Anda di halaman 1dari 21

DAFTAR ISI

SAMPUL…………………………………………………………………………...
KATA PENGANTAR..............................................................................................
DAFTAR ISI ............................................................................................................

BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang ................................................................................................
1.2 Tinjauan Pembahasan ......................................................................................
1.3 Manfaat ............................................................................................................
1.4 Tujuan Pengumpulan Data ..............................................................................
1.5 Rumusan Masalah ...........................................................................................

BAB II PEMBAHASAN
2.1 Hakikat Pancasila sebagai Dasar Hidup Negara………………...................
2.2 Hakikat Pancasila Sebagai Pandangan Hidup Bermasyarakat, Berbangsa
dan Bernegara Indonesia................................................................................
2.3 Upaya Menjaga Nilai – nilai Luhur Pancasila...............................................
a) Ketuhanan (Religiusitas)..........................................................................
b) Kemanusiaan (Moralitas).........................................................................
c) Persatuan (Kebangsaan) Indonesia..........................................................
d) Permusyawaratan dan Perwakilan............................................................
e) Keadilan Sosial.........................................................................................
2.4 Bidang Aktualisasi Nilai-Nilai Pancasila dalam Kehidupan Berbangsa dan
Bernegara........................................................................................................
2.5 Contoh Penerapan Nilai Pengembangan Pancasila dalam Kehidupan
Berbangsa.......................................................................................................

BAB III PENUTUP


3.1 kesimpulan......................................................................................................
3.2 saran................................................................................................................
Daftar pustaka
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 LATAR BELAKANG

Di jaman yang penuh dengan persaingan ini makna Pancasila seolah-olah


terlupakan sebagian besar masyarakat Indonesia. Padahal sejarah perumusannya
melalui proses yang sangat panjang oleh para pendiri negara ini. Pengorbanan
tersebut akan sia-sia apabila kita tidak menjalankan amanat para pendiri negara
yaitu pancasila yang termaktub dalam pembukaan UUD 1945 alenia ke-4.

Pancasila merupakan rangkaian kesatuan dan kebulatan yang tidak


terpisahkan karena setiap sila dalam pancasila mengandung empat sila lainnya dan
kedudukan dari masing-masing sila tersebut tidak dapat ditukar tempatnya atau
dipindahpindahkan. Hal ini sesuai dengan susunan sila yang bersifat sistematis-
hierarkis, yang berarti bahwa kelima sila pancasila itu menunjukkan suatu
rangkaian urutan-urutan yang bertingkat-tingkat, dimana tiap-tiap sila mempunyai
tempatnya sendiri di dalam rangkaian susunan kesatuan itu sehingga tidak dapat
dipindahkan.

Bagi bangsa Indonesia hakikat yang sesungguhnya dari pancasila adalah


sebagai pandangan hidup bangsa dan sebagai dasar negara. Kedua pengertian
tersebut sudah selayaknya kita fahami akan hakikatnya. Selain dari pengertian
tersebut, pancasila memiliki beberapa sebutan berbeda, seperti :

1) Pancasila sebagai jiwa bangsa,


2) Pancasila sebagai kepribadian bangsa.
3) Pancasila sebagai sumber dari segala sumber hukum, dll.

Walaupun begitu, banyaknya sebutan untuk Pancasila bukanlah merupakan


suatu kesalahan atau pelanggaran melainkan dapat dijadikan sebagai suatu
kekayaan akan makna dari Pancasila bagi bangsa Indonesia. Karena hal yang
terpenting adalah perbedaan penyebutan itu tidak mengaburkan hakikat pancasila
yang sesungguhnya yaitu sebagai dasar negara. Tetapi pengertian pancasila tidak
dapat ditafsirkan oleh sembarang orang karena akan dapat mengaturkan maknanya
dan pada akhirnya merongrong dasar negara, seperti yang pernah terjadi di masa
lalu.

Untuk itu kita sebagai generasi penerus, sudah merupakan kewajiban bersama
untuk senantiasa menjaga kelestarian nilai – nilai pancasila sehingga apa yang
pernah terjadi di masa lalu tidak akan teredam di masa yang akan datang.

I.2 TUJUAN PAMBAHASAN

1. Untuk mengetahui Hakikat Pancasila Sebagai Dasar Negara


2. Untuk mengetahui Hakikat Pancasila Sebagai Pandangan Hidup
Bermasyarakat, Berbangsa dan Bernegara Indonesia
3. Untuk mengetahui Upaya Menjaga Nilai-Nilai Luhur Pancasila
4. Untuk mengetahui Bidang Aktualisasi Nilai-Nilai Pancasila dalam Kehidupan
Berbangsa dan Bernegara
5. Untuk mengetahui Contoh Penerapan Nilai Pengembangan Pancasila dalam
Kehidupan Berbangsa

