Anda di halaman 1dari 31

MAKALAH

PERKEMBANGAN ARSITEKTUR

MATA KULIAH
PENGANTAR ARSITEKTUR

DISUSUN OLEH:

SELFIDA
P3B121039

D3 TEKNIK ARSITEKTUR
PROGRAM PENDIDIKAN VOKASI
UNIVERSITAS HALU OLEO
KATA PENGANTAR

Assalamualaikum Wr.Wb
Alhamdulillah. Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Mahakuasa karena telah
memberikan kesempatan pada saya untuk menyelesaikan makalah ini. Atas rahmat
dan hidayah-Nya lah saya dapat menyelesaikan makalah yang berjudul
“PERKEMBANGAN ARSITEKTUR”tepat waktu.
Makalah PERKEMBANGAN ARSITEKTUR disusun guna memenuhi tugas pada
mata kuliah Pengantar Arsitektur. Selain itu, saya juga berharap agar makalah ini
dapat menambah wawasan bagi pembaca tentang Perkembangan Arsitektur.
saya mengucapkan terima kasih kepada pihak yang telah mendukung serta
membantu penyelesaian makalah ini. Besar harapan saya agar makalah ini bisa
menjadi rujukan peneliti selanjutnya. Saya juga berharap agar isi makalah ini dapat
bermanfaat bagi pembaca.
Dengan kerendahan hati, saya memohon maaf apabila ada kesalahan
penulisan. Kritik yang terbuka dan membangun sangat saya nantikan demi
kesempurnaan makalah. Demikian kata pengantar ini saya sampaikan. Terima kasih
atas semua pihak yang membantu penyusunan dan membaca makalah ini.

Wassalamualaikum wr.wb

Kendari, 18 November 2021

Selfida
P3B121039
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.....................................................................................1
DAFTAR ISI...................................................................................................2

BAB 1 PENDAHULUAN................................................................................3
A. Latar Belakang........................................................................................4

BAB II PEMBAHASAN..................................................................................5
A. Arsitektur Klasik....................................................................................6
B. Arditektur Modern.................................................................................7

BAB III PENUTUP


A. Kesimpulan..........................................................................................8

DAFRAT PUSTAKA
BAB 1
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Kata arsitektur dalam bahasa Yunani ’archi’ yang berarti kepala, dan tecton yang
berarti tukang, sehingga architecton berarti kepala tukang, merujuk kepada profesi,
kemahiran dan keahlian menukang dalam hal bangunan. Pekerjaan merancang dengan
memperhitungkan segala sesuatu yang berhubungan dengan rancang bangun, sehingga
menjadikan arsitektur sebagai ilmu pengetahuan yang menggabungkan seni dan
teknologi. Arsitektur adalah cerminan dari kebudayaan, oleh Karena itu, dari sebuah
karya arsitektur, kita dapat mengetahui latar belakang budaya satu bangsa, Hidayatun
(2005).
Perkembangan karya arsitektur cukup beragam dan telah menghasilkan banyak
karya yang cukup representatif misalnya memasukan unsur desain arsitektur tradisional
pada bangunan modern. Dan kecenderumgan memakai kembali keunggulan strategi
desain arsitektur klasik yang kemudian menjadi inspirasi desain modern adalah suatu
usaha untuk bertindak lebih baik terhadap lingkungan. Usaha ini mendukung untuk
menciptakan suatu desain yang baik di Indonesia, hal ini umumnya diterapkan pada
rancangan bangunan kantor pemerintah, yang merupakan salah satu usaha untuk
mengangkat karya arsitektur. Saat orang berpikir tentang arsitektur klasik , umumnya
mereka berpikir sebuah bangunan yang terbuat dari, kayu, batu,dan lainya dalam
beberapa kasus hal tersebut benar, namun arsitektur klasik juga banyak memiliki nafas
modern dan desain gedung yang rumit. Dalam beberapa alasan,jenis arsitektur ini
dibangun dengan tiga tujuan : sebagai tempat berlindung (fungsi rumah tinggal sebagai
wadah penyembahan Tuhan), (fungsi rumah peribadatan ) dan tempat perkumpulan.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Arsitektur Klasik
1. Arsitektur Yunani
 Budaya : Polis, Filosofis, Demokratis
 Nilai : Rasionalisme
 Preseden : Megaron (Rumah Vernakular Yunani)
 Contoh : Athens Parthenon Yunani Nashville Parthenon Amerika Serikat
 Unit : Stoa (Kolom)
 Warisan : Kanonik : Golden Section, Greek Order, Geometri, Harmoni, Proporsi,
Tektonik, Enteleksi ; Struktur : Post Linthel ; Tipologi : Agora (Public Space),
Bouleutorion(balai dewan) , Gymnasium (sekolah), Megaron (rumah), Pastanium
(kantor walikota), Pantheon (kuil) Stadion dan Teather.
 Keprofesian : Belum ada, bersifat seniman, penyeimbangan masyarakat, spiritualis,
institusi kemasyarakatan.

