Anda di halaman 1dari 34

MAKALAH MATEMATIKA

TURUNAN PERTAMA FUNGSI

DISUSUN OLEH :

NAMA : FARIDA HANUM


: FATIA DINDA PRATIWI
: RESKA AMANDA
KELAS : XI. MIA. 1
MATA PELAJARAN : MATEMATIKA
PEMBIMBING : NELLY SURIANI SATTAR S.Pd.

PEMERINTAH KABUPATEN SIMEULUE

DINAS PENDIDIKAN

SMA NEGERI 2 SINABANG

TAHUN AJARAN 2019/2020


KATA PENGANTAR

Assalamualaikum Warahmatullah Wabarakatu...


 Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan
hidayahnya sehingga kami dapat menyelesaikan tugas makalah  ini dengan judul “Turunan
Pertama Fungsi” serta tak lupa pula kami haturkan shalawat serta salam kepada junjungan
Nabi kita Muhammad SAW yang telah membawa kita dari zaman jahiliyah, dari zaman
kebodohan menuju zaman yang sekarang ini yakni zaman yang penuh dengan ilmu
pengetahuan dan teknologi.
Makalah ini di persiapkan dan di susun untuk memenuhi tugas sekolah serta
menambah wawasan dan ilmu pengetahuan, di dalam makalah ini kami menyadari bahwa
penulisanya masih sangat sederhana dan jauh dari kesempurnaan. Namun, besar
harapan kami semoga makalah yang disusun ini bisa bermanfaat. Kami selaku
penulis makalah ini dapat terselesaikan atas usaha keras kami dan bantuan rekan-rekan dalam
diskusi untuk mengisi kekuranganya.
Dalam pembuatan makalah ini kami sangat menyadari bahwa baik dalam
penyampaian maupun penulisan masih banyak kekurangannya untuk itu saran dan kritik dari
berbagai pihak sangat kami harapkan untuk penunjang dalam pembuatan makalah kami
berikutnya.
 Wassalamualaikum Warahmatullah Wabarakatu...

   Sinabang , 17 Mei 2020

Penulis
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Turunan fungsi (diferensial) adalah fungsi lain dari suatu fungsi sebelumnya,


misalnya fungsi f menjadi f' yang mempunyai nilai tidak beraturan. Konsep turunan
sebagai bagian utama dari kalkulus dipikirkan pada saat yang bersamaan oleh Sir Isaac
Newton ahli matematika dan fisika bangsa ingris dan Gottifred Wilhelm Leibniz (1646 –
1716), ahli matematika bangsa Jerman. Turunan (diferensial) digunakan sebagai suatu alat
untuk menyelesaikan berbagai masalah dalam geometri dan mekanika. Turunan dapat
ditentukan tanpa proses limit. Untuk keperluan ini dirancang teorema tentang turunan
dasar, turunan dari operasi aljabar pada dua fungsi, aturan rantai untuk turunan fungsi
komposisi, dan turunan fungsi invers.
Turunan adalah salah satu cabang ilmu matematika yang digunakan untuk
menyatakan hubungan kompleks antara satu variabel tak bebas dengan satu atau beberapa
variabel bebas lainnya.Turunan juga merupakan suatu pengukuran terhadap bagaimana
fungsi berubah seiring perubahan nilai input, atau secara umum turunan menunjukkan
bagaimana suatu besaran berubah akibat perubahan besaran lainnya.
Turunan adalah salah satu operasi matematika yang tidak asing lagi bagi seorang
mahasiswa. Namun tidak dipungkiri bahwa dalam menyelesaikan operasi turunan
membutuhkan waktu yang cukup lama karena harus menyelesaikan perhitungan-
perhitungan yang cukup rumit dan hasilnya pun belum tentu kebenarannya.

B. Tujuan dan Manfaat

1. Agar siswa mengetahui pengertian dari turunan fungsi


2. Agar siswa mengetahui tentang nilai-nilai stasioner
3. Agar siswa mengetahui tentang fungsi naik dan fungsi turun
4. Agar siswa mengetahui tentang persamaan garis singgung dan normal
BAB II
PEMBAHASAN

I. Definisi Turunan
Misalkan fungsi f terdefinisi pada selang terbuka I yang memuat a. Turunan pertama
fungsi f di x = a ditulis f’(a) didefinisikan dengan:
f (a+ h)−f ( a)
f’(a) = lim
h→ 0 h
f’ disebut fungsi turunan pertamadari fungsi asal f, nilai dari f’ untuk sebarang x dalam I

f (x+ h)−f (x)


adalah f’(x) dengan f’(x) = lim . Domain dari fungsi f’ adalah semua nilai x
h→ 0 h
dimana limit diatas ada.
Contoh:Diberikan f(x) = x 2+ 5, tentukan nilai turunan pertama fungsi f di x=2
Penyelesaian:
Nilai turunan pertama fungsi f di x=2 adalahf’(2) dengan menggunakan definnisi diatas,
maka diperoleh:
f ( x +h )−f ( x )
f’(2) = lim
h→ 0 h
f (2+ h )−f (2 )
=lim
h→ 0 h
(2+ h)2+5−( 22−5)
= lim
h→ 0 h
4 h+h 2
= lim
h→ 0 h

= lim
h→ 0
4+ h

f’(2) = 4

II. Rumus – Rumus Turunan dari Beberapa Fungsi


Dengan menerapkan definisi turunan secara langsung pada berbagai fungsi akan
didapat beberapa rumus turunan. Kita tuliskan kembali bahwa definisi turunan pertama f’
dari suatu fungsi f di x adalah
f (x+ h)−f (x)
f’(x) = lim
h→ 0 h
dy
selanjutnya rumus – rumus yang didapat dituliskan dalam notasi f’, y’,Dxf, Dxy, atau .
dx
A. Rumus Turunan Fungsi Aljabar
1. Turunan fungsi polinom
a. Turunan fungsi konstan
Jika f (x) = c, maka f’ (x) = 0

