Anda di halaman 1dari 20

KATA PENGANTAR

Puji syukur penyusun panjatkan kehadirat Allah SWT, atas anugerah-Nya


sehingga penyusun dapat menyelesaikan penulisan makalah tentang Dimensi Realitas
Nilai Nilai Pancasila Sebagai Ideologi Terbuka Dihadapkan pada Tantangan
Globalisasi. Tak lupa pula sholawat dan salam tercurah untuk junjung besar Nabi
Muhammad SAW yang telah memberikan kita ketenangan dan kedamaian untuk
menjalani kehidupan sehari-hari dengan melaksanakan perintah-Nya dan menjauhi
larangan-Nya.
Makalah ini berisi tentang penjelasan Ideologi Pancasila sebagai Dasar
Negara sebagai ideologi terbuka.. Tak lupa pula penyusun mengucapkan rasa terima
kasih yang sebesar-besar kepada pihak-pihak yang telah membantu sehingga
tersusunnya makalah ini.
Penulis telah berusaha untuk dapat menyusun Makalah ini dengan baik,
namun penulis pun menyadari bahwa kami memiliki akan adanya keterbatasan kami
sebagai manusia biasa. Oleh karena itu jika didapati adanya kesalahan-kesalahan baik
dari segi teknik penulisan, maupun dari isi, maka kami memohon maaf dan kritik
serta saran dari dosen pengajar bahkan semua pembaca  sangat diharapkan oleh kami
untuk dapat menyempurnakan makalah ini terlebih juga dalam pengetahuan kita
bersama. Harapan  ini dapat bermanfaat bagi kita sekalian

Pangkalpinang, 24 Mei 2021

Penyusun

i
DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL ........................................................................................... i


KATA PENGANTAR ......................................................................................... ii
DAFTAR ISI ....................................................................................................... iii

BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ............................................................................... 1
B. Rumusan Masalah .......................................................................... 2
C. Tujuan ............................................................................................ 2

BAB II PEMBAHASAN
A. Pengertian Pancasila ......................................................................... 3
C. Pancasila Sebagai Ideologi Negara ................................................ 3
D. Nilai-nilai yang terkandung dalam Pancasila................................... 6
E. Dimensi realitas nilai nilai pancasila sebagai ideologi terbuka
dihadapkan pada tantangan globalisasi............................................ 13

BAB III PENUTUP


A. Kesimpulan .................................................................................... 16
B. Saran ............................................................................................... 17

DAFTAR PUSTAKA

ii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Pancasila adalah pedoman kehidupan berbangsa dan bernegara bagi
seluruh rakyat Indonesia. Pancasila juga telah memberi kekuatan hidup kepada
bangsa Indonesia serta membimbingnya dalam mengejar kehidupan lahir batin
yang makin baik, di dalam masyarakat Indonesia yang adil dan makmur.
Bahwasanya Pancasila yang telah diterima dan ditetapkan sebagai dasar negara
seperti tercantum dalam pembukaan Undang-Undang Dasar 1945 merupakan
kepribadian dan pandangan hidup bangsa, yang telah diuji kebenaran,
kemampuan dan kesaktiannya, sehingga tak ada satu kekuatan manapun juga
yang mampu memisahkan Pancasila dari kehidupan bangsa Indonesia.
Menyadari bahwa untuk kelestarian kemampuan dan kesaktian Pancasila
itu, perlu diusahakan secara nyata dan terus menerus penghayatan dan
pengamamalan nilai-nilai luhur yang terkandung di dalamnya oleh setiap warga
negara Indonesia, setiap penyelenggara negara serta setiap lembaga kenegaraan
dan lembaga kemasyarakatan, baik di pusat maupun di daerah.
Namun dibalik itu terdapat sejarah panjang perumusan sila-sila Pancasila
dalam perjalanan ketata negaraan Indonesia. Sejarah ini begitu sensitif dan salah-
salah bisa mengancam keutuhan Negara Indonesia. Hal ini dikarenakan begitu
banyak polemik serta kontroversi yang akut dan berkepanjangan baik mengenai
siapa pengusul pertama sampai dengan pencetus istilah Pancasila. Makalah ini
sedapat mungkin menghindari polemik dan kontroversi tersebut. Oleh karena itu
makalah ini lebih bersifat suatu "perbandingan" (bukan "pertandingan") antara
rumusan satu dengan yang lain yang terdapat dalam dokumen-dokumen yang
berbeda. Penempatan rumusan yang lebih awal tidak mengurangi kedudukan
rumusan yang lebih akhir.

