Anda di halaman 1dari 18

MAKALAH

Demokrasi: Teori dan Aksi

(Disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Pancasila)

DOSEN PEMBIMBING :

Drs. H Suhilman M.A

Disusun oleh:

Alvi Syifa (11200210000030)

M Khalil Nursyam (11200210000005)

Shalna Puteri Riannisha (11200210000019)

JURUSAN BAHASA DAN SASTRA ARAB

FAKULTAS ADAB DAN HUMANIORA

UNIVERSITAS ISLAM NEGRI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA

2020/2021
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR…..........................................................................i

DAFTAR ISI……………………………………………………………………ii

BAB I PENDAHULUAN………………………………………………………

A. Latar Belakang………………………………………………………….
B. Rumusan Masalah……………………………………………………
C. Tujuan …………………………………………………………………….

BAB II PEMBAHASAN……………………………………………………….

A. Demokrasi……………………………………………………………….
B. Unsur-unsur Pendukung Tegaknya Demokrasi………………………….
C. Islam dan Demokrasi………………………………………………….

BAB III PENUTUP……………………………………………………………

A. Kesimpulan…………………………………………………………
B. Saran………………………………………………………………….

DAFTAR PUSTAKA………………………………………………………..iii
Kata Pengantar

Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Allah SWT. karena atas rahmat,
karunia serta kasih sayangNya kami dapat menyelesaikan makalah ini yang
berjudul Demokrasi Teori Dan Aksi dengan sebaik mungkin.

Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada Drs. H. Suhilman


M.A.selaku dosen mata kuliah Pancasila. Dalam penulisan makalah ini, kami
menyadari masih banyak terdapat kesalahan dan kekeliruan, baik yang berkenaan
dengan materi pembahasan maupun dengan teknik pengetikan, begitu juga kepada
pihak yang kami jadikan sumber acuan pembuatan makalah ini seperti para
penulis buku beliau kami gunakan sebagai referensi. Bila ada kekurangan kami
sebagai penulis meminta maaf sebesar-besarnya.

Pada makalah diuraikan pengertian demokrasi mulai dari hakikat


demokrasi, pandangan hidup demokrasi, sejarah demokrasi, dan bentuk-bentuk
demokrasi. Selanjutnya di paparkan apa saja yang menjadi unsur unsur
pendukung demokrasi serta dijelaskan bagaimana hubungan antara demokrasi
dengan islam.

Walaupun demikian, inilah usaha maksimal kami selaku para penulis


usahakan.Semoga dalam makalah ini para pembaca dapat menambah wawasan
ilmu pengetahuan dan diharapkan kritik yang membangun dari para pembaca
guna memperbaiki kesalahan sebagaimana mestinya.

Jakarta, 20 September 2020

Penulis
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Demokrasi merupakan salah satu bentuk atau mekanisme suatu sistem


pemerintahan suatu negara sebagai upaya mewujudkan kedaulatan rakyat atau
negara yang dijalankan oleh pemerintah. Semua warga negara memiliki hak yang
setara dalam pengambilan keputusan yang dapat mengubah hidup mereka.

Demokrasi mengizinkan warga negara berpartisipasi baik secara langsung atau


melalui perwakilan dalam perumusan, pengembangan dan pembuatan hukum.
Demokrasi mencakup kondisi sosial, ekonomi dan budaya yang memungkinkan
adanya praktik kebebasan politik secara bebas dan setara.

Pada masa kini, ketika jumlah penduduk semakin banyak, kita membutuhkan
demokrasi perwakilan untuk memutuskan berbagai persoalan bersama. Maka
dibentuklah pemerintahan dan dewan perwakilan yang dipilih oleh rakyat. Dengan
demikian, lembaga-lembaga tersebut memiliki mandat dari rakyat untuk
menjalankan tugas eksekutif dan legislatif. Karena dipilih dan memperoleh
mandat dari rakyat, maka merekapun harus mempertanggung jawabkan
penyelenggaraan pemerintahan tersebut kepada rakyat sebagai pemegang
kedaulatan tertinggi. Demokrasi secara sederhana berarti pemerintahan dari
rakyat, oleh rakyat, dan untuk rakyat.

