Anda di halaman 1dari 15

Konsep Demokrasi dan Demokrasi Pancasila 1

Memenuhi Salah Satu Syarat


Mengikuti perkuliahan Pendidikan Kewarganegaraan

Dosen Pengampu : Dr. Hj. Zulhidah, M. Pd.

Disusun Oleh:

Anindya Sela Pratiwi


(12210321591)

Azian Fajri Fiqori


(12211013184)

Cimdy Alia Tasya


(12210322309)

MANAJEMEN PENDIDIKAN ISLAM


FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN
UIN SUSKA RIAU
2022
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas limpahan
rahmat dan karunia-Nya sehingga makalah yang berjudul “Konsep Demokrasi dan
Demokrasi Pancasila” dapat kami selesaikan dengan baik dan tepat waktu. Pada
kesempatan kali ini, tak lupa kami ucapkan terima kasih kepada Ibu Dr. Hj.
Zulhidah ,M.Pd. selaku dosen pengampu pada Mata Kuliah Pendidikan
Kewarganegaraan yang telah membimbing kami dalam pengerjaan tugas makalah.
Kami juga berterima kasih kepada semua pihak yang turut berkontribusi dan
membantu dalam proses penyusunan makalah ini. Penulis menyadari bahwa makalah
ini masih jauh dari kata sempurna, baik dari segi sistematika maupun isinya. Oleh
karena itu, kami mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari pembaca guna
menyempurnakan makalah ini kedepannya. Penulis berharap agar makalah ini dapat
bermanfaat bagi kita semua. Aamiin.
DAFTAR ISI

BAB 1......................................................................................................................................4
A. Latar Belakang..............................................................................................................4
B. Rumusan Masalah.........................................................................................................4
C. Tujuan Makalah............................................................................................................4
BAB II.....................................................................................................................................6
A. Makna dan hakikat demokrasi...................................................................................6
B. Perkembangan demokrasi di Barat.............................................................................7
C. Demokrasi Sebagai Pandangan Hidup........................................................................9
D. Unsur Penegak Demokrasi.........................................................................................10
BAB III.................................................................................................................................14
DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................................15
BAB 1
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Demokrasi adalah bentuk atau sistem pemerintahan yang segenap rakyat turut
serta memerintah dengan perantaraan wakil-wakilnya atau pemerintahan rakyat.
Demokrasi juga dapat diartikan sebagai gagasan atau pandangan hidup yang
mengutamakan persamaan hak dan kewajiban serta perlakuan yang sama bagi semua
warga negara. Inti dari demokrasi adalah pemerintahan dari rakyat oleh rakyat dan
untuk rakyat. Salah satu tonggak utama untuk mendukung sistem politik yang
demokratis adalah melalui Pemilu. Pemilu diselenggarakan dengan tujuan untuk
memilih wakil rakyat baik di tingkat pemerintahan pusat maupun pemerintahan
daerah, serta untuk membentuk pemerintahan yang demokratis, kuat, dan
memperoleh dukungan rakyat dalam rangka mewujudkan tujuan nasional
sebagaimana yang diamanatkan oleh pembukaan Undang-Undang Dasar Negara
Republik Indonesia Tahun 1945. Pemilihan umum dilaksanakan oleh negara
Indonesia dalam rangka mewujudkan kedaulatan rakyat sekaligus penerapan prinsip-
prinsip atau nilainilai demokrasi, meningkatkan kesadaran politik rakyat untuk
berpartisipasi aktif dalam pemilihan umum demi terwujudnya cita-cita masyarakat
Indonesia yang demokratis.

