Anda di halaman 1dari 11

MAKALAH

DEMOKRASI DALAM ISLAM


Disusun Guna Memenuhi Tugas Mata Kuliah Metode Studi Islam
Dosen Pengampuh : Choirul Anwar, S.Pd, M.Ag.

Disusun Oleh :
Kelompok 2
1. Muhammad Mas Zaifudin (201010071)
2. Farhan (201010090)
3. Haidatul Hamrah.H (201010080)
4. Dela Adelia (201010098)

JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM


FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI DATOKARAMA PALU
2021

i
KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum warahmatullahi wabaraakatuh.

Segala puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa., yang Maha
Mengetahui dan Maha Melihat hamba-hambanya. Alhamdulillah karena berkat rahmat
dan karunia-Nya kami dapat menyelesaikan tugas makalah ini, yang berjudul
“Demokrasi Dalam Islam”.
Kami berharap makalah ini dapat menambah wawasan dan pengetahuan mengenai
demokrasi dalam Islam. Kamis menyadari sepenuhnya bahwa didalam makalah kami
ini masih banyak kekurangan. Untuk itu, kami mengharapkan kritik dan saran demi
menyempurnakan makalah ini agar lebih baik dan dapat berguna semaksimal mungkin.
Semoga makalah ini dapat dipahami bagi siapapun yang membacanya. Sekian
makalah yang telah disusun ini dapat berguna bagi kami sendiri maupun orang yang
membacanya.

Wassalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakaatuh.

Palu, 15 November 2021

Penulis

ii
DAFTAR ISI

HALAMAN SAMPUL ...............................................................................................i


KATA PENGANTAR ................................................................................................ii
DAFTAR ISI ..............................................................................................................iii

BAB I
PENDAHULUAN ......................................................................................................1
A. Latar Belakang .....................................................................................................1
B. Rumusan Masalah ................................................................................................2
C. Tujuan ..................................................................................................................2

BAB II

PEMBAHASAN .........................................................................................................3
A. Konsep dan Sejarah Demokrasi dalam Islam .......................................................3
B. Pandangan Islam tentang Demokrasi ....................................................................4
C. Sisi Positif dan Negatif Demokrasi ......................................................................5

BAB III
PENUTUP .................................................................................................................7
A. Kesimpulan ..........................................................................................................7
B. Saran ....................................................................................................................7
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................8

iii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Ada banyak definisi yang dikemukakan oleh para ahli tentang demokrasi, di
antaranya seperti yang dikutip Hamidah adalah sebagaimana di bawah ini: Menurut
Joseph A. Schumpeter, demokrasi adalah suatu perencanaan institusional untuk
mencapai keputusan politik di mana individu-individu memperoleh kekuasaan
untuk memutuskan cara perjuangan kompetitif atas suatu rakyat. Sidney Hook
dalam Encyclopaedia Americana mendefinisikan demokrasi sebagai suatu bentuk
pemerintahan di mana keputusan-keputusan pemerintah yang penting secara
langsung maupun tidak langsung didasarkan pada kesepakatan mayoritas yang
diberikan secara bebas dari rakyat dewasa. Menurut Philippe C. Schmitter dan Terry
Lynn Karl, demokrasi adalah suatu sistem pemerintahan dimana pemerintah
dimintai pertanggungjawaban atas tindakan-tindakan mereka pada wilayah publik
oleh warga negara yang bertindak secara tidak langsung melalui kompetisi dan kerja
sama dengan wakil mereka yang terpilih.
Dari tiga definisi tersebut di atas jelaslah bagi kita bahwa demokrasi
mengandung nilai-nilai, yaitu adanya unsur kepercayaan yang diberikan oleh
pemerintah kepada rakyat, adanya pertanggungjawaban bagi seorang pemimpin.
Sementara menurut Abdurrahman Wahid, demokrasi mengandung dua nilai, yaitu
nilai yang bersifat pokok dan yang bersifat derivasi. Menurut Abdurrahman Wahid,
nilai pokok demokrasi adalah kebebasan, persamaan, musyawarah dan keadilan.
Kebebasan artinya kebebasan individu di hadapan kekuasaan negara dan adanya
keseimbangan antara hak-hak individu warga negara dan hak kolektif dari
masyarakat. Nurcholish Majid, seperti yang dikutip Nasaruddin mengatakan,
bahwa suatu negara disebut demokratis sejauh mana negara tersebut menjamin hak
asasi manusia (HAM), antara lain: kebebasan menyatakan pendapat, hak berserikat
dan berkumpul. Karena demokrasi menolak dektatorianisme, feodalisme dan
otoritarianisme. Dalam negara demokrasi, hubungan antara penguasa dan rakyat
bukanlah hubungan kekuasaan melainkan berdasarkan hukum yang menjunjung
tinggi hak asasi manusia (HAM).

