Anda di halaman 1dari 27

MAKALAH SEJARAH PENDIDIKAN ISLAM

“PENDIDIKAN ISLAM DI NUSANTARA : KALIMANTAN BARAT


MASA ORDE LAMA (1945-1966)”

Dosen pengampu :

Dr. Erwin, M.Ag

Nopi Purwanti, M.pd

Disusun oleh : Sari murtini (12001308)

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

FAKULTAS TARBIYAH ILMU KEGURUAN

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) PONTIANAK

2021

1
KATA PENGANTAR

‫ــــــــــــــــــم هللاِ ال َّر ْح َم ِن ال َّر ِح ْي ِم‬


ِ ‫س‬
ْ ِ‫ب‬

Alhamdulillah, puji dan syukur tim penulis panjatkan kehadirat Allah Ta’ala. Atas
limpahan rahmat dan karunia-Nya sehingga makalah yang berjudul, “PENDIDIKAN
ISLAM DI NUSANTARA : KALIMANTAN BARAT MASA ORDE LAMA (1945-
1966)” dapat kami selesaikan dengan baik. Penulis berharap makalah ini dapat menambah
pengetahuan dan pengalaman bagi pembaca tentang pelanggaran atau kesalahan apa saja
yang biasa terjadi dalam bahasa keseharian yang bisa kita pelajari. Begitu pula atas limpahan
kesehatan dan kesempatan yang Allah SWT karuniai kepada kami sehingga makalah ini
dapat kami susun melalui beberapa sumber yakni melalui kajian pustaka maupun melalui
media internet.

Pada kesempatan ini, kami mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah
memberikan kami semangat dan motivasi dalam pembuatan tugas makalah ini. Kepada kedua
orang tua kami yang telah memberikan banyak kontribusi bagi kami, dosen pembimbing
kami, Bapak Dr. Erwin, M.Ag ., dan Ibu Nopi Purwanti, M.p.,, dan juga kepada teman-teman
seperjuangan yang membantu kami dalam berbagai hal. Harapan kami, informasi dan materi
yang terdapat dalam makalah ini dapat bermanfaat bagi pembaca. Tiada yang sempurna di
dunia, melainkan Allah SWT. Tuhan Yang Maha Sempurna, karena itu kami memohon kritik
dan saran yang membangun bagi perbaikan makalah kami selanjutnya.

Pontianak, 31 Oktober 2021

2
Penulis

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR..................................................................................2

DAFTAR ISI.................................................................................................3

BAB I PENDAHULUAN

A.Latar Belakang...............................................................................4

B.Rumusan Masalah.........................................................................4

C.Tujuan............................................................................................5

BAB II PEMBAHSAN

A. Peraturan/kebijakan pemerintah orde lama.................................6

B. Lembaga-lembaga pendidikan Islam...........................................7

C. Tokoh-tokoh pendidikan Islam....................................................9

D. Karya pendidikan Islam..............................................................13

E. Praktik penyelenggaraan pelajaran..............................................18

BAB III PENUTUP

A.Kesimpulan.................................................................................24

B.Saran............................................................................................24

DAFTAR PUSTAKA..................................................................................25

3
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Kalimantan merupakan pulau terbesar kedua di Indonesia setelah Papua, Dengan


memiliki penduduk lokal yang biasa disebut dengan Dayak. Penyebaran Suku Dayak
di Kalimantan tersebar di berbagai daerah seperti di Serawak, Malaysia, Kalimantan
Utara, Kalimantan Timur, Kalimantan Selatan, dan Kalimantan Barat dengan
keanekaragaman bahasa dan pola hidup. Dayak Merupakan penduduk asli yang
mendiami pulau Kalimantan. Dahulu kebanyakan Orang Dayak mendiami daerah
pedalaman yang masih memiliki jumlah hutan Yang masih lebat serta di sepanjang
tepi aliran sungai-sungai besar. Dalam Kehidupan mereka, sungai merupakan hal
yang sangat penting untuk menunjang Kebutuhan hidup sehari-hari. Selain itu, sungai
digunakan untuk jalur transportasi Antar satu desa ke desa yang lainnya. Sebagian
besar orang Dayak bekerja sebagai Petani dan berburu.
Penyebaran agama Islam melalui jalur sungai Kapuas dan melalui jalur
Perdagangan internasional, Malaka. Para pedagang dari Arab dan Gujarat Melewati
arus sungai serta masuk dari bagian utara Kalimantan untuk berdagang Dan
menyebarkan agama Islam. Masuk dan menyebarnya agama Islam melalui Jalur
sungai sangat berpengaruh pada waktu itu, karena jalur darat tidak Mendukung untuk
melakukan perjalanan ke daerah pedalaman.

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan data-data di atas, hal-hal yang dapat dikaji adalah
Sebagai berikut:

4
1. Apa peraturan/kebijakan pemerintah orde lama tentang pendidikan Islam
dikalimantan barat ?
2. Bagaimana lembaga-lembaga pendidikan Islam ?
3. Siapa saja tokoh-tokoh pendidikan Islam dikalimantan barat ?
4. Apa saja karya pendidikan Islam dikalimantan barat ?
5. Jelaskan apa saja mengenai praktik penyelenggaraan pembelajaran ?
C. Tujuan

Dengan hadirnya penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apa saja


peraturan/kebijakan pemerintah orde lama pendidikan Islam khususnya di daerah
Kalimantan barat, lalu dapat mengetahui bagaimana lembaga-lembaga dalam
pendidikan Islam.
Siapa saja tokoh-tokoh pendidikan Islam yang terdapat di Kalimantan barat,lalu
menggali informasi tentang apa saja karya pendidikan Islam dikalimantan barat, dan
menjelaskan pula apa saja yang mengenai praktik penyelenggaraan pembelajaran.

5
BAB II

PEMBAHASAN

A.PERATURAN/KEBIJAKAN PEMERINTAH ORDE LAMA

Pendidikan Islam sebagai bagian dari sistem pendidikan nasional mengalami proses yang
panjang, meskipun secara historis pendidikan Islam telah dipraktekkan jauh sebelum
Indonesia Merdeka. Keberadaan pendidikan Islam pada awal kemerdekaan semakin jelas,
karena lembaga-lembaga tersebut telah diakui bahkan dilindungi dan dikembangkan oleh
pemerintah. Undang-undang Dasar 1945, pasal 31 ayat 2 menyatakan “Pemerintah
mengusahakan dan menyelenggarakan satu sistem pengajaran nasional, yang diataur dengan
Undang-undang”. Dengan demikian secara langsung penyelenggaraan pendidikan Islam
merupakan sub sistem pendidikan nasional. Selain itu, berdasarkan rapat Badan Pekerja
Komite Nasional Indonesia Pusat (BPKNIP) tanggal 22 Desember 1945 diantaranya
memutuskan bahwa dalam rangka memajukan pendidikan dan pengajaran di negeri ini,
pendidikan di langgar-langgar dan madrasah-madrasah dianjurkan agar berjalan terus dan
diperpesat. Pernyataan ini, kemudian diikuti dengan keluarnya keputusan BPKNIP yang
menyatakan agar madrasah-madrasah itu mendapatkan perhatian dan bantuan dari
pemerintah.

