Anda di halaman 1dari 23

Pancasila Sebagai Nilai

Dasar Kehidupan Bangsa


dan Negara Republik
Indonesia

NAMA : MARIA SALESTINA


NIM : 15101706

1
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur saya haturkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa
karena atas berkat dan naungan-Nya saya dapat menyelesaikan
makalah ini. Atas dukungan moral dan materi yang diberikan tak lupa
pula saya ucapkan terima kasih kepada ibu Ni Nyoman Widiyaningsih
Spd,Mpd.

Terima kasih juga untuk teman-teman saya yang selalu memberikan


semangat kepada saya sehingga saya menyelesaikan makalah ini
dengan penuh sukacita.

saya sadar makalah ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena
itu, saya mengharapkan saran dan kritik yang membangun dari
semua pembaca untuk lebih menyempurnakan makalah saya dilaij
waktu.

Bali, 17 januari 2016

Maria salestina

2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR...........................................................HAL. 2
BAB I PENDAHULUAN......................................................HAL. 4
1.1. LATAR BELAKANG...................................................HAL. 4
1.2. TUJUAN PEMBAHASAN...........................................HAL. 5
1.3. MANFAAT................................................................HAL. 5
1.4. METODE PENGUMPULAN DATA..............................HAL. 6

BAB II RUMUSAN MASALAH............................................HAL. 7

BAB III PEMBAHASAN.......................................................HAL. 8

1. HAKIKAT PANCASILA SEBAGAI


DASAR HIDUP NEGARA...............................................HAL. 8
2. HAKIKAT PANCASILA SEBAGAI
PANDANGAN HIDUP BERMASYARAKAT
BERBANGSA DAN BERNEGARA..................................HAL. 10
3. UPAYA MENJAGA NILAI-NILAI
LUHUR PANCASILA.....................................................HAL. 12
4. BIDANG AKTUALISASI NILAI-NILAI
PANCASILA DALAM KEHIDUPAN
BERBANGSA DAN BERNEGARA..................................HAL. 16
5. CONTOH PENERAPAN NILAI PENGEMBANGAN
PANCASILA DALAM KEHIDUPAN BERBANGSA...........HAL. 19
BAB IV PENUTUP............................................................HAL. 21
4.1. SIMPULAN................................................................HAL. 21
4.2. SARAN.......................................................................HAL. 22
DAFTAR PUSTAKA............................................................HAL. 23

3
BAB I
PENDAHULUAN

I.1 LATAR BELAKANG

Di jaman yang penuh dengan persaingan ini makna Pancasila


seolah-olah terlupakan sebagian besar masyarakat Indonesia. Padahal
sejarah perumusannya melalui proses yang sangat panjang oleh para
pendiri negara ini. Pengorbanan tersebut akan sia-sia apabila kita
tidak menjalankan amanat para pendiri negara yaitu pancasila yang
termaktub dalam pembukaan UUD 1945 alenia ke-4. Pancasila
merupakan rangkaian kesatuan dan kebulatan yang tidak terpisahkan
karena setiap sila dalam pancasila mengandung empat sila lainnya dan
kedudukan dari masing-masing sila tersebut tidak dapat ditukar
tempatnya atau dipindah- pindahkan. Hal ini sesuai dengan susunan
sila yang bersifat sistematis-hierarkis, yang berarti bahwa kelima sila
pancasila itu menunjukkan suatu rangkaian urutan-urutan yang
bertingkat-tingkat, dimana tiap-tiap sila mempunyai tempatnya sendiri
di dalam rangkaian susunan kesatuan itu sehingga tidak dapat
dipindahkan. Bagi bangsa Indonesia hakikat yang sesungguhnya dari
pancasila adalah sebagai pandangan hidup bangsa dan sebagai dasar
negara. Kedua pengertian tersebut sudah selayaknya kita fahami akan
hakikatnya. Selain dari pengertian tersebut, pancasila memiliki
beberapa sebutan berbeda, seperti :
1) Pancasila sebagai jiwa bangsa,
2) Pancasila sebagai kepribadian bangsa.
3) Pancasila sebagai sumber dari segala sumber hukum, dll.
Walaupun begitu, banyaknya sebutan untuk Pancasila bukanlah
merupakan suatu kesalahan atau pelanggaran melainkan dapat
dijadikan sebagai suatu kekayaan akan makna dari Pancasila bagi
bangsa Indonesia. Karena hal yang terpenting adalah perbedaan
penyebutan itu tidak mengaburkan hakikat pancasila yang
sesungguhnya yaitu sebagai dasar negara. Tetapi pengertian pancasila
tidak dapat ditafsirkan oleh sembarang orang karena akan dapat
mengaturkan maknanya dan pada akhirnya merongrong dasar negara,
seperti yang pernah terjadi di masa lalu.

4
Untuk itu kita sebagai generasi penerus, sudah merupakan
kewajiban bersama untuk senantiasa menjaga kelestarian nilai-nilai
pancasila sehingga apa yang pernah terjadi di masa lalu tidak akan
teredam di masa yang akan datang.