I.3 MANFAAT

1. Mahasiswa dapat mengetahui Hakikat Pancasila Sebagai Dasar Negara


2. Mahasiswa dapat mengetahui Hakikat Pancasila Sebagai Pandangan Hidup
Bermasyarakat, Berbangsa dan Bernegara Indonesia
3. Mahasiswa dapat mengetahui Upaya Menjaga Nilai-Nilai Luhur Pancasila
4. Mahasiswa dapat mengetahui Bidang Aktualisasi Nilai-Nilai Pancasila dalam
Kehidupan Berbangsa dan Bernegara
5. Mahasiswa dapat mengetahui Contoh Penerapan Nilai Pengembangan
Pancasila dalam Kehidupan Berbangsa

I.4 METODE PENGUMPULAN DATA


Dalam pembuatan makalah ini, metode pengumpulan data yang digunakan
adalah kaji pustaka terhadap bahan-bahan kepustakaan yang sesuai dengan
permasalahan yang diangkat dalam makalah ini yaitu dengan tema wawasan
kebangsaan. Sebagai referensi juga diperoleh dari situs web internet yang
membahas mengenai Pancasila sebagai nilai daar bagi kehidupan bermasyarakat,
berbangsa dan bernegara.

1.5 RUMUSAN MASALAH

1. Hakikat Pancasila Sebagai Dasar Negara?


2. Hakikat Pancasila Sebagai Pandangan Hidup Bermasyarakat, Berbangsa dan
Bernegara Indonesia?
3. Upaya Menjaga Nilai-Nilai Luhur Pancasila?
4. Bidang Aktualisasi Nilai-Nilai Pancasila dalam Kehidupan Berbangsa dan
Bernegara?
5. Contoh Penerapan Nilai Pengembangan Pancasila dalam Kehidupan
Berbangsa?
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Hakikat Pancasila sebagai Dasar Hidup Negara

Pancasila sebagai sumber dari segala sumber hukum yang berlaku di


Indonesia, memiliki nilai-nilai yang terkandung di dalamnya yang telah dijelaskan
dalam Pembukaan UUD 1945 sebagai sumber dari keseluruhan politik hukum
nasional Indonesia. Berbagai kebijakan hukum di era reformasi pasca amandemen
UUD 1945 belum mampu mengimplementasikan nilai-nilai fundamental dari
Pancasila dan UUD 1945 yang menumbuhkan rasa kepercayaan yang tinggi
terhadap hukum sebagai pencerminan adanya kesetaraan dan pelindungan hukum
terhadap berbagai perbedaan pandangan, suku, agama, keyakinan, ras dan budaya
yang disertai kualitas kejujuran yang tinggi, saling menghargai, saling
menghormati, non diskriminatif dan persamaan di hadapan hukum.

Dalam kajian filsafat hukum temuan Notonagoro, menerangkan bahwa


Pancasila adalah sumber dari segala sumber hukum di Indonesia. Sekalipun nyata
bobot dan latar belakang yang bersifat politis, Pancasila telah dinyatakan dalam
GBHN 1983 sebagai "satu-satunya azas" dalam hidup bermasyarakat dan
bernegara. Tercatat ada pula sejumlah naskah tentang Pancasila dalam perspektif
suatu agama karena selain unsur-unsur lokal ("milik dan ciri khas bangsa
Indonesia") diakui adanya unsur universal dalam setiap agama. Tanpa Pancasila,
masyarakat nasional kita tidak akan pernah mencapai kekukuhan seperti yang kita
miliki sekarang ini. Hal ini akan lebih kita sadari jika kita mengadakan
perbandingan dengan keadaan masyarakat nasional di banyak negara, yang
mencapai kemerdekaannya hampir bersamaan waktu dengan kita. Tampaknya,
Pancasila masih kurang dipahami benar oleh sebagian bangsa Indonesia. Padahal,
maraknya korupsi, suap, main hakim sendiri, anarkis, sering terjadinya konflik
dan perpecahan, dan adanya kesenjangan sosial saat ini, kalau diruntut lebih
disebabkan belum dipahaminya, dihayati, dan diamalkannya Pancasila.
Setiap negara di dunia ini mempunyai dasar negara yang dijadikan landasan
dalam menyelenggarakan pemerintah negara. Seperti Indonesia, Pancasila
dijadikan sebagai dasar negara atau ideologi negara untuk mengatur
penyelenggaraan negara. Hal tersebut sesuai dengan bunyi pembukaan UUD 1945
alenia ke-4 yang berbunyi : “Maka disusunlah kemerdekaan kebangsaan Indonesia
itu dalam suatu UUD negara Indonesia yang berbentuk dalam suatu susunan
negara”. Dengan demikian kedudukan pancasila sebagai dasar negara termaktub
secara yuridis konstitusional dalam pembukaan UUD 1945, yang merupakan cita
– cita hukum dan norma hukum yang menguasai hukum dasar negara RI dan
dituangkan dalam pasal – pasal UUD 1945 dan diatur dalam peraturan
perundangan.

