Anda di halaman 1dari 16

SEJARAH LEMBAGA PENDIDIKAN ISLAM

DI INDONESIA

Memenuhi Salah Satu Syarat Mengikuti


Perkuliahan Ilmu Pendidikan Islam

Dosen Pengampu : Prof. Raihani., S.Ag., M.Ed., Ph.D.

Disusun Oleh:

Cindy Alia Tasya


Nim (12210322309)

Deonel Ilham
Nim (12210312337)

Muhammad Arjul
Nim (12210310604)

UNIVERSITAS ISLAM NEGRI (UIN)


SULTAN SYARIF KASIM RIAU
2023
KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh

Alhamdulillah dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha
Penyayang. Kami panjatkan puji dan syukur atas kehadiratnya, yang telah melimpahkan
rahmat, hidayah, dan inayahnya serta kekuatan iman, islam, dan juga ihsan kepada kami,
sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini yang berjudul “Sejarah Lembaga
Pendidikan Islam Di Indonesia”
Makalah ini telah kami susun dengan maksimal sehingga dapat memperlancar
pembuatan makalah ini. Terlepas dari semua itu, kami menyadari sepenuhnya bahwa
masih ada banyak kekurangan baik dari segi susunan kalimat maupun tata bahasanya.
Oleh karna itu dengan tangan terbuka kami menerima segala saran dan kritik dari
pembaca agar kami dapat memperbaiki makalah kami ini. Sebagai bantuan dan dorongan
serta bimbingan yang telah diberikan kepada kami supaya diterima oleh Allah SWT
sebagai sebuah kebaikan. Semoga makalah ini memberikan manfaat bagi kami sebagai
pemakalah dan para pembaca pada umumnya.

Wa’alaikumussalam warahmatullahi wabarakatuh

Pekanbaru, 15 Mei 2023

Pemakalah

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.....................................................................................................................i

DAFTAR ISI...................................................................................................................................ii

BAB I PENDAHULUAN...............................................................................................................1

A. Latar Belakang........................................................................................................................1

B. Rumusan Masalah..................................................................................................................2

C. Tujuan penulisan....................................................................................................................2

BAB II PEMBAHASAN................................................................................................................3

A. Pengertian Lembaga Pendidikan Islam..................................................................................3

B. Lembaga-Lembaga Pendidikan Islam Di Indonesia...............................................................4

1. Pesantren...........................................................................................................................4

2. Sekolah.............................................................................................................................6

3. Madarasah.........................................................................................................................7

4. Pendidikan Tinggi Islam...................................................................................................8

C. Dinamika Pendidikan Islam di Indonesia.............................................................................10

1. Pendidikan Islam di masa Orde Baru.............................................................................10

2. Pendidikan Islam di Zaman Reformasi...........................................................................11

3. Pendidikan Islam di Era Teknologi Informasi................................................................11

BAB III PENUTUP......................................................................................................................12

A. Kesimpulan...........................................................................................................................12

B. Saran.....................................................................................................................................12

DAFTAR PUSTAKA...................................................................................................................13

ii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Di Indonesia pendidikan Islam telah berlangsung dilaksanakan sejak masuknya
Islam ke Indonesia melalui cara-cara yang sifatrnya masih tradusional. Dalam
pertumbuhan dan perkembangan lembaga pendidikan Islam di Indonesia tidak bisa
lepas dari pengaruh kolonoalisme, ketika pemerintah Belanda mengambil kebijakan
yang mendiskrinasikan rakyat Indonesia dan hampir sama sekali tidak memperhatikan
aspirasi masyarakat Indonesia, kebijakan ini didorong oleh suatu keinginan untuk
mendapatkan keuntungan sebanyak mungkin dari program-program pendidikan yang
dikembangkan. Dibalik kegiatan-kegiatan pendidikan yang dilaksanakan terdapat
suatu keinginan untuk mnempertahankan status qou, suatu kondisi dimana pihak
Belanda selalu menempatkan diri pada tingkatan yang lebih tinggi dalam struktur
masyarakat dan suatu kondisi yang mampu keberlanjutan rezim colonial, oleh karena
itu sistem pendidikan yang diterapkan itu ditandai dengan diskriminasi ras dan
agama.1
Diskriminasi ini jelas terlihat pada klasifikasi sekolah di Indonesia, misalnya
pada tingkatan sekolah-sekolah yang membedakan menurut ras dan keturunan seperti
Erofa Hollandsch Chinese School utnuk anak-anak Cina dan keturunan Asia Timur
dan lain sebagainya, dan yang terakhir adalah Inlandsche School yang menyediakan
untuk-untuk anak-anak pribumi pada umumnya. Selain menerapkan kebijakan yang
diskriminatif sebagaimana dikemukakakn sebelumnya diatas, pemerintah colonial
Belanda juga mengabaikan nilai-nilai dan adat istiadat local. Di balik kebijakan
pendidikan "netral" tersebut pemerintah colonial berusaha menanamkan adat istiadat
Erofa kepada penduduk local. Usulan C. Snouck Hurgronje untuk menggantikan hari
Jum'at dengan hari Minggu sebagai hari libur merupakan salah-satu contoh dari upaya
pengkaburan kebiasaan masyarakat. Dari kebijakan-kebijakan pemerintah colonial ini
merupakan pertanda bahwa pemerintah tidak memberikan kesempatan kepada rakyat

