Disusun Oleh:
Malika Fadlliyana 2016020027
A. Latar Belakang
Fenomena-fenomena yang terjadi pada abad ini telah dituliskan Allah
SWT dalam Al-Qur’an yang sesuai dengan ilmu pengetahuan modern.Muncul
penemuan ilmuwan astronom yang menyatakan bahwa matahari memilik
gerakan hakiki di ruang angkasa dengan ukuran dan arah tertentu. Tabir ini
terkuak setelah waktu berlalu selama 1200 tahun terhitung sejak Al-Qur’an
turun (abad ke-7 M). Kelebihan Al-Qur’an ini merupakan bukti bahwa ia
diturunkan dari Pencipta matahari dan alam semesta Yang Maha Suci dan
Maha Tinggi.
A. Prinsip-prinsip Astronomi
Astronomi berasal dari kata Yunani artinya bintang (star), atau bintang
di langit (heavently body). Astronomi, yang dalam khazanah pengetahuan
Islam dikenal dengan ilmu falak ini, merupakan ilmu yang mempelajari
tentang benda-benda langit, matahari, bulan, bintang, dan planet-planetnya,
asal usul, evolusi, sifat fisik dan kimiawi benda-benda yang bisa dilihat di
langit (dan diluar bumi), juga proses yang melibatkan mereka. Dengan kata
lain, astronomi adalah ilmu yang baerkaitan dengan pergerakan, penyebaran,
dan karakteristik benda-benda langit.
Objek astronomi sangatlah luas untuk bisa di eksplorasi atau didatamgi
dengan wahana antariksa untuk diamati lebih rinci dalam sebuah laboratorium
di Bumi. Meskipun demikian, astronomi dapat dikembangkan dengan cara
melakukan pengukuran, pengamatan, dan menganalisa kurir informasi yang
dipancarkan oleh benda langit. Informasi benda langit bisa diperoleh melalui
pengamatan, informasi astrometry, spektoskopi, fotometri. Data yang
diperoleh kemudian dianalisis dengan kaidah hukum alam yang telah teruji
untuk menjelaskan fenomena alam. Akhirnya, struktur proses kelahiran
fenomena alam itu dapat dipahami. Pemahaman itu memperluas khazanah
ilmu pengetahuan astronomi.
B. Penciptaan Alam Semesta (Langit dan Bumi)
Langit dan Bumi diciptakan dari sebuah singularitas, yaitu sesuatu
yang padu yang muncul dari suatu ketiadaan. Kondisi awal alam semesta
diciptakan dari sesuatu yang sangat padat dengan suhu yang sangat tinggi
yang kemudian meledak secara kosmik dan berkembang yang disebut
peristiwa Big Bang.ilmuwan tidak dapat menjelaskan tentang kondisi yang
terjadi sebelum Big Bang, bahkan hitungan waktu alam semesta baru dimulai
sejak peristiwa tersebut terjadi. Menurut teori Big Bang, alam semesta
berkembang dengan sangat cepat dalam beberapa mikrodetik yang pertama.
