Anda di halaman 1dari 8

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Alam semesta merupakan keseluruhan ruang dan waktu beserta keseluruhan isi
yang ada di dalamnya, termasuk planet, bintang, galaksi, dan lain-lain.1 Alam semesta ini
tercipta sekitar kurang lebih ribuan juta tahun yang lalu, bersamaan dengan adanya
ledakan atau dentuman yang besar (menurut salah satu teori sains). Selain karena teori
ledakan besar, terdapat beberapa teori lain yang mempunyai bukti kuat tentang
terciptanya alam semesta, seperti teori creatio continua, teori ekspansi dan teori-teori
lainnya.2
Walau demikian, adanya alam semesta ini bukan hanya karena bukti teori-teori
sains modern tersebut. Tetapi ayat-ayat al-Qur’an juga menjelaskan tentang proses
penciptaan alam semesta, yang dimana alam semesta ini diciptakan melalui beberapa
tahap. Dalam al-Qur’an, dibahasakan bahwa peristiwa penciptaan alam semesta terjadi
selama enam masa, dan teori tersebut disepakati oleh ilmuan ahli ilmu alam.
Terlepas dari berbagai macam teori yang membahas tentang proses penciptaan
alam semesta, kita semua tetap menyadari bahwasanya alam semseta ini tercipta karena
kehendak-Nya. Sebab Dialah yang maha kuasa dan berkehendak di muka bumi ini atas
ciptaan-Nya. Oleh karenanya, kita tidak boleh heran bahwa sejak zaman dahulu hingga
sekarang manusia dari berbagai peradaban mencoba menemukan model terbentuknya
bumi sesuai dengan tingkat perkembangan pengetahuan dan kecendekiaannya.
Perkembangan citra manusia mengenai alam raya seringkali berkaitan erat pada
pengetahuan apriori yang diturunkan kepadanya melalui otoritas. 3 Hal ini menyebabkan
bahwa pandangan tentang alam raya sulit diuji kebenarannya melalui pengalaman.
Bagaimana konsepsi para ilmuwan tentang peciptaan jagad raya dan pemikiran
apa yang melandasinya? Konsepsi seperti itu yang berubah-ubah sepanjang sejarah,
bergantung pada tingkat kecanggihan alat-alat observasinya, dan bergantung pada tingkat
kemajuan fisika itu sendiri. Konsepsi yang mereka kemukakan bahwa jagad raya ini

1
Viona AyuMahardani, “Mengenal tentang Alam Semesta”, dalam
https://www.kompasiana.com/mahardaniviona/6243977bbb448635675ae9d2/mengenal-tentang-alam-
semesta, diakses tanggal 18 Mei 2023, pukul 17.03.
2
Achmad Fahmil Ulum, dkk., “Teori Penciptaan Alam Semesta Menurut Sains dan Al-Qur’an”,
(Makalah, FSEI IAIN Surabaya, Surabaya, 2013), hlm. 5.
3
Ibid.
tidak terbatas dan besarnya tidak terhingga merupakan konsepsi yang berasal dari
Newton.
Konsepsi mereka yang lain adalah bahwa alam ini tidak berubah keadaannya
sejak waktu tak terhingga lamanya sampai masa yang akan datang. Dan tentunya juga
masih akan terus berkembang teori yang akan lebih relevan atau diterima oleh
masyarakat dunia di abad millenium ini.
Dari pemaparan latar belakang di atas, kami ingin mencoba menjelaskan proses
penciptaan alam semesta menurut sains modern dan menurut ayat-ayat al-Qur’an.
Sehingga judul yang kami angkat dalam makalah ini ialah “Penciptaan Alam Semesta
Menurut Teori Sains Modern Dan Kesesuaian Dalam Al-Qur’an”. Dari makalah ini
nantinya kami akan coba menemukan benang merah dari proses penciptaan alam semesta
menurut menurut sains modern dan ayat-ayat al-Qur’an.
B. Rumusan Masalah
Dari uraian latar belakang permasalahan di atas, maka dalam makalah ini akan
dirumuskan beberapa rumusan masalah sebagai berikut:
1. Apakah pengertian dari alam semesta?
2. Bagaimana sains modern menjelaskan tentang penciptaan alam semesta?
3. Bagaimana proses penciptaan alam semesta sesuai dengan ayat-ayat al-Qur’an?
4. Bagaimana relevansi antara sains modern dengan ayat-ayat al-Qur’an tentang proses
penciptaan alam semesta?
C. Tujuan Penulisan
Dari rumusan-rumusan masalah di atas, sehingga didapati tujuan dari penulisan makalah
ini sebagai berikut:
1. Untuk mengetahui pengertian dari alam semesta.
2. Untuk mengetahui bagaimana sains modern menjelaskan tentang proses penciptaan
alam semesta.
3. Untuk mengetahui proses penciptaan alam semesta sesuai dengan ayat-ayat al-
Qur’an.
4. Untuk mengetahui relevansi antara sains modern dengan ayat-ayat al-Qur’an tentang
proses penciptaan alam semesta.
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Alam Semesta


