Anda di halaman 1dari 25

20

BAB II
TURUNAN PARSIAL

1. DEFINISI
Anda telah mengenal fungsi yang hanya terbatas pada fungsi y = f(x) dari satu
variabel x. Secara kuantitatif besaran-besaran fisika banyak terkait dengan lebih
dari satu variabel. Misalnya suhu ruang T, berbeda dari satu tempat ke tempat
lainnya yang berarti T = f(x,y,z). Dalam bab ini kita akan membahas diferensiasi
(turunan) dari fungsi dengan banyak variabel ini. Untuk mudahnya memahami
pengertian turunan parsial kita tinjau persoalan berikut.
Misalkan suatu plat segiempat yang panjang dan lebarnya adalah p dan l, maka
luas plat A = p l

Jelas, A bergantung pada dua besaran yaitu p dan l, dengan demikian luas A
akan berubah jika salah satu p atau l berubah atau jika keduanya, baik p maupun l
berubah secara bersamaan.

Tinjau kasus pertama, bila p kita buat tetap, sementara l berubah (berkurang
atau bertambah), maka A juga akan berubah. Dalam hal ini kita dapat mencari
koefisien perubahan (diferensial) A terhadap l jika p dijaga tetap, yaitu:

* + dan biasa ditulis sebagai atau * + . Perhatikan simbol delta

yang dipakai 𝛛 (dibaca do). Bentuk atau* + ini disebut turunan (diferensiasi)

pertama parsial dari A terhadap ℓ, dan dalam kaitan dengan persoalan di atas
tersirat bahwa p dijaga konstan.

Pintor S Turunan Parsial


21

Untuk mendapatkan , kita turunkan persamaan yang diberikan untuk A

terhadap ℓ dengan menganggap semua simbol selain A dan ℓ adalah konstan,

Tentu saja kita juga dapat meninjau persoalan dengan yang tetap, perubahan
panjang p akan menyebabkan perubahan luas plat A juga, yaitu :

atau * + yang berarti turunan pertama parsial dari A terhadap p, sementara

tetap. Untuk mendapatkan , kita juga harus menganggap bahwa semua simbol

selain A dan p adalah konstanta * + .

Dalam pernyataan A = p , A merupakan fungsi variabel dan p, karena itu


kita memiliki dua bentuk turunan parsial pertama yaitu terhadap dan
terhadap p.

Dengan penalaran yang sama, yaitu sebuah silinder yang alasnya berupa
lingkaran dengan jari-jari r, tinggi h, dan volumenya V. Tentukan

( ) dan ( )
r

V
h

2. TURUNAN PARSIAL SEMBARANG FUNGSI

Tentu saja kita tidak terbatas pada besaran-besaran pada kedua contoh di atas,
hal yang sama akan berlaku untuk sembarang fungsi misalkan z (x,y) dengan dua
variabel bebas x dan y sedangkan z variabel terikat, maka dapat dimungkinkan:

a. x berubah-ubah, y tetap
b. y berubah-ubah, x tetap
c. x dan y keduanya berubah secara bersamaan

Pintor S Turunan Parsial


22

Pada kedua keadaan pertama, z merupakan fungsi variabel tunggal, sehingga


dapat diturunkan menurut aturan-aturan turunan diferensial biasa. Dan kita akan
mendapatkan dua bentuk turunan parsial pertama, yaitu:

( ) = turunan parsial pertama z terhadap x

( ) = turunan parsial pertama z terhadap y

Perhatikan bahwa jumlah bentuk turunan parsial pertama dari fungsi variabel
bebas adalah dua bentuk, masing-masing satu dari turunan terhadap variabel -
variabel bebas tersebut. Dengan cara yang sama, maka jika ada suatu besaran yang
merupakan fungsi tiga variabel bebas maka akan didapat tiga bentuk turunan parsial
pertama, masing – masing terhadap variabel bebas tersebut. Jadi, jika F = f (u,v,w),
maka F merupakan fungsi dari tiga variabel bebas u, v, dan w sehingga kita dapat
memperoleh 3 buah turunan parsial pertama, yaitu:

( ) ,( ) , dan ( )

Dan seterusnya, sehingga jika ada suatu besaran yang merupakan fungsi dari n
buah variabel bebas, maka dapat memungkinkan untuk mendapatkan n buah bentuk
turunan parsial pertama dari besaran tersebut. Untuk lebih memahami pengertian
turunan parsial ini, marilah kita tinjau beberapa contoh berikut.

