PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang
Menurut pendapat Banhart C.L. dan Jess Stein tahun 1959, Arsitektur adalah seni
Karena kondisi alamnya yang kurang baik, masyarakat bangsa Yunani menyebar lagi
ke daerah-daerah sekitar Pulau Sicilia, Italia, Perancis, Kepulauan Aegeia, dan Afrika Utara.
Mereka kemudian membentuk negara-negara kecil yang berpusat di kota. Pusat kota ini
memiliki batas-batas wilayah yang teritorialnya dibatasi oleh benteng. Di dalam benteng itu
segala bentuk kehidupan diatur secara terorganisir seperti layaknya suatu negara. Negara
kecil seperti itu disebut polis atau negara kota. Pada jaman itu terdapat banyak sekali polis
yang masing-masing terpisah dan berdiri sendiri. Diantara polis-polis itu sering terjadi
peperangan untuk memperluas wilayah dan pengaruhnya. Polis yang menang akan menjadi
polis besar dan membawahi polis kecil lainnya. Polis-polis itu diantaranya Athena, Sparta,
Thebe, Coronthia, dan Argos (Sulastri, 2009)
Pada awal abad ke-7 SM sampai dengan abad ke 6 SM terjadi persaingan antarpolis.
Polis Sparta dan Athena yang akhirnya mendominasi sejarah perkembangan Yunani. Polis
Sparta terletak di Jazirah Peloponesus bagian Selatan. Sparta merupakan negara militer yang
ketat, apalagi setelah terjadi pemberontakan di wilayahnya pada abad ke-7 SM. Lycurgus,
seorang tokoh Sparta mengadakan pembaruan perundang-undangan yang menyangkut
masalah pemerintahan, militer dan semua perikehidupan warga Sparta yang ketat. Hal itu
menjadikan Sparta menjadi negara militer yang kuat. Polis Athena terletak di Semenanjung
Attica. Kehidupan masyarakat Athena lebih demokratis dan hak perorangan dijamin oleh
negara. Rakyat Athena lebih menaruh perhatian terhadap seni, olahraga, ilmu pengetahuan,
filsafat, serta kemerdekaan berpikir dan berpendapat. Karena faktor tersebut, Athena tumbuh
menjadi pusat kebudayaan dan ilmu pengetahuan sehingga melahirkan filsuf besar seperti
Socrates, Plato dan Aristoteles. (Fatriansyah, 2013).
Arsitektur Yunani sangat terkenal di dunia. Arsitektur Yunani sangat erat kaitannya
dengan Arsitektur klasik karena arsitektur klasik adalah gaya bangunan dan teknik mendesain
yang mengacu pada zaman klasik Yunani. Dalam sejarah arsitektur, arsitektur klasik juga
nantinya terdiri dari gaya yang lebih modern dari turunan gaya yang berasal dari Yunani.
Tidak heran jika arsitektur klasik juga banyak memiliki napas modern dan desain gedung
yang rumit. Seperti atap, tiang, bahkan struktur batu atau marmer dibuat dengan detail yang
sempurna.
Pada periode klasik, peradaban di Yunani sudah mulai percaya dengan adanya
kekuatan-kekuatan yang lebih besar di luar kemampuan mereka. Atas dasar ketakutan inilah
mereka menyembah Tuhan dan mengenal dewa-dewa yang merupakan perwujudan dari
manifestasi Tuhan. Mereka pun banyak membangun kuil-kuil atau tempat ibadah lainnya.
Karena kecintaan mereka kepada Sang Pencipta, mereka membangun kuil dan tempat ibadah
2
sedetail, dan seindah mungkin dengan memberi ornamen-ornamen yang sebagian besar
bergaya Ionia untuk menambah nilai estetika bangunan. Demokrasi mencegah orang Yunani
membangun istana maupun makam yang besar. Karena demokrasi menjunjung tinggi
kesetaraan. Setiap orang dianggap setara dan sederajat, maka dari itu masyarakat Yunani
lebih banyak membangun tempat umum, dimana orang-orang dapat berkumpul,
bersosialisasi, dan berdiskusi dengan sesama. Kemudian pada periode Hellenistik, muncul
jenis produk arsitektur yang baru, seperti Theater atau amphiteather, dsb. Penataan kotanya
pun lebih rapi, karena dirancang penuh dengan perencanaan yang matang (Prijohutomo,
1953:88).
Dan masih banyak lagi produk arsitektur yang dibangun bernapaskan Arsitektur
Yunani. Hingga kini, peninggalan-peninggalan Arsitektur Yunani masih terjaga dan menarik
jutaan wisatawan mancanegara.