I.2 TUJUAN PAMBAHASAN

1. Untuk mengetahui Hakikat Pancasila Sebagai Dasar Negara


2. Untuk mengetahui Hakikat Pancasila Sebagai Pandangan Hidup
Bermasyarakat, Berbangsa dan Bernegara Indonesia
3. Untuk mengetahui Upaya Menjaga Nilai-Nilai Luhur Pancasila
4. Untuk mengetahui Bidang Aktualisasi Nilai-Nilai Pancasila
dalam Kehidupan Berbangsa dan Bernegara
5. Untuk mengetahui Contoh Penerapan Nilai Pengembangan
Pancasila dalam Kehidupan Berbangsa

I.3 MANFAAT

1. Mahasiswa dapat mengetahui Hakikat Pancasila Sebagai Dasar


Negara
2. Mahasiswa dapat mengetahui Hakikat Pancasila Sebagai
Pandangan Hidup Bermasyarakat, Berbangsa dan Bernegara
Indonesia
3. Mahasiswa dapat mengetahui Upaya Menjaga Nilai-Nilai Luhur
Pancasila
4. Mahasiswa dapat mengetahui Bidang Aktualisasi Nilai-Nilai
Pancasila dalam Kehidupan Berbangsa dan Bernegara
5. Mahasiswa dapat mengetahui Contoh Penerapan Nilai
Pengembangan Pancasila dalam Kehidupan Berbangsa

5
I.4 METODE PENGUMPULAN DATA

Dalam pembuatan makalah ini, metode pengumpulan data yang


digunakan adalah kaji pustaka terhadap bahan-bahan kepustakaan
yang sesuai dengan permasalahan yang diangkat dalam makalah ini
yaitu dengan tema wawasan kebangsaan. Sebagai referensi juga
diperoleh dari situs web internet yang membahas mengenai Pancasila
sebagai nilai daar bagi kehidupan bermasyarakat, berbangsa
dan bernegara.

6
BAB II
RUMUSAN MASALAH

1. Hakikat Pancasila Sebagai Dasar Negara?


2. Hakikat Pancasila Sebagai Pandangan Hidup Bermasyarakat,
Berbangsa dan Bernegara Indonesia?
3. Upaya Menjaga Nilai-Nilai Luhur Pancasila?
4. Bidang Aktualisasi Nilai-Nilai Pancasila dalam Kehidupan
Berbangsa dan Bernegara?
5. Contoh Penerapan Nilai Pengembangan Pancasila dalam
Kehidupan Berbangsa?

7
BAB III
PEMBAHASAN

1. Hakikat Pancasila sebagai Dasar Hidup Negara


Pancasila sebagai sumber dari segala sumber hukum yang
berlaku di Indonesia, memiliki nilai-nilai yang terkandung di
dalamnya yang telah dijelaskan dalam Pembukaan UUD 1945
sebagai sumber dari keseluruhan politik hukum nasional Indonesia.
Berbagai kebijakan hukum di era reformasi pasca amandemen
UUD 1945 belum mampu mengimplementasikan nilai-nilai
fundamental dari Pancasila dan UUD 1945 yang menumbuhkan
rasa kepercayaan yang tinggi terhadap hukum sebagai pencerminan
adanya kesetaraan dan pelindungan hukum terhadap berbagai
perbedaan pandangan, suku, agama, keyakinan, ras dan budaya
yang disertai kualitas kejujuran yang tinggi, saling menghargai,
saling menghormati, non diskriminatif dan persamaan di hadapan
hukum.
Dalam kajian filsafat hukum temuan Notonagoro,
menerangkan bahwa Pancasila adalah sumber dari segala sumber
hukum di Indonesia. Sekalipun nyata bobot dan latar belakang
yang bersifat politis, Pancasila telah dinyatakan dalam GBHN 1983
sebagai "satu-satunya azas" dalam hidup bermasyarakat dan
bernegara. Tercatat ada pula sejumlah naskah tentang Pancasila
dalam perspektif suatu agama karena selain unsur-unsur lokal
("milik dan ciri khas bangsa Indonesia") diakui adanya unsur
universal dalam setiap agama. Tanpa Pancasila, masyarakat
nasional kita tidak akan pernah mencapai kekukuhan seperti yang
kita miliki sekarang ini. Hal ini akan lebih kita sadari jika kita
mengadakan perbandingan dengan keadaan masyarakat nasional di
banyak negara, yang mencapai kemerdekaannya
hampir bersamaan waktu dengan kita. Tampaknya, Pancasila
masih kurang dipahami benar oleh sebagian bangsa Indonesia.
Padahal, maraknya korupsi, suap, main hakim sendiri, anarkis,
sering terjadinya konflik dan perpecahan, dan adanya kesenjangan
sosial saat ini, kalau diruntut lebih disebabkan belum dipahaminya,
dihayati, dan diamalkannya Pancasila.