Disisi lain umat Islam sering kebingungan dengan istilah demokrasi. Di saat
yang sama, demokrasi sampai saat ini belum dapat diterima secara bulat bagi
sebagian umat Islam, sebagian kalangan ada yang menerima demokrasi itu sendiri
tanpa adanya penelitian lebih lanjut tentang hubungan demokrasi dengan islam itu
sendiri, namun sebagian yang lain ada yang menolak bahkan mengharamkannya.

B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengar Demokrasi?
2. Apa sajakah unsur penegak Demokrasi?
3. Bagaimana keterkaitan antara Demokrasi dengan Islam?
C. Tujuan Penulisan
1. Mengetahui pengertian dari demokrasi dari mulai hakikat, pandangan
hidup demokrasi hingga sejarah demokrasi.
2. Mengetahui unsur unsur penegak demokrasi.
3. Mengetahui keterkaitan atau hubungan demokrasi dengan islam dalam
pandangan para ahli dan konsep agama.
BAB II

PEMBAHASAN

A. DEMOKRASI
a. HAKIKAT DEMOKRASI
Secara etimologis Demokrasi terdiri dari dua kata yang berasal dari bahasa
Yunani yaitu “Demos (rakyat)” dan “Cratos (kekuasaan)”. Secara bahasa
demokrasi adalah keadaan negara dimana dalam sistem pemerintahannya,
kedaulatan berada ditangan rakyat, kekuasaan tertinggi berada dalam keputusan
bersama rakyat. Rakyat berkuasa, pemerintahan rakyat, dan kekuasaan oleh
rakyat.
Secara garis besar demokrasi adalah sebuah sistem sosial politik modern
yang paling baik dari sekian banyak sistem maupun ideologi yang ada dewasa ini.
Menurut pakar hukum Moh. Mahfud MD, ada dua alasan dipilihnya demokrasi
sebagai sistem bermasyarakat dan bernegara yaitu:
1. Hampir semua Negara di dunia ini telah menjadikan demokrasi sebagai
asas yang fundamental
2. Demokrasi sebagai asas kenegaraan secara esensial telah memberikan arah
bagi peranan masyarakat untuk mengelenggarakan Negara sebagai organisasi
tertingginya[1]
Sedangkan secara istilah pengertian demokrasi dikemukakan oleh
beberapa ahli sebagai berikut :
a. Joseph A. Schmeter
Demokrasi merupakan persiapan dalam membuat satu keputusan politik.
Kekuasaan seseorang dalam mengambil keputusan ditentukan oleh voting suara
rakyat.
b. Sidney Hook
Demokrasi adalah bentuk pemerintahan dimana keputusan-keputusan pemerintah
yang penting secara langsung atau tidak langsung didasarkan pada kesepakatan
mayoritas yang diberikan secara bebas dari rakyat dewasa.
c. Philippe Schmitter dan Terry Lynn Karl
Demokrasi sebagai suatu sistem pemerintahan dimana pemerintah dimintai
tanggung jawab atas tindakan-tindakan mereka diwilayah publik oleh warga
negara, yang bertindak secara tidak langsung melalui kompetisi dan kerjasama
dengan para wakil mereka yang terpilih.
Dapat kita simpulkan dari beberapa pendapat ahli diatas bahwa sebagai
suatu sistem bermasyarakat dan bernegara hakikat demokrasi adalah peranan
utama rakyat dalam proses social dan politik.sebagai pemerintahan di tangan
rakyat .
b. DEMOKRASI SEBAGAI PANDANGAN HIDUP
Masyarakat harus menjadikan demokrasi sebagai filsafat hidup dalam
bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara. Karena itu demokrasi memerlukan
usaha nyata setiap warga dan perangkat pendukungnya yaitu budaya yang
kondusif sebagai perwujudan dari suatu kerangka berpikir dan rancangan
masyarakat.
Bentuk pemerintahan demokrasi ataupun sistem politik demokrasi suatu
negara memerlukan sikap hidup warganya yang demokratis. Demokrasi
merupakan suatu keyakinan, suatu prinsip utama yang harus dijabarkan dan
dilaksanakan secara sistematis dalam bentuk atura sosial politik.
Ada 6 Norma-norma pandangan hidup berdemokratis :
1. Pentingnya kesadaran akan Pluralisme
Adanya Pengakuan akan kenyataan perbedaan yang harus
diwujudkan dalam sikap dan perilaku menghargai dan mengakomodasi
beragam pandangan dan sikap orang dan kelompok lain, sebagai bagian
dari kewajiban warga negara dan negara untuk menjaga dan melindungi
hak orang lain untuk diakui keberadaannya.
2. Musyawarah
Adanya kedewasaan warga negara untuk secara tulus menerima
kemungkinan untuk melakukan negosiasi dan berkompromi sosial dan
politik secara damai dan bebas dalam setiap keputusan bersama
3. Permufakatan yang jujur dan sehat sesuai norma
musyawarah yang benar dan baik hanya akan berlangsung jika masing-
masing pribadi atau kelompok memiliki pandangan positif terhadap
perbedaan pendapat dan orang lain.
4. Kebebasan nurani, persamaan hak, dan kewajiban
persamaan hak dan kewajiban bagi semua merupakan norma
demokrasi yang harus di integrasikan dengan sikap percaya pada etika baik
orang dan kelompok lain
5. (percobaan dan salah)
demokrasi membutuhan percobaan-percobaan dan kesediaan semua
pihak untuk menerima kemungkinan ketidaktepatan atau kesalahan dalam
praktik demokrasi.  
6. Cara haruslah sejalan dengan tujuan
proses demokrasi dilakukan tanpa paksaan, tekanan, dan ancaman dari
siapapun, tetapi dilakukan secara sukarela dan saling menguntungkan.
c. SEJARAH DEMOKRASI