Yunani memiliki tioplogi wilayah berbukit yang memisahkan beberapa suku,


kemudian suku-suku tersebur mulai terorganisir dan membentuk suatu polis(negara
kota) dan menjalankan pemerintahan denga cara demokrasi.
Beberapa polis terkenal seperti Aerega, Athena, Doria, Ionia, Myconos,
Olimpia, Sparta DLL. Selain itu tipologi berbukit itu juga menjadikan Yunani kaya
akan batu, sehingga banyak material bangunan yang menggunakan batu.
Yunani dalam perkembangan peradabannya pun cukup pesat, sudah lama
mengenal tulisan dan mengenal tulisan dan mulai mengembangkan rasio manusia.
Masyarakat Yunani sudah lumrah dalam membicarakan filsafat yang mengedepankan
politik, sains dan seni dalam obrolannya sehari-hari. Selain itu masyarakat Yunani pun
memilki kepercayaan pagan politheisme dengan dewa tertinggi Zeus (dewa langit),
Poseidon (dewa laut) dan Hades (dewa bawah tanah).
Arsitekrur vernakular Yunani adalah berupa Megaron (rumah tinggal) yang
terbuat dari kayu dan menerapkan rasionalisme keindahan dalam desainnya. Megaron
inilah yang kemudian menjadi preseden dalam membuat arsitektur tradisional Yunani
(baik itu berupa tempat pemerintahan, tempat peribadatan, dll) Partheon (kuil paganism
Yunani) adalah salah satu contoh tradisional Yunaniyang nantinya akan menjadi
langgam arsitektur klasik Yunani dan masih digunakan hingga kini.
Arsitektur klasik Yunani selain partheon adalah agora (public space, selasar
tempat masyarakat berinteraksi yang terdapat di jalanan), bouleterion (balai dewan),
gymnasium (sekolah), pastanium (kantor walikota), stadion dan teather. Bangunan-
bangunan di Yunani menggunakan prinsip post linthel yang merupakan penemuan
struktural pertama yakni dua kolom yang mendukung unsur horizontal. Stoa (kolom)
merupakan elemen arsitektural estetis yang di tonjolkan sehingga kedepannya di
beberapa polis setiap kolom memiliki ciri khasnya sendiri seperti doric(dari doria),
ionic (dari ionia), dan corintian (dari corintia). Kolom-kolom tersebut dibangun
menggunakan rasionalitas masyarakat Yunani yang kemudian di bakukan dalam sebuah
aturan desain yakni golden section dan greek order.
Filsafat berawal ketika manusia berusaha memahami dunia dengan
menggunakan perangkatyang melekat pada diri manusia (hati dan perasaan), bukan lagi
semata keyakinan. Yakni kebenaran adalah hal relatif, tergantung pada persepsi dan
interpertasi manusia, dan kebenaran hanya dapat di peroleh dengan cara
mempertanyakan, menghaluskan pengertian dan menguji. Beberapa filusuf yang
terkenal diantaranya Aristoteles, Democritus, Plato, Socrates dll.
Filsafat dalam pemahamannya melahirkan paradigma baru mengenai
kesempurnaan, suatu persepsi yang banyak di implementasikan dalam kehidupan
masyarakat Yunani, sedangkan untuk desain persepsi tersebut berupa :
 Kualitas penghalusan dan pengujian karya manusia : puisi, musik, kriya, patung dan
arsitektur.
 Tujuan setiap karya adalah bentuk, detail dan rekayasa yang mencerminkan
kesempurnaan manusia.
 Keseimbangan simetri merupakan sesuatu yang ideal
 Dalam arsitektur, bangunan menampilkan keseimbangan antara elemen vertikal
(kolom) dan elemen horizontal (balok) antara aksi dan istirahat dan geometri yang
sempurna.