8
Setiap negara di dunia ini mempunyai dasar negara yang
dijadikan landasan dalam menyelenggarakan pemerintah negara.
Seperti Indonesia, Pancasila dijadikan sebagai dasar negara atau
ideologi negara untuk mengatur penyelenggaraan negara. Hal
tersebut sesuai dengan bunyi pembukaan UUD 1945 alenia ke-4
yang berbunyi :
“Maka disusunlah kemerdekaan kebangsaan Indonesia itu dalam
suatu UUD negara
Indonesia yang berbentuk dalam suatu susunan negara”
Dengan demikian kedudukan pancasila sebagai dasar negara
termaktub secara yuridis konstitusional dalam pembukaan UUD
1945, yang merupakan cita-cita hukum dan norma hukum yang
menguasai hukum dasar negara RI dan dituangkan dalam pasal-
pasal UUD 1945 dan diatur dalam peraturan perundangan. Selain
bersifat yuridis konstitusional, pancasila juga bersifat yuridis ketata
negaraan yang artinya pancasila sebagai dasar negara. Pada
hakikatnya adalah sebagai sumber dari segala sumber hukum.
Artinya segala peraturan perundangan secara material harus
berdasar dan bersumber pada pancasila. Apabila ada peraturan
(termasuk di dalamnya UUD 1945) yang bertentangan dengan
nilai-nilai luhur pancasila, maka sudah sepatutnya peraturan
tersebut dicabut.
Berdasarkan uaraian tersebut pancasila sebagai dasar negara
mempunyai sifat imperatif atau memaksa, artinya mengikat dan
memaksa setiap warga negara untuk tunduk kepada pancasila dan
bagi siapa saja yang melakukan pelanggaran harus ditindak sesuai
hukum yang berlaku di Indonesia serta bagi pelanggar dikenakan
sanksi-sanksi hukum. Nilai-nilai luhur yang terkandung dalam
pancasila memiliki sifat obyektif-subyektif. Sifat subyektif
maksudnya pancasila merupakan hasil perenungan dan pemikiran
bangsa Indonesia, sedangkan bersifat obyektif artinya nilai
pancasila sesuai dengan kenyataan dan bersifat universal yang
diterima oleh bangsa-bangsa beradab.
Oleh karena memiliki nilai obyektif-universal dan diyakini
kebenarannya oleh seluruh bangsa Indonesia maka pancasila selalu
dipertahankan sebagai dasar negara. Jadi berdasarkan uraian
tersebut di atas maka dapat disimpulkan bahwa pancasila sebagai

9
dasar negara memiliki peranan yang sangat penting dalam
mengatur kehidupan berbangsa dan bernegara sehingga cita-cita
para pendiri bangsa Indonesi dapat terwujud.

2. Hakikat Pancasila Sebagai Pandangan Hidup


Bermasyarakat, Berbangsa dan Bernegara Indonesia

Setiap bangsa di dunia yang ingin berdiri kokoh dan mengetahui


dengan jelas ke arah mana tujuan yang ingin dicapainya sangat
memerlukan pandangan hidup. Dengan pandangan hidup inilah
suatu bangsa akan memandang persoalan yang dihadapinya
sehingga dapat memecahkannya secara tepat. Tanpa memiliki
pandangan hidup, suatu bangsa akan merasa terombang-ambing
dalam menghadapi persoalan yang timbul, baik persoalan
masyarakatnya sendiri maupun persoalan dunia.
Menurut Padmo Wahjono : “Pandangan hidup adalah sebagai
suatu prinsip atau asas yang mendasari segala jawaban terhadap
pertanyaan dasar, untuk apa seseorang itu hidup”.
Jadi berdasarkan pengertian tersebut, dalam pandangan hidup
bangsa terkandung konsepsi dasar mengenai kehidupan yang
dicita-citakan, terkandung pula dasar pikiran terdalam dan
gagasan mengenai wujud kehidupan yang dianggap baik.
Pancasila sebagai pandangan hidup sering juga disebut way of life,
pegangan hidup, pedoman hidup, pandangan dunia atau petunjuk
hidup. Walaupun ada banyak istilah mengenai pengertian
pandangan hidup tetapi pada dasarnya memiliki makna yang sama.
Lebih lanjut Pancasila sebagai pandangan hidup bangsa
dipergunakan sebagai petunjuk dalam kehidupan sehari-hari
masyarakat Indonesia baik dari segi sikap maupun prilaku
haruslah selalu dijiwai oleh nilai-nilai luhur pancasila. Hal ini
sangat penting karena dengan menerapkan nilai-nilai luhur
pancasila dalam kehidupan sehari-hari maka tata kehidupan yang
harmonis diantara masyarakat Indonesia dapat terwujud. Untuk
dapat mewujudkan semua itu maka masyarakat Indonesia tidak
bisa hidup sendiri, mereka harus tetap mengadakan hubungan
dengan masyarakat lain. Dengan begitu masing-masing pandangan
hidup dapat beradaptasi artinya pandangan hidup

