Anda di halaman 1dari 11

MAKALAH BERSATU DALAM

KERAGAMAN DAN DEMOKRASI

Disusun oleh:
1. Aldi Prasetya Aji (01)
2. Dinda Aulia Brilianti (04)
3. Elsa Rahmadhea Prihastika (05)
4. Ira Mutianing Sari (11)
5. Risqy Widya Eka Cahyani (23)
6. Shindi Aulia Nidha (31)
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Keberagaaman adalah suatu kondisi masyarakat dimana terdapat
perbedaan perbedaan dalam berbagai bidang terutama bangsa, ras,
agama, ideologi dan budaya.
Indonesia merupakan penduduk mayoritas Islam terbesar di dunia,
jadi tidaklah mengherankan jika Indonesia mendapat perhatian khusus dari
dunia. Seiring dengan pergerakan globalisasi yang terus berkembang,
apakah Islam dapat membangun persatuan dalam kehidupan masyarakat?
Akhirnya muncul pertanyaan, bagaimana Islam menyikapi
perbedaan dan keberagaman yang ada? Dan bagaimana pula dapat
mewujudkan persatuan dan kesatuan umat dalam bingkai Negara
Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) ditengah-tengah masyarakat
majemuk.
Demokrasi adalah suatu bentuk pemerintahan dimana semua
warganya memiliki hak yang sama dalam pengambilan suatu keputusan
yang dapat mengubah hidup mereka. Demokrasi juga diartikan sebagai
pemerintahan dari Rakyat, oleh Rakyat, dan untuk Rakyat.
Demokrasi dalam islam adalah ideologi politik yang berusaha
menerapkan prinsip prinsip islam kedalam kebijakan politik dalam kerangka
demokrasi.
Di indoneisia rakyat juga berwenang untuk memilih presiden dan
wakil presiden secara langsung. Sedangkan dalam Islam, demokrasi sudah
diajarkan oleh Rasulullah SAW Contohnya, pada saat perang Badar,
Rasululah mendengarkan saran sahabatnya mengenai lokasi perang
walaupum itu bukan pilihan yang diajukan rasulullah
Sistem demokarasi di Barat memiliki tujuan tujuan yang sifatnya
duniawi dan materialistis. Oleh karena itu kita harus memppelajari sistem
demokrasi yang sejalan dengan aturan islam.
1.2 Rumusan Masalah
1. Bagaimana sikap Islam menghadapi Keberagaman?
2. Bagaimana Jalannya demokrasi dalam Islam?
3. Bagaimana pandangan Islam terhadap Demokrasi?

1.3 Tujuan
1. Memenuhi Tugas Mata Pelajaran Pendidikan Agama Islam
2. Untuk mengetahui pandangan islam terhadap demokrasi
3. Untuk mengeahui bagaimana sikap islam dalam menghadapi
Kebergaman

1.4 Manfaat Penulisan


Menambah pengetahuan tentang keberagaman dan demokrasi
dalam ajaran islam
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Bersatu dalam Keragaman
Pluralitas, kebhinnekaan, keragaman, perbedaan dan kemajemukan
merupakan fakta yang tidak dapat dipungkiri. Bahkan dalam tradisi Islam
al-Quran menegaskan hal ini.
Pluralitas, kebhinnekaan, keragaman, perbedaan, dan kemajemukan
merupakan sunnatullah (Ketetapan Allah Swt.) Sebagaimana dijelaskan
dalam beberapa firman-Nya, antara lain QS.Hud/11:118 dan QS.al-
Maidah/5:48. Hal ini dapat dimaklumi bahwa perbedaan dan keragaman
merupakan Keputusan Allah Swt. dan Kehendak Allah Swt. Karena dari
situlah Allah Swt. akan menguji umat-Nya.
Ibn Jarir al-Thabari dalam bukunya; ”Jami’ al-Bayan fi Ta’wil Ay Al-
quran Juz XX“ menyatakan bahwa jika Allah Swt. menghendaki, Allah Swt.
dapat menjadikan seluruh syariat menjadi satu. Namun, Allah Swt.
membeda-bedakannya untuk menguji umat-Nya, dan untuk mengetahui
siapa yang taat dan yang tidak taat.
Allah Swt. dalam beberapa firman-Nya menganjurkan hal-hal
sebagai berikut. Agar sesama masyarakat dunia, dan sesama umat
beragama, saling berlomba-lomba dalam kebajikan dan bukan dalam
keburukan apalagi kekerasan.
Keragaman terlihat dalam setiap penciptaan, binatang dan tumbuhan, hal
gaib dan hal nyata. Keragaman juga terjadi baik pada pemahaman, ide,
pemikiran, doktrin-doktrin, kecenderungan-kecenderungan maupun ras,
jenis kelamin, bahasa, suku, bangsa, negara, agama, dan sebagainya.
Perhatikan QS.al-Hujurat/49:13. Keragaman pemahaman akan
semakin heterogen seiring dengan kian kompleksnya permasalahan dalam
kehidupan. Di sinilah diperlukan perubahan cara pandang kita terhadap
orang lain atau kelompok lain yang secara kebetulan berbeda.
Islam telah memberikan sinyal bagaimana kaum muslimin
menyelesaikan perbedaan dengan bermusyawarahlah dalam segala
urusan (QS.Ali-Imran/3:159), kemudian jika kamu berlainan pendapat
tentang sesuatu, maka kembalikanlah ia kepada Allah Swt. (al-Quran) dan
Rasul (Sunahnya) (QS.an-Nisa’/4:59).
Jika kamu benar-benar beriman kepada Allah Swt. dan hari
kemudian, dan janganlah kebencian kepada kelompok lain menjadikan
kamu tidak berlaku adil atau objektif (QS.al-Maidah/5:8).
Oleh karena itu, Indonesia dengan kebhinnekaan dan keragamannya
dalam berbagai aspek mengembangkan sistem demokrasi dalam
bernegara.