B. Rumusan Masalah
1. Apa makna dan hakikat demokrasi?
2. Bagaimana sejarah perkembangan demokrasi di Barat
3. Bagaimana demokrasi sebagai pandangan hidup?
4. Apa saja unsur penegak demokrasi?
5. Bagaimana model-model demokrasi di berbagai negara
C. Tujuan Makalah
1. Untuk menegetahui makna dan hakikat demokrasi.
2. Untuk mengetahui sejarah perkembangan di Barat.
3. Untuk mengetahui demokrasi sebagai pandangan hidup.
4. Untuk mengetahui unsur penegak demokrasi.
5. Untuk mengetahui model-model demokrasi di berbagai negara.
BAB II
PEMBAHASAN

A. Makna dan hakikat demokrasi


Pengertian demokrasi dapat dilihat dari tinjauan bahasa (epistemologis) dan
istilah (terminologis). Secara epistemologis “demokrasi” terdiri dari dua kata yang
berasal dari bahasa Yunani yaitu ”demos” yang berarti rakyat atau penduduk suatu
tempat dan “cretein” atau “cratos” yang berarti kekuasaan atau kedaulatan. Jadi
secara bahasa demos-cratein atau demos-cratos adalah keadaan Negara di mana
dalam sistem pemerintahannya kedaulatan berada di tangan rakyat, kekuasaan
tertinggi berada dalam keputusan bersama rakyat, rakyat berkuasa, pemerintah rakyat
dan oleh rakyat.

Sementara itu, pengertian demokrasi secara istilah sebagaimana dikemukakan


para ahli sebagai berikut:

a. Menurut Joseph A. Schemer Demokrasi merupakan suatu perencanaan institusional


untuk mencapai keputusan polituk dimana individu- individu memperoleh kekuasaan
untuk memutuskan cara perjuangan kompetitif atas suara rakyat.

b. Sidney Hook Demokrasi adalah bentuk pemerintahan dimana keputusan-keputusan


pemerintah yang penting secara langsung atau tidak langsung didasarkan pada
kesepakatan mayoritas yang diberikan secara bebas dari rakyat dewasa.

c. Philippe C. Schmitter dan Terry Lynn Karl Demokrasi sebagai suatu sistem
pemerintahan dimana pemerintah dimintai tanggung jawab atas tindakan—tindakan
mereka diwilayah publik oleh warganegara, yang bertindak secara tidak langsung
melalui kompetisi dan kerjasama dengan para wakil mereka yang terpilih.
B. Perkembangan demokrasi di Barat
Konsep demokrasi awalnya lahir dari pemikiran mengenai hubugan Negara dan
hukum Yunani Kuno dan dipraktikkan dalam hidup bernegara abad ke-6 SM sampai
abad ke-4 M. Demokrasi yang dipraktekkan pada masa itu berbentuk demokrasi
langsung ( direct democracy) artinya hak rakyt untuk mrmembuat keputusan politik
dijalankan secara langsung oleh seluruh warga Negara berdasarkan prosedur
mayoritas. Sifat langsung itu berjalan secara efektif karena Negara Kota Yunani
Kuno berlangsung dalam kondisi sederhana dengan wilayah Negara yang hanya
terbatas pada sebuah kota kecil dengan jumlah penduduk sekitar 300.000 orang.
Selian itu ketentuan-ketentuan menikmati demokrasi hanya berlaku untuk warga
Negara yang resmi, sedangkan warga Negara yang berstatus budak belian, pedagang
asing, perempuan dan anak-anak tidak dapat menikmatinya.
Gagasan demokrasi Yunani Kuno berakhir pada abad pertengahan. Dimana
cirri masyarakat pertengahan, yaitu struktur masyarakat yang feodal, kehidupan
spiritual dikuasai oleh paus dan pejabat agama, sedangkan kehidupan politiknya
ditandai oleh perebutan kekuasaan di antara para bangsawan. Pada masa ini
kehidupan social politik dan agama hanya ditentukan oleh elit-elit masyarakat, seperti
kaum bangsawan dan kaum agamawan.
Namun, pada akhor abad pertengahan, tumbuh kembali keinginan menghidupkan
demokrasi. Lahirnya Magna Charta (Piagam Besar) sebagai sutu piagam yang membuat
perjanjian antara kaum bangsawan dan Raja Jhon di Inggris merupakan tonggak baru
kemunculan demokrasi empirik.

