BAB I PENDAHULUAN
BAB II PEMBAHASAN
A. Kesimpulan ................................................................................ 8
PENDAHULUAN
A. Latarbelakang
Manusia sebagai makhluk individu bisa mempunyai sifat untuk menyendiri tetapi
manusia sebagai makhluk sosial tidak dapat hidup menyendiri. Manusia harus hidup
masyarakat. Sesuai dengan kodrat alam, manusia sejak lahir hingga meninggal dunia
hidup bersama-sama dengan manusia lain. Atau dengan kata lain manusia tidak dapat
hidup menyendiri, terpisah dari kelompok manusia lainnya. Sejak dahulu kala, pada diri
manusia terdapat hasrat untuk berkumpul dengan sesamanya dalam suatu kelompok.
Disamping itu, manusia juga punya hasrat untuk bermasyarakat. Seorang ahli dari
Yunani yang bernama Aristoteles menyatakan bahwa manusia adalah zoon politication
yang artinya bahwa manusia itu sebagai makhluk pada dasarnya selalu ingin bergaul dan
berkumpul dengan sesama manusia. Oleh karena sifat manusia itu yang suka bergaul
antara satu dengan lainnya maka manusisa itu disebut “makhluk sosial”1.
1
Prof. Chainur Arrasjid, S.H., Dasar-Dasar Ilmu Hukum. (Medan: Sinar Grafika, 2000), hlm 1
Dalam hidup bermasyarakat, tentunya berkenaan dengan kebutuhan hidupnya
yang tidak mungkin selalu dapat dipenuhi sendiri. Setiap waktu manusia ingin
memenuhi kebutuhannya dengan baik. Kalau dalam saat yang bersamaan dua
manusia ingin memenuhi kebutuhan yang sama dengan hanya satu objek kebutuhan,
sedangkan keduanya tidak mau mengalah, bentrokan tidak dapat terjadi. Hal
semacam itu merupakan akibat tingkah laku manusia yang ingin bebas. Suatu
kebebasan dalam bertingkah laku tidak selamanya akan menghasilkan sesuatu yang
baik. Apalagi kalau kebebasan tingkah laku seseorang tidak dapat diterima oleh
kelompok sosialnya. Oleh karena itu, untuk menciptakan keteraturan dalam suatu
kepentingan itu tercapai dengan terciptanya pedoman dan peraturan hidup yang
patokan, atau ukuran untuk berprilaku atau bersikap dalam kehidupan bersama ini
unsur norma, yakni norma moral, norma agama, norma etika atau norma sopan santun
2
R. Abdoel Djamali, S.H., Pengantar Hukum Indonesia. Edisi Revisi (Bandung: PT Raja Grafindo
Persada,2005 ), hlm 1
3
Prof. DR. Sudikno Mertokusumo, S.H., Mengenal Hukum. ( Yogyakarta: Liberty Yogyakarta, 1985), hlm 4
serta norma hukum. Keempat norma tersebut saling bertautan dan saling melengkapi
satu dan yang lainnya. Norma moral adalah sistem aturan yang bersumber dari hati
nurani manusia atas kesadaran setiap manusia terhadap sekelilingnya. Norma agama
adalah sistem aturan yang diperoleh manusia berdasarkan ajaran agama yang
dianutnya. Norma etika atau norma sopan santun adalah sistem aturan hidup manusia
komunitas masyarakat pada suatu wilayah tertentu. Norma hukum adalah sistem
aturan yang diciptakan oleh lembaga kenegaraan yang ditunjuk melalui mekanisme
tertentu4. Maka dari itu untuk mengatur tata cara pergaulan supaya tertib maka
dengan masyarakat yang lain. Hukum bisa ada dan tecipta karena adanya masyarakat,
bila mana tidak ada masyarakat/orang maka tentu tidak akan ada hukum1. Hukum
merupakan suatu aturan yang tidak bisa terlepas dalam kehidupan, karena hukum
merupakan suatu aturan yang mengatur setiap manusia, sehingga dalam hukum
sesuatu, karena apabila berbuat sesuatu yang tidak diperbolehkan oleh hukum, maka
akan mendapat ganjaran atau sanksi dari sebuah aturan. Indonesia merupakan
negara hukum, dasar pijakan bahwa Indonesia negara hukum adalah yang tertuang di