2.2 Demokrasi dan Syura dalam Islam


Demokrasi diidentikkan dengan syura dalam islam karena adanya
persamaan antara keduanya.
2.2.1 Demokrasi
Kata demokrasi berasal dari kata “demos” yang bearti rakyat dan “kratos’
yang bearti kekuatan. Menurut Abraham Lincoln, Demokrasi adalah
pemerintahan dari Rakyat, oleh Rakyat, dan untuk Rakyat.
Dalam QS. Ali-Imran ayat 159:

Eَ ‫ب اَل ْن َفض ُّْوا ِمنْ َح ْول‬


ۖ ‫ِك‬ ِ ‫ْظ ْال َق ْل‬
َ ‫ظا َغلِي‬ ًّ ‫ت َف‬ َ ‫َف ِب َما َرحْ َم ٍة م َِّن هّٰللا ِ لِ ْن‬
َ ‫ت َل ُه ْم ۚ َو َل ْو ُك ْن‬
ۗ ِ ‫ت َف َت َو َّك ْل َع َلى هّٰللا‬
َ ْ‫اورْ ُه ْم فِى ااْل َمْ ۚ ِر َفا َِذا َع َزم‬ِ ‫َفاعْ هّٰللافُ َع ْن ُه ْم َواسْ َت ْغ ِفرْ َل ُه ْم َو َش‬
‫اِنَّ َ ُيحِبُّ ْال ُم َت َو ِّكلِي َْن‬
Artinya: “Maka berkat rahmat Allah engkau (Muhammad) berlaku lemah
lembut terhadap mereka. Sekiranya engkau bersikap keras dan berhati
kasar, tentulah mereka menjauhkan diri dari sekitarmu. Karena itu
maafkanlah mereka dan mohonkanlah ampunan untuk mereka, dan
bermusyawarahlah dengan mereka dalam urusan itu. Kemudian, apabila
engkau telah membulatkan tekad, maka bertawakallah kepada Allah.
Sungguh, Allah mencintai orang yang bertawakal’.
Secara istilah, kata demokrasi dapat ditinjau dari dua segi makna.

Pertama, demokrasi dipakai sebagai suatu konsep yang berkembang


dalam kehidupan politik pemerintah, yang didalamnya terdapat penolakan
terhadap adanya kekuasaan yang terkonsesntrasi pada satu orang dan
menghendaki peletakan kekuasaan ditangan orang banyak (Rakyat) baik
secara langsung mapun dalam perwakilan.

Kedua, demokrasi dimaknai sebagai suatu konsep yang menghargai hak


hak dan kemampuan individu dalam kehidupan bermasayarkat.

2.2.2 Syura

Menurut Bahasa, dalam kamus mu’jam maqayis al-Lugah memiliki dua


pengertian, yaitu menampakan dan memaparkan sesuatu untuk
mengambil sesuatu.

