Anda di halaman 1dari 17

MAKALAH

“TUJUAN PENDIDIKAN DAN SEJARAH PERUMUSAN


PANCASILA”

NAMA ANGGOTA KELOMPOK 2 :


1. Ari Ananda Iswara
2. Albait Ulil Anwar
3. Fajar Putra Anggaseta
4. Ramadhan Akbar P.
5. M. Luqmanul Hakim
6. M. Ilham Shofiyullah

POLITEKNIK NEGERI MALANG


PSDKU KOTA KEDIRI
2021

1
Daftar Isi

Daftar Isi...................................................................................................................................2
BAB I PENDAHULUAN.........................................................................................................3
1.1 LATAR BELAKANG......................................................................................................3
1.2 RUMUSAN MASALAH.................................................................................................3
1.3 TUJUAN...........................................................................................................................4
BAB II PEMBAHASAN..........................................................................................................5
2.1 Konsep Pendidikan Pancasila...........................................................................................5
2.2 Landasan Pokok Pendidikan Pancasila............................................................................6
2.2.1 Landasan historis.......................................................................................................6
2.2.2 Landasan Kultural (Budaya)......................................................................................7
2.2.3 Landasan Yuridis.......................................................................................................7
2.2.4 Landasan Filsofis.......................................................................................................8
2.3 Tujuan Pendidikan Pancasila............................................................................................9
2.4 Sejarah Perumusan Pancasila dan Tokoh yang Terlibat...................................................9
2.4.1 Pembentukan BPUPKI............................................................................................10
2.4.2 Pengertian Pancasila sebagai Dasar Negara............................................................12
2.4.3 Pengesahan Pancasila sebagai Dasar Negara...........................................................13
2.4.4 Fungsi Pokok Pancasila sebagai Dasar Negara dan Ideologi Negara......................14
BAB III PENUTUP................................................................................................................15
3.1 Simpulan.........................................................................................................................15
3.2 Saran...............................................................................................................................16

2
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG


Manusia pada umumnya sangat membutuhkan pendidikan apalagi dengan Negara
indonesia yang begitu luas dan memiliki banyak pulau. Walaupun indonesia mencakup
bermacam-macam suku, mereka dengan mudah dapat bersatu bermodalkan dengan dasar
dasar pancasila sebagai panutan untuk membangun bangsa indonesia yang lebih maju dan
damai. Maka dari itu sebuah pendidikan sangat di butuhkan untuk mengetahui segala hal
yang harus di lakukan dan mana yang pantas ditinggalkan, apalagi kita sebagai
mahasiswa perlu memahami dam menghayati makna dari ideolohi bangsa tersebut. Hal
tersebut memiliki arti bahwa pendidikan pancasila diharapkan dapat menjadi ruh dalam
membentuk jati diri mahasiswa guna mengembangkan jiwa profesionalitasnya dalam
mengenyam pendidikan dibidangnya masing-masing.
Selain memahami tujuan dari pendidikan pancasila mengingat dan mempelajari proses
bagaimana perumusan dasar negara pancasila juga penting. Karena sebagai mahasiswa
yang berperan sebagai Iron Stock/generasi penerus bangsa yang baik harus memahami
betul pentingnya sejarah. Sejarah telah mengungkapkan bahwa Pancasila adalah jiwa
seluruh rakyat Indonesia, yang memberi kekuatan hidup kepada bangsa Indonesia serta
membimbingnya dalam mengejar kehidupan lahir batin yang makin baik, di dalam
masyarakat Indonesia yang adil dan makmur. Bahwasanya Pancasila yang telah diterima
dan ditetapkan sebagai dasar negara seperti tercantum dalam pembukaan Undang-Undang
Dasar 1945 merupakan kepribadian dan pandangan hidup bangsa, yang telah diuji
kebenaran, kemampuan dan kesaktiannya, sehingga tak ada satu kekuatan manapun juga
yang mampu memisahkan Pancasila dari kehidupan bangsa Indonesia. Menyadari bahwa
untuk kelestarian kemampuan dan kesaktian Pancasila itu, perlu diusahakan secara nyata
dan terus menerus penghayatan dan pengamamalan nilai-nilai luhur yang terkandung di
dalamnya oleh setiap warga negara Indonesia, setiap penyelenggara negara serta setiap
lembaga kenegaraan dan lembaga kemasyarakatan, baik di pusat maupun di daerah.
Pancasila sebagai dasar Negara, maka mengamalkan dan mengamankan Pancasila sebagai
dasar Negara mempunyai sifat imperatif dan memaksa, artinya setiap warga negara
Indonesia harus tunduk dan taat kepadanya.
1.2 RUMUSAN MASALAH
1. Bagaimana konsep pendidikan pancasila berikut urgensinya ?
2. Apa landasan pendidikan pancasila ?
3. Apa tujuan pendidikan pancasila ?
4. Bagaimana sejarah perumusan Pancasila?
5. Siapakah tokoh-tokoh yang terlibat dalam perumusan Pancasila?
6. Apakah pengertian Pancasila sebagai dasar negara?
7. Bagaimana proses pengesahan pancasila sebagai dasar negara ?
8. Apakah fungsi pokok pancasila sebagai dasar negara dan ideologi negara?

3
1.3 TUJUAN
Berdasarkan rumusan masalah di atas maka tujuan penulisan makalah adalah:
1. Mengetahui sejarah dan tujuan Pancasila.
2. Memahami konsep pendidikan dan landasan pokok Pancasila
3. Mengetahui pengertian Pancasila sebagai dasar negara.
4. Mengetahui proses pengesahan pancasila sebagai dasar negara.
5. Mengetahui fungsi pokok pancasila sebagai dasar negara dan ideologi negara