10
perorangan/individu dapat beradaptasi dengan pandangan hidup
kelompok karena pada dasarnya pancasila mengakui adanya
kehidupan individu maupun kehidupan kelompok. Selain sebagai
dasar Negara, Pancasila juga merupakan pandangan hidup bangsa
Indonesia. Sebagai pendangan hidup bangsa Indonesia, Pancasila
berarti konsepsi dasar tentang kehidupan yang dicita-citakan oleh
bangsa Indonesia dalam menghadapi berbagai tantangan dalam
menjalani hidup. Dalam konsepsi dasar itu terkandung gagasan
dan pikiran tentang kehidupan yang dianggap baik dan benar
bagi bangsa Indonesia yang bersifat majemuk. Pancasila sebagai
pandangan hidup bangsa sebenarnya merupakan perwujudan dari
nilai-nilai budaya milik bangsa Indonesia sendiri yang diyakini
kebaikan dan kebenarannya. Pancasila digali dari budaya bangsa
sendiri yang sudah ada, tumbuh, dan berkembang berabad-abad
lamanya. Oleh karna itu, Pancasila adalah khas milik bangsa
Indonesia sejak keberadaannya sebagai sebuah bangsa. Pancasila
merangkum nilai-nilai yang sama yang terkandung dalam adat-
istiadat, kebudayaan, dan agama-agama yang ada di Indonesia.
Dengan demikian, Pancasila sebagai pandangan hidup
mencerminkan jiwa dan kepribadian bangsa Indonesia. Sebagai
pandangan hidup bangsa, Pancasila juga berperan sebagai
pedoman dan penuntun dalam kehidupan bermasyarakat,
berbangsa, dan bernegara. Dengan demikian, ia menjadi sebuah
ukuran/kriteria umum yang diterima dan berlaku untuk semua
pihak secara sederhana, ideologi dipahami sebagai gagasan-
gagasan dan nilai-nilai yang tersusun secara sistematis yang
diyakini kebenarannya oleh suatu masyarakat dan diwujudkan di
dalam kehidupan nyata. Nilai-nilai yang tercermin di dalam
pandangan hidup ditempatkan secara sistematis kedalam seluruh
aspek kehidupan yang mencakup aspek politik, ekonomi, sosial,
budaya dan pertahanan keamanan didalam upaya mewujudkan
cita-citanya. Jadi, dengan kata lain ideologi berisi pandangan
hidup suatu bangsa yang menyentuh segala segi kehidupan bangsa.
Setiap bangsa yang ingin berdiri kokoh dan mengetahui dengan
jelas kearah mana tujuan yang ingin dicapainya sangat
membutuhkan pandangan hidup. Dengan pandangan hidup yang
jelas, suatu bangsa akan memiliki pegangan dan

11
pedoman bagaimana mereka memecahkan masalah-masalah
politik, ekonomi, sosial dan budaya yang timbul dalam gerak
masyarakat yang makin maju. Dengan berpedoman pada
pandangan hidup sebagai ideologi, sebuah bangsa akan
membangun diri dan negerinya. Pandangan hidup yang dijadikan
ideologi bangsa mengandung konsep dasar mengenai kehidupan
yang dicita-citakan oleh sebuah bangsa dan pikiran-pikiran
terdalam serta gagasan-gagasan sebuah bangsa mengenai wujud
kehidupan yang dianggap baik. Pandangan hidup sebuah bangsa
adalah perwujudan nilai-nilai yang dimiliki oleh bangsa itu yang
diyakini kebenarannya dan menimbulkan tekad bagi bangsa itu.

3. Upaya Menjaga Nilai-nilai Luhur Pancasila

Nilai-nilai yang terkandung dalam pancasila merupakan suatu


cerminan dari kehidupan masyarakat Indonesia (nenek moyang
kita) dan secara tetap telah menjadi bagian yang tak terpisahkan
dari kehidupan bangsa Indonesia. Untuk itu kita sebagai generasi
penerus bangsa harus mampu menjaga nilai-nilai tersebut. Untuk
dapat menjaga hal tersebut maka perlu adanya berbagai upaya yang
didukung oleh seluruh masyarakat Indonesia. Upaya-upaya
tersebut antara lain :
Ideologi secara praktis diartikan sebagai system dasar seseorang
tentang nilai-nilai dan tujuan-tujuan serta sarana-sarana pokok
untuk mencapainya. Jika diterapkan oleh Negara maka ideology
diartikan sebagai kesatuan gagasan-gagasan dasar yang disusun
secara sistematis dan dianggap menyeluruh tentang manusia dan
kehidupannya, baik sebagai individu, sosial, maupun dalam
kehidupan bernegara. Secara etimologis, ideologi berasal dari
bahasa Yunani yaitu idea dan logia. Idea berasal dari idein yang
berarti melihat. Idea juga diartikan sesuatu yang ada di
dalam pikiran sebagai hasil perumusan sesuatu pemikiran atau
rencana. Kata logia mengandung makna ilmu pengetahuan atau
teori, sedang kata logis berasal dari kata logos dari kata legein
yaitu berbicara. Istilah ideologi sendiri pertama kali dilontarkan
oleh Antoine Destutt de Tracy (1754 - 1836), ketika bergejolaknya
Revolusi Prancis untuk mendefinisikan sains tentang ide. Jadi