Momentum lain yang menandai munculnya kembali demokrasi di dunia barat


adalah gerakan renaissance dan reformasi. Renaissance merupakan gerakan yang
menghidupkan kembali minat masyarakat pada sastra dan budaya Yunani Kuno.
Gerakan ini lahir di barat karena kontak dengan dunia islam yang ketika itu sedang
berada pada puncak kejayaan peradaban ilmu pengetahuan. Dimana Siri, Spanyol dan
Sisilia merupakan Negara Negara yang menjadi arus penyebrangan ilmu pengetahuan
dari dunia islam ke barat. Dengan kata lain keilmuan islam telah mengilhami
munculnya kembali gerakan demokrasi. Pada masa raissance orang mematahkan
semua ikatan yang ada dan menggantikannya dengan kebebasan bertindak seluas-
luasnya sepanjang sesuai dengan yang dipikirkan.
Sedngkan gerakan reformasi, yaitu suatu gerakan revolusi agama yang terjadi
di Eropa pada abad ke-16 dengan tujuan untuk memperbaiki keadaan dalam gereja
katolik. Hasil dari gerakan reformasi tersebut adalah adanya pninjauan terhadap
gereja katolik yang berkembang menjadi protestanisme. Diketahui bahwa sebelum
gerakan reformasi ini muncul kekuasaan gereja begitu domonan dalam menentukan
tindakan warga Negara pada masa itu.
Dua filsuf besar,yaitu Jhon Locke dan Montesquieu yang masing-masing dari
inggris dan prancis telah memberikan sumbangan yang besar bagi gagasan
pemerintahan demokrasi .Jhon Locke (1632-1704) mengemukakan bahwa hak-hak
politik mencakup hak atas hidup, kebebasan dan hak memiliki (live, liberal,
property). Sedangkan Montesquieu (1689-1944) mengungkapkan system pokok yang
menurutnya dapat menjamin hak-hak politik melalui “trias politica”-nya, yakni suatu
sostem pemisahan kekuasaan dalam Negara menjadi tiga bentuk kekuasaan, yaitu
legislative, esekutf dan yudikatif yang masing-masing harus dipegang oleh organ
sendiri secara merdeka.
Pada kemunculannya kembali di Eropa, hak-hak politik rakyat dan HAM
secara individu merupakan tema dasar dalam pemikiran politik (ketatanegaraan).
Untuk itu, timbullah gagasan tentang cara membatasi kekuasaan pemerintah melalui
pembuatan konstitusi baik yang tertulis maupun yang tidak tertulis .di atas konstitusi
inilah bisa ditentukan batas –batas kekuasaan pemerintah dan jaminan atas hak-hak
politik rakyat sehingga kekuasaan pemerintahan di imbangi dengan kekuasaan
parlemen dan lembanga-lembanga hukum gagasan inilah yang kemudian di
namakan konstitusionalisme (demokrasi konstitusional) dalam
katatenangaraan .dimana salah satu ciri penting dari konstitusionalisme (demokrasi
konstitusional), yang hidup pada abad ke-19 ini adalah adlah sifat pemerintahan yang
pasif, artinya pemerintahan hanya menjadi pelaksana sebagai keinginan rakyat yang
dirumuskan oleh wakil rakyat di parlemen. Dengan kata lain Negara berperan sebagai
pelaksana yang tunduk kepada keinginan-keinginan rakyat yang diperjuangkan secara
liberal  (individualisme) untuk menjadi keputusan parlemen
Dalam konsep konstitualisme  atau demokrasi konstitusional abad ke-19 ini
disebut Negara Hukum Formal (klasik). Dimana konsep ini mulai digugat menjelang
pertengahan abad ke-20 tepatnya setelah perang dunia. Factor yang mendorong
lahirnhya kecaman atas Negara Hukum Formal yang pluralis liberal, seperti yang
dikemukakan oleh Mariam Budiadjo, antara lain adalah akses-akses dalam
industrialisasi dan system kapitalis, tersebarnya paham sosialisme yang
menginginkan pembagian kekuasaan secara merata serta serta beberapa kemenangan
beberapa partai sosialis di Eropa.
Akibatnya, muncullah gagasan baru yang disebut gagasan dengan cirri-ciri
yang berbeda dengan dirumuskan dalam konsep Negara Hukum Formal (klasik).
Pemerintah Welfare State diberi tugas membangun kesejahteraan umum dalam
berbagai  lapangan dengan konsekuensi pemberian kemerdekaan kepada administrasi
Negara dalam menjalankannya.
Dalam bidang legislagi, bahkan freies ermessen dalam Welfare State ini
mempunyai tiga macam implikasi yaitu adanya hak inisiatif (membuat peraturan yang
sederajat dengan UU tanpa persetujuan lebih dahulu dari parlmen, kehidupan
berlakunya dibatasi oleh waktu tertentu). Disamping itu droit function (menafsirkan
sendiri aturan-aturan yang masih bersifat enunsiatif). Demokrasi ala Welfare State
juga mulai ditinjau ulang. Konsep demokasi di Barat pun masih terus berjalan dan
mengalami perubahan-perubahan signifikan.
C. Demokrasi Sebagai Pandangan Hidup
Perkembangan baru menunjukkan bahwa demokrasi tidak hanya dipahami
sebagai bentuk pemerintahan dan sistem politik, tetapi demokrasi dipahami
sebagai sikap hidup atau pandangan hidup demokratis. Pemerintahan atau sistem
politik demokrasi tidak datang, tumbuh dan berkembang dengan sendirinya.
Demokrasi bukanlah "taken form granted: Demokrasi membutuhkan usaha
nyata dari setiap warga maupun penyelenggara negara untuk berperilaku sede
mikian rupa sehingga mendukung pemerintahan atau sistem politik demokrasi.
Perilaku yang mendukung tersebut tentu saja merupakan perilaku yang demo
kratis.