4
BAB II

PEMBAHASAN
2.1 Konsep Pendidikan Pancasila
Pendidikan secara garis besar dapat dibagi menjadi 3 bagian,yaitu:
1. Pendidikan
2. Teori umum pendidikan
3. Ilmu pendidikan
Yang pertama memiliki arti yang mengacu kepada pendidikan yang dilakukan masyarakat
umumnya. Pendidikan seperti ini sudah ada semenjak manusia ada di muka bumi.pada zaman
dulu,kebanyakan manusia memperlakukan anak-anaknya secara insting,suatu sifat
pembawaan,demi kelangsungan hidup keturunannya.insting merupakan pembawaan sejak
lahir.
Tujuan dari pendidikan menurut negara kita sudah jelas tercantum dalam alinea IV
pembukaan UUD 1945,yaitu:
1. Melindungi segenap bangsa indonesia dan tumpah darah indonesia
2. Memajukan kesejahteraan umum
3. Mencerdaskan kehidupan bangsa
4. Ikut melaksanakan ketertiban dunia.
Sedangkan pancasila secara umum diartikan sebagai dasar negara. Dalam kalimat “Pancasila
sebagai Dasar Negara” sebenarnya tidak menjelaskan apa itu pancasila melainkan status,
kedudukan, termasuk fungsi Pancasila tersebut dalam kehidupan bernegara di Indonesia.
Pancasila sebagai dasar negara dapat dikatakan sebagai status pokok yang memiliki landasan
konstitusional dan berimplikasi yuridis. Menurut Darji Darmodiharjo, pancasila merupaka
dasar falsafah negara yang digunakan untuk mengatur pemerintahan negara, atau dengan kata
lain digunakan untuk penyelenggaraan negara. Dalam perjalanan sejarah bangsa Indonesia,
sesungguhnya nilai-nilai Pancasila sebagai pandangan hidup bangsa sudah terwujud dalam
kehidupan bermasyarakat sejak sebelum Pancasila sebagai dasar negara dirumuskan dalam
satu sistem nilai. Sejak zaman dahulu, wilayah-wilayah di nusantara ini mempunyai beberapa
nilai yang dipegang teguh oleh masyarakatnya, sebagai contoh:
1. Percaya kepada Tuhan dan toleran,
2. Gotong royong,
3. Musyawarah,
4. Solidaritas atau kesetiakawanan sosial, dan sebagainya Munculnya permasalahan yang
mendera Indonesia, memperlihatkan telah tergerusnya nilai-nilai Pancasila dalam kehidupan
bermasyarakat, berbangsa dan bernegara. Oleh karena itu, perlu diungkap berbagai
permasalahan di negeri tercinta ini yang menunjukkan pentingnya mata kuliah pendidikan
Pancasila. Dengan memperhatikan masalah tersebut, maka pendidikan Pancasila sangat
penting untuk diajarkan pada berbagai jenjang pendidikan, khususnya di perguruan tinggi.
Urgensi pendidikan Pancasila di perguruan tinggi, yaitu agar mahasiswa tidak tercerabut dari
akar budayanya sendiri dan agar mahasiswa memiliki pedoman atau kaidah penuntun dalam

5
berpikir dan bertindak dalam kehidupan sehari-hari dengan berlandaskan nilainilai Pancasila.
Selain itu, urgensi pendidikan Pancasila, yaitu dapat memperkokoh
jiwa kebangsaan mahasiswa sehingga menjadi dorongan pokok (leitmotive) dan bintang
penunjuk jalan (leitstar) (Abdulgani, 1979: 14). Urgensi pendidikan Pancasila bagi
mahasiswa sebagai calon pemegang tongkat estafet kepemimpinan bangsa untuk berbagai
bidang dan tingkatan, yaitu agar tidak terpengaruh oleh paham-paham asing yang negatif.
Dengan demikian, urgensi pendidikan Pancasila di perguruan tinggi dengan meminjam istilah
Branson (1998), yaitu sebagai pembentuk civic disposition yang dapat menjadi landasan
untuk pengembangan civic knowledge dan civic skills mahasiswa.
Pendidikan Pancasila adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar
dan proses pembelajaran agar mahasiswa secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk
memiliki pengetahuan, kepribadian, dan keahlian, sesuai dengan program studinya masing-
masing. Dengan demikian, mahasiswa mampu memberikan kontribusi yang konstruktif
dalam bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara, dengan mengacu kepada nilai-nilai
Pancasila.
2.2 Landasan Pokok Pendidikan Pancasila
Pancasila adalah sebagai dasar filsafat negara dan pandangan filosofis bangsa Indonesia. Oleh
karena itu, bangsa Indonesia secara konsisten harus mengimplementasikannya dalam setiap
aspek kehidupan yaitudalam bkehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara. Secara
filosofis dan objektif rakyat Indonesia sebelum mendirikan negara Indonesia telah
melaksanajan nilai-nilai Pancasila yaitu, sebagai bangsa yang berketuhanan, berperi
kemanusiaan, bersatu, musyawarah dalam menyelesaikan persoalan hidup dan menegakkan
keadilan dalan kehidupan sehari-hari.
Pembukaan UUD 1945 khususnya alenia ke IV menjadi dasar pertama untuk mempelajari
lancasila sebagai dasar negara tersebut. Berdasarkan pokok pikiran IV menegaskan adanya
kewajiban bagi pemerintah dan penyelenggara negara agar memelihara budi pekerti yang
luhur. Hal ini berarti supaya seluruh rakyat Indonesia berbudi luhur sesuai dengan nilai-nilai
Pancasila. Peraturan pemerintah no 60 tahun 1999 tentang pendidikan tinggi pasal 13 ayat (2)
menegaskan bahwa kurikulum yang berlaku secara nasional diatur oleh menteri pendidikan
dan kebudayaan yang secara lebih terperinci pendidikan pancasila diatur dalam surat
keputusan Direktur Jendral Pendidikan tinggi. SK Dirjen Dikti No38/Dikti/kep/2002 yang
isinya bahwa pendidikan pancasila merupakan. Salah satu komponen dari mata kuliah
pengembangan kepribadian yang wajib diikuti oleh aeluruh mahasiswa di perguruan tinggi.
Memilih pancasila sebagai dasar filsafat negara adalah pilihan yang tepat bagi bangsa
indonesia. Untuk itu, perlu kiranya memahami nilai-nilai yang tercantum didalam Pancasila
secara baik dan benar. Dalam memahami pancasila, perlu kiranya memahami terlebih dahulu
landasan pokok pendidikan pancasila di perguruan tinggi yang terdiri atas :
2.2.1 Landasan historis
Suatu bangsa memiliki ideologi dan pandangam hidupnya sendiri yang diambil dari nila-nilai
yang hidup dan berkembang dalam bangsa itu sendiri.pancasila digali dari bangsa indonesia
sendiri yang telah tumbuh dan berkembang semenjak lahirnya bangsa indonesia.yang dapat
dipersamakan dengan lahirnya bangsa indonesia yang memiliki wilayah seperti indonesia
merdeka saat ini yaitu kerajaan sriwijaya dan majapahit. Pada masa itu, nilai-nilai
ketuhanan,seperti kepercayaan kepada tuhan telah berkembang dan sikap toleransi juga telah
lahir,begitu pula nilai kemanusiaan yang adil dan beradab dan sila-sila yang lainnya.

