Anda di halaman 1dari 18

DEMOKRASI DAN TEORI AKSI

TUGAS MAKALAH
Dosen Pengajar :
Zaini M.Pd.I

Kelas : Tarbiyah C
Disusun Oleh :
Kelempok 4
Ahmad wasit aulawi
Musyafa An-Nur
Muhamad Rizky Aditya
Kholilirrahman
Kaisul Ulum

JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM


FAKULTAS TARBIYAH
INSTITUT PTIQ JAKARTA
KATA PENGATAR

Bismillahirrahmanirrahim….

Alhamdulillahirrabbil a’alamin, puji dan syukur Kami panjatkan


kehadirat Allah yang berkat rahmat, hidayah dan taufik dariNya kami dapat
menyelesaikan makalah ini sesuai dengan waktu yang telah ditentukan.
Shalawat serta salam semoga selalu tercurah kepada Nabi junjungan kita
Muhammad Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam yang semoga di hari akhir nanti
kita semua mendapat syafaatnya, aamiin ya Rabbal ‘alamin

Makalah ini disusun untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah
Civic Education dengan tema Teori dan Praktek Demokrasi. Pembahasan
demokrasi dalam makalah ini terdri dari 3 Teori:

1. Hakikat demokrasi
2. Demokrasi dalam tatanan hidup berbangsa dan bernegara
3. Islam dan Demokrasi

Semoga makalah ini dapat menambah wawasan pembaca dalam


mengkaji ilmu tentang masyarakat sehingga dapat dimanfaatkan ditengah-
tengah masyarakat Indonesia yang majemuk. Terima kasih kepada semua
pihak yang sudah membantu dalam penyusunan makalah ini dan mohon maaf
atas kekurangan dalam penyusunannnya, semoga bermanfaat untuk kita
semua, aamiin

Jakarta, 28 Oktober 2021

(Penyusun)
DAFTAR ISI:

Kata Pengantar.......................................................................................

DAFTAR ISI ..........................................................................................

BAB I ......................................................................................................

PENDAHULUAN

1) Latar Belakang................................................................................

2) Rumusan Makalah...........................................................................

3) Tujuan ..............................................................................................

BAB II......................................................................................................

PEMBAHASAN

A. Demokrasi dan teori aksi ................................................................

I. Hakikat demokrasi ..................................................................

II. Demokrasi dalam tatanan hidup berbangsa ............................

III. Islam dan demokrasi ..................................................................

BAB III PENUTUP

Kesimpulan .............................................................................................

DAFTAR PUSTAKA...............................................................................
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Sehubungan dengan pentingnya ilmu Civic Education bagi mahasiswa


kejuruan Pendidikan Agama Islam maka perlu kiranya di kaji secara
mendalam dan mendetail, guna kelancaran dalam memehami dan
mengkaji demokrasi teori dan aksi.
Oleh karena itu kami akan membahas tentang hakikat demokrasi,
pandangan dan tatanan kehidupan bersama, sejarah demokrasi, demokrasi di
Indonesia, unsur-unsur pendukung tegaknya demokrasi, parameter tatanan
kehidupan demorkasi, partai politik dan pemilu dalam kerangka demokrasi,
Islam dan demokrasi.

