari reservoir panas ke mesin
tersebut."

Dengan kata lain, tidak mungkin menciptakan mesin yang hanya menghasilkan
kerja tanpa menyalurkan panas dari sumber panas ke mesin. Ada batasan praktis
terhadap efisiensi mesin-mesin panas yang dapat dihasilkan, dan tidak mungkin
menciptakan mesin panas yang memiliki efisiensi 100%. Hukum Kelvin-Planck ini
mencerminkan konsep dasar bahwa tidak ada mesin panas yang dapat menciptakan
energi (dalam bentuk kerja) tanpa mengambil panas dari suatu sumber panas. Efisiensi
mesin-mesin panas terbatas oleh rasio suhu antara sumber panas (T₁) dan sumber dingin
(T₂), dan hukum ini menunjukkan bahwa semakin tinggi perbedaan suhu, semakin besar
potensi untuk menghasilkan kerja.

Hukum Kedua Termodinamika ini bersifat fundamental dan memiliki


konsekuensi penting dalam banyak aspek ilmu termodinamika. Salah satu implikasinya
adalah bahwa konsep mesin gerak perpetuum mobile pertama tidak dapat direalisasikan,
karena hal itu akan melanggar hukum ini dengan menciptakan mesin yang dapat terus
beroperasi tanpa memerlukan pasokan energi tambahan.
2.5 Penerapan Hukum II Termodinamika

a) Mesin Carnot

Ilmuwan bernama Sadi Carnot membuat sebuah hipotesis mesin kalor ideal dan
menjawab pertanyaan tersebut. Mesin tersebut memiliki efisiensi maksimal yang sesuai
dengan hukum termodinamika 2. Siklus pada mesin tersebut disebut dengan Carnot.
Perpindahan panas yang terjadi pada mesin Carnot tidak boleh memiliki perbedaan suhu
yang cukup besar. Saat mesin tersebut mengambil sebuah panas dari reservoir panas
pada suhu T1, maka bahan yang bekerja di dalam mesin juga harus ada pada suhu T1

Sehingga, pada mesin yang menggunakan siklus Carnot ini, proses yang bekerja
adalah dua proses isotermal reversible dan dua proses adabatik. Siklus Carnot
merupakan dasar pembuatan mesin yang ideal yang disebut dengan mesin Carnot.
Untuk menghitung efisiensi mesin Carnot, kamu bisa menggunakan rumus hukum
termodinamika 2 berikut ini:

Atau

Di mana, η adalah efisiensi mesin, W adalah usaha, Q1 adalah kalor yang diserap dari
reservoir tinggi, Q2 adalah kalor yang dilepas dari reservoir rendah, T1 adalah suhu
reversoir tinggi, dan T2 adalah suhu reservoir rendah.

b) Mesin Pendingin

Mesin pendingin atau refrigerator adalah mesin yang dipaksa mengalir dari benda
dingin ke benda panas dengan melakukan usaha pada sistem. Contohnya
adalah kulkas dan AC. Koefisien daya guna merupakan ukuran penampilan dari mesin
pendingin yang diberi lambang Kp. Di mana, rumusannya adalah:

Semakin tinggi nilai Kp, maka mesin pendingin tersebut akan semakin baik. Misalnya,
pada kulkas dan pendingin ruangan memiliki koefisien daya guna sebesar 2 hingga 6.
2.6 Contoh Soal

1. Dalam suatu intalasi tenaga panas, turbin menghasilkan daya sebesar 1000 KW.
Panas yang diberikan kepada uap dalam ketel sejumlah 2800 kJ/kg,

Sementara itu panas dilepaskan oleh sistem kepada air pendingin dalam
kondensor sebanyak 2100 kJ/kg dan pompa air pengisi (kondensat)
membutuhkan kerja sebesar 5 KW. Hitunglah jumlah aliran uap yang mengalir
dalam siklus dalam kg/det. Siklus ini ditunjukkan pada gambar.

Penyelesaian :
Perhatikanlah gambar di atas. Batas siklus dipandang sebagai pedoman fluida
kerja saja. – .
Misalnya aliran uap tersebut dalam kg/det, sehingga :

Dari persamaan konversi energi, maka diperoleh :

Jadi massa uap yang mengalir dalam siklus = 1, 421 kg/det

2. Suatu fluida pada tekanan 3 bar mempunyai volume jenis (v) = 0,18 m3 /kg,
dimasukkan ke dalam silinder yang tertutup, dengan piston diekspansikan secara
reversibel sampai tekanan 0,6 bar. Proses mengikuti rumus p = C/v2 , dimana C
suatu konstanta. Hitunglah kerja yang dilakukan fluida kepada torak.

