Anda di halaman 1dari 17

MENGENAL ESENSI DAN URGENSI, SEKALIGUS DINAMIKA DAN

TANTANGAN PENDIDIKAN PANCASILA SEBAGAI


KARAKTER BANGSA
Disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah:
PANCASILA
Dosen Pengampu:
Tika Mardiyah, M.Pd.I

Disusun oleh:
1. Alfina Dewi Wulandari
2. Desvinta Laila Fitri Sagita
3. Ita Nur Laili
4. Nur Alinda K.S
5. Revi Sindy Utari

PROGRAM STUDI MANAJEMEN PENDIDIKAN ISLAM FAKULTAS


TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
SAYYID ALI RAHMATULLAH TULUNGAGUNG
FEBRUARI 2023
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT, yang atas rahmat-Nya
dan karunianya kami dapat menyelesaikan makalah ini tepat pada waktunya.
Adapun tema dari makalah ini adalah “Manajemen Mutu Terpadu Dalam Bidang
Pendidikan”.
Pada kesempatan ini kami mengucapkan terima kasih yang sebesar-
besarnya kepada dosen mata kuliah manajemen pendidikan yang telah
memberikan tugas terhadap kami. Kami juga ingin mengucapkan terima kasih
kepada teman-teman yang turut membantu dalam pembuatan makalah ini. Penulis
juga menyampaikan terimakasih kepada :
1. Bapak Prof. Dr. Mafttukhin, M. Ag., selaku Rektor Universitas Islam Negeri
Sayyid Ali Rahmatullah Tulungagung yang memberikan fasilitas dalam
penyusunan makalah ini.
2. Ibu Prof. Dr. Hj. Binti Maunah, M. Pd. I. selaku Dekan Fakultas Tarbiyah dan
Ilmu Keguruan Universitas Islam Negeri Sayyid Ali Rahmatullah Tulungagung
yang memberikan fasilitas dalam penyusunan makalah ini.
3. Dr. Muhammad Zaini, MA., selaku Kepala Jurusan Fakultas Tarbiyah dan Ilmu
Keguruan Universitas Islam Negeri Sayyid Ali Rahmatullah Tulungagung yang
memberikan fasilitas dalam penyusunan makalah ini.
4. Bapak Dr. H. Masduki, M.Ag., selaku Koorprodi Manajemen Pendidikan Islam
Universitas Islam Negeri Sayyid Ali Rahmatullah Tulungagung.
5. Ibu Dr. Tika Mardiyah M.Pd.I selaku dosen pengampu mata kuliah
“PANCASILA” yang membimbing dan mendampingi kami dalam penyusunan
makalah ini.
6. Serta rekan-rekan Manajemen Pendidikan Islam 2-A Tahun Ajaran 2022/2023
yang senantiasa memberi semangat kepada kami.
Kami jauh dari sempurna dan ini merupakan langkah yang baik dari studi yang
sesungguhnya. Oleh karena itu, keterbatasan waktu dan kemampuan kami, maka
kritik dan saran yang membangun senantiasa kami harapkan semoga makalah ini
dapat berguna bagi kita pada khususnya bagi orang yang membacanya.
DAFTAR ISI
Contents
DAFTAR ISI............................................................................................................3
BAB 1......................................................................................................................4
PENDAHULUAN...................................................................................................4
BAB II......................................................................................................................6
PEMBAHASAN......................................................................................................6
A. ESENSI PENDIDIKAN PANCASILA........................................................6
1.Landasan Pendidikan Pancasila............................................................................6
B. URGENSI PENDIDIKAN PANCASILA....................................................8
1. Pancasila sebagai Ideologi Bangsa dan Negara Indonesia............................8
2. Pancasila sebagai Dasar Kehidupan Berbangsa dan Bernegara....................9
C. DINAMIKA PENDIDIKAN PANCASILA...............................................10
1. Masa awal kemerdekaan.............................................................................10
2. Periode Konstitusi RIS(1949-1950)............................................................10
3. Masa Undang-Undang Dasar Sementara (1050)........................................11
4. Masa orde lama (5 JULI 1959- 11 MARET 1966).....................................11
5. Masa orde baru (11 MARET 1966-21 MEI 1998).....................................12
6. Masa reformasi (21 MEI 1998- SEKARANG)...........................................12
D. TANTANGAN PENDIDIKAN PANCASILA..........................................13
1. Pergeseran wacana dari ‘kiri' ke ‘kanan'.....................................................13
2. Pembiayaan bagi usaha kecil dan menengah (ukm) melalui lembaga
penjamin di era otonomi........................................................................................14
3. Birokrasi pemerintahan Indonesia pasca Soeharto.....................................15
E. PERAN PENDIDIKAN PANCASILA PADA KEHIDUPAN BANGSA.......17
BAB III..................................................................................................................19
PENUTUP..............................................................................................................19
BAB 1
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Bangsa Indonesia memiliki nilai-nilai yang diyakini kebenarannya dan
mempunyai sifat yang universal, yaitu Pancasila. Dalam perjalanan sejarah
Indonesia, telah disepakati bahwa Pancasila merupakan dasar negara Indonesia.