1
Komaruddin Hidayat, Pranata Islam di Indonesia:Pergulatan social, Politik, Hukum, dan
Pendidikan (Ciputat:Logos Wacana Ilmu, 2002), hlm. 247

1
untuk mengembangkan pandangan hidup mereka dan untuk hidup sebagai orang yang
merdeka.2
Berdasarkan kebijakan kolonilias dari pemerintah Belanda tersebut, semangat
pembaharuan, pencerahan sebagai kebangkitan masyarakat Islam di Indonesia,
tercermin pada ide-ide pembahauan. Timbulnya ide-ide pembaharuan dalam bidang
pendidikan sebagai manivestasi persoalan eksternal dan internal (banyaknya orang
mempelajari al-Qur'an dan studi Islam tidak mendapatkan kepuasan karena
metodenya masih bersifat tradisional) ummat Islam Indonesia ketika itu. Maka pada
tahun 1909 berdirilah madrasah Adabiyah (Adabiyah School) yang bertempat di Kota
Padang oleh Abdullah Ahmad, sebagai era kebangkitan pendidikan Islam di
Indonesia.3

B. Rumusan Masalah
1. Apa Pengertian Lembaga Pendidikan Islam
2. Apa Saja Jenis-Jenis Lembaga Pendidikan Islam Di Indonesia
3. Bagaimana Dinamika Pendidikan Islam

C. Tujuan penulisan
1. Untuk Mengetahui Pengertian Lembaga Pendidikan Islam
2. Untuk Mengetahui Lembaga Pendidikan Islam Di Indonesia
3. Untuk Mengetahui Dinamika Pendidikan Islam

2
Ibid., hlm. 250
3
Haidar Putra Daulay, Dinamika Pendidkan Islam (Bandung:Cita Pustaka, 2004), hlm. 65

2
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Lembaga Pendidikan Islam


Secara bahasa, lembaga adalah badan atau organisasi. Dalam Kamus Besar Bahasa
Indonesia disebutkan bahwa, lembaga adalah badan atau organisasi yang tujuannya
melakukan suatu penyelidikan keilmuan atau melakukan suatu usaha. 4 Badan atau
lembaga pendidikan adalah organisasi atau kelompok manusia yang karena satu dan lain
hal memikul tanggung jawab pendidikan kepada peserta didik sesuai dengan misi badan
tersebut.
Sebagian lagi mengartikan lembaga pendidikan sebagai lembaga atau tempat
berlangsungnya proses pendidikan yang dilakukan dengan tujuan untuk mengubah tingkah
laku individu ke arah yang lebih baik melalui interaksi dengan lingkungan sekitar.
Berdasarkan pengertian di atas dapat dipahami bahwa lembaga pendidikan Islam adalah
tempat atau organisasi yang menyelenggarakan pendidikan Islam, yang mempunyai
struktur yang jelas dan bertanggung jawab atas terlaksananya pendidikan Islam. Oleh
karena itu, lembaga pendidikan Islam tersebut harus dapat menciptakan suasana yang
memungkinkan terlaksananya pendidikan dengan baik, menurut tugas yang diberikan
kepadanya, seperti sekolah (madrasah) yang melaksanakan proses pendidikan Islam.5
Lembaga pendidikan dewasa ini sangat mutlak keberadaannya bagi kelancaran
proses pendidikan, khususnya di Indonesia. Apalagi lembaga pendidikan itu dikaitkan
dengan konsep Islam, lembaga pendidikan Islam merupakan suatu wadah dimana
pendidikan dalam ruang lingkup keislaman melaksanakan tugasnya demi tercapainya cita-
cita umat Islam.