1.2
Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas, maka dapat dirumuskan permasalahanpermasalahan sebagai berikut.
1. Bagaimana filosofi dan prinsip umum dari Arsitektur Yunani?
2. Bagaimana karakter dan pengaruh Arsitektur Yunani terhadap bangunanbangunan yang ada di Yunani dan di dunia?
1.3
Tujuan
Berdasarkan rumusan permasalahan-permasalahan diatas, maka dapat disimpulkan
tujuan pembuatan makalah ini adalah sebagai berikut.
1. Untuk mengetahui filosofi dan prinsip umum dari Arsitektur Yunani.
2. Untuk mengetahui karakter dan pengaruh Arsitektur Yunani terhadap
bangunan-bangunan yang ada di Yunani dan di dunia.
1.4
Manfaat
Manfaat yang dapat diperoleh ialah sebagai berikut.
1. Sebagai sumber informasi dan pengetahuan mengenai filosofi, prinsip dasar, dan
karakter Arsitektur Yunani.
2. Sebagai motivasi untuk melanjutkan inovasi-inovasi dalam mengembangkan
Arsitektur di masa sekarang dan selanjutnya berdasarkan filosofi, prinsip dasar, dan
karakter dari Arsitektur Yunani.
1.5
seperti: pada internet ataupun buku-buku referensi lainnya yang dapat mendukung
pembuatan makalah ini serta disusun secara terstruktur (berhubungan), sesuai dengan
topik yang akan dibahas, yakni mengenai Perkembangan Arsitektur Yunani.
BAB II
PEMBAHASAN
Filosofi
Filosofi adalah kajian dan studi mengenai dasar pengetahuan dan proses yang
kelaminnya laki-laki dan perempuan (dewa dan dewi). Bahkan saling berperang satu dengan
lain. Dewa-dewa yang dipuja disesuaikan dengan pilihan masing-masing atau berdasarkan
jenis usaha yang dijalani. Selain dewa-dewi mereka juga memuja hero atau pahlawan yaitu
manusia setengah dewa yang sakti namun hidupnya tidak kekal atau dapat mati. Salah satu
hero yang terkenal adalah Hercules (Evslin, 2012 : 3) .
Berdasarkan
filosofi
yang
dianut
dan
dikembangkan
masyarakat
Yunani,
berpegangan pada prinsip - prinsip yang telah disusun dalam menjalani hidup tanpa harus
kebingunan arah karena prinsip bisa memberikan arah dan tujuan yang jelas pada setiap
kehidupan kita. Seorang leader atau pemimpin yang baik adalah seorang pemimpin yang
berprinsip. Karena seorang pemimpin yang berprinsip pasti akan terarah dalam menjalankan
tugasnya sebagai pemimpin (Tauhid, 2006 : 57).
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) (2002: 278), Prinsip adalah asas,
kebenaran yang jadi pokok dasar orang berfikir, bertindak, dan sebagainya. Prinsip juga
merupakan pandangan yang menjadi panduan bagi perilaku manusia yang telah terbukti dan
bertahan sekian lama .
Jadi, prinsip dasar adalah asas dasar yang menumpu mindset manusia untuk
berprilaku sesuai dengan kebenaran yang diakui di masyarakat.
Menurut beberapa sumber, prinsip-prinsip dasar arsitektur Yunani Kuno adalah sebagai
berikut.
Pada bangunan banyak menggunakan garis-garis, tidak ada bentuk busur ataupun
kurva.
Menggunakan struktur dinding masif dengan material batu alam yang dipotong
persegi dan ditumpuk. Penggunaan struktur tumpuk ini bisa diaplikasikan di
dalam bangunan. Biasanya jika dalam bentuk ruang tertutup, bukaannya sering
dibuat minimal, sehingga bagian ruang menjadi gelap. Cahaya hanya datang dari
pintu depan. Penggunaan struktur tumpuk juga ada pada kolom di luar bangunan.
Diatas kolom terdapat balok penyangga atap yang disebut entablature. Namun,
tidak memungkinkan untuk membangun bangunan bentang yang lebar dengan
mengaplikasikan struktur tumpuk ini, hal inilah yang membuat bangunan
Aristektur Yunani sebagian besar memiliki kolom kolom yang jaraknya relatif
sempit. Hubungan antara kolom dan entablature atau balok penyangga diberi
ornament berupa ukiran yang kemudian dikenal dengan langgam. Struktur utama
penyangga atap juga tersusun dari batu dan disebut pediment. Pediment ditopang
oleh entablature.