Sebuah gaya tunggal terjadi pada saat awal Big Bang dan berkembang
menjadi empat gaya yang dikenal pada masa sekarang, yakni gaya gravitasi,
gaya elektromagnetik, gaya inti lemah, dan gaya inti kuat. Alam semesta
berkembang dari suatu materi yang terdiri atas proton, elektron, dan neutron
yang berada dalam lautan radiasi dengan suhu yang sangat tinggi. Ketika alam
mengembang, suhu materi semakin turun sehingga terbentuk banyak helium,
deuterium, dan unsur lainnya di alam semesta. Kondisi ini sesuai dengan
kenyataan yang terjadi di jagat raya. Radiasi yang diukur oleh pesawat
angkasa Cosmic Background Explore (COBE) milik NASA juga
menunjukkan kesesuaian jenis radiasi yang diperhitungkan dalam teori Big
Bang. (Ridwan Abdullah Sani, Sains Berbasis Al-Qur’an (Jakarta : Bumi
Aksara), 2015, hlm. 170)
Peristiwa pemisahan langit dan bumi dari suatu keadaan yang padu
terjadi dengan serta-merta (kun fayakun) atas perintah Allah sesuai keterangan
pada ayat yang artinya :
“ Dialah yang menciptakan langit dan bumi dengan hak (benar), ketika
Dia berkata, “Jadilah!” Maka jadilah sesuatu itu. Firman-Nya adalah benar,
dan milik-Nya segala kekuasaan pada waktu sangkakala ditiup. Dia
mengetahui yang ghaib dan yang nyata. Dialah Yang Maha Bijaksana, Maha
Teliti. (Q.S. Al-An’am (6): 73)
Penciptaan langit dan bumi secara keseluruhan haruslah mengikuti
sunnatullah. Jadi, kalimat kun fayakun (“Jadilah!” maka jadilah sesuatu itu)
dalam penciptaan langit dan bumi juga berarti mengikuti proses yang telah
ditentukan oleh Allah, yaitu selama enam masa. (Ibid)
Al-Qur’an dalam banyak ayatnya menjelaskan bahwa Allah SWT
menciptakan alam semesta (langit dan bumi) dalam enam hari (masa).
Sebagaimana firman Allah :
َْ اَم
َنَلَغَ َْوب َِ سن َِ َسَت َّ َِةَاَي
ََّ َامَوَمَاَم ِ وَلقدَْخلً ْقناَالسَّماواتَِو ْاْل ْر
َِ َضَ ِو ِمابيْنهَمَاَفَِى
“ Dan sesungguhnya telah Kami ciptakan langit dan bumi dan apa
yang ada antara keduanya dalam enam masa, dan Kami sedikitpun tidak
ditimpa keletihan.” (QS. Qaf (50) : 38)
C. Planet Bumi Planet Unik di Alam Semesta
Seorang pakar astronomi, Donald Brownlee (NASA, Stardust
Mission),mengemukakan pendapatnya dalam buku yang berjudul Rare Earth:
Why Complex Life is Uncommon in the Universe. Menurutnya, ada kesan
bahwa semesta ingin membuat planet yang serupa dengan bumi sehingga
akan berkembang kehidupan di dalamnya seperti di planet kita. Namun
ternyata kondisi alam yang mendukung kehidupan makhluk kompleks, seperti
manusia, tumbuhan, dan hewan sangatlah langka di jagat raya.
Jadi keberadaan planet bumi sangatlah istimewa di alam semesta.
Sebagai contoh, kehidupan mikroba yang relative sederhana memang dapat
berkembang dalam planet-planet di alam semesta. Tetapi, planet yang dapat
menunjang kehidupan kompleks sangatlah sulit dijumpai diseluruh penjuru
galaksi ini. Sesungguhnya, kondisi seluruh alam semesta cenderung tidak
mendukung kehidupan. Jika kita mencoba membandingkan bumi dengan
semua tempat di alam semesta, ternyata tak satupun yang sebanding
dengannya. Kita hidup dalam sebuah lingkungan yang istimewa yang
menyediakan segala kebutuhan kita. Bila kita melihat masuk kedalam orbit
tata surya kita, zona yang hanya dapat dihuni oleh makhluk hidup seperti ini
ternyata sangatlah sempit, yaitu dalam suatu zona yang disebut sebagai
circumstellar habitable zone. Zona tersebut dimulai dari orbit venus dan
berakhir sebelum orbit mars. Jika posisi bumi 5% saja lebih dekat ke matahari
maka bumi akan mempunyai nasib yang sama dengan venus yang
mempunyai efek rumah kaca tidak terkendali, kemudian suhu akan meningkat
beberapa puluh kali. Sebaliknya, bila planet bumi 20% lebih jauh dari
matahari, awan karbon dioksida (CO2) akan terbentuk dalam lapisan atmosfer
bagian atasnya. Kondisi ini akan memicu siklus es dan hawa dingin yang
pernah memandulkan Planet Mars. Matahari sebagai salah satu dari 200
miliar bintang yang ada di dalam galaksi Bimasakti (Milky Way) ternyata
juga berada dalam suatu zona sempit yang disebut Glactic Habitable Zone
(Zona Galaksi Tepat Huni). Zona ini kaya dengan unsur-unsur logam, antara
lain besi sehingga dapat membuat selubung magnet sebagai pelindung dari
ancaman badai magnetik matahari. Perhitungan kemungkinan untuk
menemukan sebuah planet yang mirip dengan planet bumi di alam semesta ini
minimal mempunyai perbandingan: 1/1.000.000.000 (triliun), dalam sebuah
kumpulan 100 miliar galaksi (gugusan bintang) yang selama ini teramati
secara sains. Setelah mengetahuinya, maka para pakar astronomi dan
kosmologi hanya dapat menyimpulkan bahwa ternyata planet seperti kita
memang sangat langka di galaksi dan sangat sulit ditemukan lagi.