12
dapat disimpulkan secara bahasa, ideologi adalah pengucapan atau
pengutaraan terhadap sesuatu yang terumus di dalam pikiran.
Dalam tinjauan terminologis, ideology is Manner or content of
thinking characteristic of an individual or class (cara hidup/ tingkah
laku atau hasil pemikiran yang menunjukan sifat-sifat tertentu dari
seorang individu atau suatu kelas). Ideologi adalah ideas
characteristic of a school of thinkers a class of society, a plotitical
party or the like (watak/ ciri-ciri hasil pemikiran dari pemikiran
suatu kelas di dalam masyarakat atau partai politik atau pun
lainnya). Ideologi ternyata memiliki beberapa sifat, yaitu dia harus
merupakan pemikiran mendasar dan rasional. Kedua,
dari pemikiran mendasar ini dia harus bisa memancarkan sistem
untuk mengatur kehidupan. Ketiga, selain kedua hal tadi, dia juga
harus memiliki metode praktis bagaimana ideologi tersebut bisa
diterapkan, dijaga eksistensinya dan disebarkan. Pancasila
sebagaimana kita yakini merupakan jiwa, kepribadian dan
pandangan hidup bangsa Indonesia. Disamping itu juga telah
dibuktikan dengan kenyataan sejarah bahwa Pancasila merupakan
sumber kekuatan bagi perjuangan karena menjadikan bangsa
Indonesia bersatu. Pancasila dijadikan ideologi dikarenakan,
Pancasila memiliki nilai-nilai falsafah mendasar dan rasional.
Pancasila telah teruji kokoh dan kuat sebagai dasar dalam mengatur
kehidupan bernegara. Selain itu, Pancasila juga merupakan wujud
dari konsensus nasional karena bangsa Indonesia ini adalah sebuah
desain negara modern yang disepakati oleh para pendiri negara
Republik Indonesia kemudian nilai kandungan Pancasila
dilestarikan dari generasi ke generasi. Pancasila pertama kali
dikumandangkan oleh Soekarno pada saat berlangsungnya sidang
Badan Penyelidik Usaha Persiapan Kemerdekaan Republik
Indonesia (BPUPKI). Pada pidato tersebut, Soekarno menekankan
pentingnya sebuah dasar negara. Istilah dasar negara ini kemudian
disamakan dengan fundamen, filsafat, pemikiran yang mendalam,
serta jiwa dan hasrat yang mendalam, serta perjuangan suatu
bangsa senantiasa memiliki karakter sendiri yang berasal dari
kepribadian bangsa. Sebagaimana kita ketahui bersama bahwa
Pancasila secara formal yudiris terdapat dalam alinea IV
pembukaan UUD 1945. Di samping pengertian formal menurut

13
hukum atau formal yudiris maka Pancasila juga mempunyai bentuk
dan juga mempunyai isi dan arti (unsur-unsur yang menyusun
Pancasila tersebut). Tepat 64 tahun usia Pancasila, sepatutnya
sebagai warga negara Indonesia kembali menyelami kandungan
nilai-nilai luhur tersebut.

a. Ketuhanan (Religiu sitas)


Nilai religius adalah nilai yang berkaitan dengan keterkaitan
individu dengan sesuatu yang dianggapnya memiliki
kekuatan sakral, suci, agung dan mulia. Memahami
Ketuhanan sebagai pandangan hidup adalah mewujudkan
masyarakat yang beketuhanan, yakni membangun masyarakat
Indonesia yang memiliki jiwa maupun semangat untuk
mencapai ridho Tuhan dalam setiap perbuatan baik yang
dilakukannya. Dari sudut pandang etis keagamaan, negara
berdasar Ketuhanan Yang Maha Esa itu adalah negara yang
menjamin kemerdekaan tiap-tiap penduduknya untuk
memeluk agama dan beribadat menurut agama dan
kepercayaan masing-masing. Dari dasar ini pula, bahwa suatu
keharusan bagi masyarakat warga Indonesia menjadi
masyarakat yang beriman kepada Tuhan, dan masyarakat
yang beragama.
b. Kemanusiaan ( M o r a l i t a s )
Kemanusiaan yang adil dan beradab, adalah pembentukan
suatu kesadaran tentang keteraturan, sebagai asas kehidupan,
sebab setiap manusia mempunyai potensi untuk menjadi
manusia sempurna, yaitu manusia yang beradab. Manusia
yang maju peradabannya tentu lebih mudah menerima
kebenaran dengan tulus, lebih mungkin untuk mengikuti tata
cara dan pola kehidupan masyarakat yang teratur, dan
mengenal hukum universal. Kesadaran inilah yang menjadi
semangat membangun kehidupan masyarakat dan alam
semesta untuk mencapai kebahagiaan dengan usaha gigih,
serta dapat diimplementasikan dalam bentuk sikap hidup
yang harmoni penuh toleransi dan damai.