Contoh

1. Jika z = 3x2 + 2xy + 4y2, tentukan ( ) dan ( )

Penyelesaian :

a. untuk mendapatkan ( ) perlakukan y sebagai konstanta dan z hanya

diturunkan terhadap x

( ) = 6x + 2y

b. untuk mendapatkan ( ) perlakukan x sebagai konstanta dan z hanya

diturunkan terhadap y

( ) = 3x + 8y

Pintor S Turunan Parsial


23

2. Jika F = 2u v2 w3 + u2 v3 w2 + u3 v w, tentukan ( ) dan ( ) , dan ( )

Penyelesaian:

( ) = v2 w3 + 2 u v3 w2 + 3 u2 v w

( ) = 2 u2 v3 w3 + 3 u2 v3 w2 + 3 u3 w

( ) = 3 u v2 w2 + 2 u2 v3 w + u3 v

Soal Latihan

1. Jika w = (2p – q) (p + 8q), tentukan ( ) dan ( )

2. Jika z = (4x + 2y) (7x – 3y), tentukan ( ) dan ( )

3. Jika u = , tentukan ( ) dan ( )

4. Jika z = + , tentukan dan

5. Jika z = cos (x + 5y), tentukan dan

6. Jika u = sin (3x + 5y + 2z) , tentukanlah

Sekarang kita tinjau lagi, misalnya hubungan maka

dan

Jika kita lihat, baik maupun masih merupakan fungsi x dan y, karena itu kita

dapat mencari koefisien turunan parsialnya lebih lanjut terhadap x maupun y.

a. Jika kita turunkan parsialnya terhadap x, kita peroleh:

( )

Dan bentuk ini sering dituliskan sebagai

Sehingga

Pintor S Turunan Parsial


24

Bentuk ini dikenal sebagai koefisien turunan parsial kedua dari z terhadap x

b. Jika kita turunkan parsial terhadap y, kita peroleh:

( )

Dan bentuk ini sering dituliskan sebagai

Sehingga

Bentuk ini dikenal sebagai koefisien turunan parsial kedua dari z terhadap x dan y.
Perhatikan bahwa operasi yang akan dilakukan sekarang ditunjukkan oleh
simbol yang paling kiri dari penyebutnya.

( )

Jadi telah kita dapatkan dari

Lakukan hal yang sama terhadap hasil , dan ini memberikan

Bentuk turunan kedua ini dikenal sebagai koefisien turunan parsial kedua dari z

terhadap y dan x. Ingat bahwa berarti ( ) demikian pula berarti

( )

Perhatikan hasil yang didapat, yaitu

Pintor S Turunan Parsial


25

Nampak bahwa

Pada umumnya hal terakhir ini akan selalu berlaku untuk kebanyakan fungsi
yang kita jumpai, karena itu kita hanya mempunyai tiga koefisien turunan parsial
kedua yang berbeda (bukan empat).

Fungsi-fungsi yang menghasilkan , artinya fungsi-fungsi yang urutan

variabel dalam penurunannya tidak penting (yang manapun didahulukan hasilnya


sama) sering disebut fungsi-fungsi berkelakuan baik.

Soal Latihan

1. Jika , tentukanlah

2. Tentukanlah semua koefisien turunan parsial pertama dan kedua dari fungsi
z = x cos y – y cos x

3. Jika buktikan bahwa

4. Jika z = f (xy), tunjukkan bahwa

Disini diberitahukan bahwa z adalah fungsi dari x dan y, tetapi bentuk fungsinya
secara
tepat tidak diberikan.