Ilustrasi kolom pada Athens Parthenon yang di gembungkan sebagai ilusi mata
untuk memperlihatkan kolom yang lurus jika bangunan tinggi tersebut dilihat dari
depan, hal ini menunjukkan hebatnya rasio peradaban ini.
Dalam sejarah tidak diketahui siapa pembuat partheon dan arsitektur
tradisional Yunani lainnya, karena pada saat itu profesi arsitek belum ada dan
pembangunan dilakukan secara bersama (guilda) dan di pimpin oleh seorng pemuka
masyarakat.

2. Arsitektur Romawi
 Budaya : Imperium, etruska, nasionalis
 Nilai : Helenisme
 Preseden : Arsitektur Yunani
 Contoh : Rome Pantheon, Italia; Maison Carree, Prancis
 Warisan : Kanonik: roman order, geometri, harmoni, proporsi, tektonik, entelekti;
Tipologi: rumah, pantheon (kuil), benteng, aquaduct, kuil, kuburan, stadion, thether,
sekolah, hypocaust, (bagian servis permandian) apodyterium (permandian air
hangat) frigidarium (permandian air hangat), Calidarium (permandian air hangat) ;
Struktur : arch, vault, dome ; Material: batu bata.
 Keprofesian : Sedikit, bersifat insinyur, asritek terkenal marcus vitruvius pollio.
Romawi adalah bangsa yang bertetanggaan dengan Yunani. Kelak Yunani akan
jatuh dan menjadi bagian dari Romawi ketika satu persatu wilayah Yunani di
pindahtangankan oleh Romawi dan Kuda Trojan adalah saksi sejarah leburnya Yunani.
Kelak Romawi dengan semangat helenismenya dalam menyebarkan kekuasaan akan
membentuknya menjadi imperium. (negara multinasional) etruska (negara multietnis)
dan membina masyarakatnya berjiwa nasionalis dan patriotik.
Romawi kedepannhya banyak membawa nilai-nilai Yunani daei segi
pemerintahannya, kepercayaannya bahkan arsitekturnya. Romawi menjadi negara
imperium dengan bentang yang lebar persatuan dari banyak polis di bawahnya.
Memiliki kepercayaan resmi pagan politheisme hasil adopsi dari kepercayaan Yunani
(dewa langit, laut dan bawah tanah) dengan nama yang berbeda, Zeus menjadi Jupiter,
Poseidon menjadi Neptunus dan Hades menjadi Pluto, meski kedepannya berubah
menjadi Kristen imam paulus. Helenisme, semangat patriotik masyarakat Romawi di
sebar luaskan dengan meluasnya daerah imperium dan dari peristiwa itulah nilai-nilai
klasik Yunani yang kemudian di adaptasi menjadi nilai klasik Romawi tersebar di
semenanjung Eropa Barat, daratan Afrika Utara, hingga padang Arap dan Persia,
membentuk sebuah budaya metropilis, adikuasa, serta mutahir dalam segi teknologi.
Helenisme Romawi sedikit mengusari nilai rasionalisme Yunani. Budaya di
sebarluaskan begitu saja tampa adanya pendalaman logika sehingga penerapannya
dalam arsitektur fungsi-fungsinya lebih profan, urban, dan dengan estetika yang lebih
ekletik dan merdeka.