Di dalam al-Qur’an terdapat banyak ayat yang terkait dengan prinsip-prinsip


utama demokrasi, antara lain QS. Ali Imran: 159 dan al-Syura: 38 (yang berbicara
tentang musyawarah); al-Maidah: 8; al-Syura: 15 (tentang keadilan); al-Hujurat: 13
(tentang persamaan); al-Nisa’: 58 (tentang amanah); Ali Imran: 104 (tentang
kebebasan mengkritik); al-Nisa’: 59, 83 dan al-Syuro: 38 (tentang kebebasan
berpendapat) dst. Jika dilihat basis empiriknya, menurut Aswab, agama dan
demokrasi memang berbeda. Agama berasal dari wahyu sementara demokrasi
berasal dari pergumulan pemikiran manusia. Dengan demikian agama memiliki
dialeketikanya sendiri. Namun begitu menurut Mahasin, tidak ada halangan bagi
agama untuk berdampingan dengan demokrasi. Sebagaimana dijelaskan di depan,
bahwa elemen-elemen pokok demokrasi dalam perspektif Islam meliputi: as-syura,
al-musawah, al-‘adalah, al-amanah, al-masuliyyah dan al-hurriyyah. Kemudian
apakah makna masing-masing dari elemen tersebut? 1. as-Syura Syura merupakan
suatu prinsip tentang cara pengambilan keputusan yang secara eksplisit ditegaskan
dalam al-Qur’an. Misalnya saja disebut dalam QS. As-Syura: 38:
“Dan urusan mereka diselesaikan secara musyawarah di antara mereka”.
Dalam surat Ali Imran:159 dinyatakan: “Dan bermusayawarahlah dengan mereka
dalam urusan itu”. Dalam praktik kehidupan umat Islam, lembaga yang paling
dikenal sebagai pelaksana syura adalah ahl halli wa-l‘aqdi pada zaman
khulafaurrasyidin. Lembaga ini lebih menyerupai tim formatur yang bertugas
memilih kepala negara atau Khalifah Jelaslah bahwa musyawarah sangat
diperlukan sebagai bahan pertimbangan dan tanggung jawab bersama di dalam
setiap mengeluarkan sebuah keputusan. Dengan begitu, maka setiap keputusan
yang dikeluarkan oleh pemerintah akan menjadi tanggung jawab bersama. Sikap
musyawarah juga merupakan bentuk dari pemberian penghargaan terhadap orang
lain karena pendapat-pendapat yang disampaikan menjadi pertimbangan bersama.
Begitu pentingnya arti musyawarah dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa
maupun bernegara, sehingga Nabi sendiri juga menyerahkan musyawarah kepada
umatnya.

B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana sejarah dan konsep demokrasi dalam Islam?
2. Bagaimana pandangan Islam terhadap demokrasi?
3. Apa saja sisi positif dan negatif demokrasi?

