Anda di halaman 1dari 15

MAKALAH

SEJARAH ARSITEKTUR KLASIK AFRIKA


(SEJARAH ARSITEKTUR)

Dosen Pengampu : M. Ainur Ridlo M.Si

Oleh :

Hanunah Sofiatul

Laily
2020.504.017

PROGRAM SUTUDI ARSITEKTUR


FAKULTAS SAINS DAN
TEKNOLOGI UNIVERSITAS
IBRAHIMY
2022
KATA PENGANTAR

Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh.


Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan
hidayah-Nya Serta Sholawat dan salam semoga tercurahkan kepada
Baginda Muhammad SAW. Keluarga dan para sahabatnya. sehingga saya
dapat menyelesaikan tugas makalah yang berjudul [Prinsip Sejarah
Arsitektur Klasik Afrika] ini tepat pada waktunya.
Adapun tujuan dari penulisan dari makalah ini adalah untuk memenuhi
tugas Bapak [M. Ainur Ridlo M.Si] pada bidang studi [Sejarah Arsitektur].
Selain itu, makalah ini juga bertujuan untuk menambah wawasan tentang
[Prinsip Sejarah Arsitektur Klasik Afrika] bagi para pembaca dan juga bagi
penulis.
Saya mengucapkan terima kasih kepada Bapak [M. Ainur Ridlo
M.Si],selaku Dosen bidang studi [Sejarah Arsitektur] yang telah
memberikan tugas ini sehingga dapat menambah pengetahuan dan
wawasan sesuai dengan bidang studi yang saya tekuni.
Saya menyadari, makalah yang saya tulis ini masih jauh dari kata
sempurna. Oleh karena itu, kritik dan saran yang membangun akan saya
nantikan demi kesempurnaan makalah ini.

Bondowoso, 14 Mei 2023

Hanunah Sofiatul Laily

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR............................................................................................ii
DAFTAR ISI.........................................................................................................iii
ABSTRAK..............................................................................................................1
BAB I.......................................................................................................................2
PENDAHULUAN...................................................................................................2
A. Arsitektur Afrika........................................................................................2
BAB II.....................................................................................................................7
PEMBAHASAN.....................................................................................................7
A. Teori Arsitektur Klasik..............................................................................7
BAB III..................................................................................................................11
KESIMPULAN.....................................................................................................11
DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................12

iii
1

ABSTRAK

Kata arsitektur berasal dari bahasa Yunani yaitu ’archi’ yang berarti
kepala, ketua dan tecton yang berarti tukang, sehingga architecton berarti
kepala tukang, merujuk ke-pada profesi, kemahiran dan keahlian
menukang dalam hal bangunan.Pekerjaan merancang dengan
memperhitungkan segala sesuatu yang berhubungan dengan rancang
bangun, sehingga menjadikan arsitektur sebagi ilmu pengetahuan yang
menggabungkan seni dan teknologi. Arsitektur adalah cerminan dari
kebudayaan, oleh Karena itu, dari sebuah karya arsitektur, kita dapat
mengetahui latar belakang budaya satu bangsa, Hidayatun (2005).
Perkembangan karya arsitektur cukup beragam dan telah menghasilkan
ba-nyak karya yang cukup representatif, misalnya memasukkan unsur
desain arsitektur tradisional pada bangunan modern. Dan Kecenderungan
memakai kembali keung-gulan strategi desain arsitektur klasik yang
kemudian menjadi inspirasi desain arsi-tektur modern adalah suatu usaha
untuk bertindak lebih baik terhadap lingkungan. Usaha ini mendukung
untuk menciptakan suatu desain yang baik di Indonesia, hal ini umumnya
diterapkan pada rancangan bangunan kantor pemerintah, yang meru-pakan
salah satu usaha untuk mengangkat karya arsitektur.
Saat orang berpikir tentang arsitektur klasik, umumnya mereka berpikir
sebuah bangunan yang terbuat dari kayu, batu, dan lainya Dalam beberapa
kasus hal tersebut benar, namun arsi - tektur klasik juga banyak memiliki
nafas modern dan desain gedung yang rumit. Da-lam beberapa alasan,
jenis arsitektur ini dibangun dengan tiga tujuan: sebagai tem-pat
berlindung (fungsi rumah tinggal, sebagai wadah penyembahan Tuhan
(fungsi rumah peribadatan) dan tempat perkumpulan.
2