Sehubungan dengan hal ini, maka bangsa Indonesia harus memahami nilai-nilai
yang terkandung dalam Pancasila, sebagai upaya membentuk karakter bangsa dan
tidak menyimpang dari nilai-nilai pancasila.
Sebagai upaya membentuk karakter bangsa, tentu tidak terlepas dari pendidikan
karena pendidikan merupakan usaha mengembangkan potensi dan kreativitas
dirinya, yaitu nilai agama, kebudayaan nasional Indonesia. Pancasila memiliki
peranan yang sangat penting untuk membentuk karakter bangsa Indonesia.
Memlaui belajar Pancasila secara benar, maka bangsa Indonesia akan tegar dala
mwnghadapi tantangan sekaligus menggapai peluang. Upaya untuk
mengimplementasikan nilai-nilai luhur Pancasila mengalami hambatan, terlebih
setelah munculnya gerakan reformasi 1998. Tidak ada keraguan lagi bahwa
Pancasila adalah dasar negara sekaligus pandangan hidup bangsa Indonesia.
B. RUMUSAN MASALAH
1. Bagaimana esensi Pendidikan Pancasila
2. Apa saja urgensi Pendidikan Pancasila
3. Bagaimana dinamika Pendidikan Pancasila
4. Apa saja tantangan pada Pendidikan Pancasila
5. Bagaimana peran Pendidikan Pancasila pada masa depan bangsa
C. TUJUAN MAKALAH
1. Untuk mengetahui esensi dan urgensi Pendidikan Pancasila
2. Untuk mengetahui dinamika dan tantangan Pendidikan Pancasila
3. Untuk mengetahui peran Pendidikan Pancasila pada masa depan bangsa
BAB II
PEMBAHASAN
A. ESENSI PENDIDIKAN PANCASILA
1.Landasan Pendidikan Pancasila
a. Landasan Historis
Bangsa Indonesia terbentuk melalui proses sejarah yang cukup panjang,
dari masa Kutai - Sriwijaya - Majapahit - masa penjajahan dan kemudian
mencapai kemerdekaan. Di dalam kehidupan bangsa Indonesia terdapat prinsip
yang menjadi pandangan atau filsafat hidup bangsa (jati diri). Jati diri
menunjukkan adanya ciri khas, sifat, karakter bangsa yang berbeda dengan bangsa
lain.
b. Landasan Kultural
Setiap bangsa memiliki pandangan hidup, filsafat hidup, dan ciri khas
tersendiri. Bangsa indonesia memiliki kepribadian yang tercermin di dalam nilai-
nilai budaya yang telah lama ada. Nilai - nilai budaya ini sebagai nilai dasar
berkehidupan berbangsa dan bernegara dirumuskan dalam Pancasila.
c. Landasan Yuridis
Undang-undang RI Nomor 2 Tahun 1989 tentang Sistem Pendidikan
Nasional, Peraturan Pemerintah Nomor 60 Tahun 1999 tentang Pendidikan
Tinggi, Keputusan Dirjen Dikti Nomor 467 Tahun 1999 mengatur tentang
perlunya mata kuliah Pendidikan Pancasila.
d. Landasan Filosofis
Pada tanggal 18 Agustus 1945 telah didapatkan dan diabstraksikan oleh para
pendiri negara menjadi lima sila dan ditetapkan secara yuridis formal menjadi
dasar filsafat Negara Republik Indonesia. Hal ini sebagaimana ditetapkan dalam
ketetapan No. XX/MPRS/1966. Pembukaan UUD 1945 yang didalamnya memuat
nilai-nilai Pancasila mengandung empat pokok pikiran yang bilamana dianalisi
makna yang terkandung didalamnya merupakan penjabaran dari nilia-nilai
Pancasila.