Perkembangan pendidikan Islam pada masa ini erat-terkait dengan peran Departemen
Agama yang secara intensif memperjuangkan politik pendidikan Islam. Orientasi Departemen
Agama dalam bidang pendidikan Islam berdasarkan aspirasi umat Islam adalah agar
pendidikan agama diajarkan di sekolah-sekolah di samping pengembangan madrasah itu

6
sendiri. Kebijakan pendidikan Islam semakin signifikan sejak Departemen Agama mendapat
tanggungjawab membina dan pengembangan pendidikan agama di lembaga-lembaga
pendidikan. hal yang menjadi pokok persoalan pemikiran pendidikan Islam.

Menurut catatan sejarah, Menteri Pendidikan Pengajaran dan Kebudayaan (PP&K) yang
pertama Ki Hadjar Dewantara menyatakan dengan tegas bahwa pendidikan agama perlu
dijalankan di sekolah-sekolah negeri. Kemudian dalam rapat tertanggal 27 Desember 1945,
Badan Pekerja Komite Nasional Indonesia Pusat (BP-KNIP) mengusulkan kepada
kementrian PP&K (dalam hal ini Ki Hadjar Dewantara sendiri) agar mengusahakan
pembaharuan pendidikan dan pengajaran di Indonesia yang sesuai dengan rencana pokok
usaha pendidikan dan pengajaran, meliputi sepuluh persoalan; termasuk di dalamnya masalah
pengajaran agama, madrasah dan pondok pesantren. Akan tetapi usulan BP-KNIP ini baru
dapat terlaksana pada masa kementrian (PP&K) dipegang oleh MR. Suwandi sekitar tanggal
2 Oktober 1946 sampai dengan 27 Juni 1947. Hal ini disebabkan ketidaksetabilan
pemerintahan yang baru berdiri dan akibat gonta-ganti kabinet. Sebagai usaha pembaharuan
tersebut pemerintah membentuk panitia dan menerbitkan Surat Keputusan Menteri PP&K,
No. 104. Bhg. 0, tertanggal 1 Maret 1946 yang di antara tugasnya terkait dengan pendidikan
agama (Islam) adalah: (a) Hendaknya pelajaran agama diberikan pada semua sekolah dalam
jam pelajaran dan di Sekolah Rakyat (SR) diajarkan mulai kelas IV, (b) Guru agama
disediakan oleh Kementrian Agama dan dibayar oleh Pemerintah, (c) Guru agama harus
mempunyai pengetahuan umum, (d) Pesantren dan madrasah harus dipertinggi mutunya, (e)
Tidak perlu bahasa Arab.

Kemudian pendidikan Islam menemukan eksistensinya ketika Tap MPRS No. 2 tahun
1960 menetapkan bahwa: “Pemberian pelajaran agama pada semua tingkat pendidikan, mulai
dari Sekolah Dasar sampai dengan Perguruan Tinggi Negeri”, di samping pengakuan bahwa
“Pesantren dan Madrasah sebagai lembaga pendidikan yang otonom di bawah pembinaan
Depatemen Agama”.

B.LEMBAGA-LEMBAGA PENDIDIKAN ISLAM

Sesudah Kemerdekaan (Setelah 1945) Era 50-an.

1) Persatuan Madrasah-madrasah Islam Indonesia Pontianak (PERMI)

7
PERMI didirikan pada tahun 1954 di Pontianak maksud dan tujuan didirikannya adalah: 1.
Menyatukan nama madrasah dengan nama yang sederhana yaitu Madrasatul Islam Al-
Ibtidaiyah (S.R.I) dan Madrasatul Islam Tsanawiyah (SMIP); 2. Menyatukan leerpan dan
kitab-kitabnya; 3. Mendirikan satu ikatan sebagai federasi, rencana namanya ialah Persatuan
Madrasah Islam Indonesia (PERMI).

Mata pelajaran dari madrasah-madrasah itu terdiri dari ilmu Agama, bahasa Arab dan
pengetahuan umum. Pengetahuan umum sekurang-kurangnya 30%. Kitab Agama dan bahasa
Arab yang dipakai ialah keluaran Sumatera (seperti karangan Ustadz Mahmud Yunus dan
lain-lain), Mesir dan Jawa. Kitaab-kitab umum dipakailah kitab-kitab yang diajarkan di SR
dan SMP (Mahmud Yunus 2008:384).

2) Madrasah Diniyah Ismail Mundu (Telok Pakedai)

Madrasah ini didirikan pada tahun 1955, oleh H. Ismail Mundu bin Daeng Karim keturunan
Raja Sul-Sel yang dilahirkan pada tahun 1287 H/1870M. Beliau adalah seorang guru besar
dan mufti Telok Pakedai. Madrasah Diniyah Ismail Mundu ini didirikan untuk memberikan
pendidikan agama yang terpusat pada anak-anak dengan tujuan untuk menanamkan nilai-nilai
agama Islam serta dapat memahami ajaran Islam sejak dini, karena pendidikan yang
dilakukan di Masjid Batu hanya hanya untuk orang dewasa dan orang tua saja. Madrasah ini
terletak kurang lebih 3 km dari Masjid Batu sebagai pusat pendidikan pertama, yang didirikan
Ismail Mundu. Di bangunan ini terdapat dua ruangan untuk penyelenggaraan pendidikan.
Dan sekarang terletak dijalan Ismail Mundu kecamatan Telok Pakedai kabupaten Pontianak.
Adapun pendidikan yang diselenggarakan pada Madrasah Diniyah Ismail Mundu ini adalah;
Baca Tulis Al-Qur’an, Bahasa Arab, Aqidah Akhlak, Ibadah dan Fiqih. Pendidikan di
Madrasah ini bersifat non formal dimana pada lembaga pendidikan ini tidak berdasarkan
kurikulum yang berlaku, hanya berdasarkan program pembelajaran yang di susun bersama
para tenaga pengajar, berdasarkan tujuan pendidikan yang hanya memberikan pendidikan
agama terhadap anak-anak. Pada awal pendidikan tenaga pengajar hanya bersifat suka rela,
dan murid yang masuk tidak dipungut biaya. Ismail Mundu sebagai pendiri dan pengajar
hanya 2 tahun mengabdikan dirinya karena pada tahun 1957 beliau meninggal, kemudian
diteruskan oleh teman-temannya.

3). Badan Wakaf Al-Madrasah Al-Arabiyah Islamiyah (BAWAMAI) Pontianak

8
BAWAMAI dibentuk pada hari Kamis,10 Oktober 1957. Tokoh pendirinya antara lain Bapak
Ali bin Ahmad Badjandoh sebagai ketua, Alabid bin Saleh Sjeban sebagai wakil ketua
merangkap bedahara II. Dja’far bin Ahmad Sjeban sebagai penulisI, Syarief Effendie
Barakbah sebagai penulis II, Isa Attamimi sebagai bendahara I, dan Abdullah bin Abu Bakar
sebagai pembantu. BAWAMAI didirikan karena adanya keinginan dan tujuan para jamaah
arab/Ulama yang berdomisili di kota Pontianak untuk mengembangkan pendidikan Islam.
Pada Oktober 1957 BAWAMAI mendirikan Madrasah Ibtidaiyah Swasta. Pada tanggal 30
Juni 1968 pendidikan Madrasah Swasta BAWAMAI diserahkan kepada Departemen Agama
Provinsi Kal-Bar untuk dinegerikan. Kemudian pada tanggal 26 Mei 1970 melalui keputusan
Menteri Agama RI Nomor 85 Madrasah Ibtidaiyah Swasta BAWAMAI ditetapkan menjadi
MIN Teladan. Pada tanggal 16 Juli 2011 pengurus BAWAMAI ingin mengembangkan
lembaga pendidikan yang berkualitas, maka pada tahap berikutnya akan dibuka lembaga
pendidikan lanjutannya, seperti TK Al-Qur’an, MTs, SMU, SMK, dan perguruan Tinggi
Islam (Universitas Islam Bawamai) serta Islamic Center Kal-Bar.

