Anda di halaman 1dari 25

PENDIDIKAN ISLAM PADA MASA ORDE LAMA DAN ORDE

BARU
Disusun guna memenuhi tugas mata kuliah Sejarah Pendidikan Islam
Dosen Pengampu : Sukarman, M.Pd.

Disusun Oleh :

Muhammad Najmuddin Said (201310004523)

Muhammad Arohakki Raihan (201310004520)

UNIVERSITAS ISLAM NAHDLATUL ULAMA’ JEPARA


FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
2021/2022
KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Wr.Wb

Dengan menyebut nama Allah yang telah melimpahkan Rahmat, Hidayah, dan
Inayah-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan penyusunan makalah yang berjudul
“Pendidikan Islam Pada Masa Oerde Lama dan Orde Baru” tepat pada waktunya.
Penyusunan makalah semaksimal mungkin kami upayakan dan didukung bantuan
berbagai pihak, sehingga dapat memperlancar dalam penyusunannya. Untuk itu tidak lupa
kami mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu kami dalam
merampungkan makalah ini.

Namun tidak lepas dari semua itu, kami menyadari sepenuhnya bahwa masih terdapat
kekurangan baik dari segi penyusunan bahasa dan aspek lainnya. Oleh karena itu, kami
mengharapkan kritik maupun saran dari pembaca. Akhir kata, semoga makalah ini dapat
memberi manfaat bagi kita semua.

Wassalamu’alaikun Wr.Wb

Jepara, 17 Desember 2021

Penyusun
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.........................................................................................................................2
DAFTAR ISI........................................................................................................................................3
BAB I....................................................................................................................................................4
PENDAHULUAN................................................................................................................................4
A. Latar Belakang...........................................................................................................................4
B. Rumusan Masalah......................................................................................................................5
C. Tujuan.........................................................................................................................................5
BAB II..................................................................................................................................................6
PEMBAHASAN...................................................................................................................................6
A. Pada Masa Orde Lama..............................................................................................................6
1. Kebijaksanaan Pendidikan Secara Umum............................................................................6
2. Keadaan Pendidikan Islam Pada Masa Orde Lama.............................................................9
B. Pada Masa Orde Baru.............................................................................................................15
1. Makna Orde Baru..................................................................................................................15
2. Keberadaan Pendidikan Islam Pada Masa Orde Baru.......................................................16
3. Keberhasilan-keberhasilan Pendidikan pada Masa Orde Baru.........................................19
4. Jenis-Jenis Pendidikan Serta Pengajaran Islam Pada Masa Orde Baru...........................20
5. Organisasi Keagamaan dan Peranannya dalam Pengembangan Pendidikan Islam di
Indonesia....................................................................................................................................21
BAB III...............................................................................................................................................22
KESIMPULAN..................................................................................................................................22
DAFTAR PUSTAKA........................................................................................................................23
BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang

Sejarah dapat memberikan landasan atau titik tolak terjadinya berbagai peristiwa.
Setiap peristiwa tidak berdiri sendiri, melainkan selalu berhubungan dan saling
berpengaruh antar peristiwa di dalam sistem gerak dan perubahan. Oleh karena itu, sejarah
memberikan landasan bagi kaum pelajar dan praktis kehidupan mengamati dan mengubah
dunia, baik pada masa sekarang, maupun untuk masa-masa yang akan datang. Dengan
mengetahui arti dan kaedah-kaedah peristiwa yang telah terjadi pada masa yang silam,
maka manusia diharapkan akan mampu menempatkan diri serta menata lingkungannya
dalam usaha menciptakan kehidupan yang lebih baik, baik pada masa sekarang maupun
pada masa yang akan datang.

Dengan adanya beberapa kenyataan diatas, maka dengan mempelajari sejarah


pendidikan, khususnya pendidikan Islam pada masa orde lama dan baru, maka para
pendidik serta Pembina pendidikan diharapkan akan memperoleh bahan-bahan pemikiran
dan tindakan kearah usaha-usaha memajukan pendidikan. Dengan pandangan kepentingan
dan sejarah turut mewarnai Islam dalam kehidupan berbangsa dan bernegara di Indonesia
maka sangat penting dalam menngenalkan, mengajarkan, mendidik dan memberikan
pengertian secara kaffah tentang ajaran agama Islam kepada generasi bangsa pada
khususnya mereka yang memeluk agama Islam.

Dalam lembaga pendidikan yang memegang peranan penting pada penyebaran agama
Islam sangat banyak, seperti langgar, pesantren, keluarga, sekolah dan termasuk individu
itu sendiri yang menentukan arah mana pendidikan yang ia pelajari. Sejarah mengatakan
pendidikan Islam yang muncul pada tahun 610 Masehi yang diwahyukan Allah swt kepada
Nabi Muhammad saw, ketika beliau berumur 40 tahun yang kemudian berkembang
dengan pesat sampai sekarang ini, merupakan petunjuk bagi orang yang menghayatinya
kemudian sebagai peringatan bagi orang yang lalai.

Sesuai dengan tujuan agama Islam yakni memberikan rahmat bagi seluruh makhluk di
ala mini, maka pendidikan Islam mengidentifikasi sasarannya pada empat pengembangan
fungsi manusia, diantaranya menyadarkan manusia sebagai makhluk individu, sosial dan
sebagai hamba Allah swt.

Oleh karena itulah pendidikan agama wajib disampaikan dalam pendidikan formal
dan bagi para anak bangsa yang beragama Islam wajib mendapatkan materi Pendidikan
Agama Islam. Ini dimaksudkan agar dapat menanamkan pendidikan karakter sejak awal.
Sehingga pasca siswa atau mahasiswa meneyelesaikan studinya mampu mengaplikasikan
kehidupan beragama secara mandiri dalam pergaulan sehari-hari yang berdampingan
dengan warga negara sesama agama dan antar agama dengan harmonis dengan asas saling
menghormati. Maka dari situlah penulis didalam makalah ini berkeinginan mengkaji,
menulis dan memaparkan beberapa yang berkaitan dengan pendidikan agama Islam
sehingga mengambil judul makalah PENDIDIKAN ISLAM PADA MASA ORDE LAMA
DAN ORDE BARU.

B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana Sejarah pendidikan Islam pada masa orde lama dan orde baru ?