6
Setelah melalui proses sejarah yang panjang, nilai-nilai pancasila itu telah melalui
pematangan sehingga tokoh-tokoh bangsa indonesia akan mendirikan negara republik
indonesia menjadikan pancasila sebagai dasar negara. Dalam perjalanan ketatanegaraan
indonesia telah terjadi perubahan dan pergantian UUD, seperti UUD 1945 digantikan
kedudukannya oleh konsitusi RIS, kemudian berubah menjadi UUD sementara dan kembali
lagi ke UUD1945. Pancasila mendapatkan di pandang yang berbeda-beda pada setiap rezim.
Pada masa orde lama, pancasila ditafsirkan dengan nasionalis,agama,dan komunis (Nasakom)
yang di sebut dengan Tri sila,kemudian diperas lagi menjadi Eka sila(gotong royong). Pada
masa orde baru, pancasila harus dihayati dan diamalkan dengen berpedoman kepada butir-
butir yang telah ditetapkan oleh MPR melalui Tap.MPR No.II/MPR/1978 tentang P-4.
Namun, penafsiran rezim itu membuat kenyataan dalam masyarakat dan bangsa berbeda-
beda dengan nilai-nilai pancasila yang sesungguhnya. Oleh sebab itu, timbul lah tuntutan
reformasi dalam segala bidang. Dalam kenyataan ini,MPR No. XVII/MPR/1998 tentang
Penegasan pancasila sebagai dasar negara,yang mengandung makna ideologi Nasional
sebagai cita-cita dan tujuan negara.
2.2.2 Landasan Kultural (Budaya)
Beberapa bangsa dan negara ppasti memiliki suatu pandangan hidup serta pegangan hidup
agar tidak terombang abimbing dalam kancah pergaulan masyarakat Dunia Internasional.
Setiap bangsa memiliki ciri khas dan pandangan hidup yang berbeda satu dengan yang lain.
Indonesia sendiri memiliki pandangan hidup yang membedakannya dengan negara liberal
komunis maupun lainnya. Indonesia mendasarkan pandangan hidupnya dalam bermasyarakat,
berbangsa, dan bernegara pada suatu azas kultural yang dimiliki dan melekat pada bangsa itu
sendiri.
Nilai-nilai kenegaraan dan kemasyarakatan yang terkandung dalam sila-sila pancasila bukan
hanya merupakan suatu hasil konseptual seseorang saja, melainkan meruiakan suatu hasil
karya besar bangsa indonesia melalui suatu refleksi filosofis dari para pendiro negara seperti
Soekarno, M. Yamin, M. Hatta, Soepomo, serta para tokoh pendiri lainnya. Satu-satunya
karua besar bangsa indonesia yang sejajar dengan karya besar lain didunia ini adalah hasil
penikiran tentang bangsa dan negara yang mendasarkan pandangan hidup pada suatu prinsip
nilai yang tertuang dalam sila-sika pancasila. Nilai-nilai kultural yang terpelihara dan sudah
ada sejak Indonesia ada merupakan sumber Ideologi Pancasila. Semua negara didunia ini
memiliki budaya yang membedakannya dengan negara lain. Bagi bangsa Indonesia,
Kebudayaan merupakan warisan sosial yang harus dijaga dan dipelihara. Upaya menjaga dan
memelihara tersebut telah dilakukan oleh para pendiri negara kita melalui jarya besarnya
yakni Pancasila yang setiap silanya duangjat dari nilai-nilai kultural bangsa indonesia sendiri.
2.2.3 Landasan Yuridis
Dituangaknnya pancasila kedalam pembujaan UUD 1945, maka mengisyaratkan bahwa
secara yuridis konstitusional Pancasila telah menjadi Dasar Negara Republik Indonesia.
Untuk memudahkan warga negara dalam memahami pancasila, maka dilaksanakanlah
Pendidikan Pancasila, khususnya di perguruan tinggi. Landasan Yuridis perkuliahan
pendidikan pancasila dari perguruan tinggi secara gamblang tertuang dalam UU no. 2 tahun
1989 tentang sistem Pendidikan Nasional. Pasal 29 UU ini telah menetapkan bahwa udi
kurikulum stiap jenis, jalur, dan jenjang pendidikan wajib mmuat Pendidikan Pancasila. Pada
dasarnya, landasan yuridis pendidikan pancasila juga terdapat dalam beberapa ketentuan yang
pernah berlaku di Indonesia, antara lain:
1. Pembukaan UUD NRI 1945, dalam alenia IV pembukaan UUD 1945 telah disebutkan
tentang dasar negara republik indonesia yakni Pancasila.

7
2. Pasal 31 UUD NRI 1945 tentang Pendidijan dam Kebudayaan , yang memuat: (1). Setiap
warga negara berhak mendapatkan pendidikan. (2). Setiap warga negara wajib mengikuti
pendidikan dasar dan pemerintah wajib membiayainya. (3). Pemerintah mengusahakan dan
menyelenggarakan suatu sistem pendidikan nasional yang meningkatkan keimanan dan
ketakwaan serta akhlak mulia dslam rangka mencerdakan kehidupan bangsa yang diatur
dengan UU.
3. TAP MPRS No. XXVIII/MPRS/1966 tentang Agama, Pendidikan dan Kebudayaan.
4. Peraturan pemerintah RI Nomor. 19 tahun 2005 tetntang standar Nasional Pendidikan.
Pasal 9 ayat 2 “Kurikulum tingkat satuan pendidikan tinggi wajib memuat mata kuliah
Pendidikan Agama, Pendidikan Kewarganegaraan, Bahasa Indonesia dan Bahasa Inggris.
5. UU No. 12 tahun 2012 tentang perguruan tinggi yang mewajibkan kurikulum pendidikan
tinggi memuat mata kulia Pendidikan Pancasila.
6. Kepmendiknas No. 045 U/2002 tentang kurikulum inti pendidikan tinggi, “ Pendidikan
Agama, Pendidikan Pancasila, dan Pendidikan Kewarganegaraan merupaka kelompok mata
kuliah pengembangan kepribadian yang wajib diberikan dalam kurikulum setiap program
studi atau kelompok program studi”.
Berdasarkan ketentuam tersebut, maka secara material melalui Pendidikan Kewarganegaraan,
maka materi pancasila bahjan filsafat pancasila adalah wajib diberikan di pendidikan tinggi
dan secara eksplisit terdsoat dalam rambu-rambu pendudikan Kepribadian.
2.2.4 Landasan Filsofis
Pancasila dikenal sebagai filosofi Negara Indonesia. Nilai-nilai yang tertuang dalam rumusan
sila-sila Pancasila adalah landasan filosofis yang dianggap, dipercaya dan diyakini sebagai
sesuatu (kenyataan, norma-norma, nilainilai) yang paling benar, paling adil, paling bijaksana,
paling baik dan paling sesuai sebagai dasar Negara Kesatuan Republik Indonesia. Menurut
Prof. Mr. Drs. Notonagoro dalam pidato Dies Natalis Universitas Airlangga Surabaya pada
tanggal 10 November 1955 : “Susunan Pancasila itu adalah suatu kebulatan yang bersifat
hierrarchies dan piramidal yang mengakibatkan adanya hubungan organis di antara 5 sila
negara kita”. Pernyataan dan pendapatnya tersebut kemudian diterima dan dikukuhkan oleh
MPRS dalam Ketetapan No. XX/MPRS/1960 jo. Ketetapan No. V/MPR/1973. Pernyataan
tersebut diperkuat juga oleh Ketetapan MPR No. XI/MPR/1978, Pancasila itu merupakan
satu kesatuan yang bulat dan utuh dari kelima silanya. Dikatakan demikian, karena masing-
masing sila dari Pancasila itu tidak dapat dipahami dan diberi arti secara sendiri-sendiri.
Memahami atau memberi arti setiap sila-sila secara terpisah dari sila-sila lainnya akan
mendatangkan pengertian yang keliru tentang Pancasila.
Dengan demikian, landasan Filsafat Pancasila merupakan harmonisasi dari nilai-nilai dan
norma-norma utuh yang terkandung dalam sila-sila Pancasila, yang bertujuan untuk
mendapatkan pokok-pokok pengertiannya secara mendasar dan menyeluruh agar menjadi
landasan filsafat yang sesuai dengan keperibadian dan cita-cita Bangsa.
Adapun bentuk Filsafat Pancasila sendiri digolongkan sebagai berikut :
a. Bersifat religius yang berarti dalam hal kebijaksanaan dan kebenaran mengenal adanya
kebenaran mutlak yang berasal dari Tuhan Yang Maha Esa (kebenaran religius) dan sekaligus
mengakui keterbatasan kemampuan manusia.
b. Memiliki arti praktis yang berarti dalam proses pemahamannya tidak sekedar mencari
kebenaran dan kebijaksanaan, serta hasrat ingin tahu, tapi hasil pemikiran yang berwujud