Perilaku demokrasi terkait dengan nilai-nilai demokrasi. Perilaku yang


senantiasa bersandarkan pada nilai-nilai demokrasi akan membentuk budaya
atau kultur demokrasi. Pemerintahan demokratis membutuhkan kultur demo
krasi untuk membuatnya performed (eksis dan tegak). Perilaku demokrasi ada
dalam manusia itu sendiri, baik selaku warga negara maupun pejabat negara
Menurut John Dewey dalam Zamroni (2001), ide pokok demokrasi adalah
pandangan hidup yang dicerminkan dengan perlunya partisipasi dari setiap warga
yang sudah dewasa dalam membentuk nilai-nilai yang mengatur kehidupan.
Demokrasi merupakan suatu keyakinan, suatu prinsip pertama dan utama
yang
harus dijabarkan dan dilaksanakan secara sistematis dalam bentuk aturan sosial
politik. Demokrasi bukan sekadar suatu bentuk pemerintahan melainkan yang
utama adalahatu bentuk kehidupan bersama dalam kehidupan bermasyarakat,
berbangsa dan bernegara.
D. Unsur Penegak Demokrasi
Unsur-unsur yang dapat menopang tegaknya demokrasi antara lain:
1. Negara Hukum
Dalam kepustakaan ilmu hukum di Indonesia istilah negara hukum sebagai
terjemahan dari rechtsstaat dan the rule of law. Konsepsi negara hukum mengandung
pengertian bahwa negara memberikan perlindungan hukum bagi warga negara
melalui pelembagaan peradilan yang bebas dan tidak memihak dan penjaminan hak
asasi manusia.
2. Masyarakat Madani
Dicirikan dengan masyarakat terbuka, masyarakat yang bebas dari pengaruh
kekuasaan dan tekanan negara, masyarakat yang kritis dan berpartisipasi aktif serta
masyarakat egaliter. Masyarakat madani merupakan elemen yang sangat signifikan
dalam membangun demokrasi. Sebab salah satu syarat penting bagi demokrasi adalah
terciptanya partisipasi masyarakat dalam proses-proses pengambilan keputusan yang
dilakukan oleh negara atau pemerintahan.
3. Infrastruktur Politik
Komponen berikutnya yang dapat mendukung tegaknya demokrasi adalah
infrastruktur politik.
4. Pers yang bebas dan bertanggung jawab
Media massa memainkan peranan yang amat penting dalam proses transisi menuju
demokrasi. Media massa memainkan peran yang cukup besar dalam demokrasi,
karena ia mampu melakukan pendidikan politik rakyat dengan menumbuhkan
kesadaran kritis masyarakat melalui berbagai informasi yang disajikan. Peran media
massa sebagai sarana komunikasi timbal balik antara masyarakat dan pemerintah,
sangat diperlukan kedua belah pihak. Lebih-lebih saat peran dan fungsi politisi yang
duduk dalam DPR/DPRD kadang kurang maksimal untuk menjadi sarana penyalur
kondisi masyarakat.
E. Model-model demokrasi di berbagai negara
Dalam pemerintahan yang demokratis, orang memiliki hak-hak dasar tertentu
yang tidak dapat diambil oleh pemerintah dari mereka,hak-hak ini diakui dan dijamin