BAB I

PENDAHULUAN

A. Arsitektur Afrika
Afrika memiliki tioplogi wilayah berbukit yang memisahkan beberapa
suku, kemudia suku-suku tersebut mulai terorganisir dan membentuk suatu
polis (negara kota) dan menjalankan pemerintahan dengan cara demokrasi.
Beberapa polis ter-kenal seperti Aegea, Athena, Doria, Ionia, Myconos,
Olimpia, Sparta, dll. Selain itu tipologi berbukit itu juga menjadikan
Yunani kaya akan batu, sehingga banyak ma-terial bangunan yang
menggunakan batu.

Gambar 1.1 Edward Dodwell - View in Greece, menggambarkan suasana


peradaban Afrika dahulu.

Dalam perkembangan peradabannya pun cukup pesat, sudah lama


mengenal tulisan dan mulai mengembangkan rasio manusia. Masyarakat
Yunani sudah lumrah dalam membicarakan filsafat yang mengedepankan
politik, sains, & seni dalam obrolannya sehari-hari. Selain itu masyarakat
Yunanipun memilki keper-cayaan pagan politheisme dengan dewa
tertinggi Zeus (dewa langit), Poseidon (dewa laut), dan Hades (dewa
bawah tanah).
Arsitektur vernakular Yunani adalah berupa megaron (rumah tinggal)
yang terbuat dari kayu dan menerapkan rasionaisme keindahan dalam
3

desainnya. Mega-ron inilah yang kemudian menjadi preseden dalam


membuat arsitektur tradisional Yunani (baik itu berupa tempat
pemerintahan, tempat peribadatan, dll.) Partheon (kuil paganism Yunani)
adalah salah satu contoh arsitektur tradisional Yunani yang nantinya akan
menjadi langgam arsitektur klasik Yunani dan masih digunakan hingga
kini.

Gambar 1.2. Athens Parthenon, Afrika

Arsitektur klasik Yunani selain partheon adalah agora (public space,


selasar tempat masyarakat bernteraksi yang terdapat di jalanan),
bouleterion (balai dewan) gymnasium (sekolah), pastanium (kantor
walikota), stadion, & teather. Bangunan-bangunan di Yunani
menggunakan prinsip post linthel yang merupakan penemuan struktural
pertama yakni dua kolom yang dapat mendukung unsur horizontal. Stoa
(kolom) merupakan elemen arsitektural estetis yang ditonjolkan sehingga
kedepan-nya di beberapa polis setiap kolom memiliki ciri khasnya sendiri
seperti, doric (dari Doria), ionic (dari Ionia), dan corintian (dari Corintia).
Kolom-kolom tersebut diban-gun menggunakan rasionalitas masyarakat
Yunani yang kemudian dibakukan dalam sebuah aturan desain yakni
golden section dan greek order.
4

Gambar 1.3. Athens Treassure, Afrika, memperlihatkan struktur post


linthel

Filsafat berawal ketika manusia berusaha memahami dunia dengan


menggunakan perangkat yang melekat pada manusia (hati dan perasaan),
bukan lagi semata keyakinan. Yakni kebenaran adalah hal yang relatif,
tergantung pada persepsi dan interpertasi manusia, dan kebenaran hanya
dapat diperoleh dengan cara mempertanyakan, menghaluskan pengertian,
dan menguji. Beberapa filusuf yang terkenal diantaranya Aristoteles,
Democritus, Plato, Socrates, dll.