C. Tujuan
1. Untuk mengetahui sejarah dan konsep demokrasi.
2. Untuk mengetahui pandangan Islam terhadap demokrasi.
3. Untuk mengetahui apa saja sisi positif dan negatif demokrasi.
BAB II
PEMBAHASAN

A. Konsep dan Sejarah Demokrasi dalam Islam


Demokrasi-Islam terdiri dari dua istilah yang mewakili dua konsep. Islam adalah
sebuah sistem kehidupan yang bangunannya dari pandangan hidup tertentu (akidah
Islam), dan Islam merupakan sebuah prinsip nilai abadi luhur dalam membangun
komunikasi komprehensif, baik dalam konteks kemanusiaan, maupun lingkungan dan
peribadahan (hablumminallah). Sedangkan demokrasi merupakan model pemerintahan
yang dihasilkan dari pandangan hidup, dan demokrasi merupakan prinsip hidup
bermasyarakat, berbangsa dan bernegara.
Demokrasi Islam adalah ideologi politik yang berusaha menerapkan prinsip-
prinsip Islam ke dalam kebijakan publik dalam kerangka demokrasi. Teori politik Islam
menyebutkan tiga ciri dasar demokrasi Islam: pemimpin harus dipilih oleh rakyat,
tunduk pada syariah, dan berkomitmen untuk mempraktekkan “syura”, sebuah bentuk
konsultasi khusus yang dilakukan oleh Nabi Muhammad SAW.
Islam merupakan suatu sistem dalam tata kelola pemerintahan yang merujuk
kepada syari’at islam. Konstitusi dalam pemerintahan islam berdasarkan pada hukum-
hukum syari’at yang telah disebutkan didalam Al-quran dan hadis, baik itu yang
membahas mengenai ibadah, aqidah, akhlak, muamalah, hingga berbagai macam
hubungan. Oleh sebab itu, hukum yang berlaku dalam sistem pemerintahan Islam harus
bersumber dan merujuk pada hukum-hukum Allah.
Kemudian kepemerintahannya dipimpin oleh seorang pemimpin yang dipilih oleh
rakyat, yang bertujuan untuk menjalankan pemerintahan dengan baik dan dapat
mencptakan kesejahteraan bagi masyarakat. Islam sejak awal telah memperkenalkan
bagaimana sifat kepemimpinan Rasulullah SAW yang sudah seharusnya menjadi
panutan bagi pemimpin-pemimpin sesudah beliau. Rasulullah telah menjadi suri
tauladan yang baik bagi manusia, hingga saat ini kita dapat mengambil banyak contoh
dari Rasululah terutama dalam hal kepemimpinan pemerintahan. Rasulullah adalah
sosok manusia yang mulia yang menjadi pilihan Allah untuk membawa risalah-Nya.
Dalam kepemimpinan Rasulullah lebih mendahulukan sikap keteladanan dan
musyawarah. Oleh karena itu, tidak berlebihan jika dikatakan kepemimpinan
Rasulullah sebagai kepemimpinan yang demokratis. Dalam gaya kepemimpinannya,
Rasulullah menggunakan pendekatan secara halus atau mengajak dengan tidak
melakukan kekerasan. Hal ini dapat dilihat dari bagaimana sikap Rasulullah saat
berhadapan dengan orang Badui yang baru masuk Islam dan masih berat untuk
meninggalkan perilaku buruknya. Salah satu faktor yang menyebabkan orang-orang
masuk Islam pada zaman Nabi Muhammad karena mereka merasa terpanggil karena
melihat akhlaq beliau yang sangat mulia, tidak dengan menakut-nakuti atau memaksa
agar mereka masuk Islam.