Kata “demokrasi” berasal dari dua kata, yaitu demos yang berarti rakyat,
dan kratos/cratein yang berarti pemerintahan, sehingga dapat diartikan sebagai
pemerintahan rakyat, atau yang lebih kita kenal sebagai pemerintahan dari rakyat,
oleh rakyat dan untuk rakyat. Konsep demokrasi menjadi sebuah kata kunci
tersendiri dalam bidang ilmu politik. Hal ini menjadi wajar, sebab demokrasi saat
ini disebut-sebut sebagai indikator perkembangan politik suatu negara.

Sebelum istilah demokrasi ditemukan oleh penduduk Yunani, bentuk


sederhana dari demokrasi telah ditemukan sejak 4000 SM di Mesopotamia. Ketika
itu, bangsa Sumeria memiliki beberapa negara kota yang independen. Di setiap
negara kota tersebut para rakyat seringkali berkumpul untuk mendiskusikan suatu
permasalahan dan keputusan pun diambil berdasarkan konsensus atau mufakat.

Barulah pada 508 SM, penduduk Athena di Yunani membentuk sistem


pemerintahan yang merupakan cikal bakal dari demokrasi modern. Yunani kala
itu terdiri dari 1,500 negara kota (poleis) yang kecil dan independen. Negara kota
tersebut memiliki sistem pemerintahan yang berbeda-beda, ada yang oligarki,
monarki, tirani dan juga demokrasi. Diantaranya terdapat Athena, negara kota
yang mencoba sebuah model pemerintahan yang baru masa itu yaitu demokrasi
langsung. Penggagas dari demokrasi tersebut pertama kali adalah Solon, seorang
penyair dan negarawan. Paket pembaruan konstitusi yang ditulisnya pada 594
SM menjadi dasar bagi demokrasi di Athena namun Solon tidak berhasil membuat
perubahan. Demokrasi baru dapat tercapai seratus tahun kemudian
oleh Kleisthenes, seorang bangsawan Athena.
Dalam demokrasi tersebut, tidak ada perwakilan dalam pemerintahan
sebaliknya setiap orang mewakili dirinya sendiri dengan mengeluarkan pendapat
dan memilih kebijakan. Namun dari sekitar 150,000 penduduk Athena, hanya
seperlimanya yang dapat menjadi rakyat dan menyuarakan pendapat mereka.
Demokrasi ini kemudian dicontoh oleh bangsa Romawi pada 510
SM hingga 27 SM. Sistem demokrasi yang dipakai adalah demokrasi
perwakilan dimana terdapat beberapa perwakilan dari bangsawan di Senat dan
perwakilan dari rakyat biasa di Majelis.

Demokrasi menempati posisi vital dalam kaitannya pembagian kekuasaan


dalam suatu negara (umumnya berdasarkan konsep dan prinsip trias politica)
dengan kekuasaan negara yang diperoleh dari rakyat juga harus digunakan untuk
kesejahteraan dan kemakmuran rakyat.

