Anda di halaman 1dari 9

MAKALAH

BERSATU DALAM KERAGAMAN DAN DEMOKRASI


MATA PELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

Disusun oleh :

Kelompok II

1. Abi Mayu

2. Alya Vanessa

3. Ashari Risal Denggo

4. Reni Elviana

5. Rindra Irawan

SMA NEGERI 1 UEPAI


KAB KONAWE
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Keberagaman adalah suatu kondisi masyarakat dimana terdapat perbedaan-perbedaan dalam berbagai
bidang terutama bangsa, ras, agama, ideologi dan budaya.
Indonesia merupakan penduduk mayoritas Islam terbesar di dunia, jadi tidaklah mengherankan jika
Indonesia mendapat perhatian khusus dunia. Seiring dengan pergerakan globalisasi yang terus berkembang,
apakah Islam yangdituduh sebagai agama teoraksi yang jumud dan rukud (stagnasi atau statis) dapat
membangun persatuan dalam kehidupan masyarakat yang plural?
Akhirnya muncul pertanyaan, bagaimana Islam menyikapi perbedaan dan keberagaman yang ada?
Dan bagaimana pula Islam dapat mewujudkan persatuan dan kesatuan umat dalam bingkai Negara kesatuan
Republik Indonesia (NKRI) ditengah-tengah masyarakat yang majemuk.
Dalam konteks Keberagaman, tentu akan menyinggung pada bagaimana terciptanya suatu keputusan
yang dapat menghormati semua keberagaman. Maka dari itu haruslah ada sistem Demokrasi.
Demokrasi adalah suatu bentuk pemerintahan dimana semua warganya memiliki hak yang sama
dalam pengambilan suatu keputusan yang dapat mengubah hidup mereka. Demokrasi juga diartikan sebagai
Pemerintahan dari Rakyat, oleh Rakyat dan untuk Rakyat.
Di Indonesia rakyat juga berwenang untuk memilih presiden dan wakil presiden secara langsung.
Dalam islam, demokrasi sudah diajarkan oleh Rasulullah SAW. Contohnya, pada saat perang Badar,
Rasulullah mendengarkan saran sahabatnya mengenai lokasi perang walaupun itu bukan pilihan yang
diajukan Rasulullah.
Sistem demokrasi di Barat memiliki tujuan-tujuan yang sifatnya Dunuawi dan materialistis.Oleh
karena itu kita harus mempelajari sistem demokrasi yang sejalan dengan aturan Islam.
1.2 Rumusan Masalah
1. Bagaimana sikap Islam menghadapi Keberagaman?
2. Bagaimana jalannya demokasi dalam islam?
3. Bagaimana pandangan Islam terhadap Demokrasi?
1.3 Tujuan
1. Memenuhi Tugas Mata Pelajaran Pendidikan Agama Islam
2. Untuk mengetahui pandangan islam terhadap demokrasi
3. Untuk mengetahui bagaimana sikap Islam dalam menghadapi Keberagaman
1.4 Manfaat Penulisan
Menambah pengetahuan tentang Keberagaman dan Demokrasi dalam ajaran Islam
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Demokrasi dan Syura dalam Islam


Demokrasi diidentikkan dengan dan Syura dalam Islam karena adanya persamaan antara
keduanya.

2.1.1 Demokrasi

Kata Demokrasi berasal dari kata “:Demos” yang berarti Rakyat. Dan “Kratos” yang berarti
Kekuatan. Menurut Abraham Lincoln, Demokrasi adalah pemerintahan dari Rakyat, oleh Rakyat dan
untuk Rakyat (Government of the People, by the People, for the People). [2]

Dalam QS.Ali-Imran ayat 159 :