Selain bersifat yuridis konstitusional, pancasila juga bersifat yuridis ketata


negaraan yang artinya pancasila sebagai dasar negara. Pada hakikatnya adalah
sebagai sumber dari segala sumber hukum. Artinya segala peraturan perundangan
secara material harus berdasar dan bersumber pada pancasila. Apabila ada
peraturan (termasuk di dalamnya UUD 1945) yang bertentangan dengan nilai –
nilai luhur pancasila, maka sudah sepatutnya peraturan tersebut dicabut.
Berdasarkan uaraian tersebut pancasila sebagai dasar negara mempunyai sifat
imperatif atau memaksa, artinya mengikat dan memaksa setiap warga negara
untuk tunduk kepada pancasila dan bagi siapa saja yang melakukan pelanggaran
harus ditindak sesuai hukum yang berlaku di Indonesia serta bagi pelanggar
dikenakan sanksi – sanksi hukum.

Nilai – nilai luhur yang terkandung dalam pancasila memiliki sifat obyektif –
subyektif. Sifat subyektif maksudnya pancasila merupakan hasil perenungan dan
pemikiran bangsa Indonesia, sedangkan bersifat obyektif artinya nilai pancasila
sesuai dengan kenyataan dan bersifat universal yang diterima oleh bangsa –
bangsa beradab. Oleh karena memiliki nilai obyektif – universal dan diyakini
kebenarannya oleh seluruh bangsa Indonesia maka pancasila selalu dipertahankan
sebagai dasar negara. Jadi berdasarkan uraian tersebut di atas maka dapat
disimpulkan bahwa pancasila sebagai dasar negara memiliki peranan yang sangat
penting dalam mengatur kehidupan berbangsa dan bernegara sehingga cita – cita
para pendiri bangsa Indonesi dapat terwujud.

2.2 Hakikat Pancasila Sebagai Pandangan Hidup Bermasyarakat,


Berbangsa dan Bernegara Indonesia

Setiap bangsa di dunia yang ingin berdiri kokoh dan mengetahui dengan jelas
ke arah mana tujuan yang ingin dicapainya sangat memerlukan pandangan hidup.
Dengan pandangan hidup inilah suatu bangsa akan memandang persoalan yang
dihadapinya sehingga dapat memecahkannya secara tepat. Tanpa memiliki
pandangan hidup, suatu bangsa akan merasa terombang – ambing dalam
menghadapi persoalan yang timbul, baik persoalan masyarakatnya sendiri maupun
persoalan dunia. Menurut Padmo Wahjono : “Pandangan hidup adalah sebagai
suatu prinsip atau asas yang mendasari segala jawaban terhadap pertanyaan dasar,
untuk apa seseorang itu hidup”. Jadi berdasarkan pengertian tersebut, dalam
pandangan hidup bangsa terkandung konsepsi dasar mengenai kehidupan yang
dicita – citakan, terkandung pula dasar pikiran terdalam dan gagasan mengenai
wujud kehidupan yang dianggap baik.

Pancasila sebagai pandangan hidup sering juga disebut way of life, pegangan
hidup, pedoman hidup, pandangan dunia atau petunjuk hidup. Walaupun ada
banyak istilah mengenai pengertian pandangan hidup tetapi pada dasarnya
memiliki makna yang sama. Lebih lanjut Pancasila sebagai pandangan hidup
bangsa dipergunakan sebagai petunjuk dalam kehidupan sehari – hari masyarakat
Indonesia baik dari segi sikap maupun prilaku haruslah selalu dijiwai oleh nilai –
nilai luhur pancasila. Hal ini sangat penting karena dengan menerapkan nilai –
nilai luhur pancasila dalam kehidupan sehari – hari maka tata kehidupan yang
harmonis diantara masyarakat Indonesia dapat terwujud. Untuk dapat
mewujudkan semua itu maka masyarakat Indonesia tidak bisa hidup sendiri,
mereka harus tetap mengadakan hubungan dengan masyarakat lain. Dengan
begitu masing – masing pandangan hidup dapat beradaptasi artinya pandangan
hidup perorangan / individu dapat beradaptasi dengan pandangan hidup kelompok
karena pada dasarnya pancasila mengakui adanya kehidupan individu maupun
kehidupan kelompok.

Selain sebagai dasar Negara, Pancasila juga merupakan pandangan hidup


bangsa Indonesia. Sebagai pendangan hidup bangsa Indonesia, Pancasila berarti
konsepsi dasar tentang kehidupan yang dicita-citakan oleh bangsa Indonesia
dalam menghadapi berbagai tantangan dalam menjalani hidup. Dalam konsepsi
dasar itu terkandung gagasan dan pikiran tentang kehidupan yang dianggap baik
dan benar bagi bangsa Indonesia yang bersifat majemuk. Pancasila sebagai
pandangan hidup bangsa sebenarnya merupakan perwujudan dari nilai-nilai
budaya milik bangsa Indonesia sendiri yang diyakini kebaikan dan kebenarannya.
Pancasila digali dari budaya bangsa sendiri yang sudah ada, tumbuh, dan
berkembang berabad-abad lamanya. Oleh karna itu, Pancasila adalah khas milik
bangsa Indonesia sejak keberadaannya sebagai sebuah bangsa. Pancasila
merangkum nilai-nilai yang sama yang terkandung dalam adat-istiadat,
kebudayaan, dan agama-agama yang ada di Indonesia. Dengan demikian,
Pancasila sebagai pandangan hidup mencerminkan jiwa dan kepribadian bangsa
Indonesia.