4
Pusat Bahasa Departemen pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: PT
Gramedia, 2008), hlm. 808.
5
Bukhari Umar, Ilmu Pendidikan Islam, (Jakarta: Amzah, 2010), hlm. 149

3
B. Lembaga-Lembaga Pendidikan Islam Di Indonesia
Dalam perkembangannya, pendidikan Islam di Indonesia antara lain ditandai oleh
munculnya berbagai lembaga pendidikan secara bertahap, mulai dari yang amat sederhana,
sampai dengan tahap- tahap yang sudah terhitung modern dan lengkap. Lembaga
Pendidikan Islam telah memainkan perannya sesuai dengan tuntunan masyarakat dan
zamannya. Perkembangan lembaga- lembaga pendidikan tersebuttelah menarik perhatian
para ahli baik dari dalam maupun luar negeri untuk melakukan studi ilmiah secara
konferensif. Kini sudah banyak sekali hasil karya penelitian para ahli yang
menginformasikan tentang pertumbuhan dan perkembangan lembaga- lembaga pendidikan
Islam tersebut. Tujuannya selain untuk memperkaya khazanah ilmu pengetahuan yang
bernuansa keislaman, juga sebagai bahan rujukan dan perbandingan bagi para pengelola
pendidikan Islam pada masa- masa berikutnya. Hal ini sejalan dengan prinsip yang pada
umumnya dianut masyarakat Islam Indonesia., yaitu mempertahankan tradisi masa lampau
yang masih baik dan mengambil tradisi baru yang lebih baik lagi. Dengan cara demikian,
upaya pengembangan lembaga pendidikan Islam tersebut tidak akan terserabut dari akar
kulturnya secara radikal.
Pada awal perkembangan Islam di Indonesia, masjid merupakan satusatunya pusat
berbagai kegiata. Baik kegiatan keagamaan, sosial kemasyarakatan, maupun kegiatan
pendidikan. Bahkan kegiatan pendidikan yang berlangsung di masjid masih bersifat
sederhana kala itu sangat dirasakan oleh masyarakat muslim. Maka tidak mengherankan
apabila masyarakat dimasaitu menaruh harapan besar kepada masjid sebagai tempat yang
bisa membangun masyarakat muslim yang lebih baik. Awal mulanya masjid mampu
menampung kegiatan pendidikan yang diperlukan masyarakat. Namun karena terbatasnya
tempat dan ruang, mulai dirasakan tidak dapat menampung masyarakat yang ingin belajar.
Maka dilakukanlah berbagai pengembangan secara bertahap hingga berdirinya lembaga
pendidikan Islam yang secara khusus berfungsi sebagai sarana menampung kegiatan
pembelajaran sesuai dengan tuntutan masyarakat saat itu. Dari sinilah mulai muncul
beberapa istilah lembaga pendidikan di Indonesia. Berikut Lembaga Pendidikan Islam Di
Indonesia:
1. Pesantren
Perkataan pesantren berasal dari kata santri, dengan awalan pe dan akhiran an yang
berarti tempat tinggal santri. Dengan nada yang sama Soegarda dalam Haidar
menjelaskan pesantren asal katanya adalah santri, yaitu seorang yang belajar agama

4
Islam, sehingga dengan demikian, pesantren mempunyai arti tempat orang
berkumpul untuk belajar agama Islam.6 Dalam sejarah pendidikan Islam di Indonesia
kita melihat bahwa semenjak tiga abad yang lalu pesantren telah berperan
mencerdaskan kehidupan bangsa. Begitu juga dalam mewujudkan kemerdekaan
Republik Indonesia para Kyai maupun para santri juga ikut berjuang bahu membahu
bersama rakyat mengusir penjajahan Belanda maupun penjajahan Jepang. Oleh karena
itu, setelah indonesia mencapai kemerdekaannya, pesantren masih mendapatkan tempat
dihati masyarakat Indonesia. Ki Hajar Dewantara saja yang dikenal sebagai tokoh
Pendidikan Nasional dan sekaligus sebagai Menteri Pendidikan Pengajaran dan
Kebudayaan RI yang pertama menyatakan bahwa pondok pesantren merupakn dasar
pendidikan nasional, karena sesuai dan selaras dengan jiwa dan kepribadian bangsa
Indonesia.7
Ada beberapa pesantren yang menjadi era awal pendidikan Islam di Indonesia
sebelum kemerdekaan Indonesia. Diantaranya, di Sumatera ada pondok pesantren yang
pertama kali membuka madrasah formal, yaitu Tawalib di Padang Panjang pada tahun
1921 M di bawah pimpinan Syekh H. Abdullah Ahmad dan Syekh Abd. Karim
Amrullah, di Jambi didirikan pesantren dan madrasah Nurul Iman tahun 1931 M. Oleh
H. Abd. Somad, di Sumatera Timur didirikan pesantren Syekh Hasan Maksum pada
tahun 1916. Di Purbabaru Tapanuli berdiri pesantren dan madrasah Mustawafiyah oleh
Syekh Mustafa Husein pada tahun 1913 M. Adapun pesantren di Jawa antara lain;
pondok pesantren Tebuireng Jombang oleh K.H. Hasyim Asyari pada tahn 1899,
pondok tambak beras oleh K.H. Wahab Hasbullah dan pondok Rejoso Peterongan
Jombang oleh K.H. Tamin pada tahun 1919 M. Kedua pondok tersebut juga
mempunyai madrasah formal. Selain itu ada pondok Modern Gontor yang berdiri pada
tahun 1926 oleh K.H. Imam Zarkasy dan K.H. Sahal.8
Pesantren mulai berbenah diri dengan melakukan berbagai inovasi untuk
pengembangan sistem pendidikan, baik oleh masyarakat maupun pemerintah. Dalam
aspek kurikulum yaitu dengan masuknya pengetahuan umum dan keterampilan
kedalam pesantren adalah sebagai upaya untuk memberikan bekal tambahan agar para
santri bila telah menyelesaikan pendidikannya dapat hidup layak dalam masyarakat.

