Anda di halaman 1dari 2

Pentingnya kesehatan mental bagi generasi Z

Menurut Undang-Undang No.18 Tahun 2014 tentang kesehatan jiwa, Kesehatan Jiwa
adalah kondisi dimana seorang individu dapat berkembang secara fisik, mental, spiritual, dan
social sehingga individu tersebut menyadari kemampuan sendiri, dapat mengatasi tekanan, dapat
bekerja secara produktif dan mampu memberikan kontribusi untuk komunitasnya.
Gangguan depresi dapat dialami oleh semua kelompok usia. Hasil Riskesdas 2018
menunjukkan gangguan depresi sudah mulai terjadi sejak rentang usia remaja (15-24 tahun),
dengan prevalensi 6,2%. Pola prevalensi depresi semakin meningkat seiring dengan peningkatan
usia, tertinggi pada umur 75+ tahun sebesar 8,9%, 65-74 tahun sebesar 8,0% dan 55-64 tahun
sebesar 6,5%. Dari data tersebut, kita dapat melihat betapa besarnya generasi kita, yaitu generasi
Z berpeluang untuk terkena penyakit kejiwaan.
Sehat itu tidak melulu soal kesehatan fisik, tetapi kesehatan jiwa juga sangat penting
karena ini berkenaan langsung dengan otak, dimana sangat krusial jika salah satu bagiannya
rusak karena otak adalah pengendali seluruh tubuh manusia. Banyak hal yang mendasari
seseorang terkena gangguan jiwa, contohnya pekerjaan, sekolah, pertemanan, keluarga,
percintaan, ekonomi, dan masih banyak lagi.
Perubahan gaya hidup juga tidak terlepas dari keseharian kita sebagai generasi Z. Tak
butuh waktu lama untuk sebuah inovasi terbaharukan yang lebih mempermudah hidup manusia,
tetapi sumber daya manusia juga dibutuhkan lebih agar proyek tersebut terlaksanakan. Banyak
yang tidak bisa memenuhi kriteri tersebut yang mana membuat seseorang menemukan jalan
pintas yang tentunya tidak seharusnya dilakukan karena memang dasar manusia tidak pernah
puas dengan apa yang sudah dimiliki.
Apalagi dimasa seperti sekarang ini, semua sekolah tutup, pekerja bekerja dirumah, dan
para penggiat jasa juga berkurang permintaanya. Banyak yang bosen dirumah saja karena semua
kegiatannya dibatasi. Tak ada keramaian. Tak ada perkumpulan.
Saya sebagai mahasiswa baru juga sangat terdampak dengan pandemi. Saya tidak bisa
bersosialisasi dengan teman baru saya dan yang paling parah adalah tidak bisa menerima materi
pembelajaran secara peuh. Itu membuat saya sangat stres dengan diri saya sendiri. Saya merasa
memang ability saya kurang dalam belajar atau memang semua juga merasakan?. Hal kecil yang
berulang pun kadang membuat stres seseorang dan memicu kesehatan mental terganggu.
Maka dari itu, Ayo hargai kelelahan kita! Yakinlah lelah ini cuma sementara, jika terasa
berat berbagilah lewat cerita ke teman atau keluarga terdekat atau orang yang sangat kau
percayai. Percayalah lelah ini akan membawa hasil. Perjuanganmu sia-sia jika diberhentikan
sekarang. Apapun masalahnya, hadapi dan jangan lari. Tuhan tidak pernah salah memberikan
kesedihan kepada hambanya karena Tuhan yakin kita akan melewatinya, supaya kita bisa belajar.
Istirahatlah jika terlalu berat, namun jangan berhenti. Jalan tiap manusia itu berbeda,
belum tentu apa yang terlihat sama hasilnya akan sama juga. Tetap berada di atas kuasa diri
sendiri karena yang mengetahui kemauanmu ya hanya dirimu sendiri. Jangan pernah ragu keluar
dari zona nyaman, diluar sana banyak hal yang membuat kamu lebih dari sekarang. Kejar
impianmu, walaupun bagi sebagian orang itu mustahil, tunjukkan saja bahwa pandangan mereka
itu salah besar. Kamu pantas ada didunia ini. Dunia ini butuh kamu. Dirimu lebih berharga dari
apapun. Terimalah apa adanya dirimu dan tetap berjalan maju. Kamu dan duniamu akan terus
maju. Melangkah pasti bersama tujuan.
“ Jika kamu mencari sesorang yang dapat merubah hidupmu, lihatlah dikaca”

Anda mungkin juga menyukai