4) Lembaga Pendidikan SLTP 1 Muhammadiyah Pontianak

Organisasi Muhammadiyah telah mendirikan lembaga pendidikannya sejak tahun 1959.


Dalam perkembangannya Muhammadiyah terus mengalami kemajuan dalam memberikan
pendidikan kepada masyarakat umum. Muhammadiyah telah banyak mengembangkan
sekolah/madrasah dengan berbagai jenis dan jenjang seperti;Diniyah, TPA, TK, SD, SLTP 1,
SMU 1 sampai dengan Perguruan Tinggi Muhammadiyah. Disini kami akan membahas
tentang SLTP 1 Muhammadiyah Pontianak yang telah berdiri tepatnya 52 tahun yang lalu
pada tahun 1959 dan merupakan salah satu sekolah proyek (sekolah percontohan
dilingkungan Muhammadiyah) yang dibina langsung oleh Majelis Pendidikan Dasar dan
Menengah Pimpinan Wilayah Muhammadiyah Kal-Bar.

Kegiatan belajar mengajar dilaksanakan pada pagi hari 06.45-12.45. setiap mengawali dan
mengakhiri pelajaran siswa dibimbing untuk membaca Al-Qur’an dan melaksanakan Shalat
Zuhur bersama di Mushola. Di SLTP Muhammadiyah ini juga dilengkapi dengan fasilitas;
Laboratorium IPA/ elektronika dengan fasilitas yang memadai, Mushalla, Perpustakaan, Lab.
Komputer, Band milik sekolah untuk menyalurkan bakat seni, Lapangan dan sarana olahraga
lainnya. Adapun jumlah tenaga pengajar di SLTP 1 Muhammadiyah Pontianak saat ini adalah
27 orang, yang terdiri dari 4 orang guru persyarikatan, 8 orang guru yang dipekerjakan, dan

9
15 orang guru honor. Untuk pembinaan minat dan bakat siswa, SLTP ini melaksanakan
program ko dan ekstrakulikuler diantaranya kegiatan kepramukaan Gudep 04019.

C.TOKOH-TOKOH PENDIDIKAN ISLAM DIKALIMANTAN BARAT

Apabila kita meneliti sejarah para Ulama Nusantara yang ada di Indonesia pada umumnya
dan yang ada di propinsi Kalimantan Barat pada Khususnya dan tepatnya di Kubu Raya,
maka akan kita temukan nama yang Sampai saat ini masih harum dan terhormat jasanya.
Syekh H. Ismail Mundu. Penghormatan tersebut diperoleh karena mereka memiliki
kepribadian yang Mulia dan keilmuan yang tinggi, khususnya di bidang Agama Islam. Dalam
Penelitian ini, akan terfokus pada Haji Ismail Mundu, dimana beliau Menyebarkan agama
Islam di sekitar Kubu Raya (kerajaan Kubu) dan Pontianak. Beliau tuan guru dari pada tokoh
agama yang berpengaruh di sekitar Kubu Raya dan Pontianak.

1.Haji Ismail bin Abdul Karim: Tokoh Pemikir Islam di Kubu Raya dan Mufti
Kerajaan Kubu Kalimantan Barat

Seorang mufti kerajaan Kubu Kalimantan Barat, ulama yang sangat terkenal sering
disebut-sebut ulama Bugis, beliau salah satu ulama yang Menjadi mufti dikerajaan Kubu
yang bukan dari keturunan Syeh, menulis Beberapa kitab amalan zikir tauhid salah satu
kitabnya yang terkenal adalah Kitab Babun Nikah yang diterbitkan di Singapur, menjadi
salah satu kitab Rujukan hukum nikah diIndonesia. Meninggal pada tahun 1957 di makamkan
diKecamatan Telok Pakedai Kabupaten Kubu Raya, dikenal dengan makam mesjid Batu,
makamnya sering dikunjungi oleh masyarakat. Pengunjung yang datang dari kalangan
muslim maupun non muslim yang sangat menghormati beliau.

Daftar Karya Produktif Haji Ismail bin Abdul Karim :

1).Risalah Jadwal Nikah

2).Kitab Mukhtasarul Manan

3).Tafsir Terjemah Bugis

4).Majmu’ al-Mirats fi Hukmi al-Faraidh

10
2.H.M. Basyuni Imran: Tokoh Pemikir Islam dari Sambas Kalimantan Barat

Warna Keislaman Kalimantan Barat, khususnya Sambas, lebih dikenal sebagai Islam
dalam warna tarekat di bawah pengaruh kharisma tokoh besar Ahmad Khatib As-Sambasi
(lahir, 1803), seorang pemimpin tarekat Qadiriyah Naqsabandiyah yang pengaruhnya banyak
disebut-sebut meliputi Islam di Wilayah Asean. Sebelumnya pengaruh tasawuf di Kalimantan
Barat telah Disemaikan oleh Syaikh Abdul Jalil al-Fatani yang dimakamkan di daerah
Lumbang, Sambas.Pengaruh kental tasawuf di Kalimantan Barat, di waktu berikutnya Mulai
tergeser dengan paham pembaharuan Islam yang justru dipelopori dari Tanah kelahiran
Ahmad Khattib, yaitu di Sambas. Gerakan itu diawali oleh Sosok dari Maharaja Imam Masjid
Kraton Sambas, yaitu Muhammad Baisuni Imran. M. Baisuni Imran lahir pada tahun 1885
bertepatan dengan saat Pembangunan Masjid Kraton Sambas yang dilakukan oleh Sultan
Shafiudin II. Baisuni Imran saat muda sempat belajar ke Timur Tengah (1901-1906) dan
Berkenalan dengan pemikiran Jamaludin al-Afgani, Muhammad Abduh dan Rashid Ridho.
Dia termasuk pengagum dari gagasan mereka. Pada tahun 1909, Baisuni Imran belajar ke Al-
Azhar mesir. Menurut Pijper, bahkan Baisuni Imran sempat diajar oleh Rashid Ridho.

Karya Produktif H.M. Basyuni Imran :

1.Tarjamah Durus al-Tarikh Syariat.