Prinsip semacam trias politica ini menjadi sangat penting untuk


diperhitungkan ketika fakta-fakta sejarah mencatat kekuasaan pemerintah
(eksekutif) yang begitu besar ternyata tidak mampu untuk membentuk masyarakat
yang adil dan beradab, bahkan kekuasaan absolut pemerintah seringkali
menimbulkan pelanggaran terhadap hak-hak asasi manusia.

Demikian pula kekuasaan berlebihan di lembaga negara yang lain,


misalnya kekuasaan berlebihan dari lembaga legislatif menentukan sendiri
anggaran untuk gaji dan tunjangan anggota-anggotanya tanpa mempedulikan
aspirasi rakyat, tidak akan membawa kebaikan untuk rakyat.

Intinya, setiap lembaga negara bukan saja harus akuntabel (accountable),


tetapi harus ada mekanisme formal yang mewujudkan akuntabilitas dari setiap
lembaga negara dan mekanisme ini mampu secara operasional (bukan hanya
secara teori) membatasi kekuasaan lembaga negara tersebut.

d. Bentuk-Bentuk Demokrasi
a. Dari segi cara penyampaian pendapat
1. Demokrasi langsung (Direct Democracy)
Demokrasi langsung merupakan suatu bentuk demokrasi dimana
setiap rakyat memberikan suara atau pendapat dalam menentukan suatu
keputusan. Dalam sistem ini, setiap rakyat mewakili dirinya sendiri dalam
memilih suatu kebijakan sehingga mereka memiliki pengaruh langsung
terhadap keadaan politik yang terjadi. Sistem demokrasi langsung
digunakan pada masa awal terbentuknya demokrasi di Athena dimana
ketika terdapat suatu permasalahan yang harus diselesaikan, seluruh rakyat
berkumpul untuk membahasnya. Di era modern sistem ini menjadi tidak
praktis karena umumnya populasi suatu negara cukup besar dan
mengumpulkan seluruh rakyat dalam satu forum merupakan hal yang
sulit. Selain itu, sistem ini menuntut partisipasi yang tinggi dari rakyat
sedangkan rakyat modern cenderung tidak memiliki waktu untuk
mempelajari semua permasalahan politik negara.

2. Demokrasi Tidak langsung (Indirect Democracy)


Dalam demokrasi tidak langsung, seluruh rakyat memilih
perwakilan melalui pemilihan umum untuk menyampaikan pendapat dan
mengambil keputusan bagi mereka.

3. Demokrasi perwakilan dengan sistem pengawasan langsung dari


rakyat
Demokrasi ini merupakan campuran antara demokrasi langsung
dengan demokrasi perwakilan, rakyat memilih wakilnya untuk duduk
dilembaga perwakilan rakyat, tetapi wakil rakyat dalam menjalankan
tugasnya diawasi rakyat melalui referendum dan inisiatif rakyat.
Referendum diklasifikasikan menjadi tiga macam yaitu :
1. Referendum Wajib ( Referendum Obligator) Referendum ini
dilakukan ketika ada perubahan atau pembentukan norma penting
dan mendasar dalam UUD (konstitusi) atau UU yang sangat politis.
2. Referendum tidak wajib / referendum fakultas. Referendum ini
dilaksanakan jika waktu tertentu setelah rancangan UU
diumumkan, sejumlah rakyat mengusulkan diadakan refendum .
Jika dalam waktu tertentu tidak ada permintaaan dari rakyat,
rancangan UU itu dapat menjadi UU yang bersifat tetap.
3. Referendum Konsultatif. Referendum ini hanya sebatas meminta
persetujuan, karena rakyat tidak mengerti permasalahannya,
pemerintah meminta pertimbangan pada ahli bidang tertentu yang
berkaitan dengan permasalahan tersebut.

b. Demokrasi Modern
1. Demokrasi liberal : Pemerintah dibatasi oleh undang-undang dan pemilu
bebas yang diselenggarakan dalam waktu yang panjang.
2. Demokrasi terpimpin : Para pemimpin percaya bahwa semua tindakan
mereka dipercayai rakyat, tetapi menolak persaingan dalam pemilu untuk
menduduki kekuasaan.
3. Demokrasi sosial : Menaruh kepedulian pada keadilan sosial dan
egalitarianisme bagi persyaratan untuk memperoleh kepercayaan politik.
4. Demokrasi partisipasi : Yang menekankan hubungan timbal balik antara
penguasa dan yang dikuasai.
5. Demokrasi Konstitusi : Yang menekankan pada proteksi khusus bagi
kelompok budaya – budaya dan menekankan kerja sama yang erat diantara
elit yang mewakili bagian budaya masyarakat utama.

c. Demokrasi Berdasarkan Titik Perhatian / Prioritas

1. Demokrasi Formal

Demokrasi ini secara umum menetapkan semua orang dalam


kedudukan yang sama dalam bidang politik tanpa mengurangi kesenjangan
ekonomi. Individu diberi kebebasan yang luas, sehingga demokrasi ini
disebut juga demokrasi liberal.