B. Pandangan Islam tentang Demokrasi


Secara bahasa demokrasi terdiri atas dua kata, yaitu demos dan kratos yang berarti
kekuasaan ditangan rakyat. Ada tiga pemikiran mengenai hubungan Islam dan
demokrasi. Pertama, Islam menjadi sifat dasar demokrasi, karena konsep syura, ijtihad,
dan ijma merupakan konsep yang sama dengan demokrasi. Kedua, Islam tidak
berhubungan dengan demokrasi. Menurut pandangan ini rakyat tidak bisa berdiri di atas
kedaulatan Tuhan, juga tidak bisa disamakan antara Muslim dan non Muslim dan antara
laki-laki dan perempuan. Ketiga, teodemokrasi yang diperkenalkan oleh al-Maududi
berpandangan bahwa Islam merupakan dasar demokrasi. Meskipun rakyat tidak bisa
bertemu dengan kepemilikan Tuhan, tetapi perlu diakui bahwa milik rakyat merupakan
subordinasi milik Tuhan kedaulatan mutlak dan keesaan Tuhan yang terkandung dalam
konsep tauhid peran manusia yang terkandung dalam konsep khilafah memberikan
kerangka dengan mengembangkan teori politik tertentu yang dianggap demokratis.
Penjelasan mengenai demokrasi dalam kerangka konseptual Islam banyak
memberikan perhatian pada beberapa aspek khusus di ranah sosial dan politik.
Demokrasi Islam dianggap sebagai sistem yang mengukuhkan konsep-konsep Islami
seperti musyawarah (syura), kesepakatan (ijma’), dan penilaian interpretatif yang
mandiri (ijtihad). Istilah-istilah ini sangat penting dalam bahasa tentang demokrasi di
kalangan masyarakat muslim. Perlunya musyawarah merupakan konsekuensi politik
kekhalifahan manusia. Musyawarah ini dengan jelas juga masalah yang disebutkan
dalam QS. Syura [42]: 38, yang artinya : “Dan (bagi) orang-orang yang menerima
(mematuhi) seruan Tuhannya dan persiapan sholat, urusan-urusan mereka (diputuskan)
dengan musyawarah; dan mereka menafkahkan sebagian dari rezeki yang Kami berikan
kepada mereka.” Isinya berupa perintah kepada para pemimpin dalam kedudukan apa
pununtuk menyelesaikan urusan mereka yang di pimpinya dengan cara
bermusyawarah. Di dalam QS. Ali-‘Imran [3]: 159, yang artinya “Dan
bermusyawarahlah dengan mereka dalam urusan itu. Kemudian apabila kamu telah
membulatkan tekad, maka bertawakallah kepada Allah. Sesungguhnya Allah menyukai
orang-orang yang bertawakal kepadaNya.”
Dengan demikian tidak akan terjadi kesewenang-wenangan dari seorang
pemimpin terhadap rakyat yang dipimpinnya. Oleh karena itu “ kerakyatan rakyat“
dalam sebuah Negara dalam doktrin musyawarah (syura) dalam bidang politik umat
Islam mendelegasikan kekuasaan mereka untuk penguasa, dan pendapat mereka harus
diperhatikan dalam menangani masalah Negara. Dalam konsepsi Islam, seorang
pemimpin berkewajiban menyelaraskan kebijakan pemerintahannya dengan
kemaslahatan rakyat. Kesepakatan (ijma’) dan musyawarah (syura) sering dipandang
sebagai landasan yang efektif bagi demokrasi Islam modern. Dengan kata lain bahwa
demokrasi dalam Islam bukan semata-mata suara rakyat, tetapi suara rakyat yang sesuai
dengan aturan agama itulah yang diterima. Sepanjang suara rakyat (demokrasi) itu
sesuai dengan agama, maka Islam dapat menerimanya. Sebaliknya jika tidak sesuai
dengan aturan agama maka Islam tidak menerimanya sekalipun itu merupakan aspirasi
orang banyak.
Islam menginginkan demokrasi plus, yaitu demokrasi yang tetap menjunjung
tinggi kebenaran agama dan aspirasi rakyat banyak. Selain syura dan ijmak ada konsep
yang sangat penting dalam proses demokrasi Islam yakni ijtihad.