Alam semesta merupakan ciptaan Tuhan yang bisa hancur kapan saja.
Keberadaannya tidaklah kekal atau dalam bahasa agamanya disebut fana. Alam semesta
ialah suatu ciptaan yang di dalamnya terdapat proses ketiadaan menjadi ada, dan pada
waktunya nanti akan kembali menjadi tiada.
Alam semesta ini merupakan ciptaan Tuhan yang mengandung beragam misteri.
Sehingga banyak para ilmuan dan filsuf yang mempertanyakan soal alam semesta dari
berbagai macam sisi. Mulai dari Bagaimana alam semesta ini bisa tercipta? Bagaimana
alam semesta ini bisa berjalan dengan seimbang, selaras, dan teratur? Serta bagaimana
alam semesta atau terkhusus bumi ini menjadi tempat tinggal yang tepat untuk kita
(makhluk hidup) berlindung? Masih banyak lagi pertanyaan-pertanyaan yang sedang
dicarikan jawabannya oleh para ilmuan dengan menggunakan kecerdasan serta akal sehat
mereka. Sehingga sampailah pada kesimpulan bahwa proses perjalanan alam semesta
yang cukup stabil hingga hari ini merupakan karena “Kaki-Tangan” Sang Pencipta.
Alam semesta atau jagad raya diartikan sebagai ruang dan waktu yang dimana
semua energi dan materi berkumpul. Masa dan energi yang berada di alam semesta
terdiri atas 73% energi gelap, 23% materi gelap dingin dan 4% atom. Alam semesta
dikatakan memiliki 1011 galaksi yang dimana tiap-tiap galaksi memiliki 1011 bintang
yang tersebar dengan masing-masing bintang mempunyai 1057 atom hidrogen.4
Sekitar tahun 700 – 600 SM, orang Babylonia mengaggap bahwa alam semesta
merupakan suatu tempat yang dimana bumi yang datar sebagai lantainya, sedangkan
langit sebagai bentuk ruangan yang begitu luas. Ukuran diameter Bumi (12.500 km) baru
diketahui pada abad ke-3 oleh Eratosthenes. Jarak dari bumi ke Bulan (384.400 km) dan
diketahui pada abad ke-16. Selanjutnya, jarak dari bumi ke Matahari sekitar 150 juta km
dan diketahui pada abad ke-17.5
Akan tetapi, pendapat di atas sudah sangatlah usang (lama). Pengertian alam
semesta yang sebenarnya adalah suatu tempat yang benar-benar sangat besar. Dimana di
dalamnya ada berbagai kejadian alam yang telah diungkapkan oleh manusia maupun
yang belum diungkap manusia, dan pendapat ini dijelaskan kembali oleh Nicolas
Copernikus dalam bukunya yang berjudul “De Revolutionisme Orbium Coelestium”
4
Ibid., hlm. 6.
5
Ibid.
yang menyatakan bahwa alam semeta adalah tempat tinggal bagi makhluk  hidup (bumi)
dan bumi serta benda langit lainnya mengelilingi matahari sebagai pusat dari tata surya.6
B. Penciptaan Alam Semesta Menurut Sains Modern
Dengan berkembangnya zaman dan teknologi hingga hari ini, tidak menutup
kemungkinan bahwa para ilmuwan pada saatnya nanti akan mampu menguak segala
misteri tentang alam semesta. Hal ini dibuktikan dengan beberapa temuan atau teori yang
menjelaskan tentang penciptaan alam semesta menurut sains modern.
Dari sekian banyak teori sains modern yang menjelaskan tentang penciptaan alam
semesta, kami hanya mengambil sebagian saja untuk dijadikan bahan kajian dan diskusi
nantinya. Untuk itu, berikut kami sajikan beberapa teori sains modern tentang penciptaan
alam semesta:
1. Teori Bintang Kembar
Proses terciptanya alam semesta dapat dilihat melalui berbagai teori. Salah
satunya ialah teori bintang kembar. Teori bintang kembar menyatakan bahwa
Matahari adalah bintang kembar yang mengelilingi medan gravitasi. Pencetus teori
ini berpendapat bahwa tata surya terbentuk akibat ledakan dari bintang kembar