2. Bagaimana keadaan pendidikan Islam pada masa orde lama dan orde baru ?

3. Bagaimana perbedaan pendidikan Islam pada masa orde lama dan orde baru ?

C. Tujuan
1. Mengetahui sejarah pendidikan Islam pada masa orde lama dan orde baru ?

2. Memahami keadaan pendidikan Islam pada masa orde lama dan orde baru ?

3. Mengetahui sejarah pendidikan Islam pada masa orde lama dan orde baru ?
BAB II

PEMBAHASAN
A. Pada Masa Orde Lama
1. Kebijaksanaan Pendidikan Secara Umum
Kemerdekaan Indonesia yang diproklamasi pada tanggal 17 Agustus 1945
oleh putra bangsa, Soekarno – Hatta memberikan dampak yang sangat besar bagi
pembangunan nasional Indonesia. Kesempatan itu dipergunakan oleh para tokoh
nasional untuk membangun bangsa Indonesia disegala bidang. Kesungguhan untuk
mengisi kemerdekaan itu terlihat ketika dibentuknya kementrian-kementrian yang
sekarang dinamakan Departemen oleh pemerintah. Diantaranya ada Departemen
Agama yang dulu disebut Kementrian Agama, yang didirikan pada tanggal 3 Januari
1046.

Setelah Indonesia merdeka, penyelenggaraan pendidikan agama mendapat


perhatian serius dari pemerintah, baik di sekolah Negeri maupun Swasta. Usaha untuk
itu dimulai dengan memberikan bantuan terhadap lembaga tersebut sebagaimana yang
dianjurkan oleh Badan Pekerja Komite Nasional Pusat (BPKNP).

Dengan ikut serta mengembangkan dan memberikan pendidikan agama untuk


seluruh bangsa Indonesia. Diantaranya ada juga Kementrian Pendidikan Pengajaran
dan Kebudayaan mengubah sistem pendidikan dan menyesuaikan dengan keadaan
yang baru. Dengan segera mentri PP dan K pertama Indonesia, yaitu Ki Hajar
Dewantara, mengeluarkan instruksi umum yang memerintahkan kepada semua kepala
sekolah dan guru untuk :

a. Mengibarkan Sang Merah Putih setiap hari di halaman sekolah

b. Menyanyikan lagu kebangsaan Indonesia Raya

c. Menurunkan bendera Jepang dan menghentikan nyanyian lagu kebangsaan


Jepang (Kemigayo)

d. Mengahapus bahasa dan upacara yang berasal dari Jepang


e. Memberikan semangat kebangsaan kepada murid[4].

Perubahan yang terjadi dalam bidang pendidikan merupakan perubahan yang


bersifat mendasar, yaitu perubahan yang menyangkut penyesuaian kebijakan
pendidikan dengan dasar dan cita-cita bangsa Indonesia yang merdeka. Oleh karena
itu, perjalanan sejarah Pendidikan Islam di Indonesia semenjak Indonesia merdeka
samapai tahun 1965 yang lebih dikenal dengan masa Orde Lama (Orla), akan berbeda
dengan tahun 1965 sampai sekarang yang lebih dikenal dengan Orde Baru sampai
sekarang.[5]

Dalam jangka waktu beberapa tahun di awal berdirinya kementrian agama,


telah dikeluarkan berbagai peraturan yang menentukan tugas serta ruang lingkup
kementrian agama. Meskipun ruang lingkupnya tetap sama, rumusannya sudah
beberapa kali berubah. Tujuan dan fungsi Departemen Agama yang dirumuskan pada
tahun 1967 adalah sebagai berikut:

1. Mengurus serta mengatur pendidikan agama di sekolah-sekolah, serta membimbing


perguruan-perguruan agama.

2. Mengikuti dan memperhatikan hal yang bersangkutan dengan agama dan


keagamaan.

3. Memberi penerangan dan penyuluhan agama.

4. Mengurus dan mengatur peradilan agama serta menyelesaikan masalah yang


berhubungan dengan hokum agama.

5. Mengurus dan memperkembangkan IAIN, perguruan tinggi agama swasta dan


pesantren luhur, serta mengurus dan mengawasi pendidikan agama pada
perguruan-perguruan tinggi.

6. Mengatur, mengurus, dan mengawasi penyelenggaraan ibadah haji.

Sebagaimana telah disebutkan diatas, salah satu tugas penting yang dilakukan
Departemen Agama adalah menyelenggarakan, membimbing, dan mengawasi
pendidikan agama. Lembaga-lembaga pendidikan Islam sudah berkembang dalam
beberapa bentuk sejak zaman penjajahan Belanda. Salah satu bentuk pendidikan Islam
tertua di Indonesia adalah pesantren yang tersebar diberbagai pelosok.
Dengan berkembangnya pemikiran pembaharuan dalam Islam di awal abad
ke-20, persoalan administrasi dan organisasi pendidikan mulai mendapat perhatian
dari beberapa kalangan atau organisasi. Pada umumnya,madrasah dibagi menjadi dua
jenjang, yaitu tingkat dasar yang dinamakan dengan madrasah Ibtidaiyah selama 5-7
tahun dan tingkat lanjutan yang dinamakan madrasah tsanawiyah selama 3-5 tahun.

Haji Mahmud Yunus, yang dizaman Belanda memimpin sekolah Normal


Islam di Padang, menyusun rencana pembangunan pendidikan Islam. Ketika itu beliau
menduduki sebagai seksi Islam dari Kantor Agama Provinsi. Dalam rencananya
antara lain; Ibtidaiyah selama 6 tahun, Tsanawiyah Pertama 4 tahun, dan Tsanawiyah
Atas 4 tahun. Mahmud Yunus menyarankan agar pelajaran agama diberikan di
sekolah-sekolah “umum” yang disetujui oleh konferensi pendidikan di Padang. Akan
tetapi semua yang dilakukannya mengalami kemandegan karena terjadi aksi militer
Belanda kedua. Setelah selesai barulah dimulai kembali usaha untuk mengkoordinasi
sekolah-sekolah agama diseluruh Indonesia.

Banyak lembaga pendidikan agama yang didirikan , seperti Madrasah


Ibtidaiyah (6 tahun), Tsanawiyah (4 tahun), Aliyah (3 tahun), Sekolah Guru Agama
Islam (5 tahun bagi lulusan Sekolah Dasar baik umum maupun agama, 2 tahun bagi
lulusan SMP atau Tsanawiyah), Sekolah Guru, dan Hakim Agama Islam/ SGHA (4
tahun bagi lulusan SMP atau Tsanawiyah). Dua sekolah yang terakhir mengalami
perubahan pada tahun 1953. PGA menjadi 6 tahun, sedangkan SGHA dihapuskan
tahun 1954 dan digantikan dengan Pendidikan Hakim Islam Negeri (PHIN) selama 4
tahun.