Penyelesaian :
Kerja yang dilakukan ∫
Dimana ,
Sehingga kerja yang dilakukan ∫

Selajutnya ,

( )
( ) , dan

√ √

Kerja yang dilakukan ( – )

( – )

3. 1 kg fluida dimasukkan ke dalam sebuah silinder pada tekanan awal 20 bar.


Fluida itu diekspansikan menurut proses reversibel menurut rumus pV2 =
konstan sampai volumenya menjadi dua kali lebih besar. Kemudian didinginkan
kembali secara reversibel pada tekanan konstan sampai fluida mencapai kondisi
awalnya. Kemudian fluida dipanaskan secara reversibel dengan piston tetap pada
tempatnya sampai tekanan naik mencapai 20 bar, hitunglah kerja bersih yang
dilakukan oleh fluida, apabila volume awalnya adalah 0,05 m3 .

Penyelesaian :
Perhatikanlah gambar.
( )

( )

Kerja yang dilakukan pada proses 1-2 adalah


dimana

( – )

Kerja yang dilakukan oleh fluida dari 2 – 3 adalah W2.

( – )

Kerja yang dilakukan dari 3 – 1 adalah sama dengan 0, sebab piston tidak
bergerak sehingga tidak terjadi perubahan volume (dV = 0).

Total kerja yang dibutuhkan oleh fluida selama siklus adalah :


BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Makalah ini mendalam tentang hukum kedua termodinamika yang merupakan


landasan penting dalam memahami perubahan energi dan proses alam. Kesimpulan
yang dapat diambil adalah bahwa hukum ini menegaskan bahwa tidak mungkin untuk
sepenuhnya mengubah panas menjadi kerja tanpa menghasilkan efek samping atau
perubahan dalam sistem dan sekitarnya. Konsep entropi menjadi pusat perhatian,
menunjukkan bahwa alam semesta cenderung menuju peningkatan ketidakteraturan dan
kekacauan. Dengan demikian, hukum kedua termodinamika memberikan landasan
teoretis yang kokoh untuk memahami keterbatasan transformasi energi, memberikan
kontribusi besar pada pemahaman kita tentang mesin panas, perubahan kimia, dan
fenomena alam lainnya. Implikasinya yang luas dan relevansinya dalam konteks
keberlanjutan energi menunjukkan bahwa pemahaman mendalam terhadap hukum
kedua termodinamika memiliki dampak besar dalam pengembangan teknologi, ilmu
pengetahuan, dan kebijakan energi.

Melalui rumusan masalah dan tujuan ini, makalah ini bertujuan untuk
memberikan gambaran yang komprehensif tentang hukum kedua termodinamika,
menggali konsep-konsep kunci, serta menunjukkan relevansinya dalam pemahaman
fundamental tentang sistem energi dalam dunia fisika. Dengan demikian, diharapkan
makalah ini dapat memberikan wawasan yang bermakna dan mendalam tentang peran
penting hukum kedua termodinamika dalam ilmu pengetahuan modern.

3.2 Saran
Karena masih banyak kekurangan dalam pembuatan makalah ini, penulis
berharap para pembaca dapat memberikan masukan dan saran yang membangun. Oleh
karena itu, komentar atau rekomendasi yang membangun dari pembaca
lebih diutamakan.
DAFTAR PUSTAKA

Prof. Dr. Nurdin Bukit, S.Si,M.Si. (2013). Thermodynamika. Medan Estate :


UNIMED PRESS

Baedoewie, Saifuddin. Ir., Ir. Sudjito, dan Agung Sugeng W., ST., MT. Diktat Bab V:
Hukum Temodinamika II. [online] Availabe at:
http://mesin.ub.ac.id/diktat_ajar/data/02_f_bab5_termo1.pdf

Makalah Hukum Termodinamika II. [online] Availabe at: http://enha-


dhiyauralvy.blogspot.com/2012/06/makalah-hukum-2-termodinamika.html

http://www.docstoc.com/docs/57416914/Hukum-II-Termodinamika

http://hikam.freevar.com/kuliah/termo/pdf_bab/thmd04.pdf

Anda mungkin juga menyukai