Arsitektur klasik Romawi berkembang dari arsitektur klasik Yunani dan


beberapa arsitektur lain tenggan imperium ini seperti arsitektur Mesopotamia, sehingga
lahir tipologi denah dan teknologi baru dalam arsitektur. Arsitektur klasik Romawi
berupa berupa basilika (pengembangan parthenon) panthenon (parthenon dengan
tipologi denah lingkaran), benteng, aquaduct, kuburan, stadion, theater, sekolah,
hypocaust (bagian servis permandian), apodyterium (permandian air hangat),
frigidarium (permandian air hangat ), calidarium (permandian air hangat).

Arsitektur klasik Romawi memiliki banyak jenis permandian karena dalam


budayanya bath (permandian) adalah tempat berinteraksinya masyarakat, seperti agora
bagi masyarakat Yunani sebelumnya. Dalam pengembangannya arsitektur klasik
Romawi mengembangkan roman order (dari greek order), tipologi baru berupa
parthenon (partheon dengan tipologi denah lingkarang), pergamon partheon yang lantai
dasarnya ditinggikan), teknik kontruksi baru seperti arch, vault, dome yang semua
kebanyakan di terapkan dari arsitektur mesopotamia, serta penemuan material baru batu
bata, karena arsitektur klasik Romawi masih mengadopsi arsitektur Yunani namun
bukan lagi menggunakan batu sebagai materialnya (kekayaan SDA yang berbeda).
Masih sama seperti kebanyakan arsitektur Yunani, arsitektur Romawi hampir
seluruhnya anonim karena di kerjakan bersama atas perintah penguasa dan belum adanya
profesi arsitek. Budaya akan profesi arsitek pun mulai di ubah dengan adanya Marcus
Vitruvius Pollio, seorang insinyur militer dan penulis buku Ten Books of Architecture yang
banyak membahas teori arsitektur secara lengkap termasuk dalam segi keprofesian. Kalimat
terkenal dari bapak arsitek ini ke depannya menjadi definisi arsitektur secara umum yakni
venustas (keindahan), utilitas (kegunaan), dan firmitas (kekokohan). Dengan adanya karya
virtuvius lahirlah keilmuan dan keprofesian arsitektur seperti saat ini.