1
Memahami latar belakang historis dan konseptual Pancasila dan UUD 1945
merupakan suatu bentuk kewajiban bagi setiap warga negara sebelum
melaksanakan nilai-nilainya dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan
bernegara. Kewajiban tersebut merupakan konsekuensi formal dan konsekuensi
logis dalam kedudukan kita sebagai warga negara. Karena ledudukan Pancasila
sebagai dasar negara (filsafat negara), maka setiap warga negara wajib loyal
kepada dasar negaranya
B. Rumusan Masalah
Untuk menghidari adanya kesimpangsiuran dalam penyusunan makalah
ini, maka penulis membatasi masalah-masalah yang akan di bahas diantaranya:
1. Apa itu pengertian Pancasila?
2. Mengapa Pancasila dijadikan sebagai ideologi?
3. Nilai-nilai apasajakah yang terkandung dalam Pancasila?
4. Bagaimana dimensi realitas nilai nilai pancasila sebagai ideologi terbuka
dihadapkan pada tantangan globalisasi?

1.3 Tujuan Penulisan


Dalam penyusunan Makalah ini, penulis mempunyai beberapa tujuan, yaitu:
1. Penulis ingin mengetahui arti Pancasila sebenarnya.
2. Mengetahui kenapa pancasila di jadikan sebagai ideologi
3. Mengetahui nilai-nilai apasajakah yang terkandung dalam Pancasila.
4. Memahami dimensi realitas nilai nilai pancasila sebagai ideologi terbuka
dihadapkan pada tantangan globalisasi.

2
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Pancasila
Kata Pancasila terdiri dari dua kata dari bahasa Sansekerta: pañca berarti
lima dan śīla berarti prinsip atau asas. Pancasila sebagai dasar negara Republik
Indonesia berisi :
1. Ketuhanan Yang Maha Esa
2. Kemanusiaan Yang Adil Dan Beradab
3. Persatuan Indonesia
4. Kerakyatan Yang Dipimpin Oleh Hikmat Kebijaksanaan Dalam
5. Permusyawaratan/Perwakilan
6. Keadilan Sosial Bagi Seluruh Rakyat Indonesia.

B. Pancasila Sebagai Ideologi Bangsa


Pancasila sering disebut sebagai dasar falsafah bangsa dan ideologi
negara. Pancasila dipergunakan sebagai dasar untuk mengatur pemerintahan dan
mengatur penyelenggaraan negara. Konsep-konsep Pancasila tentang kehidupan
bernegara yang disebut cita hukum, merupakan cita hukum yang harus
dilaksanakan secara konsisten dalam kehidupan berbangsa dan bernegara.
Mengandung makna bahwa dalam setiap aspek kehidupan kebangsaan,
kemasyarakatan serta kenegaraan harus berdasarkan nilai-nilai ketuhanan,
kemanusiaan, persatuan, kerakyatan dan keadilan. Nilai-nilai inilah yang
merupakan suatu nilai dasar bagi kehidupan kenegaraan, kebangsaan dan
kemasyarakatan.
Pancasila juga mempunyai fungsi dan kedudukan sebagai pokok atau kaidah
negara yang mendasar . Kedudukan Pancasila sebagai dasar negara bersifat tetap,
kuat, dan tidak dapat diubah oleh siapapun, termasuk oleh MPR-DPR hasil

3
pemilihan umum. Mengubah Pancasila berarti membubarkan Negara Kesatuan
Republik Indonesia yang diproklamasikan pada tanggal 17 Agustus 1945.
Pancasila memenuhi syarat sebagai dasar negara bagi Negara Kesatuan
Republik Indonesia dengan alasan sebagai berikut.
1. Pancasila memiliki potensi menampung keadaan pluralistik masyarakat
Indonesia yang beraneka ragam suku, agama, ras dan antar golongan.
Pada Sila Ketuhanan Yang Maha Esa, menjamin kebebasan untuk
beribadah sesuai agama dan keyakinan masing-masing. Kemudian pada
Sila Persatuan Indonesia, mampu mengikat keanekaragaman dalam satu
kesatuan bangsa dengan tetap menghormati sifat masing-masing sepert
apa adanya.
2. Pancasila memberikan jaminan terealisasinya kehidupan yang pluralistik,
dengan menjunjung tinggi dan menghargai manusia sesuai dengan harkat
dan martabatnya sebagai makhluk Tuhan secara berkeadilan yang
disesuaikan dengan kemampuan dan hasil usahanya. Hal ini ditunjukkan
dengan Sila Kemanusiaan Yang Adil dan Beradab.
3. Pancasila memiliki potensi menjamin keutuhan Negara Kesatuan
Republik Indonesia yang terbentang dari Sabang sampai Merauke, yang
terdiri atas ribuan pulau sesuai dengan Sila Persatuan Indonesia.
4. Pancasila memberikan jaminan berlangsungnya demokrasi dan hak-hak
asasi manusia sesuai dengan budaya bangsa. Hal ini, selaras dengan Sila
Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam
permusyawaratan/perwakilan.
5. Pancasila menjamin terwujudnya masyarakat yang adil dan sejahtera
sesuai dengan Sila Keadilan sosial bagi seluruh rakyat sebagai acuan
dalam mencapai tujuan tersebut.

