Anda di halaman 1dari 7

Bab 4

Diferensial Parsial

Turunan suatu fungsi f (x) terhadap variabel x dilambangkan dengan no-


df (x)
tasi . Secara geometrik, turunan suatu fungsi di suatu titik tertentu
dx
menyatakan besar kemiringan fungsi di titik yang dimaksud, sebagaimana
ditunjukkan dalam Gambar 4.1. Berangkat dari pengertian limit, maka defi-
nisi turunan f (x) terhadap x dapat diperoleh dari:

df (x) f (x + ∆x) − f (x)


= lim (4.1)
dx ∆x→0 ∆x

y df ∆y
=
dx x=x0 ∆x

∆y
f (x)
∆x

x
x0

Gambar 4.1 Turunan menyatakan gradien garis singgung di suatu titik.

Untuk fungsi yang mempunyai dua atau lebih variabel, misalnya z =


f (x, y) yang menggambarkan suatu permukaan dalam sistem koordinat kar-
tesian, turunan terhadap salah satu variabel dapat dilakukan dengan meng-
anggap variabel lainnya konstan. Misalkan pada suatu permukaan yang di-
Diferensial Parsial

nyatakan dengan fungsi f (x, y) bila diambil x konstan, maka akan didapat
kurva yang merupakan hasil perpotongan permukaan f (x, y) dengan bidang
x konstan tersebut. Turunan atau diferensial seperti ini dinamakan diferensi-
al parsial (turunan sebagian). Jika x dianggap konstan, maka turunan yang
diperoleh adalah turunan terhadap variabel y dan interpretasinya tetap sa-
ma yaitu menunjukkan slope (kemiringan) dari kurva yang dibentuk dari
perpotongan kedua permukaan tersebut.
Notasi yang digunakan untuk menuliskan turunan parsial dari fungsi
∂f
f (x, y) terhadap variabel y (dengan menganggap x konstan) adalah atau
  ∂y
∂f
lebih lengkapnya sering juga dituliskan sebagai .
∂y x
Fungsi f juga merupakan fungsi dengan variabel y sehingga dapat juga
diperoleh turunan parsial f (x, y) terhadap variabel x (dengan menganggap
∂f
variabel y konstan) dan hal ini dinyatakan sebagai atau lebih lengkapnya
  ∂x
∂f
sering juga dituliskan sebagai .
∂x y
Jika diferensial biasa didefinisikan dengan limit sebagaimana ditunjukkan
dalam persamaan 4.1, maka untuk turunan parsial definisinya adalah

∂f (x, y) f (x + ∆x, y) − f (x, y)


= lim
∂x ∆x→0 ∆x
(4.2)
∂f (x, y) f (x, y + ∆y) − f (x, y)
= lim
∂y ∆y→0 ∆y
Turunan kedua juga dapat diperoleh untuk fungsi multivariabel tersebut,
misalnya untuk fungsi f (x, y) dapat diperoleh turunan-turunan berikut:

∂ ∂f ∂2f ∂ ∂f ∂2f ∂ ∂2f ∂3f


= , = , = , dlsb
∂x ∂x ∂x2 ∂x ∂y ∂x∂y ∂x ∂x∂y ∂x2 ∂y
Notasi lain yang sering digunakan untuk menuliskan turunan parsial adalah
∂f
fx untuk menyatakan .
∂x
∂ ∂f ∂ ∂f
Umumnya (walaupun tidak selalu) terdapat hubungan = ,
∂x ∂y ∂y ∂x
yang disebut sebagai hubungan resiprok (reciprocity relation).

4.1 Deret Pangkat Multivariabel

Dalam bagian terdahulu telah pernah dibahas tentang uraian fungsi menggu-
nakan deret pangkat (deret MacLaurin ataupun deret Taylor). Untuk fungsi
multivariabel, hal yang serupa juga dapat dilakukan yaitu menguraikannya
4.1 Deret Pangkat Multivariabel

menjadi deret pangkat. Tinjau suatu fungsi multivariabel, misalnya yang di-
nyatakan dengan f (x, y) = sin x cos y. Uraian deret pangkat (MacLaurin)
untuk f (x, y) tersebut dapat diperoleh dengan mengalikan dua deret pang-
kat masing-masing untuk sin x dan cos y sebagai berikut

x3 x5 y2 y4
  
f (x, y) = sin x cos y = x − + + ... 1− + + ...
3! 5! 2! 4!
x3 xy 2 y4 x5 x3 y 2 xy 4
=x− − + + + + + ...
3! 2! 4! 5! 2!3! 4!
Atau misalnya suatu fungsi lain yaitu f (x, y) = e(x−y) yang dapat diuraikan
sebagai berikut