Seperti dalam surah Asy Syura: 38

ُ ‫ْن اسْ َت َجاب ُْوا ل َِرب ِِّه ْم َواَ َقامُوا الص َّٰلو ۖ َة َواَمْ ُر ُه ْم‬Eَ ‫َوالَّ ِذي‬
‫ش ْو ٰرى َب ْي َن ُه ۖ ْم َو ِممَّا َر َز ْق ٰن ُه ْم‬
ۚ ‫ُي ْن ِفقُ ْو َن‬
Artnya: “dan
(bagi) orang-orang yang menerima (mematuhi) seruan Tuhan
dan melaksanakan salat, sedang urusan mereka (diputuskan) dengan
musyawarah antara mereka; dan mereka menginfakkan sebagian dari
rezeki yang Kami berikan kepada mereka…”

Isi kandungan surah Asy-Syura diatas adalah agar senantiasa


bermusyawarah untuk menentukan sikap dalam menghadapai hal hal yang
pelik dan penting.

Sedangkan menurut istilah, beberapa ulama terdahulu telah


memberikan definisi syura, diantara mereka adalah:

a. Ar-Raghib al-Ashfani dalam kitabnya Al-Mufrdat fi Gharib al-Quran,


mendefinisikan syura sebagai “proses mengemukakakn pendapat
dengan saling mengoreksi antara peserta syura”.
b. Inu al-Rabi al-Maliki dalam akham al-Quran mendefinisikan dengan
“berkumpul untuk menerima pendapat dalam suatu permasalahan yang
peserta syura nya saling mengerluarkan pendapat yang dimiliki”.
c. Sedangkan definisi syura diberika oleh pakar fikih kontemporer dalam
asy syura fi zilli nizami al-Hukum al-Islami. Diantaranya adalah “proses
menelusuri pendapat para ahli dalam suatu permasalahan untuk
mencapai solusi yang mendekati kebenaran”.

2.2.3 Persamaan dan Perbedaan Demokrasi Dengan Syura

Persamaan antara demokrasi dengan syura yaitu proses pendapat


yang beraneka ragam dan disertai sisi argumentatif dalam suatu perkara
atau permasalahan, diuji oleh para ahli yang cerdas dan berakal, agar
dapat mencetuskan solusi yang tepat dan terbaik untuk diamalkan
sehingga tujuan yang diharapkan dapat terealisasikan.

Sedangkan perbeaannya adalah sebagai berikut:

a. Sistem demokrasi hanya berusaha untuk merealisaikan sebagai


tujuan yang bersifat materil demi mengangkat martabat bangsa dari
segi ekonomi, poitik, dan militer. Sedangkan sistem syura tetap
memperhatikan faktor faktor tersebut tanpa mengenyampingkan
aspek ruhiyah diniyah, bahkan aspek ruhiyah menjadi dasar tujuan
dalam sistem Islam.
b. Sistem demokrasi, rakyat memegang kendali penuh, suatu undang
undang disusun dan diubah berdadsarkan opini atau pandangan
masyarakat. Sedangkan sistem syura seluruh kendali berpatokan
pada hukum allah SWT. Masyarakat tidak diperkenankan
menetapkan suatu peraturan apapun kecuali pertauran tersebut
sesuai dengan hukum Islam yang telah dierangkan-Nya dalam al-
Quran dan lusan nabi-Nya SAW.
c. Demokrasi memiliki kaitan erat dengan esksistensi partai partai
politik, padahal hal ini tidak sejalan dengan ajaran islam karena akan
menumbuhkan ruh perpecahan dan bergolong golongan.
d. Syura menggariskan batasan syar’i yang bersifat tetap dan tidak
boleh dilanggar oleh majelis syura. Adapaun demokrasi tidak
mengenal batasan yang tetap. Justru aturan aturan yang dibuat
dalam system demokrasi berevolusi dan menghantarkan tercapainya
hukum yang mengandung kezhaliman menyeluruh yang dibungkus
dengan slogan hukum mayoritas.

2.3 Pandangan Ulama Tentang demokrasi

a. Abul A’la Al-Maududi

Menurut Abul A’la Al-Maududi secara tegas menolak demokrasi.


Menurutnya, islam tidak paham demokrasi yang memberikan
kekuasaan besar kepada rakyat untuk menetapkan segala hal.

Demokrasi adalah buatan manusia sekaligus produk dari


pertentangan Barat terhadap agama sehingga cenderung sekuler.
karenanya, al-Maududi menganggap demokrasi modern (Barat)
merupakan sesuatu yang bersifat syirik. Menurutnya, islam
menganut paham teokrasi (berdasarkan hukum tuhan).

b. Mohammad Iqbal

Menurut Mohammad Iqbal, sejalan dengan kemenangan


sekularisme atas agama, demokrasi modern menjadi kehilangan sisi
spiritualnya, sehingga jauh dari etika. Karenanya, menurut Iqbal
Islam tidak dapat menerima model demokrasi Barat yang telah
kehilangan basis moral dan spiritual.

