Anda di halaman 1dari 9

KATA PENGANTAR

Puji syukur atas ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala limpahan
Rahmat, Hidayah, Serta Taufik sehingga kami bisa menyelesaikan penyusunan
makalah ini dalam bentuk maupun isinya yang sederhana. Semoga makalah ini
dapat bermanfaat bagi pembaca dan menjadi pedoman bagi pembaca dalam
mengetahui penyusunan Makalah tentang “Demokrasi Dalam Islam”.
Harapan kami semoga makalah ini dapat membantu menambah pengetahuan
pembaca dan pengalaman bagi pembaca, sehingga kami dapat memperbaiki
bentuk maupun isi makalah ini sehingga kedepannya dapat lebih baik.
Makalah ini kami akui masih banyak kekurangan karena pengalaman
yang kami miliki sangat kurang. Oleh karena itu kami harapkan kepada para
pembaca untuk memberikan masukan-masukan yang bersifat membangun untuk
kesempurnaan makalah ini.

Kendal, 29 Mei 2019

Penulis
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR..............................................................................................i
DAFTAR ISI...........................................................................................................ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang..............................................................................................1
B. Rumusan Masalah.........................................................................................1
C. Tujuan...........................................................................................................1
BAB II
PEMBAHASAN
A. Konsep dan Sejarah Demokrasi dalam Islam...............................................2
B. Sisi Positif dan Negatif Demokrasi..............................................................2
C. Pandangan Islam tentang Demokrasi............................................................3
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan...................................................................................................6
B. Saran.............................................................................................................6
DAFTAR PUSTAKA..............................................................................................7
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Dalam sebuah sistem demokrasi, rakyat adalah sumber hukum dan hukum
pada gilirannya berfungsi menjamin perlindungan terhadap kesejahteraan dan
kepentingan setiap orang yang memiliki kedaulatan itu. Demokrasi juga sering
diartikan sebagai penghargaan terhadap hak-hak asasi manusia, partisipasi
dalam pengambilan keputusan dan persamaan hak di depan hukum.
Dari sudut pandang Islam, demokarasi menyuguhkan sebuah tantangan
bahwa hukum yang dibuat oleh sebuah sistem pemerintahan dipandang tidak
sah karena ia menggantikan kedaulatan Tuhan dengan otoritas manusia.
Dalam agama Islam,Tuhan adalah satu-satunya pemegang kedaulatan dan
sumber hukum tertinggi. Jadi,bagaimana sejarah dan konsep demokrasi dalam
Islam, sisi positif dan negatif demokrasi, serta pandangan Islam terhadap
demokrasi.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas diberikan rumusan masalah sebagai
berikut:
1. Bagaimana sejarah dan konsep demokrasi dalam Islam?
2. Apa saja sisi positif dan negatif demokrasi?
3. Bagaimana pandangan Islam terhadap demokrasi?
C. Tujuan
Berdasarkan rumusan masalah di atas diberikan Tujuan sebagai berikut :
1. Memahami sejarah dan konsep demokrasi dalam Islam
2. Memahami sisi positif dan negatif demokrasi
3. Memahami pandangan islam terhadap demokrasi
BAB II
PEMBAHASAN