(x − y)2 (x − y)3
e(x−y) = 1 + (x − y) + + + ...
2! 3!
2 2
x − 2xy + y x − 3x2 y + 3xy 2 − y 3
3
=1+x−y+ + + ...
2! 3!
Terlihat bahwa secara umum akan diperoleh suku-suku yang jumlah pangkat
variabel x dan y masing-masing 0, 1, 2, 3, . . .. Sehingga uraian deret MacLa-
urin untuk fungsi dua variabel secara umum berbentuk

f (x, y) =c00 + c10 x + c01 y + c20 x2 + c11 xy + c02 y 2 + c30 x3


(4.3)
+ c21 x2 y + c12 xy 2 + c03 y 3 + . . .

dengan semua c adalah konstanta.


Sedangkan uraian deret pangkat dalam variabel x dan y untuk suatu fungsi
sembarang di sekitar titik (a, b) (uraian deret Taylor) secara umum dapat
dinyatakan sebagai berikut

f (x, y) =c00 + c10 (x − a) + c01 (y − b) + c20 (x − a)2 + c11 (x − a)(y − b)


+ c02 (y − b)2 + . . .
(4.4)

Koefisien-koefisien c dapat diperoleh melalui metode yang sama dengan cara


memperoleh koefisien deret Taylor untuk fungsi satu variabel yaitu menggu-
nakan turunan (diferensial). Koefisien c00 dapat diperoleh dari f (a, b). Se-
lanjutnya bila deret tersebut diturunkan terhadap x, dan kemudian dihitung
nilainya pada x = a dan y = b maka akan diperoleh koefisien c10

∂f (x, y)
= c10 + 2c20 (x − a) + c11 (y − b) + . . .
∂x

1 ∂f 1
c10 = = fx (a, b)
2 ∂x 2

x=a,y=b
Diferensial Parsial

Sedangkan bila f (x, y) diturunkan terhadap y dan dihitung nilainya pada


x = a dan y = b maka akan diperoleh koefisien c01

1 ∂f 1
c01 = = fy (a, b)
2 ∂y 2

x=a,y=b

Dengan proses yang sama akan dapat diperoleh koefisien-koefisien yang lain-
nya, yaitu
1 1 1
c20 = fxx (a, b), c11 = fxy (a, b), c02 = fyy (a, b), dst.
2 2 2
Secara umum akan dapat diperoleh bentuk uraian deret pangkat (deret Ta-
ylor) di sekitar titik (a, b) untuk fungsi dua variabel adalah sebagai berikut

∞  n
X 1 ∂ ∂
f (x, y) = (x − a) + (y − b) f (a, b) (4.5)
n=0
n! ∂x ∂y

4.2 Diferensial Total

Jika z = f (x, y), maka diferensial total dari z dinyatakan dengan

∂z ∂z
dz = dx + dy (4.6)
∂x ∂y

dz menyatakan perubahan variabel z dalam arah bidang singgung ketika x


berubah sebesar dx dan y berubah sebesar dy.
Untuk fungsi yang memiliki variabel lebih banyak, cara yang sama juga
dapat dilakukan. Jika u = f (x, y, z, . . .), maka diferensial total dari u adalah

∂f ∂f ∂f
du = dx + dy + dz + . . . (4.7)
∂x ∂y ∂z

Dalam persoalan numerik, du adalah pendekatan yang baik untuk ∆u jika


turunan parsial dari fungsi f kontinu dan dx, dy, dz, dst cukup kecil.
4.2 Diferensial Total

Contoh

Tentukan diferensial total dari fungsi f (x, y) = y exp(x + y).

