Anda di halaman 1dari 57

Matematika Sains MA2122

Nuning Nuraini
(Ilustrasi)
 Bayangkan Anda sedang berada dalam sebuah ruangan ber-AC
yang cukup luas. Ketika Anda berdiri dekat dengan AC suhu
ruangan terasa cukup dingin, tetapi ketika Anda berdiri jauh dari
AC dan mendekat ke jendela (yang terkena kontak sinar
matahari) mungkin suhu ruangan terasa relatif lebih hangat.

 Kuantitas suhu dalam ruangan ini, sebut saja T, memiliki nilai yang
berbeda-beda tergantung pada posisi dimana Anda berdiri,
misalkan posisi tersebut dideskripsikan dalam kartesian (x, y, z).

 Kita katakan T merupakan fungsi dari x, y, dan z (T(x, y, z)). Untuk


setiap nilai x, y, dan z yang berbeda, mungkin kita akan
mendapatkan nilai T yang berbeda.
 Fungsi T = T(x, y, z) pada ilustrasi tadi merupakan contoh
medan skalar.

 Perbedaan temperatur ruangan yang dirasakan, bisa terjadi


karena interaksi dengan objek lain atau bisa juga karena
kebergantungan terhadap waktu (t), sehingga temperatur
ruangan tersebut dapat dinyatakan sebagai T(x, y, z, t).

 Fungsi T di atas merupakan contoh pemetaan dari Rn ke R.

 Medan skalar dikenal juga sebagai kelompok fungsi


multivariabel.
 Ketika mempelajari fungsi satu peubah f(x), turunan
fungsi f(x), yaitu f’(x), merepresentasikan perubahan
dari fungsi tersebut sebagaimana x berubah.

 Interpretasi penting ini, tidak akan kita hilangkan


ketika kita bekerja dengan fungsi dua peubah atau
lebih.

 Pada pembahasan turunan parsial ini kita akan lebih


fokus pada perubahan satu peubah dalam satu waktu.
Perhatikan contoh berikut
 Diberikan f(x, y) = 2x2y3, akan kita amati perubahan
yang terjadi pada titik (a, b) jika
a) dipilih y tetap dan x berubah
b) dipilih x tetap dan y berubah

 Kasus a) memberikan
g(x) = f(x, b) = 2x2b3
g’(a) = 4ab3
 Kasus b) memberikan
h(y) = f(a, y) = 2a2y3
h’(b) = 6a2b2
 g’(a) pada contoh sebelumnya merupakan turunan parsial
dari f(x, y) terhadap x di titik (a, b). Dinotasikan dengan
fx(a, b) = 4ab3

 h’(b) pada contoh sebelumnya merupakan turunan parsial


dari f(x, y) terhadap y di titik (a, b). Dinotasikan dengan
fy(a, b) = 6a2b2

 Untuk kedepannya, kita akan menggunakan notasi baku


f x(x, y) dan f y(x, y)
bukan fx(a, b) dan fy(a, b).

 Catatan tambahan: kedua turunan parsial di atas biasa


disebut sebagai turunan parsial orde pertama.
Definisi formal turunan parsial

dan

Jika kita misalkan z = f(x, y)


Contoh 1
Tentukan semua turunan parsial orde pertama dari

a.

b.

c.

d.
Solusi (Contoh 1)

a.

b.

c.
d)
Contoh 2
Cari δz/δx dan δz/δy dari fungsi
x3z2 – 5x5z = x2 + y3

Solusi (Contoh 2)
Interpretasi turunan parsial
 Menggambarkan perubahan nilai fungsi yang mengikuti
perubahan nilai variabel.

Pada suatu fungsi, bisa


terjadi kasus dimana nilai
fungsi di sebuah titik naik
saat y tetap dan turun saat
x tetap. Atau sebaliknya.
(Lihat contoh grafik di samping)

 Menggambarkan kemiringan dari garis singgung atau kemiringan


dari traces.
Turunan parsial fx(a, b) menyatakan kemiringan trace f(x, y) untuk
bidang y = b di titik (a, b). Turunan parsial fy(a, b) menyatakan
kemiringan trace f(x, y) untuk bidang x = a di titik (a, b).
Contoh 3 Solusi (Contoh 3)
Tentukan kemiringan trace Kita cari turunan parsialnya
pada z = 10 – 4x2 – y2 di titik terlebih dulu
(1, 2). fx(x, y) = -8x
fy(x, y) = -2y

Jadi, kemiringan garis


singgung di (1, 2) pada
bidang y = 2 dan x = 1
adalah
fx(1, 2) = -8
fy(1, 2) = -4
 Higher Orde Partial
Derivatives
Untuk menentukan turunan parsial orde  Turunan Parsial Orde Tiga
yang lebih tinggi, yang perlu
diperhatikan adalah urutan penurunan.

 Turunan Parsial Orde Dua

coba tuliskan turunan parsial


fxxx, fxxy, fxyy, fyxy, fyyx, fyyy.