2. Demokrasi Material

Demokrasi material memandang manusia mempunyai kesamaan


dalam bidang sosial, ekonomi, sehingga persamaan bidang politik tidak
menjadi prioritas. Demokrasi semacam ini dikembangkan di negara
sosialis, komunis.

3. Demokrasi Campuran

Demokrasi ini merupakan campuran dari kedua demokrasi diatas


tersebut. Demokrasi ini berupaya menciptakan kesejahteraan seluruh
rakyat dengan menempatkan persamaan derajat dan hak setiap orang.

d. Demokrasi Berdasarkan Prinsip Ideologi

1. Demokrasi liberal

Demokrasi ini membicarakan kebebasan yang luas pada individu.


Tindakan sewenang-wenang pemerintah terhadap warga negaranya
dihindari, pemerintah bertindak atas dasar konstitusi.

2. Demokrasi rakyat/Demokrasi proletral

Demokrasi ini bersetujuan mensejahterakan rakyat. Negara yang


dibentuk tidak mengenal perbedaan kelas. Semua warga negara
mempunyai kesamaan dalam hukum dan politik.

e. Ciri-Ciri Pemerintahan Demokrasi

Pemilihan umum secara langsung mencerminkan sebuah demokrasi yang


baik. Dalam perkembangannya, demokrasi menjadi suatu tatanan yang diterima
dan dipakai oleh hampir seluruh negara di dunia. Ciri-ciri suatu pemerintahan
demokrasi adalah sebagai berikut:
1. Adanya keterlibatan warga negara (rakyat) dalam pengambilan keputusan
politik, baik langsung maupun tidak langsung (perwakilan).
2. Adanya pengakuan, penghargaan, dan perlindungan terhadap hak-hak
asasi rakyat (warga negara).
3. Adanya persamaan hak bagi seluruh warga negara dalam segala bidang.

4. Adanya lembaga peradilan dan kekuasaan kehakiman yang independen


sebagai alat penegakan hukum
5. Adanya kebebasan dan kemerdekaan bagi seluruh warga negara.
6. Adanya pers (media massa) yang bebas untuk menyampaikan informasi
dan mengontrol perilaku dan kebijakan pemerintah.
7. Adanya pemilihan umum untuk memilih wakil rakyat yang duduk di
lembaga perwakilan rakyat.
8. Adanya pemilihan umum yang bebas, jujur, adil untuk menentukan
(memilih) pemimpin negara dan pemerintahan serta anggota lembaga
perwakilan rakyat.
9. Adanya pengakuan terhadap perbedaan keragamaan (suku, agama,
golongan, dan sebagainya).

B. UNSUR-UNSUR PENDUKUNG TEGAKNYA DEMOKRASI

Tegaknya demokrasi sebagai sebuah tatanan kehidupan kenegaraan,


pemerintahan, ekonomi, social, dan politik sangat bergantung kepada keberadaan
dan peran yang dijalankan oleh unsur penopang tegaknya demokrasi itu sendiri.
Beberapa unsur-unsur penting penopang tegaknya demokrasi antara lain:
1. Negara hukum (Rachtsstaat atau The Rule of Law)
Secara garis besar negara hukum adalah sebuah negara dengan gabungan
kedua konsep rechtsstaat dan the rule of law.
Konsep rechtsstaat mempunyai ciri-ciri sebagai berikut :
a. Adanya perlindungan terhadap HAM
b. Adanya pemisahan dan pembagian kekuasaan pada lembaga negara untuk
menjamin perlindungan HAM
c. Pemerintah berdasarkan peraturan
d. Adanya peradilan administrasi

Sedangkan the rule of law mempunyai iri-ciri sebagai berikut :


a. Supremasi aturan-aturan hokum
b. Kesamaan kedudukan di depan hukum (equality before the law)
c. Jaminan perlindungan HAM

Istilah negara hukum di Indonesia dapat ditemukan dalam penjelasan UUD 1945
yang berbunyi : “Indonesia ialah negara yang berdasar atas hukum (rechtsstaat)
dan bukan berdasar atass kekuasaan belaka (machtsstaat).”