8
filsafat pancasila tersebut dipergunakan sebagai pedoman hidup seharihari (way of life /
weltanschaung) agar mencapai kebahagiaan lahir dan bathin, dunia maupun akhirat
(Pancasilais).
Pancasila sebagai dasar filsafat Negara harus menjadi sumber bagi segala tindakan para
penyelenggara negara, menjadi jiwa dari perundang-undangan yang berlaku dalam kehidupan
bernegara. Oleh karena itu,dalam menghadapi tantangan kehidupan bangsa memasuki
globalisasi, bangsa indonesia harus tetap memiliki nilai-nilai, yaitu pancasila sebagai sumber
nilai dalam pelaksanaan kenegaraan yang menjiwai pembangunan nasional dalam bidang
politik, ekonomi, sosialbudaya, dan pertahanan keamanan.
2.3 Tujuan Pendidikan Pancasila
Secara umum, tujuan utama Pendidikan Pancasila adalah untuk menumbuhkan wawasan dan
kesadaran berbangsa dan bernegara, sikap dan perilaku cinta tanah air dan bersendikan
kebudayaan bangsa, wawasan nusantara, serta ketahanan nasional dalam diri kita yang
sedang mengkaji dan akan menguasai IPTEKS. Secara khusus, tujuan pancasila terkandung
dalam tujuan Pendidikan Nasional, yakni: Meningkatkan manusia yang berkualitas, berimtak,
berbudi pekerti luhur, berkepribadian, mandiri, maju, tangguh, cerdas, kreatif, terampil,
berdisiplin, beretos kerja, profesional, bertanggungjawab, dan produktif, serta sehat jasmani
dan rohani… dan harus menumbuhkan jiwa patriotik, mempertebal rasa cinta tanah air,
meningkatkan semangat berkebangsaan, kesetiakawanan sosial, kesadaran pada sejarah
bangsa, sikap menghargai jasa para pajlawan dan berorientasi ke masa depan.
Disamping itu, menurut hasil loka karya mata kuliah Pancasila 1978, Tujuan perkuliahan
pancasila di perguruan tinggi adalah:
a. Mahasiswa menerti dan menghayati tentang pancasila yang sah dan benar sebagaimana
yang telah dirumuskan secara formal dalam pembukaan UUD 194, alenia IV.
b. Mahasiswa mengamankan pancasila dari segala macam bahaya dari manapun datangnya.
c. Mahasiswa dapat mengamalkan pancasila dalam kehidupannya sehari-hari dalam
bermasyarakat sesuai dengan keahliannya masing².
d. Mahasiswa ikut aktif berperan dalam mengusahakan kelestarian Pancasila,
pandangan hidup bangsa dan Dasar Negara Republik Indonesia. Tujuan pendidikan pancasila
tidak bisa lepas dari Tujuan Nasional bangsa Indonesia serta tujuan Pendidikan Naaional.
Ketiganya diikat menjadi berkesinambungan untuk mewujudkan kehidupan berbangsa dan
bernegara yang sesuai dengan sila-sila Pancasila.

2.4 Sejarah Perumusan Pancasila dan Tokoh yang Terlibat


Juli tahun 1944 Jepang mengalami kekalahan di Asia Timur Raya ditandai dengan jatuhnya
kepulauan Saipan (dekat kepulauan Jepang) ke tangan Amerika. Kemudian situasi menjadi
semakin memburuk terbukti dengan moril masyarakat mulai mundur, produksi perang
merosot mengakibatkan persediaan senjata dan amunisi berkurang, dan timbulnya masalah
logistik karena hilangnya sejumlah kapal angkut serta kapal perang. Banyak cara yang
digunakan jepang untuk menarik simpati khususnya kepada bangsa Indonesia guna
mempertahankan pengaruh Jepang diantara penduduk negeri-negeri yang didudukinya, salah
satunya adalah janji Jepang untuk memberi kemerdekaan bagi bangsa Indonesia yang
diucapkan oleh Perdana Menteri Kaiso pada tanggal 7 September 1944. Dengan cara

9
demikian Jepang mengharapkan bahwa Serikat akan disambut oleh penduduk, tidak sebagai
pembebas rakyat melainkan sebagai penyerbu ke negara merdeka.