2. Bidayah al-Tawhid fi al-Tawhid

3. Risalah Cahaya Suluh

4.Zikr al-Maulid al-Nabawi

5.Tadzkir

6.Khulashah Sirah al-Muhammadiyyah

7.Nur al-Siraj fi Qissat al-Isra’ wa al-Mi’raj

8.Al-Janaiz

9.Irsyad al-Gilman fi Adab Tilawat al-Quran

10. Durus al-Tawhid

11.Daw’ al-Misbah fi Fakh al-Nikah

12.Al-Nusus wa al-Barahin ‘ala Iqamat al-Jum’ah bimad al-Arba’in

11
13.Husn al-Jawab ‘an Isbat al-Ahlillah bi al-Hisab

14.Manhal al-Gharibin fi Iqamat al-Jumu’ah bi dun al-‘Arba’in

15.Al-Tazkirat Badi’ah fi Ahkam al-Jum’ah

3.Ngah Dolah: Tokoh Pemikir Islam dari Kota Singkawang Kalimantan Barat

Dijelaskan oleh Pabali, bahwa pengaruh Islam di Kerajaan Sambas, mulai meningkat
setelah masuknya Raden Sulaiman dalam Struktur pemerintahan Hindu Sambas dan bisa
dikatakan sebagai awal terintegrasinya nilai-nilai Islam ke dalam sistem sosial dan politik
yang Memungkinkan perkembangan Islam berlansung semakin efektif dan Pengaruhnya
semakin mendalam serta membesar pada tata kehidupanMasyarakat terutama setelah adanya
rute yang mempermudah prosesIslamisasi pada abad ke-17.24 Kajian ini sebetulnya masih
terbatas pada proses islamisasi masa Awal di Sambas, yang kemudian berimbas kepada
menyebarnya Agama Islam ke berbagai daerah kekuasaan kerajaan Sambas, salah satu yang
Kena imbas dari penyebaran Islam adalah Singkawang. Meskipun Demikian hasil kajian
diharapan bisa memberikan gambaran informasi Tentang islamisasi di Singkawang yang
belum banyak mendapat perhatian Para sejarawan. Selain itu, kajian sejarah lokal
Singkawang dan tokoh Ulama yang selalu menyebarkan dakwah terutama terkait Islamisasi
ini, Diharapkan memberikan inspirasi bagi sejarawan lain untuk mengkaji Islamisasi pada
periode-periode berikutnya utamanya di Singkawang.

Karya Produktif Datok Ngah Dolah

Walaupun Ngah Dolah termasuk ulama yang tidak begitu Dikenal, namun nama beliau
sangat dikenang disebabkan karena beliau Memiliki karya tulis. Ada dua karya beliau yang
disimpan di rumah Kediaman putrinya Hj. Mahpujah Setapuk Besar Hulu, Singkawang
Utara. Dalam perpustakaan pribadinya, ada satu karya tulis Ngah Dolah, yang tertulis judul
buku di kulitnya adalah “Catatan Pribadi Datok Ngah Dolah”. Di rumah Anaknya ini masih
ada tulisan tangan Asli Datok Ngah Dolah dan ada juga yang sudah dicetak.

4.KH. Fathul Bari: Tokoh Pemikir Islam dari Mempawah, Penyebar

Thariqat Naqsyabandiyah Muzhariyah Pertama di Kalimantan Barat

12
Seorang pejuang perintis pendidikan pesantren di kalimantan barat Dan salah seorang
mursyid thareqat naqsyabandi mudzhariyah. Beliau Berasal dari sampang madura dan
meninggal dunia di kalimantan Dimakamkan di desa Peniraman kecamatan sui pinyuh
kabupaten Mempawah. Beliau perintis madrasah dan pondok pesantren Raudhatul Ulum
yang berpusat di Meranti desa puguk kec sungai Ambawang bersama H. Abdul karim dan
ulama dari malang jawa timur.

5.Habib Muksin Alhinduan: Tokoh Pemikir Islam di Singkawang

Seorang Mursyid Tharekat Naksabandiyah wafat di Pontianak dan Dimakamkan di


Sumenep Madura yang kini diteruskan oleh anaknya yang Bernama Habib Amin Alhinduan,
pengasuh pondok pesantren makarim el Akhlaq di Kota Singkawang, mempunyai ribuan
murid yang tersebar di Kalimantan Barat.

6.KH. Muhammad Hasyim Dahlan, S.Pd.I: Tokoh Pemikir Islam dari Kubu Raya

Muhammad Hasyim Dahlan adalah putra pertama dari pasangan H. Shodiqun dan Hj.
Kusminah. Hasyim Dahlan lahir diKota Demak pada tanggal 14 April tahun 1955. Wafat
pada tanggal 16 Januari 2017. Beliau adalah anak pertama dari tujuh bersaudara. Saat usia
perjalanan dakwahnya di Kalimantan Barat baru berumur satu tahun, oleh Ustadz Habib
Ridho dinikahkan dengan anak dari murid yang bernama H Yusuf Mannek dengan putrinya
yang cantik nan jelita Nor Azizah. Dari pernikahannya ini, beliau memiliki lima anak,dua
anak laki-laki dan tiga putri. Dan beliau memiliki lima orang cucu.Semenjak masih anak-
anak beliau hidup tumbuh besar bersama kedua orang tuanya. Sedari kecil memang sudah
hidup mandiri. Merantau ke Kalimantan Barat pun sudah menjadi bagian dari hidup
mandirinya yang jauh dari sanak saudara dan orang tua.

Karya Tulis KH. Muhammad Hasyim Dahlan, S.Pd.I

1).Fiqh Ibadah

2).Kumpulan doa

3).Terjemah al-Minhajul al-Qawim

13
D.KARYA TENTANG PENDIDIKAN ISLAM

Memberi tumpuan kepada ulama dan karya-karya dari Ketapang dan Mempawah yang
juga termasuk dalam daerah Kalimantan Barat. Dimulakan dengan dua ulama yang berasal
dari Mekah yang datang menyebarkan Islam di Ketapang iaitu Imam Qari Jamal dan Syeikh
Syamsuddin.

1. Ulama Ketapang dan pengkaryaannya

Pada zaman dulu berdirinya sebuah kerajaan yang dinamakan Kerajaan Sukudana, yang
sekarang disebut Kabupaten Ketapang. Selanjutnya di sana pula letaknya Kerajaan Matan.
Ketika masih bernama Kerajaan Sukudana, kerajaan itu sangat terkenal. Pengembangan Islam
diriwayatkan dalam beberapa tulisan klasik Melayu, di antaranya dalam satu manuskrip
dinyatakan sebagai berikut, “Dan sampailah ke negeri Mekah dan Madinah. Maka Raja
Mekah pun (mengirim) sebuah kapal ke negeri Sukudana serta membawa persalinan pakaian
yang indah-indah. Serta membawa sahmurah dan Quran dan baju azimat satu serta dengan
nama Sulthan Muhammad Shafiyuddin. Ada pun yang disuruh oleh Raja Mekah menjadi
utusan ke Sukudana itu Imam Qari Jamal dan Syeikh Syamsuddin. Setelah datang utusan itu
maka dipersalin dengan sepertinya. Maka surat dari Mekah itu pun dibaca, maka
berhimpunlah sekalian rakyat Sukudana dan segala (daerah) seperti Kota Ringin, Jali
Kendewangan, Pesaguan, Biyak Keriyu, Semandang Kawalan, Landak, Mempawah, Sambas,
Tembelan, dan Subi, Serasan, Bunguran sekalian itu ke Sukudana di pasiban agung hingga
sampai ke alun-alun.

Sejak kedatangan Imam Qari Jamal dan Syeikh Syamsuddin dari Mekah itu secara
berkesinambungan di Kerajaan Sukudana, agama Islam terus berkembang dan melahirkan
beberapa orang ulama dan cendekiawan. Bahkan ada pendapat mengatakan, kedatangan
Syeikh Syamsuddin ke Sukudana itu adalah merupakan titik awal penyebaran Islam di
seluruh Kalimantan/Borneo.

Menjelang kemerdekaan Indonesia hingga 1980-an, di antara ulama yang berasal dari daerah
tersebut yang terkenal ialah Haji Ali Utsman Ketapang yang pernah menjadi Rektor
Universitas Islam Bandung (UNISBA). Haji Ali Utsman mendapat pendidikan Darul
‘Ulumid Diniyah di Mekah. Sewaktu belajar di sana, beliau bersahabat dengan ulama besar
terkenal iaitu Syeikh Yasin Padang. Ulama yang berasal dari Ketapang ini adalah seorang
hafiz al-Quran. Kemampuannya menghafaz tiga puluh juzuk al-Quran hanya mengambil
masa enam bulan sahaja. Dalam waktu yang demikian singkat, beliau juga menghafal

14
pelajaran-pelajaran lain. Riwayat ini mencerminkan kecergasan beliau dan termasuk sesuatu
yang luar biasa.