4
Alasan Pancasila Dijadikan Ideologi Bangsa Indonesia
1. Dasar negara kita, Republik Indonesia, yang merupakan sumber dari segala
sumber hukum yang berlaku di negara kita.
2. Pandangan hidup bangsa Indonesia yang dapat mempersatukan kita serta
memberi petunjuk dalam masyarakat kita yang beraneka ragam sifatnya.
3. Jiwa dan kepribadian bangsa Indonesia, karena Pancasila memberikan corak
yang khas kepada bangsa Indonesia dan tak dapat dipisahkan dari bangsa
Indonesia, serta merupakan ciri khas yang dapat membedakan bangsa
Indonesia dari bangsa yang lain. Terdapat kemungkinan bahwa tiap-tiap sila
secara terlepas dari yang lain bersifatuniversal, yang juga dimiliki oleh
bangsa-bangsa lain di dunia ini, akan tetapi kelima sila yang merupakan satu
kesatuan yang tidak terpisahkan itulah yang menjadi ciri khas bangsa
Indonesia.
4. Tujuan yang akan dicapai oleh bangsa Indonesia, yakni suatu masyarakat
adil dan makmur yang merata material dan spiritual berdasarkan Pancasila di
dalam wadah negara kesatuan Republik Indonesia yang merdeka, berdaulat,
bersatu dan berkedaulatan rakyat dalam suasana perikehidupan bangsa yang
aman, tenteram, tertib dan dinamis serta dalam lingkungan pergaulan dunia
yang merdeka, bersahabat, tertib dan damai.
5. Perjanjian luhur rakyat Indonesia yang disetujui oleh wakil-wakil rakyat
Indonesia menjelang dan sesudah Proklamasi Kemerdekaan yang kita
junjung tinggi, bukan sekedar karena ia ditemukan kembali dari kandungan
kepribadian dan cita-cita bangsa Indonesia yang terpendam sejak berabad-
abad yang lalu, melainkan karena Pancasila itu telah mampu membuktikan
kebenarannya setelah diuji oleh sejarah perjuangan bangsa.
      Oleh karena itu yang penting adalah bagaimana kita memahami,
menghayati dan mengamalkan Pancasila dalam segala segi kehidupan. Tanpa ini
maka Pancasila hanya akan merupakan rangkaian kata-kata indah yang tertulis

5
dalam Pembukaan UUD 1945, yang merupakan perumusan yang beku dan mati,
serta tidak mempunyai arti bagi kehidupan bangsa kita.
      Apabila Pancasila tidak menyentuh kehidupan nyata, tidak kita rasakan
wujudnya dalam kehidupan sehari-hari, maka lambat laun kehidupannya akan
kabur dan kesetiaan kita kepada Pancasila akan luntur. Mungkin Pancasila akan
hanya tertinggal dalam buku-buku sejarah Indonesia. Apabila ini terjadi maka
segala dosa dan noda akan melekat pada kita yang hidup di masa kini, pada
generasi yang telah begitu banyak berkorban untuk menegakkan dan membela
Pancasila.