Untuk mengadakan penyesuaian dengan cita-cita tersebut, maka bidang


pendidikan mengalami perubahan, terutama dalam landasan idealnya, tujuan
pendidikan, sistem persekolahan dan kesempatan belajar yang diberikan kepada
rakyat Indonesia. Dengan segala kesungguhannya pemerintah orde lama memberikan
perhatian pada pendidikan Nasional bangsa. Setelah Indonesia merdeka, terutama
setelah berdirinya Departemen Agama, persoalan pendidikan agama Islam mulai
mendapat perhatian lebih serius. Badan Pekerja Komite Nasional Pusat dalam bulan
Desember 1945 menganjurkan agar pendidikan madrasah diteruskan.
Tindakan pertama yang diambil oleh pemerintah ialah menyesuaikan
pendidikan dengan tuntutan dan aspirasi rakyat sebagaimana tercantum dalam UUD
1945 pasal 31 yang berbunyi:

 Tiap-tiap warga Negara berhak mendapatkan pengajaran.


 Pemerintah mengusahakan suatu sistem pengajaran Nasional yang diatur dengan
undang-undang.

Pasal diatas mengandung maksud:

 Mengambil langkah-langkah pertama sebagai usaha persiapan untuk


mewujudkan kewajiban belajar, bila keadaan telah mengizinkan.
 Mengharuskan untuk mendasarkan segala usaha-usaha dilapangan pendidikan
dan pengajaran pada dasar Nasional.

Usaha selanjutnya mengadakan kongres pendidikan di Solo 1947. Pada tahun


1948 dibentuk panitia pembentukan rencana undang-undang pokok pendidikan dan
pengajaran. Panitia ini juga diketuai oleh Ki Hajar Dewantara. Tahun 1949 diadakan
kongres pendidikan kedua di Yogyakarta akhirnya, pada tahun 1950 lahirlah undang-
undang tentang dasar pendidikan dan pengajaran di sekolah yang disingkat menjadi
UUPP. Undang-undang ini seluruhnya terdiri dari 17 Bab dan 30 pasal.

Didalam UUPP tersebut dicantumkan tujuan dan dasar-dasar pendidikan dan


pengajaran yang dicantumkan pada bab II pasal 3, yang berbunyi :

“Tujuan pendidikan dan pengajaran ialah membentuk manusia susila yang


cakap dan warga Negara yang demokratis serta bertanggung jawab tentang
kesejahteraan masyarakat dan tanah air”

Dasar pendidikan dan pengajaran tercantum pada bab III pasal 4 berbunyi:

“Pendidikan dan pengajaran berdasarkan atas asas-asas yang termasuk dalam


Pancasila, Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia dan atas kebudayaan
bangsa Indonesia.”

2. Keadaan Pendidikan Islam Pada Masa Orde Lama


Pendidikan menurut Islam atau pendidikan Islami, yaitu pendidikan yang
dipahami dan dikembangkan dan ajaran dan nilai-nilai fundamental yang terkandung
dalam sumber dasarnya, yaitu Al-Qur’an dan As-Sunnah. Dalam pengertian ini
pendidikan Islam dapat berwujud pemikiran dan teori pendidikan yang mendasarkan
diri atau dibangun dan dikembangkan dari sumber-sumber tersebut.

Ada 2 hal yang penting berkaitan dengan pendidikan Islam pada masa orde
lama, yaitu pengembangan dan pembinaan madrasah dan pendidikan Islam di sekolah
umum.

a. Perkembangan dan Pembinaan Madrasah

Perkembangan madrasah tak lepas dari peran Departemen Agama sebagai


lembaga yang secara politis telah mengangkat posisi madrasah sehingga
memperoleh perhatian yang terus menerus dari kalangan pengambil kebijakan.
Walau tak lepas dari usaha keras yang sudah dirintis oleh sejumlah tokoh agama
seperti Ahmad Dahlan, Hasyim Asy`ari dan Mahmud Yunus. Dengan
perkembangan politis dan zaman, Departemen Agama secara bertahap terus
menerus mengembangkan program-program peningkatan dan perluasan ases serta
peningkatan mutu madrasah.

Madrasah sebagai lembaga penyelenggara pendidikan diakui oleh negara


secara formal pada tahun 1950. Undang-undang No. 4 tahun 1950 tentang dasar-
dasar pendidikan dan pengajaran di sekolah, pada pasal 10 menyatakan bahwa
untuk mendapatkan pengakuan Departemen Agama, madrasah harus memberikan
pelajaran agama sebagai mata pelajaran pokok paling sedikit 6 jam seminggu
secara teratur disamping pelajaran umum.

Dengan persyaratan tersebut, diadakan pendaftaran madrasah yang


memenuhi syarat. Jenjang pendidikan pada sistem madrasah pada masa itu terdiri
dari tiga jenjang.

1) Madrasah Ibtidaiyah dengan lama pendidikan 6 tahun

2) Madrasah Tsanawiyah Pertama pendidikan 4 tahun

3) Madrasah Tsanawiyah Atas pendidikan 4 Tahun.[12]

Sedangkan kurikulum madrasah terdiri dari sepertiga pelajaran agama dan


sisanya pelajaran umum. Rumusan kurikulum seperti itu bertujuan untuk merespon
pendapat umum yang menyatakan bahwa madrasah tidak cukup hanya
mengajarkan agama saja, tetapi juga harus mengajarkan pendidikan umum,
kebijakan seperti itu untuk menjawab kesan tidak baik yang melekat kepada
madrasah, yaitu pelajaran umum madrasah tidak akan mencapai tingkat yang sama
bila dibandingkan dengan sekolah umum.

Perkembangan madrasah yang cukup penting pada masa Orde Lama adalah
berdirinya madrasah Pendidikan Guru Agama (PGA) dan Pendidikan Hakim Islam
Negeri (PHIN). Tujuan pendiriannya untuk mencetak tenaga-tenaga profesional
yang siap mengembangkan madrasah sekaligus ahli keagamaan yang profesional.
PGA pada dasarnya telah ada sejak masa sebelum kemerdekaan. Khususnya di
wilayah Minangkabau, tetapi pendiriannya oleh Departemen Agama menjadi
jaminan strategis bagi kelanjutan madrasah di Indonesia.