14
c. Persatuan (Kebangsaan) Indonesia
Persatuan adalah gabungan yang terdiri atas beberapa bagian,
kehadiran Indonesia dan bangsanya di muka bumi ini bukan
untuk bersengketa. Bangsa Indonesia hadir untuk
mewujudkan kasih sayang kepada segenap suku bangsa dari
Sabang sampai Marauke. Persatuan Indonesia, bukan sebuah
sikap maupun pandangan dogmatik dan sempit, namun harus
menjadi upaya untuk melihat diri sendiri secara lebih objektif
dari dunia luar. Negara Kesatuan Republik Indonesia
terbentuk dalam proses sejarah perjuangan panjang dan
terdiri dari bermacam-macam kelompok suku bangsa, namun
perbedaan tersebut tidak untuk dipertentangkan tetapi justru
dijadikan persatuan Indonesia.
d. Permusyawaratan dan Perwakilan
Sebagai makhluk sosial, manusia membutuhkan hidup
berdampingan dengan orang lain, dalam interaksi itu biasanya
terjadi kesepakatan, dan saling menghargai satu sama lain
atas dasar tujuan dan kepentingan bersama. Prinsip-prinsip
kerakyatan yang menjadi cita-cita utama untuk
membangkitkan bangsa Indonesia, mengerahkan potensi
mereka dalam dunia modern, yakni kerakyatan yang mampu
mengendalikan diri, tabah menguasai diri, walau berada
dalam kancah pergolakan hebat untuk menciptakan
perubahan dan pembaharuan. Hikmah kebijaksanaan adalah
kondisi sosial yang menampilkan rakyat berpikir dalam tahap
yang lebih tinggi sebagai bangsa, dan membebaskan diri dari
belenggu pemikiran berazaskan kelompok dan aliran tertentu
yang sempit.
e. Keadilan Sosial
Nilai keadilan adalah nilai yang menjunjung norma
berdasarkan ketidak berpihakan, keseimbangan, serta
pemerataan terhadap suatu hal. Mewujudkan keadilan sosial
bagi seluruh rakyat Indonesia merupakan cita-cita bernegara
dan berbangsa. Itu semua bermakna mewujudkan keadaan
masyarakat yang bersatu secara organik, dimana setiap
anggotanya mempunyai kesempatan yang sama untuk
tumbuh dan berkembang serta belajar hidup pada

15
kemampuan aslinya. Segala usaha diarahkan kepada potensi
rakyat, memupuk perwatakan dan peningkatan kualitas
rakyat, sehingga kesejahteraan tercapai secara merata.

4. Bidang Aktualisasi Nilai-Nilai Pancasila dalam


Kehidupan Berbangsa dan Bernegara

Pancasila sebagai Dasar Negara RI merupakan keputusan


final, jangan hanya disimpan dalam almari. Pancasila jangan
juga disakralkan sehingga manusia tidak dapat menyentuhnya.
Sebaliknya Pancasila jangan dinistakan lalu tidak mau
melaksanakannya. Pancasila harus diamalkan atau
diaktualisasikan dalam seluruh bidang kehidupan. Aktualisasi
nilai-nilai Pancasila harus muncul dan menjadi nyata dalam
bidang integrasi NKRI, kehidupan ekonomi, dalam bidang
hukum, dalam bidang pendidikan (TK, SD, SMP, SMA, sampai
dengan Perguruan Tinggi), dalam bidang politik
dan pemerintahan, dalam bidang sosial-budaya, dalam bidang
kehidupan beragama, dalam bidang kesehatan dan
kesejahteraan, dalam bidang lingkungan dan SDA,
dalam bidang tenaga kerja dan SDM, dalam bidang gender dan
perempuan, dalam bidang politik luar negeri, dalam bidang
pembangunan pertanian, buruh dan nelayan, dalam bidang
informasi dan komunikasi, dalam bidang pembangunan industri
pariwisata, dalam bidang olahraga dan sport, dalam bidang
pembangunan seni dan estetik, dalam bidang pembangunan
kelautan dan perikanan, dalam bidang pembangunan keluarga
dan Keluarga Berencana (KB), dalam bidang pembangunan
industri dan penanaman modal (investasi), dalam bidang bisnis
dan perdagangan, dalam bidang ketertiban dan keamanan, dan
begitu seterusnya. Tidak lebih dari 30% nilai-nilai Pancasila
yang telah teraktualisasikan dalam kehidupan berbangsa dan
bernegara. Pancasila masih sebatas wacana dan tema-tema
simbolik, dan tidak muncul dalam sikap dan perilaku yang nyata
dari warga Negara RI. Nilai-nilai Pancasila belum muncul
sepenuhnya secara nyata sebagai way of life

16
dari warga masyarakat dan bangsa Indonesia. Nilai-nilai
Pancasila belum menjadi Roh Bangsa dan belum menjadi
Kepribadian Bangsa Indonesia.
Jangan terjadi lagi demonstrasi tarian liar “Tarian Cakalele”
yang (26 orang
penari pria) membawa bendera RMS ketika diselenggarakan
Hari Keluarga Nasional di lapangan Merdeka Ambon tanggal 29
Juni 2007 lalu di depan kedatangan Presiden RI SBY dan
beberapa Menteri Kabinet Indonesia Bersatu. Fenomena
tersebut mengindikasikan bahwa integritas NKRI masih rapuh.
Eksistensi NKRI bukan sesuatu yang jatuh dari langit,
melainkan sesuatu yang harus dibentuk, dikembangkan, dan
dipelihara dengan semangat kebangsaan yang tinggi. Ancaman
terhadap eksistensi NKRI tidak datang dari Ambon saja,
melainkan terjadi potensial dari daerah lain juga.
Pengaktualisasian nilai-nilai Pancasila bagi kehidupan
berbangsa dan bernegara hendaknya tidak menggunakan
metode-metode klasik yang indoktrinatif dan pemaksaan yang
tergolong sebagai “hard learning method”, namun harus
menggunakan metode-metode sukarela, keterbukaan, bebas, dan
emansipatoris yang tergolong sebagai “soft-learning method”
yang sangat menekankan kesadaran dan rasionalitas yang kritis.
Aktualisasi nilai-nilai Pancasila hendaknya berjalan seiring atau
sejalan dengan sosialisasi, internalisasi, kulturalisasi, dan
pembudayaan serta pelestarian Pancasila. Aktualisasi hendaknya
dapat berjalan simultan, dari lapisan masyarakata atas hingga
lapisan masyarakat bawah, dari kelompok peminpin dan elit
bangsa hingga kelompok sosial di bawah. Presiden RI harus
menjadi penanggungjawab bagi aktualisasi nilai-nilai Pancasila
bagi kehidupan berbangsa dan bernegara. Pendidikan
sebenarnya telah gagal karena tidak mencerdaskan rakyat.
Sebagian besar rakyat Indonesia tidak mandiri, tidak berdaya,
dan masih bodoh (tidak cerdas). Pendidikan menghasilkan
manusia-manusia neo-kapitalis di bumi Indonesia, dengan
rumah-rumah beton yang berpagar tinggi. Faham individualisme
dan pragmatisme berkembang sangat kuat akibat perkembangan
pasar yang tidak