Misterius keseimbangannya
Apabila tidak ada keharmonisan di planet bumi maka hal-hal
menyedihkan dan menyengsarakan akan terjadi pada umat manusia. Diantara
hal-hal yang mempengaruhi keharmonisan sebuah planet di dalam alam
semesta ini adalah:
1. Gravitasi dipermukaan
2. Jarak dengan bintang induk (matahari)
3. Ketebalan kerak bumi
4. Periode rotasi
5. Interaksi gravitasi dengan bulan
6. Medan magnet
7. Albedo (perbandingan antara cahaya yang dipantulkan dengan yang
diterima pada permukaan)
8. Perbandingan oksigen dengan nitrogen di atmosfer
9. Kadar karbon dioksida dan uap air dalam atmosfer
10. Kadar ozon dalam atmosfer
11. Aktivitas gempa
Semua hal diatas menunjukkan sebuah rancangan cerdas agar
kehidupan berlangsung dan bertahan diplanet bumi. Seluruh ciptaan Allah
SWT yang sempurna telah dijelaskan dalam Al-Qur’an. Semua yang
diciptakan-Nya hanya untuk kepentingan manusia. Sesuai dengan firman-
Nya:
ِ ) َما َخل ْقناهما َإِْل َبِ ْالح38(َ األرض َوما َبيْنهما َْل ِعبِين
َق َول ِك َّن َأ ْكثره ْم َْل ِ وما َخل ْقنا َالسَّموا
ْ ت َو
)39(َي ْعلمون
“ dan kami tidak menciptakan langit dan bumi dan apa yang ada
antara keduanya dengan bermain-main. Kami tidak menciptakan keduanya
melainkan dengan haq, tetapi kebanyakan mereka tidak mengetahui”. (Q.S
al-Dukhan [44]:38)
Ungkapan ayat al-qur’an tersebut jelas merupakan penegasan bahwa
langit dan bumi diciptakan tidak dengan main-main. Tetapi sebaliknya,
merupakan sebuah perencanaan penciptaan yang sangat sempurna, baik
ruang maupun waktunya. Penciptaan langit dan bumi begitu sempurna dari
segi peletakan lokasinya dalam galaksi dan sistem tata surya. Demikian
juga dengan waktunya. Planet bumi lahir saat matahari berumur dewasa
kurang lebih 5 miliar tahun silam, bukan ketika matahari akan uzur 5
miliar tahun lagi untuk meledak dan melenyapkan planet bumi :
Interpretasi Bahasa
Ibnu Manshur dalam Kamus Lisan al ‘Arab mengatakan bahwa yang
dimaksud dengan “ar-ratqu” adalah lawan dari kata “alfathu”. Ibnu Sayyidah
berkata: “ar-ratqu” berarti menyatukan dan memperbaiki alfathu ( sesuatu
yang robek). Rataqahu yartaqahu ratqanirtataqa, yang berarti ifta’ama artinya
menyatu. Kata fafataqnahuma berasal dari kata alfatqu yang menjadi lawan ar-
ratqu. Kata fataqahuyaftuqufatqan berarti syaqqahu (membelah, merobek).
Kata al-fatqu juga bisa berarti keterbelahan subuh.