ِ ‫فَبِ َما َرحْ َم ٍة ِمنَ هَّللا ِ لِ ْنتَ لَهُ ْم َولَوْ ُك ْنتَ فَظًّا َغلِيظَ ْالقَ ْل‬
ِ ‫ر لَهُ ْم َو َش‬Nْ ِ‫ب ال ْنفَضُّ وا ِم ْن َحوْ لِكَ فَاعْفُ َع ْنهُ ْم َوا ْستَ ْغف‬
‫اورْ هُ ْم فِي األ ْم ِر‬
)١٥٩( َ‫فَِإ َذا َع َز ْمتَ فَتَ َو َّكلْ َعلَى هَّللا ِ ِإ َّن هَّللا َ يُ ِحبُّ ْال ُمتَ َو ِّكلِين‬
Artinya: “Maka disebabkan rahmat dari Allah-lah kamu berlaku lemah lembut terhadap mereka. Sekiranya
kamu bersikap keras lagi berhati kasar, tentulah mereka menjauhkan diri dari sekelilingmu.Karena itu
ma’afkanlah mereka, mohonkanlah ampun bagi mereka, dan bermusyawaratlah dengan mereka dalam urusan
itu.Kemudian apabila kamu telah membulatkan tekad, maka bertawakkallah kepada Allah.Sesungguhnya Allah
menyukai orang-orang yang bertawakkal kepada-Nya.”
Secara istilah, kata demokrasi dapat ditinjau dari dua segi makna.
Pertama, demokrasi dipakai sebagai suatu konsep yang berkembang dalam kehidupan politik
pemerintah, yang di dalamnya terdapat penolakan terhadap adanya kekuasaan yang terkonsenntrsi pada
satu orang dan menghendaki peletakan kekuasaan ditangan orang banyak (Rakyat) baik secara langsung
maupun dalam perwakilan.
Kedua, demokrasi dimaknai sebagai suatu konsep yang meghargai hak-hak dan kemampuan
indivdudalamkehidupanbermasyarakat.

2.1.2 Syura

Menurut bahasa, dalam kamus mu’jam maqayis al-Lugah, syura memilik dua pengertian, yaitu
menampakan dan memaparkan sesuatu atau mengambil sesuatu.
Seperti dalam surah Asy Syura: 38
Artinya : “Dan (bagi) orang-orang yang menerima (mematuhi) seruan Tuhannya, dan mendirikan salat, sedang
nrusan mereka (diputuskan) dengan musyawarah antara mereka; dan mereka menafkahkan sebagian dari rezeki
yang Kami-berikan kepada mereka.” (QS Asy Syura: 38).