B. Rumusan Masalah

A. Apa hakikat demokrasi?

B. Bagaimana pandangan dan tatanan kehidupan bersama?


C. Bagaimana sejarah demokrasi ?
D. Bagaimana demokrasi di indonesia

C. Tujuan
A. Mengetahui hakikat demokrasi
B. Mengetahui pandangan dan tatanan kehidupan bersama
C. Mengetahui sejarah demokrasi
D. Mengetahui demokrasi di indonesia
E. Mengetahui unsur-unsur pendukung tegaknya demokrasi
F. Mengetahui parameter tatanan kehidupan demorkasi
G. Mengetahui partai politik dan pemilu dalam kerangka demokrasi
H. Mengetahui keterkaitan islam dan demokrasi
BAB II
PEMBAHASAN
A. Hakikat demokrasi
Secara garis besar demokrasi adalah sebuah sistem sosial-politik modern
yang paling baik dari sekian banyak sistem maupun idiologi yang ada dewasa
ini.[1]
Secara etimologis “demokrasi “ terdiri dari dua kata Yunani yaitu
“demos” yang berarti rakyat atau penduduk suatu tempat dan “cratein” atau
“cratos” yang berarti kekuasaan atau kedaulatan. Gabungan dua kata demos-
cratein atau demos-cratos (demokrasi) memiliki arti suatu keadaan negara
dimana dalam sistem pemerintahannya kedaulatan berada di tangan rakyat,
kekuasaan tertinggi berada dalam keputusan bersama rakyat.
Sedangkan pengertian demokrasi secara istilah (terminologi) adalah
seperti yang dinyatakan oleh para ahli sebagai berikut: (a) Joseph A.
Schmeter mengatakan demokrsi merupakan suatu perencanaan institusional
untuk mencapai keputusan politik di mana individu-individu memperoleh
kekuasaan untuk memutuskan cara perjuangan kompetitif atas suara
rakyat. (b) Sidney Hook berpendapat demokrasi adalah bentuk pemerintahan
di mana keputusan-keputusan pemerintah yang penting secara langsung atau
tidak langsung didasarkan pada kesepakatan mayoritas yang diberikan secara
bebas dari rakyat dewasa. (c) philippe C. Schmitter dan Terry Lynn
Karl menyatakan demokrasi sebagai suatu sistem pemerintahan di mana
pemerintah diminta tanggung jawab atas tindakan-tindakan mereka di wilayah
publik oleh warga negara, yang bertindak secara tidak langsung melalui
kompetisi dan kerjasama dengan para wakil mereka yang telah terpilih. (d)
Henry B. Mayo menyatakan demokrasi sebagai sistem politik merupakan
suatu sistem yang menunjukkan bahwa kebijakan umum ditentukan atas dasar
mayoritas oleh wakil-wakil yang diawasi secara efektif oleh rakyat dalam
pemilihan-pemilihan berkala yang didasarkan atas prinsip kesamaan politik
dan diselenggarakan dalam suasana terjaminnya kebebasan politik.[2]
Sedikit berdeda dengan pandangan para ahli di atas, pakar politik
Indonesia Affan Gaffar memaknai demokrasi dalam dua bentuk yaitu
pemaknaan secara normatif (demokrasi normatif) dan empirik (demokrasi
empirik). Demokrasi normatif adalah demokrasi yang secara ideal hendak
dilakukan oleh sebuah negara. Sedangkan demokrasi empirik adalah
demokrasi dalam perwudannya pada dunia politik praktis.[3]
Namun demikian, di luar perbedaan pengertian demokrasi di kalangan
para ahli demokrasi, terdapat titik temu, yakni sebagai landasan hidup
bermasyarakat dan bernegara demokrasi meletakkan rakyat sebagai
komponen penting dalam proses dan praktik-praktik dalam berdemokrasi.
Dengan demikian negara yang menganut sistem demokrasi adalah negara
yang diselenggarakan berdasarkan kehendak dan kemauan rakyat.[4]
Dari beberapa pendapat di atas dapatlah disimpulkan bahwa sebagai
suatu sistem bermasyarakat dan bernegara hakikat demokrasi adalah peran
utama rakyat dalam proses sosial dan politik. Dengan kata lain sebagai
pemerintahan di tangan rakyat mengandung pengertian tiga hal: pemerintahan
dari rakyat (government of the people), pemerintahan oleh rakyat (government
by the people), pemerintahan untuk rakyat (government for the people), ketiga
faktor ini merupakan tolak ukur umum dari suatu pemerintahan yang
demokratis.[5]