5. Jika ( ) tunjukkan bahwa

6. Jika z = cos (xy), tunjukkan bahwa

7. Tentukan turunan parsial pertama dari fungsi berikut:


a) b)

c) √ d)

Pintor S Turunan Parsial


26

e) f)

g) h)
8. Tentukan semua koefisien turunan parsial
a) b)

c) d) z = arc tan ( )

9. Buktikan bahwa :

a) √

b) , jika ( ) ( )

c) jika u( x,y,z) = , a, b, dan c

konstanta

d) jika

10. Tentukan turunan parsial , jika , x = r cos θ dan y = r sin θ,

a) ( ) , ( ) ( ) b) ( ) , ( ) , ( ) , ( )

( )

c) , , d) , ,

11. Tentukan dan di titik-titik yang memenuhi jika

a)
b)

Pintor S Turunan Parsial


27

3. DIFERENSIAL TOTAL
Misalkan z merupakan fungsi dua variabel bebas x dan y, yakni z = f (x,y), maka jika x
berubah sebesar dx, sedangkan y tetap, z merupakan fungsi x saja maka diferensial
parsial z terhadap x didefenisikan sebagai

dxz =

dengan cara yang sama, diferensial parsial z terhadap y didefenisikan oleh

dyz =

Diferensial total dz didefenisikan sebagai jumlah dari diferensial parsialnya, yaitu

( ) ( )

Dengan cara yang sama, maka jika w= f (x,y,z,…t) maka

Untuk menguatkan pemahaman terhadap pengertian diferensial total, marilah kita


melihat contoh berikut ini:

Contoh

1. Bila z = xy , tentukan dz!

Penyelesaian:

( ) ( )

Dengan menggunakan aturan yang telah dipelajari pada bagian program terdahulu,
maka dapat dicari:

( ) ( )

Yaitu:

Pintor S Turunan Parsial


28

( ) ( )

Dengan demikian:

( ) ( )

2. Bila , tentukanlah dz!

Penyelesaian:

( ) ( )

dimana:

( ) ( )

Jadi:

3. Bila z = x sin y – y sin x , tentukan diferensial total z!

Penyelesaian:

Jadi, z = f (x,y) sehingga:

( ) ( )

dimana:

Pintor S Turunan Parsial


29

Dengan demikian:

4. PENERAPAN KONSEP DIFERENSIAL TOTAL

a. Perhitungan Ketidakpastian Relatif pada Suatu Eksperimen Fisika

Marilah kita lihat contoh perhitungan ketidakpastian relatif dengan menggunakan


konsep diferensial total.

Contoh

1. Harga hambatan listrik R dari suatu kawat sebanding dengan panjangnya

dengan berbanding terbalik dengan luas penampangnya A yaitu , dengan

= konstanta. Bila ketidakpastian dalam pengukuran ℓ adalah 5% dan ketidakpastian


dalam pengukuran penampang kawat A adalah 10%, tentukan ketidakpastian relatif
terbesar dalam perhitungn R .

, berarti karena ρ = konstanta

Jadi:

( ) ( )

dimana:

Maka:

Pintor S Turunan Parsial


30

Ketidakpastian relatif dari R didefenisikan sebagai , jika kedua ruas dibagi dengan

R:

Tetapi:

Dan ketidakpastian terbesar dapat dicari dengan cara mengambil harga mutlak dari
kedua ruas persamaan terakhir, yaitu:

| | | | | |

Yang menyatakan bahwa kesalahan relatif terbesar dalam perhitungan R adalah


merupakan penjumlahan dari ketidakpastian relatif dari pengukuran ℓ dan pengukuran
A.

Jika kita masukkan nilainya masing-masing, didapat:

| |

2. Percepatan gravitasi bumi dapat dicari dengan mengukur panjang ℓ dan periode

T dari suatu bandul sederhana, dengan menggunakan formula .

Tentukanlah ketidakpastian relatif terbesar dalam perhitungan g jika ketidakpastian


relatif dalam pengukuran ℓ dan T berturut-turut 3% dan 2%.

Pintor S Turunan Parsial


31

Penyelesaian:

dan:

( ) ( )

dengan:

( ) ( )

Sehingga jika kita subsitusikan ke persamaan untuk dg, maka didapat:

( ) ( )

dan ketidakpastian relatif untuk perhitungan g menjadi:

Dengan demikian ketidakpastian relatif terbesar dari perhitungan g adalah:

| | | | | |

Marilah sekarang kita melihat contoh penggunaan lain dari konsep diferensial total ini.

b. Perhitungan Secara Pendekatan

Langsung saja kita melihat contoh perhitungan secara pendekatan dengan


menggunakan konsep diferensial.