Tipologi tanah yang berbukit juga menjadikan Yunani kaya akan batu alam,
sehingga banyak material bangunan yang menggunakan batu dengan kualitas
7
Gambar 2. Contoh gambar kuil Parthenon yang menggunakan prinsip open air,
Bangunan Yunani
sebagian besar
menggunakana atap
pelana
Tangga sebagai sirkulasi
dan elemen estetika
bangunan Yunani
Gambar 3. Bangunan Kuil Concordia (Valley of the Temples) di Yunani
(Sulastri, 2009)
Pemerintahannya berpusat di kota. Batas-batas wilayah territorialnya dibatasi
benteng dan tembok.
Masyarakat Yunani cinta pada keindahan (seni) yang tidak mengarah pada hal-hal yang
berlebihan (penuh penahanan diri dan prestasi). Karya seni yang penuh penahanan diri
tersebut menghasilkan keseimbangan yang sempurna serta keutuhan yang seterusnya disebut
sebagai klasik. Karya seni diperuntukkan bagi persembahan pada dewa-dewanya. Paham
tentang seni dan arsitektur adalah : kepolosan, keanggunan, kegunaan (Sumalyo, 1993 : 5).
2.2 Karakter dan Pengaruh Arsitektur Yunani terhadap Bangunan yang Ada di Yunani
dan di Dunia
Peninggalan Arsitektur Yunani yang paling banyak adalah kuil. Bahan konstruksi
utamanya batu. Batu dipahat dan dibentuk rnenjadi kolom dan balok. Oleh karena itu
bentangannya sangat terbatas sehingga di dalam ruang terdapat banyak kolom. Bagian depan
terdiri dari tangga masuk dan langsung pada deretan melintang, kolom, menyangga ujung
terdepan
dari
atap
yang
berbentuk
segitiga
disebut pediment.
Pediment
terdiri
dari cornice yaitu semacam bingkai keliling segi tiga dari molding mengikuti bentuknya.
Bagian tengah di dalam bingkai tersebut terdapat tympanum, yang biasanya pada bidang di
dalamnya dibuat dekorasi, dapat berupa relief maupun patung-patung (Sumalyo,
1993:7). Selanjutnya, Pediment bertumpu di atas sebuah alas berupa balok horizontal disebut
entablature yang mempunyai tiga bagian atau lapisan, yaitu :
Untuk lebih jelasnya, pembagian bangunannya dapat dilihat pada gambar berikut.
Pediment
Cornice
Frieze
Architrave
Entablature
Kolom
(Darling, 2004:35)
Selanjutnya, Sumalyo (2010:10) mengatakan bahwa konstruksi pediment dan
entablature disangga oleh kolom, dalam Arsitektur Yunani dibagi menjadi tiga bagian,
diantaranya :
11
Gambar 6.
Ilustrasi
Langgam Doric
(Salain, 1984 : 5)
2) Langgam Ionic
Langgam Ionic merupakan langgam yang berasal dari pesisir yaitu Ionia. Kepala
tiangnya mengambil bentuk noctilus atau kerang besar. Bentuknya melingkar pada
kedua sisinya, sedangkan pada dasar tiangnya memakai alas (Darling, 2004:50).
12
Langgam ini merupakan langgam yang berasal dari daerah pegunungan yang
mengambil alih dan mengadaptasi dari bnetuk-bentuk alam atau flora daun Achantus.
Pada dasar tiang menggunakan alas, bertumpu pada lantai berundak (Darling,
2004:51).
13
(Darling, 2004:42)
Di dalam pembagian ruang kuil merupakan pengembangan bentuk dasar Megaron
Arsitektur Aegea walaupun kuil-kuil untuk perseorangan, kuil-kuil tersebut tidak
dibangun kecil-kecil.
SERAMBI BELAKANG
Opisthodomos
RUANG UTAMA
NAOS
SERAMBI DEPAN
Gambar 9. Denah Tipikal Kuil Yunani
(Salain, 1984 : 8)
o Ruang Utama
Terdapat altar atau tempat barang-barang persembahan bagi dewa. Berisi
patung dewa yang dipuja. Biasanya ada ruang khusus atau istimewa, yang
14
mana tidak sembarang orang bisa masuk. Hanya pendeta yang boleh masuk.
Naos merupakan ruang yang lebih besar sebagai bagian dari ruang utama.