B. DEMOKRASI DALAM TATANAN HIDUP BANGSA DAN


BERNEGARA
Membahas tema tentang demokrasi menghadapkan kita pada suatu
kompleksitas permasalahan yang klasilk, fundamental, namun tetap aktual.
Betapa tidak. Dikatakan klasik karena masalah demokrasi sudah menjadi
fokus perhatian dalam wacana flsafati semenjak zaman Yunani Kuno, dan
telah diterapkan di polish Athena. Fundamental karena hakikat demokrasi
menyentuh nilai-nilai dasar kehidupan tentang apa dan bagaimana sistem
kehidupan itu akan dipergunakan di mana manusia sendiri yang menjadi
subjek dan sekaligus dijadikan objeknya. Aktual karena dewasa ini demokrasi
menjadi dambaan setiap bangsa dan negara untuk menerapkannya; tidak
ketinggalan kita bangsa Indonesia dalam era reformasi ini, melalui berbagai
tuntutan dan gerakan berupaya untuk "meluruskannya" yang selama Orde
Baru demokrasi telah terdistorsi karena dimanipulasikan oleh pemerintahan
yang otoriter
C. ISLAM DAN DEMOKRASI
A. Demokrasi menurut ajaran Islam
Larry Diamond, Juan J. Linze, dan Seymour Martin Lipset
menyimpulkan bahwa dunia Islam tidak memiliki prospek untuk
menjadi demokratis serta tidak memiliki pengalaman demokrasi yang
cukup andal. Samuel P. Huntington meragukan Islam dapat berjalan
dengan prinsip-prinsip demokrasi yang secara kultural lahir di Barat.
Setidaknya ada tiga pandangan tentang Islam dan demokrasi.
Pertama, Islam dan demokrasi adalah dua sistem politik yang
berbeda. Hubungan Islam dan demokrasi bersifat saling
menguntungkan secara eksekutif. Islam dipandang sebagai sistem
politik alternatif terhadap demokrasi. Islam dan demokrasi adalah dua
hal yang berbeda, karena itu demokrasi sebagai konsep Barat tidak
tepat untuk dijadikan sebagai acuan dalam hidup bermasyarakat,
berbangsa, dan bernegara.

Kedua, Islam berbeda dengan demokrasi jika demokrasi didefinisikan secara


prosedural seperti dipahami dan dipraktikkan di negara-negara Barat. Islam
merupakan sistem politik demokratis jika demokrasi didefinisikan secara
substantif, yakni kedaulatan di tangan rakyat dan negara merupakan
terjemahan dari kedaulatan rakyat ini. Di antara tokoh dari kelompok ini
adalah Al-Maududi dan Moh. Natsir.

Ketiga, Islam adalah sistem nilai yang membenarkan dan


mendukung sistem politik demokrasi seperti yang dipraktikkan
negara-negara maju. Islam di dalam dirinya demokratis tidak hanya
karena prinsip syura (musyawarah), tetapi juga karena adanya konsep
ijtihad dan terdapat beberapa argumen teoteris yang bisa menjelaskan
lambannya pertumbuhan dan perkembangan demokrasi di dunia Islam.
Pertama, pemahaman doctrinal mengahmbat praktik
demokrasi. Elie Khudourie menyatakan bahwa gagasan demokrasi
masih cukup asing dalam tradisi pemikiran Islam. Hal ini disebabkan
oleh kebanyakan kaum Muslim yang cenderung memahami demokrasi
sebagai sesuatu yang bertentangan dengan Islam. Upaya liberisasi
pemahaman keagamaan dalam rangka mencari konsensus dan sintesis
antara pemahaman doktrin Islam dengan teori-teori modern seperti
demokrasi dan kebebasan.
Kedua, persoalan kultur. Demokrasi sebenarnya telah dicoba di
negara-negara Muslim sejak paruh pertama abad dua puluh, tetapi
gagal. Karena warisan kultural masyarakat Muslim sudah terbiasa
dengan autokrasi dan ketaatan absolut kepada pemimpin. Langkah
yang sangat diperlukan adalah penjelasan kultural mengapa demokrasi
tumbuh subur di Eropa, sementara di kawasan dunia Islam malah
otoritarianisme yang tumbuh dan berkembang.
Ketiga, lambannya pertumbuhan demokrasi di dunia Islam
tidak ada hubungan dengan teologi maupun kultur, melainkan lebih
terkait dengan sifat alamiah demokrasi itu sendiri. Untuk membangun
demokrasi diperlukan kesungguhan, kesabaran, dan di atas segalanya
adalah waktu. John Esposito dan O. Voll adalah di antara tokoh yang
optimis terhadap masa depan demokrasi di dunia Islam, sekalipun
Islam tidak memiliki tradisi kuat berdemokrasi.