Interpretasi Ahli Tafsir
Pendapat Al- Hasan, Qatadah, Said bin Jubair, dan Ibnu Abbas dalam
riwayat Ikrimah. Mereka menafsirkan bahwa pada mulanya langit dan bumi
adalah sesuatu yang satu dan menyatu lalu Allah SWT memisahkan keduanya,
mengangkat langit ke tempatnya dan menetapkan bumi ditempatnya.
Ar-Razi berkata : “Ketiadaan (pra penciptaan) adalah peniadaan murni.
Didalamnya tidak ada zat-zat dan benda-benda yang berbeda, tetapi seakan-
akan sesuatu yang menyatu padu dan serupa. Barulah setelah proses
penciptaan dan pembentukan, keduanya saling terpisah satu sama lain. Dari
penjelasan ini lebih baik menjadikan kata ar-ratqu sebagai metafora kata
al’adam (ketiadaan) dan kata al-fatqu sebagai metafora al-wujud (keberadaan).
Sementara itu, At-Thabari mengatakan bahwa langit dan bumi pada
awalnya tertutup dari hujan dan tumbuhan lalu Allah SWT merekahkan langit
dengan hujan dan merekahkan bumi dengan tumbuhan, sebagaimana makna
Q.S. Al-Anbiya’ (21): 30. Pendapat ini juga dikuatkan oleh Imam al-Qurthubi
yang termaktub dalam kitab tafsirnya.
Imam Abu Hamid Al-Ghazali adalah orang pertama yang berhasil
memecahkan masalah kekadiman alam semesta dan memberikan jawaban
tentang semua permasalahan yang dimunculkan seputar masa
kekosongan/kevakuman, maksudnya selisih waktu antara kekal dan awal
penciptaan alam. Ia mengatakan bahwa alam bersifat hadits (baru/memiliki
permulaan dan akhir) dan tidak ada waktu sebelum penciptaan alam semesta.
Dengan kata lain, ruang dan waktu mulai ada setelah penciptaan alam semesta
karena waktu berkaitan dengan gerakan. Seandainya kita mengasumsikan
bahwa segala sesuatu di ala mini diam dan tidak bergerak, waktupun tentu
akan berhenti atau dengan kata lain, tidak ada lagi masa. Karena itu, suatu
kesalahan jika mengira ada waktu sebelum penciptaan alam.
Interpretasi Ilmiah
Pendapat kaum materialis selama beberapa abad hingga awal abad ke-20
menyatakan bahwa alam semesta memiliki dimensi tak terbatas, tidak
memiliki awal, dan akan tetap ada selamanya. Dengan menyatakan bahwa
alam semesta adalah kumpulan materi yang konstan, stabil, dan tidak berubah-
ubah (statis), jelas pandangan ini menyangkal adanya Sang Pencipta. Namu,
perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi abad ke-20 telah
mengahancurkan konsep-konsep primitive seperti teori alam statis tersebut.
Saat ini, diawal abad ke-21 memulai sejumlah percobaan, pengamatan dan
perhitungan, fisika modern telah mencapai kesimpulan bahwa alam semesta
memiliki awal, bahkan alam semesta diciptakan dari ketiadaan dan dimulai
oleh suatu ledakan besar (Big Bang).
Tidak ada angka yang pasti untuk menunjukkan kapan ledakan besar (Big
Bang) terjadi. Menurut teori Steady State dari Fred Hoyle 20 miliar tahun
sebagai tahun terjadinya Big Bang. Namun menurut mayoritas ilmuwan, Big
Bang tersebut diperkirakan terjadi sebelum 15 miliar tahun lalu. Inilah
pendapat yang diunggulkan saat ini.
Menurut Yusuf Al-Hajj Ahmad, konfigurasi terkini terosi tersebut secara
ringkas adalah bahwa ada sebuah ledakan besar yang terjadi didalam atom
embrionik yang memuat kumpulan materi dan energi. Pada tahap pertama
ledakan besar ini, suhu panas meningkat hingga beberapa triliun, hingga
terbentuklah beberapa bagian atom, kemudian dari bagian-bagian atom ini
terbentuk lagi atom-atom, dan dari atom-atom ini terbentuk debu kosmos yang
kelak menjadi galaksi-galaksi.