C. Makna atau Nilai-nilai yang terkandung dalam Pancasila


1. Nilai-nilai Dalam Pancasila
Nilai yang ada dalam Pancasila memiliki serangkaian nilai, yaitu
ketuhanan, kemanusiaan, persatuan, kerakyatan, dan keadilan.Kelima nilai
tersebut merupakan satu kesatuan yang utuh dimana mengacu dalam tujuan
yang satu.  Nilai-nilai dasar Pancasila seperti ketuhanan, kemanusiaan,
persatuan, kerakyatan, dan keadilan yang bersifat universal,objektif, artinya
nilai-nilai tersebut dapat dipakai dan diakui oleh negara-negara lain, walaupun
tidak diberi nama Pancasila.Pancasila bersifat subjektif, artinya bahwa nilai-
nilai pancasila itu melekat pada pembawa dan pendukung nilai pancasila itu
sendiri, yaitu masyarakat, bangsa, dan negara Indonesia.
Nilai-nilai Pancasila juga merupakan suatu pandangan hidup  bangsa
Indonesia. Pancasila juga merupakan nilai-nilai yang sesuai dengan hati
nurani bangsa Indonesia, karena bersumber pada kepribadian bangsa.Nilai-
nilai Pancasila ini menjadi landasan dasar, serta motivasi atas segala
perbuatan baik dalam kehidupan sehari-hari dan dalam kenegaraan.Dalam
kehidupan kenegaraan, perwujudan nilai Pancasila harus tampak dalam suatu
peraturan perundangan yang berlaku di Indonesia.Karena dengan tampaknya
Pancasila dalam suatu peraturan dapat menuntun seluruh masyarakat dalam

6
atau luar kampus untuk bersikap sesuai dengan peraturan perundangan yang
disesuaikan dengan Pancasila.
Ciri hukum yang didasari nilai-nilai Pancasila membedakan Indonesia
dengan hukum yang ada di negara lain. Hukum di Indonesia didasari oleh
keagamaan, sedangkan di negara sekuler tidak didasari oleh
keagamaan.Sehingga banyak hukum yang bertentangan dengan keagamaan,
misalnya Aborsi yang dilegalkan.Berikut ini adalah nilai-nilai dalam tiap –
tiap butir Pancasila :
1. Ketuhanan Yang Maha Esa
Nilai-nilai yang terkandung dalam sila pertama ini adalah dimana
kita sebagai manusia yang diciptakan wajib menjalankan perintahnya dan
menjauhi larangannya. Didalam konteks masyarakat dalam kampus,
masyarakat kampus berhak untuk memeluk agama dan kepercayaannya
masing-masing dan wajib menjalankan apa yang diperintahkan dalam
agama masing-masing dan menjauhi apa yang dilarang.
2.      Kemanusiaan Yang Adil dan Beradab
Sila kedua ini menjelaskan bahwa kita sesama manusia mempunyai
derajat yang sama di hadapan hukum.
3.      Persatuan Indonesia
Makna persatuan hakikatnya adalah satu, yang artinya bulat tidak
terpecah.
4.      Kerakyatan yang Dipimpin oleh Hikmat Kebijaksanaan dalam
Permusyawaratan/Perwakilan
Dalam sila ini menjelaskan tentang demokrasi, adanya kebersamaan
dalam mengambil keputusan dan penanganannya, dan kejujuran bersama.
5.      Keadilan Sosial Bagi Seluruh Rakyat Indonesia
Makna dalam sila ini adalah adanya kemakmuran yang merata bagi
seluruh rakyat, seluruh kekayaan dan sebagainya dipergunakan untuk
kebahagiaan bersama, dan melindungi yang lemah.

7
2. Penerapan dan Pelaksanaan Di Masyarakat
Pancasila merupakan pandangan hidup yang berakar dalam
kepribadian bangsa, maka ia diterima sebagai dasar negara yang mengatur
hidup ketatanegeraan. pancasila berperan sebagai pengatur sikap dan
tingkah laku orang Indonesia masing-masing dalam hubungannya dengan
Tuhan Yang Maha Esa (Sila-I), dengan sesama manusia (sila II) dengan
tanah air dan nusa bangsa Indonesia (Sila-III) dengan kekuasaan dan
pemerintahan negara (kerakyatan) dan dengan negara sebagai kesatuan
dalam rangka realisasi kesejahteraan (sila-V). Hal ini tampak dalam
sejarah bahwa meskipun dituangkan dalam rumusan yang agak berbeda,
namun dalam 3 buah Undang-Undang Dasar yaitu dalam pembukaan
UUD’45, dalam mukadimah konstitusi RIS dan dalam mukadimah UUDS
RI (1950). Pancasila tetap tercantum di dalamnya. Pancasila yang selalu
dikukuhkan dalam kehidupan konstitusional itu dan menjadi pegangan
bersama pada saat-saat terjadi krisis nasional dan ancaman terhadap
ekosistem bangsa kita, merupakan bukti sejarah bahwa pancasila memang
selalu dikehendaki oleh bangsa Indonesia sebagai dasar kehormatan
Indonesia, yaitu sebagai dasar negara, hal ini karena telah tertanam dalam
kalbunya rakyat dan dapat mempersatukan seluruh rakyat.
Pancasila memberikan corak yang khas kepada bangsa Indonesia
dan tak dapat dipisahkan dari bangsa Indonesia serta merupakan ciri khas
yaitu membedakan bangsa Indonesia dari bangsa lain. Terdapat
kemungkinan, bahwa tiap-tiap sila secara terlepas dari yagn lain, bersifat
universal yang juga dimiliki bangsa-bangsa lain di dunia ini, akan tetapi
ke-5 sila yang merupakan satu kesatuan yang tidak terpisah pula itulah
yang menjadi ciri khas bangsa Indonesia. Kenyataan sehar-hari yang kita
lihat dalam masyarakat bangsa Indonesia antara lain :