Pokok pikiran pertama menyatakan bahwa negara Indonesia adalah negara
persatuan, yaitu negara yang melindungi segenap bangsa dan seluruh tumpah
darah Indonesia. Hal ini merupakan penjabaran sila ketiga. Pokok pikiran kedua
menyatakan bahwa negara hendak mewujudkan suatu keadilan sosial bagi seluruh
rakyat Indonesia. Pokok pikiran ini merupakan penjabaran dari sila kelima. Pokok
pikiran ketiga menyatakan bahwanegara berkedaulatan rakyat. Hal ini
menunjukkan bahwa negara Indonesia adalah negara demokrasi yaitu kedaulatan
ditangan rakyat. Hal ini merupakan penjabaran dari sila keempat. Pokok pikiran
keempat menyatakan bahwa negara berdasarkan atas Ketuhanan yang Maha Esa
menurut dasar kemanusiaan yang adil dan beradab. Hal ini merupakan penjabaran
dari sila pertama dan kedua.
Dapat disimpulkan bahwa Pancasila merupakan dasar yang fundamental
bagi negara Indonesia terutama dalam pelaksanaan dan penyelenggaraan negara.
Dasar fundamental moral dalam kehidupan kenegaraan juga meliputi moralitas
para penyelenggara negara dan seluruh warga negara.
e. Landasan Ilmiah
Diperlukan penguasaan ilmu pengetahuan, teknologi dan seni yang
berlandaskan nilai-nilai keagamaan, nilai-nilai moral, nilai kemanusiaan dan nilai-
nilai budaya bangsa. Nilai-nilai dasar tersebut berperan sebagai panduan dan
pegangan hidup setiap warga negara dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa
dan bernegara. Membahas Pendidikan Kewarganegaraan meliputi hubungan
antara warga negara dan negara, serta pendidikan pendahuluan bela negara yang
semua ini berpijak pada nilai- nilai budaya serta dasar filosofi bangsa.
f. Landasan Hukum
1) UUD 1945
a. Pembukaan UUD 1945
b. Pasal 27 ayat 1 dengan bunyi: “Segala warga negara bersamaan kedudukannya di
dalam hukum dan pemerintahan dan wajib menjunjung hukum dan pemerintahan
itu dengan tidak ada kecualinya”
c. Pasal 30 ayat 1 dengan bunyi "Tiap-tiap warga negara berhak dan wajib ikut serta
dalam usaha pertahanan dan keamanan negara”
d. Pasal 31 ayat 1 dengan bunyi “Tiap-tiap warga negara berhak mendapat
pengajaran”

e. Ketetapan MPR No. II/MPR/1999 tentang Garis-Garis Besar Haluan Negara


f. UU No. 20 Tahun 1982 Tentang Ketentuan-Ketentuan Pokok Pertahanan
Keamanan NRI
2) UU No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional
Dengan bunyi “Pendidikan diselenggarakan secara demokratis dan berkeadilan
serta tidak diskriminatif dengan menjunjung tinggi hak asasi manusia, nilai
keagamaan, nilai kultural, dan kemajemukan bangsa. Pendidikan diselenggarakan
sebagai satu kesatuan yang sistemik dengan sistem terbuka dan multimakna.”
3) Surat Keputusan Direktur Jendral Pendidikan Tinggi Departemen Pendidikan
Nasional, Nomor 43/DIKTI/Kep/2006, yang memuat rambu-rambu pelaksanaan
kelompok mata kuliah pengembangan di perguruan tinggi
B. URGENSI PENDIDIKAN PANCASILA
1. Pancasila sebagai Ideologi Bangsa dan Negara Indonesia
Istilah ideologi berasal dari kata ‘idea’ yang berarti gagasan, konsep,
pengertian dasar, cita-cita. Sedangkan ‘logos’ berarti ilmu. Maka secara harfiah,
ideologi berarati ilmu pengertian-pengertian dasar. Sebagai suatu ideologi bangsa
dan negara Indonesia maka Pancasila pada hakikatnya bukan hanya merupakan
suatu hasil perenungan atau pemikiran seseorang atau kelompok. Namun
Pancasila diangkat dari nilai-nilai adat istiadat, kebudayaan serta religius yang
terdapat dalam pandangan hidup masyarakat Indonesia sebelum membentuk
negara, dengan kata lain unsur-unsur yang mrupakan materi (bahan) Pancasila
tidak lain diangkat dari pandangan hidup masyarakat Indonesia sendiri.