Berkenaan dengan hal tersebut, pada tahun 1927, George Lemaitre, ahli
astronomi dan kosmologi Belgia, merumuskan bahwa alam semesta diawali
oleh suatu ledakan dahsyat sebuah “superatom ” kecil. Teori ini menjelaskan
pemekaran galaksi dalam kerangka kerja teori Albert Einstein tentang
relativitas umum. Teori Lemaitre menjelaskan bahwa alam semesta awalnya
tersusun dari sebuah titik yang sangat rapat, padat, dan panas, yang disebut
dengan titik singularitas, yaitu sebuah titik yang tidak terdefinisikan. Dari titik
inilah, suatu ledakan kosmis mahadahsyat yang disebut sebagai Big Bang
terjadi dan membentuk atom-atom hydrogen (H), helium (He), proton,
electron, dan neutron dalam hitungan menit. Teori ini disepakati oleh George
Gamow, fisikawan Amerika Serikat Keturunan Rusia.
Menarik untuk disimak adalah penjelasan Al-Qur’an mengenai segala
sesuatu yang berasal dari air. Tampaknya, kita tengah berpikir keras untuk
memahami maksud bahwa kehidupan ini berasal dari air. Guna menngungkap
misteri tersebut, tiga ahli astronomi dan kosmologi, yakni George Lemaitre,
George Gamow , dam Stephen Hawking mengemukakan hasil pengamatan
dan penelitian mereka, bahwa atom-atom yang terbentuk sejak peristiwa Big
Bang adalah hydrogen (H) dan Helium (He). Sedangkan air terdiri dari atom
hydrogen dan oksigen (H_2O). Dengan demikian, fakta bahwa segala sesuatu
dijadikan dari air adalah sebuah kebenaran yang diungkap Al-Qur’an 15 abad
lebih maju dan jauh sebelum temuan ketiga pakar tersebut mengemukakan
teorinya.
Fakta-fakta ilmiah berkaitan dengan teori Big Bang dapat dijelaskan salah
satunya oleh Stephen Hawking, ilmuwan fisika terenal didalam bukunya A
Briefer History of Time menyinggung kecermatan yang luar biasa pada
kecepatan meluasnya alam semesta pada detik pertama ledakan Big Bang
tersebut. Lebih lanjut dia mengatakan, “Kecepatan meluasnya alam semesta
adalah kecepatan yang sangat kritis sampai pada tingkatan seandainya
kecepatan pada detik pertama ledakan tersebut lebih kecil dari seperjuta kali
satu miliar, alam ini akan runtuh sebelum mencapai kondisinya yang sekarang
ini.”
Hasil pasti yang dicapai oleh astronom Amerika Serikat, George
Greenstein dalam bukunya Symbiotic Universe adalah, “Setiap kali
mencermati bukti-bukti ilmiah tersebut, kita selalu tetap dihadapkan pada
fakta yang sama, yaitu ada sebuah kekuatan supranatural yang berperan dalam
kelahiran alam semesta ini”. Hal ini sejalan dengan ayat berikut:
َضَثَ ََّمَيَ َْعرَجََاَِلََْي َِهََِفىَيَ َْومََكَانََ َِمَْقدَارَهََاََْلفََسَنةََ َِم ََّماَتَعَدَ َْون ْ آءَ ِإلى
ِ َاْل ْر ِ َمنَالسَّم ْ يد ِبر
ِ َاْل ْمر
“Dia mengatur urusan dari langit ke bumi, kemudian (urusan) itu naik kepada-
Nya dalam satu hari yang kadarnya adalah seribu tahun menurut
perhitunganmu.” (Q.S. As-Sajdah (32): 5).
G. Lapisan-lapisan Atmosfer
Bumi merupakan salah satu planet yang ada di tata surya yang
memiliki selubung yang berlapis-lapis. Selubung bumi tersebut berupa lapisan
udara yang sering disebut dengan atmosfer. Atmosfer terdiri dari bermacam-
macam unsure gas dan didalamnya terjagi proses pembentukkan dan
perubahan cuaca dan iklim. Salah satu rahmat bagi kehidupan dimuka bumi
adalah adanya lapisan atmosfer yang berfungi sebagai atap. Hal ini sesuai
keterangan dalam ayat berikut.