Sewaktu Haji Ali Utsman tinggal di Pontianak, beliau berhasil mendirikan Madrasah
Raudhatul Islamiyah yang merupakan sebuah sekolah agama yang terkenal di Pontianak.
Sekolah tersebut berjaya melahirkan tokoh-tokoh, baik di bidang agama, mahupun
cendekiawan pelbagai bidang lain.

Beliau juga sempat menghasilkan beberapa buah karangan, di antaranya ialah Pemimpin
Kepada al-Lughatul ‘Arabiyah , yang diselesaikan di Ketapang, Kalimantan Barat, pada 19
Zulkaedah 1369 H/2 September 1950 M. Kandungannya mengenai bimbingan untuk
mengetahui bahasa Arab termasuk ulasan ringkas mengenai nahu dan sharafnya. Dicetak oleh
Percetakan Qalam, 356 Geylang Road, Singapura.

Dari Ketapang pula muncul Dr. Hamzah Haz yang pernah memegang peranan sebagai
wakil Presiden Republik Indonesia.

2. Para ulama Mempawah dan pengkaryaannya

Menurut riwayat, sewaktu Upu Daeng Menambon secara rasmi telah menjadi Raja
Mempawah beragama Islam yang pertama, beliau telah menyusun riwayat tentang
perhubungan Bugis dan Melayu yang ditulis dalam bahasa Bugis.

Tulisan beliau telah diterjemah daripada bahasa Bugis ke bahasa Melayu oleh putera beliau
bernama Gusti Jamiril. Berdasarkan terjemahan itulah yang dimanfaatkan oleh Raja Haji
Ahmad bin Raja Haji dan puteranya, Raja Ali Haji sehingga tersusun kitab Salasilah Bugis
dan Melayu yang terkenal.

Di Mempawah pula telah dijumpai beberapa manuskrip yang membicarakan perkara yang
sama. Ia juga dipercayai bersumberkan terjemahan Gusti Jamiril itu. Diantaranya antaranya
ialah; Salasilah Keturunan Raja-Raja Negeri Mempawah Yang Termasuk Keturunan Raja-
Raja Tanah Jawa, Sukudana, Matan, Sampang dan Sebelah Kapuas, yang diselesaikan pada
21 Syaaban 1288 H. Kandungan menceritakan asal-usul raja-raja Melayu terutama

15
Kalimantan dan Riau. Manuskrip diperoleh di Pontianak, pada 29 Muharam 1423 H/12 April
2002 M.

Selanjutnya di antara nama-nama ulama atau tokoh serta karya-karya yang berasal dari
Mempawah disenaraikan sebagai yang berikut di bawah ini:

• Muhammad Ali Al-Buqisi.

Karya tokoh ini ditemui dua judul, ialah:

1.Salasilah Asal Raja-Raja Mempawah, Dan Pontianak, Dan Matan, Dan Sambas, Dan Riau,
Dan Selangor, Dan Yang Termasuk Jadi Kerabat, diselesaikan di Mempawah, 2 Januari 1882
M. Kandungan menceritakan asal-usul raja-raja Melayu yang berasal dari negeri Bugis.

2.Risalah Tauhid, Isnin, 8 Syaaban 1288 H. Kandungan pelajaran akidah Ahlis sunnah wal
Jamaah. Manuskrip mengenai ini bekas dimiliki oleh Syeikh Mahmud Muhammad Syarwani.
Pada lembaran terakhir tercatat, “Yang punya buku ini Syeikh Mahmud Muhammad
Syarwani”.

• Umar Ibnu Uu’ Maju’ Mempawah.

Penulisan mengenai Thariqat Syaziliyah pula pernah dilakukan oleh ulama yang berasal
dari Mempawah ini, beliau ialah Umar ibnu Uu’ Maju’ yang menghasilkan karya berjudul
Salasilah dan Amalan Thariqat Syaziliyah, tanpa dinyatakan tarikh. Kandungan
membicarakan salasilah dan cara-cara mengamalkan Thariqat Syaziliyah. Diperoleh di
persekitaran Kesultanan Pontianak, Kalimantan Barat. Catatan dan penilaian bahawa
manuskrip / naskhah tersebut adalah nadir atau langka, kerana belum banyak manuskrip
mengenai Thariqat Syaziliyah yang ditulis dalam bahasa Melayu. Bahawa beliau mengaku
sebagai murid Syeikh Ali bin Abdur Rasyid al-Jawi as-Sumbawi yang berasal dari Sumbawa
tersebut adalah seorang ulama besar yang terkenal, hidup sezaman dengan Syeikh Daud bin
Abdullah al-Fathani

• Ali bin Sulaiman, Kampung Kuala Mempawah.

Ramai memperkatakan bahawa di Kuala Secapah/ Kuala Mempawah sekitar 100 tahun
yang lalu, hidup seorang ulama besar yang dianggap mempunyai keramat. Ulama itu berasal
dari Kedah, beliau adalah Haji Muhammad Yasin Kedah. Sehubungan itu dalam sebuah
rumah besar tersimpan kitab-kitab peninggalan ulama besar Kedah itu. Pertama kali penulis
memijak kaki di Kuala Secapah, Mempawah pada 1969 M dan pernah menginap di rumah

16
besar tersebut. Semalaman hingga Subuh memeriksa kitab-kitab yang sangat banyak. Setelah
masuk tahun 2000 M, berkali-kali kitab itu diserahkan kepada penulis, maka barulah penulis
dapat membuat penelitian yang lebih sempurna dan teliti.Ternyata kitab yang tersimpan
dalam rumah besar tersebut sebahagian besarnya adalah milik dan karangan Ali bin
Sulaiman, bukan Haji Muhammad Yasin Kedah. Masih sukar dipastikan hubungan antara Ali
bin Sulaiman dengan Haji Muhammad Yasin Kedah.Di antara karya Ali bin Sulaiman yang
dapat diperkenalkan di sini ialah:1. Ilmu Aqidah, diselesaikan hari Ahad, jam 10, bulan
Jumadil Akhir 1298 H. Kandungan membicarakan akidah menurut Mazhab Ahlis Sunnah wal
Jamaah. Dalam manuskrip ini juga disebut Salasilah Thariqat Naqsyabandiyah.2. Kumpulan
Doa Mustajab, tanpa dinyatakan tarikh. Kandungan membicarakan berbagai-bagai doa
mustajab atau hikmat yang terdiri daripada Doa Mustajab, Syarah Doa Nabi Allah Yusuf,
Isim Empat Puluh, dan lain-lain. Salah satu amalan untuk ketahanan badan zahir dan batin
diterimanya daripada Tuan Syeikh Khalifah Syihabuddin bin Syeikh Muhammad Arsyad al-
Banjari. 3. Ilmu Perubatan, tanpa dinyatakan tarikh. Kandungan membicarakan berjenis-jenis
wafaq dan perubatan. Ketiga-tiga manuskrip di atas diperoleh di Kampung Kuala Secapah,
Mempawah, di rumah pemilik dan penulisnya.

• Haji Sulaiman bin Abdul Mannan di Terudukan.