Contoh: f(x) = 10
f’(x) = 0
b. Turunan fungsi linier
Jika f (x) = ax + b, a≠ 0 , maka f’ (x) = a.
Contoh : f (x) = 5x + 7

f’(x) = 5

c. Turunan fungsi pangkat


Jika n bilangan bulat positif dan f (x) = xn maka f’ (x) = nxn-1
Contoh: f (x) = x7
f’ (x) = 7x6
2. Turunan dari suatu kompinasi linear
Jika f (x) = axn maka f’ (x) = n.axn-1
Contoh: f (x) = 4x3
f’ (x) = 3.4x3-1
f’ (x) = 12x2
3. Turunan fungsi hasil kali
Jika f dan g masing – masing adalah fungsi yang terdeferensialkan di x maka fg adalah
terdefrensialkan di x makay = f (x) . g (x) sehingga turunanya yaitu f’ (x) = f’ (x) . g (x)
+ f (x) . g(x)
Contoh: y = (5x2 + 2) (6x – 4)
y’ = .....?
kita misalkan : u = 5x2 + 2 v = 6x – 4
u’ = 10x v’ = 6
y = u.v
y’ =u’v + uv’
maka dari pemisalan di atas dapat kita buat,
y’ = 10x (6x – 4) + (5x2 + 2) 6
= 60x2 – 40x + 30x2 + 12
y’ = 90x2 – 40x + 12

4. Turunan fungsi hasil bagi


f
Jika f dan g terdefrensialkan di x dan g (x) ≠ 0 maka terdefrensialkan di x, maka
g
f (x ) f ' ( x ) . g ( x )−f ( x ) g' (x)
y= sehingga turunanya yaitu y’ =
g ( x) g (x)2
5 x−4
Contoh: y =
x 2+1
y’ = .....?
kita misalkan: u = 5x – 4 v = x2 + 1
u’ = 5 v’ = 2x
maka dari pemisalan di atas dapat kita buat,
u
y=
v
u' v−u v '
y’ =
v2
2
y’ = 5 ( x +1 ) −( 5 x−4 ) (2 x )
¿¿
2 2
y’ = 5 x +5−10 x +8 x
¿¿
2
y’ = −5 x +8 x +5
¿¿
A. Menentukan Nilai Stasioner dan Jenis Ektrim Fungsi

Jika f(x) diferensiabel di x = a dengan f′(a)=0f′(a)=0 maka f(a) adalah nilai stasioner di x = a


dan titik (a, f(a)) disebut titik stasioner dari f(x).

Perhatikan grafik fungsi berikut !

Dari grafik diatas dapat dilihat bahwa f(a) adalah nilai stasioner di x = a dan f(b) adalah nilai
stasioner di x = b, dimana turunan pertama di titik-titik tersebut bernilai nol. Selanjutnya titik
(a, f(a)) dan (b, f(b)) disebut titik stasioner dari fungsi f.

Contoh 1
Tentukan nilai stasioner dan titik stasioner dari fungsi f(x)=x2−4xf(x)=x2−4x

Jawab :
f '(x) = 2x − 4

f(x) stasioner ⇒ f '(x) = 0


⇔ 2x − 4 = 0
⇔ 2x = 4
⇔x=2
Jadi, nilai stasioner dicapai pada saat x = 2

Nilai stasioner : f(2) = (2)2 − 4(2) = −4


Titik stasioner : (2, −4)

Contoh 2
Tentukan nilai stasioner dan titik stasioner dari fungsi f(x)=x3−3x+1f(x)=x3−3x+1
Jawab :
f '(x) = 3x2 − 3
f(x) stasioner ⇒ f '(x) = 0
⇔ 3x2 − 3 = 0
⇔ x2 − 1 = 0
⇔ (x + 1)(x − 1 ) = 0
⇔ x = −1 atau x = 1
Nilai stasioner pada x = −1 :
f(−1) = (−1)3 − 3(−1) + 1 = 3

Nilai stasioner pada x = 1 :


f(1) = (1)3 − 3(1) + 1 = −1

Titik stasioner : (−1, 3) dan (1, −1)

Nilai-nilai stasioner sering juga disebut sebagai bakal calon nilai ektrim. Ada 2 jenis ektrim
fungsi, yaitu nilai balik maksimum dan nilai balik minimum. Nilai balik
maksimum/minimum sering juga disebut dengan nilai  maksimum/minimum
relatif atau maksimum/minimum lokal.

Untuk menentukan jenis ektrim suatu fungsi dapat dilakukan dengan uji turunan pertama dan
uji turunan kedua.

Uji Turunan Pertama

Misalkan f(a) adalah nilai stasioner di x = a.


1.  f(a) adalah nilai balik maksimum, jika : 
     untuk x < a maka f '(x) > 0 (naik)
     untuk x > a maka f '(x) < 0 (turun)
2.  f(a) adalah nilai balik minimum, jika :
     untuk x < a maka f '(x) < 0 (turun)
     untuk x > a maka f '(x) > 0 (naik)

Contoh 3
Dengan menggunakan uji turunan pertama, tentukan jenis ekstrim dari
fungsi f(x)=x3−6x2+9x+1f(x)=x3−6x2+9x+1

Jawab :
f '(x) = 3x2 − 12x + 9

f '(x) = 0
⇔ 3x2 − 12x + 9 = 0
⇔ x2 − 4x + 3 = 0
⇔ (x − 1)(x − 3) = 0
⇔ x = 1 atau x = 3

Nilai stasioner di x = 1 adalah


f(1) = (1)3 − 6(1)2 + 9(1) + 1 = 5

Nilai stasioner di x = 3 adalah


f(3) =  (3)3 − 6(3)2 + 9(3) + 1 = 1

Karena pada x = 1 terjadi perubahan dari naik menjadi turun, maka f(1) = 5 adalah nilai balik
maksimum.
Karena pada x = 3 terjadi perubahan dari turun menjadi naik, maka f(3) = 1 adalah nilai balik
minimum.