Sejarah perkembangan PGA dan PHIN bermula dari progam Departemen


Agama yang secara tehnis ditangani oleh Bagian Pendidikan. Pada tahun 1950,
bagian itu membuka dua lembaga pendidikan dan madrasah profesional keguruan:

a. Sekolah Guru Agama Islam (SGAI), SGAI terdiri dari dua jenjang:

 Jenjang jangka panjang yang ditempuh selama 5 tahun dan diperuntukkan


bagi siswa tamatan SR/MI, dan
 Jenjang jangka pendek yang ditempuh selama 2 tahun diperuntukkan bagi
lulusan SMP/Madrasah Tsanawiyah.

b. Sekolah Guru Hakim Agama Islam (SGHAI), SGHAI ditempuh selama 4 tahun
diperuntukkan bagi lulusan SMP/Madrasah Tsanawiyah. SGHAI memilki
empat bagian:

 Bagian "a" untuk mencetak guru kesusastraan


 Bagian "b" untuk mencetak guru Ilmu Alam/Ilmu Pasti
 Bagian "c" untuk mencetak guru agama
 Bagian "d" untuk mencetak guru pendidikan agama.
 Perkembangan Perguruan Tinggi Islam

Perguruan Tinggi Islam khusus terdiri dari fakultas-fakultas keagamaan


mulai mendapat perhatian pada tahun 1950. Pada tanggal 12 Agustus 1950,
fakultas agama UII dipisahkan dan diambil alih oleh pemerintah. Pada tanggal
26 September 1951 secara resmi dibuka perguruan tinggi baru dengan nama
PTAIN ( Perguruan Tinggi Agama Islam Negeri) dibawah pengawasan
Kementerian Agama. Pada tahun 1957, di Jakarta didirikan Akademi Dinas
Ilmu Agama (ADIA). Akademi ini bertujuan sebagai sekolah latihan bagi para
pejabat yang berdinas di pemerintahan ( Kementerian Agama) dan untuk
pengajaran agama di sekolah. Pada tahun 1960 PTAIN dan ADIA disatukan
menjadi IAIN.

c. Pendidikan Agama Islam di Sekolah Umum

Peraturan resmi pertama tentang pendidikan agama di sekolah umum,


dicantumkan dalam Undang-Undang Pendidikan tahun 1950 No. 4 dan
Undang-Undang Pendidikan tahun 1954 No. 20, (tahun 1950 hanya berlaku
untuk Republik Indonesia Serikat di Yogyakarta).

Sebelumnya ada ketetapan bersama Departemen PKK dan Departemen


Agama yang dikeluarkan pada 20 Januari Tahun 1951. Ketetapan itu
menegaskan bahwa:

1. Pendidikan agama diberikan mulai kelas IV Sekolah Rakyat selama 2 jam


per minggu. Di lingkungan istimewa, pendidikan agama dapat di mulai dari
kelas 1 dan jam pelajarannya boleh ditambah sesuai kebutuhan, tetapi
catatan bahwa mutu pengetahuan umumnya tidak boleh berkurang
dibandingkan dengan sekolah lain yang pendidikan agamanya diberikan
mulai kelas IV.

2. Di Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama dan Tingkat Atas (umum dan


kejuruan) diberikan pendidikan agama sebanyak 2 jam seminggu.

3. Pendidikan agama diberikan kepada murid-murid sebanyak 10 orang dalam


1 kelas dan mendapat izin dari orang tua dan walinya.

4. Pengangkatan guru agama, biaya pendidikan agama dan materi pendidikan


agama ditanggung oleh Departemen Agama.

d. Pendidikan Diniyah dan Pondok Pesantren

Pondok Pesantren sebagai bagian dari sistem pendidikan Nasional,


keberadaan pondok pesantren sebelum Indonesia merdeka diperhitungkan oleh
bangsa-bangsa yang pernah menjajah Indonesia.
Pada masa kolonialisme dari Pondok Pesantren lahirlah tokoh-tokoh
nasional yang tangguh yang menjadi pelopor pergerakan kemerdekaan
Indonesia, seperti KH. Hasyim Asyari, KH. Ahmad Dahlan, KH. Zaenal
Mustopa dll. Maka dapat dikatakan bahwa masa itu Pondok Pesantren
memberikan kontribusi yang besar bagi terbentunya republik ini. Bila
dianalisis lebih jauh kenapa dari lembaga pendidikan yang sangat sederhana
ini muncul tokoh-tokoh nasional yang mampu menggerakan rakyat untuk
melawan penjajah, jawabannya karena figur Kiyai sebagai Pimpinan pondok
pesantren sangat dihormati dan disegani, baik oleh komunitas pesantren
(santri) maupun masyarakat sekitar pondok, mereka meyakini bahwa apa yang
diucapkan kiyai adalah wahyu Tuhan yang mengandung nilai-nilai kebenaran
hakiki ( Ilahiyyah).

Pada masa pasca kemerdekaan, Pondok Pesantren perkembangannya


mengalami pasang surut dalam mengemban misinya sebagai pencetak generasi
kaum muslimin yang mumpuni dalam bidang Agama (tafaqquh fiddien). Pada
masa priode transisi antara tahun 1950 - 1965 Pondok Pesantren mengalami
fase stagnasi, dimana Kyai yang disimbolkan sebagai figur yang ditokohkan
oleh seluruh elemen masyarakat Islam, terjebak pada percaturan politik
praktis, yang ditandai dengan bermunculannya partai politik bernuasa Islami
peserta PEMILU pertama tahun 1955, contohnya dengan lahirnya Partai
Politik NU yang mewaliki warga Nahdiyyin, Partai Politik NU tersebut dapat
dikatakan merepresentasikan dunia Pondok Pesantren. Hal ini dikarenakan
sebagian besar pengurus dari parpol tersebut adalah Kiyai yang mempunyai
Pondok Pesantren.

Pembinaan pendidikan agama setelah kemerdekaan Indonesia,


pemerintah secara formal intitusional memberikan kepercayaan kepada
Departemen Agama dan Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. Oleh
karena itu, dikeluarkanlah peraturan bersama antara kedua departemen
tersebut untuk mengelola pendidikan agama di sekolah- sekolah umum baik
negeri maupun swasta. Dalam undang-undang No. 12 tahun 1950 itu juga
terdapat pasal yang mengupas tentang pendidikan dan pengajaran agama di
sekolah-sekolah negeri. Pasal ini terdapat pada Bab XII pasal 20 yang
berbunyai :
1. Dalam sekolah-sekolah negeri diadakan pelajaran Agama. Orang tua murid
menetapkan apakah anaknya akan mengikuti pelajaran tersebut.

2. Cara menyelenggarakan pelajaran yang ditetapkan oleh mentri pendidikan,


pengajaran dan kebudayaan bersama-sama dengan mentri agama.