B. Hubungan pendikan agama Islam dengan demokrasi


1. Implementasi Demokrasi pada Pemerintahan Islam
Ketika Nabi Muhammad SAW dan kaum muslimin pindah dari
Mekahke Madinah (622 M), sebuah komunitas baru orang-orang
beriman didirikan disana. Komunitas inilah terdiri dari kaum Anshor
yaitu orang-orang Madinah yang mengikuti mereka dan kaum
Muhajirin yaitu oraang-orang yang pindah dari Mekah. Pada masa itu,
di jazirah arab hanya ada satu model komunitas. Komunitas suku yang
didasarkan pada pertalian darah. sejak awal kemunculannya islam
sebagi pola hubungan sosial, dipertentangkan dengan model
komunitas suku yang berdasrakan pertalian darah tersebut.
Dengan demikian, komunitas baru orang-orang beriman tersebut
merupakan kumpulan suku, namun yang berdasarkan hubungan
keyakinan keagamaan dan bukannya berdasarkan hubungan
darah.Inilah asal usul berdirinya pemerintahan islam, nabi
merupakanpemimpin perkumpulan atau komunitas baru tersebut.
Komunitas orang-orang beriman dan kehidupanpun berubah sedikit
demi sedikit sehingga timbulah benih-benih demokrasi untuk pertama
kali dalam sebuah pemerintahan. Seperti adanya hak-hak yang sama
dengan kepala-kepala suku lainnya dan hak-hak keagamaan
(Muhammad Said Al-ashmawi, 2002 :1)
Konsep demokrasi dalam pendiikan islam sering disebut dengan
gagasan musyawarah, dalam bahasa arab syura. Konsep demokrasi di
zaman nabi berbeda dengan konsep demokrasi era sekarang. Konsep
islam dalam berdemokrasi harus sesuai firman Allah dalam Al-qur’an
surat Al-Imran :159 yang artimya dan bermusyawarahlah dengan
mereka dalam urusan itu (duniawi) kemudian apabila kamu telah
membulatkan tekad, maka bertawakalah kepadaAllah(QS 3 : 159).
Banyak pendapat bahwa islam menyetujui Negara didasarkan pada
dominasi kekuatan satu orang atau satu partai. Konsep islam tentang
pentingnya demokrasi pada paemerintahan bahwa Negara hasrus
didasarkan pada persetujuan rakayat dan kerjasama rakyat makanya
islam menjadikan musyawarah sebagai prinsip utamanya. Demokrasi
dalam islam tidak akan terwujud kecuali melalui kombinasi tiga insur
syari’at, bangsa yang diwakili oleh pemimpinnya dan imam yaitu
sebagai kepala negara yang terpilih.
Pemerintahan islam berbeda dengan pemerintahanlain, tidak
didasarkan pada konsep kebangsaan dan ras, melainkan semata-mata
berdasarkan ideologi Al-qur’an, Sunnah dan Syari’at islam
2. Sitem Demokrasi dalam menentukan pemimpin menurut konsep islam.
Sistem demokrasi dalam menentukan pemimpin menurut konsep islam
sudah ada sejak Nabi Muhammad SAW wafat. Ketika itu pengangkatannya