A. Konsep dan Sejarah Demokrasi dalam Islam


Demokrasi-Islam terdiri dari dua istilah yang mewakili dua konsep yang asing
antara satu dengan yang lain. Islam adalah sebuah sistem kehidupan yang
terbangun dari pandangan hidup tertentu (aqidah islam), dan Islam merupakan
sebuah prinsip nilai adi luhung dalam membangun komunikasi komprehensif,
baik dalam konteks kemanusiaan, maupun lingkungan dan peribadahan (hablum
minallah). Sedangkan demokrasi merupakan model pemerintahan yang dihasilkan
dari pandangan hidup yang lain (bukan aqidah islam), dan demokrasi merupakan
prinsip hidup bermasyarakat, berbangsa dan bernegara.
.Demokrasi merupakan produk akal sedang Islam adalah wahyu yang
difirmankan kepada Rasulullah SAW. Fakta sejarah menunjukkan bahwa
pemerintahan yang dijalankan oleh Rasulullah SAW dan Khula’ al Rasyidin tidak
menyebutkan atau berlandaskan pada demokrasi. Pertemuan Islam dan demokrasi
merupakan pertemuan peradaban, ideologi, dan latar belakang sejarah yang jauh
berbeda.
B. Sisi Positif dan Negatif Demokrasi
Terdapat delapan sisi positif demokrasi, yaitu: melindungi kebebasan
individual, menjamin persamaan hak, mendidik rakyat jelata, mengembangkan
karakter rakyat, memperkembangkan cinta tanah air, pencegah pergolakan,
menghasilkan kemajuan, dan menciptakan ketepatgunaan yang baik.
Menurut S.N. Dubey “Demokrasi menjamin setiap keinginan seseorang di
dalam komunitas, bahkan akan menjadi pertimbangan dalam pengambilan
keputusan atau ketetapan pemerintah. Di dalam negara demokrasi, semua sama di
depan mata hukum, dan semuanya memiliki persamaan hak didalam berpolitik. Di
dalam demokrasi, masyarakat memiliki hak untuk berpartisipasi dalam hal
kesejahteraan administrasi publik, dan mereka bisa berperan langsung untuk
mengubah pemerintahan, bila pemerintah gagal dalam melaksanakan keinginan
dan aspirasi rakyat.”
Demokrasi juga menanamkan secara mendalam pada setiap warga rasa cinta
terhadap negara dan sifat sentiment patriotisme. Hal ini memberikan mereka
perasaan memikul bangsa dan mengembangkan perasaan bertanggung jawab
bahkan dalam hal keamanan, martabat, dan kemajuan bangsa.
Tetapi, terdapat sisi negatif dalam demokrasi. Kelemahan yang terdapat di
dalam demokrasi adalah terdapat pada landasan konsepsinya sendiri. Prinsip
kedaulatan di tangan rakyat yang diwujudkan dalam suara terbanyak. Prinsip
mayoritas ini amat rentas tatkala pengusaha atau sekelompok orang dapat
merekayasa masyarakat melalui propaganda, money politic, tindakan persuasif
hingga represif agar mendukungknya. Bahkan menurut Aristoteles bahwa
“Pemerintahan yang didasakan pada pilihan orang banyak dapat mudah
dipengaruhi oleh para demagog, dan akhirnya akan merosot jadi kediktatoran.”
Kebebasan berpendapat bisa saja menjurus pada ketidakpastian karena
parameter yang dipakai adalah rasio yang subyektif dan relatif. Karena itu prinsip
musyawarah tidak sama persis dengan syura. Musyawarah sebagai bagian dari
aktivitas demokrasi di dalamnya terlibat berbagai kelompok masyarakat yang
tidak berkualitas. Dalam demokrasi keputusan diserahkan kepada suara terbanyak,
padahal kebenaran tidak diukur dengan jumlah banyaknya orang. Sedangkan
syura didasarkan pada parameter yang baku, yaitu al-Qur’an dan Hadis.
Pelaksanaannya dilakukan oleh orang-orang yang mempunyai kemampuan
spesifik dan pengetahuan dalam memahami makna yang terkandung di dalamnya.
Persamaan, yang berarti menyamakan strata masyarakat, juga mengandung
kelemahan. Realitas menunjukkan ada perbedaan dalam kehidupan masyarakat.
Kondisi yang berbeda antara yang satu dengan yang lainnya tidak dapat
dipungkiri. Bagaimana jika disamakan antara yang berpengetahuan dan tidak
berpengetahuan.
C. Pandangan Islam tentang Demokrasi
Secara bahasa demokrasi terdiri atas dua kata, yaitu demos dan kratos yang
berarti kekuasaan ditangan rakyat. Ada tiga pemikiran mengenai hubungan Islam
dan demokrasi.
 Pertama, Islam menjadi sifat dasar demokrasi, karena konsep syura,
ijtihad, dan ijma’ merupakan konsep yang sama dengan demokrasi.
 Kedua, Islam tidak berhubungan dengan demokrasi. Menurut pandangan
ini kedaulatan rakyat tidak bisa berdiri diatas kedaulatan Tuhan, juga tidak
bisa disamakan antara muslim dan non muslim dan antara laki-laki dan
perempuan.
 Ketiga, Theodemocracy yang diperkenalkan oleh al-Maududi
berpandangan bahwa Islam merupakan dasar demokrasi. Meskipun
kedaulatan rakyat tidak bisa bertemu dengan kedaulatan Tuhan, tetapi
perlu diakui bahwa kedaulatan rakyat merupakan subordinasi kedaulatan
Tuhan
Kedaulatan mutlak dan keesaan Tuhan yang terkandung dalam konsep tauhid
dan peranan manusia yang terkandung dalam konsep khilafah, memberikan
kerangka dengan mengembangkan teori politik tertentu yang dianggap
demokratis. Penjelasan mengenai demokrasi dalam kerangka konseptual Islam
banyak memberikan perhatian pada beberapa aspek khusus di ranah sosial dan
politik.
Demokrasi Islam dianggap sebagai sistem yang mengukuhkan konsep-konsep