Sketsa grafik (update 18/5/17)

Uji Turunan Kedua

Misalkan f(a) adalah nilai stasioner di x = a

 Jika f ''(a) < 0 maka f(a) adalah nilai balik maksimum. 


 Jika f ''(a) > 0 maka f(a) adalah nilai balik minimum. 
 Jika f ''(a) = 0 maka jenis ekstrim belum dapat ditetapkan (gunakan uji turunan
pertama untuk menentukan jenis ekstrimnya)

Contoh 4
Dengan menggunakan uji turunan kedua, tentukan jenis ekstrim dari
fungsi f(x)=x3−6x2+9x+1f(x)=x3−6x2+9x+1

Jawab :
f '(x) =  3x2 − 12x + 9
f ''(x) = 6x − 12

f '(x) = 0
⇔ 3x2 − 12x + 9 = 0
⇔ x2 − 4x + 3 = 0
⇔ (x − 1)(x - 3) = 0
⇔ x = 1 atau x = 3

Nilai stasioner pada x = 1 :


f(1) = (1)3 − 6(1)2 + 9(1) + 1 = 5

Nilai stasioner pada x = 3


f(3) = (3)3 − 6(3)2 + 9(3) + 1 = 1

Uji turunan kedua


f ''(1) = 6(1) − 12 = −6 < 0
Karena f ''(1) < 0 maka f(1) = 5 adalah nilai balik maksimum

f ''(3) = 6(3) − 12 = 6 > 0


Karena f ''(3) > 0 maka f(3) = 1 adalah nilai balik minimum

Contoh 5
Tentukan jenis ekstrim dari fungsi f(x)=x4+1f(x)=x4+1

Jawab :
f '(x) = 4x3 
f ''(x) = 12x2 

f '(x) = 0
⇔ 4x3 = 0
⇔x=0

Nilai stasioner pada x = 0 :


f(0) = (0)4 + 1 = 1

Uji turunan kedua


f ''(0) = 12(0)2  = 0
Karena f ''(0) = 0 maka f(0) belum dapat ditetapkan
Uji turunan pertama
untuk x < 0 diperoleh f '(x) < 0 (turun)
untuk x > 0 diperoleh f '(x) > 0 (naik)

Karena pada x = 0 terjadi perubahan dari turun menjadi naik, maka f(0) = 1 adalah nilai balik
minimum.

Latihan Soal

Latihan 1
Diketahui fungsi y=ax3+bx2y=ax3+bx2 dengan a dan b konstan. Jika nilai stasioner
di x=1x=1 adalah −1, tentukan nilai a − b !

Jawab :
Substitusi titik stasioner (1, −1) ke fungsi y :
y = ax3 + bx2
⇔ −1 = a(1)3 + b(1)2
⇔ −1 = a + b .................(1)

f(x) = ax3 + bx2


f '(x) = 3ax2 + 2bx

Karena f stasioner di x = 1 maka :


f '(1) = 0
⇔ 3a(1)2 + 2b(1) = 0
⇔ 3a + 2b = 0 ................(2)

Eliminasi (1) dan (2)


  a +   b = −1   ×3
3a + 2b = 0     ×1

3a + 3b = −3
3a + 2b = 0   _
          b = −3

Dari persamaan (1)


a + b = −1
a + (−3) = −1
a=2

Jadi, a − b = 2 − (−3) = 5

Latihan 2
Grafik fungsi kuadrat f(x)=−x2−2px+3f(x)=−x2−2px+3 mencapai nilai balik maksimum
untuk absis x=−1x=−1. Tentukan nilai p dan koordinat titik balik maksimum fungsi tersebut !

Jawab :
f(x) = −x2 − 2px + 3
f '(x) = −2x − 2p
Karena f mencapai nilai balik maksimum di x=−1x=−1 maka :
f '(−1) = 0
⇔ −2(−1) − 2p = 0
⇔ 2 − 2p = 0
⇔p=1

Untuk p = 1 maka 
f(x) = −x2 − 2(1)x + 3
f(x) = −x2 − 2x + 3

Nilai balik maksimum :


f(−1) = −(−1)2 − 2(−1) + 3 = 4

Jadi, titik balik maksimum : (−1, 4)

Latihan 3
Fungsi kuadrat f(x)=ax2+bx−5f(x)=ax2+bx−5 mempunyai koordinat titik balik minimum
di (2,−9)(2,−9). Hitunglah nilai a+ba+b !

Jawab :
Substitusi titik (2, −9) ke fungsi f(x)
−9 = a(2)2  + b(2) − 5
4a + 2b = −4 ......................(1)

f '(x) = 2ax + b
Karena f mencapai nilai balik minimum di x=2x=2, maka :
f '(2) = 0
2a(2) + b = 0
4a + b = 0 ..........................(2)

Eliminasi (1) dan (2) diperoleh 


a=1
b = −4

Jadi, a + b = 1 + (−4) = −3
Gambar 1. merupakan grafik fungsi f(x) = – (x – 1)2 + 4. Turunan pertama dari fungsi f(x) =
– (x – 1)2 + 4 adalah f '(x) = –2(x – 1). Untuk x = 1, diperoleh f '(1) = –2(1 – 1) = 0. Oleh
karena nilai f '(1) = 0 maka fungsi f(x) = –(x – 1)2 + 4 mencapai nilai stasioner di x = 1
dengan nilai stasioner f(1) = – (1 – 1)2 + 4 = 4. Selanjutnya, titik (1, 4) disebut titik stasioner.

Gambar 1. grafik fungsi f(x) = – (x – 1)2 + 4.


Dari contoh di atas dapatkah Anda menduga pengertian nilai stasioner fungsi? Cobalah
nyatakan dengan kata-kata Anda sendiri. Konsep nilai stasioner fungsi yang telah Anda
pelajari tersebut merupakan hal khusus dari hal umum berikut.