 Dst.
Contoh 4

 Tentukan semua turunan parsial orde dua dari


f(x, y) = cos(2x) – x2e5y + 3y2

 Tentukan fxxyzz dari


f(x, y, z) = z3y2ln(x)

Tentukan δ f/δyδx2 dari


3

f(x, y) = exy
Misalkan z adalah fungsi dengan n variabel (x1, x2, … , xn)
dan variabel-variabel tersebut juga merupakan fungsi
dengan m variabel (t1, t2, … , tm), sehingga untuk setiap ti,
i = 1, 2, … , m

Persamaan tersebut cukup sulit untuk diingat.

Ada suatu cara yang dapat membantu kita mengonstruksi


aturan rantai di atas, yaitu diagram pohon.
Perhatikan contoh berikut.
Diketahui z = f(x, y), x = g(s, t), dan y = h(s, t). Cukup mudah
untuk kita ketahui bahwa aturan rantai dari contoh ini
adalah

Dengan diagram pohon

Silakan coba
Contoh 5
Coba hitung dari f(x, y), jika

x = r cos(θ) dan y = r sin(θ)

Solusi (Contoh 5)

(Untuk mendapatkan solusi di atas, jalan yang ditempuh


relatif tidak sederhana)
Pada materi turunan parsial, yang menjadi perhatian kita
adalah perubahan yang terjadi pada satu peubah dalam satu
waktu, y tetap (x berubah) atau x tetap (y berubah).
Dalam materi turunan berarah, kita akan melihat perubahan
yang terjadi, apabila x dan y kita biarkan berubah dalam
waktu bersamaan.

Definisi
Perubahan f(x, y) pada arah vektor satuan disebut
sebagai turunan berarah dengan notasi
 Dalam praktiknya, definisi turunan berarah dalam
bentuk limit tadi cukup sulit untuk digunakan. Oleh
karena itu, kita perlu bentuk lain yang lebih sederhana

 Untuk fungsi dua variabel

 Untuk fungsi tiga variabel


Contoh 6
Cari turunan berarah dari dimana

pada arah .

Solusi (Contoh 6)
Cek dahulu apakah vektor arahnya merupakan vektor satuan

Ternyata bukan, jadi kita hitung dulu


Maka, turunan berarahnya adalah
 Perhatikan kembali formula turunan berarah (tiga variabel)
yang telah didefinisikan

 Dengan mendefinisikan gradien vektor,

kita peroleh formula dalam bentuk

pada persamaan terakhir, kita tidak perlu menuliskan


banyaknya variabel yang terkait.
Contoh 7
Cari turunan berarah dari pada
arah

Solusi (Contoh 7)
Hitung dahulu gradien vektornya

Lalu, vektor satuan dari v adalah


Berikut adalah turunan berarahnya
Ada satu teorema menarik yang memperlihatkan
hubungan antara turunan berarah dan vektor gradien.

Nilai maksimum dari adalah dan nilai


tersebut berlaku pada arah .

Coba gunakan teorema di atas untuk menyelesaikan


contoh sederhana berikut:
Anggap ketinggian suatu bukit mengikuti persamaan

Jika Anda sedang berada di titik (60, 100), di arah mana


perubahan ketinggian terjadi paling cepat?
 Persamaan sebuah bidang yang memuat titik (x0, y0, z0)
dengan vektor normal dinyatakan oleh

Fakta
 Vektor gradien ∇f(x0, y0) ortogonal terhadap level kurva
f(x, y) = k di titik (x0, y0).

 Vektor gradien ∇f(x0, y0, z0) ortogonal terhadap level


permukaan f(x, y, z) = k di titik (x0, y0, z0).
 Dalam pembahasan vektor gradien, kita akan hanya
fokus pada poin kedua dari fakta tadi.

 Pada pembahasan turunan berarah, sudah pernah


disinggung mengenai vektor gradien. Vektor gradien
didefinisikan sebagai

 Bentuk umum persamaan bidang singgung terhadap


permukaan yang diberikan oleh f(x, y, z) = k
di titik (x0, y0, z0) adalah
 Dari bentuk umum persamaan bidang singgung, kita
memperoleh

yang merupakan persamaan bidang singgung terhadap


permukaan yang diberikan oleh z = f(x, y) di titik (x0, y0, z0)
dengan z0 = f(x0, y0). Persamaan tersebut setara dengan

 Informasi tambahan yang bisa kita dapatkan dari


persamaan bidang singgung adalah persamaan garis
normal

yaitu garis yang ortogonal terhadap permukaan di satu titik.


Contoh 8
Tentukan bidang singgung dan garis normal dari
x2 + y2 + z2 = 30
di titik (1, -2, 5)

Solusi (Contoh 8)
Penyelesaiannya sangat sederhana
F(x, y, z) = x2 + y2 + z2
Kita hitung gradien di titik (1, -2, 5)
∇F(x, y, z) = 2xi + 2yj + 2zk
∇F(1, -2, 5) = 2i – 4j +10k
Maka, persamaan bidang singgungnya adalah

dan persamaan garis normalnya


 Ketika kita mempelajari integral fungsi satu variabel,
kita berurusan dengan integrasi pada suatu interval.