secara internasional.Didunia ini terdapat macam-macam demokrasi. Setiap negara
mengartikan demokrasi dengan cara mereka masing-masing. Dengan berbagai
kondisi politik yang berbeda, kita dapat melihat gambaran besar pemerintahan
demokratis yang ada di seluruh dunia.Berikut model-model demokrasi ditinjau dari
beberapa aspek tertentu.
1. Demokasi Langsung
Demokrasi langsung atau demokrasi murni (pure democracy) merupakan jenis
demokrasi di mana rakyat memiliki kekuasaan secara langsung. Demokrasi ini
membutuhkan partisipasi luas warga dalam politik.
Demokrasi langsung adalah ketika warga negara dapat menentukan kebijakan
secara langsung, tanpa perwakilan,perantara atau majelis parlemen. Jika pemerintah
harus mengesahkan undang-undang atau kebijakan tertentu, peraturan tersebut
ditentukan oleh rakyat. Mereka memberikan suara pada suatu masalah dan
menentukan nasib negara mereka sendiri. Orang-orang bahkan dapat menyelesaikan
masalah politik mereka sendiri, selama mereka siap pada konsekuensi yang didapat.
Bahkan nominal pajakpun tidak dapat dinaikkan tanpa dukungan publik. Ketika
sebuah Negara berpopulasi kecil, berpendidikan, dan sebagian besar homogen
(setidaknya secara politis), demokrasi langsung tidak tampak seperti ide yang
buruk.Bentuk demokrasi langsung masih berlaku di Swiss dan beberapa negara yang
di dalamnya terdapat bentuk referendum dan inisiatif.

2. Demokasi Tidak Langsung


Demokrasi demokrasi tidak langsung atau demokrasi representatif adalah
ketika orang memilih siapa yang akan mewakili suara mereka di parlemen.
Demokrasi ini adalah bentuk demokrasi yang paling umum ditemukan di seluruh
dunia. Penekanannya terletak pada melindungi hak-hak tidak hanya mayoritas rakyat
di negara bagian, tetapi juga minoritas. Dengan memilih perwakilan yang lebih
berkualitas, minoritas akan dapat menyuarakan keluhannya dengan cara yang lebih
efisien.
Sebagian besar negara demokrasi tidak langsung di dunia menganggap diri
mereka sebagai negara demokrasi liberal. Ini karena mereka lebih menghargai
kebutuhan warga negara mereka daripada kebutuhan seluruh negara. Inilah sebabnya
mengapa di negara-negara seperti India dan Amerika Serikat, sulit untuk menyatakan
keadaan darurat.
Namun beberapa negara merasa terus-menerus terancam oleh orang luar atau
kerusuhan sipil. Negara-negara ini, seperti Israel dan Korea Selatan, lebih memilih
demokrasi defensif daripada yang liberal. Hal ini dilakukan agar pemerintah dapat
mengerahkan pasukan pada saat yang bersamaan. Ada juga sejumlah bentuk
demokrasi lain yang kurang liberal,dari yang hampir bersifat liberal hingga yang
hanya malu menerapkan kediktatoran.