Amati f "(x) > 0 untuk x < 0, dikatakan f cekung ke atas pada x < 0, f "(x) < 0 untuk 0 < x <
2, dikatakan f cekung ke bawah pada 0 < x < 2, dan f "(x) > 0 pada x > 2, dikatakan f cekung
ke atas pada x > 2.

Di sekitar x = 0 (titik (0, 0)) terjadi perubahan kecekungan dari cekung ke atas menjadi
cekung ke bawah sehingga titik (0, 0) merupakan titik belok grafik fungsi f. Apakah titik (2,
0) merupakan titik belok? Bagaimana dengan titik (3, 0)? Dari uraian tersebut, dapatkah
Anda menyatakan pengertian nilai stasioner fungsi? Cobalah nyatakan pengertian nilai
stasioner fungsi dengan kata-kata Anda sendiri.

Definisi 1 :

Diketahui fungsi y = f(x) kontinu dan dapat diturunkan (diferentiable) di x = c. Fungsi y =


f(x) memiliki nilai stasioner f(c) jika f '(c) = 0 dan titik (c, f(c)) disebut titik stasioner.

Contoh Soal 1 :
a. Tentukan nilai stasioner fungsi f(x) = 3x2 – 6x + 5.
b. Tentukan nilai stasioner dan jenisnya untuk fungsi f(x) = x3 + 4x2 – 3x + 2.

Pembahasan :

a. f(x) = 3x2 – 6x + 5 → f '(x) =6x – 6

Nilai stasioner diperoleh jika f '(x) = 0 sehingga :

f '(x) = 0
6x – 6 = 0
x = 1.

f(1) = 3.12 – 6. 1 + 5 = 2

Jadi, nilai stasioner f(x) = 3x2 – 6x + 5 adalah f(1) = 2

b. f(x) = x3 + 4x2 – 3x + 2


f '(x) = 3x2 + 8x – 3
untuk f '(x) = 0
3x2 + 8x – 3 = 0
(3x – 1) (x + 3) = 0
x = 1/3 atau x = –3

↔ f ' (1/3) = 0 dan f '(–3) = 0

sehingga untuk x = 1/3 diperoleh :

untuk x = –3 diperoleh f(–3) = (–3)3 + 4 (3)2 – 3.3 + 2 = 2

Jadi, nilai stasioner f(x) = x3 + 4x2 – 3x + 2  adalah f (1/3) =   dan f(–3) = 2.

Titik   dan (–3, 2) dinamakan titik stasioner.

Untuk menentukan jenis stasioner, pelajari interval f '(x) di bawah.

Untuk mengetahui nilai f '(x) pada selang x < –3, –3 < x < 1/3, dan x > 1/3, substitusikan nilai
x untuk selang interval tersebut pada f '(x) sehingga diperoleh

• untuk x = –4, f '(–4) = 13 > 0 sehingga f(x) naik untuk x < –3;
• untuk x = 0, f '(0) = –3 < 0 sehingga f(x) turun untuk interval –3 < x < 1/3;
• untuk x = 1, f '(1) = 8 > 0 sehingga f(x) naik untuk x > 1/3.
Jadi, nilai f '(x) dapat digambarkan pada selang interval di atas.

Dari gambar untuk selang interval tersebut :

• titik (–3, 2) adalah titik maksimum,

• titik   adalah titik minimum.

2. Menentukan Nilai Stasioner Suatu Fungsi

Anda telah mempelajari cara menentukan nilai stasioner dengan uji tanda turunan pertama.
Misalkan, fungsi f(x) = x3 – 3x2 dengan f '(x) = 3x2 – 6x. Untuk f '(x) = 0 diperoleh titik-titik
stasioner (0, 0) dan (2, –4), dengan (0, 0) dinamakan titik balik maksimum lokal, sedangkan
(2, –4) dinamakan titik balik minimum lokal. Sekarang, pelajarilah cara menentukan nilai
stasioner suatu fungsi dan penerapannya menggunakan turunan kedua.

Dengan menggunakan turunan kedua jenis titik stasioner dapat ditentukan sebagai berikut.

• Jika f "(c) < 0, f(c) adalah nilai maksimum lokal fungsi f(x) dan titik (c, f(c)) adalah titik
balik maksimum lokal grafik fungsi f(x).
• Jika f "(c) > 0, f(c) adalah nilai minimum lokal fungsi f(x) dan titik (c, f(c)) adalah titik
balik minimum lokal grafik fungsi f(x).
• Jika f "(c) = 0 atau tidak mempunyai turunan kedua, jenis nilai stasioner dilakukan dengan
menggunakan uji turunan pertama.

Contoh Soal 2 :

Tentukan jenis nilai stasioner fungsi f(x) = x3 – 6x2 + 9x + 1 dan f(x) = x4 – 4x3 dengan
menggunakan uji turunan kedua.

Penyelesaian :

• Untuk fungsi f(x) = x3 – 6x2 + 9x + 1


f '(x) = 3x2 – 12x + 9 = 3(x – 1) (x – 3)
f "(x) = 6x – 12

Nilai stasioner diperoleh untuk f '(x) = 0, yaitu :


3(x – 1) (x – 3) = 0
x = 1 atau x = 3

Nilai stasionernya adalah x = 1 atau x = 3 untuk x = 1, f "(1) = –6 < 0, sedangkan untuk x = 3,


f "(3) = 6 > 0 sehingga :

f(1) adalah nilai maksimum lokal fungsi f(x), yaitu f(1) = 5


f(3) adalah nilai minimum lokal fungsi f(x), yaitu f(3) = 1

• Untuk fungsi f(x) = f(x) = x4 – 4x3


f '(x) = 4x3 – 12x2 = 4x2 (x – 3)
f "(x) = 12x2 – 24x

Nilai stasioner diperoleh untuk f '(x) = 0, yaitu x = 0 atau x = 3 untuk x = 0, f "(0) = 0 dan
untuk x = 3, f "(3) = 36 > 0 sehingga :

f(3) adalah nilai minimum lokal fungsi f(x), yaitu f(3) = –27.