2. Masyarakat Madani (Civil Society)


Masyarakat madani (civil society) adalah masyarakat dengan ciri-cirinya
yang terbuka, egaliter, bebas dari dominasi dan tekanan negara.
Perwujudan masyarakat madani secara konkret dilakukan oleh berbagai
organisasi-organisasi diluar negara (non-government) atau lembaga
swadaya masyarakat (LSM). Dalam peran demokrasi msyarakat madani
(civil society) sebagaimana negara menjadi sanga penting keberadaannya
dalam mewujudkan demokrasi.

3. Aliansi Kelompok Strategis


Komponen berikutnya yang dapat mendukung tegaknya demokrasi adalah
adanya aliansi kelompok strategis yang terdiri dari partai politik,
kelompok, dalamnya pers yang bebas dan bertanggung jawab.Bersamaan
dengan kelompok politik kedua kelompok terakhir ini dapat saling bekerja
sama dengan kelompok lainnya untuk melakukan oposisi terhadap
pemerintahan manakala berjalan tidak demokrasi.

C. ISLAM DAN DEMOKRASI

Demokrasi bagi sebagian umat islam sampai dengan saat ini masih
diperselisihkan. Ada yang menerima maupun menolaknya secara tegas tentang
pemakaian sistem demokrasi tersebut.

Namun menurut Ahmad S. Mousalli, pakar ilmu politik Universitas


Amerika di Beirut, ulama Islam baik klasik, pertengahan maupun modern,
memiliki pandangan yang sepadan dengan perkembamgan pemikiran Barat
tentang demokrasi, pluralisme dan HAM. Menurutnya, ketika
spirit Enlightenment dengan doktrin hukum alam (natural law)-nya telah
menginspirasikan lahirnya konsep-konsep Barat tentang Demokrasi, pluralism,
dan HAM. Akibat pengaruh yang sama kalangan ulama muslim menjadikan
doktrin-doktrin tersebut di bawah sinaran otoritas teks yang berasal dari al-Quran
dan sunnah Muhammad SAW.

Secara garis besar wacana islam dan demokrasi dapat dikelompokkan


menjadi tiga kelompok pemikiran:

1. Islam dan demokrasi adalah dua sistem politik yang berbeda. Islam tidak
bisa disubordinatkan dengan demokrasi. Islam merupakan sistem politik
yang mandiri. Hubungan keduanya bersifat saling mernguntungkan secara
eksklusif. Islam dipandang sebagai sistem politik terhadap demokrasi, 
2. Islam berbeda dengan demokrasi apabila demokrasi didefinisikan secara
prosedural seperti dipahami dan dipraktikkan di negara-negara Barat. 
3. Islam adalah sistem nilai yang membenarkan dan mendukung sistem
politik demokrasi seperti yang dipraktikkan negara-negara maju.

Terdapat beberapa argumen teoritis yang bisa menjelaskan lambannya


pertumbuhan dan perkembangan demokrasi di dunia Islam.

1. Pemahaman doktrinal menghambat praktek demokrasi.


2. Persoalan kultur.
3. Ketiga, lambannya pertumbuhan demokrasi di dunia Islam tak ada
hubungan dengan teologi maupun kultur, melainkan lebih terkait dengan
sifat alamiah demokrasi itu sendiri.

Sebagai sebuah sistem dan bentuk negara, demokrasi tidak bisa bertemu dengan
konsep Islam, karena Islam sendiri ternyata tidak berbicara tentang sistem dan
bentuk tertentu sebuah negara. Islam lebih merupakan sebuah agama dan aturan
hidup bermasyarakat, tidak berbicara tentang sistem, apalagi bentuk sebuah
negara.
Selanjutnya sebagai nilai-nilai kemanusiaan yang harus di perjuangkan, demokrasi
bisa sejalan dengan ajaran Islam, sebab prinsip-prinsip nilai yang dibawa
demokrasi, yakni nilai:

1. Egalitarianism/persamaan (al- musâwah),


2. Kebebasan (al-hurriyah)
3. Pluralism (ta`addudiyah),

Tidak bertentangan dengan prinsip-prinsip Islam, bahkan jauh sebelumnya Islam


telah berbicara dan memperjuangkan nilai-nilai tersebut. Akan tetapi, hal itu
bukan berarti demokrasi sepenuhnya sesuai dengan semangat dan nafas Islam.Di
sisi lain, Islam juga mengandung prinsip-prinsip lain yang tidak dibawa oleh
demokrasi. Prinsip-prinsip yang dimaksud adalah:

(1) prinsip syûrâ (musyawarah),

(2) imâmah (kepemimpinan),

(3) perbedaan gender,

(4) soal dzimmi.

