Anda di halaman 1dari 7

PERTEMUAN KE : 1

MATERI : TURUNAN DAN DIFERENSIASI PARSIAL

1. Pendahuluan
Dalam bab ini kita akan membahas konsep mengenai diferensiasi parsial terhadap
fungsi-fungsi dari beberapa variabel bebas. Fungsi dengan variabel banyak sering
dijumpai penggunaannya dalam Fisika ketika berkaitan dengan suatu gejala yang
melibatkan beberapa buah besaran. Misalnya ketika kita membahas perilaku suatu gas,
kita dapat mengkajinya lewat persamaan keadaan gas tersebut yang biasanya merupakan
fungsi dari besaran volume, tekanan dan temperatur. Kalkulus merupakan perangkat
analisa yang kita butuhkan untuk untuk mengkaji dinamika dari suatu sistem fisis yang
melibatkan beberapa besaran seperti dalam kasus perilaku gas di atas karena ia
merupakan bagian dari Matematika yang berhubungan dengan laju perubahan suatu
fungsi terhadap variabelnya.
Seperti yang pernah disinggung pada Bab 3, bahwa fungsi dengan banyak
variabel seperti f ( x, y, z ) = 0 mendefinisikan permukaan dalam ruang tiga dimensi,

seperti yang dicontohkan pada Gambar 1 untuk fungsi z − 2 xy 2 sin (2 x ) = 0 .

y z

Gambar 1
Secara umum, fungsi f ( x1 , x 2 ,..., x n ) = 0 dengan n buah variabel juga membentuk suatu

permukaan yang disebut permukaan-hiper (hyper-surface), tetapi kita tidak dapat


menggambarkannya dalam bentuk visual karena keterbatasan dimensi yang kita miliki.

2. Turunan dan Diferensial Parsial Fungsi Banyak Variabel


2.1. Definisi Turunan Parsial
Misalkan kita memiliki sebuah fungsi A( x ) , dimana A merupakan sebuah
besaran turunan yang merupakan fungsi dari besaran pokok x . Laju perubahan A
terhadap x didefinisikan sebagai:
∆A A( x + ∆x ) − A( x )
= (1)
∆x ∆x
dengan ∆x yang diambil relatif cukup besar. Turunan atau diferensial dari fungsi A( x )
dA( x )
terhadap x yang dituliskan sebagai A′( x ) = diperoleh jika kita mengambil
dx
∆x → 0 sehingga:
dA ∆A
A′ = = lim ∆x→0 (2)
dx ∆x
Secara geometri, seperti yang diilustrasikan pada Gambar 2, turunan dari fungsi
tersebut di suatu titik merupakan kemiringan garis lurus yang menyinggung titik tersebut.
dA
Di titik x = x0 pada Gambar 4, kemiringannya diberikan oleh . Perhatikan,
dx x = x0

berdasarkan persamaan (2), kita dapat menuliskan:


dA = A′dx (3)

dA = A′dx

dx

x0 x

Gambar 2
Untuk fungsi dengan variabel banyak, misalkan f = f ( x, y ) , didefinisikan konsep
∂f
turunan parsial, , yaitu turunan f terhadap x dengan menganggap y konstan, dan
∂x
∂f
yaitu turunan f terhadap y dengan menganggap x konstan.
∂y
Secara geometri turunan ini menyatakan kemiringan di suatu titik ( x0 , y 0 ) dari
kurva proyeksi fungsi tersebut pada salah satu bidang proyeksi. Misalkan untuk fungsi
yang diberikan pada Gambar 1, proyeksi fungsi tersebut pada bidang (x, f ) di titik
y = y 0 , dan ( y, f ) di titik x = x0 masing-masing diberikan pada Gambar 3(a) dan 3(b)
berturut-turut, maka kemiringan garis singgung masing-masing kurva proyeksi tersebut
∂f ∂f
pada titik ( x0 , y 0 ) diberikan oleh turunan parsial: dan . Perhatikan bahwa
∂x x = x0 ∂y y = y0

untuk turunan parsial kita tidak menggunakan notasi ” d ”, tetapi menggunakan notasi
” ∂ ” (baca: do) yang menyatakan turunan dari fungsi f terhadap salah satu variabel
dengan menganggap variabel lain konstan.
f ( x, y 0 ) f (x0 , y )

x y
x0 y0
(a) (b)

Gambar 3
Selain dari bentuk penulisan turunan parsial seperti yang diberikan di atas, dalam
beberapa buku teks kita juga akan menjumpai beberapa bentuk lain semisal:
∂f
≡ ∂ x f ≡ f x ≡ Dx f (4)
∂x
Untuk turunan parsial dengan orde lebih tinggi berlaku:

∂  ∂f  ∂ 2 f ∂  ∂f  ∂ 2 f ∂  ∂ 2 f  3
= ∂ f
 = ,  = , (5)
∂x  ∂x  ∂x 2 ∂y  ∂x  ∂y∂x ∂y  ∂x 2  ∂y∂x 2

∂f ∂ 2 f ∂3 f
Contoh 4.1. Jika f = x 2 + 2 xy 3 + y 2 , Tentukan: , , .
∂x ∂y∂x ∂y 2 ∂x

(i) =
(
∂f ∂ x 2 + 2 xy 3 + y 2 )
= 2 x + 2 y 3 , (ii)
∂2 f ∂  ∂f  ∂ 2 x + 2 y 3
=  = = 6y2 .
( )
∂x ∂x ∂y∂x ∂y  ∂x  ∂y