Gambar 1.4. Plato dan Aristoteles, filusuf terkenal Afrika

Filsafat dalam pemahamannya melahirkan paradigma baru mengenai


kesem-purnaan, suatu persepsi yang banyak diimplementasikaan dalam
5

kehidupan masya-rakat Yunani, sedangkan untuk desain persepsi tersebut


berupa:
1. Kualitas penghalusan dan pengujian karya manusia: puisi, musik,
kriya, pa-tung, 6 dan arsitektur
2. Tujuan setiap karya adalah bentuk, detil dan rekayasa
yang mencerminkan ke-sempurnaan manusia
3. Keseimbangan simetri merupakan sesuatu yang ideal
4. Dalam arsitektur, bangunan menampilkan keseimbangan antara elemen
ver-tikal (kolom) dan elemen horisontal (balok) antara aksi dan istirahat
dan geo-metri yang sempurna.

Gambar 1.5 Athens Parthenon yang menggunakan rasio golden section dalam
setiap pertimbangan desainnya

Kolom pada Athens Parthenon yang digembungkan sebagai ilusi mata


untuk memperlihatkan kolom yang lurus jika bangunan tinggi tersebut
dilihat dari depan, hal ini menunjukan hebatnya rasio peradaban ini.
6

Gambar 1.6. Nashville Parthenon, Amerika Serikat, replika Athens Parthenon,


Afrika

Dalam sejarah tidak diketahui siapa pembuat partheon dan arsitektur


tradi - sional Yunani lainnya, karena pada saat itu profesi arsitek belum ada
dan pemban-gunan dilakukan secara bersama (guilda) dan dipimpin oleh
seorang pemuka masyarakat.
7

BAB II

PEMBAHASA

A. Teori Arsitektur Klasik


Arsitektur Klasik merupakan ungkapan dan gambaran perjalanan
sejarah arsi-tektur di Eropa yang secara khusus menunjuk pada karya-
karya arsitektur yang ber-nilai tinggi dan first class. Disebutkan demikian
karena karya-karya ini memperlihatkan aturan/pedoman yang ketat dan
pertimbangan yang hati-hati sebagai landa-san berpikir dan mencipta karya
tersebut. Rentang waktu zaman ini adalah dari abad pertama sampai
dengan abad ke-14 dengan hembusan angin Romantisism (sebelum
masyarakat Eropa memasuki zaman Renaissance sampai dengan pesan dan
gerakan Rationalism yang kuat). Predikat kata Klasik diberikan pada suatu
karya arsitektur yang secara inhe-ren (terkandung dalam benda tersebut
yang secara asosiatif seolah-olah selalu me-lekat dengannya) mengandung
nilai-nilai keabadian disamping ketinggian mutu dan nilainya. Teori
arsitektur Klasik dengan demikian merupakan suatu perwujudankarya
arsitektur yang dilandasi dan dijiwai oleh gagasan dan idealisme Teori
Vitruvius khu-susnya pada suatu kurun waktu sesudah Vitruvius sendiri
meninggal dunia.
Bangunan Parthenon di Athena dan Pantheon di Roma merupakan
contoh yang sangat baik dariperwujudan teori arsitektur klasik yang
dengan sikap kehati-hatian dan seksama mempertimbangkan prinsip-
prinsip order, geometri dan ukuran-ukurannya, disertai dengan kehalusan
seni “craftmanship”. Perlu diketahui bahwa bangunan ini mengalami masa
pembangunan yang lama, dari saat awal konstruksi, revisi, perbaikan dan
penyelesaian berkali-kali hingga sampai pad bentuk akhirnya bisa
mencapai lebih dari 200 tahun. Tradisi berarsitektur yang diawali oleh
Vitruvius ternyata berlanjut terus dalam jaman Arsitektur Klasik ini. Hal
ini dapat kita jumpai dalam buku Ensiklopedi Romawi yang disusun oleh
Marcus T.Varro, dimana Iso-dore dari Seville menguraikan dan
8