Isi kandungan surah Asy-Syura diatas adalah agar senantiasa bermusyawarah untuk menentukan sikap di dalam
menghadapi hal-hal yang pelik dan penting.
Sedangkan menurut istilah, beberapa ulama terdahulu telah memberikan definisi Syura, diantara
mereka adalah :
a. Ar-Raghib al-Asfhani dalam kitabnya Al-Mufradat fi Gharib al-Qur’an, mendefinisikan syura
sebagai “proses mengemukakan pendapat dengan saling mengoreksi antara peserta syura”.
b. Inu al-Rabi al-Maliki dalam Akham al-Qur’an medefinisikannya dengan “berkumpul untuk
menerima pendapat (dalam suatu permasalahan) yang peserta syura nya saling mengeluarkan
pendapat yang dimiliki”.
c. Sedangkan definisi syura diberikan oleh pakar fikih kontemporer dalam asy syura fi zilli nizami al-
Hukum al-Islami. Diantaranya adalah “proses menelusuri pendapat para ahli dalam suatu
permaasalahan untuk mencapai solusi yang mendekati kebenaran”.
2.2 Persamaan dan Perbedaan Demokrasi Dengan Syura
Persamaannya antara demokrasi dengan syura yaitu proses memaparkan berbagai pendapat yang
beraneka ragam dan disertai sisi argumentatif dalam suatu perkara atau permasalahan, diuji oleh para
ahli yang cerdas dan berakal, agar dapat mencetuskan solusi yang tepat dan terbaik untuk diamalkan
sehingga tujuan yang diharapkan dapat terealisasikan
Sedangkan perbedaannya adalah sebagai berikut :Sistem demokrasi hanya berusaha untuk
merealisasikan berbagai tujuan yang bersifat materil Dem mengangkat martaba tbangsa dari
segiekonomi, politik, dan militer. Sedangkan sistem Syura tetap memperhatikan faktor-faktor
tersebut tanpa mengenyampingkan aspek ruhiyah diniyah, bahkan aspek inilah yang menjadi dasar
dan tujuan dalam sistem Islam.Dalam sistem Islam, aspek ruhiyah menjadi prioritas tujuan dan
kemaslahatan manusia yang terkait dengan dunia mereka ikut beriringan di belakangnya
a. Di dalam sistem demokrasi, rakyat memegang kendali penuh. Suatu undang-undang disusun dan
diubah berdasarkan opini atau pandangan masyarakat. Sedangkan dalam sistem Syura seluruh
kendali berpatokan pada hukum Allah suhanahu wa ta’ala. Masyarakat tidaklah diperkenankan
menetapkan suatu peraturan apapun kecuali peraturan tersebut sesuaidengan hukum Islam yang telah
diterangkan-Nya dalam al-Quran dan lisan nabi-Nya shallallahu ‘alaihi wa sallam.
b. Demokrasi memiliki kaitan erat dengan eksistensi partai-partai politik, padahal hal ini tidak sejalan
dengan ajaran Islam karena akan menumbuhkan ruh perpecahan dan bergolong-golongan.
c. Syura menggariskan batasan syar’i yang bersifat tetap dan tidak boleh dilanggar oleh majelis syura.
Adapun demokrasi tidak mengenal batasan yang tetap. Justru aturan-aturan yang dibuat dalam sistem
demokrasi berevolusi dan menghantarkan tercapainya hukum yang mengandung kezhaliman
menyeluruh yang dibungkus dengan slogan hukum mayoritas.
2.3 PandanganUlama Tentang demokrasi
a. Abdul A’la Al-Maududi
Abdul A'la Al-Madudi menolak dengan sangat tegas tentang adanya demokrasi.Menurut
pendapatnya, Islam tidak dikenalkan atau mengenal paham demokrasi yang memberikan kekuasaan
besar bahkan kekuasaan penuh kepada rakyat untuk menetapkan semua hal-hal yang berkaitan
dengan roda pemerintahan yang detail maupun skala besar.Paham demokrasi ini adalah buatan
manusia tepatnya produk dari kalangan orang-orang Barat atas dasar pertentangan Barat pada agama
sehingga paham ini cenderung menjurus ke arah sekuler.Oleh sebab itu, al-Maududi memberikan
anggapan bahwa demokrasi modern ala Barat merupakan suatu hal yang bersifat syirik. Menurut
pendapatnya, Islam menganut paham yaitu berdasarkan hukum Tuhan yaitu Allah Swt.
b. Mohammad Iqbal
Menurut beliau Islam tidak menerima demokrasi secara mutlak dan juga tidak menolaknya
secara mutlak.Dalam demokrasi, kekuasaan legislatif (membuat dan menetapkan hukum) secara
mutlak berada di tangan rakyat.Sementara, dalam sistem syura (Islam) kekuasaan tersebut
merupakan wewenang Allah.Dialah pemegang kekuasaan hukum tertinggi.Wewenang manusia
hanyalah menjabarkan dan merumuskan hukum sesuai dengan prinsip yang digariskan Tuhan serta
berijtihad untuk sesuatu yang tidak diatur oleh ketentuan Allah.
Jadi, Allah berposisi sebagai al-Syâri’ (legislator) sementara manusia berposisi sebagai faqîh
(yang memahami dan menjabarkan) hukum-Nya
Mohammad Iqbal pun, menawarkan sebuah solusi yaitu konsep demokrasi spiritual yang dilandasi
oleh etik dan moral ketuhanan. Model demokrasi yang disarankan oleh Iqbal adalah sebagai berikut.
 Tauhid sebagai landasan asasi.
 Kepatuhan terhadap hukum.
 Saling toleransi sesama warga.
 Tidak ada batasan wilayah, ras, dan juga warna kulit.
 Penafsiran hukum dari Tuhan melalui ijtihad.
c. Yusuf Al-Qardhawi
Al-Qardhawi berpendapat, bahwa substansi demokrasi adalah sejalan dengan ajaran agam
Islam.Hal ini dapat kita lihat dari beberapa hal yaitu, sebagai berikut.
 Di dalam teori demokrasi proses pemilihan melibatkan khalayak ramai untuk mengangkat salah
seorang dari kandidat yang berhak untuk memimpin dan mengurusi segala urusan serta keadaan
masyarakat. Dari hal ini, jelas bahwa masyarakat memilih pemimpin yang disukainya dan tidak akan
memilih pemimpin yang tidak disukainya. Hal ini sejalan dengan ajaran islam, Islam menolak
seseorang menjadi imam dalam solat yang tidak disukai oleh ma'mumnya.
 Hal yang sejalan dengan Islam lainnya adalah mendorong rakyat senantiasa melakukan usaha untuk
meluruskan penguasa yang tirani. Karena amar ma'ruf dan nahi mungkar serta selalu memberikan
nasihatkepada pemimpin yang memimpin rakyatnya adalah bagian dari ajaran Islam.
 Pemilihan umum atau yang dikenal dengan pemilu juga termasuk jenis pemberian saksi. Oleh karena