2.4.1 Pembentukan BPUPKI


Jepang meyakinkan bangsa Indonesia tentang kemerdekaan yang dijanjikan dengan
membentuk Badan Penyelidik Usaha-Usaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia (BPUPKI).
Badan itu dalam bahasa Jepang disebut Dokuritsu Junbi Cosakai. Jenderal Kumakichi
Harada, Komandan Pasukan Jepang untuk Jawa pada tanggal 1 Maret 1945 mengumumkan
pembentukan BPUPKI. Pada tanggal 28 April 1945 diumumkan pengangkatan anggota
BPUPKI. Upacara peresmiannya dilaksanakan di Gedung Cuo Sangi In di Pejambon Jakarta
(sekarang Gedung Departemen Luar Negeri). Ketua BPUPKI ditunjuk Jepang adalah dr.
Rajiman Wedyodiningrat, wakilnya adalah Icibangase (Jepang), dan sebagai sekretarisnya
adalah R.P. Soeroso. Jumlah anggota BPUPKI adalah 63 orang yang mewakili hampir
seluruh wilayah Indonesia ditambah 7 orang tanpa hak suara.
Masa Persidangan Pertama BPUPKI (29 Mei–1 Juni 1945)
Setelah terbentuk BPUPKI segera mengadakan persidangan. Masa persidangan pertama
BPUPKI dimulai pada tanggal 29 Mei 1945 sampai dengan 1 Juni 1945. Pada masa
persidangan ini, BPUPKI membahas rumusan dasar negara untuk Indonesia merdeka. Pada
persidangan dikemukakan berbagai pendapat tentang dasar negara yang akan dipakai
Indonesia merdeka. Pendapat tersebut disampaikan oleh Mr. Mohammad Yamin, Mr.
Supomo, dan Ir. Sukarno.
a) Mr. Mohammad Yamin
Mr. Mohammad Yamin menyatakan pemikirannya tentang dasar negara Indonesia merdeka
dihadapan sidang BPUPKI pada tanggal 29 Mei 1945. Pemikirannya diberi judul ”Asas dan
Dasar Negara Kebangsaan Republik Indonesia”.
Mr. Mohammad Yamin mengusulkan dasar negara Indonesia merdeka yang intinya sebagai
berikut:
1) peri kebangsaan;
2) peri kemanusiaan;
3) peri ketuhanan;
4) peri kerakyatan;
5) kesejahteraan rakyat.
Setelah berpidato beliau menyampaikan usulan tertulis mengenai rancangan UUD Republik
Indonesia. Didalam pembukaan dari rancangan UUD itu tercantum perumusan lima asas
dasar Negara yang berbunyi sebagai berikut :
1) Ketuhanan Yang Maha Esa
2) Kebangsaan Persatuan Indonesia
3) Rasa Kemanusaiaan yang adil dan beradab
4) Kerakyatan yang dipimpin oleh hikkmat kebijaksanaan dalam permusyawartan/perwakilan
5) Keadilan Sosial bagi Seluruh Rakyat Indonesia.

Kenyataan mengenai isi pidato serta usulan tertulis mengenai Rancangan UUD yang di
kemukakan oleh Mr. Muh Yamin itu dapat meyakinkan kita, bahwa Pancasila tidaklah lahir
pada tanggal 1 Juni 1945, karena pada tanggal 29 Mei itu Mr. Muh Yamin telah
mengucapkan pidato serta menyampaikan usulan rancangan UUD Negara Republik
Indonesia yang berisi lima asas dasar Negara. Bahkan lebih dari itu, perumusan dan

10
sistematika yang di kemukakan oleh Mr. Muh Yamin pada tanggal 29 Mei 1945 itu hampir
sama dengan pancasila yang sekarang ini (Pembukaan UUD 1945). Tiga sila yakni : Sila
pertama, keempat dan kelima baik perumusan maupun tempatnya sama dengan pancasila
yang sekarang. Perbedaannya adalah pada sila kedua dan ketiga, yang didalam sistematika
usulan Mr. Muh Yamin berbalik dengan sistematika yang ada pada pancasila yang sekarang.
Selain itu perumusan sila kedua pun ada sedikit perbedaan, yaitu digunakannya kata
“Kebangsaan“ pada sila “Kebangsaan Persatuan Indonesia“, dan di gunakan kata “Rasa“ pada
sila “Rasa Kemanusiaan yang adil dan beradab“. Kedua kata tersebut diatas yakni kata
“Kebangsaan“ dan “Rasa“, sebagaimana diketahui di dalam pancasila yang sekarang tidak
terdapat.
b) Mr. Supomo
Mr. Supomo mendapat giliran mengemukakan pemikirannya di hadapan sidang BPUPKI
pada tanggal 31 Mei 1945. Pemikirannya berupa penjelasan tentang masalah-masalah yang
berhubungan dengan dasar negara Indonesia merdeka. Negara yang akan dibentuk hendaklah
negara integralistik yang berdasarkan pada hal-hal berikut ini:
1) persatuan;
2) kekeluargaan;
3) keseimbangan lahir dan batin;
4) musyawarah;
5) keadilan sosial.
c) Ir. Sukarno
Pada tanggal 1 Juni 1945 Ir. Sukarno mendapat kesempatan untuk mengemukakan dasar
negara Indonesia merdeka. Pemikirannya terdiri atas lima asas berikut ini:
1) Nasionalisme (kebangsaan Indonesia);
2) internasionalisme atau perikemanusiaan;
3) mufakat atau demokrasi;
4) kesejahteraan sosial;
5) Ketuhanan Yang Maha Esa (Ketuhanan Yang Berkebudayaan)
Kelima asas tersebut diberinya nama Pancasila sesuai saran teman yang ahli bahasa. Untuk
selanjutnya, tanggal 1 Juni kita peringati sebagai hari Lahir Istilah Pancasila. Jika perumusan
dan sistematika yang dikemukakan/diusulkan oleh Ir. Soekarno itu kita bandingkan dengan
pancasila yang sekarang, nyata sekali bahwa perumusan dan sistematika Ir. Soekarno itu lain
dari pada perumusan dan sistematika Pancasila yang sekarang. Kiranya sistematika yang
dikemukakan oleh Ir. Soekarno itu merupakan hasil pemikiran atas dasar “Denk Methode
Historisch Materialisme“. Dengan pola berpikir yang dialektis ini, maka asas Kebangsaan
Indonesia atau Nasionalisme dihadapkan/dipertentangkan dengan asas Internasionalisme atau
Perikemanusiaan dan menjadi “Sosio-Nasionalisme“. Selanjutnya asas mufakat atau
demokrasi dalam hal ini demokrasi politik dihadapkan/dipertentangkan dengan asas
Kesejahtraan Sosial yakni demokrasi ekonomi menjadi “SosioDemokrasi“.
Masa Persidangan Kedua (10–16 Juli 1945)
Masa persidangan pertama BPUPKI berakhir, tetapi rumusan dasar negara untuk Indonesia
merdeka belum terbentuk. Padahal, BPUPKI akan reses (istirahat) satu bulan penuh. Untuk
itu, BPUPKI membentuk panitia perumus dasar negara yang beranggotakan sembilan orang
sehingga disebut Panitia Sembilan. Tugas Panitia Sembilan adalah menampung berbagai
aspirasi tentang pembentukan dasar negara Indonesia merdeka. Anggota Panitia Sembilan
terdiri atas Ir. Sukarno (ketua), Abdulkahar Muzakir, Drs. Moh. Hatta, K.H. Abdul Wachid
Hasyim, Mr. Moh. Yamin, H. Agus Salim, Ahmad Subarjo, Abikusno Cokrosuryo, dan A. A.
Maramis. Panitia Sembilan bekerja cerdas sehingga pada tanggal 22 Juni 1945 berhasil