6
Haidar Putra Daulay, Sejarah Pertumbuhan dan Pembaruan Pendidikan Islam di Indonesia,
(Jakarta: Kencana, 2014), hlm. 61
7
Alamsyah Ratu Prawiranegara, Pembinaan Pendidikan Agama (Jakarta: Depag. RI, 1982),
hlm. 41
8
Zuhairini, dkk., Sejarah Pendidikan Islam, cet ke-12 (Jakarta: Bumi Aksara, 2013), hlm. 194

5
Terjadinya perubahan sistem pembelajaran dengan sistem klasikal yang
menggunakan sarana dan peralatan pengajaran madrasah sebagaimana yang berlaku di
sekolah- sekolah. Adanya pesantren yang membuka, membina dan mengelola
madrasah- madrasah atau sekolah umum, baik tingkat dasar, menengah, maupun
perguruan Tinggi. Sebagaimana pesantren yang semakin lama semakin berkembang,
kendati demikian ada 5 unsur pokok yang melekat pada istilah pesantren, yaitu: adanya
pondok pesantren, adanya masjid, adanya santri, adanya kyai, dan pengajian kitabkitab
klasik.

2. Sekolah
Sekolah adalah lembaga pendidikan yang penting sesudah keluarga, karena makin
besar kebutuhan anak, maka orang tua menyerahkan tanggung jawabnya sebagian
kepada lembaga sekolah ini. Sekolah berfungsi sebagai pembantu keluarga dalam
mendidik anak.9 Sekolah yang dimaksud disini adalah sekolah yang menitikberatkan
kepada pendidikan formal, di sekolah prosedur pendidikan telah diatur sedemikian
rupa, ada guru, ada siswa, ada jadwal pelajaran yang berpedoman kepada kurikulum
dan silabus, ada jam- jam tertentu waktu belajar serta dilengkapi dengan sarana dan
fasilitas pendidikan serta perlengkapanperlengkapan dan peraturan- peraturan lainnya.
Sekolah- sekolah buat pertama sekali telah mulai berdiri di Indonesia pada zaman
VOC tahun 1607, VOC mendirikan sekolah yang pertama di Ambon, pada tahun 1632
telah ada sejumlah 16 buah sekolah di Ambon, tahun 1645 meningkat menjadi 33 buah.
Tujuan pertama mendirikan sekolah ini adalah untuk melenyapkan agama Katolik
dengan menyebarkan Protestan, Calvinisme. Di jakarta sekolah pertama didirikan tahun
1617, tahun 1636 jumlahnya menjadi 3 buah. Tujuan sekolah ini didirikan untuk
mencetak tenaga kerja yang kompeten pada VOC. Penyelenggaraan pendidikan di
sekolah- sekolah pemerintah di HindiaBelanda, pada dasarnya merupakan cerminan
dari sistem pendidikan kolonial belanda. Adanya kaitan antara politik adan pendidikan,
agaknya ikut menjadikan sistem pendidikan kolonial Belanda menjadi rumit. Keinginan
untuk menerapkan prinsip deskriminasi, menyebabkan penjenisan sekolah menjadi
banyak.
Lahirnya sebuah kebijakan, termasuk kebijakan pendidikan, tidak dapat dipisahkan
dari respon terhadap realitas kehidupan sosial. Setelah Indonesia merdeka, upaya yang
dilakukan pemerintah dalam menyempurnakan sekolah formal rintisan Belanda telah
9
Zuhairini, dkk., Filsafat Pendidikan Islam, (Jakarta: Bumi Aksara, 2009)