Kemudian beberapa tahun berikutnya ditanda tangani kembali peraturan


bersama mentri PP 2k dan menteri agama nomor : 1432/kat. Tanggal 20
Januari 1951 (mentri pendidikan), Nomor : K/I/652 tanggal 20 Januari 1951
(agama), diatur peraturan pendidikan agama di sekolah-sekolah, yaitu :

Pasal I:

“Di tiap-tiap sekolah rendah dan sekolah lanjutan (umum dan kejuruan)
diberi pendidikan agama”.

Pasal II:

 Di sekolah-sekolah rendah pendidikan agama dimulai pada kelas


IV banyaknya 2 jam dalam satu minggu
 Di lingkungan yang istimewa, pendidikan agama dapat dimulai pada
kelas I dan jamnya dapat ditambah menurut kebutuhan, tetapi tidak
melebihi 4 jam seminggu, dengan ketentuan bahwa mutu
pengetahuan umum bagi sekolah-sekolah rendah itu tidak boleh
dikurangi dibandingkan sekolah-sekolah rendah dilain lingkungan.

Pasal III:

“Di sekolah-sekolah lanjutan tingkat pertama dan tingaktan atas, baik


sekolah-sekolah umum maupun sekolah-sekolah kejuruan, diberi
pendidikan agama 2 jam dalam tiap minggu”.

Pasal IV:

 Pendidikan agama diberikan menurut agama murid masing-masing


 Pendidikan agama baru diberikan pada satu kelas yang mempunyai
murid sekurang-kurangnya 10 orang yang menganut satu macam
agama.
 Murid dalam satu kelas yang menganut agama lain dari agama yang
sedang diajarkan pada satu waktu boleh meninggalkan kelasnya
selama pelajaran berlangsung.

Dalam bidang kurikulum pendidikan agama diusahakan


penyempurnaan-penyempurnaan untuk itu dibentuk suatu kepanitiaan
yang dipimpin K.H Imam Zarkasi dari Pondok Gontor Ponorogo.
Kurikulum tersebut disahkan oleh Menteri Agama pada tahun 1952.
Pada bulan desember 1960 saat sidang Pleno MPRS, diputuskan
sebagai berikut : melaksanakan Manipol Usdek dibidang mental/agama
kebudayaan dengan syarat spiritual dan material agar setiap warga
Negara dapat mengembangkan kepribadiannya dan kebangsaan
Indonesia, serta menolak pengaruh-pengaruh buruk kebudayaan asing
(Bab II pasal 2 ayat I).

Dalam ayat 3 dan pasal tersebut dinyatakan bahwa pendidikan


agama menjadi mata pelajaran disekolah-sekolah umum, mulai sekolah
rendah (dasar sampai universitas), dengan pengertian bahwa murid
berhak ikut serta dalam pendidikan agama jika wali murid atau murid
dewasa menyatakan keberatannya.

Setelah Indonesia merdeka dan mempunyai Departemen


Agama, maka secara instansional Departemen Agama diserahi
kewajiban dan bertanggung jawab terhadap pembinaan dan
pengembangan pendidikan agama dalam lembaga-lembaga tersebut.
Lembaga pendidikan agama Islam ada yang berstatus negeri dan ada
yang berstatus swasta. [16]

B. Pada Masa Orde Baru


1. Makna Orde Baru
Orde baru adalah masa pemerintahan di Indonesia sejak 11 Maret 1966 hingga
terjadinya peralihan kepresidenan, dari presiden Soeharto ke presiden Habibi pada 21
Mei 1998.[17] Peralihan dari Orde Lama ke Orde Baru membawa konsekuensi
perubahan strategi politik dan kebijakan pendidikan nasional. Pada dasarnya Orde
Baru adalah suatu korelasi total terhadap Orde Lama yang didominasi oleh PKI dan
dianggap telah menyelewengkan pancasila.
Orde Baru memberikan corak baru bagi kebijakan pendidikan agama islam,
karena beralihnya pengaruh komunisme ke arah pemurnian pancasila melalui rencana
pembangunan Nasional berkelanjutan. Terjadilah pergeseran kebijakan, dari murid
berhak tidak ikut serta dalam pelajaran agama apabila mereka menyatakan
keberatannya, menjadi semua murid wajib mengikuti pendidkan agama mulai dari
sekolah dasar hingga perguruan tinggi.

Sejak ditumpasnya peritiwa G. 30 S/PKI pada tanggal 1 Oktoger 1965. Bangsa


Indonesia telah memasuki fase baru yang diberi nama orde baru. orde baru adalah:

 Sikap mental yang positif untuk menghentikan dan mengoreksi segala


penyelewengan terhadap pancasila dan UUD 1945.
 Memperjuangkan adanya suatu masyarakat yang adil dan makmur, baik material
maupun spiritual melalui pembangungan.
 Sikap mental mengabdi kepada kepentingan rakyat dan melaksanakan pancasila
dan UUD 1945 secara murni dan konsekuen.

Dengan demikian, orde baru bukanlah merupakan golongan tertentu, sebab


orde baru bukan berupa pengelompokan fisik. Perubahan orde lama (sebelum 30
September 1965) menjadi orde baru berlangsung melalui kerja sama erat antara pihak
ABRI atau Tentara dan Gerakan-Gerakan Pemuda, yang disebut Angkatan 1966.

2. Keberadaan Pendidikan Islam Pada Masa Orde Baru


Kebijakan pemerintah Orde Baru mengenai pendidikan Islam dalam konteks
madrasah di Indonesia bersifat positif, khususnya dalam dua dekade terakhir 1980-an
sampai dengan 1990-an. Pada masa pemerintahan Orde Baru, lembaga pendidikan
madrasah dikembangkan dalam rangka pemerataan kesempatan dan peningkatan mutu
pendidikan.

Haluan penyelenggaraan pendidikan dikoreksi melalui Tap MPR No.


XXII/MPRS/1966 tentang Agama. Pendidikan dan kebudayaan ketetapan ini memuat
tujuh pasal yang diantaranya sebagai berikut:

a. Mengubah diktum ketetapan MPRS No II/MPRS/1960 Bab II pasal 2 ayat (3)


dengan menghapus kata “……dengan pengertian bahwa murid-murid dewasa
menyatakan keberatannya……….” Sehingga kalimatnya berbunyai sebagai berikut
: “menetapkan pendidikan agama menjadi mata pelajaran di sekolah mulai dari
sekolah dasar sampai dengan universitas-universitas negeri” (pasal I)

b. Dasar pendidikan adalah falsafah Negara pancasila (pasal 2)

c. Tujuan pendidikan adalah membentuk manusia pancasilais sejati berdasarkan


ketentuan-ketentuan seperti yang dikehendaki oleh pembukaan undang-undang
dasar 1945 dan isi UUD 1945.

d. Untuk mencapai dasar dan tujuan tersebut, isi pendidikan adalah sebagai berikut :

 Mempertinggi mental, moral, budi pekerti, dan memperkuat keyakinan


beragama
 Mempertinggi kecerdasan-kecerdasan dan keterampilan
 Membina dan mengembangkan fisik yang kuat dan sehat.