itu, barangsiapa yang sama sekali tidak menggunakan hak pilihnya sehingga kandidat calon
pemimpin yang seharusnya dipilih dan benar-benar layak dipilih menjadi kalah dan suara mayoritas
condong kepada kandidat yang sebenarnya kurang layak bahkan tidak layak menjadi pemimpin,
berarti dia telah menyalahi aturan dan perintah Allah Swt untuk senantiasa memberikan kesaksian
pada saat dibutuhkan.
 Penetapan suatu hukum-hukum yang didasarkan kepada suara mayoritas rakyatnya juga tidak
bertentangan dengan ajaran agama Islam. Suara mayoritas yang diambil ini tidak boleh bertentangan
dengan nash syariat secara tegas.
 Kebebasan mengemukakan pendapat, dan juga kebebasan pers, serta otoritas pengadilan merupakan
sebagian hal di dalam teori demokrasi yang tentu sejalan dengan ajaran Islam.
d. Salim Al-Bashnawi
Menurut pendapar dari Salim Ali al-Bahasnawi, demokrasi mengandung sisi-sisi yang baik
dan tidak bertentangan dengan ajaran agama Islam, tetapi juga di dalamnya terdapat sisi negatif yang
bertentangan dengan ajaran agama Islam.
Sisi baik atau positif dari demokrasi ini adalah adanya kedaulatan rakyat selama hal tersebut
tidak bertentangan dengan ajaran agama Islam. Sementara,
Sisi buruknya adalah penggunaan hak legislatif yang begitu bebas yang bisa mengarah
kepada sikap untuk menghalalkan yang haram dan juga bisa mengharamkan yang halal.
Atas dasar kedua sisi dari demokrasi tersebut Salim Ali al-Bahasnawi memberikan suatu
Islamisasi demokrasi yang dirumuskan sebagai berikut.
 Menetapkan tanggung jawab setiap dari masing-masing individu di hadapan Allah Swt.
 Wakil-wakil rakyat harus berlandaskan akhlak Islam dalam melaksanakan tugas dan dal
musyawarah.
 Mayoritas tidak menjadi ukuran mutlak dalam kasus yang hukumnya tidak ditemukan di dalam al-
qur'an dan hadist/sunnah.
 Komitmen terhadap Islam terkait dengan persyaratan untuk mendapatkan jabatan sehingga hanya
ang bermoral baik yang dapat duduk di parlemen. 
e. Muhammad Imarah
Muhammad Imarah berpendapat bahwa di dalam demokrasi, kekuasaan legislatif untuk
membuat dan menetapkan hukum secara mutlak berada pada tangan rakyat. Hal itu sangat
bertentangan dengan agama islam karena kekuasaan penuh tersebut ada di tangan Allah Swt. Allah
Swt lah pemegang hukum dan segala kekuasaan tertinggi. Manusia hanyalah makhluk ciptaanNya
yang hanya bisa menjabarkan dan merumuskan hukum-hukum sesuai prinsip yang diturunkan Tuhan
serta juga berijtihad untuk sesuatu yang tidak diatur secara rinci oleh ketentuan Allah Swt.
Jadi Muhammad Imarah mengemukakan bahwa Allah Swt lah yang berjabat atau berposisi
sebagai legislator, sementara itu manusia hanyalah sebagai faqih atau yang memahami dan
menjabarkan hukum-hukum yang telah digariskan oleh Allah Swt. 
  Demokrasi yang dijunjung tinggi oleh kalangan orang-orang Barat berpulang kepada padangan
mereka tentang batas kewenangan Tuhan. Seperti yang telah Aristoteles ungkapkan, bahwa Tuhan
menciptakan alam semesta ini dan lalu dibiarkan-Nya, ungkapan ini termasuk teori di dalam filsafat
Barat, dan disebutkan juga bahwa setelah itu manusia diberikan kewenangan penuh berupa
kewenangan legislatif dan eksekutif.
Sementara kita lihat di dalam agama Islam, Allah Swt lah yang memegang atau pemegang
otoritas tersebut. Adapun hal yang lainnya di dalam demokrasi yang sejalan dengan islam seperti
membangun hukum atas persetujuan umat, pandangan mayoritas, dan juga orientasi pandangan
umum, termasuk lain sebagainya. 
2.4 Keberagaman Dalam Islam dan Demokrasi
2.4.1 Keberagaman dalam Islam
Islam yang telah kita ketahui selama ini merupakan salah satu agama yang memiliki pengikut
terbanyak di Indonesia, kalau kita kaitkan dengan konteks dan perubahan zaman sekarang, bagaima Islam
memandang keberagaman/pluralitas yang ada dinegri  ini, bahkan di dunia. Sebagaimana yang telah
disebutkan berkali-kali oleh Allah SWT didalam Al Qur’an.Islam sangat menjunjung
keberagaman/pluralitas, karena keberagaman/pluralitas merupakan sunatullah, yang harus kita junjung
tinggi dan kita hormati keberadaannya.
            Seperti dalam (Qs Al Hujurat:13), Allah SWT telah menyatakan“Wahai para manusia,
sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki,dan perempuan dan menjadikan kamu
berbangsa-bangsa, dan bersuku-suku, supaya kamu saling mengenal”.
Dari ayat Al Qur’an tadi, menunjukan bahwa Allah sendiri lah yang telah menciptakan keberagaman,
artinya keberagaman didunia ini mutlak adanya.  Dengan adanya keberagaman ini, bukan berarti
mengenggap kelompok, madzab, ataupun keberagaman yang lain sejenisnya mengenggap kelompoknyalah
yang paling benar.
2.4.2 Pandangan Islam terhadap Keberagaman
            Melihat keberagaman saat ini, Allah SWT.telah memberikan jalan keluar untuk menyikapi
keberagaman tersebut, yaitu pandanglah keberagaman sebagai rahmat yang harus disyukuri, dan angaplah
keragaman merupakan nikmat dari Allah.  
Di dalam Al qur’an (Qs Ali Imran:103) telah disebutkan, yang artinya” dan berpegang teguhlah
kamu sekalian pada tali (agama) Allah, dan janganlah kamu bercerai berai”, kalau kita artikan secara
literal ayat diatas, maka yang ada keberagaman-keberagaman tidak mendapatkan tempat.
Dengan demikian, keragaman akan mengerah kepada menejemen konfik yang disebut
dengan“Mutual Enrichment” artinya, saling mengayakan, memperkaya, dengan kelompok lain, bukan
malah saling bertengkar. Karena masing-masing kelompok menginginkan sesuatu hal yang baru yang
belum pernah ia miliki, atau mereka temui.
Islam mengakui keberagaman ada, termasuk keberagaman dalam agama. Dalam Islam seorang
muslim dilarang memaksa orang lain untuk meninggalkan agamanya dan masuk Islam dengan terpaksa,
karena Allah telah berfirman:

‫ال إكراه في الدين‬


“Tidak ada paksaan untuk (memasuki) agama (Islam).”(QS.Al-Baqarah: 256)
Hal yang terpenting dalam menyikapi perbedaan pendapat terhadap masalah ijtihadiyah adalah
bagaimana seseorang bertindak lebih dewasa untuk dapat menghargai pendapat orang lain, sebagaimana
yang telah dicontohkan oleh para Imam Mazhab.Dan tidak menganggap pendapat nya benar.
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Konsep toleransi dalam Islam dengan menghormati dan menghargai agama lain (tapi tetap
dalam takaran Islam) adalah tak lain bertujuan agar tercipta kurukunan antar umat muslim dan non-muslim.
Sehingga kita dapat meminimalisir berbagai konflik dan ketegangan yang ada.
Menjadi warga Indonesia berarti kita harus menerima dan mensyukuri semua kelebihan dan
kekurangan yang ada di Indonesia.Mari sama-sama bangkit berpangku tangan dan bersatu padu untuk
menambal sedikit demi sedikit kekurangan yang ada. Kelemahan kita adalah kurangnya rasa bangga
terhadap Negara dan kita lebih suka menjiplak budaya luar negeri (baca: Barat) ketimbang melestarikan
budaya kita sendiri.
3.2 Saran
Demikian tulisan ini kami buat. Kami sadar akan banyaknya kekurangan dalam makalah ini. kami
membutuhkan saran yang bersifat membangun agar dapat memotivasi kami untuk lebih baik lagi. Terima
kasih pada semua pihak yang telah membantu.

DAFTAR PUSTAKA

http://download.portalgaruda.org/article.php?article=252490&val=6803&title=Syura%20dan
%20Demokrasi:%20Persamaan%20dan%20Perbedaannya

http://firdyatjeh.blogspot.com/2011/04/perbedaan-syura-dengan-demokrasi.html

http://www.academia.edu/17533951/makalah_demokrasi_menurut_pandangan_islam

http://dianaaldiez.blogspot.com/2013/03/islam-dalam-menyikapi-perbedaan-dan.html

Anda mungkin juga menyukai