Jadi, prinsip-prinsip demokrasi pada dasarnya memang dapat diterima dan


tidak bertentangan dengan Islam, tetapi hal itu bukan berarti Islam identik dengan
demokrasi. Sebab, sebagai sebuah agama, Islam mengandung banyak norma dan
aturan yang tidak sekedar seperti yang ada dalam prinsip demokrasi.
BAB III

PENUTUP

A. KESIMPULAN

Sebagai suatu sistem bermasyarakat dan bernegara hakikat demokrasi adalah


peran utama rakyat dalam proses sosial dan politik. Dengan kata lain sebagai
pemerintahan di tangan rakyat mengandung pengertian tiga hal: pemerintahan dari
rakyat, pemerintahan oleh rakyat, pemerintahan untuk rakyat, ketiga faktor ini
merupakan tolak ukur umum dari suatu pemerintahan yang demokratis. Dalam
menangani tatanan masyarakat yang demokratis, ada enam norma atau unsur
pokok yang dibutuhkan. Keenam norma itu adalah: 1. Kesadaran pluralisme, 2.
Musyawarah, 3. Cara haruslah sejalan dengan tujuan, 4. Norma kejujuran dalam
kemunfakatan, 5. Kebebasan nurani, 6. Trial and error (percobaan dan salah).

Unsur-unsur Penegak Demokrasi:


1. Negara Hukum(rectstaat atau the rule of low)
2. Masyarakat Madani (civil Socity)
3. Aliansi Kelompok Strategis
Demokrasi pada dasarnya memang dapat diterima dan tidak bertentangan
dengan Islam, tetapi hal itu bukan berarti Islam identik dengan demokrasi. Sebab,
sebagai sebuah agama, Islam mengandung banyak norma dan aturan yang tidak
sekedar seperti yang ada dalam prinsip demokrasi.

B. SARAN

Demikian makalah ini penulis uraikan, apabila terdapat kesalahan, Hendaknya


supaya memberi masukan, agar dalam pembutan makalah penulis bisa lebih baik
lagi. Dan di harapkan dengan adanya makalah ini pembaca dapat mengetahui dan
memahami demokrasi dalam teori dan aksi. Semoga makalah ini dapat
bermanfaat. Amin.
DAFTAR PUSTAKA

[1]. Azyumardi Azra, Komaruddin Hidayat. 2006. Demokrasi, Hak Asasi


Manusia dan Masyarakat Madani. Jakarta:ICC UIN Syarifhidayatullah.
[2]. Budiarjo, Miriam. 1996. Demokrasi di Indonesia . Jakarta: Gramedia. hlm. 6
[3]. Ubaidillah, Achmad. 2015. Pancasila, demokrasi, & pencegahan korupsi.
Jakarta:Prenada Media.
[4]. Putra, nanda lega jaya. 2020. Unsur-unsur pendukung tegaknya demokrasi.
Https://nandalega.wordpress.com/2020/04/20/unsur-unsur-pendukung-tegaknya-demokrasi/ (di
akses tanggal 13 oktober 2020)
[5]. Kurniawan, Aris. 2020. Sejarah Demokrasi Dunia – Pengertian, Macam, Prinsip,
Ciri, Para Ahli. https://www.gurupendidikan.co.id/sejarah-demokrasi-dunia/
(diakses tanggal 13 oktober 2020)

[6]. Hadiwijoyo, Suryo Sakti. 2012. Negara, Demokrasi dan Civil Society.
Yogyakarta : Graha Ilmu.

[7]. Hakim, Ihsan Nul. 2014. Islam Dan Demokrasi: Studi Komparatif Antara
Teori Politik Islam Dan Demokrasi Barat. 1-15.

iii

Anda mungkin juga menyukai