“Dan Kami menjadikan langit sebagai atap yang terpelihara, namun
mereka tetap berpaling dari tanda-tanda (kebesaran Allah) itu (matahari,
bulan, angin, awan, dan lain-lain).” (Q.S. Al-Anbiya’ (21) : 32).
Lapisan atmosfer paling luar berfungsi untuk melindungi bumi dari
terjangan batu meteor yang datang dari ruang angkasa Atmosfer melindungi
manusia dari sinar matahari yang berlebihan. (Dr. Sarwi, M.Si. dan Dr.
Supriyadi, M.Si. Ilmu Kebumian dan Gejala Alam,Semarang: Unnes
Press,2014, hlm.187)
Atmosfer terbuat dari lapisan-lapisan yang memungkinkan terjadinya
kehidupan di bumi. Ketiadaan salah satu lapisan atmosfer berarti akhir dari
dunia ini. Dalam ayat sebelumnya, Allah menyebutkan tujuh langit dan tujuh
bumi, ternyata atmosfer bumipun terbentuk dari tujuh lapisan. Menurut
Encyclopedia Americana, di atmosfer terdapat suatu bidang yang memisahan
lapisan dengan lapisan. Lapisan atmosfer yang ada diatas permukaan bumi
jika ditinjau dari perbedaan suhunya ada beberapa bagian, yakni :
1. Troposfer
Troposfer merupakan lapisan terbawah dari atmosfer, paling dekat
dengan bumi, yaitu pada ketinggian 0-18 km diatas permukaan bumi.
Tebal lapisan troposfer rata-rata ± 10 km. Didaerah khatulistiwa,
ketinggian lapisan troposfer sekitar 16 km dengan temperature rata-rata
80˚C. daerah sedang ketinggian lapisan troposfer sekitar 11 km dengan
temperature rata-rata 54˚C, sedangkan didaerah kutub ketinggiannya
sekitar 8 km dengan temperature rata-rata 46˚.
2. Stratosfer
Lapisan kedua dari atmosfer adalah stratosfer. Stratosfer terletak
pada ketinggian antara 18-49 km dari permukaan bumi. Lapisan ini
ditandai dengan adanya proses inversi suhu, artinya suhu udara bertambah
tinggi seiring dengan kenaikan ketinggian dari permukaan bumi. Kenaikan
suhu udara berdasarkan ketinggian mulai terhenti, yaitu pada puncak
lapisan stratosfer yang disebut stratopause dengan suhu udara sekitar 0˚C.
Stratopause adalah lapisan batas antara statosfer dengan mesosfer.
3. Mesosfer
Mesosfer adalah lapisan udara ketiga, dimana suhu atmosfer akan
berkurang dengan pertambahan ketinggian hingga ke lapisan keempat.
Mesosfer terletak pada ketinggian antara 49-82 km dari permukaan bumi.
Lapisan ini merupakan lapisan pelindung bumi dari jatuhan meteor atau
benda-benda luar angkasa lainnya. Udara yang terdapat disini akan
mengakibatkan pergeseran berlaku dengan objek yang datang dari angkasa
dan menghasilkan suhu yang tinggi. Kebanyakan meteor yang sampai ke
bumi biasanya terbakar di lapisan ini.
4. Termosfer
Termosfer adalah lapisan udara keempat, peralihan dari mesosfer
ke termosfer dimulai pada ketinggian sekitar 82 km. Termosfer terletak
pada ketinggian antara 82-800 km dari permukaan bumi. Lapisan
termosfer ini disebut juga lapisan ionosfer. Lapisan ini merupakan tempat
terjadinya ionisasi partikel-partikel yang dapat memberikan efek pada
perambatan/refleksi gelombang radio, baik gelombang panjang maupun
pendek. Disebut termosfer karena terjadi kenaikan temperature yang cukup
tinggi pada lapisan ini yaitu sekitar 19820˚C. Perubahan ini terjadi karena
serapan radiasi sinar ultraviolet (UV). Radiasi ini menyebabkan reaksi
kimia sehingga membentuk lapisan bermuatan listrik yang dikenal dengan
nama ionosfer, yang dapat memantulkan gelombang radio. Sebelum
munculnya era satelit, lapisan ini berguna untuk membantu memancarkan
gelombang radio jarak jauh.