17
terkendali. Individualisme dan pragmatisme dapat diibaratkan
telah menjadi perahu- perahu atau kapal-kapal transfort yang
membawa faham sekularisme Barat, yang pada akhirnya
menyingkirkan agama-agama formal di Indonesia. Kita
bersama-sama semestinya mampu membangun “masyarakat dan
bangsa Indonesia yang modern” dengan ciri-ciri kualitas antara
lain sebagai berikut:
1. Terbuka, terutama dengan nilai-nilai baru
2. Berorientasi ke masa depan dan menghargai perubahan dan
kemajuan (the change and progress)
3. Demokratis dan mewujudkan “civil society”
4. Mampu menjauhkan segala bentuk tindakan kekerasan dan
pemaksaan
5. Memiliki kemandirian, kedaulatan, dan independensi
6. Menghargai dan menguasai Ipteks
7. Menghargai kualitas, dan menjauhkan tindakan rasial dan
diskriminasi
8. Menghargai karya, kreativitas dan produktivitas
9. Memiliki daya disiplin dan kepatuhan tinggi kepada aturan
dan hukum formal,Memiliki faham nasionalisme dan
patriotisme yang kokoh
10. Memiliki moralitas kemasyarakatan dan kebudayaan
11. Tetap menghargai karya seni dan estetika. Aktualisasi
nilai-nilai Pancasila bukan suatu dorongan untuk
membangun masyarakat dan bangsa Indonesia yang kembali
menjadi masyarakat dan bangsa yang tradisional dan tertutup,
atau menjadi masyarakat dan bangsa yang konservatif dan
mejauhkan diri dari pergaulan dengan dunia internasional.
Aktualisasi nilai-nilai Pancasila memiliki makna dinamik di
mana aktualisasi tersebut dapat mendorong masyarakat dan
bangsa Indonesia untuk berubah, beradaptasi, dan menuju
kemajuan. Demikian juga aktualisasi nilai-nilai Pancasila
bukan untuk menyebarluaskan faham dan nilai-nilai
sekulatisme dan materialisme dalam masyarakat dan bangsa
Indonesia, melainkan sebaliknya aktualisasi nilai-nilai
Pancasila harus bermakna untuk menolak faham sekularisme
dan materialisme sebab masyarakat dan bangsa Indonesia

18
adalah masyarakat dan bangsa yang religius dan konsisten
untuk percaya kepada eksistensi Tuhan YME.

5. Contoh Penerapan Nilai Pengembangan Pancasila dalam


Kehidupan Berbangsa

Di dalam Pancasila tergantung nilai-nilai kehidupan


berbangsa. Nilai- nilai tersebut adalah nilai ideal, nilai material,
nilai positif, nilai logis, nilai estetis, nilai sosial dan nilai religius
atau kegamaan. Ada lagi nilai perjuangan bangsa Indonesia
dalam merebut kemerdekaan RI. Contoh Penerapan Nilai
Pengembangan Pancasila dalam Kehidupan Berbangsa adalah
sebagai berikut:
1) Ketuhanan Yang Maha Esa :
a. Percaya dan taqwa kepada Tuhan YME
b. Masing-masing atas dasar kemanusiaan yang beradab
c. Membina adanya kerjasama dan toleransi antara sesama
pemeluk agama dan penganut kepercayaan kepada Tuhan
YME.
2) Kemanusiaan yang adil dan beradab :
a. Tidak saling membedakan warna kulit
b. Saling menghormati dengan bangsa lain
c. Saling bekerja sama dengan bangsa lain
d. Menjunjung tinggi nilai kemanusiaan.
3) Persatuan Indonesia :
a. Menempatkan persatuan kepentingan bangsa dan negara
di atas kepentingan pribadi atau golongan
b. Menetapkan keselamatan bangsa dan negara di atas
kepentingan pribadi atau golongan
c. Bangga berkebangsaan Indonesia
d. Memajukan pergaulan untuk persatuan bangsa.
4) Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan
dalam permusyawaratan / perwakilan :
a. Mengakui bahwa manusia Indonesia memiliki
kedudukan dan hak yang sama
b. Melaksanakan keputusan bersama dengan penuh
tanggung jawab dan itikad baik

19
c. Mengambil keputusan yang harus sesuai dengan nilai
kebenaran dan keadilan.
5) Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia :
a. Adanya hak dan kewajiban yang sama untuk
menciptakan keadilan sosial dalam kehidupan
bermasyarakat, berbangsa atau dalam kehidupan sehari-
hari dan kehidupan bernegara.
b. Menjunjung tinggi sifat dan suasana gotong royong
dengan rasa kekeluargaan dan penuh kegotong
royongan.