mengembangkan teori Vitruvius dalam tiga un-sur/ elemen bangunan yaitu


DISPOSITIO, CONSTRUCTIO dan VENUSTAS. Despo-sitio adalah
kegiatan-kegiatan yang berhubungan dengan survai lapangan ataupun
pekerjaan pada tapak yang ada, lantai dan pondasi. Venustas adalah
berhubungan dengan elemen-elemen yang ditambahkan pada bangunan
demi memenuhi hasrat akan rasa keindahan melalui seni ornamen ataupun
dekorasi.
Uraian seperti ini me-nunjukan sudah adanya pergeseran pandangan
dari Teori Vitruvius. Lebih jauh Iso-dore menyatakan apa itu order sebagai
berikut: Kolom, dinamakan begitu karena tinggi dan bulat, menopang
seluruh berat beban bangunan yang ada. Ratio atau Proporsi yang lama
menyatakan bahwa le-barnya adalah sepertiga dari tingginya. Dikenal 4
jenis kolom yaitu : Doric, Ionic, Tuscan dan Corinthian, yang berbeda-
beda satu dengan yang lain dalam ketinggian dan diameternya. Jenis ke-5,
dinamakan ATTIC yang berpenampang persegi-4 ataupun lebih besar dan
dibuat dari bata-bata yang disusun”. (Isodore dalam Varro, 19xx).
Pendapat Isodore ini dapat merupakan sejumlah aturan dan norma bagi
karya-karya arsitektur sesudahnya. Nilai-nilai arsitektur Klasik dapat juga
kita temu-kan pada bangunan-bangunan gereja yang sedang mengawali
pertumbuhan dan perkembangan sebagai agama yang baru dan menyebar
hampir keseuruh benua Eropa saat itu. Salah satu bangunan tersebut adalah
Hagia Sophia yang digambar-kan dalam suatu konteks urban saat itu
sebagai berikut: “Demikianlah bangunan Gereja ini berusaha memberikan
sajian bentuk yang menakjubkan. sebab gedung ini menggapai keatas
langit sampai awan dan begitu menonjol diantara bangunan-ban-gunan
yang lain, dari atas gereja ini dapat melihat kebawah keseluruh pelosok
kota Konstantinopel.
Hagia Sophia adalah bentuk yang demikian menyatu dengan kota
Konstantinopel, tetapi dilain pihak sedemikian bersinar dan indah, serta
megah, khususnya dalam wawasan perspektivis “Bird Eye View”. Dan
semuanya ini menjadi lengkap dan sempurna dengan dipergunakannya
9

bangunan ini untuk kegiatan upacara keagamaan” (Isodore dalam Varro,


19xx). Teori arsitektur Klasik ini kemudian berlanjut hingga jaman Gothic.
Dan untuk meresapkan dan mengerti Arsitektur Gothic ini diperlukan
gambaran suasana masyarakatnya pada saat itu dimana timbul spirit
kejiwaan yang berusaha mencari hakekat sifat-sifat Tuhan yang ilahi.
Spirit kejiwaan ini dituangkan dalam suatu tema “cahaya ke-ahlian
dalam ruang arsitektur” (Ven, 1991), Kualitas ruang Arsitektur Klasik
Gothic ini dinyatakan sebagai keinda-han visual yang atmosferik, seperti
diaphanitas (kesemrawangan), densitas (kepe-katan), obscuritas
(kegelapan) atau umbria (bayangan). Gambaran ruang Arsitektur Gothic
ini juga dinyatakan sebagai konsep kecerlangan atau kebeningan yang an-
tara lain dapat dilihat pada bentuk-bentuk jendela khususnya bentuk
jendela mawar stained-glass (rosetta) ataupun karya seni kaca timah
lainnya. Hal inlah yang diapresiasikan sebagai prinsip transparancy dalam
usaha mengerti dan menangkap “cahaya yang datang dari luar”. Di lain
pihak ada karya-karya gereja Gothic yang meminimalisir banyaknya
cahaya yang datang, atau bah-kan ada semacam peningkatan sensasi
persepsional sampai ke tingkat imaterial. Beberapa contoh bangunan
arsitektur Gothic ini adalah Gereja Katedral Amiens, Katedral Rouen,
Katedral St.Dennis Abby, Katedral Reims, Katedral Ulm dan lain-lain.
Unsur atau bagian lain dalam kelompok arsitektur Klasik Barat yang tak
kalah pentingnya adalah Arsitektur Byzantine, Arsitektur Baroque dan
Rococo, serta Arsitektur Arabesque (dimunculkannya imbuhan kata Barat,
karena dalam jaman yang sama di dunia Timur juga diketemukan karya-
karya arsitektur sejenis, yang setingkat dan mengagumkan tetapi
mengandung pemikiran dan nilai-nilai yang berbeda, seperti Candi
Borobudur, Candi Prambanan, Candi Angkor).
Ungkapan nilai-nilai aritektur yang disebutkan terakhir ini dinyatakan
dan ditulis sebagai suatu teori arsitektur, seperti tertulis sebagai berikut:
“Kita dapat menyatakan bahwa bangunan-bangunan ini sebagai obyek
arsitektur adalah bersifat massive-tertutup, karena terisolsikan dari ruang
10

