Anda di halaman 1dari 2

Pemikiran Tokoh Tentang Pancasila sebagai Sistem Filsafat

1. Ruslan Abdulgani (Prof. Dr. (HC) H. Roeslan Abdulgani)


Setelah tampuk kepresidenan berganti dari Soekarno ke Soeharto, Roeslan
dipercaya menjadi Duta Besar RI di Perserikatan Bangsa-Bangsa (1967-1971) dan
menjabat Ketua Tim Penasihat Presiden mengenai Pancasila selama 20 tahun sejak tahun
1978.
Menurut Ruslan Abdulgani, filsafat pancasila adalah sebagai filsafat negara yang
lahir sebagai Collective Ideology dari seluruh bangsa Indonesia yang tentunya berasal
dari kebudayaan bangsa Indonesia. Dikatakan filsafat karena pancasila merupakan hasil
perenungan yang mendalam yang dilakukan oleh The Founding Father bangsa Indonesia
yang kemudian dituangkan dalam suatu sistem yang tepat.
2. Notonagoro (Bapak Pendidikan Pancasila)

Prof. Dr. Notonagoro merupakan tokoh yang berkontribusi

terhadap keluarnya Dekret Presiden pada 5 Juli 1959 yang

mengembalikan UUD 45 sebagai UUD Republik Indonesia.

Pascapemilu Indonesia pertama tahun 1955, konstituante diberi

mandat untuk merumuskan konstitusi baru menggantikan UUD

Sementara 1950. Namun, karena banyaknya intrik antargolongan

dan kepentingan sidang konstituante sering deadlock (saling tunggu

menunggu sehingga tidak ada hasil atau keputusan), sampai 1958

undang-undang baru tersebut belum jadi.

Notonagoro pada Februari 1959 menginisiasi Seminar

Pancasila di DIY. Ia berkisah di tengah macetnya sidang-sidang

konstituante, Dalam seminar tersebut melalui pidato, Notonagoro

memberi saran untuk kembali ke UUD 1945. Ia juga menjelaskan

secara ilmiah tempat dan kedudukan Pancasila itu di dalam


ketatanegaraan Indonesia. Notonagoro selalu mengembangkan

dasar dan arah pengembangan filsafat dan harus diarahkan kepada

Pancasila. Karena hal tersebut

Menurut Notonagoro, pancasila sebagai dasar filsafat negara merupakan satu


kesatuan, tersusun atas berbagai bagian yang tidak saling bertentangan. Semuanya
menyusun hal yang baru dan utuh. Selain itu, setiap sila pancasila di dalamnya
mengandung sila lainnya. Artinya, kelima sila yang terkandung dalam pancasila memiliki
tingkatan yang tidak boleh di bolak-balik. Pembahasan filsafat pancasila itu merupakan
hal yang mendasar sampai kepada hakekatnya; hakekat ketuhanan, kemanusiaan,
persatuan, kerakyatan, dan keadilan.
3. Kartohardiprodjo
Prof. Mr. Soediman Kartohadiprodjo (lahir di Desa Jatirogo, Kabupaten Tuban,
Provinsi Jawa Timur, 3 September 1908 - meninggal di Bandung 26 Januari 1970 pada
usia 62 tahun) adalah seorang pakar dan akademisi bidang hokum. Karya beliau
Pengantar Tata Hukum di Indonesia djl I: Hukum Perdata merupakan buku wajib yang
digunakan di berbagai fakultas hukum di Indonesia hingga saat ini.
Selama berprofesi sebagai pendidik, Soediman telah membuat sejumlah buku
yang menjadi pedoman di dalam pendidikan hukum Indonesia, Ia juga dikenal sangat
aktif membuat tulisan yang mendalami dan mengkaji pemahaman dan penerapan
Pancasila baik dalam pelaksanaan tata negara, melainkan juga di dalam kehidupan sehari-
hari.
Dalam bukunya yang berjudul Beberapa Pikiran sekitar Pancasila, beliau
mengemukakan pendapat bahwa pancasila masih merupakan filsafat negara. Filsafat
pancasila dibawakan sebagai inti-inti dari hal-hal yang berkenaan dengan manusia, selain
itu juga pancasila merupakan isi jiwa bangsa Indonesia. Sehingga jika suatu filsafat itu
adalah jiwa suatu bangsa, maka filsafat itu dan pancasila merupakan filsafat bagi bangsa
Indonesia.

Anda mungkin juga menyukai