tersebut. Teori bintang kembar itu sendiri pertama kali dikemukakan pada tahun
1930 oleh ahli astronomi berkebangsaan Inggris yaitu Raymond Arthur Lyttleton.
Menurut Lyttleton, tata surya terbentuk dari dua buah bintang yang kemudian salah
satunya hancur dan berubah bentuk menjadi planet. Sedangkan, bintang yang tidak
meledak dikenal dengan nama Matahari.7
Teori yang satu ini memiliki kelemahan. Karena berdasarkan analisis
matematis yang dilakukan oleh para ahli menunjukkan bahwa momentum anguler
dalam sistem tatasurya yang ada sekarang ini mustahil dihasilkan oleh kejadian
tabrakan dua buah bintang.
2. Teori Planetesemal
Teori Planetesimal merupakan salah satu teori penciptaan alam semesta yang
menjelaskan bagaimana bumi dan planet-planet lainnya terbentuk. Teori
Planetesimal ini dikemukakan oleh seorang ahli geologi bernama Thomas Crowder
Chamberlin dan seorang astronom bernama Forest Ray Moulton. Pada tahun 1904,
Chamderlin dan Moulton mengemukakan bahwa alam semesta tercipta dari gas yang
6
Ibid., hlm. 7.
7
Rika Pangesti, “Mengenal Teori Bintang Kembar dalam Pembentukan Tata Surya”, dalam
https://www.detik.com/edu/detikpedia/d-5915845/mengenal-teori-bintang-kembar-dalam-pembentukan-
tata-surya, diakses tanggal 18 Mei 2023, pukul 17.36.
ditarik keluar dari matahari. Gas tersebutlah yang akan membentuk planet, dan
disebut sebagai planetesimal. Sekitar kurang lebih 4,6 miliar tahun yang lalu,
matahari telah terbentuk namun alam semesta terkhusus bumi belum terbentuk.
Menurut teori planetesimal, terdapat suatu bintang masif yang lewat dekat dengan
matahari. Jaraknya yang dekat menyebabkan gravitasi keduanya saling tarik-
menarik dan menghasilkan pasang pada permukaan matahari. Ketika bintang
tersebut bergerak menjauhi matahari, pasang pada permukaan matahari ikut tertarik,
menyebabkan serpihan gas yang terpisah. Namun, gas yang terpisah tersebut tetap
berada di sekitar matahari karena gravitasi matahari yang sangat besar.8
Serpihan gas tersebut kemudian bersatu dengan debu, batu, dan material
lainnya menjadi lebih besar dan membentuk sebuah planetesimal. Planetesimal
memiliki ukuran yang beragam, dari mulai beberapa kilometer saja hingga ratusan
kilometer. Planetesimal-planetesimal yang terbentuk tetap berada pada gravitasi
matahari dan kemudian mendingin. Planetesimal menciptakan cakram yang terus
berputar dan merupakan cikal bakal inti dari planet. Inti planet tersebut akan terus
berputar yang mengakibatkan suhu tinggi dan membuatnya tetap dalam keadaan
cair. Namun, bagian luas planetesimal mendingin dan memadat membentuk sebuah
planet. Planetesimal melahirkan bumi dan planet-planet lainnya di alam semesta.
Selain planet, planetesimal juga diperkirakan membentuk komet, asteroid trojan,
objek sabuk kuiper dan semua objek ruang angkasa yang membentang di alam
semesta.9
Teori planetesimal ini bertahan cukup lama, teorinya diterima selama
puluhan tahun. Tetapi setelah ditemukan kelemahannya, teori planetesimal akhirnya
tidak lagi dipercaya sebagai teori penciptaan alam semesta.
3. Teori Dentuman Besar/Ledakan Besar (Big Bang)
Pendapat kaum-kaum yang berpaham materialis yang berlaku selama
beberapa abad hingga awal abad ke-20 mengemukakan bahwa alam semesta
mempunyai dimensi yang tidak terbatas. Tidak mempunyai awal, dan akan tetap ada
untuk selamanya. Pandangan ini yang disebut dengan “model alam semesta yang
statis”, alam semesta yang tidak mempunyai awal maupun akhir.10