Pancasila sebagai ideologi bangsa dan negara Indonesia berakar pada
pandangan hidup dan budaya bangsa, bukan mengambil ideologi dari bangsa lain.
Pancasila juga bukan hanya ide-ide atau perenungna dari seseorang saja, yang
hanya memperjuangkan suatu kelompok tertentu, melainkan Pancasila pada
hakikatnya untuk seluruh lapisan serta unsur-unsur bangsa secara komprehensif
karena ciri khas Pancasila itu memiliki kesesuaian dengan bangsa Indonesia.
2. Pancasila sebagai Dasar Kehidupan Berbangsa dan Bernegara
Selama bangsa Indonesia memiliki kehendak bersama untuk membangun
bangsa diatas dasar filosofis nilai-nilai Pancasila, segala kebijakan dalam negara
terutama dalam melakukan suatu pembaruan-pembaruan dalam negara dalam
proses reformasi dewasa ini nilai-nilai Pancasila merupakan suatu pangkal tolak
derivasi baik dalam bidang politik, sosial, ekonomi, hukum serta kebijakan
hubungan internaisonal dewasa diistilahkan bahwa “Pancasila sebagai paradigma
dalam kehidupan berbangsa dan bernegara.”
Untuk mencapai tujuan dalam kehidupan kebangsan dan kenegaraan
terutama dalam melaksanakan pembangunan dan pembaruan maka harus
mendasarkan pada suatu kerangka pikir, sumber nilai serta arahan yang
didasarkan pada nilai-nilai Pancasila. Dalam upaya untuk merealisaskian cita-
citanya dalam negara, bangsa Indonesia tidak dapat dipisahkan secara kodrati
dengan harkat dan martabat kemanusiaan. Negara akan berkembang kearah
kehidupan yang lebih baik manakala rakyat diletakkan sebagai asal mula dan
kekuasaan negara serta jaminan keadilan dalam hidup bersama.
Pancasila juga merupakan dasar dan basis geopolitik dan geostrategi
Indonesia. Geopolitik diartikan sebagai politik atau kebijaksanaan dan strategi
nasional Indonesia, yang mendorong oleh aspirasi nasional geografik atau
kepentingan yang titik beratnya terletak pada pertimbangan geografi, wilayah atau
teritorial dalam arti luas negara Indonesia, yang apabila dilaksanakan dan berhasil
akan berdampak langsung atau tidak langsung kepada sistem politik negara.
Sedangkan geostrategi diartikan sebagai metode untuk mewujudkan cita-cita
proklamasi, sebagaimana tercantum dalam pembukaan UUD 1945, melalui proses
pembangunan nasional dengan memanfaatkan geopolitik Indonesia.
C. DINAMIKA PENDIDIKAN PANCASILA
1. Masa awal kemerdekaan
Dinamika Pendidikan Pancasila yang pertama ada pada masa setelah
disahkannya UUD 1945 oleh PPKI pada tanggal 18 Agustus 1945. Sejak saat itu
secara resmi UUD berlaku di negara Indonesia.
Dalam kurun waktu 1945-1949 dalam pelaksaan sistem pemerintahan
terdapat banyak penyimpangan dari ketentuan politik. Faktor politik menjadi
penyebab utamanya.
2. Periode Konstitusi RIS(1949-1950)
Setelah pengumuman kemerdekaan, pihak Belanda terus mencoba
memecah belah bangsa Indonesia dengan cara membentuk negara bagian. Seperti
negara Sumatera Timur, Indonesia Timur, Negara Pasundan, dan Negara Jawa
Timur. Perubahan bentuk negara dari negara kesatuan ke negara serikat
mengharuskan adanya pergantian UUD. Sehingga disusunlah naskah RIS dan
dibuat oleh delegasi RI serta delegasi BFO pada KMB. UUD yang diberi nama
konstitusi RIS ini berlaku pada tanggal 27 Desember 1949. Sistem yang
digunakan saat itu adalah sitem parlementer. Artinya keputusan dari presiden
tidak dapat digugat. Disini presiden tidak bertanggun jawab atas tugas-tugasnya.
Sebab presiden adalah kepala negara bukan kepala pemerintahan.

3. Masa Undang-Undang Dasar Sementara (1050)


Pada tahun 1050-1959 Indonesia menggunakan UUD sementara sebagai
dasar negara. Dimulai pada 17 Agustus 1950 sampai dengan lahirnya dekrit
Presiden pada 5 Juli 1959 yang dikeluarkan oleh presiden Soekarno.