Dengan demikian sejak tahun 1966, pendidikan agama menjadi hak wajib
mulai dari sekolah dasar sampai pemerintah dan rakyat guna membangun manusia
seutuhnya dan masyarakat Indonesia seluruhnya. Berdasarkan tekad dan semangat
tersebut, kehidupan beragama dan pendidikan agama khususnya, semakin
memperoleh tempat yang kuat dalam struktur organisasi pemerintahan dan dalam
masyarakat pada umumnya.

Sebagaimana perkembangan orde lama, perkembangan pada orde baru juga


dapat dibagi dalam :

a. Perkembangan dan Pembinaan Madrasah

1. Penegerian Madrasah Swasta

Pada tahun 1967 terbuka kesempatan untuk menegerikan madrasah


swasta untuk semua tingkatan, Madrasah Ibtidayah Negeri (MIN), Madrasah
Tsanawiyah Islam Negeri (MTsIN) dan Madrasah Aliyah Agama Islam Negeri
(MAAIN). Namun ketentuan itu hanya berlangsung 3 tahun, dan dengan alasan
pembiayaan dan fasilitas yang sangat terbatas, maka keluarnya Keputusan
Menteri Agama No. 213 tahun 1970 tidak ada lagi penegerian bagi madrasah
madrasah swasta. Namun kebijakan tersebut tidak berlangsung lama, memasuki
tahun 2000 kebijakan penegerian dimunculkan kembali.[21]

2. Kesejajaran Madrasah dan Sekolah Umum


Lahirnya Surat Keputusan Bersama (SKB) 3 Menteri No. 6 tahun 1975
dan No. 037/U/1975 antara Menteri Agama, Menteri Pendidikan dan
Kebudayaan, dan Menteri Dalam Negeri, tentang Peningkatan Mutu
Pendidiikan pada Madrasah. SKB ini muncul dilatar belakangi bahwa setiap
waganegara Indonesia berhak memperoleh kesempatan yang sama untuk
memperoleh pekerjaan dan penghidupan yang layak bagi kemanusiaan dan
pengajaran yang sama, sehingga lulusan madrasah yang ingin melanjutkan,
diperkenankan melanjutkan ke sekolah-sekolah umum yang setingkat di
atasnya. Dan bagi siswa madrasah yang ingin pindah sekolah dapat pindah ke
sekolah umum setingkat. Ketentuan ini berlaku mulai dari tingkat sekolah dasar
sampai ke tingkat perguruan tinggi.

Lahirnya MAPK ditandai dengan dilatarbelakangi akan kebutuhan


tenaga ahli di bidang agama Islam ("ulama") dimasa mendatang sesuai dengan
tuntutan pembangunan nasional, maka dilakukan usaha peningkatan mutu
pendidikan pada Madrasah Aliyah. Lebih lanjut dibentuklah Madrasah Aliyah
Pilihan Ilmu-Ilmu Agama (MAPK) dengan berdasarkan persyaratan-persyaratan
yang ditentukan. Kekhususan MAPK ini adalah komposisi kurikulum 65 studi
agama dan 35 pendidikan dasar umum. Sasarannya adalah penyiapan lulusan
yang mampu menguasai ilmu-ilmu agama yang nantinya menjadi dasar lulusan
untuk terus melanjutkan ke jenjang yang lebih tinggi bidang keagamaan dan
akhirnya menjadi calon ulama yang baik. Selanjutnya MAPK berganti nama
menjadi Madrasah Aliyah Keagamaan (MAK). Namun lebih lanjut program ini
kurang mendapat perhatian dari pemerintah sehingga nasibnya sampai hari ini
belum jelas keberadaannya.

b. Pendidikan Diniyah dan Pondok Pesantren

Perkembangan pendidikan Pondok Pesantren pada periode Orde Baru, seakan


tenggelam eksistensinya karena seiring dengan kebijakan pemerintah yang kurang
berpihak pada kepentingan ummat Islam.

Setitik harapan timbul untuk nasib umat Islam setelah terjadinya era reformasi,
pondok pesantren mulai berbenah diri lagi dan mendapatkan tempat lagi
dikalangan pergaulan nasional. Salah satunya adalah pendidikan Pondok Pesantren
diakui oleh pemerintah menjadi bagian dari sistem pendidikan nasional yang
termaktub dalam Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional (Sisdiknas).
Pondok pesantren tidak lagi dipandang sebagai lembaga pendidikan tradisional
yang illegal, namun pesantren diakui oleh pemerintah sebagai lembaga pendidikan
yang mempunyai kesetaraan dalam hak dan kewajibannya dengan lembaga
pendidikan formal lainnya.

c. Perguruan Tinggi Agama Islam

IAIN sebagai salah satu bagian dari PTAI, merupakan bagian dari salah satu
sistem pendidikan Islam yang ada di Indonesia. IAIN di dirikan pada awal tahun
1960 sebagai suatu respon atas kebutuhan pemerintah akan tenaga pendidik yang
ahli di bidang ilmu-ilmu keislaman, untuk mengembangkan sistem pendidikan
madrasah. Akhirnya dalam perkembangan nya IAIN jumlahnya semakin
bertambah dan berkembang.

Perkembangannya sejak masa orde baru bukan saja pada aspek fisiknya tetapi
juga pada aspek tenaga pendidik atau dosennya, baik secara kualitatif maupun
kuantitatif. Sejalan dengan kebutuhan masyarakat Islam akan Ilmu dan
pengetahuan serta teknologi peran perguruan tinggi agama Islam semakin
bertambah, oleh karenan itu beberapa tahun ini beberapa IAIN telah berkembang
menjadi universitas Islam. Dimana dalam pelayanannya, selain memberi
pendidikan bidang studi keagamaan juga memberikan pelayanan pendidikan
umum. Saat ini Perguruan Tinggi Agama Islam telah tersedia 15 IAIN, 6 UIN dan
31 STAIN.[22]