11
merumuskan dasar negara untuk Indonesia merdeka. Rumusan itu oleh Mr. Moh. Yamin
diberi nama Piagam Jakarta atau Jakarta Charter. Pada tanggal 10 sampai dengan 16 Juli
1945, BPUPKI mengadakan sidang kedua. Pada masa persidangan ini, BPUPKI membahas
rancangan undang-undang dasar. Untuk itu, dibentuk Panitia Perancang Undang-Undang
Dasar yang diketuai Ir. Sukarno. Panitia tersebut juga membentuk kelompok kecil yang
beranggotakan tujuh orang yang khusus merumuskan rancangan UUD. Kelompok kecil ini
diketuai Mr. Supomo dengan anggota Wongsonegoro, Ahmad Subarjo, Singgih, H. Agus
Salim, dan Sukiman. Hasil kerjanya kemudian disempurnakan kebahasaannya oleh Panitia
Penghalus Bahasa yang terdiri atas HuseinJayadiningrat, H. Agus Salim, dan Mr. Supomo. Ir.
Sukarno melaporkan hasil kerja Panitia Perancang UndangUndang pada sidang BPUPKI
tanggal 14 Juli 1945. Pada laporannya disebutkan tiga hal pokok, yaitu pernyataan Indonesia
merdeka, pembukaan undang-undang dasar, dan undang-undang dasar (batang tubuh). Pada
tanggal 15 dan 16 Juli 1945 diadakan sidang untuk menyusun UUD berdasarkan hasil kerja
Panitia Perancang Undang-Undang Dasar. Pada tanggal 17 Juli 1945 dilaporkan hasil kerja
penyusunan UUD. Laporan diterima sidang pleno BPUPKI.
Pembentukan Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia
Pada tanggal 7 Agustus 1945 BPUPKI dibubarkan Jepang. Untuk menindaklanjuti hasil kerja
BPUPKI, Jepang membentuk Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia (PPKI). Lembaga
tersebut dalam bahasa Jepang disebut Dokuritsu Junbi Iinkai. PPKI beranggotakan 21 orang
yang mewakili seluruh lapisan masyarakat Indonesia. Mereka terdiri atas 12 orang wakil dari
Pancasila | 8 Jawa, 3 orang wakil dari Sumatera, 2 orang wakil dari Sulawesi, dan seorang
wakil dari Sunda Kecil, Maluku serta penduduk Cina. Ketua PPKI pada tanggal 18 Agustus
1945, menambah anggota PPKI enam orang lagi sehingga semua anggota PPKI berjumlah 27
orang. PPKI dipimpin oleh Ir. Sukarno, wakilnya Drs. Moh. Hatta, dan penasihatnya Ahmad
Subarjo. Adapun anggotanya adalah Mr. Supomo, dr. Rajiman Wedyodiningrat, R.P. Suroso,
Sutardjo, K.H. Abdul Wachid Hasyim, Ki Bagus Hadikusumo, Oto Iskandardinata,
Suryohamijoyo, Abdul Kadir, Puruboyo, Yap Tjwan Bing, Latuharhary, Dr. Amir, Abdul
Abbas, Teuku Moh. Hasan, Hamdani, Sam Ratulangi, Andi Pangeran, I Gusti Ktut Pudja,
Wiranatakusumah, Ki Hajar Dewantara, Kasman Singodimejo, Sayuti Melik, dan Iwa
Kusumasumantri.
2.4.2 Pengertian Pancasila sebagai Dasar Negara
Lahirnya Pancasila melalui proses panjang yang didasari oleh sejarah perjuangan bangsa kita
sendiri, serta dengan melihat pengalaman bangsabangsa lain. Tetapi meskipun demikian,
perlu ditekankan disini bahwa Pancasila tetap berakar pada kepribadian dan gagasan bangsa
kita sendiri. Pancasila sebagai dasar Negara RI atau disebut juga dengan Dasar Falsafah
Negara atau ideologi Negara, berarti menunjukkan bahwa Pancasila digunakan sebagai dasar
dalam mengatur pemerintahan Negara dan penyelenggaraan Negara. Kedudukan Pancasila
sebagai dasar Negara, sebagaimana yang tertuang pada Pembukaan UUD 1945, merupakan
sumber tertib hokum tertinggi yang mengatur kehidupan Negara dan masayarakat. Hal ini
mengandung makna bahwa Pancasila sebagai kaidah dasar Negara yang bersifat mengikat
dan memaksa. Maksudnya, Pancasila mengikat dan memaksa segala sesuatu yang berada di
dalam wilayah kekuasaan hukum Negara RI agar setia melaksanakan, mewariskan,
mengembangkan, dan melestarikan nilai-nilai Pancasila. Jadi, semua warga negara,
penyelenggara Negara tanpa terkecuali, dan segala macam peraturan perundang-undangan
yang ada harus bersumber dan sesuai dengan nilai-nilai Pancasila. Itulah sebabnya seluruh isi
UUD 1945 dan berbagai peraturan perundang-undangan yang berlaku di Negara RI
seluruhnya bersumber atau merupakan penjabaran dari sila-sila Pancasila. Bahkan
pembangunan nasional yang dilaksanakan oleh bangsa Indonesia pada hakikatnya merupakan