Turunan parsial fungsi tersebut adalah


∂f
= y exp(x + y)
∂x
∂f
= exp(x + y) + y exp(x + y)
∂y
Dengan demikian
∂f ∂f
df = dx+ dy = [y exp(x + y)] dx+[exp(x + y) + y exp(x + y)] dy
∂x ∂y

Sedangkan turunan total (total derivative) atau sering juga disebut sebagai
turunan (derivative) suatu fungsi f (x, y) terhadap variabel x dan y dapat
diperoleh sebagai berikut

df (x, y) ∂f ∂f dy
= +
dx ∂x ∂y dx
(4.8)
df (x, y) ∂f dx ∂f
= +
dy ∂y dy ∂y

Contoh

Tentukanlah turunan total fungsi f (x, y) = x2 +3xy terhadap variabel


x jika y = arcsin x

Turunan total terhadap variabel x dapat diperoleh sebagai berikut


df ∂f dx ∂f dy ∂f ∂f dy
= + = +
dx ∂x dx ∂y dx ∂x ∂y dx
1
Karena f (x, y) = x2 + 3xy dan y = , maka
sin x
∂f ∂f dy 1
= 2x + 3y, = 3x, =√
∂x ∂y dx 1 − x2
Jadi
df 3x
= (2x + 3y) + √
dx 1 − x2
Diferensial Parsial

4.3 Hubungan Resiprok dan Siklik

Misalkan x adalah fungsi yang terdiri dari dua variabel yaitu y dan z sehingga
dinyatakan sebagai x(y, z). Diferensial dx dapat diperoleh sebagai berikut
   
∂x ∂x
dx = dy + dz
∂y z ∂z y

Umumnya berarti dapat pula dinyatakan bahwa y adalah fungsi yang terdiri
dari dua variabel yaitu x dan y. Dengan demikian diferensial dy dinyatakan
sebagai berikut    
∂y ∂y
dy = dx + dz
∂x z ∂z x
Bila dy pada persamaan pertama diganti dengan persamaan kedua maka
diperoleh
   
∂x ∂x
dx = dy + dz
∂y z ∂z y
        
∂x ∂y ∂y ∂x
= dx + dz + dz
∂y z ∂x z ∂z x ∂z y
          !
∂x ∂y ∂x ∂y ∂x
= dx + + dz (4.9)
∂y z ∂x z ∂y z ∂z x ∂z y

Jika ditinjau untuk keadaan z konstan yang berarti dz = 0 maka persamaan


tersebut di atas menjadi
   
∂x ∂y
dx = dx + 0
∂y z ∂x z
   
∂x ∂y
=⇒ 1 =
∂y z ∂x z

sehingga akan diperoleh suatu hubungan resiprok (kebalikan), yaitu:

   −1
∂x ∂y
= (4.10)
∂y z ∂x z

Hal penting lainnya yang dapat diperoleh adalah bila x konstan yang ber-
arti dx = 0, maka dari persamaan 4.9 akan diperoleh
4.4 Diferensial Eksak dan Tak Eksak
  
   !
∂x ∂y ∂x
0= + dz
∂y z ∂z x ∂z y
     
∂x ∂y ∂x
⇒0= +
∂y z ∂z x ∂z y

selanjutnya bila persamaan tersebut di atas dikalikan dengan (∂z/∂x)y maka


diperoleh
         
∂x ∂y ∂z ∂x ∂z
+ =0
∂y z ∂z x ∂x y ∂z y ∂x y
         
∂x ∂y ∂z ∂x ∂z
=−
∂y z ∂z x ∂x y ∂z y ∂x y

Kemudian dengan menggunakan hubungan resiprok yang telah diperoleh se-


   −1    
∂z ∂x ∂x ∂z
belumnya, maka = sehingga = 1 dan se-
∂x y ∂z y ∂z y ∂x y
lanjutnya akan diperoleh

     
∂x ∂y ∂z
= −1 (4.11)
∂y z ∂z x ∂x y

yang dikenal dengan hubungan siklik.

4.4 Diferensial Eksak dan Tak Eksak

Pada bagian sebelumnya telah dibahas tentang memperoleh diferensial dari


suatu fungsi dan bahwa diferensial merupakan operasi kebalikan dari inte-
gral. Artinya untuk memperoleh bentuk suatu fungsi yang diketahui diferen-
sialnya, maka dapat dilakukan dengan cara mengintegralkan. Sebagaimana
yang telah dijelaskan sebelumnya bahwa diferensial dari fungsi f (x, y) adalah
∂f ∂f
df = dx + dy. Misalnya jika df = xdy + ydx, bila dibandingkan maka
∂x ∂y
akan dapat diperoleh hubungan sebagai berikut
Z
∂f
= y → f (x, y) = ydx = xy + g(y)
∂x
Z
∂f
= x → f (x, y) = xdy = xy + h(x)
∂y
dapat diperoleh bentuk fungsi f yang memenuhi adalah f (x, y) = xy + C
dengan C adalah konstanta sembarang. Diferensial yang bentuk fungsinya

Anda mungkin juga menyukai