C. Sisi Positif dan Negatif Demokrasi


Terdapat Delapan sisi demokrasi positif, yaitu: Melindungi kebebasan individu,
menjamin persamaan hak, mendidik rakyat jelata, mengembangkan karakter rakyat,
memperkembangkan cinta tanah air, pencegah pergolakan, menghasilkan kemajuan,
dan menciptakan ketepatgunaan yang baik. Menurut SN Dubey “Demokrasi menjamin
setiap keinginan Seseorang didalam, bahkan akan menjadi pertimbangan dalam
pengambilan keputusan atau ketetapan pemerintah. Di dalam negara demokrasi, semua
sama didepan mata hukum, dan semuanya memiliki persamaan hak didalam berpolitik.
Didalam demokrasi, masyarakat memiliki hak untuk berpartisipasi dalam hal
kesejahteraan administrasi publik, dan mereka bisa berperan langsung untuk mengubah
pemerintahan, bila pemerintah gagal dalam melaksanakan keinginan dan aspirasi
rakyat.” Demokrasi juga menanamkan secara mendalam pada setiap warga rasa cinta
terhadap negara dan sifat patriotisme. Hal ini memberikan mereka perasaan berbangsa
dan mengembangkan perasaan bertanggung jawab bahkan dalam hal keamanan,
martabat, dan kemajuan bangsa. Tetapi, terdapat sisi negatif dalam demokrasi.
Kelemahan yang terdapat didalam demokrasi adalah terletak pada landasan
konsepsinya sendiri. Prinsip kebanggaan di tangan rakyat yang diwujudkan dalam suara
terbanyak. Prinsip besaran ini amat rentas tatkala pengusaha atau sekelompok orang
dapat merekayasa masyarakat melalui propaganda, money politic, tindakan persuasif
hingga represif agar mendukungnya. Bahkan menurut Aristoteles bahwa
“Pemerintahan yang didasarkan pada pilihan orang banyak dapat dengan mudah
dipengaruhi oleh para demagog, dan akhirnya akan mencapai kediktatoran.”

Musyawarah sebagai bagian dariaktivis demokrasi di dalamnya terlibat berbagai


kelompok masyarakat yang tidak berkualitas. Dalam keputusan diserahkan kepada
suara terbanyak, padahal kebenaran tidak ukuran dengan jumlah banyak orang.
Sedangkan syura berdasarkan parameter yang baku, yaitu Al-Qur’an dan Hadis.
Pelaksanaannya dilakukan oleh orang-orang yang memiliki kemampuan spesifik dan
pengetahuan dalam memahami makna yang terkandung di dalamnya. Persamaan, yang
menyamakan strata masyarakat, juga mengandung kelemahan. Realitas menunjukkan
adanya perbedaan dalam kehidupan masyarakat. Kondisi yang berbeda antara yang
satu dengan yang lainnya tidak dapat penolakan. Bagaimana jika disamakan antara
yang berpengetahuan dan tidak berpengetahuan.
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
Demokrasi merupakan produk akal sedang Islam adalah wahyu yang difirmankan
kepada Rasulullah SAW. Terdapat Delapan sisi positif demokrasi, yaitu: melindungi
kebebasan individu, menjamin persamaan hak, mendidik rakyat jelata,
mengembangkan karakter rakyat, memperkembangkan cinta bersudara, mencegah
pergolakan, menghasilkan kemajuan, dan Menciptakan ketepatgunaan yang baik.
Demokrasi Islam dianggap sebagai sistem yang mengukuhkan konsep-konsep Islami
seperti musyawarah (syura), kesepakatan (ijma’), dan penilaian interpretatif yang
mandiri (ijtihad). Istilah-istilah ini sangat penting dalam tentang demokrasi dikalangan
masyarakan Muslim.

B. Saran
Demikian makalah yang dapat kami sampaikan, tentunya dalam penyusunan
makalah ini masih banyak kata-kata atau penyampaian yang kurang jelas ataupun dalam
penyajiannya yang kurang lengkap, pastinya makalah ini jauh dari kata sempurna.
Maka kritik dan saran sangatlah kami harapkan untuk menjadikan pelajaran pada masa
mendatang.
DAFTAR PUSTAKA

http://www.ditpertais.net/jurnal/vol62003k.asp

http://mahmud09-kumpulanmakalah.blogspot.com/2012/08/demokrasi-
dalampendidikan-islam.html http://sovi70ovi.blogspot.com

http://makalahmajannaii.blogspot.com/2012/06/pendidikan-yang-demokratis.html

https://www.uin-malang.ac.id/blog/post/read/131101/islam-dan-demokrasi.html

Anda mungkin juga menyukai