Untuk x = 0 dengan f "(0) = 0 jenis nilai stasioner ditentukan dengan uji turunan pertama.

Sekarang, amati diagram di bawah ini.

Amati f "(x) > 0 untuk x < 0, dikatakan f cekung ke atas pada x < 0, f "(x) < 0 untuk 0 < x <
2, dikatakan f cekung ke bawah pada 0 < x < 2, dan f "(x) > 0 pada x > 2, dikatakan f cekung
ke atas pada x > 2.

Di sekitar x = 0 (titik (0, 0)) terjadi perubahan kecekungan dari cekung ke atas menjadi
cekung ke bawah sehingga titik (0, 0) merupakan titik belok grafik fungsi f. Apakah titik (2,
0) merupakan titik belok? Bagaimana dengan titik (3, 0)?

Dari contoh tersebut dapatkah Anda menduga cara menentukan nilai stasioner suatu fungsi?
Cobalah nyatakan dengan kata-kata Anda sendiri. Konsep yang telah Anda pelajari tersebut
membawa kita pada definisi berikut.

Definisi 2 :

f cekung ke atas pada [a, b] jika f "(x) > 0 dan f cekung ke bawah jika f "(x) < 0. Perubahan
kecekungan disebut titik belok.
B. Fungsi Naik dan Fungsi Turun

Dalam suatu fungsi, kita mengenal dua jenis karakteristik fungsi tersebut, yaitu fungsi
naik dan fungsi turun. Kadang kita bisa mengatakan bahwa suatu fungsi itu selalu naik, atau
selalu turun. Sering juga kita menjumpai suatu fungsi yang naik pada selang tertentu, tetapi
juga turun pada selang yang lain. Hal-hal itulah yang akan kita diskusikan pada pembahasan
ini. Setelah membaca pembahasan ini, diharapkan kita dapat memiliki kemampuan berikut.

1. Menentukan selang di mana suatu fungsi naik atau turun.


2. Menerapkan Uji Turunan Pertama untuk menemukan nilai ekstrim lokal suatu fungsi.

Fungsi Naik dan Turun

Pertama, kita definisikan suatu fungsi dapat dikatakan sebagai fungsi naik atau fungsi turun.
Perhatikan definisi berikut.

Definisi Fungsi Naik dan Turun


Suatu fungsi f dikatakan naik pada suatu selang jika untuk sembarang dua
bilangan x1 dan x2 dalam selang tersebut, x1 < x2 mengakibatkan f(x1) < f(x2).
Suatu fungsi f dikatakan turun pada suatu selang jika untuk sembarang dua
bilangan x1 dan x2 dalam selang tersebut, x1 < x2 mengakibatkan f(x1) > f(x2).

Suatu fungsi dikatakan naik jika x bergerak ke


kanan, grafik fungsi tersebut bergerak ke atas, dan turun jika grafik fungsi tersebut bergerak
ke bawah. Sebagai contoh, fungsi di samping naik pada selang (–∞, a), konstan pada selang
(a, b), dan turun pada selang (b, ∞). Seperti yang ditunjukkan Teorema Uji Fungsi Naik dan
Turun di bawah ini, turunan positif akan mengakibatkan suatu fungsi akan naik, turunan
negatif akan mengakibatkan fungsi tersebut turun, dan turunan nol pada seluruh selang akan
mengakibatkan fungsi tersebut konstan pada selang tersebut.

Teorema Uji Fungsi Naik dan Turun


Misalkan f adalah fungsi yang kontinu pada selang tutup [a, b] dan terdiferensialkan pada
selang buka (a, b).
1. Jika f ’(x) > 0 untuk semua x dalam (a, b), maka f naik pada [a, b].
2. Jika f ’(x) < 0 untuk semua x dalam (a, b), maka f turun pada [a, b].
3. Jika f ’(x) = 0 untuk semua x dalam (a, b), maka f konstan pada [a, b].

Pembuktian
Kasus 1: Untuk membuktikan kasus pertama, anggap bahwa f ’(x) > 0 untuk semua x dalam
selang (a, b) dan misalkan x1 < x2 adalah sembarang dua titik dalam selang tersebut.
Berdasarkan Teorema Nilai Rata-Rata, kita tahu bahwa ada suatu bilangan c sedemikian
sehingga x1 < c < x2, dan

Karena f ’(c) > 0 dan x2 – x1 > 0, maka f(x2) – f(x1) > 0, yang mengakibatkan bahwa f(x1)
< f(x2). Jadi, f naik pada selang tersebut.
Kasus 2: Untuk kasus ini, kita dapat membuktikannya dengan menggunakan alur yang serupa
dengan kasus 1.
Kasus 3: Misalkan f ’(x) = 0 untuk semua x dalam selang (a, b) dan misalkan x1 < x2 adalah
sembarang duat titik dalam selang tersebut. Berdasarkan Teorema Nilai Rata-Rata, kita tahu
bahwa ada suatu bilangan c sedemikian sehingga x1 < c < x2, dan

Karena f ’(c) = 0 maka f(x1) – f(x2) = 0, yang berakibat f(x1) = f(x2). Jadi, fungsi tersebut tidak
naik ataupun tidak turun. Dengan kata lain, fungsi tersebut konstan pada selang tersebut.
C. Persamaan Garis Singgung Dan Normal

1. GARIS SINGGUNG DAN GARIS NORMAL

Arti geometri dari turunan fungsi di satu tititk adalah gradien garis singgung pada grafik
fungsinya. Jika suatu fungsi terdiferensialkan di satu titik dan turunan pertamanya kontinu di
sekitar titik itu, maka persamaan garis singgung di titik itu dapat ditentukan. Turunan
pertamanya ditentukan dengan aturan menentukan turunan, definisi turunan, turunan implisit,
atau turunan parameter. Garis singgung dan garis normal pada suatu fungsi didefinisikan
sebagai berikut di bawah ini.

