KONSTITUSI HMI SEBAGAI SALAH SATU KEKUATAN KADER HMI DALAM
PROSES KADERISASI
Oleh : Dimas R.A.Y
Konstitusi merupakan suatu kata yang sudah tidak asing lagi di telinga para kaum akademisi. Konstitusi menurut KBBI ialah segala ketentuan dan aturan tentang ketatanegaraan atau lazimnya disebut undang-undang dasar yang ada dalam suatu negara. Di dalam buku Pengantar Ilmu Hukum dikatakan bahwa konstitusi/hukum ini terdiri dari 2 komponen, yaitu ‘subjek hukum’ dan ‘objek hukum’. ‘Subjek hukum’ nya ialah manusia itu sendiri, sedangkan ‘objek hukum’ nya ialah benda, barang, bangunan, dan lain-lain yang termasuk dalam kategori materi. HMI merupakan salah satu organisasi terbesar yang ada di Indonesia yang kurang lebih telah berusia 72 tahun. HMI juga memiliki konstitusi yang biasa disebut AD/ART. AD merupakan akronim dari ‘anggaran dasar’, sedangkan ART merupakan akronim ‘anggaran rumah tangga’. Kalau di dalam agama Islam, konstitusinya itu ialah al-Qur’an dan al-Hadits memiliki peran sebagai penjelas dari al-Qur’an itu sendiri. Sedangkan di Indonesia konstitusinya ialah UUD 1945 dan UU nya berperan sebagai penjelas/interpretasi dari UUD 1945 tersebut. Anggota HMI lazim disebut dengan sebutan kader. Kader menurut KBBI berarti orang yang diharapkan akan memegang peran yang penting dalam suatu organisasi. Sedangkan menurut hasil KONGRES HMI XXX di Ambon bahwa kader ialah “sekelompok orang yang terorganisir secara terus menerus dan akan menjadi tulang punggung bagi kelompok yang lebih besar”. Konstitusi ialah pedoman pokok yang benar-benar harus diperhatikan dan dipahami oleh setiap orang terkhusus kader-kader HMI, karena kader-kader HMI yang tidak tahu- menahu tentang konstitusi mereka ibarat seperti orang awam yang bekerja pada suatu lapangan kerja yang dimana mereka hanya mengincar gaji tanpa memaknai/memahami sebenarnya apa maksud dari pekerjaan yang dia lakukan. Banyak kader HMI yang masih miskin konstitusi sehingga wajar saja selepas lulus LK-I banyak yang menghilang ditelan langit, hanya beberapa orang yang tetap berikhtiar setelah mendapatkan takdir untuk masuk ke dalam gerbang HMI. Di dalam konstitusi HMI atau biasa disebut AD/ART HMI merupakan pedoman atau aturan yang menjadi landasan mereka untuk serius dalam proses kaderisasi di HMI. Bukan hanya sekedar membaca dan menghafal AD/ART, namun kader HMI juga harus mengetahui tafsir dari pasal-pasal yang ada dalam AD/ART. Misalkan pada pasal 1 yang membahas tentang nama, mengapa dinamakan HMI (Himpunan Mahasiswa Islam)? Bagi kader-kader HMI yang tidak mengetahui tafsir AD/ART pasti akan menjawab “karena anggotanya itu ialah himpunan dari mahasiswa-mahasiswi Islam”. Memang benar anggota HMI itu ialah mahasiswa yang beragama Islam, namun tahukah kita kenapa harus menggunakan kata himpunan? Kenapa tidak menggunakan kata pergerakan/perserikatan? Dan kenapa harus yang beragama Islam? Ada beberapa alasan kenapa organisasi ini dinamakan HMI. Dilihat dari tinjauan historisnya yang dimana pada tahun 1947 derajat umat Muslim saat itu sangat memprihatinkan sehingga atas inisiasi dari kakanda Lafran Pane (Pendiri HMI) sehingga berdirilah organisasi yang bernama Himpunan Mahasiswa Islam (HMI). Lantas mengapa menggunakan kata himpunan? Karena kalau ditinjau dari segi filosofisnya, makna kata himpunan itu ialah mengumpulkan, menyatukan mahasiswa Islam pada saat itu yang memiliki kepentingan yang sama. Tidak seperti perserikatan mahasiswa Yogyakarta yang