8
a. Bangsa Indonesia sejak dahulu sebagai bangsa yang religius, percaya
akanadanya zat yang maha kuasa dan mempunyai keyakinan yang
penuh, bahwa segala sesuatu yang ada dimuka bumi ini akan ciptaan
Tuhan. Dalam sejarah nenek moyang, kita ketahui bahwa kepercayaan
kepada Tuhan itu dimulai dari bentuk dinamisme (serba tenaga), lalu
animisme (serba arwah), kemudian menjadi politeisme (serba
dewa)dan akhirnya menjadi monoteisme (kepercayaan akan adanya
Tuhan Yang Maha Esa) sisanya dalam bentuk peninggalan tempat-
tempat pemujaan dan peribadatan upacara-upacara ritual keagamaan.
b. Sejak dahulu, bangsa Indonesia berkeyakinan bahwa pada hakekatnya
semua manusia dilahirkan sama, dan karena itu yang hidup dan
menikmati kehadapan sepenuhnya watak mesti bangsa Indonesia yang
sebenarnya, tidak menyukai perbedaan perihal martabat yang
disebabkan karena perbedaan warna kulit, daerah keturunan dan kasta
seperti yang terjadi masyarakat feodal.
c. Karena pengaruh keadaan geografisnya yang terpencar antara satu
wilayah dengan wilayah yang lainnya, antar satu pulau dengan pulau
lainnya maka Indonesia terkenal mempunyai banyak perbedaan yang
beraneka ragam sejak dari perbedaan bahasa daerah, suku bangsa, adat
istiadat, kesenian dan kebudayaannya (bhineka), tetapi karena
mempunyai kepentingan yang sama, maka setiap ada bahagian yang
mengancam dari luar selalu menimbulkan kesadaran bahwa dalam
kebhinekaan itu terdapat ketunggalan yang harus diutamkana
kesadaran kebangsaan yang berbeda yaitu sebagai bangsaIndonesia.
d. Ciri khas yang merupakan kepribadian bansga dari berbagai suku,
bangsa Indonesia adalah adanya prinsip musyawarah diantara warga
masyarakat sendiri dalam mengatur tata kehidupan mereka. Sedang
kepala desa, kepala suku,dan sebagainya.

9
e. hanya merupakan pamong (pembimbing mereka yang dipilih dan dari
antara mereka sendiri, prinsip musyawarah dan masyarakat yang
merupakan inti dari kerakyatan telah dipraktikkan dalam kehidupan
masyarakat adat seperti : desa marga, kurnia, nagori, banua, dsb.
f. Salah satu bentuk khusus dari kerakyatan ialah kerakyatan dibidang
ekonomi, yang dirumuskan sebagai keadilan atau kesejahteraan sosial
bagi rakyat Indonesia, asas ini sudah dikenal berabad-abad lamanya
yang sisanya masih dapat kita jumpai dalam masyarakat terutama di
desa, yaitu kebisaaan tolong menolong antara sesama masyarakat,
gotong – royong dalam mengusahakan kepentingan bersama atau
membantu (menolong seseorang yang sangat membutuhkan seperti
materialistik, kapitalisme dan individualisme sama sekali tidak disukai
oleh bangsa Indonesia, karena tidak memungkinkan tercapainya
keadilan / kesejahteraan sosial.
Pancasila sebenarnya adalah cita-cita yang ingindicapai bersama
oleh bangsa Indonesia.Oleh karena itu, Pancasila sering disebut dengan
landasan ideal.Maksud dari ideal adalah bahwa Pancasila merupakan hal
yang menjadi sebuah gagasan dan dambaan.Hal ini sesuai dengan
pengeraian Pancasila sebagai ideologi negara.Dalam era yang hiruk-pikuk
ini, eksistensi Pancasilasudah mulai dipertanyakan.Benarkah Pancasila
memang menjadi dasar hidup bangsa, benarkah Pancasila merupakan
identitas bagi bangsa Indonesia.Melihatrealita yang ada, sulit untuk
membuktikan bahwa Pancasila masih menjiwai dan mendarah-daging
dalam diri manusia Indonesia.
Pancasila pada saat ini cenderung menjadi lambangdan hanya
menjadi formalitas yang dipaksakan kehadirannya di Indonesia.Kehadiran
Pancasila pada saat ini bukan berasal dari hati nurani bangsa
Indoensia.Bukti dari semua itu aalah tidak aplikatifnya sila-sila yang
terkandung dalam Pancasila dalam kehidupan masyarakat Indonesia.