Contoh

1. Tentukan secara pendekatan nilai dari:

Pintor S Turunan Parsial


32

Persoalan ini tidak dapat anda kerjakakan dengan menggunakan kalulator. Dengan
cara pendekatan ini, kita misalkan (dipilih dari suku kedua ). Selisih

antara suku pertama dan suku kedua yang mendekati

( ) dengan

Jadi:

( )

2. Formula untuk lensa tipis diudara adalah:

Dimana f adalah jarak fokus lensa , adalah jarak-jarak dari lensa ke benda
dan ke bayangan benda. Jika Tentukanlah harga
ketika

Penyelesaian:

Dapat dituliskan sebagai:

Tapi karena fokus lensa f merupakan tetapan maka df=0, jadi persamaan diatas
menjadi

Atau:

Pintor S Turunan Parsial


33

Dengan:

cm

Jadi:

cm

Soal Latihan

1. Tentukan diferensial total dari fungsi pada soal 1 s.d 4, berikut:

a)
b)

c)
d)

2. Menurut hukum coulomb, gaya interaksi antara dua buah muatan dan yang

satu sama lain berjarak r adalah . Tentukan ketidakpastian relatif terbesar

dalam perhitungan , jika ketidakpastian relatif dalam pengukuran adalah 3%


dalam pengukuran r adalah 5% dan dalam pengukuran F adalah 2%.

3. Misalkan adalah hambatan pengganti paralel yang nilainya konstan yang


besarnya 25 ohm dan yang besarnya 15 ohm. Jika diubah menjadi 25,1.
Tentukan agar harganya tetap (tidak berubah).

4. Perkirakan perubahan dari ∫ jika x berubah dari menjadi

5. Persamaan operasional dari sebuah synchrotron dalam daerah relatifistik adalah:

[ ]

Pintor S Turunan Parsial


34

dimana q dan m menyatakan muatan dan massa diam dari sebuah partikel yang
dipercepat (m), B adalah kuat medan magnet, R jari-jari orbit, ω kecepatan sudut dan c
adalah laju cahaya. Jika ω dan B variabel dan yang besaran lainnya konstan, buktikan
hubungan antara dω dan dB dapat dinyatakan sebagai:

( ) ( ) [ ( ) ]

5. TURUNAN FUNGSI IMPLISIT

Prinsip turunan parsial dapat juga digunakan untuk mencari koefisien diferensial
parsial dari suatu fungsi implisit yang dinyatakan oleh suatu hubungan F(x,y,z) = 0

Untuk keperluan ini ada beberapa aturan yang dapat dipakai, yaitu:

a. Jika F(x,y) kontinu pada daerah yang memuat titik sehingga F(x,y) = 0 ,

dan apabila dan di , maka:


Dan sebaliknya jika dan di , maka:



b. jika F (x,y,z) kontinu pada daerah yang memuat titik sehingga F(x,y,z)

= 0. Dan apabila , , kontinu diseluruh daerah yang memuat itu

maka berlaku:

⁄ ⁄
⁄ ⁄

⁄ ⁄
⁄ ⁄

Pintor S Turunan Parsial


35

⁄ ⁄
⁄ ⁄

Untuk lebih memahami aturan-aturan tersebut, marilah kita lihat contoh perhitungan
berikut:

Contoh

1. Carilah jika diketahui

Dari aturan I, maka:



Jadi

2. Tentukan , jika diketahui

Dari aturan diatas maka:



Dengan
Sehingga:

Dengan demikian, jika kita subsitusikan ke persamaan untuk , didapat:


Pintor S Turunan Parsial


36

3. Tentukan dan jika

Penyelesaian:
Persamaannya yang dapat diubah menjadi :

Jadi disini didapat:

Dari aturan-aturan diferensiasi fungsi implisit, didapat:

⁄ ⁄
⁄ ⁄
Sehingga:

Dengan demikian:

4. Cari semua turunan parsial pertama dan kedua dari z, jika diberikan

Inilah pemecahannya:

⁄ ⁄
⁄ ⁄
Dengan , maka didapat

Sehingga:

Sedangkan untuk mencari turunan parsial kedua z terhadap x, dapat kita tempuh cara
sebagai berikut:

( )
( ) ( ) [ ]