Pemberlakuan ini dimulai setelah rakyat melakukan demo besar-besaran menuntut
kembalinya Indonesia menjadi Negara Kesatuan Republik Indonesia.
Pada tahun 1955 dari hasil pemilu pertama, dibentuk badan konstituante
yang bertugas membuat dan Menyusun Undang-Undang Dasar baru. Pada masa
ini demokrasi berkembang seperti demokrasi liberal yang berisi tentang kebebasan
individu, dan hak asasi manusia. Namun disisi lain polemic politk menjadi cukup
rumit. Sebab para elite politik yang sibuk dengan kursi kekuasaan, sementara
rakyat sedang mengalami krisis ekonomi dan gangguan keamanan.
Selain itu, beberapa pemberontakan juga terjadi setelah ini. Seperti
pemberontakan Kahar Moza, Pemberontakan di Jawa Tengah, Pemberontakan di
Aceh, usaha pembunuhan kepala negara, dll.
4. Masa orde lama (5 JULI 1959- 11 MARET 1966)
Pada masa ini disebut juga masa demokrasi terpimpin. Dengan ciri-ciri
seperti:
a. Presiden berperan besar dalam penyelenggaraan pemerintahan
b. Terbatasnya peran partai
c. Berkembangnya PKI
d. Meluasnya peran militer sebagai unsur politik
Sejak dekrit 6 Juli ini, UUD Kembali berlaku di Indonesia serta sistem
pemerintahan presidensial yang berdasar pada Pancasila UUD 1945. Namun
sayang, masih ada banyak penyimpangan terhadap Pancasila. Namun tetap ada
yang berhasil saat masa pemerintahan ini. Seperti:
a. Keberhasilan pemerintah menumpas pemberontakan DI/TII
b. Keberhasilan menyatukan Irian Barat Kembali pada wilayah NKRI setelah sekian
sengketa dengan Belanda.
5. Masa orde baru (11 MARET 1966-21 MEI 1998)
Masa orde baru ini semangat melaksanakan Pancasila dan UUD 1945
sedang mengebu-gebu. Pada masa ini rakyat mempunyai harapan besar untuk
menjalankan pemerintah yang demokratis setelah kekecewaan sistem
pemerintahan pada masa orde lama.
Orde ini sering disebut dengan orde pembangunan. Sebab masa ini
perkembangat ekonomi sedang tumbuh dengan pesat. Disisi lain pelaksanaan orde
baru ini mengarah pada kepentingan penguasa. Seluruh sistem politik dipegang
penuh oleh presiden. Membuat hal-hal buruk seperti Korupsi, Kolusi dan
Nepotisme banyak terjadi. Hal ini membuat harapan kehidupan demokrasi
mengalami penurunan.
Hingga akhirnya demostrasi besar-besaran Kembali terjadi oleh seluruh
elemen masyarakat. Sampai pada presiden yang saat itu memimpin yakni
Soeharto mengundurkan diri. Dilanjutkan dengan pengusutan tuntas pejabat yang
melakukan korupsi.
6. Masa reformasi (21 MEI 1998- SEKARANG)
Setelah turunnya Soeharto dari jabatan presiden nya, Haabibie yang saat
itu menjadi wakil lah yang menggantikan jabatan presiden. Pada masa ini harapan
setelah sekian kekecewaan pada pemerintah sebelumya hidup. Kegagalan
mequjudkan demokrasi yang disebabkan oleh moral penguasa menjadi awal
reformasi dalam bidang politik pada masa ini. Selain itu, dibentuk juga
amandemen UUD 1945
Beberapa contoh perubahan menuju kehidupan demokratis terwujud pada
masa kepemimpinan presiden Habibie:
a. Ideologi dan konstitusi UUD 1945
b. Pengisian anggota MPR, DPR, DPRD, dan DPD
c. Keterbukaan Lembaga kepresidenan
d. Keterbukaan dalam penyelenggaraan pemilu
e. Hubungan pemerintah pusat dengan daerah
f. Militer dan dwifungsi ABRI
g. Reformasi sistem kepartaian
h. Penyelenggaraan perekonomian negara
D. TANTANGAN PENDIDIKAN PANCASILA
1. Pergeseran wacana dari ‘kiri' ke ‘kanan'
Bergesernya ideologi yang dianut oleh beberapa negara sosialis-
komunisme (yang berhaluan 'kiri') ke ideologi liberal-demokratisme (berhaluan
'kanan') bukan hanya menjadi bahan perbincangan dalam dunia akademik
beberapa tahun terakhir ini, tetapi menjadi aktivitas yang berjalan secara pasti.