12
penjabaran dari nilai-nilai Pancasila. Dengan demikian, jelaslah bahwa kedudukan Pancasila
adalah sebagai Dasar Negara Indonesia, yang mempunyai fungsi pokok sebagai ideologi
Negara atau sebagai pokok kaidah Negara yang fundamental. Pada akhir Perang Dunia II,
Jepang mulai banyak mengalami kekalahan di mana-mana dari Sekutu. Banyak wilayah yang
telah diduduki Jepang kini jatuh ke tangan Sekutu. Jepang merasa pasukannya sudah tidak
dapat mengimbangi serangan Sekutu. Untuk itu, Jepang menjanjikan kemerdekaan kepada
bangsa Indonesia agar tidak melawan dan bersedia membantunya melawan Sekutu.
2.4.3 Pengesahan Pancasila sebagai Dasar Negara
Pada tanggal 18 Agustus 1945, PPKI mengadakan sidangnya yang pertama. Pada sidang ini
PPKI membahas konstitusi negara Indonesia, Presiden dan Wakil Presiden Indonesia, serta
lembaga yang membantu tugas Presiden Indonesia. PPKI membahas konstitusi negara
Indonesia dengan menggunakan naskah Piagam Jakarta yang telah disahkan BPUPKI.
Namun, sebelum sidang dimulai, Bung Hatta dan beberapa tokoh Islam mengadakan
pembahasan sendiri untuk mencari penyelesaian masalah kalimat ”... dengan kewajiban
menjalankan syariat Islam bagi pemeluk-pemeluknya” pada kalimat ”Ketuhanan dengan
kewajiban menjalankan syariat Islam bagi pemeluk-pemeluknya”. Tokoh-tokoh Islam yang
membahas adalah Ki Bagus Hadikusumo, Kasman Singodimejo, K.H. Abdul Wachid
Hasyim, dan Teuku Moh. Hassan. Mereka perlu membahas hal tersebut karena pesan dari
pemeluk agama lain dan terutama tokoh-tokoh dari Indonesia bagian timur yang merasa
keberatan dengan kalimat tersebut. Mereka mengancam akan mendirikan negara sendiri
apabila kalimat tersebut tidak diubah. Dalam waktu yang tidak terlalu lama, dicapai
kesepakatan untuk menghilangkan kalimat ”... dengan kewajiban menjalankan syariat Islam
bagi pemelukpemeluknya”. Hal ini dilakukan untuk menjaga persatuan dan kesatuan bangsa
Indonesia. Kita harus menghargai nilai juang para tokoh-tokoh yang sepakat menghilangkan
kalimat ”.... dengan kewajiban menjalankan syariat Islam bagi pemeluk-pemeluknya”. Para
tokoh PPKI berjiwa besar dan memiliki rasa nasionalisme yang tinggi. Mereka juga
mengutamakan kepentingan bangsa dan negara di atas kepentingan pribadi dan golongan.
Adapun tujuan diadakan pembahasan sendiri tidak pada forum sidang agar permasalahan
cepat selesai. Dengan disetujuinya perubahan itu maka segera saja sidang pertama PPKI
dibuka. Pada itu juga bangsa Indonesia mulai menetapkan dasar negara Indonesia dengan
semangat para tokoh PPKI dan para tokoh lainnya.
Rumusan akhir yang ditetapkan tanggal 18 Agustus 1945 dalam sidang PPKI adalah sebagai
berikut :
1. Ketuhanan Yang Maha Esa.
2. Kemanusiaan Yang Adil dan Beradab.
3. Persatuan Indonesia.
4. Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmah kebijaksanaan dalam
permusyawaratan/perwakilan.
5. Keadilan Sosial bagi seluruh Rakyat Indonesia.
Rumusan inilah kemudian dijadikan dasar negara hingga sekarang bahkan hingga akhir
perjalanan bangsa Indonesia. Bangsa Indonesia bertekad bahwa Pancasila sebagai dasar
negara tidak dapat diubah oleh siapapun, termasuk oleh MPR hasil pemilu. Jika mangubah
dasar negara Pancasila berarti membubarkan negara hasil proklamasi (tap MPRS No.
XX/MPRS/1966). Setelah rumusan Pancasila diterima sebagai dasar Negara secara resmi
beberapa dokumen penetapannya ialah:
 Rumusan Pertama : Piagam Jakarta (Jakarta Charter)- tanggal 22 Juni 1945.
 Rumusan Kedua : Pembukaan Undang-Undang Dasar – tanggal 18 Agustus 1945.

13
 Rumusan Ketiga : Mukaddimah Konstitusi Republik Indonesia Serikat- tanggal 27
Desember 1949.
 Rumusan Keempat : Mukaddimah Undang-Undang Dasar Sementaratanggal 15 Agustus
1950.
 Rumusan Kelima : rumusan Kedua yang dijiwai oleh Rumusan Pertama (merujuk Dekrit
Presiden 5 Juli 1959).
2.4.4 Fungsi Pokok Pancasila sebagai Dasar Negara dan Ideologi Negara
a) Pancasila sebagai dasar Negara :
1) Sebagai dasar Negara, pancasila berkedudukan sebagai norma dasar atau norma
fundamental (fundamental norm) Negara dengan demikian Pancasila menempati
norma hukum tertinggi dalam Negara ideologi Indonesia. Pancasila adalah cita hukum
( staatside ) baik hukum tertulis dan tidak tertulis ( konvensi ).
2) Sebagai sumber dari segala sumber hukum, Pancasila merupakan kaidah Negara
yang fundamental artinya kedudukannya paling tinggi, oleh karena itu Pancasila juga
sebagai landasan ideal penyususnan arturan – aturan di Indonesia. Oleh karena itu
semua peraturan perundangan baik yang dipusat maupun daerah tidak menyimpang
dari nilai Pancasila atau harus bersumber dari nilai -nilai Pancasila.
3) Sebagai Pandangan Hidup, yaitu nilai Pancasila merupakan pedoman dan pegangan
dalam pembangunan bangsa dan Negara agar tetap berdiri kokoh dan mengetahui arah
dalam memecahkan masalah ideologi, politik, ekonomi, soaial dan budaya serta
pertahanan dan keamanan.
4) Sebagai iiwa dan kepribadian bangsa Indonesia, nilai pancasila itu mencerminkan
kepribadian bangsa sebab nilai dasarnya kristalisasi nilai budaya bangsa Indonesia
asli, bukan diambil dari bangsa lain.
5) Sebagai Perjanjian luhur bangsa Indonesia, pancasila lahir dari hasil musyawarah
para pendiri bangsa dan negara ( founding fathers) sebagi para wakil bangsa,
Pancasila yang dihasilkan itu dapat dipertanggungjawabkan secara moral, sisio
kulturil. Moral dalam arti tidak bertentangan dengan nilai agama yang berlaku di
Indonesia, sosio kultural berarti cerminan dari nilai budaya bangsa Indonesia, karena
itu Pancasila merangkul segenap lapisan masyarakat Indonesia yang majemuk ini.
Dengan demikian dapat dikatakan bahwa Pancasila sebagai dasar Negara merupakan
norma dasar dalam kehidupan bernegara yang menjadi sumber dasar, landasan norma,
serta memberi fungsi konstitutif dan regulative bagi penyusunan hukum –hokum
Negara.
b) Pancasila Sebagai Ideologi Negara

Dalam kehidupan sehari-hari istilah ideologi umumnya digunakan sebagai pengertian


pedoman hidup baik dalam berpikir maupun bertindak. Dalam hal ini ideologi dapat
dibedakan mejadi dua pengertian yaitu ideologi dalam arti luas dan ideologi dalam arti
sempit. Dalam arti luas ideologi menunjuk pada pedoman dalam berpikir dan
bertindak atau sebagai pedoman hidup di semua segi kehidupan baik pribadi maupun
umum. Sedangkan dalam arti sempit, ideologi menunjuk pada pedoman baik dalam
berpikir maupun bertindak atau pedoman hidup dalam bidang tertentu misalnya
sebagai ideology Negara. Ideologi Negara adalah ideologi dalam pengertian sempit
atau terbatas. Ideologi Negara merupakan ideologi mayoritas waga Negara tentang
nilai -nilai dasar Negara yang ingin diwujudkan melalui kehidupan Negara itu.
Ideologi Negara sering disebut sebagai ideologi politik karena terkait dengan
penyelenggaraan kehidupan bermasyarakat dan bernegara yang tidak lain adalah