10
3. Dampak  tidak adanya penerapan Nilai Pancasila di Masyarakat
Pancasila pada saat ini cenderung menjadi lambang dan hanya
menjadi formalitas yang dipaksakan kehadirannya di Indonesia.Kehadiran
Pancasila pada saat ini bukan berasal dari hati nurani bangsa Indoensia. Bukti
dari semua itu ialah tidak aplikatifnya sila-sila yang terkandung dalam
Pancasila dalam kehidupan masyarakat Indonesia. Berdasarkan realita yang
ada dalam masyarakat, aplikasi sila-sila Pancasila jauh dari
harapan.Banyaknya kerusuhan yang berlatar belakang SARA (suku, ras, dan
antargolongan), adanya pelecehan terhadap hak azasi manusia, gerakan
separatis, lunturnya budaya musyawarah, serta ketidakadilan dalam
masyarakat membuktikan tidak aplikatifnya Pancasila. Adanya hal seperti ini
menjauhkan harapan terbentuknya masyarakat yang sejahtera,aman, dan
cerdas yang diidamkan melalui Pancasila.
Sebenarnya bangsa Indonesia bisa berbangga dengan Pancasila, sebab
Pancasila merupakan ideologi yang komplet. Bila dibandingkan dengan
pemikiran tokoh nasionalis Cina, dr. Sun Yat Sen, Pancasila jauh lebih
unggul.Sun Yat Sen meunculkan gagasan tentang San Min Chu I yang berisi
tiga pilar,yaitu nasionalisme, demokrasi, dan sosialisme. Gagasan Sun Yat
Sen ini mampu mengubah pemikiran bangsa Cina di selatan.Dengan gagasan
Ini, Sun Yat Sen telah mampu mewujudkan Cina yang baru, modern, dan
maju. Apabila San Min ChuI-nya Sun yat Sen mampu untuk mengubah
bangsa yang sedemikian besar,seharusnya Pancasila yang lebih komplet itu
mampu untuk mengubah Indonesiamenjadi lebih baik.
Di Indonesia, sejak diresmikannya Pancasila sampaisekarang,
penerapan Pancasila masih ‘jauh bara dari api’. Yang terjadi padasaat ini
bukan penerapan Pancasila, melainkan pergeseran Pancasila.Ketuhanan yang
menjadi pilar utama moralitas bangsa telah diganti dengan keuangan.
Kemanusiaan yang akan mewujudkan kondisi masyarakat yang ideal telah
digantikan dengan kebiadaban dengan banyaknya pelanggaran terhadap hak

11
azasi manusia. Persatuan yang seharusnya ada sekarang telah berubah
menjadi embrio perpecahan dan disintegrasi.Permusyawarahan sebagai sikap
kekeluargaan berubah menjadikebrutalan.Sementara itu, keadilan sosial
berubah menjadi keculasan dan keserakahan.
Selain dari pihak masyarakat sendiri, pergeseran makna Pancasila juga
dilakukan oleh pihak penguasa.Pada masa tertentu, secarasistematis Pancasila
telah dijadikan sebagai alat politik untuk melanggengkankekuasaan.Tindakan
yang dilakukan terhaap Pancasila ini turut menggoncang eksistensi
Pancasila.Pancasila seakan-akan momok yang menakutkan, sehingga oleh
sebagian masyarakat dijadikan sebuah simbol kekuasaan dan kelanggengan
salah satu pihak.
Dalam era kesemrawutan global sekarang, ideologi asing mudah
bermetamorfosa dalam aneka bentuknya dan menjadi pesaing
Pancasila.Hedonisme (aliran yang mengutamakan kenikmatan hidup) dan
berbagai isme penyerta, misalnya, semakin terasa menjadi pesaing yang
membahayakan potensialitas Pancasila sebagai kepribadian bangsa.Nilai
intrinsik Pancasila pun masih sangat dipengaruhi oleh berbagai faktor
kondisional. Padahal, gugatan terhadap Pancasila sebagai dasar negara dengan
sendirinya akan menjadi gugatan terhadap esensi dan eksistensi kita sebagai
manusia dan warga bangsa dan negara Indonesia.
Untuk menghadapi kedua ekstrim (memandang nilai-nilai Pancasila
terlalu sulit dilaksanakan oleh segenap bangsa Indonesia di satu pihak dan di
pihak lain memandang nilai-nilai Pancasila kurang efektif untuk
memperjuangkan pencapaian masyarakat adil dan makmur yang diidamkan
seluruh bangsa Indonesia) diperlukan usaha bersama yang tak kenal lelah
guna menghayati Pancasila sebagai warisan budaya bangsa yang bernilai
luhur, suatu sistem filsafat yang tidak bertentangan dengan nilai-nilai agama,
bersifat normatif dan ideal, sehingga pengamalannya merupakan tuntutan
batin dan nalar setiap manusia Indonesia.