20
BAB IV
PENUTUP
4.1. SIMPULAN

Dari makalah yang telah dibuat tadi dapat di simpulkan bahwa


pancasila mempunyai arti sangat penting bagi kehidupan masyarakat
bangsa indonesia, pancasila mempunyai nilai-nilai positif bagi
kehidupan kita. Disamping itu banyak langkah - langkah yang harus
kita ambil untuk menjalankan atau menerapkan pancasila dalam
kehidupan kita.
Salah satu peranan Pancasila adalah sebagai sumber dari segala sumber
hukum di Indonesia. Nilai-nilai yang terkandung di dalamnya telah
dijabarkan dalam Pembukaan UUD 1945 sebagai sumber dari
keseluruhan politik hukum nasional Indonesia. Pancasila mengandung
nilai dasar yang bersifat tetap, tetapi juga mampu berkembang secara
dinamis. Dengan kata lain, Pancasila menjadi dasar yang statis, tetapi
juga menjadi bintang tuntunan (lightstar) dinamis. Pancasila juga
sebagai dasar dan ideologi negara, yaitu sumber kaidah hukum yang
mengatur Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI), dan meliputi
suasana kebatinan atau cita-cita hukum yang menguasai hukum dasar
negara. Selain itu Pancasila merupakan sumber kaidah hukum yang mengatur
Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI), dan meliputi suasana
kebatinan atau cita-cita hukum yang menguasai hukum dasar negara.
Aktualisasi nilai-nilai Pancasila dalam kehidupan berbangsa dan
bernegara niscaya dilakukan oleh seluruh rakyat Indonesia sekarang
juga. Jika tidak maka Pancasila akan dijauhkan oleh warganya sendiri.
Aktualisasi Pancasila adalah keniscayaan pembelajaran dari generasi
ke generasi. Konsep aktualisasi nilai-nilai Pancasila mencakup
pengertian hakikat Pancasila secara mendalam, menyadari nilai-nilai
Pancasila (kesadaran rasional, kesadaran emosional, dan kesadaran
spiritual), serta mengamalkan nilai-nilai Pancasila dalam kehidupan
sehari-hari yang nyata. Menerima Pancasila jangan hanya sebatas
wacana dan dijadikan sebagai alat (tool) saja. Proses aktualisasi nilai-
nilai Pancasila hendaknya berjalan seiring dengan sosialisasi,
internalisasi, dan kulturalisasi nilai-nilai Pancasila dalam
kehidupan berbangsa dan bernegara, dengan melalui proses
21
pembelajaran yang non-indoktrinatif dan pemaksaan. Aktualisasi
nilai-nilai Pancasila sebenarnya sebuah “strategi budaya” dari
masyarakat dan bangsa Indonesia untuk membangun budaya dan
peradaban bangsa di masa depan. Pancasila adalah sumber untuk
mengembangkan budaya dan peradaban bangsa yang bermartabat.
Jika aktualisasi nilai-nilai Pancasila gagal, maka masyarakat dan
bangsa Indonesia akan memiliki budaya baru, yang bukan
berakar pada budaya masyarakat dan bangsa sendiri.

4.2. SARAN

Untuk menjaga agar Pancasila tetap terpelihara dan lestari, maka


harus dilakukan peningkatan pemahaman pada semua lapisan
masyarakat. Yang lebih penting lagi, para pemimpin harus menjadi
teladan dalam pengamalan Pancasila. Pancasila akan menjadi ideologi
yang kuat apabila diamalkan dalam semua aspek kehidupan
bermasyarakat, berbangsa dan bernegara, menuju negara aman,
damai, tentram, adil, makmur dan sejahtera dalam semua aspek
kehidupan terutama dalam penegakan hukum di Negara Kesatuan
Republik Indonesia (NKRI) ini.

22
DAFTAR PUSTAKA
 file:///E:/pancasila-sebagai-ideologi-pandangan.html
 Listyarti, Retno. 2005. Pendidikan Kewarganegaraan SMA
untuk kelas XI kurikulum 2004. Jakarta: Esis.
 Budiyanto. Abdul Karim, Aim. 2007. Pendidikan
Kewarganegaraan SMA untuk kelas XII kurikulum 2006 .
Jakarta: Grafindo.
 Mohammad Adib.15 September 2008.Urgensi Undang-Undang
Republik Indonesia Tentang Aktualisasi Nilai-Nilai Pancasila
dalam Kehidupan Berbangsa dan Bernegara.Adib’s Jatidiri
Blog.

23

Anda mungkin juga menyukai