Sebagai pandangan hidup bangsa, Pancasila juga berperan sebagai pedoman


dan penuntun dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara. Dengan
demikian, ia menjadi sebuah ukuran/kriteria umum yang diterima dan berlaku
untuk semua pihak secara sederhana, ideologi dipahami sebagai gagasan-gagasan
dan nilainilai yang tersusun secara sistematis yang diyakini kebenarannya oleh
suatu masyarakat dan diwujudkan di dalam kehidupan nyata. Nilai-nilai yang
tercermin di dalam pandangan hidup ditempatkan secara sistematis kedalam
seluruh aspek kehidupan yang mencakup aspek politik, ekonomi, sosial, budaya
dan pertahanan keamanan didalam upaya mewujudkan cita-citanya. Jadi, dengan
kata lain ideologi berisi pandangan hidup suatu bangsa yang menyentuh segala
segi kehidupan bangsa.
Setiap bangsa yang ingin berdiri kokoh dan mengetahui dengan jelas kearah
mana tujuan yang ingin dicapainya sangat membutuhkan pandangan hidup.
Dengan pandangan hidup yang jelas, suatu bangsa akan memiliki pegangan dan
pedoman bagaimana mereka memecahkan masalah-masalah politik, ekonomi,
sosial dan budaya yang timbul dalam gerak masyarakat yang makin maju. Dengan
berpedoman pada pandangan hidup sebagai ideologi, sebuah bangsa akan
membangun diri dan negerinya. Pandangan hidup yang dijadikan ideologi bangsa
mengandung konsep dasar mengenai kehidupan yang dicita-citakan oleh sebuah
bangsa dan pikiran-pikiran terdalam serta gagasan-gagasan sebuah bangsa
mengenai wujud kehidupan yang dianggap baik. Pandangan hidup sebuah bangsa
adalah perwujudan nilai-nilai yang dimiliki oleh bangsa itu yang diyakini
kebenarannya dan menimbulkan tekad bagi bangsa itu.

2.3 Upaya Menjaga Nilai – nilai Luhur Pancasila

Nilai – nilai yang terkandung dalam pancasila merupakan suatu cerminan dari
kehidupan masyarakat Indonesia (nenek moyang kita) dan secara tetap telah
menjadi bagian yang tak terpisahkan dari kehidupan bangsa Indonesia. Untuk itu
kita sebagai generasi penerus bangsa harus mampu menjaga nilai – nilai tersebut.
Untuk dapat menjaga hal tersebut maka perlu adanya berbagai upaya yang
didukung oleh seluruh masyarakat Indonesia. Upaya – uapaya tersebut antara lain:

Ideologi secara praktis diartikan sebagai system dasar seseorang tentang


nilainilai dan tujuan-tujuan serta sarana-sarana pokok untuk mencapainya. Jika
diterapkan oleh Negara maka ideology diartikan sebagai kesatuan gagasan-
gagasan dasar yang disusun secara sistematis dan dianggap menyeluruh tentang
manusia dan kehidupannya, baik sebagai individu, sosial, maupun dalam
kehidupan bernegara. Secara etimologis, ideologi berasal dari bahasa Yunani yaitu
idea dan logia. Idea berasal dari idein yang berarti melihat. Idea juga diartikan
sesuatu yang ada di dalam pikiran sebagai hasil perumusan sesuatu pemikiran atau
rencana. Kata logia mengandung makna ilmu pengetahuan atau teori, sedang kata
logis berasal dari kata logos dari kata legein yaitu berbicara.
Istilah ideologi sendiri pertama kali dilontarkan oleh Antoine Destutt de Tracy
(1754 - 1836), ketika bergejolaknya Revolusi Prancis untuk mendefinisikan sains
tentang ide. Jadi dapat disimpulkan secara bahasa, ideologi adalah pengucapan
atau pengutaraan terhadap sesuatu yang terumus di dalam pikiran.