8
Silmi Nurul Utami, “Teori Planetesimal: Teori Pembentukan Tata Surya”, dalam
https://www.kompas.com/skola/read/2022/01/28/153118369/teori-planetesimal-teori-pembentukan-tata-
surya, diakses tanggal 18 Mei 2023, pukul 17.47.
9
Ibid.
10
Achmad Fahmil Ulum, dkk., “Teori Penciptaan Alam Semesta...”, hlm. 11.
Pandangan yang menjadi dasar filosofis dari kaum materialis di atas
merupakan sanggahan akan adanya Sang Pencipta, karena telah mengatakan bahwa
alam semesta ini ialah suatu kumpulan materi yang konstan, stabil, dan tetap. Akan
tetapi perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi abad ke-20 menghancurkan
konsep-konsep primitif seperti model-model alam yang stasis.
Pada awal abad ke-21, melalui sejumlah percobaan, pengamatan, dan
perhitungan, fisika modern telah sampai pada kesimpulan bahwa keseluruhan alam
semesta beserta dimensi materi dan waktu muncul menjadi ada sebagai hasil dari
suatu ledakan raksasa yang terjadi dalam sekejap. Peristiwa ini dikenal dengan
Ledakan Maha Dahsyat “Big Bang” yang membentuk keseluruhan alam semesta
sekitar 15 milyar tahun yang lalu.11
Teori Big Bang atau dentuman besar ini merupakan terkaan penciptaan alam
semesta yang paling diyakini oleh para ilmuwan saat ini. Ledakan besar yang terjadi
sekitar 15 miliar tahun lalu itu dipercaya merupakan awal perjalanan seisi alam
semesta. Teori Big Bang menggambarkan bahwa terciptanya alam semesta sebagai
sebuah ekspansi materi yang kemudian meledak seperti balon raksasa yang terus
diisi udara. Sisa ledakan tersebut kemudian masing-masing menjadi bibit
terbentuknya galaksi, sistem tata surya, dan berbagai objek yang mengisi alam
semesta tersebut.12
Kalangan ilmuwan modern setuju dengan teori Big Bang karena merupakan
satu-satunya penjelasan masuk akal dan yang dapat dibuktikan mengenai awal
permulaan alam semesta dan bagaimana alam semesta muncul menjadi ada.
Sebelum Big Bang, tak ada yang disebut sebagai materi. Dari kondisi ketiadaan yang
dimana materi, energi, bahkan waktu belumlah ada. Dan yang hanya mampu
diartikan secara nonfisik, terciptalah materi, energi dan waktu.
C. Penciptaan Alam Semesta Menurut Al-Qur’an
D. Relevansi Teori Penciptaan Alam Semesta Menurut Sains Modern dengan Ayat Al-
Qur’an

11
Ibid.
12
CNN Indonesia, “Teori Big Bang: Penciptaan Alam Semesta Dimulai dari Singularitas”, dalam
https://www.cnnindonesia.com/teknologi/20220211082021-199-757812/teori-big-bang-penciptaan-alam-
semesta-dimulai-dari-singularitas, diakses tanggal 18 Mei 2023, pukul 17.22.
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan

B. Saran
DAFTAR PUSTAKA

Anda mungkin juga menyukai