sekitarnya, bahwa secara eksterior orang-orang dapat berkeliling


melihatnya. Dan karena itu, yang terpenting dan teristimewa dalam me-
wujudkan identitas bentuk adalah pengolahan tampak dan tampilannya,
pengolahan sudut-sudutnya, pengolahan pertemuannya dengan tanah dan
ketinggiannya yang menmbus langit.
Demikian juga terlihat dengan jelas konsep-konsep Artikulasi dan
Kontinuitas. Ada 4 jenis pengolahan sudut, yaitu artikulasi dengan elemen
“relief” dengan sudut negative, dengan sudut yang tajam seperti garis, dan
dengan sudut yang dilengkungkan, dimana semuanya ini dapat
diketemukan secara konsisten pada bagian bawahnya maupun pada bagian
atasnya/mahkotanya. Munculnya rasa tertarik dan kagum pada diri orang
yang mengalaminya akan obyek arsitektur ini danlingkungan sekitarnya,
sedang bagi seorang arsitek akan menyadarkannya bagai-mana pentingnya
gaya-gaya gravitasi yang sedemikian besar dapat disalurkan ke tanah. Dan
hal ini dilakukan agar dapat menaungi dan melingkupi orang-orang di-
dalamnya dan tidak hanya itu saja, tetapi juga menimbulkan rasa
kekaguman dan rasa keteguhan, bagaikan “ditancapkan dari atas langit”
(Isodore dalam Varro,19xx).
11

BAB III
KESIMPULA
N

Arsitektur klasik adalah gaya bangunan dan teknik mendesain yang


men-gacu pada zaman klasik Yunani, seperti yang digunakan di Yunani
kuno pada periode Helenistik dan Kekaisaran Romawi. Arsitektur klasik
dari bangsa yunani merupakan dasar dari bangunan-bangunan klasik saat
ini. Dari mulai masa kejayaan yunani kuno sampai kejatuhan kerajaan ro-
mawi, banyak bangunan-bangunan besar yang dibangun menggunakan
keahlian arsitektur handal.
12

DAFTAR PUSTAKA

Ching, Francis DK, 1987, “Architecture: From, Space and Order”, Van
Nostrand
Reinhold Funk dan Wagnalls, 1990, New Encyclopedia , vol –22.
Klassen, Winand, 1992, “Architecture and Philosophy”, Philipines:
Calvano Printers Cebu City.Kruf,
Hanno,Walter, 1994, “A History of Architectural Theory”, Princenton
Architectural Press
Mangunwijaya, YB, 1987, Wastu Citra, Gramedia, Jakarta
Meiss, Pierre von, 1985, Elements of Architecture, Van Nostrand Reinhold
Sumalyo, Yulianto, 1997, Arsitektur Moder Akhir Abad XIX Dan Abad
XX.
Gajahmada University Press, Yogyakarta.
Watkin, david, 1996, A history of Western Architecture, Laurence King.
Sumber Internet :
http://annasmaulana.blogspot.com/2013/05/sejarah-arsitektur-arsitektur
klasik_21.html (diakses Tanggal 17 Juni 2015 Pukul 1.14)
http://rurucoret.blogspot.com/2008/12/architecture-modern.html (diakses
tanggal 17 Juni 2015 Pukul 2.05)
http://alexnova-alex.blogspot.com/2011/06/teori-arsitektur-klasik.html
(diakses tanggal 17 juni 2015 pukul 3.40)
http://www.perkuliahan.com/makalah-tentang-arsitektur-modern (diakses
tanggal 17 juni 2015 pukul 3.50)

Anda mungkin juga menyukai