Runtuhnya Tembok Berlin, bubarnya Uni Soviet (US), menjadi demokratisnya
negara-negara komunis di Eropa Timur, terlaksananya unifikasi Jerman,
terbentuknya rezim Reformis di Indonesia merupakan sebagian potret dari banyak
fragmen pergeseran yang sudah terjadi.
Semua persoalan yang ditanyakan menjadi penting dibahas karena
beberapa sebab: pertama, fenomena demokratisasi-atau per geseran dari kiri ke
kanan-tanpa diimbangi dengan pemahaman yang tepat hanya akan menciptakan
'kekerasan struktural' dengan meng atas namakan demokrasi. Artinya, sangat
mungkin pergeseran yang telah dan sedang terjadi tidaklah mengarah kepada
berwujudnya demokrasi liberal yang sejati. Kedua, pergulatan mengenai
pergeseran ideologi yang berlaku saat ini dikhawatirkan hanya sebagai tren global
yang sedang menggelembung, sehingga bila pada waktu akan terjadi peledakan
yang mengakibatkan pembalikan logika idea ke arah rezim yang lebih otokratik
(ultra-kiri atau ultra-kanan).
Akhirnya, karena masih sedikitnya tulisan mengenai pergeseran ideologi
dari 'kiri' ke 'kanan' yang sedang terjadi, terutama di Indonesia, maka uraian ini
menjadi penting bagi dunia akademik dan masyarakat awam dalam memahami
diskursus ini. Mengikut uraian itu, untuk mensistematik- kan penulisan, maka
penulis membuat pembabakan dalam beberapa bagian. Pertama, membincangkan
mengenai gambaran umum mengenai ideologi 'kiri' dan 'kanan'; kedua, upaya
untuk menilai 'kiri' dan 'kanan'; ketiga, pergeseran ideologi dan perilaku 'kiri' ke
'kanan'- dibahaskan juga mengenai keterkaitannya dengan budaya lokal; serta
terakhir, politik global yang cenderung menuju satu wajah.
2. Pembiayaan bagi usaha kecil dan menengah (ukm) melalui lembaga
penjamin di era otonomi
Usaha kecil dan menengah (UKM) saat ini masih merupakan salah satu
sektor ekonomi yang memiliki potensi dan adaptabilitas yang baik untuk
meningkatkan pertumbuhan dan pemerataan ekonomi. Hal ini dibuktikan oleh
kenyataan yang memperlihatkan bagaimana ketahanan ekonomi UKM kuat dalam
menahan terpaan krisis ekonomi yang melanda Indonesia. Hasil survey yang
dilakukan oleh Departemen Koperasi dan UKM pada tahun 1998 menunjukkan
bahwa dari (kurang lebih) 225.000 UKM yang diidentifikasi, 64,1% diantaranya
mampu bertahan dalam badai krisis, 0,9% diantara-Nya bahkan mampu
berkembang ditengah kisruhnya perekonomian dalam negeri, 31% mengurangi
kegiatan usahanya, dan 4% saja yang menghentikan kegiatan usaha. Ini artinya
para penguasa kecil dan menengah memiliki tingkat fleksibilitas dan adaptabilitas
yang tinggi dalam menghadapi perubahan sosial ekonomi yang berlari
tungganglanggang. Dan, apabila kita hendak jujur, UKM saat ini telah menjelma
menjadi mata rantai utama perkembangan perekonomian nasional, hal ini dapat
dilihat dari peran UKM atas perekonmian Indonesia berdasarkan besaran Produk
Domestik Bruto (PDB) tahun 2004, berdasarkan harga berlaku mencapai Rp 1.135
triliun, sedangkan atas dasar harga konstan 1993 sebesar 276 triliun. Adapun
pertumbuhannya selalu bergerak lebih tinggi yaitu mencapai 5,45% dibandingkan
dengan total PDB nasional sebesar 4,86% Potensi dan adaptabilitas yang baik
kadangkala gerakan UKM masih dianggap sebagai the hidden economy.