Dalam tinjauan terminologis, ideology is Manner or content of thinking


characteristic of an individual or class (cara hidup/ tingkah laku atau hasil
pemikiran yang menunjukan sifat-sifat tertentu dari seorang individu atau suatu
kelas). Ideologi adalah ideas characteristic of a school of thinkers a class of
society, a plotitical party or the like (watak/ ciri-ciri hasil pemikiran dari
pemikiran suatu kelas di dalam masyarakat atau partai politik atau pun lainnya).
Ideologi ternyata memiliki beberapa sifat, yaitu dia harus merupakan pemikiran
mendasar dan rasional. Kedua, dari pemikiran mendasar ini dia harus bisa
memancarkan sistem untuk mengatur kehidupan. Ketiga, selain kedua hal tadi, dia
juga harus memiliki metode praktis bagaimana ideologi tersebut bisa diterapkan,
dijaga eksistensinya dan disebarkan. Pancasila sebagaimana kita yakini
merupakan jiwa, kepribadian dan pandangan hidup bangsa Indonesia. Disamping
itu juga telah dibuktikan dengan kenyataan sejarah bahawa Pancasila merupakan
sumber kekuatan bagi perjuangan karena menjadikan bangsa Indonesia bersatu.
Pancasila dijadikan ideologi dikerenakan, Pancasila memiliki nilai-nilai falsafah
mendasar dan rasional. Pancasila telah teruji kokoh dan kuat sebagai dasar dalam
mengatur kehidupan bernegara. Selain itu, Pancasila juga merupakan wujud dari
konsensus nasional karena bangsa Indonesia ini adalah sebuah desain negara
modern yang disepakati oleh para pendiri negara Republik Indonesia kemudian
nilai kandungan Pancasila dilestarikan dari generasi ke generasi.

Pancasila pertama kali dikumandangkan oleh Soekarno pada saat


berlangsungnya sidang Badan Penyelidik Usaha Persiapan Kemerdekaan
Republik Indonesia (BPUPKI). Pada pidato tersebut, Soekarno menekankan
pentingnya sebuah dasar negara. Istilah dasar negara ini kemudian disamakan
dengan fundamen, filsafat, pemikiran yang mendalam, serta jiwa dan hasrat yang
mendalam, serta perjuangan suatu bangsa senantiasa memiliki karakter sendiri
yang berasal dari kepribadian bangsa. Sebagaimana kita ketahui bersama bahwa
Pancasila secara formal yudiris terdapat dalam alinea IV pembukaan UUD 1945.
Di samping pengertian formal menurut hukum atau formal yudiris maka Pancasila
juga mempunyai bentuk dan juga mempunyai isi dan arti (unsur-unsur yang
menyusun Pancasila tersebut). Tepat 64 tahun usia Pancasila, sepatutnya sebagai
warga negara Indonesia kembali menyelami kandungan nilai-nilai luhur tersebut.

a. Ketuhanan (Religiusitas)

Nilai religius adalah nilai yang berkaitan dengan keterkaitan individu dengan
sesuatu yang dianggapnya memiliki kekuatan sakral, suci, agung dan mulia.
Memahami Ketuhanan sebagai pandangan hidup adalah mewujudkan masyarakat
yang beketuhanan, yakni membangun masyarakat Indonesia yang memiliki jiwa
maupun semangat untuk mencapai ridlo Tuhan dalam setiap perbuatan baik yang
dilakukannya. Dari sudut pandang etis keagamaan, negara berdasar Ketuhanan
Yang Maha Esa itu adalah negara yang menjamin kemerdekaan tiap-tiap
penduduknya untuk memeluk agama dan beribadat menurut agama dan
kepercayaan masingmasing. Dari dasar ini pula, bahwa suatu keharusan bagi
masyarakat warga Indonesia menjadi masyarakat yang beriman kepada Tuhan,
dan masyarakat yang beragama.

b. Kemanusiaan (Moralitas)

Kemanusiaan yang adil dan beradab, adalah pembentukan suatu kesadaran


tentang keteraturan, sebagai asas kehidupan, sebab setiap manusia mempunyai
potensi untuk menjadi manusia sempurna, yaitu manusia yang beradab. Manusia
yang maju peradabannya tentu lebih mudah menerima kebenaran dengan tulus,
lebih mungkin untuk mengikuti tata cara dan pola kehidupan masyarakat yang
teratur, dan mengenal hukum universal. Kesadaran inilah yang menjadi semangat
membangun kehidupan masyarakat dan alam semesta untuk mencapai
kebahagiaan dengan usaha gigih, serta dapat diimplementasikan dalam bentuk
sikap hidup yang harmoni penuh toleransi dan damai.
c. Persatuan (Kebangsaan) Indonesia

Persatuan adalah gabungan yang terdiri atas beberapa bagian, kehadiran


Indonesia dan bangsanya di muka bumi ini bukan untuk bersengketa. Bangsa
Indonesia hadir untuk mewujudkan kasih sayang kepada segenap suku bangsa dari
Sabang sampai Marauke. Persatuan Indonesia, bukan sebuah sikap maupun
pandangan dogmatik dan sempit, namun harus menjadi upaya untuk melihat diri
sendiri secara lebih objektif dari dunia luar. Negara Kesatuan Republik Indonesia
terbentuk dalam proses sejarah perjuangan panjang dan terdiri dari bermacam-
macam kelompok suku bangsa, namun perbedaan tersebut tidak untuk
dipertentangkan tetapi justru dijadikan persatuan Indonesia.