12
Dari berbagai kenyataan di atas timbul berbagai pertanyaan, apakah
pancasila sudah tidak cocok lagi dalam kehidupan masyarakat Indonesia,
kalau pancasila masih cocok di Indonesia, dalam hal ini siapa yang salah,
bagaimana membangun Indonesia yang lebih baik sehingga sesuai dengan
cita-cita para pendiri bangsa.
D. Dimensi Realitas nilai-nilai pancasila sebagai ideologi di era globalisasi
Pada umumnya khalayak memehai arti “terbuka” dari pernyataan “ideologi
terbuka” sebagai filsafat keterbukaan ideologi itu sendiri. Oleh sebab itu,
pernyataan “Pancasila adalah ideologi terbuka”, banyak dipahami secara harfiah,
yaitu berbagai konsep dari ideologi lain, terutama dari ideologi liberalisme,
seperti hak asasi manusia, pasar bebas, mayoritas tunggal, dualisme
pemerintahan, serta konsekuensi logis sistem oposisi liberal, tanpa penalaran
yang sistematis nilai-nilai itu dianggap dan diberlakukan sebagai konsep yang
inheren dalam ideologi Pancasila.

Adanya anggapan umum yang demikian, dapat dipahami karena adanya sebab-
sebab sebagai berikut:

1. Orang yang bersangkutan tidak atau belum memahami ideologi Pancasila


secara memadai, dan
2. “Kebebasan Individu” yang menjadi nilai intrinsik ideologi liberalisme
bukannya dipersepsikan sebagai konsep ideologis, tetapi justru dipersepsikan
sebagai konsep bebas nilai yang identik dengan konsep yang bersifat objektif
universal.

Semua konsep dari suatu ideologi niscaya teralir secara deduktif-logis dari
nilai intrinsik ideologi yang bersangkutan. Sebagai contoh, nilai intrinsik
ideologi liberalisme adalah kebebasan individu, ideologi komunis adalah
hubungan produksi, dan ideologi Pabcasila adalah kebersamaan. Berkenaan
dengan hal tersebut, konsep dari suatu ideologi tidak dapat diberlakukan pada

13
ideologi lain. Bila hal ini dipaksakan, yang akan terwujud adalah cita-cita dari
ideologi lain.
Dimensi Realita, artinya nilai-nilai dasar yang terkandungdalam ideologi itu
secara riil berakar dan hidup dalam masyarakatatau bangsanya, yaitu
mencerminkan kenyataan hidup yang ada di dalam masyarakat di mana ideologi
itu muncul untuk pertama kalinya.
Kekuatan dan kedinamisan suatu ideologi tergantung pada kualitas tiga
dimensi, salah satunya adalah dimensi realitas. Dimensi realitas merupakan nilai
yang terkandung dalam diri masyarakat, bersumber dari nilai-nilai yang hidup
dalam masyarakat, terutama pada waktu ideologi itu lahir, sehingga masyarakat
betul-betul merasakan dan menghayati bahwa nilai-nilai dasar itu adalah milik
mereka bersama.
Dimensi realitas memiliki makna bahwa nilai-nilai dasar yang terkandung
dalam ideologi tersebut secara riil berakar dan hidup secara nyata dalam
masyarakat atau bangsa yang bersangkutan, yang bersumber dari budaya dan
pengalaman sejarahnya.
Dimensi realitas merupakan suatu ideologi yang harus mampu
mencerminkan realitas yang hidup dan berkembang dalam masyarakat. Menurut
Alfian, kelima nilai dasar Pancasila, ditemukan oleh masyarakat Indonesia
dalam suasana atau pengalaman kehidupan masyarakat Indonesia yang bersifat
kekeluargaan dan kebersamaan.
Nilai-nilai dasar Pancasila ditemukan dalam religi-religi bangsa Indonesia,
dalam budaya-budaya bangsa Indonesia, dan dalam adat istiadat bangsa
Indonesia yang sering disebut sebagai ”jiwa bangsa”. Dimensi realita ideologi
Pancasila ini disebut dasar yang statis atau meja statis di atas mana negara
diletakkan yang dimana sekaligus meja statis ini harus dapat mempersatukan
segenap elemen di dalam bangsa Indonesia. Nilai-nila dasar yang berjumlah lima
itu bersifat tetap yang berarti rumusannya dan urutan-urutan letak sila-sila sudah