3. Keberhasilan-keberhasilan Pendidikan pada Masa Orde Baru


Masa Orde Baru ini mencatat banyak keberhasilan, diantaranya adalah:

a. Pemerintah memberlakukan pendidikan agama dari tingkat SD hingga universitas


(TAP MPRS No.XXVII/MPRS/1966), madrasah mendapat perlakuan dan status
yang sejajar dengan sekolah umum, pesantren mendapat perhatian melalui subsidi
dan pembinaan, berdirinya MUI (Majelis Ulama Indonesia) pada tahun 1975,
pelarangan SDSB (Sumbangan Dana Sosial Berhadiah) mulai tahun 1993 setelah
berjalan sejak awal tahun 1980-an.
b. Pemerintah juga pada akhirnya member izin pada pelajar muslimah untuk memakai
rok panjang dan busana jilbab di sekolah-sekolah Negeri sebagai ganti seragam
sekolah yang biasanya rok pendek dan kepala terbuka.

c. Terbentuknya UU No. 2 tahun 1989 tentang Sistem Pendidikan Nasional, UU No. 7


tahun 1989 tentang peradilan agama, Komplikasi Hukum Islam (KHI), dukungan
pemerintah terhadap pendirian Bank Islam, Bank Muamalat Islam, yang telah lama
diusulkan, lalu diteruskan dengan pendirian BAZIS (Badan Amil Zakat Infak dan
Sodaqoh) yang idenya muncul sejak 1968, berdirinya Yayasan Amal Bakti Muslim
Pancasila, pemberlakuan label halal atau haram oleh MUI bagi produk makanan
dan minuman pada kemasannya, terutama bagi jenis olahan.

Selanjutnya pemerintah juga memfasilitasi penyebaran da’i ke daerah terpencil


dan lahan transmigrasi, mengadakan MTQ (Musabaqoh Tilawatil Qur’an),
peringatan hari besar islam di Masjid Istiqlal, mencetak dan mengedarkan mushaf
Al-qur’an dan buku-buku agama islam yang kemudian diberikan ke masjid atau
perpustakaan Islam, terpusatnya jama’ah haji di asrama haji, berdirinya MAN PK
(Program Khusus) mulai tahun 1986, dan pendidikan pascasarjana untuk Dosen
IAIN baik ke dalam maupun luar negeri, merupakan kebijakan lainnya. Khusus
mengenai kebijakan ini, Departemen Agama telah membuka program pascasarjana
IAIN sejak 1983 dan join cooperation dengan Negara-negara Barat untuk studi
lanjut jenjang Magister maupun Doktor.

Selain itu, penayangan pelajaran Bahasa Arab di TVRI dilakukan sejak 1990,
dan sebagainya. Akibat semua kebijakan tersebut, pembangunan bidang agama
islam yang dilaksanakan Orde Baru mempercepat peningkatan jumlah umat islam
terdidik dan kelas menengah muslim perkotaan.

4. Jenis-Jenis Pendidikan Serta Pengajaran Islam Pada Masa Orde Baru


Jenis-jenis pendidikan islam pada masa Orde Baru. adalah sebagai berikut:

a. Pesantren klasik, semacam sekolah swasta keagamaan yang menyediakan asrama,


yang sejauh mungkin memberikan pendidikan yang bersifat pribadi, sebelumnya
terbatas pada pengajaran keagamaan serta pelaksanaan ibadah.

b. Madrasah diniyah, yaitu sekolah-sekolah yang memberikan pengajaran tambahan


bagi murid sekolah negeri yang berusia 7 sampai 20 tahun.
c. Madrasah-madrasah swasta, yaitu pesantren yang dikelola secara modern, yang
bersamaan dengan pengajaran agama juga diberikan pelajaran-pelajaran umum.

d. Madrasah Ibtidaiyah Negeri (MIN), yaitu sekolah dasar negeri enam tahun, di mana
perbandingan umum kira-kira 1:2.

e. Suatu percobaan baru telah ditambahkan pada Madrasah Ibtidaiyah Negeri (MIN) 6
tahun, dengan menambahkan kursus selama 2 tahun, yang memberikan latihan
ketrampilan sederhana.

f. Pendidikan teologi agama tertinggi. Pada tingkat universitas diberikan sejak tahun
1960 pada IAIN. IAIN ini dimulai dengan dua bagian / dua fakultas di Yogyakarta
dan dua fakultas di Jakarta.

Dalam sidang-sidang MPR yang menyusun GBHN sejak tahun 1973 hingga
sekarang selalu ditegaskan bahwa pendidikan agama menjadi mata pelajaran wajib
di sekolah-sekolah negeri dalam semua jenjang pendidikan, bahkan pendidikan
agama sudah di kembangkan sejak Taman Kanak-kanak (Bab V pasal 9 ayat I PP
nomor 27 tahun 1990 dalam UU nomor 2 tahun 1989)

Pendidikan Islam menempati kedudukan yang sangat penting dan tidak dapat
dipisahkan dalam pembangunan manusia seutuhnya. Hal ini mudah dimengerti
karena bangsa Indonesia yang beragama tidak dapat melepaskan agamanya dari
setiap aktivitas pendidikan yang dilakukannya. Secara komprehensip agama bagi
bangsa Indonesia adalah “Generator” pembangkit listrik bagi pengisian aspirasi
dan inspirasi bangsa. Agama juga merupakan alat pengembangan dan pengendalian
bagi bangsa Indonesia yang sedang giat melaksanakan pembangunan disegala
sektor-sektor

5. Organisasi Keagamaan dan Peranannya dalam Pengembangan Pendidikan Islam


di Indonesia.

a. Muhammadiyah

Peran Muhammadiyah dalam penyelenggaraan pendidikan Islam diantaranya


Muhammadiyah mendirikan lembaga-lembaga pendidikan mulai dari TK sampai
perguruan tinggi. Data tahun 1985 Muhammadiyah sudah memiliki 12400 lembaga
pendidikan yang terdiri dari 37 perguruan tinggi dan sisanya adalah TJ sampai
SLTA. Tahun 1990 jumlah perguruan tinggi Muhammadiyah bertambah menjadi
78 buah. Dengan system pendidikan yang dipilih oleh Muhammadiyah adalah
pendidikan integrative menggabungkan kurikulum sekolah pemerintah dengan
kuriklum madrasah.

b. Nahdatul Ulama’ (NU)

Peran Nahdatul Ulama’ dalam penyelenggaraan pendidikan Islam, dengan


mendirikan madrasah dan sekolah NU dengan memilki karakter yang khusus, yaitu
karakter masyarakat dan selalu bersatu dengan masyarakat oleh masyarakat dan
untuk masyarakat. Meminjam istilah Kyai Tolchah Hasan, “tidak banyak yang mau
mewakafkan diri untuk pendidikan”, katanya didalam kesempatan Pembukaan
Rapat Koordinasi Nasional (Rakornas) Asosiasi Perguruan Tinggi NU (APTINU)
di Jakarta pada pertengahan Oktober 2009. Dari 73 perguruan tinggi NU yang
berada dibawah APTINU, diharapkan bisa meningkatkan kiprah NU di bidang
pendidikan.

