Anda di halaman 1dari 28

4.

1 TURUNAN DAN DIFERENSIAL

Evy Juliantini

Materi Kuliah Kalkulus


FINKOM UNBIN
Turunan/Diferensial
Turunan/diferensial fungsi adalah fungsi lain dari suatu fungsi
sebelumnya, misalnya fungsi f menjadi f’ yang mempunyai nilai
tidak beraturan.

Digunakan sebagai suatu alat untuk menyelesaikan berbagai


masalah dalam geometri dan mekanika.

Turunan bisa ditentukan tanpa proses limit. Untuk keperluan ini


dirancang teorema tentang turunan dasar, turunan dari proses
aljabar pada suatu fungsi, aturan rantai untuk turunan fungsi
komposisi dan turunan fungsi invers.
Definisi Turunan Diferensial
Turunan dari sebuah fungsi (f) yang dituliskan dengan f’ (f aksen)
adalah suatu pendekatan untuk menghitung suatu jarak atau
panjang dari suatu lintasan yang tidak beraturan atau belum
diketahui.
Intinya, semakin kecil t , maka semakin dekat jarak B ke A, (jarak
-nya mendekati nol), dapat di tuliskan :
f ( x  t )  f ( x)
f ' (t1 )  lim
x  0 x
Aturan Menentukan Turunan Fungsi
 Turunan Dasar
Aturan – aturan dalam turunan fungsi adalah :
1. f(x)= k, maka f’(x) = 0
2. Aturan Pangkat : jika f(x) = xn, maka f’(x) = nxn-1
3. Aturan kelipatan konstanta : k.f(x) = k.f’(x)
4. Aturan rantai : (f o g) (x) = f’(g (x)).g’(x)
• Gradien (koefisien arah) PQ :

• Jika Q digerakkan ke arah P hingga


berimpit, maka x akan mendekati a
(x-a → 0) dan f(x) mendekati f(a)
(f(x) – f(a) → 0), garis PQ akan
merupakan garis singgung f(x) di P,
yang gradientnya adalah:
P(a,b) terletak pada f(x), jika Q semba-
rang titik juga pada f(x), sehingga PQ
adalah garis yang menghubungkan P
dan Q
Definisi Turunan
Turunan f(x) di x = a didefinisikan sebagai gradien dari garis
singgung kurva f(x) di x=a :
Bila nilai limit ada, maka f(x) dikatakan
dapat dideferensialkan di x = a
Jika h = x - a, maka turunan f(x) di x = a ditulis :

Notasi lain :
Jika y = f(x) dapat didiferensialkan di x = a maka y = f(x) kontinu
di x = a
Rumus Turunan Fungsi Aljabar
No. Fungsi Turunan
1. y = f(x) y’ = f’(x)
2. f(x) = k f’(x) = 0
3. f(x) = xn f’(x) = n xn-1
4. g(x) = c.f(x) g’(x) = c. f’(x)
5. h(x) = f(x)  g(x) h’(x) = f’(x)  g’(x)

6. h(x) = f(x).g(x) h’(x) = f’(x).g(x) + f(x).g’(x)

7.
contoh

Carilah f’(x) dari fungsi-fungsi berikut !


• f(x) = 25
• f(x) = x5
• g(x) = 8(x+7)
• h(x) = 4x + (5x + 1)
• h(x) = (4x).(5x + 1)

• h(x) =
Turunan Fungsi Trigonometri
Turunan Fungsi Trigonometri diperoleh dari definisi yang masih
berhubungan dengan limit. Hal yang harus dipahami dalam
turunan fungsi trigonometri.
1. Perlu dihapalkan bagaimana turunan dari masing-masing fungsi
trigonometri yaitu turunan dari sin, cos, tan, cot, cosec dan sec.
2. Perlu dipahami turunan fungsi trigonometri yang perubahannya
merupakan sebuah fungsi dan turunan dari fungsi trigonometri
yang dipangkatkan.
Berikut ini dibahas bagaimana cara mendapatkan turunan fungsi
trigonometri dengan menggunakan definisi turunan dan bagai-
mana turunan dari bentuk-bentuk fungsi trigonometri.
Rumus
(sin x)’ = cos x (arc sin x)’ =

(cos x)’ = -sin x (arc cos x)’ =

(tan x)’ = sec2 x = (arc tan x)’ =

(sec x)’ = sec x tan x (arc sec x)’ =

(csc x)’ = - csc x cot x (arc csc x)’ =

(cot x)’ = - csc2 x = (arc cot x)’ =


f(x) = a sin(bx+c) → f’(x) = ab cos(bx+c)
f(x) = a cos(bx+c) → f’(x) = -ab sin(bx+c)

Contoh
1. f(x) = 3 cos x → f’(x) = 3 (-sin x)= -3sinx

2. f(x) = 2 sin 5x → f’(x) = 2(cos 5x)(5) = 10 cos 5x

3. f(x) = 4 cos (3x+π)


f(x)’ = 4(-sin(3x+π))(3) = - 12 sin(3x+π)
Rumus rumus yang dipakai di turunan fungsi aljabar, berlaku pula untuk
mengerjakan turunan fungsi trigonometri maupun gabungan keduanya.