6
dilakukan. Mulai dari pembentukan Panitia Penyelidik Pendidikan dan Pengajaran
tahun 1946 yang diketuai oleh Ki Hajar Dewantara, dilanjutkan pengadaan kongres-
kongres pendidikan yang melahirkan Undang- Undang tentang Dasar Pendidikan dan
Pengajaran di Sekolah, dilanjutkan dengan adanya ketetapan MPRS no. XXVII/
MPRS1966 yang berisi tentang dasar Pendidikan Nasional, Tujuan Pendidikan
Nasional, dan Isi Pendidikan Nasional, sampai kebijakan pemberian pendidikan agama
pada sekolah umum.

3. Madarasah
Madrasah Tumbuh dan berkembang di Indonesia tidak dapat dilepaskan dengan
ide- ide pembaruan dikalangan umat Islam. Diantara ulama yang berjasa dalam
menggagas tumbuhnya madrasah di Indonesia antara lain Syekh Abdullah Ahmad,
pendiri Madrasah Adabiyah di Padang pada tahun 1909. Pada tahun 1915 madrasah ini
menjadi HIS Adabiyah yang tetap mengajarkan agama.10
Perkembangan madrasah terkait erat dengan peran Kementrian Agama RI sebagai
andalan politis yang dapat mengangkat posisi madrasah sehingga memperoleh
perhatian yang terus menerus dikalangan pengambil kebijakan. Tentunya, tanpa
melupakan usaha- usaha keras yang sudah dirintis oleh sejumlah tokoh, seperti KH.
Ahmad Dahlan, KH. Hasyim Asyari, dan Mahmud Yunus.
Dalam hal ini, Kementrian Agama secara lebih tajam mengembangkan
programrogram perluasan dan peningkatan mutu madrasah. Perubahan yang terjadi
pada Madrasah dimulai dengan dibukanya Madrasah Wajib Belajar (MWB) pada awal
tahun 50-an oleh Kementerian Agama di bawah Menteri Agama K.H. Wahid Hasyim.
Upaya pemerintah selanjutnya untuk meningkatkan status madrasah adalah dengan
jalan menegerikan madrasahmadrasah swasta yang dikelola oleh masyarakat, baik
berbentuk pribadi maupun organisasi. Tercatat sejumlah ratusan madrasah swasta yang
dijadikan madrasah negeri yang meliputi tingkat intidaiyah dengan nama MIN
(Madrasah Ibtidaiyah Negeri), Tingkat Tsanawiyah dengan nama Madrasah
Tsanawiyah Agama Islam Negeri (MtsAIN, dan Madrasah Aliyah Agama Islam Negeri
(MAAIN).
Seiring dengan berkembangnya zaman, madrasah nampaknya juga semakin
berbenah dengan terus melakukan pembaharuan. Madrasah didirikan dengan maksud

10
Sumardi, Sejarah Singkat Pendidikan Islam di Indonesia 1945- 1975, (Jakarta: Dharma
Bhakti, 1978), hlm. 49

7
untuk mengumpukan keunggulan yang ada pada pesantren dan sekolah. Pesantren
memmiliki keunggulan dalam ilmu- ilmu agama Islam dan sekolah memiliki
keunggulan dalam ilmu- ilmu umum. Madrasah didirikan agar memiliki keunggulan
pada ilmu- ilmu agama Islam sebagaimana yang ada pada pesantren dan memiliki
keunggulan pada ilmu- ilmu umum sebagaimana yang ada pada sekolah. Jika dalam
kenyataan sekarang, kebanyakan kualitas madrasah kalah jika dibandingkan dengan
pesantren dalam ilmu- ilmu agama Islam dan kalah dengan sekolah dalam ilmu- ilmu
umum, adalah realitas yang tidak diinginkan. Oleh karena itu, harus ada upaya untuk
melakukan pembaruan kembali terhadap madrasah pada tujuan awal madrasah
didirikan.11
Pembaruan madrasah terkait erat dengan berbagai faktor pengelola, sumber daya
kependidikan (guru, laboran, pustakawan, dan siswa), sarana dan prasarana, kurikulum,
lingkungan dan sebagainya. Pengelola madrasah yang meliputi Komite Madrasah,
Kepala Madrasah dan Wakil- Wakilnya, Kasi Mapenda Kemenag, Kabid Mapenda
Kanwil Kemenag, dan Direktur Mapenda Kemenag RI sangat menentukan pembaruan
madrasah, karena mereka ang secara langsung membuat perencanaan dalam upaya
pembaruan Madrasah. Madrasah mengalami pembaharuan atau tidak sangat
dipengaruhi oleh mereka. Apalagi pada era globalisasi, kemampuan madrasah dapat
berkompetisi atau tidak sangat dipengaruhi oleh mereka. Akhirnya, dalam
perkembangan madrasah dari era awal berdirinya sampai pada saat ini terus mengalami
pembaharuan, dan pembaharuan tersebut bisa dilaksanakan dengan berbagai cara, mulai
dari pembenahan sumber daya kependidikannya, sarana dan prasarananya,
kurikulumnya, dan lain sebagainya.