(iii)
∂3 f
=
∂  ∂ 2 f  ∂ 6 y 2
=
( )
= 12 y .
∂y 2 ∂x ∂y  ∂y∂x  ∂y

2.2. Uraian Taylor Fungsi Banyak Variabel


Seperti halnya fungsi dengan satu variabel yang dapat diuraikan atas deret
pangkat sebagaimana yang telah kita bahas di Bab 1, maka untuk fungsi banyak variabel
pun kita dapat melakukan hal yang sama. Kita akan membatasi diri untuk fungsi dengan
dua variabel f = f ( x, y ) . Tinjau uraian fungsi tersebut dalam bentuk deret pangkat
berikut:

f ( x, y ) = a 00 + a 01 ( y − b ) + a 02 ( y − b )2 + ... + a10 (x − a ) +
a11 ( x − a )( y − b ) + a12 ( x − a )( y − b )2 (6)
∞ ∞
= ∑ ∑ anm (x − a )n ( y − b )m
n =0 m = 0

Untuk mencari koefisien a nm pada persamaan (6), kita dapat menggunakan cara
yang persis seperti yang dilakukan untuk kasus satu variabel. Pertama kita cari dahulu
untuk koefisien a00 dan dengan mudah kita peroleh jika kondisi x = a dan y = b
dipenuhi, yang mengakibatkan:
a00 = f (a, b ) (7)

Untuk a 01 kita dapat memperolehnya dengan mencari turunan parsial persamaan (6)

terhadap variabel y dan mengevaluasinya kembali pada titik (x = a, y = b ) :

∂f
a 01 = (8)
∂y x=a
y =b
Sekarang kita cari koefisien a12 dengan jalan menurunkan parsial terhadap x satu kali
dan terhadap y dua kali, sehingga didapatkan:

1 ∂3 f
a12 = (9)
2 ∂x∂y 2 x =a
y =b

Koefisien-koefisien yang lain pada prinsipnya dapat dicari dengan cara yang
sama. Tanpa harus memasuki detail perhitungan, berikut diberikan ungkapannya dalam
bentuk yang kompak:
∞ n
1 ∂ n+ m
f ( x, y ) = ∑ ∑ n!m! ∂x n ∂y m f (x, y ) x=a (x − a )n ( y − b )m (10)
n =0 m =0
y =b

2.3. Diferensial Total


Misalkan kembali kita memiliki fungsi f = f ( x, y ) , maka diferensial (selisih)
total fungsi tersebut didefinisikan sebagai:
df = lim ∆x→0 f ( x + ∆x, y + ∆y ) − f ( x, y )
∆y →0
(11)
∂f ∂f
= dx + dy
∂x ∂y
∂f ∂f
Ungkapan dx dan dy dalam persamaan (11) berturut-turut merupakan diferensial
∂x ∂y
parsial fungsi f dalam arah x dan y .

f
D
∂f
dy y
A ∂y
C
D′
B ∂f ∂f
∂f df = dx + dy
dx ∂x ∂y
x ∂x
B′ C′

Gambar 4
Penjelasan secara geometri makna dari diferensiasi total df pada persamaan (11)
dapat dilihat pada Gambar 4. Misalkan titik A adalah f ( x, y ) , sedangkan titik C adalah
f ( x + dx, y + dy ) dengan dx, dy → 0 , yang keduanya berada pada permukaan yang

dibentuk oleh fungsi tersebut. Garis AB merupakan garis singgung pada kurva proyeksi
∂f
di bidang (x, f ) , dan seperti halnya persamaan (3), maka panjang garis BB ′ = dx .
∂x
Sementara itu, garis AD merupakan garis singgung pada kurva proyeksi di bidang ( y, f )
∂f
dan panjang garis DD ′ = dy . Dari sini terlihat bahwa bidang ABCD , yang
∂y

didalamnya terdapat garis AB dan AD , tidak lain adalah bidang datar yang
menyinggung titik A . Dipihak lain, karena titik A dan C ′ berada pada bidang AB ′C ′D ′
yang paralel dengan bidang ( x, y ) , maka panjang garis CC ′ = df merupakan diferensiasi

total dari fungsi yang dimaksud, dan dari Gambar 4 diketahui bahwa CC ′ = BB ′ + DD ′
∂f ∂f
atau dengan kata lain df = dx + dy .
∂x ∂y
Secara umum, untuk fungsi dengan n − buah variabel, f = f (x1 , x 2 ,..., x n ) , maka
diferensiasi total fungsi tersebut diberikan oleh:
∂f ∂f ∂f ∂f
df = dx1 + dx 2 + dx3 + ... + dx n (12)
∂x1 ∂x 2 ∂x3 ∂x n

Contoh 4.2. Jika f = e y + sin ( xy ) , tentukan df . Sebelumnya mencari diferensial


total dari fungsi f tersebut, kita cari terlebih daulu turunan parsial terhadap variabel x
∂f ∂f
dan y . = y sin xy dan = e y + x sin xy , sehingga dengan demikian diperoleh:
∂x ∂y

df =
∂f
∂x
∂f
( )
dx + dy = ( y sin xy ) dx + e y + x sin xy dy .
∂y

Anda mungkin juga menyukai