1. Jika diketahui f(x) = sec x , hitunglah f’(x)


Jawab:
f(x) = sec x = , maka f’(x) = sec x tan x

2. Diketahui f(x) = (x2 + 2) sin x, berapakah f’(x) ?


Jawab:
f’(x) = (2x)(sin x) + (x2 + 2)(cos x) = 2x sin x + x2 cos x + 2 cos x
Turunan Fungsi Logaritma dan Fungsi Eksponen
Fungsi y = ln x y = alog x y = ax y = ex
Turunan y’ = ax lna y’ = ex lne = ex

Soal
1. y = ln sin 3x 7. y = x2 3x
2. y = x log(3x2 – 5) 8.
3. y = alog(3x2 – 5) 9.
4. y = ln(x+3)2 10.
5. y = x lnx 11.
6.
Teorema Rantai untuk Turunan Fungsi Komposisi
Misal diberikan fungsi y = f(u(x) maka turunan pertama terhadap x :

Bila y = f(u) dengan u=v(x) maka turunan pertama dari y terhadap x:

Contoh:
1. f(x) = (x2 + 2x + 1)2 → f’(x) = 2(x2 + 2x + 1) (2x + 2)
2. f(x) = sin 3x → f’(x) = cos 3x (3) = 3 cos 3x
Turunan Tingkat Tinggi
Turunan kedua dari fungsi f(x) didapatkan dengan menurunkan
sekali lagi dari bentuk turunan pertama. Demikian seterusnya
untuk turunan ke-n didapatkan dari penurunan bentuk ke (n-1)

Pada operasi pendiferensialan dimisalkan fungsi awal f lalu meng-


hasilkan fungsi baru yaitu f’. Jika f’ kita diferensialkan lagi maka
kita akan mendapatkan fungsi f” atau f dua aksen atau juga
disebut turunan kedua dari fungsi f. Jika f” ini kita turunkan lagi
maka akan menghasilkan f’’’ atau turunan ketiga dan seterusnya.
Contoh :

Misalkan f(x) = 2x3 – 4x2 + 7x – 8 maka ;

f(x) = 2x3 – 4x2 + 7x – 8


• f’(x) = 6x2 – 8x + 7

• f”(x) = 12x– 8

• f’’’(x) = 12

• f’’’’(x) = 0
Cara Penulisan turunan pertama
• f’(x) disebut cara penulisan aksen

• Dxy disebut cara penulisan d

• disebut cara penulisan Leibniz


ketiga cara penulisan ini mempunyai perluasan untuk turunan
tingkat tinggi. Perhatikan cara penulisan Leibniz meskipun
ribet, namun cocok untuk Leibniz yakni :
Contoh :
Diketahui y = sin 2x carilah d3 y/dx3 , d4 y/dx4 , dan d12 y/dx12
Penyelesaian :
y = sin 2x maka ;

dy/dx = 2 cos 2x

d2 y/dx2 = 2(-sin 2x)(2) = – 22 sin 2x

d3 y/dx3 = – 22 (cos 2x)(2)= – 23 cos 2x

d4 y/dx4 = – 23 (-sin 2x)(2) = 24 sin 2x

d5 y/dx5 = 24 (cos 2x)(2) = 25 cos 2x

d12 y/dx12 = 212 sin2x


Turunan fungsi implisit
Definisi : Fungsi Implisit adalah fungsi dimana variabel tak bebas
tidak diberikan secara eksplisit dalam bentuk variabel
bebas.
Menurunkan fungsi implisit, tak beda dengan menurunkan fungsi
variabel tunggal, dengan menggunakan notasi Leibniz (dy/dx).
Rumus dari fungsi implisit adalah f (x,y) = 0
Sedangkan rumus dari fungsi eksplisitnya adalah y = f(x)
Mencari turunan fungsi implisit:
1. fungsi implisit f(x,y) = 0 dapat diubah menjadi fungsi eksplisit
y = f(x), kemudian baru ditentukan turunannya
Mencari turunan fungsi implisit:
1. Fungsi implisit f(x,y) = 0 dapat diubah menjadi fungsi eksplisit y = f(x),
kemudian baru ditentukan turunannya