Nama lengkap Haji Sulaiman Intan bin Nakhoda Ahmad bin Adullah (Dato’ Bendahara).
Catatan pada satu halaman dalam Salasilah keluarga besar ini oleh Abdul Wahhab bin Haji
Abdur Rahman. Dinyatakan bahawa Haji Sulaiman bin Abdul Mannan lahir pada malam
Khamis, 12 Rabiulawal 1243 H. Pada 27 Syaaban 1266 H dinikahkan oleh Haji Abdul Qadir
dengan anaknya bernama Hajah Maimunah di Mekah. Haji Sulaiman bin Abdul Mannan
meninggal dunia pada hari Rabu, jam 2.00 tengah hari di Kampung Terudukan, di
Mempawah . pada 12 Zulkaedah 1317 H. Walaupun penulis tinggal lama di Mempawah,
nama Kampung Terudukan hanya penulis ketahui melalui riwayat ini.Kemungkinan nama
kampung itu telah berubah sehingga tidak diketahui oleh generasi kini. Berdasarkan beberapa
karyanya, dapat dipastikan bahawa Haji Sulaiman adalah seorang ulama. Di antara karyanya
yang telah ditemui ialah Sullamush Shu’ud ila Hadhrati Zainil Wujud. Kitab tersebut
diselesaikan pada malam Jumaat, 27 Jumadilakhir 1298 H. Ia dibesarkan terdapat pelbagai
doa, di antaranya Doa Nur Muhammad, Selawat atas Nabi SAW. Pada halaman yang lain,
terdapat pelajaran mengerjakan sembahyang tarawih.Sesudah memperkenalkan Istighfar
Abdullah Syatari, terdapat catatan, “Tammat al-kalam kepada tiga likur hari bulan
Jumadilakhir, hari Selasa, waktu jam dua siang serta tarikh kepada tahun Dal akhir sanah

17
1298”. Sesudah itu dilanjutkan lagi dengan doa pelias, yang diteruskan dengan hijab-hijab.
Terakhir sekali dibicarakan tatacara membaca Yasin. Dinyatakan mengenai ijazahnya, “Maka
sekarang hamba Haji Sulaiman bin Abdul Mannan ijazahnya kepada Tuan Haji Muhammad
Nur, dan Tuan Haji Muhammad Nur ijazahkan Ali bin Sulaiman di Kuala Mempawah.
Hamba, Haji Sulaiman mengambil daripada guru yang mukarramm, iaitu Encik Sunang
Banjari, dia mengambil daripada Pangeran Abdul Qadir, dia mengambil daripada bapanya,
iaitu Pangeran Haji Musa, dia mengambil daripada Syeikh yang mukarram di Mekah al-
Musyarrafah, iaitu Saiyiduna wa Syaikhuna Saiyid Muhammad Shalih Rais Mufti
Syafi’ie…”. Manuskrip diperoleh di Kampung Kuala Secapah, Mempawah, di rumah
pemiliknya, Ali bin Sulaiman Mempawah.

• Abdur Rasyid bin Hasan al-Mampawi.

Ulama yang berasal dari Mempawah ini bernama Abdur Rasyid bin Hasan, penyusun
risalah Ikhtisharul Mubtadi fi Ahkamit Tajwid, yang diselesaikan hari Selasa, 15 Zulkaedah
1353 H. Kandungan membicarakan ilmu tajwid. Cetakan yang pertama dicetak oleh
Mathba’ah al-Masawi, 14 Ulu Palembang.

• Muhammad Bakran bin Haji Muhammad Yasin, Sungai Bundung, Kecamatan Sungai
Kunyit, Kabupaten Pontianak, Kalimantan Barat.

Penulis mempunyai kesan tersendiri terhadap Kampung Sungai Bundung. Pada 1974,
pertama sekali penulis mendirikan pondok-pesantren Al-Fathaanah bersama Munzir Kitang
murid Tuan Guru Haji Abdur Rahman bin Husein Kelantan (murid Tok Kenali juga
merupakan mufti yang terakhir di kerajaan Mempawah). Seorang ulama yang berasal dari
Kuching, Sarawak bernama Haji Muhammad Shalih kuburnya juga di Sungai Bundung, dan
isterinya yang lain ialah ibu saudara kepada Ustaz Haji Abdur Rani Mahmud, seorang ulama
Pontianak yang pernah sebagai Ketua Majlis Ulama Propinsi Kalimantan Barat. Tanpa
penulis duga bahawa Muhammad Bakran bin Haji Muhammad Yasin, yang riwayat hidupnya
belum jelas, pernah menghasilkan karya Tajwid, tanpa dinyatakan tarikh, di Sungai Bundung.
Manuskrip diperoleh di Pontianak pada 29 Muharam 1423 H/12 April 2002 M di persekitaran
Keraton Qadriyah (Istana Kesultanan Pontianak).

E.PRAKTIK PENYELENGGARAAN PEMBELAJARAN

18
Berdasarkan tujuan tersebut pada masa Orde Lama banyak dikeluarkannya kebijakan-
kebijakan di dalam bidang pendidikan yang digunakan untuk merencanakan dan mengatur
pendidikan. Pasca kemerdekaan pendidikan Indonesia berlandaskan pada Pancasila dan UUD
1945, salah satunya terdapat pada pasal 31 UUD 1945 telah mengatur mengenai sistem
pendidikan nasional. Tahun-tahun selanjutnya ditetapkan juga tentang pendidikan nasional
yang diatur dalam UU No. 4/1950 yang kemudian disempurnakan (jo) menjadi UU No.
12/1954 tentang dasar-dasar pendidikan dan pengajaran di sekolah. Pada 1961 diatur UU No.
22/1961 tentang Pendidikan Tinggi, dilanjutkan dengan UU No.14/1965 tentang Majelis
Pendidikan Nasional, dan UU No. 19/1965 tentang Pokok-Pokok Sitem Pendidikan Nasional
Pancasila.

1.Tujuan pendidikan

Secara umum pendidikan orde lama sebagai wujud interpretasi pasca kemerdekaan di
bawah kendali kekuasaan Soekarno cukup memberikan ruang bebas terhadap pendidikan.
Pemerintahan yang berasaskan sosialisme menjadi rujukan dasar bagaimana pendidikan akan
dibentuk dan dijalankan demi pembangunan dan kemajuan bangsa Indonesia di masa
mendatang. Pada prinsipnya konsep sosialisme dalam pendidikan memberikan dasar bahwa
pendidikan merupakan hak semua kelompok masyarakat tanpa memandang kelas sosial. Pada
masa ini Indonesia mampu mengekspor guru ke negara tetangga, dan banyak generasi muda
yang disekolahkan di luar negeri dengan tujuan agar mereka kelak dapat kembali ke tanah air
untuk mengaplikasikan ilmu yang telah mereka dapat. Tidak ada halangan ekonomis yang
merintangi seseorang untuk belajar di sekolah, karena diskriminasi dianggap sebagai tindakan
kolonialisme. Pada saat inilah merupakan suatu era di mana setiap orang merasa bahwa
dirinya sejajar dengan yang lain, serta setiap orang memiliki hak untuk mendapatkan
pendidikan.

Orde lama berusaha membangun masyarakat sipil yang kuat, yang berdiri di atas demokrasi,
kesamaan hak dan kewajiban antara sesama warga negara, termasuk dalam bidang
pendidikan. Sesungguhnya, inilah amanat UUD 1945 yang menyebutkan salah satu cita-cita
pembangunan nasional adalah mencerdaskan kehidupan bangsa. Banyak pemikir-pemikir
yang lahir pada masa itu, sebab ruang kebebasan betul-betul dibuka dan tidak ada yang
mendikte peserta didik. Tidak ada nuansa kepentingan politik sektoral tertentu untuk
menjadikan pendidikan sebagai alat negara maupun kaum dominan pemerintah. Seokarno
pernah berkata:

19
“…sungguh alangkah hebatnya kalau tiap-tiap guru di perguruan taman siswa itu satu persatu
adalah Rasul Kebangunan! Hanya guru yang dadanya penuh dengan jiwa kebangunan dapat
‘menurunkan’ kebangunan ke dalam jiwa sang anak,” Dari perkataan Soekarno itu sangatlah
jelas bahwa pemerintahan orde lama menaruh perhatian serius yang sangat tinggi untuk
memajukan bangsanya melalui pendidikan.