Disini juga terdapat patung atau dewa yang dipuja.
o Serambi
Pada ruang ini dijumpai dua serambi yaitu serambi depan dan belakang. Yang
menghubungkan ruang utama dengan altar yang berada di luar bangunan.
Fungsinya juga sebagai ruang transisi dan sirkulasi. Pada Serambi belakang
sering dibuat Opisthodomos, yang merupakan teras palsu di belakang ruang
utama. Sering dibuat sebagai pencapaian konsep simetris pada kuil dan
terkadang ruang ini di buat sebagai adytum atau tempat harta.
Untuk memperoleh kesan ringan, maka tiang-tiang diperbanyak atau dipertinggi.
(Salain, 1984:6)
Selanjutnya, masih berdasarkan sumber yang sama, kuil-kuil dibentuk atau dibangun
harus dengan bentuk segiempat, tetapi ada juga yang bundar dengan sistem yang sama, yaitu
dibagi menjadi 3 bagian, yaitu:
o Ruang Masuk
o Ruang Pengantar
o Ruang Utama
ALTAR
Gambar 10. Ilustrasi denah tipikal kuil Yunani yang berbentuk melingkar
(Salain, 1984 : 7)
Kehidupan sosial sehari-hari erat kaitannya dengan kegiatan keagamaan atau ritual. Maka
dari itu, kehidupan manusianya merupakan bagian dari aktivitas keagamaannya pula. Seperti
kegiatan pertunjukkan teater. Teater dibangun pada lereng-lereng bukit yang memiliki
kemiringan dan lembah. Kemiringannya digunakan untuk tempat duduk atau tribun,
sedangkan lembahnya untuk panggung (Salain, 1984:7). Teater merupakan bangunan terbuka
berbentuk setengah lingkaran dengan bahan batu cadas yang dibuat berundak-undak sebagai
area persembahan yang berbentuk lingkaran. Fungsi bangunan tersebut adalah untuk
persembahan drama tari dan nyanyi bagi dewa Dionisius (Dewa Seni).
15
Dan masih banyak produk arsitektur Yunani yang diciptakan di jaman perkembangan Yunani
Kuno seperti bangunan-bangunan di bawah ini.
a. Agora
Agora adalah tempat umum yang dipakai untuk tempat berkumpulnya masyarakat
kota semacam alun-alun. Seluruh masyarakat Yunani berinteraksi disini. Agora
juga merupakan pusat kegiatan dagang atau sosial atau pasar sehari-hari. Agora
16
juga biasanya digunakan untuk melaksanakan pesta rakyat, dsb. Agora berupa
lapangan terbuka. Terkadang dalam lapangan terbuka tersebut mempunyai
beberapa tiang serupa obelisk (Salain, 1984:8). Jejeran tiang-tiang di Agora
berupa kolom memiliki karakter Arsitektur Yunani yang tidak sempurna. Dari
gambar 13 dibawah ini, kita bisa lihat, tiang-tiangnya berbaris berbanjar, tanpa
penutup, sehingga sifatnya benar-benar terbuka (open air) atau publik dan lapang.
Meskipun begitu, tiang atau kolom di Agora ini memiliki bagian kepala (Capital),
badan kolom (shaft) dan bagian tumpuan terbawah atau base.
Capit
al
Shaf
t
Base
17
18
Arsitektur Yunani cukup berpengaruh di dunia. Beberapa negara di dunia banyak yang
menyisipkan karakteristik Arsitektur Yunani pada bangunan-bangunannya. Karakternya yang
klasik dan wibawa (kharisma) yang kuat membuat Arsitektur Yunani dipilih oleh berbagai
Negara untuk diterapkan pada bangunan-bangunan penting di Negara mereka.
1. White House, Washington DC
Pedime
nt
Entablatu
re
Kolom
Ionic
White House atau Gedung Putih adalah rumah kepresidenan Presiden Amerika
Serikat. Gedung ini merupakan tempat tinggal resmi presiden dan keluarganya
selama masa jabatannya sebagai presiden. Saat seorang presiden baru terpilih,
presiden yang lama segera pindah. Juga memiliki kantor di mana presiden
19
Entablatu
re
Kolo
m
Anak
Tangga
Gambar 18. Gedung Teater Kota Piraeus, Attica
(Markaki, 2013)
The Municipal Theatre of Piraeus atau biasa dikenal sebagi teater kota Piareus
menjadi pusat dari kegiatan kesenian yang ada di kota Piraeus, Attica, Yunani.