14
kehidupan politik. Pancasila adalah ideologi Negara yaitu gagasan fundamental
mengenai bagaimana hidup bernegara milik seluruh bangsa Indonesia bukan ideologi
milik Negara atau rezim tertentu. Sebagai ideologi, yaitu selain kedudukannya sebagai
dasar Negara kesatuan republic Indonesia Pancasila berkedudukan juga sebagai
ideologi nasional Indonesia yang dilaksanakan secara konsisten dalam kehidupan
bernegara. Sebagai ideologi bangsa Indonesia, yaitu Pancasila sebagai ikatan budaya (
cultural bond) yang berkembangan secara alami dalam kehidupan masyarakat Indo
nesia bukan secara paksaan atau Pancasila adalah sesuatu yang sudah mendarah
daging dalam kehidupan sehari-hari bangsa Indonesia. Sebuah ideologi dapat bertahan
atau pudar dalam menghadapi perubahan masyarakat tergantung daya tahan dari
ideologi itu. Alfian mengatakan bahwa kekuatan ideologi tergantung pada kualitas
tiga dimensi yang dimiliki oleh ideologi itu, yaitu dimensi realita, idealisme, dan
fleksibelitas. Pancasila sebagai sebuah ideologi memiliki tiga dimensi tersebut:
Dimensi realita, yaitu nilai-nilai dasar yang ada pada ideologi itu yang mencerminkan
realita atau kenyataan yang hidup dalam masyarakat dimana ideologi itu lahir atau
muncul untuk pertama kalinya paling tidak nilai dasar ideologi itu mencerminkan
realita masyarakat pada awal kelahira nnya.

Dimensi Idealisme, adalah kadar atau kualitas ideologi yang terkandung dalam nilai
dasar itu mampu memberikan harapan kepada berbagai kelompok atau golongan
masyarakat tentang masa depan yang lebih baik melalui pengalaman dalam praktik
kehidupan bersama seharihari.
Dimensi Fleksibelitas atau dimensi pengembangan, yaitu kemampuan ideologi dalam
mempengaruhi dan sekaligus menyesuaikan diri dengan perkembangan
masyarakatnya Mempengaruhi artinya ikut wewarnai proses perkembangan zaman
tanpa menghilangkan jati diri ideologi itu sendiri yang tercermin dalam nilai dasarnya.
Mempengaruhi berarti pendukung ideologi itu berhasil menemukan tafsiran –tafsiran
terhadap nilai dasar dari ideologi itu yang sesuai dengan realita -realita baru yang
muncul di hadapan mereka sesuai perkembangan zaman.
Menurut Dr.Alfian Pancasila memenuhi ketiga dimensi ini sehingga pancasila dapat
dikatakan sebagai ideologi terbuka. Fungsi Pancasila sebagai ideologi Negara, yaitu:
1) Memperkokoh persatuan bangsa karena bangsa Indonesia adalah bangsa yang
majemuk.
2) Mengarahkan bangsa Indonesia menuju tujuannya dan menggerakkan serta
membimbing bangsa Indonesia dalam melaksanakan pembangunan.
3) Memelihara dan mengembangkan identitas bangsa dan sebagai dorongan dalam
pembentukan karakter bangsa berdasarkan Pancasila.
4) Menjadi standar nilai dalam melakukan kritik mengenai kedaan bangsa dan Negara

BAB III

PENUTUP
3.1 Simpulan
Pendidikan Pancasila yang menjadi sumber dan pedoman bangsa mengantarkan mahasiswa
dapat mengembangkan kepribadiannya serta dapat membantu mewujudkan nilai-nilai dasar

15
pancasila dan kesadaran berbangsa dan bernegara. Pendidikan pancasila juga bertujuan untuk
menguasai kemampuan berfikir, bersikap rasional dan dinamis serta berpandangan luas
sebagai manusia intelektual.
Sebelum pancasila berlaku sah sebagai Dasar Negara RI, diawali dengan adanya suatu proses
perumusan yang mengandung latar belakang tertentu hingga pengesahan yang
memperhatikan rakyat keseluruhan. Proses itu perlu diketahui dalam rangka memahami
perjuangan diplomatis para pencetus atau pemberi usulan yang tidak mudah dan sangat lama
agar kita bisa lebih menjiwai dalam memaknai istilah dan makna yang terkandung di dalam
Pancasila karena di dalam Pancasila terkandung nilai-nilai luhur, ajaranajaran moral yang
kesemuanya itu meruapakan penjelmaan dari seluruh jiwa manusia Indonesia. Menyadari
bahwa untuk kelestarian nilai-nilai pancasila itu perlu diusahakan secara nyata dan terus-
menerus penghayatan dan pengamalan nila-nilai luhur yang terkandung di dalamnya, oleh
sebab itu setiap warga Negara Indonesia, penyelenggara Negara, serta lembaga kenegaraan
dan lembaga kemasyarakatan baik di pusat maupun di daerah harus sama-sama mengamalkan
nilai-nilai Pancasila demi kelestarianya. Oleh karena itu sebagai upaya nyata demi kelestarian
nilai-nilai luhur pancasila, perlu ditanamkan dan atau perlu ada pemahaman kepada generasi
penerus bangsa, salah satunya lewat pendidikan pancasila.

3.2 Saran
Dari uraian-uraian di atas penulis dapat menyarankan :
1. Pancasila sebagai Dasar Negara, sebagai ideologi Negara, serta pandangan hidup bangsa,
memiliki nilai-nilai luhur yang merupakan penjelmaan dari seluruh jiwa manusia Indonesia.
Maka dari itu kita harus menjunjung tinggi dan mengamalkan sila-sila dari Pancasila tersebut
dengan setulus hati dan penuh rasa tanggung jawab.
2. Bagi generasi muda harus bisa menjaga nama pancasila dan harus bisa memaknai apa itu
pancasila dan mengamalkan kepada orang-orang Indonesia.
3. Bagi pendidik agar senantiasa pelajaran Pancasila selalu diajarkan disekolahnya, demi
kebaikan peserta didiknya dan juga demi kelestarian nilai-nila luhur Pancasila itu.
4. Pancasila yang memiliki nilai-nilai luhur, agar diamalkan oleh setiap warga Negara
Indonesia, penyelenggara Negara, serta lembaga kenegaraan dan lembaga kemasyarakatan
baik di pusat maupun di daerah demi kelestarianya.

16
Daftar Pustaka
Winarno,dkk.2014. Pancasila dan UUD NRI 1945, Yogyakarta: Penerbit Ombak
Amran, Ali.2016. Pendidikan Pancasila Di Perguruan Tinggi, Jakarta: PT
RAJAGRAFINDO PERSADA
Nurwadani, Paristiyanti,dkk.2016. Pendidikan Pancasila untuk Perguruan Tinggi, Jakarta:
Direktorat Jendral Pembelajaran dan Kemahasiswaan.
Pidarta, Made,2013. Landasan Pancasila, Jakarta: Rineka Cipta.
Maunah, Binti.2009. Landasan Pendidikan, Yogyakarta: Teras.
Syarbaini, Syahrial.2009. Pendidikan Pancasila di Perguruan Tinggi, Bogor: Ghalia
Indonesia.

17

Anda mungkin juga menyukai