4
Ilhami Bisri, S.H., M.Pd. Sistem Hukum Indonesia. (Jatinangor: PT Raja Grafindo Persada, 2004), hlm 2
dalam Undang- undang Dasar 1945 Pasal 1 ayat 3 yang menyebutkan bahwa
1945 menunjukan semakin kuatnya dasar hukum serta menjadi amanat negara, bahwa
negara indonesia adalah negara hukum. Hukum dan masyarakat merupakan hal yang
sulit dipisahkan. Kedua hal tersebut bagaikan berada dalam satu keeping uang logam,
berbeda tapi tidak dapat dipisahkan satu yang lain. Keberadaan hukum tanpa adanya
kepentingan yang ada, agar kepentingan-kepentingan itu tidak saling berbenturan satu
dengan yang lain. Di sinilah hukum berperan, hukum dibuat dalam rangka
menciptakan ketertiban dan mengatur relasi antar masyarakat. Pada kesempatan kali
hukum terkait masalah peristiwa hukum. Dengan harapan makalah ini dapat menjadi
C. Tujuan Penulisan
PEMBAHASAN
1. Peristiwa Hukum
Peristiwa hukum adalah suatu kejadian dalam masyarakat yang dapat menimbulkan akibat
tercantum di dalamnya dapat berlaku kongkrit. Misalnya suatu peraturan hukum yang
mengatur tentang warisan karna kematian, akan tetap merupakan rumusan kata-kata yang
abstrak sampai ada seseorang yang meninggal dunia dan menimbulkan masalah kewarisan
dalam hal ini dengan adanya kematian orang berarti telah terjadi suatu peristiwa hukum
karena kematian menimbulkan akibat yang di atur oleh hukum dengan demikian peraturan
tentang kewarisan itu dapat di wujutkan dalam peristiwa tersebut (peristiwa kematian).
Demikian pula dengan perkawinan antara pria dan wanita akan membawa bersama dari
peristiwa hukum itu hak-hak dan kewajiban-kewajiban baik untuk pihak laki-laki yang
kemudian bernama suami dengan serangkai hak-hak dan kewajibannya. Demikian pula
dengan pihak wanita yang kemudian bernama istri dengan serangkaian hak dan
yang secara sengaja dilakukan orang yang mengakibatkan timbulnya hak dan kewajiban.
Contoh pertama :5
Peristiwa transaksi jual beli barang. Pada peristiwa ini terdapat akibat yang diatur oleh
hukum, yaitu timbulnya hak dan kewajiban, sebagaimana pasal 1457 Kitab Undang-Undang
Hukum Perdata bahwa ”Jual beli adalah suatu persetujuan, dengan mana pihak yang satu
mengikatkan dirinya untuk menyerahkan suatu kebendaan, dan pihak yang lain untuk
Contoh kedua :
Peristiwa kematian seseorang. Pada peristiwa kematian seseorang secara wajar, dalam
hukum perdata akan menimbulkan berbagai akibat yang diatur oleh hukum, misalnya
penetapan pewaris dan ahli waris. Pada pasal 830 Kitab Undang-undang Hukum Perdata
seseorang tersebut akibat pembunuhan, maka dalam hukum pidana akan timbul akibat hukum
disebutkan pada pasal 338 Kitab Undang-Undang Hukum Pidana bahwa ”Barang siapa
5
DR. H. ZAINAL ASIKIN, S.H.,S.U. Pengantar Ilmu Hukum. (Jakarta: Rajawali Pers, 2013) hlm. 38-39
dengan sengaja menghilangkan jiwa orang lain, dihukum, karena pembunuhan atau
Contoh ketiga :
Seorang pria menikahi wanita secara resmi. Peristiwa pernikahan atau perkawinan ini akan
menimbulkan akibat yang diatur oleh hukum yakni hukum perkawinan dimana dalam
peristiwa ini timbul hak dan kewajiban bagi suami istri. Pada pasal 31 ayat (2) Undang-
undang Nomor 1 Tahun 1974 tentang perkawinan berbunyi “Masing-masing pihak berhak
untuk melakukan perbuatan hukum”. Sedangkan pasal 34 ayat (2) menetapkan ”Istri wajib
2. Macam-macam peristiwahukum6
Contoh :
6
R. Soeroso. S.H Pengantar Ilmu Hukum (Jakarta: Sinar Grafika, 2011) hlm. 251-253
Kejadian atau peristiwa tersebut terjadi karena :