4. Pendidikan Tinggi Islam


Pendidikan Tinggi Islam Perguruan Tinggi (PT) merupakan jenjang pendidikan
yang dilaksanakan setelah Sekolah Menengah Atas. Dalam Undang Undang No. 20
tahun 2003, disebutkan bahwa yang dimaksud dengan “Pendidikan Tinggi merupakan
kelanjutan pendidikan menengah yang diselenggarakan untuk menyiapkan peserta didik
menjadi anggota masyarakat yang memiliki kemampuan akademik atau profesional
yang dapat menerapkan, mengembangkan, dan atau enciptakan ilmu pengetahuan,
teknologi atau kesenian. Pendidikan Tinggi bisa dijabarkan lagi dalam bentuk

11
Sutrisno, Pembaruan dan Pengembangan Pendidikan Islam, (Yogyakarta: Fadilatama, 2011),
hlm. 63

8
Akademi, Politeknik, Sekolah Tinggi, Institut, atau Universitas. Artinya, ada banyak
ragam yang bisa dikatakan untuk menyebutkan suatu jenjang Pendidikan Tinggi
sebagaimana disebutkan di atas. Di Indonesia semua bentuk lembaga pendidikan itu
disebut perguruan tinggi.
Berdasarkan sejarah, semangat untuk mendirikan perguruan tinggi Islam telah
muncul pada tahun 1930, hal ini diperkuat dengan ungkapan Mahmud Yunus yang
mengatakan bahwa di Padang Sumatera Barat pada tanggal 9 Desember 1940 telah
berdiri perguruan tinggi Islam yang dipelopori oleh Persatuan Guru guru Agama Islam
(PGAI). 12

Pada April tahun 1945 Masyumi berhasil membentuk Panitia Perencana Pendirian
STI dibawah pimpinan Moh. Hatta. Pada tanggal 8 juli 1945, STI berhasil diresmikan
pendiriannya di Jakarta. Namun, STI terhenti karenaterjadi peperangan antara pasukan
sekutu Belanda dengan rakyat Indonesia yang akhirnya Belanda berhasil menguasai
Jakarta. Kemudian Pemerintah Negara RI pindah dari Jakarta ke Yogyakarta, pada
tanggal 10 April 1946, STI dibuka kembali di Yogyakarta. Pada tanggal 10 aret 1948,
STI berubah menjadi Universitas Islam Indonesia (UII) dengan empat fakultas, yaitu
Fakultas Agama, Hukum, Ekonomi, dan Pendidikan.
Bahkan menurut Menteri Agama Lukman Hakim Saifuddin mengatakan bahwa
Indonesia memiliki lebih banyak perguruan Tinggi Islam jika dibandingkan dengan
negara negara yang selama ini menjadi pusat pendidikan tinggi Islam seperti Mesir dan
Arab Saudi. Ia menyebutkan bahwa Mesir tercatat memiliki 55 perguruan tinggi Islam,
Arab Saudi punya 60 perguruan tinggi Islam dan Malaysia punya 35 perguruan tinggi
Islam. Sementara di Indonesia, menurut dia, ada sampai 6000 perguruan tinggi
keagamaan Islam. Hal ini menunjukkan, bahwa potensi perguruan tinggi keagamaan
Islam di Indonesia sangat menjanjikan. Pada era globalisasi ini, PTI diharapkan
semakin berkembang dan mampu lebih baik lagi baik dari segi kuantitas maupun
kualitas.