14
tetap, tidak dapat diubah, sebab Pancasila merupakan filsafat persatuan. Kalau
dirinya dapat berubah berarti tidak mungkin dapat menjadi filsafat persatuan.
Oleh karena itu, selain memiliki dimensi nilai-nilai ideal dan normative,
Pancasila juga harus mampu dijabarkan dalam kehidupan bermasyarakat secara
nyata, baik dalam kehidupan sehari-hari maupun dalam penyelenggaraan negara.
Pancasila mengandung sifat dimensi realitas ini dalam dirinya.

15
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Kata ideologi berasal dari bahasa latin yaitu idea yang berarti ide atau daya cipta
dari hasil pemikiran manusia dan logos yang artinya ilmu. Bahwa suatu ideologi
pada umumnya menunjukkan pandangan khas tentang pentingnya kerja sama
antar manusia, hubungan manusia dengan Tuhan, dan tingkat kesederajatan antar
manusia.
Suatu ideologi pada dasarnya merupakan hasil refleksi manusia atas
kemampuannya mengadakan distansi (menjaga jarak) dengan dunia
kehidupannya. Pancasila juga merupakan ideologi bangsa Indonesia.
Pancasila sebagai ideologi terbuka yaitu Pancasila yang dapat menerima
perubahan yang sesuai dengan perkembangan zaman. Sedangkan pancasila
tertutup yaitu Pancasila yang tidak bisa menerima perubahan yang sesuai dengn
perkembangan zaman. Pancasila senantiasa mampu berinteraksi secara dinamis
dan aktual. Nilai-nilai yang terdapat dalam Pancasila tidak boleh diubah, namun
pelaksanannya disesuaikan dengan tantangan nyata yang kita hadapi.
Pada intinya Pancasila sebagai Ideologi Terbuka yaitu budaya asing boleh saja
masuk, asalkan tidak bertentangan dengan sila Pancasila, seperti sila
Berketuhanan, Berkemanusiaan, Menjunjung Persatuan, Berkerakyatan, dan
Berkeadilan.
Pancasila dalam dimensi ideologinya telah memenuhi syarat sebagai ideologi
terbuka yang di dalamnya mengandung dimensi realita, dimensi idealisme, dan
dimensi fleksibilitas. Sedangkan dalam perwujudannya sebagai ideologi terbuka
Pancasila mengandung nilai dasar, nilai instrumental, dan nilai praksis.

16
.
B. Saran
Berdasarkan kesimpulan yang telah dipaparkan diatas, saya selaku penulis
dapat memberi bebrapa saran kepada pembaca, diantaranya :
1. Kita harus mengetahui siapa yang telah berjasa memrumuskan Pancasila.
2. Dengan mempelajari Pancasila, kita juga belajar umtuk menjalani hidup
dengan baik dan benar.
3. Pancasila adalah ideology bangsa yang harus ditaati, diamalkan, dan dijaga
Keutuhannya.
4. Menjadikan Makalah ini sebagai sarana yang dapat mendorong para
mahasiswa dan mahasiswi berfikir aktif dan kreatif.
5. Penulis mengharapkan kritikan yang bersifat membangun agar dalam
penyususnan makalah berikutnya, menjadi lebih baik.

17
DAFTAR PUSTAKA

Subandi, AL Marsudi, 2001. Pancasila dan UUD 45 Dalam Paradigma


Reformasi. PT. Raja Grafindo Persada. Jakarta.

Sutrisno, Slamet. 1986. Pancasila Sebagai Metode. Liberty. Yogyakarta.

M, Hasim. 2007. Pendidikan Kewarganegaraan . Jakarta: Quadra.

Dwi Winarno, S.Pd., M.SI , 2006. Paradigma Baru Pendidikan


Kewarganegaraan; Pedoman Pelaksanaan Pendidikan Pancasila; jakarta.

Prof. Drs. H.A.W Widjaja , 2002 Pancasila Dalam Tinjauan Historis, Yuridis dan
Filosofis; Yogyakarta.

18

Anda mungkin juga menyukai