5. Eksosfer
Eksosfer adalah lapisan udara kelima, eksosfer terletak pada
ketinggian antara 800-1000 km dari permukaan bumi. Pada lapisan ini
merupakan tempat terjadinya gerakan atom-atom secara tidak beraturan.
Lapisan ini merupakan lapisan paling panas dan molekul udara dapat
meninggalkan atmosfer sampai ketinggian 3150 km dari permukaan bumi.
Lapisan ini sering disebut pula dengan ruang antar planet dan geostasioner.
Lapisan ini sangat berbahaya, karena merupakan tempat terjadi
kehancuran meteor dari luar angkasa.
6. Magnetosfer
Disinilah letak medan magnet bumi. Penampilannya seperti suatu bidang
besar yang kosong. Partikel sub atom yang bermuatan energi tertahan pada
suatu daerah yang disebut Sabuk Van Allen.
َس ْمعِ َفم ْن ِ (وأنَّا َكنَّا َن ْقعد8(َ سا َشدِيدًا َوشهبًا
َّ َم ْنها َمقا ِعد َ ِلل ْ وأنَّا َلمسْنا َالسَّماء َفوجدْناها َم ِلئ
ً ت َحر
ْ ِيسْت ِمع
(9(ََاْلنَي ِجدَْلهَ ِشهابًاَرصدًا
ْ َالخ
َطفةَفأتْبعهَ ِشهابَثاقِب ْ إِ َّْلَم ْنَخ ِطف
3. Komet
Allah berfirman,
ْ )َالجو ِار
16(ََالكنَّ ِس ْ 15(َفلَأ ْقسِمَ ِب ْالخنَّ ِس
“sesungguhnya aku bersumpah dengan bintang bintang yang
tersembunyi,yang beredar dan menyapu.” (at-Takwir 15-16)
Allah telah bersumpah dengan bintang bintang yang tersembunyi dari
pandangan atau yang di istilahkan oleh ilmuan astronomi dengan
komet.sedangkan al qur’an menyebutnya dengan bintang bintang yang
beredar dan menyapu.yaitu,sifat yang sangat erat dengan komet di mana al
qur’an juga menyebutnya dengan bintang bintang yang menyapu.
Sisi mu’jizatnya jelas dalam dua ayat ini.yaitu,bahwa komet termasuk
anggota kumpulan tata surya yang mengelilingi matahari dengan sebuah
keistimewaan berupa lintasan (orbit)yang sangat panjang sekali (dibanding
benda angkasa lain).sebagian orbitnya membentang melintasi ruang angkasa
sampai kedekat orbit planet neptunus.satu kali edaran saja komet
memerlukan waktu puluhan tahun untuk melintasi lintasan (orbit) yang
sangat jauh dari matahari.sehingga,ia betul betul hilang dari pandangan
seolah olah ia “menyapu” puuhan tahun sebelum kembali lagi mendekati
matahari.komet ini memiliki beberapa ekor yang bergerak melintasi langit
seolah olah ia menyapunya.karena itulah,al qur’an menyebutnya dengan
‘bintang bintang yang menyapu’.komet heli dianggap sebagai komet yang
paling terkenal.ia selalu muncul sekali dalam 75 tahun untuk kemudian
menghilang di “samudra” ruang angkasa yang gelap.berasarkan penelitian
pada abad ke 20 ini,yaitu pada tahun 1910 dan 1985,telah di ketahui bahwa
panjang ekor komet heli mencapai seratus juta mil.