1. Perbuatan hukum.
2. Keadaan.
Contoh :
“tiap perikatan untuk berbuat sesuatu atau tidak berbuat sesuatu apabila tidak
Contoh :
menawar.
a. Perbuatan Hukum
dalam hokum dianggap akibat hokum itu dikehendaki oleh yang melakukan
perbuatan.
7
Donald Albert Rumokoy, FransMaramis. PengantarIlmuHukum (Jakarta, RajawaliPers, 2017) hlm. 128
Contoh : pembuatan sura twasiat. Pembuatan surat wasiat tidak
Contoh : perjanjian jual beli. Dengan perjanjian jual beli maka pihak
yang satu akan memperoleh hak atas barang yang dibeli dan pihak lain
oleh hukum
Contoh:
yang berbunyi :
berkepentingan.
8
Donald Albert Rumokoy, FransMaramis. PengantarIlmuHukum (Jakarta, RajawaliPers, 2017) hlm 130
b) Onverschuldigde betaling
yang bertentangan dan melawan hukum. Akibat hukum yang timbul dari
menetapkan :
Dalam hal ini Pasal 1365 KUH Perdata menentukan adanya akibat
II. Peristiwa hukum yang bukan karena perbuatan hukum / perbuatan lainnya
lainnya dibedakan dalam 3 bagian yaitu keadaan yang nyata, perkembangan fisik
1. Keadaan Nyata
9
Donald Albert Rumokoy, FransMaramis. PengantarIlmuHukum (Jakarta, RajawaliPers, 2017) hlm 130
a) Kepailitan menyebabkan individu atau suatu badan hukum tidak dapat
Undang-Undang Kepailitan.
Ada dua macam kadaluwarsa (lewat waktu), yaitu lewat waktu akuisitif
dan kematian.
tuanya seperti yang diatur dalam pasal 298 ayat 2 KUH Perdata.
Pasal 321 dan 322 KUH Perdata. Lebih dari itu, anak-anak yang sudah
tumbuhlah hak dan kewajiban bagi para ahli waris sesuai yang diatur
dalam Pasal 833 KUH Perdata. Jika timbul perselisihan tentang siapa
menimbulkan :
hak
pakai hasil yang tidak dapat diwariskan karena hak pakai hasil
pengurangan harga sewa tetapi tidak dalam satu dari kedua hal itupun ia
PENUTUP
A. Kesimpulan
1. Peristwia hukum adalah semua peristiwa arau kejadian yang dapat menimbulkan
akibat hukum antara pihak yang mempunyai hubungan hukum atau, suatu kejadian
a. Perbuatan hukum
a. keadaaan nyata
c. Kejadian-kejadian lainnya
walapun bagi hukum tidak perlu akibat tersebut dikehendaki oleh yang
hukum. Akibat hukum yang timbul dari perbuatan tersebut diatur oleh
A. BUKU
Prof. Dr. Mochtar kusumaatmadja, S.H., LL.M., Dr. B. Arief Sidharta, S.H., 1999,
Drs. C.S.T. Kansil, S.H. 1989, Pengantar Ilmu Hukum dan Tata Hukum Indonesia.
Prof. Mr. Dr. L.J. Van Apeldoorn, 1996, Pengantar Ilmu Hukum.
Drs. C.S.T. Kansil, S.H. 2007, Latihan Ujian Pengantar Ilmu Hukum untuk
Perguruan Tinggi.
B. WEBSITE
http://myblogcitra.blogspot.com/2015/12/
http://rudihendrawan93.blogspot.com/2013/07/makalah-peristiwa-hukum-dan-
peraturan.html
http://makalah2107.blogspot.com/2016/07/makalah-peristiwa-hukum.html