Gedung teater ini selalu menjadi tuan rumah acara budaya, seperti acara kesenian
teater, tari, musik, dan berbagai kesenian lainnya (Markaki, 2013). Gedung teater
kota Piraeus ini menerapkan konsep arsitektur vernacular Yunani pada
eksteriornya. Pada entrance selalu terdapat teras atau serambi depan yang
menopang kolom megah berlanggam, balok horizontal yang ditumpuk diatas
kolom (entablature), dan juga menopang atap pelana yang terwujud dari tiangtiang (pediment) bukan dari kuda-kuda. Eksterior dengan karakteristik Arsitektur
Yunani ini sangat cocok diterapkan pada gedung atau bangunan yang digunakan
20
untuk kepentingan hiburan dan kesenian, karena karakter nya yang klasik, elegan,
dan langgamnya memberi kesan artistik.
Pedime
nt
Entablatu
re
Kolo
m
Anak
Tangga
Entablatu
re
Kolo
m
Anak
Tangga
Gedung Museum Seni Rupa dan Keramik ini dibangun pada tahun 1870. Sebagai
Lembaga Peradilan tertinggi Belanda (Raad van Justitie). Pada tanggal 20 Agustus
1976 diresmikan sebagai Gedung Balai Seni Rupa oleh Presiden Soeharto. Dan di
gedung ini pula terdapat Museum Keramik yang diresmikan oleh Bapak Ali
Sadikin (Gubernur DKI Jakarta) pada tanggal 10 Juni 1977, kemudian pada tahun
1990 sampai sekarang menjadi Museum Seni Rupa dan Keramik (Tjong, 2009).
Disini tersimpan berbagai koleksi, diantaranya koleksi karya seni rupa, koleksi
kerajinan keramik, koleksi buku-buku seni rupa dan keramik yang bisa dijadikan
panduan tentang seni rupa (perpustakaan). Fasilitas gedung ini terdiri dari ruang
koleksi, studio gerabah, perpustakaan, toko cindera mata, ruang pertemuan atau
aula, ruang terbuka atau plaza, serta taman yang dapat dimanfaatkan untuk acaraacara pameran temporer, pernikahan, seminar, lomba, dsb. Eksterior Gedung Seni
Rupa dan Keramik ini didesain menyerupai bangunan Yunani Klasik. Terlihat dari
adanya Pediment. Entablature, dan kolom atau tiang penyangga Pediment dan
Entablature. Gedung Museum ini menerapkan langgam Doric pada tiang dan
kolom-kolomnya. Yang mana kepala tiangnya tanpa hiasan atau polos, badan tiang
atau kolomnya langsung menempel pada lantai. Bangunan ini juga dilengkapi anak
tangga sebagai sarana sirkulasi dan elemen estetika bangunannya.
22
BAB III
PENUTUP
2.1
Kesimpulan
Adapun kesimpulan yang dapat ditarik berdasarkan pembahasan diatas adalah sebagai
berikut.
1. Filosofi dan prinsip umum dari Arsitektur Yunani adalah karena kecintaan dan
kekaguman masyarakat Yunani terhadap alam, mereka menganut kepercayaan
yang mendewakan alam dan Tuhan, sehingga prinsip bangunan Yunani yang
terbentuk terdiri dari tiang dan balok, simetris, serta cenderung berupa ruang
terbuka agar ketika mereka sedang melakukan ritual di ruang terbuka tersebut,
mereka bisa merasakan pertanda alam yang merupakan lambang dari
kehadiran dewa yang dipuja.
2. Karakter bangunan Arsitektur Yunani mempengaruhi bangunan yang ada di
Yunani. Biasanya bangunan terdiri dari beberapa bagian, diantaranya
Pediment, entablature, dan kolom. Pada kolom ada 3 variasi langgam
penambah nilai estetika bangunan, memiliki permainan bentuk khas yang
dapat dikenali sebagai karakteristik kolom dari Arsitektur Yunani, yaitu :
Doric, Ionic, dan Corinthian.
2.1
Saran
Dari pemaparan makalah ini, saran yang dapat penulis sampaikan adalah sebagai
berikut.
Sebaiknya kita bisa belajar dari kesalahan maupun dari keberhasilan Arsitektur
Yunani di masa lampau dalam pembangunan di masa kini melalui wawasan mengenai
filosofi, prinsip dasar, dan karakter dari Arsitektur Yunani dan melestarikannya agar
karakter Arsitektur Yunani tidak punah.
DAFTAR PUSTAKA
Sumber dari Buku Cetak
Alwi, Hasan. 2002. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Edisi ke-3. Balai Pustaka: Jakarta.
23
24