Definisi
Misalkan fungsi f terdiferensialkan pada selang terbuka I yang memuat c dan fungsi
turunan pertama f ’ kontinu pada I.
Garis singgung pada fungsi f di c didefinisikan sebagai garis yang melalui titik (c, f(c))
dengan gradien
mgs =
Garis normal pada grafik fungsi f di c didefinisikan sebagai garis yang melalui (c, f(c))
dan tegak lurus pada garis singgungnya.
Catatan Dari syarat dua garis saling tegak lurus, jika mgs = , dan ≠ 0, maka gradien garis
normalnya adalah
Persamaan Garis Singgung

Jika titik P (x1, y1) terletak pada kurva y = f(x), maka persamaan garis singgung kurva yang
memlaui titik tersebut adalah :

y− y1 =m ( x−x 1 )

dimana m adalah gradien (kemiringan) garis, dengan m=f ' ( x )= y '

CONTOH SOAL :

Tentukan persamaan garis singgung pada kurva y = x³ – 3x di titik (2, 2) dan gambarkan
grafiknya.

Penyelesaian :

f(x) = x³ – 3x

f ‘(x) = 3x² – 3

m = f ‘(2) = 12 – 3 = 9

Jadi, persamaan garis singgungnya adalah

y – y1 = m(x – x1)

y – 2 = 9 (x – 2)

y – 2 = 9x – 18

y = 9x – 16

20
15
10
5
0
-3 -2 -1 -5 0 1 2 3 4
-10
-15
-20
-25
-30
-35
-40
Kurva Persamaan Garis Singgung
CONTOH SOAL

Tentukan persamaan garis singgung pada kurva y = x4 – 7x2 + 20 di titik yang berabsis 2
dan gambarkan grafiknya.

Penyelesaian :

Jika x = 2 maka kita dapat mencari y

y = x4 – 7x2 + 20 = y = 24 – 7.22 + 20 = 16 – 28 + 20 = 8

sehingga didapat titik singgung nya pada kurva (2, 8)

gradien garis singgung nya adalah :

m = y’ = 4x3 – 14 x = 4.23 – 14.2 = 32 – 28 = 4

Jadi, persamaan garis singgungnya adalah

y – y1 = m(x – x1)

y – 8 = 4(x – 2)

y – 8 = 4x – 8

y = 4x

10000

8000

6000

4000

2000

0
-15 -10 -5 0 5 10 15

-2000

Kurva Persamaan Garis Singgung


CONTOH SOAL

Tentukan persamaan garis singgung dan garis normal pada kurva y = x2 + x + 1 dan
melalui titik yang berabsis −1 serta gambarkan grafiknya.

Penyelesaian :

Pada kurva y = x2 + x + 1 dan melalui titik yang berabsis −1 titik singgungnya adalah
(−1,y) karena baru diketahui absis x = −1

y = (−1)2 + (−1) + 1 = 1

jadi titik singgungnya (−1,1)

y = x2 + x + 1 , y' = 2x + 1 → m = 2(−1) + 1 = −1

Persamaan garis singgung nya adalah ;

Melalui (−1, 1) dan bergradien m = −1

y − y1 = m(x − x1)

y – 1 = −1(x + 1)

y=−x

Gradien garis normal nya pada titik (−1, 1) adalah

'
m gn=−1/f (c )

' −1
Gradien garis normalnya yang melalui titik (-1, 1) adalah m gn=−1/f (c )= =1
−1

sehingga persamaan garis normalnya adalah

y− y1 =mgn ( x −x1 )

y−1=1 ( x +1 )

y=x +2
120

100

80

60

40

20

0
-15 -10 -5 0 5 10 15

-20

Kurva Garis Singgung Garis Normal

1. DIFERENSIAL DAN HAMPIRAN

dy
Kita telah menggunakan cara penulisan Leibniz untuk turunan y terhadap x. Sampai
dx

dy
sekarang, kita telah memperlakukan sebagai lambang belaka dan tidak mencoba
dx
memberikan arti tersendiri pada dy dan dx.

Untuk memberikan gambaran dari definisi tersebut, andaikan P (x0, y0) adalah titik tetap pada
grafik y = f(x), seperti terlihat pada gambar dibawah ini.

y = f(x)
dy
y

P (x0, y0)
dx
garis
singgung
x
Dengan P sebagai titik asal, perkenalkan sumbu-sumbu koordinat baru (sumbu-sumbu dx dan
dy) sejajar dengan sumbu-sumbu x dan y yang lama. Dalam sistem koordinat yang baru ini,
garis singgung di P secara khas mempunyai persamaan sederhana, yakni dy = m dx, dimana
m adalah kemiringannya. Tetapi kemiringan m terhadap sistem koordinat baru sama saja
seperti terhadap sistem xy lama. jadi, m = f ' (x0), sehingga persamaan garis singgung boleh
dituliskan

dy =f ' ( x 0 ) dx

Kegunaan gagasan ini terletak pada kenyataan dasar bahwa garis singgung tersebut sangat
dekat pada kurva y = f(x) di sekitar P (x0, y0). Lihat gambar di bawah ini!

y = f(x)
y

∆y
dy
P (x0, y0)
∆x

garis
singgung
x0 x0 + ∆x x

Jadi jika x mendapatkan pertambahan kecil ∆x = dx, pertambahan yang berpadanan dalam y
pada kurva adalah ∆y = f(x0 + ∆x) – f(x0), sedangkan pada garis singgung adalah dy =

f ' ( x 0 ) ∆ x. Tetapi dy merupakan suatu hampiran terhadap ∆y dan hanya berupa konstanta kali
∆x, yang secara normal lebih mudah di hitung.