Atas dasar itu, Iqbal menawarkan sebuah konsep demokrasi


spiritual yang dilandasi oleh etik dan moral ketuhanan sebagai
berikut:

1. Tauhid sebagai landasan asasi

2. Kepatuhan pada hukum

3. Toleransi sesama warga

4. Tidak dibatasi wilayah, ras, dan warna kulit


5. Penafsiran hukum tuhan melalui ijtihad

c. Muhammad Imarah

Menurut Imarah, Islam tidak menerima demokrasi secara mutlak


dan juga tidak menolaknya secara mutlak. Dalam demokrasi,
kekuasaan legislatif (membuat dan menetapkan hukum) secara
mutlak berada di tangan rakyat. Sementara, dalam sistem syura
(Islam) kekuasaan tersebut merupakan wewenang Allah Swt..

Wewenang manusia hanyalah menjabarkan dan merumuskan


hukum sesuai dengan prinsip yang digariskan Tuhan serta berijtihad
untuk sesuatu yang tidak diatur oleh ketentuan Allah Swt. Jadi, Allah
Swt. berposisi sebagai al- Syâri’ (legislator) sementara manusia
berposisi sebagai faqîh (yang memahami dan menjabarkan hukum-
Nya).

Dalam filsafat Barat, manusia memiliki kewenangan legislatif dan


eksekutif. Sementara, dalam pandangan Islam, Allah Swt. pemegang
otoritas tersebut. Inilah yang membedakan antara system syariah
islam dan demokrasi barat.

d. Yusuf al-Qardhawi

Menurut al-Qadharwi, substasi demokrasi sejalan dengan islam.


misalnya:

1. proses pemilihan melibatkan banyak orang untuk mengangkat


seorang kandidat yang berhak memimpin dan mengurus.
2. usaha setiap rakyat untuk meluruskan penguasa yang tirani juga
sejalan dengan islam.
3. pemilihan umum termasuk jenis pemberian sanksi.
4. penetapan hukum yang berdasarkan suara mayoritas juga tidak
bertentangan dengan prinsip lain.
5. kebebasan pers dan kebebasan mengeluarka pendapat serta
otoritas pengadilan.
e. Salim Ali al-Bahasnawi

Menurut Salim Ali al-Bahasnawi, demokrasi mengadung sisi baik


(kedaulatan rakyat) yang tidak bertentangan dan sisi buruk (hak
legislatif) yang bertentangan (mengharamkan yang halal dan
menghalalkan yang haram).

Karena itu, ia menawarkan adanya islamisasi sebagai berikut:

a. menetapkan tanggung jawab setiap individu di hadapan Allah Swt

b. wakil rakyat harus berakhlak islam dalam musyawarah dan tugas


lainnya

c. mayoritas bukan ukuran mutlak dalam kasus yang hukumnya tidak


ditemukan dalam al-Qur'an dan sunnah (QS an-Nisa/4:59) dan (QS
al-Ahzab/33:36)

d. komutmen dengan persyaratan jabatan, sehingga hanya yang


bermoral yang duduk diparlemen.
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Konsep toleransi dalam islam dengan menghormati dan menghargai


agama lain (tapi tetap dalam takaran islam) adalah tak lain bertujuan agar
tercipta kerukunan antar umat muslim dan non muslim. Sehingga kita
dapat meminimalisir berbagai konflik dan ketegangan yang ada.

Menjadi warga Negara Indonesia berarti kita harus menerima dan


mensyukuri semua kelebihan dan kekurangan yang ada di Indonesia. Mari
sama sama bangkit berpangku tangan dan bersatu padu untuk menambal
sedikit demi sedikit kekurangan yang ada. Kelemahan kita adalah
kurangnya rasa bangga terhadap Negara dan kita lebih suka mejiplak
budaya luar negri ketimbang melestarikan budaya kita sendiri.

3.2 saran

Demikian tulisan ini kami buat. Kami sadar akan banyaknya


kekurangan dalam makalah ini. Kami membutuhkan saran yang bersifat
membangun agar dapat memotivasi kami untuk lebih baik lagi. Terima
kasih pada semua pihak yang telah membantu.

Anda mungkin juga menyukai