d. Permusyawaratan dan Perwakilan

Sebagai makhluk sosial, manusia membutuhkan hidup berdampingan dengan


orang lain, dalam interaksi itu biasanya terjadi kesepakatan, dan saling
menghargai satu sama lain atas dasar tujuan dan kepentingan bersama. Prinsip-
prinsip kerakyatan yang menjadi cita-cita utama untuk membangkitkan bangsa
Indonesia, mengerahkan potensi mereka dalam dunia modern, yakni kerakyatan
yang mampu mengendalikan diri, tabah menguasai diri, walau berada dalam
kancah pergolakan hebat untuk menciptakan perubahan dan pembaharuan.
Hikmah kebijaksanaan adalah kondisi sosial yang menampilkan rakyat berpikir
dalam tahap yang lebih tinggi sebagai bangsa, dan membebaskan diri dari
belenggu pemikiran berazaskan kelompok dan aliran tertentu yang sempit.

e. Keadilan Sosial

Nilai keadilan adalah nilai yang menjunjung norma berdasarkan ketidak


berpihakan, keseimbangan, serta pemerataan terhadap suatu hal. Mewujudkan
keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia merupakan cita-cita bernegara dan
berbangsa. Itu semua bermakna mewujudkan keadaan masyarakat yang bersatu
secara organik, dimana setiap anggotanya mempunyai kesempatan yang sama
untuk tumbuh dan berkembang serta belajar hidup pada kemampuan aslinya.
Segala usaha diarahkan kepada potensi rakyat, memupuk perwatakan dan
peningkatan kualitas rakyat, sehingga kesejahteraan tercapai secara merata.

2.4 Bidang Aktualisasi Nilai-Nilai Pancasila dalam Kehidupan Berbangsa


dan Bernegara

Pancasila sebagai Dasar Negara RI merupakan keputusan final, jangan hanya


disimpan dalam almari. Pancasila jangan juga disakralkan sehingga manusia tidak
dapat menyentuhnya. Sebaliknya Pancasila jangan dinistakan lalu tidak mau
melaksanakannya. Pancasila harus diamalkan atau diaktualisasikan dalam seluruh
bidang kehidupan.

Aktualisasi nilai-nilai Pancasila harus muncul dan menjadi nyata dalam


bidang integrasi NKRI, kehidupan ekonomi, dalam bidang hukum, dalam bidang
pendidikan (TK, SD, SMP, SMA, sampai dengan Perguruan Tinggi), dalam
bidang politik dan pemerintahan, dalam bidang sosial-budaya, dalam bidang
kehidupan beragama, dalam bidang kesehatan dan kesejahteraan, dalam bidang
lingkungan dan SDA, dalam bidang tenaga kerja dan SDM, dalam bidang gender
dan perempuan, dalam bidang politik luar negeri, dalam bidang pembangunan
pertanian, buruh dan nelayan, dalam bidang informasi dan komunikasi, dalam
bidang pembangunan industri pariwisata, dalam bidang olahraga dan sport, dalam
bidang pembangunan seni dan estetik, dalam bidang pembangunan kelautan dan
perikanan, dalam bidang pembangunan keluarga dan Keluarga Berencana (KB),
dalam bidang pembangunan industri dan penanaman modal (investasi), dalam
bidang bisnis dan perdagangan, dalam bidang ketertiban dan keamanan, dan
begitu seterusnya.

Tidak lebih dari 30% nilai-nilai Pancasila yang telah teraktualisasikan dalam
kehidupan berbangsa dan bernegara. Pancasila masih sebatas wacana dan tema-
tema simbolik, dan tidak muncul dalam sikap dan perilaku yang nyata dari warga
Negara RI. Nilai-nilai Pancasila belum muncul sepenuhnya secara nyata sebagai
way of life dari warga masyarakat dan bangsa Indonesia. Nilai-nilai Pancasila
belum menjadi Roh Bangsa dan belum menjadi Kepribadian Bangsa Indonesia.

Jangan terjadi lagi demonstrasi tarian liar “Tarian Cakalele” yang (26 orang
penari pria) membawa bendera RMS ketika diselenggarakan Hari Keluarga
Nasional di lapangan Merdeka Ambon tanggal 29 Juni 2007 lalu di depan
kedatangan Presiden RI SBY dan beberapa Menteri Kabinet Indonesia Bersatu.
Fenomena tersebut mengindikasikan bahwa integritas NKRI masih rapuh.
Eksistensi NKRI bukan sesuatu yang jatuh dari langit, melainkan sesuatu yang
harus dibentuk, dikembangkan, dan dipelihara dengan semangat kebangsaan yang
tinggi. Ancaman terhadap eksistensi NKRI tidak datang dari Ambon saja,
melainkan terjadi potensial dari daerah lain juga.

Pengaktualisasian nilai-nilai Pancasila bagi kehidupan berbangsa dan


bernegara hendaknya tidak menggunakan metode-metode klasik yang
indoktrinatif dan pemaksaan yang tergolong sebagai “hard learning method”,
namun harus menggunakan metode-metode sukarela, keterbukaan, bebas, dan
emansipatoris yang tergolong sebagai “soft-learning method” yang sangat
menekankan kesadaran dan rasionalitas yang kritis.