I. Substansi Galaksi (Gugusan Bintang-bintang)
Galaksi adalah kumpulan besar dari bintang-bintang, nebula, dan
benda-benda ruang angkasa yang tersebar diantara bintang-bintang. Alam
semesta berisi sekumpulan benda-benda langit (al-Arjam al-‘Urwiyyah) yang
luar biasa banyaknya (bahkan miliaran) sebagaimana yang diucapkan oleh
ahli astronomi Carl Sagan.
Adanya gaya tarik menarik (gravitasi) antara benda-benda angkasa
mengakibatkan terbentuknya gugusan-gugusan bintang atau galaksi
(milkyway), yang dalam bahasa Al-Qur’an disebut sebagai “buruj” (gugusan
bintang) Allah SWT berfirman:
ْ اءَذات
ِوج
َ َِالبر ِ والسَّم
ِ ولقدَْجعَْلناَفِيَالسَّم
ِ َّاءَبرو ًجاَوز َّينَّاهاَ ِللن
َاظ ِرين
َِيم ْ ون
ِ َالقد ِ ازلَحت َّ ٰىَعادَك ْالع ْرجِ و ْالقمرَقد َّْرناهَمن
ِ َالقمرَوْلَاللَّيْلَسابِقَالنَّه
َ ارََۚوكلٌَّفِيَفلكَيسْبح
ون ْ ش ْمسَي ْنب ِغيَلهاَأ ْنَتد ِْركَّ ْلََال
ْ ص ْلن
َاَاْلياتَِ ِلقَ ْومَي ْعلمون َّ َِالب ِرَو ْالبحْ ِرََۗقدَْف
ْ وهوَالَّذِيَجعلَلكمَالنجومَ ِلت ْهتدواَ ِبهاَفِيَظلمات
“dan dialah yang menjadikan bintang-bintang bagimu, agar kamu
menjadikannya petunjuk dalam kegelapan didarat dan dilaut. Sesungguhnya
kami telah menjelaskan tanda-tanda kebesaran (kami) kepada orang-orang
yang mengetahui”. (Q.S Al-Anam (6):97).
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Astronomi ilmu falak ini, merupakan ilmu yang mempelajari tentang
benda-benda langit, matahari, bulan, bintang, dan planet-planetnya, asal usul,
evolusi, sifat fisik dan kimiawi benda-benda yang bisa dilihat di langit (dan
diluar bumi), juga proses yang melibatkan mereka.
Penciptaan langit dan bumi secara keseluruhan haruslah mengikuti
sunnatullah. Langit dan Bumi diciptakan dari sebuah singularitas, yaitu
sesuatu yang padu yang muncul dari suatu ketiadaan. Kondisi awal alam
semesta diciptakan dari sesuatu yang sangat padat dengan suhu yang sangat
tinggi yang kemudian meledak secara kosmik dan berkembang yang disebut
peristiwa Big Bang.
Keberadaan planet bumi sangatlah istimewa di alam semesta. Tanpa ada
keseimbangan dan keharmonisan di planet bumi maka hal-hal menyedihkan
dan menyengsarakan akan terjadi pada umat manusia.
Bumi memiliki beberapa lapisan akibat prinsip diferensiasi, dimana
terjadi pemisahan lapisan akibat perbedaan komposisi dan suhu material
penyusun bumi yang bergerak berputar. Jumlah lapisan bumi menurut
pembagian ada tujuh, sesuai dengan keterangan jumlah lapisan bumi daalm
Al-Qur’an mengenai tujuh langit, juga bisa diartikan tujuh lapisan, tujuh
dimensi yang berbeda-beda.Atmosfer di Bumi terbuat dari lapisan-lapisan
yang memungkinkan terjadinya kehidupan di bumi. Ketiadaan salah satu
lapisan atmosfer berarti akhir dari dunia ini.
Tata surya terdiri dari matahari, sembilan planet, dan berbagai benda
langit seperti asteroid, komet, dan satelit. Planet-planet berevolusi
mengelilingi matahari dengan orbit (garis edar) yang berbentuk elips.
Beberapa planet mempunyai satelit. Satelit ini berputar mengelilingi planet
dan bersama dengan planet mengelilingi matahari. Jadi tata surya merupakan
sistem rotasi yang berpusat pada matahari.
DAFTAR PUSTAKA