dengan jalan musyawarah atau pemilihan, sebagaimana yang terjadi dalam
pengangkatan sahabat Abu Bakar sebagai khalifah pertama. Nabi Muhammad
SAW tidak pernah berwasiat tentang penggantinya. Hal ini sepenuhnya
diserahkan kepada umat islam. Dan umat islam akan memilihnya secara
demokrasi. Kaum muhajirin dan anshor berkumpul dirumah keluarga Bani
Saidah membicarakan pengganti Rosulullah. Kaum Anshor merasa berhak
menjadi khalifah karena mereka membantu Rosulullah semasa di Madinah,
demikian juga kaum Muhajirin merasa berhak karena mereka yang paling
pertama masuk islam. Hampir saja timbul perpecahan untunglah Allah segera
menurunkan hidayah. Umat islam dengan suara bulat memilih dan membaiat
Abu Bakar menjadi khalifah. Inilah proses awal adanya demokrasi dalam
menentukan pemimpin dalam islam (H.Sulomo, 1994:83)
Azas pendidikan dan pengajaran salah satunya adalah faham
demokrasi yaitu pendidikan dan pengajaran dengan cara yang sama harus
diperuntukan untuk seluruh rakyat tidak pandang bulu, baik miskin, kaya
lelaki ataupun perempuan, baik di Kota maupun di Desa (J.Comenius 1974 :
43) Dalam dunia pendidikan penerapan demokrasi sangat diperlukan apalagi
dalam persepektif islam, proses demokrasi dari seorang guru kepada siswanya,
sehingga harapannya adalah terwujudnya dan tercapainya tujuan Pendidikan
agama islam. Hubungan pendidikan agama islam dengan demokrasi sangat
erat sekali kaitannya.
Menurut Muammar Qathafi (2000 :135) bahwa demokrasi pendidikan
tidak mengharuskan kurikulum yang sistematis dan mengklasifikasikan materi
dalam buku dan teks yang dipaksakan kepada anak didik untuk
mempelajarinya sambal duduk diatas kursi. Model pendidikan yang
mendominasi diseluruh dunia ini berarti pemaksaan bukan demokratis. Wajib
belajar merupakan penghapusan secara paksa atas kecakapan manusia dan ini
merupakan kediktatoran yang merusak kebebasan , kreatifitas dan kecerdasan.
Adapun sistim demokrasi secara luas tidak hanya ada dalam bentuk
pemerintahan saja, tetapi menyangkut seluruh aspek kehidupan dari mulai
kehidupan mikro sampai kepada kehidupan makro. Contoh salah satu harus
ada demokrasi adalah dalam kehidupan di keluarga, orang tua tidak boleh
otoriter kepada anak-anaknya dalam segala hal termasuk masa depan anak-
anaknya. Tumbuhkan kehidupan yang demokratis dalam keluarga seperti
dicontohkan ajaran islam yaitu kisah nabi Ibrohim A.S. Ketika proses adanya
hokum Qurban terhadap Ismail A.S, disini jelas adanya proses dialog artinya
ada demokrasi disana.