Di bawah menteri pendidikan Ki Hadjar Dewantara dikembangkan pendidikan dengan


sistem “among” berdasarkan asas-asas kemerdekaan, kodrat alam, kebudayaan, kebangsaan,
dan kemanuasiaan yang dikenal sebagai “Panca Dharma Taman Siswa” dan semboyan “ing
ngarso sung tulodho, ing madyo mangun karso, tut wuri handayani” pada 1950 diundangkan
pertama kali peraturan pendidikan nasional yaitu UU No. 4/1950 yang kemudian
disempurnakan (jo) menjadi UU No. 12/1954 tentang dasar-dasar pendidikan dan pengajaran
di sekolah. Pada 1961 diundangkan UU No. 22/1961 tentang Pendidikan Tinggi, dilanjutkan
dengan UU No.14/1965 tentang Majelis Pendidikan Nasional, dan UU No. 19/1965 tentang
Pokok-Pokok Sitem Pendidikan Nasional Pancasila. Pada masa akhir pendidikan Presiden
Soekarno, 90 % bangsa Indonesia berpendidikan SD.

2.kurikulum

Rentang Tahun 1945-1968

Orientasi Rencana Pelajaran 1947 tidak menekankan pada pendidikan pikiran. Yang
diutamakan adalah: pendidikan watak, kesadaran bernegara dan bermasyarakat.Pada masa
tersebut siswa lebih diarahkan bagaimana cara bersosialisasi dengan masyarakat. Proses
pendidikan sangat kental dengan kehidupan sehari-hari. Aspek afektif dan psikomotorik lebih
ditekankan dengan pengadaan pelajaran kesenian dan pendidikan jasmani. Oleh karena itu,
yang lebih penting adalah bagaimana menumbuhkan kesadaran bela negara.

Kurikulum ini lebih merinci setiap mata pelajaran yang disebut “Rencana Pelajaran Terurai
1952”. Silabus mata pelajarannya jelas sekali, dan seorang guru mengajar satu mata
pelajaran. Pada masa ini memang kebutuhan peserta didik akan ilmu pengetahuan lebih
diperhatikan, dan satuan mata pelajaran lebih dirincikan. Namun, dalam kurikulum ini siswa
masih diposisikan sebagai objek karena guru menjadi subjek sentral dalam pentransferan
ilmu pengetahuan. Guru yang menentukan apa saja yang akan diperoleh siswa di kelas, dan
guru pula yang menentukan standar-standar keberhasilan siswa dalam proses pendidikan.

Kurikulum 1964

20
Fokus kurikulum 1964 adalah pada pengembangan daya cipta, rasa, karsa, karya, dan moral
(Panca wardhana). Mata pelajaran diklasifikasikan dalam lima kelompok bidang studi: moral,
kecerdasan, emosional/artistik, keterampilan, dan jasmaniah. Pendidikan dasar lebih
menekankan pada pengetahuan dan kegiatan fungsional praktis. Pada kurikulum 1964 ini,
arah pendidikan mulai merambah lingkup praksis. Dalam pengertian bahwa setiap pelajaran
yang diajarkan disekolah dapat berkorelasi positif dengan fungsional praksis siswa dalam
masyarakat.

3.metode

Ada awal kemerdekaan tepatnya pada tanggal 17 Agustus 1945 pembelajaran di sekolah-
sekolah lebih ditekankan pada semangat nasionalisme dan membela tanah air menurut Tim
Uny ( Fadli & Kumalasari, 2019). Proklamasi merupakan peristiwa yang luar biasa dimana
hal ini membuat bangsa ini tidak dijajah lagi dan menimbulkan hidup baru dibidang apa saja
salah satunya pada bidang pendidikan, perlu mencoba untuk mengubah sistem pendidikan
yang dimana sesuai dengan suasana baru menurut Ahmadi ( Fadli & Kumalasari,
2019). Oleh karena itu ada usaha perencanaan pada pendidikan serta pengajaran yang
sudah dipersiapkan di hari-hari terakhir penjajahan Jepang menjadikan modal dalam
pedoman pertama dilapangan pendidikan. Pendidikan masa awal kemerdekaan
berlandaskan Pancasila yang merupakan falsafah negara menurut Somarsono Moestoko
(Fadli & Kumalasari, 2019). Pada sejarah bangsa dan negara Indonesia sejak di
Proklamasikan Kemerdekaan Indonesia pada tanggal 17 Agustus 1945 tidaklah mudah dilalui
untuk sampai sekarang. Oleh karena itu, sejarah pendidikan Indonesia di era Orde Lama
dapat diantaranya periode 1945-1950 dan Periode 1950-1966. Sekarang akan dibahas
tentang sistem pendidikan pada periode tersebut.

4.media

Setelah Indonesia merdeka, pendidikan agama telah mendapat perhatian serius dari
pemerintah, baik di sekolah negeri maupun swasta. Usaha tersebut dimulai dengan
memberikan bantuan sebagaimana anjuran oleh Badan Pekerja Komite Nasional Pusat
(BPKNP) tanggal 27 Desember 1945 disebutkan :“Madrasah dan pesantren yang pada
hakikatnya adalah satu sumber pendidikan dan pencerdasan rakyat jelata yang telah berurat
dan berakar dalam masyarakat Indonesia pada umumnya, hendaknya mendapatkan perhatian
dan bantuan nyata berupa tuntunan dan bantuan material dari pemerintah“

21
Perkembangan pendidikan Islam pada masa orde lama sangat terkait pula dengan peran
Departemen Agama yang mulai resmi berdiri pada tanggal 3 Januari 1946. Departemen
Agama sebagai suatu lembaga pada masa itu, secara intensif memperjuangkan politik
pendidikan Islam di Indonesia. Pendidikan Islam pada masa itu ditangani oleh suatu bagian
khusus yang mengurus masalah pendidikan agama, yaitu Bagian Pendidikan Agama. Tugas
dari bagian tersebut sesuai dengan salah satu nota Islamic education in Indonesia yang
disusun oleh Bagian Pendidikan Departemen Agama pada tanggal 1 September 1956, yaitu :
1) memberi pengajaran agama di sekolah negeri dan partikulir, 2) memberi pengetahuan
umum di madrasah, dan 3)mengadakan Pendidikan Guru Agama serta Pendidikan Hakim
Islam Negeri.

Para ahli telah membagi media pendidikan yang bersifat benda atau bukan benda.Menurut
Dzakiah Daradjat media pendidikan terbagi menjadi beberapa jenis yaitu :

Benda : Al-Qur’an, Hadits, Tauhid, Fiqih, Sejarah

Sumber Daya Alam : Hewan, Manusia, Tumbuh-tumbuhan

Gambar-gambar yang dibentuk seperti grafik atau kaligrafi

Gambar yang diproyeksikan seperti video.

Jenis audio recording seperti kaset, tape recorder dan radio.