DIFERENSIAL TERDEFINISI Berikut adalah definisi formal dari diferensial

Definisi

(Diferensial). Andaikan y = f(x) terdiferensialkan di x dan andaikan bahwa dx,


diferensial dari peubah bebas x, menyatakan pertambahan sebarang dari x.
Diferensial yang bersesuaian dengan dy dari peubah tak-bebas y didefinisikan oleh

dy =f ' ( x ) dx
Sekarang anda perlu memperhatikan beberapa hal. Pertama, karena dy = f ' (x) dx,

dy
pembagian kedua ruas oleh dx menghasilkan f ' ( x )= anda dapat melakukannya;
dx
menafsirkan turunan sebagai suatu hasilbagi dua diferensial.

Kedua, bersesuaian dengan setiap aturan turunan, ada aturan diferensial yang diperoleh dari
bentuk sebelumnya dengan mengalikannya pada dx.

Aturan Turunan Aturan Diferensial

dk
1. =0 1. dk =0
dx

d (ku) du
2. =k 2. d ( ku ) =k du
dx dx

d (u+ v) du dv
3. = + 3. d ( u+v ) =du+dv
dx dx dx

d (uv) dv du
4. =u + v 4. d ( uv )=u dv +v du
dx dx dx
5.

d (u/ v)
=
v ( dudx )−u( dvdx ) 5. d ( uv )= v du−u
2
v
dv

2
dx v
d (un ) du
6. =n un−1 6. d ( un ) =n un−1 du
dx dx

Ketiga, meskipun definisi dy menganggap bahwa x y adalah sebuah peubah bebas, anggapan
tersebut tidak penting. Andaikan y = f(x), dengan x = g(t). Maka t adalah peubah bebas dan x
dan y keduanya bergantung padanya. Sekarang

dx=g ' ( t ) dt

dan karena

y=f ( g ( t ) )
dy =f ' ( g ( t ) ) g' ( t ) dt

¿ f ' ( x ) dx

Perhatikan bahwa dy ternyata adalah f ' ( x ) dx, sama halnya seperti jika x adalah peubah bebas.

Akhirnya, Hati-hatilah membedakan turunan dan diferensial. Mereka tidak sama. Bila

dy
anda menulis Dxy atau , berarti anda menggunakan lambang untuk turunan, sebaliknya
dx
bila anda menuliskan dy, maka anda menyatakan diferensial.

CONTOH SOAL

Cari dy jika

(a) y = x3 – 3x + 1
(b) y= √ x 2 +3 x
(c) y=sin ( x 4−3 x 2−11 )

Penyelesaian. Jika kita mengetahui bagaimana menghitung turunan, maka kita tahu
bagaimana menghitung diferensial. Kita hanya menghitung turunan dan mengalikannya
dengan dx.

(a) dy = (3x2 – 3) dx
−1
1 2 2 2 x+3
(b) dy = ( x +3 x ) (2 x +3 ) dx= dx
2 2 √ x 2+ 3 x
(c) dy =cos ( x 4 −3 x 2 +11 ) . ( 4 x3 −6 x ) dx

HAMPIRAN

Diferensial akan memainkan beberapa peranan, tetapi untuk sekarang ini penggunaan
utamanya adalah dalam peyediaan hampiran-hampiran.

Andaikan y = f(x), seperti yang diperlihatkan dalam gambar di bawah ini

y y = f(x)

∆y
dy
f(x+∆x)
Bilamana x diberikan tambahan ∆x, maka y menerima tambahan yang berpadanan ∆y, yang
dapat dihampiri oleh dy. Jadi , f(x + ∆x) dihampiri oleh :

CONTOH SOAL

Andaikan anda memerlukan hampiran yang baik terhadap √ 4.6 dan √ 8.2 , tanpa
menggunakan kalkulator. Apa yang mungkin anda kerjakan ?

Penyelesaian.

Lihat grafik dari y= √ x dibawah ini!

dx = -0.8
dx = 0.6
dy = -0.133
3

2 dy = 0.15

1
Bilamana x berubah dari 4 ke 4.6 maka √ x berubah dari √ 4 = 2 ke √ 4 + dy (secara
hampiran).

Sekarang

1 1
dy = x −1 /2 dx= dx
2 2 √x

sedangkan di x = 4 dan dx = 0.6 mempunyai nilai

1 0.6
dy = ( 0.6 ) = =0.15
2 √4 4

jadi : √ 4.6 ≈ √ 4 +dy=2+ 0.15=2.15

Serupa, di x = 9 dan dx = - 0.8 ;

1 −0.8
dy = (−0.8 )= =0.133
2 √9 6

karena itu,

√ 8.2 ≈ √9+ dy=3−0.133=2.867

PENAKSIRAN GALAT (ERROR)

Berikut adalah masalah khas dalam sains. Seseorang peneliti mengukur peubah x tertentu
yang bernilai x0 dengan galat yang mungkin berukuran ±∆x. Nilai x0 kemudian dipakai
menghitung nilai y0 untuk y yang tergantung pada x. Nilai y0 tercemar oleh galat dalam x,
tetapi seberapa buruk? Prosedur baku adalah menaksir galat ini dengan memakai sarana
diferensial.
CONTOH SOAL

Rusuk kubus diukur dengan panjang 11.4 cm dengan kemungkinan galat ± 0.05 cm.
Hitung volume kubus dan berikan suatu taksiran galat dalam nilai ini.

Penyelesaian

Volume kubus V yang rusuknya x adalah V = x3. Jadi dV = 3x2 dx. Jika x = 11.4 dan dx =
0.05, maka V = (11.4)3 ≈ 1482 dan

dV = 3 (11.4)2 (0.05) ≈ 19

Jadi, kita dapat melaporkan volume kubus sebagai 1482 ± 19 cm3.