C. Pemikiran ulama tentang demokrasi


Pada dasarnya sebagian besar ulama atau pemikir-pemikir islam
mengatakan bahwa demokrasi itu penting , tetapi implementasinya ada
perbedaan konsep demokrasi islam dan demokrasi barat. Demokrasi menutut
ibnu Taimiyah kerjasama diantara komponen masyarakat dan kekuasaan
adalah syari’ah, pelaksanaanya oleh semua anggota masyarakat serta
pemegangnya terletak ditangan ulama dan umara. Yang mana maksud ulama
tidak hanya ahli agama tetapi siapa saja yang ahli mengurus dan memajukan
Negara.
D. Perbandingan Demokrasi islam dan Demokrasi barat
Karakteristik Demokrasi Barat Demokrasi Islam
Fungsi Normatif Kebebasan individu Penyelamatan setelah
mati
Citra tentang Masyarakat umum
manusia dengan
hak-hak yang bisa
dilanggar
Konsep tentang Masyarakat syarat konflik Bayangan tentang
masyarakat plurarisme kelompok dan konsensus dasar
gagasan, konsensus dasar tentang
tentang fungsi normatif fungsi islam sebagi
dan kelembagaan struktur nilai
demokrasi dominan, dengan
orientasi
utama monisme
kelompok
dan gagasan
Yang berdaulat Rakyat Tuhan (bersama
rakyat)
Tabiat politik Pergumulan/kompetisi Pelaksanaan kehendak
sehari-hari antara Tuhan
kelompok yang
mempunyai kepentingan
tertentu
Pendekatan kontrol kekuasaan Mempertahankan dan
kelembagaan menegakan syari’at
Legitimasi Melalui pemilu yang
kekuasaan demokratis
Perwakilan Pelimpahan kekuasaan
kepada lembaga-lembaga
perwakilan
Pergantian Melalui pemilu yang
kekuasaan demokratis
Tanggung jawab Kepada rakyat Kepada Tuhan /
penguasa syari’ah
Partai Kepentingan tertentu
yang
tergagasi
Penyelesaian konflik Melalui kekuasaan Melalui penafsiran atau
mayoritas syari’ah via penguasa
yang syah
Elit Kelompok-kelompok
yang
terbuka dan resm
Mekanisme control Pemilu demokratis dan Syura
pemishan kekuasaan
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
Sesungguhnya islam dan demokrasi tidak dapat dipisahkan
Karena keduanya merupakan suatu kesatuan yang digunakan oleh
suatu negara untuk menjalakan proses penyelenggaraan pemerintahan
suatu negara. Demokrasi islam adalah kepatuhan kepada hukum tuhan
(allah) dan melaksanakan wewenangnya sesuai dengan perintah-
perintah tuhan serta dalamm batas-batas yang telah digariskan
olehnya. Mengacu pada perintah diatas maka dapat ditegaskan bahwa
demokrasi islam adalah demokrasi yang berdiri diatas nilai-nilai
fundamental yangh merupakan hukum-hukum allah sebagaimana yang
tercantum dalam alquran dan assunah yang dijadikan landasan utama
untuk melakukan ijtihad politik dan diletakan diatas fondasi yang
bersifat absolut atau dapat dikatakan sebagai demokrasi yang teoritis.
Bisa juga dikatakan sebagai demokrasi yangn sifatnya transdental
karena kelangsungnan demokrasi ini bukan berdasar kekuasaan
manusia semata-mata yang dapat memberikan jaminan
Saran
Untuk mahasiswa diharapkan membaca referensy yang lebih lengkap
terkait masyarakat
DAFTAR PUSTAKA

Azyumardi Azra, Komaruddin Hidayat, Demokrasi, Hak Asasi Manusia dan


Masyarakat Madani,(Jakarta:ICC UIN Syarifhidayatullah, 2006)

file:///C:/Users/HEAVEN/Downloads/JAWABAN%20SOAL%20UAS%20
S2%20MK.PI.pdf
Azra, Azyumardi. 1999. Menuju Masyarakat Madani. Cetakan ke-1.
Bandung: PT Remaja Rosdakarya.
Budiman, Arief. 1990. State And Cicil Society. Clayton: Monash Paper
Southeas Asia No. 22.
Culla, Adi Suryadi. 1999. Masyarakat Madani Pemikiran: Teori Dan
Relevansinya Dengan Cita-Cita Reformasi. Jakarta: RajaGrafindo Persada.

Anda mungkin juga menyukai