Islami seperti musyawarah (syura), kesepakatan (ijma’), dan penilaian interpretatif
yang mandiri (ijtihad). Istilah-istilah ini sangat penting dalam perdebatan
menyangkut demokrasi di kalangan masyarakat muslim.
Perlunya musyawarah merupakan konsekuensi politik kekhalifahan manusia.
Masalah musyawarah ini dengan jelas juga disebutkan dalam QS. Syura [42]: 38 :
Dan (bagi) orang-orang yang menerima (mematuhi) seruan Tuhannya dan
mendirikan sholat, sedangkan urusan mereka (diputuskan) dengan
musyawarah; dan mereka menafkahkan sebagian dari rezeki yang Kami
berikan kepada mereka.
Isinya berupa perintah kepada para pemimpin dalam kedudukan apa pun
untuk menyelesaikan urusan mereka yang di pimpinya dengan cara
bermusyawarah. Di dalam QS.Ali ‘Imran [3]: 159 Allah SWT menyatakan
tentang musyawarah ini yaitu:
Dan bermusyawarahlah dengan mereka dalam urusan itu. Kemudian
apabila kamu telah membulatkan tekad, maka bertawakallah kepada Allah.
Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang bertawakal kepada-Nya.
Dengan demikian tidak akan terjadi kesewenang-wenangan dari seorang
pemimpin terhadap rakyat yang dipimpinya. Oleh karena itu “ perwakilan rakyat
“ dalam sebuah Negara tercermin dalam doktrin musyawarah (syura). Dalam
bidang politik umat Islam mendelegasikan kekuasaan mereka kepada penguasa,
dan pendapat mereka harus diperhatikan dalam menangani masalah Negara.
Dalam konsepsi Islam, seorang pemimpin berkewajiban menyelaraskan
kebijakan pemerintahannya dengan kemaslahatan rakyat. Kesepakatan atau
konsesus (ijma’) dan musyawarah (syura) sering dipandang sebagai landasan yang
efektif bagi demokrasi Islam modern. Konsep konsensus (ijma’) memberikan
dasar bagi penerimaan sistem yang mengakui suara mayoritas. Meskipun istilah-
istilah ini banyak diperdebatkan maknanya, ia memberikan landasan yang efektif
untuk memahami hubungan antara Islam dan demokrasi di era kontemporer.
Dengan kata lain bahwa demokrasi dalam Islam bukan semata-mata suara rakyat,
tetapi suara rakyat yang sesuai dengan aturan agama itulah yang diterima.
Sepanjang suara rakyat (demokrasi) itu sesuai dengan agama, maka Islam dapat
menerimanya. Sebaliknya jika tidak sesuai dengan aturan agama maka Islam tidak
menerimanya sekalipun itu merupakan aspirasi orang banyak. Islam
menginginkan demokrasi plus, yaitu demokrasi yang tetap menjunjung kebenaran
agama dan aspirasi rakyat banyak.
Selain syura dan ijmak ada konsep yang sangat pnting dalam proses
demokrasi islam yakni ijtihad. Bagi para pemikir muslim upaya ini merupakan
langkah kunci menuju penerapan perintah Tuhan di suatu tempat atau waktu.
Musyawarah, konsensus dan ijtihad merupakan konsep-konsep yang sangat
penting bagi artikulasi demokrasi islam dalam kerangka keesaan Tuhan dan
kewajiban-kewajiban setiap manusia sebagai khalifah-Nya. Meskipun masalah-
masalah ini banyak diperdebatkan maknanya namun lepas dari ramainya
perbedaan maknanya di dunia islam, istilah-istilah ini memberi landasan yang
efektif untuk memahami hubungan antara islam dan demokrasi di dunia
kontemporer.
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Demokrasi merupakan produk akal sedang Islam adalah wahyu yang
difirmankan kepada Rasulullah SAW. Terdapat delapan sisi positif demokrasi,
yaitu: melindungi kebebasan individual, menjamin persamaan hak, mendidik
rakyat jelata, mengembangkan karakter rakyat, memperkembangkan cinta tanah
air, pencegah pergolakan, menghasilkan kemajuan, dan menciptakan
ketepatgunaan yang baik.
Demokrasi Islam dianggap sebagai sistem yang mengukuhkan konsep-
konsep Islami seperti musyawarah (syura), kesepakatan (ijma’), dan penilaian
interpretatif yang mandiri (ijtihad). Istilah-istilah ini sangat penting dalam
perdebatan menyangkut demokrasi di kalangan masyarakat Muslim.
B. Saran
Dalam konsepsi Islam, seorang pemimpin hendaknya menyelaraskan
kebijakan pemerintahannya dengan kemaslahatan rakyat. Dengan cara
musyawarah atau kesepakatan yang sangat efektif bagi demokrasi Islam modern.
Dan memberikan kebebasan berpendapat bagi siapapun, asalkan pendapatnya
benar dan dapat dipertanggungjawabkan. Serta dalam demokrasi Islam bukan
semata-mata didasarkan oleh suara rakyat, namun suara rakyat yang sesuai
dengan aturan agama. Jadi demokrasi dalam Islam sangat diperlukan dalam
kehidupan nyata.
DAFTAR PUSTAKA

Hakim, Arif. 2003. Islam dan Demokrasi.


http://www.ditpertais.net/jurnal/vol62003k.asp.Diakses pada tanggal 28 Mei 2019

Mahfud. 2012. Demokrasi Dalam Penidikan Islam. http://mahmud09-


kumpulanmakalah.blogspot.com/2012/08/demokrasi-dalam-pendidikan-
islam.html. Diakses pada tanggal 28 Mei 2019

Sovi. 2010. Demokrasi Islam. http://sovi70-ovi.blogspot.com/2010/02/demokrasi-


islam.html. Diakses pada tanggal 28 Mei 2019

_______. 2012. Pendidikan yang Demokratis.


http://makalahmajannaii.blogspot.com/2012/06/pendidikan-yang-demokratis.html.
Diakses pada tanggal 28 Mei 2019

Anda mungkin juga menyukai