memiliki kepentingan sendiri sehingga kepentingan mahasiswa Islam yang ingin menegakkan ajaran-ajaran Islam terhambat. Kemudian dalam pasal 3 tentang azas bahwa HMI ini ber-azaskan Islam. Mengapa ber-azaskan Islam? Mengapa tidak ber-azaskan kekeluargaan? Pancasila? Kebersamaan? Dan lain sebagainya. Karena HMI berpedoman pada al-Qur’an dan Hadits. Dan juga HMI lahir didasari pada semangat mengimplementasikan nilai-nilai ke-Islaman dalam berbagai aspek ke Indonesiaan, sesuai dengan yang dijelaskan di Memori Penjelasan Azas. Selanjutnya pada pasal 6 AD HMI yang membahas tentang sifat yakni HMI yang bersifat independen. Secara harfiah independen dapat diartikan berdiri sendiri, tidak ada yang bisa mengintervensi, bebas/merdeka, dan lain-lain. Semuanya benar karena independensi HMI ini multi tafsir. Di dalam Tafsir Independensi dijelasnkan bahwa independensi HMI ini terdiri dari 2 komponen yaitu ‘independensi etis’ dan ‘independensi organisatoris’. Kita lanjut, pada pasal 7, 8, dan 9 yang membahas tentang status, fungsi, dan peran. HMI berstatus sebagai organisasi kemahasiswaan karena mahasiswa merupakan kaum intelektual yang pasca sarjana nanti akan memiliki peran penting di tatanan masyarakat sehingga status dari HMI itu ialah sebagai organisasi kemahasiswaan bukan kemasyarakatan. Fungsi dari HMI itu sendiri ialah sebagai organisasi pengkaderan yang dimana fungsi HMI ini dibagi mejadi 2 yaitu fungsi formal dan informal. Fungsi formalnya ialah ada disebut dengan LK I (Basic Training), LK II (Intermediate Training), dan LK III (Advance Training). Sedangkan fungsi informalnya ada SC (Senior Course) dan LKK (Latihan Khusus KOHATI). Training-training tersebut merupakan wadah bagi kader-kader HMI untuk menempa diri dan mengkader diri guna mengasah kualitas dan skill yang dimiliki oleh masing-masing kader. Kemudian perannya ialah sebagai organisasi perjuangan. Sudah jelas, HMI memiliki buku pedoman untuk mereka berjuang yang disebut dengan NDP. NDP terdiri dari 8 BAB yaitu “Dasar-Dasar Kepercayaan”, “Pengertian-Pengertian Dasar tentang Kemanusiaan”, “Kemerdekaan Manusia (Ikhtiar) dan Keharusan Universal (Takdir)”, “Ketuhanan Yang Maha Esa dan Perikemanusiaan”, “Individu dan Masyarakat”, “Keadilan Sosial dan Keadilan Ekonomi”, “Kemanusiaan dan Ilmu Pengetahuan”, serta yang terakhir ialah “Kesimpulan dan Penutup”. Kemudian pada pasal 11 yang isinya ialah “Kedaulatan berada di tangan anggota biasa yang pelaksanaannya diatur dalam Anggaran Rumah Tangga dan ketentuan penjabaannya”. Maksudnya apa? Eksisnya HMI selama 72 tahun itu ada di tangan kader-kader mereka sendiri. Karena jikalau seluruh komisariat yang ada di Indonesia tidak melaksanakan LK I satu tahun atau satu semester saja, maka bisa-bisa HMI akan terancam punah. Oleh karenanya, kita sebagai kader HMI harus mampu sadar diri kita ini sedang menempa diri di wadah mana, di organisasi mana. Salah satu kekuatan kader HMI dalam proses kaderisasi ialah ada pada konstitusi itu sendiri. Mengapa demikian? Karena konstitusi HMI merupakan pegangan atau pedoman dalam menyelenggarakan roda organisasi. Sehingga jikalau kader HMI miskin akan konstitusinya sendiri maka mau tidak mau organisasi itu akan pasif dan melenceng dari titah perjuangannya. Oleh karena itu, marilah sadar diri untuk sama- sama mendalami, memahami, dan memaknai konstitusi dari wadah yang kita masuki agar kita mampu berproses dengan baik sehingga 5 kualitas insan cita itu mampu kita capai.