Meski adaptabilitas dan fleksibilitas yang mampu dimainkan oleh para
pengusaha kecil dan menengah dalam mengantisipasi perubahan zaman yang
cepat, namun selalu saja persoalan klasik mengenai pembiayaan termasuk modal
di dalamnya masih menjadi salah satu masalah utama yang menghantui. UKM
sering kali menghadapi kesulitan dalam memenuhi persyaratan jaminan
perbankan. Hal ini muncul karena kecilnya usaha mereka yang kebanyakan tidak
memiliki tanah atau sumber daya lainnya yang dapat dijadikan sebagai pelindung
aset keuangan mereka. Hingga saat ini para pengusaha kecil dan menengah masih
cukup kesulitan untuk memperoleh sumber pembiayaan bagi usahanya di luar dari
pembiayaan yang dimilikinya sendiri. Sampai dengan tahun 2002 saja, 40%
pengusaha kecil dan menengah mengalami kesulitan (di sisi) permodalan dan
lebih dari 80% UKM sangat mengandalkan modalnya sendiri sebagai sumber
pembiayaan usaha (Hendrawan, 2002).
Kesulitan semakin menjadi jika dibandingkan dengan persoalan yang
menerpa perekonomian Indonesia belakang hari ini. Misalnya dengan kenaikan
Bahan Bakar Minyak (BBM), sebanyak tiga kali dalam pemerintahan SBY-JK
(saja) Padahal berdasarkan penelitian yang dilakukan Bank Indonesia (2001)
mengenai "Credit Crunch di Indonesia Setelah Krisis: Fakta, Penyebab dan
Implikasi Kebijakan yang diterbitkan oleh Direktorat Ekonomi dan Kebijakan
Moneter Bank Indonesia tahun 2001 diungkapkan ada- nya pengakuan dari
industri perbankan Indonesia bahwa kredit yang disalurkan kepada UKM
memiliki risiko minimal dan-dibandingkan usaha besar-UKM ternyata memiliki
kondisi usaha yang lebih sehat.
3. Birokrasi pemerintahan Indonesia pasca Soeharto
Perubahan sosial politik yang terjadi di Indonesia berjalan sangat cepat
dan mempengaruhi sistem birokrasi pemerintahan di Indonesia. Sebagai sebuah
negara yang sedang mengalami transisi dari rezim otoritarian menuju rezim yang
demokratis, banyak kendala yang harus. dihadapi. Perubahan yang terjadi
belakangan harus dipahami sebagai fenomena transisi yang pasti juga dialami oleh
banyak negara lain, walaupun dalam bentuknya yang berbeda.
Warna birokrasi pemerintahan Orde Baru menampakkan diri sebagai
sosok yang sangat kuat. Sementara itu, bergulirnya reformasi menghasilkan
sebuah birokrasi yang berbeda. Setidaknya, ada perubahan penting yang perlu
digarisbawahi. Pertama, perubahan politik dari dominasi Golkar yang didukung
ABRI menjadi sistem multipartai telah memunculkan situasi melemahnya posisi
birokrasi. Menonjolnya legislative heavy dalam perpolitikan birokrasi sering
diikuti dengan ketidakjelasan wilayah kebijakan antara teknokrasi dan politis.
Pada gilirannya, efektivitas kinerja birokrasi dan kebijakan publik menjadi sangat
menurun. Kedua, konstelasi baru dalam hubungan politik pusat-daerah telah
membuka ruang ekspresi di daerah untuk melakukan pemekaran daerah. Hanya
saja, manifestasi pemekaran sangat yang dilakukan terlalu didominasi oleh adanya
kepentingan elit lokal dan menguat pada isu etnisitas dengan mengabaikan
fisibilitas yang mendukung pelayanan publik. Pola pemekaran seperti ini akan
mempengaruhi hubungan antara birokrasi satu dengan lainnya. Ketiga, politisasi
birokrasi nampak kembali menonjol ketika reformasi politik dilakukan dengan
pemilihan kepala daerah secara langsung Jabatan-jabatan strategis sebagai kepala
dinas atau badan ditentukan berdasarkan afiliasi politik dalam proses pemilihan
kepala daerah dan sering menafikan profesionalisme yang dimiliki pejabat itu
sendiri.
Reformasi birokrasi pemerintahan harus terus didorong agar tidak berhenti
di tengah jalan. Untuk mengurangi masalah-masalah di atas perlu dipikirkan
secara komprehensif yang menyangkut ber bagai hal seperti hubungan eksekutif-
legislatif dan implikasinya pada birokrasi; batas-batas kewenangan legilslatif
dalam perumusan kebi- jakan; isu-isu pemekaran daerah yang sudah cenderung
menyimpang dari aspirasi kepentingan pelayanan publik melainkan dibajak oleh
elit lokal, dan pengurangan politisasi terhadap pejabat birokrasi oleh para pejabat
politik.