Contoh : Tentukan bila y- 4x + 2xy =5

Jawab: bentuk fungsi diatas diubah menjadi fungsi eksplisit menjadi:

Maka, jika digunakan aturan penurunan didapatkan:


Cara kedua:
Jika fungsi implisit f(x,y) = 0 tidak bisa diselesaikan ke dalam y atau
juga sulit diubah menjadi fungsi eksplisit, maka digunakan turunan
pertama fungsi implisit.
Penjelasan turunan pertama fungsi implisit sendiri ialah persamaan
f(x,y) = 0, dimana ruas kiri dan ruas kanan sama-sama diturunkan
terhadap x dengan pengertian bahwa y adalah fungsi x. d/dx f(x,y) =
d/dx (0).
Turunan ruas kiri akan mengandung dy/dx dengan penyelesaian
lebih lanjut akan didapatkan nilai dy/dx.
Contoh :
Tentukan nilai dy/dx di x = 1 bila y- 4x + 2x 2y2 = -3

Jawab:
Turunan dari fungsi di atas dicari dengan menggunakan metode
penurunan pertama fungsi implisit. Misal turunan dari x dan y
berturut-turut dinyatakan dengan dx dan dy.

Bila dalam satu suku terdapat dua peubah (x dan y ) maka kita
lakukan secara bergantian, bisa terhadap x dahulu baru terhadap y
atau sebaliknya. Hasil turunan dy/dx akan nampak bila masing-
masing ruas dibagi oleh dx.
(ruas kiri dan kanan dibagi dengan dx)

maka

Substitusi x = 1 ke fungsi didapatkan 2y 2 + y -1 = 0 diperoleh y = ½ dan y = -1

Untuk (1,-1), Untuk (1, ½),


Laju Terkait

Jika didapatkan peubah y, yang bergantung kepada waktu t, maka jika


diturunkan akan menjadi yang disebut laju sesaat perubahan. Dan
bila y adalah sebuah jarak, maka laju sesaat perubahan disebut sebagai
kecepatan, apabila selain peubah y yang berkaitan dengan t, terdapat
juga peubah x dan kita juga mengetahui tentang . Maka kita bisa
mencari dan , keduanya berkaitan dan disebut dengan laju
berkaitan.
Contoh
Seorang anak menerbangkan layang-layang. Jika tinggi layang-layang 90
dm di atas tingkat tangan anak itu dan angin meniup-nya pada arah
mendatar dengan laju 5 dm/detik, seberapa cepat anak tersebut mengulur
benang pada saat panjangnya 150 dm ? ( Anggap benang membentuk
sebuah garis, walaupun sebenarnya anggapan ini tidak realistis ).
Jawab:
Langkah 1.
Dimisalkan jarak antara si anak dengan layang-layang adalah x, tinggi layang-
layang dari tanah adalah y, panjang benang (yang dianggap lurus, walaupun
dalam kenyataan tidak lurus) dianggap z, dan t menyatakan banyaknya detik
saat mengulur benang, maka didapatkan bahwa kecepatan angin bisa dikatakan
bahwa bertambahnya jarak si anak dengan layang-layang, yaitu .

Langkah 2.
Diketahui bahwa kecepatan angin 5 dm/s, maka = 5. Tinggi y = 90 dm
dikatakan tinggi y tidak berubah dari waktu ke waktu sehingga turunan = 0.
panjang benang saat itu adalah z = 150 dm, yang dicari adalah kecepatan
mengulur benang yaitu .
Langkah 3.
Menurut Teorema Phytagoras, z2 = x2 + y2

Langkah 4.
Dengan mendiferensialkan secara implisit terhadap t dgn Aturan Rantai,
diperoleh atau

Langkah 5.
untuk semua t > 0, = 5 dan = 0, = 0 dikarenakan tinggi layang-layang

dari tangan si anak tidak berubah tetap 90 dm. Sedangkan pada saat panjang
benang 150 dm maka nilai x yaitu jarak anak dengan layang-layang adalah :
x2 = z2 - y2 = (150)2 – (90)2 maka diperoleh x = 120
Setelah itu kita ganti data di atas ke dalam persamaan langkah 4, maka
diperoleh
Jadi, kecepatan si anak mengulur benang
saat panjang benang 150 dm adalah 4
dm/detik.
Inilah salah satu bagian dari Matematika
yang juga dipakai dalam Fisika.

Anda mungkin juga menyukai