3. HAMPIRAN TAYLOR TERHADAP FUNGSI

HAMPIRAN LINEAR

Pemikiran di balik hampiran diferensial yang diperkenalkan sebelumnya adalah


menghampiri suatu kurva di dekat sebuah titik dengan menggunakan garis singgung pada
titik tersebut. Lihat gambar di bawah ini! Persamaan garis singgung pada kurva y = f(x) di
(a, f(a)) adalah

y=f ( a ) + f ' ( a ) (x−a)

y y = f(x)

y = f(a) + f’(a)(x-a)

(a, f(a))
a x x

Secara langsung ini menuju ke Hampiran Linear

f ( x ) ≈ f ( a ) + f ' ( a ) (x−a)

Polinom Linear P1 ( x )=f ( a ) + f ' ( a ) ( x−a) disebut Polinom Taylor Orde 1 pada a untuk
f(x), menurut matematikawan Inggris, Brook Taylor (1658-1731). Kita dapat
mengharapkan P1(x) merupakan suatu hampiran yang baik terhadap f(x) hanya di dekat x =
a.

CONTOH SOAL

Carilah P1(x) pada a = 1 untuk f(x) = ln x dan gunakan untuk menghampiri ln (0.9) dan ln
(1.5)

Penyelesaian :

1
Karena f(x) = ln x, maka f '(x) = ; maka f(1) = 0 dan f ' ( 1 )=1. Karenanya :
x

P1 ( x )=0+1 ( x−1 )=x−1

Akibatnya :

ln x ≈ x −1
ln ( 0.9 ) ≈ 0.9−1=−0.1

ln ( 1.5 ) ≈ 1.5−1=0.5

POLINOM TAYLOR ORDE n

Polinom kuadrat unik yang memenuhi kondisi-kondisi ini (Polinom Taylor orde 2
pada a) adalah :

P2 ( x ) =f ( a ) + f ' ( a )( x−a ) +f (a)} over {2} {(x-a)} ^ {2 ¿


Hampiran kuadrat yang berpadanan adalah

f ( x ) ≈ f ( a ) + f ' ( a )( x−a ) +f (a)} over {2} {(x-a)} ^ {2 ¿

CONTOH SOAL

Carilah P2(x) pada a = 1 untuk f(x) = ln x dan gunakan untuk menghampiri ln (0.9) dan ln
(1.5)

Penyelesaian :

1
Karena f(x) = ln x, maka f '(x) = ; dan f (x)= {-1} over {{x} ^ {2} maka f(1) = 0 ,
x
f ' ( 1 )=1 , f (1)=-

Jadi :

1
P2 ( x ) =0+1 ( x −1 )− ( x−1 )2
2

Akibatnya :

1
ln x ≈ ( x−1 )− ( x−1 )2
2

1
ln ( 0.9 ) ≈ ( 0.9−1 )− ( 0.9−1 )2=−0.1050
2
1
ln ( 1.5 ) ≈ ( 1.5−1 )− ( 1.5−1 )2=0.3750
2

Polinom Taylor orde n pada a; yaitu polinom orde ke-n Pn

Pn ( x ) =f ( a )+ f ' ( a ) ( x−a ) + f (a)} over {2!} {(x-a)} ^ {2} +…+ {{f} ^ {left (n right )} (a)} over {n!} {(x-a)}
Hampiran yang berpadanan adalah

f ( x ) ≈ f ( a ) + f ' ( a )( x−a ) +f (a)} over {2!} {(x-a)} ^ {2} +…+ {{f} ^ {left (n right )} (a)} over {n!} {(x-a)} ^ {n

Dalam hal a = 0, polinom Taylor peringkat n disederhanakan menjadi Polinom Maclaurin


orde n. Polinom ini memberikan hampiran yang sahih dekat x = 0, yakni

f ( x ) ≈ f ( 0 ) + f ' ( 0 ) x +f (0)} over {2!} {x} ^ {2} +…+ {{f} ^ {left (n right )} (0)} over {n!} {x}

CONTOH SOAL

Cari polinom-polinom Maclaurin orde n untuk ex dan cos x. Kemudian hampiri e-0.2 dan
cos (0.2) dengan menggunakan n = 4.
Penyelesaian. Perhitungan turunan-turunan yang diperlukan diperlihatkan pada tabel

pada x = 0 pada x = 0
f(x) ex 1 cos x 1
f ’ (x) ex 1 - sin x 0
f “ (x) ex 1 - cos x -1
f(3) ex 1 sin x 0
f(4) ex 1 cos x 1
f(5) ex 1 - sin x 0
⋮ ⋮ ⋮ ⋮ ⋮

Diperoleh bahwa

1 2 1 3 1 4 1
e x ≈ 1+ x+ x + x + x + …+ x n
2! 3! 4! n!

1 2 1 4 1
cos x=1− x + x −…+ (−1 )n /2 x n (n genap)
2! 4! n!

Jadi dengan menggunakan n = 4 dan x = 0.2, kita peroleh

1 1 1
e 0.2 ≈1+ 0.2+ ( 0.2 )2 + ( 0.2 )3 + ( 0.2 )4 =1.2214
2! 3! 4!

1 1
cos ( 0.2 ) =1− ( 0.2 )2 + ( 0.2 )4 ≈ 0.9800667
2! 4!

BAB III
KESIMPULAN

 Turunan fungsi (diferensial) adalah fungsi lain dari suatu fungsi sebelumnya,


misalnya fungsi f menjadi f' yang mempunyai nilai tidak beraturan.
 Jika f(x) diferensiabel di x = a dengan f′(a)=0f′(a)=0 maka f(a) adalah nilai stasioner
di x = a dan titik (a, f(a)) disebut titik stasioner dari f(x).

 Suatu fungsi f dikatakan naik pada suatu selang jika untuk sembarang dua
bilangan x1 dan x2 dalam selang tersebut, x1 < x2 mengakibatkan f(x1) < f(x2).
 Suatu fungsi f dikatakan turun pada suatu selang jika untuk sembarang dua
bilangan x1 dan x2 dalam selang tersebut, x1 < x2 mengakibatkan f(x1) > f(x2).
 Garis singgung pada fungsi f di c didefinisikan sebagai garis yang melalui titik (c,
f(c)) dengan gradien
 Garis normal pada grafik fungsi f di c didefinisikan sebagai garis yang melalui (c,
f(c)) dan tegak lurus pada garis singgungnya

Anda mungkin juga menyukai