c. Persis (Persatuan Islam)

d. Al-Irsyad

e. Jami’at Khair

f. Ahlussunnah wal Jamaah

BAB III

KESIMPULAN

Dalam pembukaan UUD 1945 dinyatakan bahwa salah satu tujuan Negara Republik
Indonesia adalah mencerdaskan kehidupan bangsa. Untuk tercapainya cita-cita tersebut maka
pemerintah dan rakyat Indonesia berusaha membangun dan mengembangkan pendidikan
semaksimal mungkin. Meskipun Indonesia baru memproklamasikan kemerdekaannya dan
sedang menghadapi revolusi fisik, pemerintah sudah berbenah diri, terutama memperhatikan
masalah pendidikan yang dianggap cukup vital dan menentukan, untuk itu dibentuklah
kementrian-kementrian, pengajaran dan kebudayaan, dan kementrian tersebut maka
diadakanlah berbagai usaha terutama mengubah sistem pendidikan dan menyesuaikannya
dengan keadaan yang baru.

Pendidikan Islam menempati kedudukan yang sangat penting dan tidak dapat
dipisahkan dalam pembangunan manusia seutuhnya. Hal ini mudah dimengerti karena bangsa
Indonesia yang beragama tidak dapat melepaskan agamanya dari setiap aktivitas pendidikan
yang dilakukannya. Secara komprehensip agama bagi bangsa Indonesia adalah “Generator”
pembangkit listrik bagi pengisian aspirasi dan inspirasi bangsa. Agama juga merupakan alat
pengembangan dan pengendalian bagi bangsa Indonesia yang sedang giat melaksanakan
pembangunan disegala sektor-sektor.

Untuk mengembangkan pendidikan Islam harus mempunyai lembaga-lembaga


pendidikan, sehingga menjadi “lahan subur” tempat persemaian generasi baru, sehingga
pendidikan Islam harus mampu memberikan ilmu pengetahuan yang dapat dijadikan sebagai
pedoman dalam kehidupannya

DAFTAR PUSTAKA

Arifin. (2008). Ilmu Pendidikan Islam. Jakarta: Bumi Aksara.

Daulay, Haidar Putra. (2007). Sejarah Pertumbuhan dan Pembaharuan Pendidikan


Islam di Indonesia. Jakarta: Kencana.

Hasbullah. (1999). Sejarah Pendidikan Islam di Indonesia. Jakarta: Raja Grafindo.

Handout. (2010). Perkembangan Pendidikan Islam Masa Orde Lama dan Baru.
Surakarta: UMS

Mustafa. (1999). Sejarah Pendidikan Islam di Indonesia. Bandung: Pustaka Setia.

Nata, Abuddin. (2003). Kapita Selekta Pendidikan Islam. Bandung: Angkasa.


Nizar, Samsul. (2011). Sejarah Pendidikan Islam. Jakarta: Kencana Prenada Media
Group.

Sunanto, Musrifah. (2005). Sejarah Peradaban Islam di Indonesia. Jakarta: Raja


Grafindo Persada.

Universitan Pendidikan Indonesia. (2007). Landasan Pendidikan. Bandung.

Wahab, Rochidin. (2004). Sejarah Pendidikan Islam di Indonesia. Bandung: Alfabeta.

Yatim, Badri. (2008). Sejarah Peradaban Islam. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.

Zainuddin Maliki. (2004). Agama Priyayi, Makna di tangan Elite Penguasa,


Yogyakarta: Pustaka Marwa.

Zuhairini. (1997). Sejarah Pendidikan Islam. Jakarta: Bumi Aksara.

http://tanjungpinangarticle.blogspot.com/2010/06/pendidikan-pada-masa-orde-lama-
dan-orde.html

Rochidin Wahab, hal 259. Sejarah Pendidikan Islam di Indonesia. Bandung: Alfabeta.

Arifin, hal 23. Ilmu Pendidikan Islam. Jakarta: Bumi Aksara.

Hasbullah, hal 70. Sejarah Pendidikan Islam di Indonesia. Jakarta: Raja Grafindo.

Samsul Nizar, hal 346. Sejarah Pendidikan Islam. Jakarta: Kencana Prenada Media
Group.

Samsul Nizar, hal 346. Sejarah Pendidikan Islam. Jakarta: Kencana Prenada Media
Group.

Badri Yatim, hal 308. Sejarah Peradaban Islam. Jakarta: Raja Grafindo Persada

Badri Yatim, hal 210-311. Sejarah Peradaban Islam. Jakarta: Raja Grafindo Persada.

Badri Yatim, hal 310. Sejarah Peradaban Islam. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada

Abuddin Nata, hal 30. Kapita Selekta Pendidikan Islam. Bandung: Angkasa

Haidar Putra Daulay, hal 83. Sejarah Pertumbuhan dan Pembaharuan Pendidikan
Islam di Indonesia. Jakarta: Kencana

Abuddin Nata, hal 32. Kapita Selekta Pendidikan Islam. Bandung: Angkasa.
Direktoral Jndral Pendidikan Islam. http://pendis.kemenag.go.id

Direktoral Jendral Pendidikan Islam. http://pendis.kemenag.go.id

Hasbullah, hal 77. Sejarah Pendidikan Islam di Indonesia. Jakarta: Raja Grafindo

Hasbullah, hal 78. Sejarah Pendidikan Islam di Indonesia. Jakarta: Raja Grafindo

Zuhairini, hal 196. Sejarah Pendidikan Islam. Jakarta: Bumi Aksara.

Samsul Nizar, hal 361. Sejarah Pendidikan Islam . Jakarta: Kencana.

Mustafa, hal 137. Sejarah Pendidikan Islam di Indonesia. Bandung: Pustaka Setia.

Samsul Nizar, hal 360. Sejarah Pendidikan Islam. Jakarta: Jakarta: Kencana Prenada
Media Group.

Universitas Pendidikan Indonesia, hal 202. Landasan Pendidikan. Bandung.

Direktoral Jendral Pendidikan Islam. http://pendis.kemenag.go.id

Direktoral Jendral Pendidikan Islam. http://pendis.kemenag.go.id

http://tanjungpinangarticle.blogspot.com/2010/06/pendidikan-pada-masa-orde-lama-
dan-orde.html

[24] Zainuddin Maliki, hal, 6. Agama Priyayi, Makna di tangan Elite Penguasa,
Yogyakarta: Pustaka Marwa.

Anda mungkin juga menyukai