C. Dinamika Pendidikan Islam di Indonesia


Perkembangan pendidikan Islam menjadi sorotan masyarakat khususnya. Para
perintis daerah yang pada umumnya membutuhkan anak-anak muda, khawatir

12
Ramayulis, Ilmu Pendidikan Islam (Jakarta: Kalam Mulia, 2006), hlm. 367

9
anakanaknya belajar di sekolah-sekolah Islam dan merasakan pengalaman pendidikan
tanpa batas, sehingga pada akhirnya mereka mendapatkan hasil di mata publik 13.
Keanehan ini dapat digambarkansebagai anak-anak bangsawan, pejabat, nayakapraja,
pengapal, sastrawan, peternak, pemancing, dan pekerja terampil. Berangkat dari
pesantren, pesantren ini akhirnya siap melahirkan tokoh-tokoh terkemuka di mata
masyarakat.
Madrasah yang membina dalam iklim pesantren, memasuki perintis kelas dengan
tahapan-tahapan sebagai berikut; MI (Madrasah Ibtdaiyyah), MTs (Madrasah
Tsanawiyah), MA (Madrasah Aliyah) atau bahkan PTI (Pendidikan Lanjutan Islam).
Tentang dinamika organisasi lembaga pendidikan Islam di Indonesia di mana fokus
penelitiannya tentang peran, asisosiasi dan keberadaan Pesantren di Indonesia. Penelitian
ini diharapkan mampu memberikan kontribusi gambaran penelitian terkait dinamika
lembaga pendidikan Islam. Pada hakikatnya dapat mendorong kajian hasil keilmuan di
kalangan peneliti tentang unsur-unsur pendidikan Islam pada masa tradisional dan
kontemporer di sekitar wilayah pasang surut Indonesia. Ketegangan keilmuan tentang
madrasah, menarik diri dari persoalan pendidikan secara keseluruhan di Indonesia saat ini
dapat dimaknai sebagai berikut: 1) nilai instruktifnya masih rendah; 2) mutu dan makna
petunjuk masih rendah; 3) masih lemahnya pelatihan para eksekutif. Dinamika
perkembangan pendididikan di Indonesia sebagai berikut:
1. Pendidikan Islam di masa Orde Baru.
Pendidikan Islam pada masa Orde Baru menghadapi berbagai macam persoalan
baik dilihat dari dunia pendidikan sebagai suatu sistem pembudayaan manusia
ataupun pendidikan sebagai sebuah fenomena. Pendidikan Islam sebagai sebuah
fenomena dianggap penting dibahas mengingat kemajuan dunia pendidikan Islam itu
sendiri sangat ditentukan sejauh mana proses pendidikan ini dapat mengakomodir
perkembangan dalam ilmu pengetahuan.

2. Pendidikan Islam di Zaman Reformasi.


Kekuasaan Orde Baru selama 32 tahun seakan membuat masyarakat Indonesia
terlelap dalam tidur panjang. Mereka terbuai dalam alam mimpi indah yang
diciptakan oleh mesin-mesin kekuasaan Orde Baru. Akhir kekuasaan orde baru adalah

13
Kartika, Dinamika Lembaga Pendidikan Mempertahankan Eksistensi Pada Era Kompetitif,
Journal of Islamic Education Management, 3(1), hlm. 112–131

10
krisis ekonomi yang sangat parah. Masyarakat baru menyadari bahwa pemerintah
sangat lemah dan tidak dapat berbuat banyak dalam menghadapi situasi tersebut.
Kegagalan pemerintah orde baru melahirkan Undang-Undang Otonomi Daerah
No.22 Tahun 1999 yang mengatur tentang desentralisasi dalam bidang pendidikan. Di
mana masalah pendidikan diserahkan pada Pemerintah Daerah bukan lagi pusat
melaksanakannya. UU ini di satu sisi sangat menguntungkan dunia pendidikan karena
daerah dapat memasukkan nilai-nilai budayanya dalam sistem pendidikan.14

3. Pendidikan Islam di Era Teknologi Informasi


Pendidikan Islam di Era Teknologi Informasi Pendidikan Islam saat ini ditantang
untuk mampu memanfaatkan teknologi canggih, jika tidak ingin semakin jauh
tertinggal. Aplikasi tehnologi di bidang pendidikan telah mempercepat penyebaran
informasi dan ilmu pengetahuan. Penemua kertas mwmbawa kemajuan dalam bidang
kearsipan dan penyebaran pengetahuan, tetapi dengan penemuan mesin tik dan
percetakan membawa kemajuan lebih besar, jauh lebih besar lagi dengan tehnologi
elektronika di bidang informasi dan komunikasi telpon, radio, photo copy, faksimil,
Computer, Internet dan lain-lain. Dalam bidang kearsipan.15
Teknologi mesti ditempatkan pada posisi dimana ia mempermudah pencapaian
tujuan akhir pendidikan Islam dengan menghindari kemungkinan efek negatif televisi
dan internet terhadap generasi muda adalah bukti bahwa masyarakat Islam cendrung
menjadi objek dari tehnologi, bukan menjadi subjek yang mengambil apa yang ia
butuhkan dari kemajuan teknologi.