 Sangat masuk akal ketika kita berhadapan dengan


integral fungsi dua variabel, kita akan berurusan
dengan integrasi pada suatu bidang di R2.
 Misalkan sebuah daerah persegi R di R2 dengan
R = [a, b] x [c, d] dimana
a ≤ x ≤ b dan c ≤ y ≤ d.

 Asumsikan pula f(x, y) ≥ 0


(Walaupun tidak harus begitu)

 Kemudian kita gambar daerah


f(x, y) sehingga didapatkan
daerah S.
Partisi selang a ≤ x ≤ b
menjadi n sub-interval
dan selang c ≤ y ≤ d
menjadi m sub-interval.

Dari tiap persegi, kita bangun


balok-balok yang tingginya
diberikan oleh f(x*, y*).
Kaitan antara aproksimasi volume di bawah daerah S dan
integral lipat dua adalah

yang merupakan definisi integral lipat dua terhadap


daerah persegi R.
 Sayangnya, kebanyakan dari masalah-masalah yang
akan kita hadapi memiliki daerah definisi yang tidak
rectangular. Jadi, kita perlu bentuk lain yang lebih
umum.

 Integral lipat dua

dengan D untuk sebarang daerah.


Ada dua tipe kasus yang harus kita perhatikan
 Kasus 1

dengan daerah definisi


 Kasus 2

dengan daerah definisi


 Sifat

dengan c adalah sebarang konstanta

Jika daerah D dapat dipecah menjadi D1 dan D2, maka

 Catatan: ketiga sifat di atas hanyalah perluasan dari integral


tunggal.
Contoh 9
Hitung

dimana daerah D dibatasi oleh y = √x dan y = x3.


Solusi (Contoh 9)
Sketsa daerah D

Dari sketsa di
samping, kita peroleh
0≤x≤1
dan
x3 ≤ y ≤ √x
Interpretasi Geometri Integral Lipat Dua (1)
Volume suatu objek yang berada di bawah z = f(x, y) dan
di atas daerah D (di bidang-xy) adalah

Contoh 10
Hitung volume dari objek yang dibatasi oleh
4x + 2y + z = 10,
y = 3x,
z = 0, dan
x=0
Solusi (Contoh 10)

 Daerah D merupakan daerah di bidang-xy yang


dibatasi oleh y = 3x, x = 0, dan garis persimpangan
z = 10 – 4x – 2y dan bidang-xy.
 Garis persimpangan tersebut yaitu y = -2x + 5
 Sketsa daerah D
(samping)

 Daerah D terdefinisi di
daerah selang
0≤x≤1
dan
3x ≤ y ≤ -2x + 5
Interpretasi Geometri
Integral Lipat Dua (2)

Misalkan kita akan


menghitung area
 Notasi integral lipat tiga

dengan E adalah daerah ruang dimensi tiga.

 Kita mulai dengan daerah yang sederhana. Misal daerah


definisi balok B adalah [a, b] x [c, d] x [e, f]. (Ingat! Notasi
seperti ini berarti menyatakan x, y, dan z berturut-turut)

 Integral lipat tiga dari daerah B adalah


Contoh 11 Solusi (Contoh 11)
Hitung

Perhatikan bahwa di contoh ini, urutan


operasi integral tidak begitu penting,
asalkan kita melakukan pengintegralan
pada selang atau batas yang benar.
Fakta Kasus 1:
 Volume dari daerah tiga
Daerah D di bidang-xy
dimensi E adalah

Kasus 2:
Daerah D di bidang-yz

*) Daerah D akan didefinisikan


di depan untuk masing-masing Kasus 3:
kasus. Daerah D di bidang-xz
 Kasus 1 (E = {(x, y, z)|(x, y) ∈ D, u1(x, y) ≤ z ≤ u2(x,y)})
 Kasus 2 (E = {(x, y, z)|(y, z) ∈ D, u1(y, z) ≤ z ≤ u2(y, z)})
 Kasus 3 (E = {(x, y, z)|(x, z) ∈ D, u1(x, z) ≤ z ≤ u2(x, z)})
Teorema
Jika f(x, y) kontinu di R = [a, b] x [c, d], maka

Integral di atas disebut integral berulang.

Teorema di atas dikenal juga sebagai Teorema Fubini.


Contoh 12
Selesaikan Solusi (Cara 2)

Solusi (Cara 1)
Fakta
Jika f(x, y) = g(x) h(y) dan R = [a, b] x [c, d], maka

Dengan kata lain, apabila kita bisa memecah fungsi dua


peubah menjadi perkalian dua fungsi satu peubah, maka
kita bisa menghitung perkalian integralnya.
Solusi (Contoh 13)

Contoh 13
Hitung

Anda mungkin juga menyukai