E. PERAN PENDIDIKAN PANCASILA PADA KEHIDUPAN
BANGSA
Indonesia. Dengan landasan tersebut, Ditjen Dikti mengembangkan
esensimateri pendidikan Pancasila yang meliputi:
1.Pengantar perkuliahan pendidikan Pancasila
2.Pancasila dalam kajian sejarah bangsa Indonesia
3.Pancasila sebagai dasar negara
4.Pencasila sebagai ideologi negara
5.Pancasila sebagai sistem filsafat
6.Pancasila sebagai sistem etika
7.Pancasila sebagai dasar nilai pengembangan ilmu.
Pendekatan pembelajaran yang direkomendasikan dalam mata
kuliah pendidikan Pancasila adalah pendekatan pembelajaran yang
berpusat kepada mahasiswa (student centered learning), untuk memahami dan
menghayati nilai-nilai Pancasila baik sebagai etika, filsafat negara,
maupun ideologi bangsa secara scientific. Dengan harapan, nilai-nilai
Pancasila akan terinternalisasi sehingga menjadi guiding principles atau
kaidah penuntun bagi mahasiswa dalam mengembangkan jiwa
profesionalismenya sesuai dengan jurusan/program studi masing-masing.
Implikasi dari pendidikan Pancasila tersebut adalah agar mahasiswa dapat
menjadi insan profesional yang berjiwa Pancasila dalam kehidupan
bermasyarakat dan bernegara. Selain itu, urgensi pendidikan Pancasila
adalah untuk membentengi dan menjawab tantangan perubahan-perubahan
di masa yang akan datang.
Dalam Undang-Undang Republik Indonesia, Nomor 20 tahun 2003,
Pasal3 menegaskan bahwa: pendidikan nasional berfungsi
mengembangkan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang
bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan
untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang
beriman dan bertakwa kepada Tuhan. S e t i a p w a r g a n e g a r a s e s u a i
d e n g a n k e m a m p u a n d a n t i n g k a t pendidikannya harus
memiliki pengetahuan, pemahaman, penghayatan, penghargaan,
komitmen, dan pola pengamalan Pancasila. Lebih-lebih, para
mahasiswa yang notabene merupakan calon-calon pemegang tongkat
estafet kepemimp inan bangs a harus memi liki penghayatan terhadap
nilai- nilai Pancas ila karena akan menentukan eksistensi bangsa ke
depan. Urgens i p e n d i d i k a n P a n c a s i l a d i p e r g u r u a n t i n g g i i n i
b e r l a k u u n t u k s e m u a jurus an/program s tudi, s ebab nas ib bangs a
tidak hanya ditentukan oleh segelintir profesi yang dihasilkan oleh
sekelompok jurusan/program studi saja,tetapi juga merupakan tanggung jawab
semua bidang. D e m i k i a n p u l a h a l n y a b a h w a k e b e r a d a a n
p e n d i d i k a n P a n c a s i l a merupakan suatu yang esensial bagi program
studi di perguruan tinggi. Oleh karena itu, menjadi suatu kewajaran bahkan
keharusan Pancasila disebarluaskan secara masif, antara lain melalui mata kuliah
pendidikan Pancasila di perguruan tinggi.
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Pancasila merupakan falsafah dan dasar negara Republik Indonesia sebagai
pedoman bagi segala kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara bagi
seluruh rakyat Indonesia. Pancasila terdiri atas lima sila yang mengandung nilai-
nilai di dalamnya, nilai-nilai tersebut diwujudkan sebagai pengamalan dalam
kehidupan masyarakat. Seiring dengan arus globalisasi penerapan nilai-nilai
Pancasila kian memudar ditengah-tengah masyarakat, sehingga Pancasila tidak
mampu lagi menjadi pandangan bagi masyarakat Indonesia, hal ini juga meliputi
para generasi muda Indonesia. Khususnya kita para mahsiswa
B. SARAN
Kita sebagai mahasiswa sudah menjadi kewajiban untuk memahami,
merealisasikan pada kehidupan kita dengan dasar Pancasila. Upaya-upaya yang
tentunya dapat dimulai dari diri kita sendiri. Menjadi manusia berbangsa yang
baik tentu akan menjadi masa depan yang baik. Saling marangkul dan memberi
dukungan kepada sesama saudara sedarah se-tanah air. Mewujudkan mimpi
Indonesia menjadi negara maju dimulai dari diri kita, anak bangsa.

Anda mungkin juga menyukai