Selain alat yang berupa benda, ada pula media yang bukan benda seperti keteladanan,
perintah dan larangan, ganjaran dan hukuman,

Ada 2 prinsip yang harus dipenuhi yaitu:

a. Memudahkan dan tidak mempersulit

b. Menggembirakan dan tidak menyusahkan

5.evaluasi

Periode 1945-1950

Sistem persekolahan sesudah Indonesia merdeka yang berdasarkan satu jenis sekolah
untuk tiga tingkat pendidikan seperti pada zaman Jepang tetap diteruskan. Sedangkan
rencana pembelajaran pada umumnya sama dan bahasa Indonesia ditetapkan sebagai

22
bahasa pengantar untuk sekolah. Buku-buku pelajaran yang digunakan adalah buku hasil
terjemahan dari bahasa Belanda ke dalam bahasa Indonesia yang sudah dirintis sejak
zaman Jepang. Adapun sistem pendidikan yang berlaku sejak

Tahun 1945-1950 adalah sebagai berikut :

1.Pendidikan Rendah

2.Pendidikan Guru

3.Pendidikan Umum

4.Pendidikan Kejuruan

5.Pendidikan tekhnik

6.Pendidikan Tinggi

7. Pendidikan Tinggi Republik

8.Pendidikan Tingkat Tinggi Pendudukan Belanda

Pemantauan (monitoring) dan evaluasi pelaksanaan kebijakan merupakan tahap Terakhir


dari proses pembuatan dan pelaksanaan kebijakan. Pemantauan atas kegiatan Pelaksanaan
kebijakan bertujuan untuk secepat mungkin memperbaiki setiap kekeliruan Yang terjadi
dalam pelaksanaan sehingga tujuan kebijakan dapat dicapai. Evaluasi atas pelaksanaan
kebijakan biasanya dilakukan setelah kebijakan selesai dilaksanakan.

Evaluasi diarahkan pada kegiatan pelaksanaan dan hasil pelaksanaan (manfaat dan
dampaknya). Pertanyaan yag hendak dijawab dalam tahap ini, apakah dampak kebijakan
tersebut bagi masyarakat, seberapa besar keberhasilan kebijakan itu dilaksanakan, dan
mengapa demikian? Evaluasi atas pelaksanaan kebijakan itu tak hanya bertujuan untuk
mengetahui apakah tujuan kebijakan tercapai atau tidak, tetapi juga untuk mendapatkan
masukan bagi penyusunan kebijakan berikutnya, bahkan sebagai masukan dalam
pengambilan keputusan masa depan program tersebut.

Pada periode Orde Lama ini berbagai peristiwa dialami oleh bangsa Indonesia

Dalam dunia pendidikan, yaitu:

Dari tahun 1945-1950 landasan idiil pendidikan adalah UUD 1945 dan falsafah Pancasila.

23
1.Pada permulaan tahun 1949 dengan terbentuknya Negara Republik Indonesia Serikat, di
negara bagian timur dianut suatu sistem pendidikan yang diwarisi Dari zaman pemerintahan
Belanda.

2.Pada tanggal 17 Agustus 1950, dengan terbentuknya kembali Negara Kesatuan RI, landasan
idiil pendidikan UUDS RI.

3.Pada tahun 1959 Presiden mendekritkan RI kembali ke UUD 1945 dan Menetapkan
Manifesto Politik RI menjadi Haluan Negara. Di bidang pendidikan Ditetapkan Sapta Usaha
Tama dan Panca Wardhana.

4.Pada tahun 1965, sesudah peristiwa G 30 S/PKI kita kembali lagi melaksanakan Pancasila
dan UUD 1945 secara murni dan konsekuen.

Selain itu Belanda juga sangat mencurigai dan tidak suka terhadap keberadaan Pendidikan
Islam yang diselenggarakan di pesantren-pesantren, madrasah-madrasah dan Sebagainya. Hal
ini disebabkan, karena lembaga pendidikan Islam tersebut dianggap Sarang pemberontakan
dan pembangkang dan sebagainya. Diketahui bahwa di dalam Islam terdapat konsep jihad,
yakni perang melawan orang-orang kafir; dan Belanda Dianggap sebagai orang kafir yang
harus diperangi. Dalam keadaan demikian, maka Politik pendidikan yang diterapkan oleh
umat Islam adalah bersikap non-kooperatif, Yakni tidak mau bekerja sama dengan
pemerintah Belanda, dan bercita-cita untuk Mengusir Belanda dengan mendorong para
pelajar untuk berjuang perang melawan Belanda.

24
BAB III

PENUTUP

A. KESIMPULAN
Pada akhir uraian ini diperoleh data atau informasi bahwa masuknya agama Islam
diKalimantan Barat atau Kotamadya Pontianak khususnya sepertihalnya di daerah-
daerahlainnyaDi Indonesia bukanlah dibawa oleh suatu badan khusus dibawah
naungan organisasi Islam,Melainkan hanya merupakan kegiatan perorangan,
mengajarkan dan menyampaikan ajaran-Ajaran (da’wah) yang dilakukan sambil
berdagang.Diperkirakan daerah pesisir Utara Kalimantan Barat yang membujur dari
Selatan keUtara yang meliputi daerah-daaerah Ketapang, Sukadana, Matan,
Mempawah dan daerah-daerah yang pertam kali mendapat pengaruh agama Islam.
Barulah dalam Perkembangannya kemudian mulai menyusuri Sungai Kapuas, Sungai
Landak terus masuk Sampai kedaerah pedalaman. Pembawa pengaruh agama Islam
ini adalah para pendatang(pedagang) dari Sumatera Selatan (Palembang), Jawabah
kan dari Brunei dan juga orang- orang asing yang dengan melalui perdagangan dan
tidak melalui misi organisasi keagamaan.Masuknya Islam di Kotamadya Pontianak
dipekirakan bersamaan dengan berdirinyaMasjid Sultan Abdurrahman atau kerajaan
Pontianak. Kerajaan Pontianak didirikan pada tahun1771 oleh Syarif Abdurrahman,
putera Al-Habib Husein, seorang ulama besar yang menurutSejarahnya berasal dari
penduduk Kota Trim Hadralmaut negeri Arab. Perkembangan agamaIslam pada akhir
abad ke-20 ini, dapat kita lihat dari pertumbuhan dan perkembangan lembaga-
Lembaga pengembangan Islam seperti alim ulama, masjid atau musalla dan
organisasi-organisasiPengembangan Islam lainya.

B. SARAN
Tentunya terhadap penulis sudah menyadari jika dalam penyusunan makalah di
atas masih banyak ada kesalahan serta jauh dari kata sempurna.

25
Adapun nantinya penulis akan segera melakukan perbaikan susunan makalah itu
dengan menggunakan pedoman dari beberapa sumber dan kritik yang bisa
membangun dari para pembaca.

DAFTAR PUSTAKA

http://www.unindra.ac.id/?q=node/31

Rianti Nugroho, Pendidikan Indonesia: Harapan, Visi,dan Strategi,


(Jogjakarta: Pustaka Pelajar, 2008), hlm.15-16

Yamin, Moh. 2009. Menggugat Pendidikan Indonesia. Jogjakarta: Ar


Ruz

http://digilib.uinsgd.ac.id/17448/3/4_bab1.pdf

https://id.m.wikipedia.org/wiki/Kategori:Lembaga_pendidikan_Islam_
di_Kalimantan_Barat

https://www.researchgate.net/publication/334575221_Sistem_Pendidik
an_Indonesia_Pada_Masa_Orde_Lama_Periode_1945-1966

26
27

Anda mungkin juga menyukai