3. Presidensial
Di bawah sistem demokrasi presidensial, presiden suatu negara memiliki
sebagian besar kekuasaan atas pemerintah. Presiden dipilih secara langsung atau tidak
langsung oleh warga negara. Presiden dan cabang eksekutif pemerintah tidak
bertanggung jawab kepada legislatif, tetapi dalam keadaan normal, tidak dapat
membubarkan legislatif sepenuhnya. Demikian pula, legislatif tidak memberhentikan,
kecuali jika kasusnya ekstrem. Dalam demokrasi presidensial, kepala negara adalah
kepala pemerintahan. Negara-negara seperti Amerika Serikat, Argentina, dan Sudan
menggunakan jenis demokrasi ini.

4.Demokrasi Parlementer
Demokrasi yang memberi lebih banyak kekuatan kepada legislatif disebut
demokrasi parlementer. Pihak eksekutif memperoleh hak kekuasaan atas
demokrasinya hanya dari legislatif, yaitu parlemen. Kepala negara berbeda dari
kepala pemerintahan, dan keduanya memiliki tingkat kekuasaan yang berbeda-
beda.Negara yang menganut sistem pemerintahan parlementer adalah Inggris, Jepang,
Belanda, Malaysia, Singapura dan sebagainya.

5. Demokrasi Islam
Bentuk demokrasi ini berdasar pada hukum Islam dalam menjalankan
kebijakan publik. Demokrasi Islam memiliki tiga karakteristik utama. Pertama, para
pemimpin dipilih oleh rakyat. Kedua, semua orang tunduk pada hukum Syariah -
termasuk para pemimpin. Ketiga, para pemimpin harus berkomitmen untuk
mempraktikkan 'syura', suatu bentuk perundingan khusus yang dilakukan oleh Nabi
Muhammad. Satu-satunya negara yang memenuhi ketiga karakteristik ini adalah Iran,
Afghanistan, dan Pakistan. Negara-negara Islam lainnya, seperti Arab Saudi, lebih
cocok disebut negara otoriter daripada negara demokrasi.
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Demokrasi adalah bentuk atau sistem pemerintahan yang segenap rakyat turut
serta memerintah dengan perantaraan wakil-wakilnya atau pemerintahan rakyat.Kata
“demokrasi” seiring waktu memiliki sangat banyak pengertian. Namun, diantara
banyaknya pengertian yang berbeda terdapat juga sejumlah persamaan penting yang
menunjukkan unuversalitas konsep demokrasi berdasarkan kriteria-kriteria yang
menjadi cerminan perwujudan konsep tersebut. Hendry B. Mayo, misalnya, mencatat
setidaknya ada 8 ciri utama yang harus diperhatikan untuk menilai apakah suatu
masyarakat bersifat demokratis atau tidak.
Demokrasi berdasarkan penyaluran kehendak rakyat. Demokrasi langsung
merupakan sistem demokrasi yang mengikutsertakan seluruh rakyat dalam
pengambilan keputusan negara.Demokrasi tidaklangsung merupakan sistem
demokrasi yang digunakan untuk menyalurkan keinginan dari rakyat melalui
perwakilan parlemen.Demokrasi berdasarkan hubungan antar kelengkapan negara.
Demokrasi perwakilan dengan sistem referendum merupakan sistem
demokrasi yang dimana rakyat memiliki perwakilan untuk menjabat diparlemen
namun tetap di kontrol oleh referendum. Demokrasi perwakilan dengan sistem
parlementer merupakan sistem demokrasi yang didalamnya terdapat hubungan kuat
antara badan eksekutif dengan badan legislatif
DAFTAR PUSTAKA

Dwi Sulisworo, Tri Wahyuningsih. 2012. "Demokrasi." Hibah Pembelajaran Non


Konvensional 1-37.

Sulistyono, Adi. 2007. Negara Hukum: Kekuasaaan dan Konsep Paradigma Moral. Surakarta:
LPP UNS dan UNS Press.

Anda mungkin juga menyukai