Aktualisasi nilai-nilai Pancasila hendaknya berjalan seiring atau sejalan


dengan sosialisasi, internalisasi, kulturalisasi, dan pembudayaan serta pelestarian
Pancasila. Aktualisasi hendaknya dapat berjalan simultan, dari lapisan
masyarakata atas hingga lapisan masyarakat bawah, dari kelompok peminpin dan
elit bangsa hingga kelompok sosial di bawah. Presiden RI harus menjadi
penanggungjawab bagi aktualisasi nilai-nilai Pancasila bagi kehidupan berbangsa
dan bernegara.

Pendidikan sebenarnya telah gagal karena tidak mencerdaskan rakyat.


Sebagian besar rakyat Indonesia tidak mandiri, tidak berdaya, dan masih bodoh
(tidak cerdas). Pendidikan menghasilkan manusia-manusia neo-kapitalis di bumi
Indonesia, dengan rumah-rumah beton yang berpagar tinggi. Faham
individualisme dan pragmatisme berkembang sangat kuat akibat perkembangan
pasar yang tidak terkendali. Individualisme dan pragmatisme dapat diibaratkan
telah menjadi perahuperahu atau kapal-kapal transfort yang membawa faham
sekularisme Barat, yang pada akhirnya menyingkirkan agama-agama formal di
Indonesia.

Kita bersama-sama semestinya mampu membangun “masyarakat dan bangsa


Indonesia yang modern” dengan ciri - ciri kualitas antara lain sebagai berikut :

1. Terbuka, terutama dengan nilai-nilai baru,


2. Berorientasi ke masa depan dan menghargai perubahan dan kemajuan (the
change and progress),
3. Demokratis dan mewujudkan “civil society”,
4. Mampu menjauhkan segala bentuk tindakan kekerasan dan pemaksaan,
5. Memiliki kemandirian, kedaulatan, dan independensi,
6. Menghargai dan menguasai Ipteks,
7. Menghargai kualitas, dan menjauhkan tindakan rasial dan diskriminasi,
8. Menghargai karya, kreativitas dan produktivitas,
9. Memiliki daya disiplin dan kepatuhan tinggi kepada aturan dan hukum
formal,Memiliki faham nasionalisme dan patriotisme yang kokoh,
10. Memiliki moralitas kemasyarakatan dan kebudayaan, dan
11. Tetap menghargai karya seni dan estetika.

Aktualisasi nilai-nilai Pancasila bukan suatu dorongan untuk membangun


masyarakat dan bangsa Indonesia yang kembali menjadi masyarakat dan bangsa
yang tradisional dan tertutup, atau menjadi masyarakat dan bangsa yang
konservatif dan mejauhkan diri dari pergaulan dengan dunia internasional.
Aktualisasi nilai-nilai Pancasila memiliki makna dinamik di mana aktualisasi
tersebut dapat mendorong masyarakat dan bangsa Indonesia untuk berubah,
beradaptasi, dan menuju kemajuan.

Demikian juga aktualisasi nilai-nilai Pancasila bukan untuk menyebarluaskan


faham dan nilai-nilai sekulatisme dan materialisme dalam masyarakat dan bangsa
Indonesia, melainkan sebaliknya aktualisasi nilai-nilai Pancasila harus bermakna
untuk menolak faham sekularisme dan materialisme sebab masyarakat dan bangsa
Indonesia adalah masyarakat dan bangsa yang religius dan konsisten untuk
percaya kepada eksistensi Tuhan YME.

2.5 Contoh Penerapan Nilai Pengembangan Pancasila dalam Kehidupan


Berbangsa

Di dalam Pancasila tergantung nilai-nilai kehidupan berbangsa. Nilai- nilai


tersebut adalah nilai ideal, nilai material, nilai positif, nilai logis, nilai estetis, nilai
sosial dan nilai religius atau kegamaan. Ada lagi nilai perjuangan bangsa
Indonesia dalam merebut kemerdekaan RI. Contoh Penerapan Nilai
Pengembangan Pancasila dalam Kehidupan Berbangsa adalah sebagai berikut:

1) Ketuhanan Yang Maha Esa :


a. Percaya dan taqwa kepada Tuhan YME,
b. Masing-masing atas dasar kemanusiaan yang beradab,
c. Membina adanya kerjasama dan toleransi antara sesama pemeluk agama
dan penganut kepercayaan kepada Tuhan YME.
2) Kemanusiaan yang adil dan beradab :
a. Tidak saling membedakan warna kulit,
b. Saling menghormati dengan bangsa lain,
c. Saling bekerja sama dengan bangsa lain,
d. Menjunjung tinggi nilai kemanusiaan.
3) Persatuan Indonesia :
a. Menempatkan persatuan kepentingan bangsa dan negara di atas
kepentingan pribadi atau golongan,
b. Menetapkan keselamatan bangsa dan negara di atas kepentingan pribadi
atau golongan,
c. Bangga berkebangsaan Indonesia,
d. Memajukan pergaulan untuk persatuan bangsa.
4) Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam
permusyawaratan / perwakilan :
a. Mengakui bahwa manusia Indonesia memiliki kedudukan dan hak yang
sama,
b. Melaksanakan keputusan bersama dengan penuh tanggung jawab dan
itikad baik,
c. Mengambil keputusan yang harus sesuai dengan nilai kebenaran dan
keadilan.

5) Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia :


a. Adanya hak dan kewajiban yang sama untuk menciptakan keadilan sosial
dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa atau dalam kehidupan sehari-
hari dan kehidupan bernegara.
b. Menjunjung tinggi sifat dan suasana gotong royong dengan rasa
kekeluargaan dan penuh kegotong royongan.
BAB III
PENUTUP

3.1 SIMPULAN

Dari makalah yang telah dibuat tadi dapat di simpulkan bahwa pancasila
mempunyai arti sangat penting bagi kehidupan masyarakat bangsa indonesia,
pancasila mempunyai nilai-nilai positif bagi kehidupan kita. Disamping itu
banyak langkah - langkah yang harus kita ambil untuk menjalankan atau
menerapkan pancasila dalam kehidupan kita. Salah satu peranan Pancasila adalah
sebagai sumber dari segala sumber hukum di Indonesia. Nilai-nilai yang
terkandung di dalamnya telah dijabarkan dalam Pembukaan UUD 1945 sebagai
sumber dari keseluruhan politik hukum nasional Indonesia. Pancasila
mengandung nilai dasar yang bersifat tetap, tetapi juga mampu berkembang secara
dinamis. Dengan kata lain, Pancasila menjadi dasar yang statis, tetapi juga
menjadi bintang tuntunan (lightstar) dinamis. Pancasila juga sebagai dasar dan
ideologi negara, yaitu sumber kaidah hukum yang mengatur Negara Kesatuan
Republik Indonesia (NKRI), dan meliputi suasana kebatinan atau cita-cita hukum
yang menguasai hukum dasar negara. Selain itu Pancasila merupakan sumber
kaidah hukum yang mengatur Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI), dan
meliputi suasana kebatinan atau cita-cita hukum yang menguasai hukum dasar
negara.

Aktualisasi nilai-nilai Pancasila dalam kehidupan berbangsa dan bernegara


niscaya dilakukan oleh seluruh rakyat Indonesia sekarang juga. Jika tidak maka
Pancasila akan dijauhkan oleh warganya sendiri. Aktualisasi Pancasila adalah
keniscayaan pembelajaran dari generasi ke generasi. Konsep aktualisasi nilai-nilai
Pancasila mencakup pengertian hakikat Pancasila secara mendalam, menyadari
nilainilai Pancasila (kesadaran rasional, kesadaran emosional, dan kesadaran
spiritual), serta mengamalkan nilai-nilai Pancasila dalam kehidupan sehari-hari
yang nyata. Menerima Pancasila jangan hanya sebatas wacana dan dijadikan
sebagai alat (tool) saja. Proses aktualisasi nilai-nilai Pancasila hendaknya berjalan
seiring dengan sosialisasi, internalisasi, dan kulturalisasi nilai-nilai Pancasila
dalam kehidupan berbangsa dan bernegara, dengan melalui proses pembelajaran
yang non-indoktrinatif dan pemaksaan. Aktualisasi nilai-nilai Pancasila
sebenarnya sebuah “strategi budaya” dari masyarakat dan bangsa Indonesia untuk
membangun budaya dan peradaban bangsa di masa depan. Pancasila adalah
sumber untuk mengembangkan budaya dan peradaban bangsa yang bermartabat.
Jika aktualisasi nilai-nilai Pancasila gagal, maka masyarakat dan bangsa Indonesia
akan memiliki budaya baru, yang bukan berakar pada budaya masyarakat dan
bangsa sendiri.

3.2 SARAN
Untuk menjaga agar Pancasila tetap terpelihara dan lestari, maka harus
dilakukan peningkatan pemahaman pada semua lapisan masyarakat. Yang lebih
penting lagi, para pemimpin harus menjadi teladan dalam pengamalan Pancasila.
Pancasila akan menjadi ideologi yang kuat apabila diamalkan dalam semua aspek
kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara, menuju negara aman, damai,
tentram, adil, makmur dan sejahtera dalam semua aspek kehidupan terutama
dalam penegakan hukum di Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) ini.
DAFTAR PUSTAKA

file:///E:/pancasila-sebagai-ideologi-pandangan.html
Listyarti, Retno. 2005. Pendidikan Kewarganegaraan SMA untuk kelas XI
kurikulum 2004. Jakarta: Esis.

Budiyanto. Abdul Karim, Aim. 2007. Pendidikan Kewarganegaraan SMA untuk


kelas XII kurikulum 2006. Jakarta: Grafindo.
Mohammad Adib. 15 September 2008. Urgensi Undang-Undang Republik
Indonesia Tentang Aktualisasi Nilai-Nilai Pancasila dalam Kehidupan
Berbangsa dan Bernegara. Adib’s Jatidiri Blog.

Anda mungkin juga menyukai