14
Darmaningtyas, Pendidikan pada dan setelah krisis, (Pustaka Belajar; Yogyakarta, 1991), hlm.
28-31.
15
Jabrohim & Saudi Cerlin, Editor. Islam dan Kesenian, (Yogyakarta: Lembaga Litbang PP
Muhammadiyah dan Universitas Ahmad Dahlan, 1005), hlm. 19.

11
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan

Pengertian lembaga pendidikan Islam, lembaga pendidikan Islam adalah tempat atau
organisasi yang menyelenggarakan pendidikan Islam, yang mempunyai struktur yang
jelas dan bertanggung jawab atas terlaksananya pendidikan Islam. Oleh karena itu,
lembaga pendidikan Islam tersebut harus dapat menciptakan suasana yang
memungkinkan terlaksananya pendidikan dengan baik, menurut tugas yang diberikan
kepadanya, seperti sekolah (madrasah) yang melaksanakan proses pendidikan Islam.

Keberadaan pesantren senyatanya mendorong lahirnya lembaga-lembaga pendidikan


Islam lain setelah pesantren, di antaranya madrasah, sekolah-sekolah Islam dan Perguruan
Tinggi Islam. Dalam perjalanannya, lembaga-lembaga pendidikan Islam tak luput dari
berbagai dinamika yang ada, seiring dengan perkembangan zaman. Pesantren, dari jenis
pesantren tradisional ke pesantren modern. Madrasah yang semakin memperbaiki
kualitasnya dengan berbagai upaya, salah satunya peningkatan kualitas guru. Dan,
perguruan tinggi Islam yang dulunya masih berstatus Sekolah Tinggi, berkembang
menjadi Institut hingga akhirnya menjadi Universitas.

B. Saran

Dalam penulisan makalah ini, kami menyadari masih jauh dari kata sempurna. Oleh
karena itu, kami sangat mengharapkan saran dan kritik yang bersifat membangun dari
para pembaca demi kesempurnaan makalah ini. Semoga makalah ini dapat memberikan
informasi dan bermanfaat untuk pengembangan wawasan dan peningkatan ilmu
pengetahuan bagi kita semua.

12
DAFTAR PUSTAKA

Darmaningtyas, Pendidikan Pada Dan Setelah Krisis, Pustaka Belajar; Yogyakarta, 1991

Daulay, Haidar Putra, Historisitas dan Eksistensi: Pesantren dan Madrasah. Yogya:
Tiara Wacana, 2001

Daulay, Haidar Putra, Sejarah Pertumbuhan dan Pembaruan Pendidikan Islam di


Indonesia, Jakarta: Kencana, 2014

Departemen Pendidikan Nasional, Pusat Bahasa, Kamus Besar Bahasa Indonesia,


Jakarta: PT. Gramedia, 2008

Hidayat, Komaruddin, Pranata Islam di Indonesia: Pergulatan social, Politik, Hukum,


dan Pendidikan. Ciputat:Logos Wacana Ilmu, 2002

Jabrohim & Cerlin, S , Editor., Islam dan Kesenian, (Yogyakarta: Lembaga Litbang PP
Muhammadiyah dan Universitas Ahmad Dahlan, 2005

Kartika, Q. Dinamika Lembaga Pendidikan Mempertahankan Eksistensi Pada Era


Kompetitif. Journal of Islamic Education Management, 3(1), 2017

Prawiranegara, Alamsyah Ratu, Pembinaan Pendidikan Agama, Jakarta: Depag. RI, 1982

Ramayulis, Ilmu Pendidikan Islam, Jakarta: Kalam Mulia, 2006

Sumardi, Sejarah Singkat Pendidikan Islam di Indonesia 1945- 1975, Jakarta: Dharma
Bhakti, 1978

Sutrisno, Pembaruan dan Pengembangan Pendidikan Islam, Yogyakarta: Fadilatama,


2011

Umar, Bukhari, Ilmu Pendidikan Islam, Jakarta: Amzah, 2010

Zuhairini, dkk., Filsafat Pendidikan Islam, Jakarta: Bumi Aksara, 2009

Zuhairini, dkk., Sejarah Pendidikan Islam, Jakarta: Bumi Aksara, 2013

13

Anda mungkin juga menyukai