Pintor S Turunan Parsial


37

Subsitusikan didapat:

( ) { }
[ ] [ ]

[ ] [ ]

Sekarang kita dapat pula menentukan turunan parsial kedua z terhadap y sebagai
berikut,

Dan

( )
( ) ( ) [ ]

Subsitusikan: , didapat:

( )
[ ] [ ]

Jika diturunkan terhadap x maka didapat:

( )
( ) ( ) [ ]

karena

Maka:

[ ] [ ]

Soal Latihan

Pintor S Turunan Parsial


38

Gunakan turunan pada fungsi implisit pada soal no a s.d f

a) Tentukan jika diketahui dititik (1,2)

b) Tentukan dari

c) Tentukan dari + arctan =6

d) Tentukan dan jika 2x + 3y + z = ln x

e) Tentukan dan dari

f) Tentukan dan dari sin (x + y) + cos (y + z) + sin (x + z ) = 1

2. Persamaan keadaan suatu gas ideal dapat dirumuskan sbb: pV = nRT dengan R
adalah tetapan, yang lainnya merupakan variabel sistem. Tunjukkan bahwa:

a. ( ) b. ( ) c. ( )

3. Tentukan jika diberikan

4. Buktikanlah ( )( )( )

5. Tentukan jika

6. Dalam termodinamika didapatkan hubungan

( ) ( ) dengan p, V, dan T merupakan besaran tekanan,

volume dan suhu gas ideal. adalah panas jenis gas dalam keadaan tekanan konstan

dan panas jenis saat volume gas konstan. Tentukan jika gas ideal

memenuhi persamaan Callendar. dengan b, c dan n konstan.

6. ATURAN RANTAI

Jika z = f(x,y) adalah sebuah fungsi kontinu dari variabel-variabel x dan y dengan

turunan parsialnya dan kontinu, dan jika x dan y merupakan fungsi variabel t

Pintor S Turunan Parsial


39

yang diferensiabel x = g(t) dan y = h(t), maka z dalah fungsi t dan disebut turunan

total z ke t, dinyatakan oleh:

Dengan cara yang sama, jika w = f (x,y,z,…) adalah fungsi yang kontinu dari
variable-variabel x,y,z… dengan turunan parsial yang kontinu. Dan jika x,y,z…
merupakan fungi varibel t yang diferensial, turunan total w ke t dinyatakan oleh:

Sekarang jika z=f(x,y) adalah fungsi variabel x dan y yang kontinu dengan turunan
parsialnya dan yang kontinu x = g (r,s)dan y = h (r,s) dari variabel bebas r dan s
maka z merupakan fungsi r dan s dengan

Dengan cara yang sama, jika w = f (x,y,z,...) merupakan fungsi kontinu dari n variabel
x,y,z,... yang kontinu dan jika x,y,z,... merupakan fungsi kontinu dari variabel bebas
r,s,t,..., maka

Dan seterusnya.

Untuk lebih memperdalam pemahaman tentang konsep atau aturan rantai ini, marilah
kita lihat beberapa contoh.

Contoh

Contoh
1. Carilah jika diketahui u = ,x=2 dan y = 3

Penyelesaian:

Dari soal terlihat bahwa

Pintor S Turunan Parsial


40

u = f (x,y) , x = t (t) dan y = f (t) karenanya u = f (t)

Sehingga aturan rantainya menjadi :

2. Tentukan jika diketahui w = xy + yz + zx ; x = ;y= ;z=

Penyelesaian:

w = xy + yz + zx : dan x = ;y= ;z= atau w = f ( t ).

Untuk menentukan digunakan aturan rantai yaitu

( )

3. Tentukan jika diberikan z = x – y; = ; x sin t = y

Dari persamaan untuk z kita dapatkan

dz = dx – dy

Sekarang kita memerlukan dx dan dy yang dinyatakan dalam dt . Untuk itu kita ambil
differensial dari kedua persamaan yang lain yaitu:

2xdx +2ydy = 2tdt

Sin t dt + x cos t dt = y dy + dy

Yang dapat disusun kembali menjadi

xdx + ydy = tdt

sin t dx – (y + 1) dy = -x cos t dt

Pintor S Turunan Parsial


41

Kedua persamaan simultan ini dapat dipecahkan untuk mencari dx dan dy yang
dinyatakan dalam dt. Salah satu cara yang dapat ditempuh adalah dengan kaidah
Cramer (determinan)sebagai berikut :

| |
dx = dt
| |

dan

| |
dy = = dt
| |

setelah dx dan dy kita dapatkan , selanjutnya kita substitusikan kepersamaan untuk dz


didapat:

dz = ( )dt

Yang dapat ditulis kembali sebagai

dz = ( )dt

sehingga jika kedua ruas persamaan dibagi dengan dt

Inilah hasilnya. Pengerjaannya cukup panjang , tetapi jika anda tetap mengikuti aturan
yang ditentukan , anda tidak akan mengalami kesulitan. Kita lihat contoh lain lagi.

4. Diberikan + sq = t dan + tp = s

Tentukan ( ) dan ( ) ( ) dan ( ) di titik (p,q,s,t) = (-1,2,3,5)

Pertama kita ambil differensial dari kedua persamaan diatas

3 dp + sdq + qds = dt

3 dq + tdp + pdt = ds

Selanjutnya untuk mencari ( ) maka kita harus menyatakan p sebagai fungsi dari s
dan t, yakni p = f (s,t) . Ini dapat diperoleh dengan jalan menstubstitusikan persamaan
differensial kedua untuk dq kepersamaan differensial pertama (karena q harus hilang).

Pintor S Turunan Parsial


42

Dari persamaan differensial kedua didapat:

dq =

Yang jika disubstitusikan kepersamaan differensial pertama didapat

3 ( ) + qds = dt

atau,

( )dp = ( )dt – ( )ds

Sehingga

( ) ( )
dp = dt - ds
( ) ( )

tetapi karena p = f (s,t) maka

dp = ( ) ds + ( ) dt

maka

( )
( ) ds
( )

Dan jika harga masing-masing p,q,s,t dimasukan, akan diperoleh :

( ) ( )
( ) =- = -1
( )

Sekarang dengan mengikuti langkah demi langkah diatas, dapat dicari ( ) .

Untuk mencari ( ) maka kita harus menyatakan p sebagai fungsi dan q, yakni p = f
(s,q) .Ini dapat diperoleh dengan cara mensubstitusikan persamaan differensial kedua
untuk dt kepersamaan pertama ( karena t harus hilang ).

Dari persamaan differensial kedua diperoleh:

dt =

yang jika disubstitusikan kepersamaan differensial pertama akan menghasilkan

Pintor S Turunan Parsial


43

atau

( )dq = ( ) dq

Sehingga

( ) ( )
dp =
( ) ( )

dan karena p = f (s,q) maka

dp = ( ) ( )

dengan demikian

( )
( )
( )

Dan jika masing-masing harga p,q,s,t dimasukan akan didapat

( )
( )

Setelah anda menyimak dan memperhatikan beberapa contoh diatas, maka untuk
mengecek pemahaman anda akan semua itu, cobalah anda kerjakan beberapa soal
latihan berikut.

Soal Latihan

1.Tentukan , jika x = ln dan u = , v = cos t.

2.Tentukan dan bila diketahui :


z= dan x = sin s + cos t , y = sin s – cos t

3. Tentukan dan jika : u = , x = sin , y = cos


,

4. Tentukan , jika z = arctan , x= cos t , y = sin t.

5.Tentukan , jika z = ,x= cos s , y = sin s , z = sr .


Pintor S Turunan Parsial
44

6.Tentukan dan , jika diberikan :

w=x+y , =s , =t

7. Jika z = f (x,y) dan y = f (x), buktikan

8. Jika m = a + b dan n = . Tentukan : ( ) dan ( ) .

9. Cari dan jika diberikan :

z= , = st + 5 ,

10. Tentukan , , , di (x,y,s,t) = (4,2,5,3) , jika =2st – 10


dan 2xy = .

11. Diketahui S(V,T) dan V(p,T) , = T( ) , = T( ) .

Buktikanlah :

= T( ) ( )

12. Buktikan = jika u = f ( x – ct ) + g ( x + ct ).

13. Buktikan x -y = 0 , jika z = cos(xy).

Pintor S Turunan Parsial

Anda mungkin juga menyukai