3. Teori Arsitektur Klasik


Arsitektur klasik merupakan ungkaoan dan gambaran perjalanan sejarah
arsirektur di Eropa yang secara khusus menunjuk pada karya-karya arsitektur yang
bernilai tinggi dan firs class. Disebutkan demikian karena karya-karya ini
memperlihatkan aturan atau pedoman yang ketat dan pertombangan yang hati-hati
sebagai landasan berpikir dan mencipta karya tersebut. Rentang waktu zaman ini
adalah dari abad pertama sampai dengan abad ke-14 dengan hembusan angin
romantisism (sebelum masyarakat Eropa memasuki zaman Renaissance sampai
dengan pesan dan gerakan Rationalism yang kuat).
Predikat kata suatu klasik diberikan pada suatu karya arsitektur yang secara
inheren (terkandung dalam benda tersebut yang secara asosiatif seolah-olah selalu
melekat dengannya) mengandung nilai-nilai keabadian disamping ketinggian mutu dan
nilainya. Teori arsitektur klasik dengan demikian merupakan suatu perwujudan karya
arsitektur yang di landasi dan di jiwai oleh gagasan dan idealisme. Teori vitruvius
khususnya pada suatu kurun waktu sesudah vitruvius sendiri meninggal dunia.
Bangunan parthenon di Athena dan Pantheon di Roma merupakan contoh yang
sangat baik dari perwujudan teori arsitektur klasik yang dengan sikap kehati-hatian dan
seksama mempertimbangkan prinsip-prinsip order, geometri dan ukuran-ukurannya,
disertai dengan kehalusan seni “craftmanship”. Perlu diketahui bahwa bangunan ini
mengalami masa pembangunan yang lama, dari saat awal kontruksi, revisi, perbaikan
dan penyelesaian berkali-kali sehingga sampai pada bentuk akhirnya bisa mencapai
lebih dari 200 tahun. Tradisi berarsitektur yang diawali oleh vitruvius ternyata
berlanjut terus dalam zaman arsitektur klasik ini.
Despositio adalah kegiatan-kegiatan yang berhubungan dengan survei lapangan
ataupun pekerjaan pada tapak yang ada, lantai dan pondasi. Venustas adalah
berhubungan dengan elemen-elemen yang di tambahkan pada bangunan demi
memenuhi hasrat akan rasa keindahan melalui seni ornamen atupun dekorasi. Uraian
seperti ini menunjukkan sudah adanya pergeseran pandangan dari teori vitruvius.
Lebih jauh isodore menyatakan apa itu order sebagai berikut: “kolom, dinamakan
begitu karena tinggi dan bulat, menopang seluruh berat badan bangunan yang ada,
ratio atau proporsi yang lama menyatakan bahwa lebarnya adalah sepertiga dari
tingginya. Dikenal 4 jenis kolom yaitu : Doric, Ionic, Tuscan, Corinthian, yang
berbeda-beda satu dengan yang lain dalam ketinggian dan diameternya. Jenis ke-5
dinamakan ATTIC yang berpenampang persegi 4 ataupun lebih besar dan dibuat dari
bata-bata yang disusun”. (isodore dalam varro).
Pendapat isodore ini dapat merupakan sejumlah aturan dan norma bagi karya-
karya arsitektur sesudahnya. Nilai-nilai arsitektur klasik dapat juga kita temukan pada
bangunan-bangunan gereja yang sudah mengawali pertumbuhan dan perkembangan
sebagai agama yang baru dan menyebar hampir keseluruh benua Eropa saat itu. Salah
satu bangunan tersebut adalah,Hagia Sophia yang di gambarkan dalam suatu konteks
urban saat itu sebagai berikut : “demikianlah bangunan gereja ini berusaha
memberikan sajian bentuk yang menakjubkan. Sebab gedung ini menggapai keatas
langit sampai awan dan begitu menonjol diantara bangunan-bangunan yang lain, dari
atas gereja ini dapat melihat kebawah seluruh pelosok kota konstatinopel, tetapi dilain
pihak sedemikian bersinar dan indah serta megah khususnya dalam wawasan
perspektivis “Bird Eye View”. Dan semuanya ini menjadi lengkap dan sempurna
dengan di pergunakannya bangunan ini untuk kegiatan upacara keagamaan” (isodore
dalam varro, 19xx).

Teori arsitektur klasik ini kemudian berlajut hingga jaman Gothic. Dan untuk
meresapkan dan mengerti arsitektur Gothic inidiperlukan gambaran suasana
masyarakatnya pada saat ini dimana timbul spirit kejiwaan yang berusaha mencari
hakekat sifat-sifat tuhan yang ilahi. Spirit kejiwaan ini di tuangkan dalam suatu tema
“cahaya keilahian dalam ruang arsitektur” (Ven, 1991), kualitas ruang arsitektur klasik
gotic ini dinyatakan sebagai konsep kebeningan yang antara lain dapat dilihat pada
bentuk-bentuk jendela mawar stained-glass (rosetta) ataupun karya seni kaca tima
lainnya.
Hal inilah yang diapresiasikan sebagai prinsip transparansi dalam usaha
mengerti dan menangkap “ cahaya yang datang dari luar”. Di lain pihak ada karya-
karya gereja Gothic yang meminimalisir banyaknuya cahaya yang datang, atau bahkan
ada semacam peningkatan sensasi persepsional sampai ke tingkat imaterial. Beberapa
contoh bangunan arsitektur Gothic ini adalah Gereja Katedral Amiens, Katedral
Rouen, Katedral St.Dennis Abby, Katedral Reims, Katedral Ulm dll. Unsur atau
bagian lain dalam kelompok arsitektur klasik barat yang tak kalah pentingnya adalah
arsitektur Byzantine, arsitektur Borokue dan Rocobo serta arsitektur Arabesque
(dimunculkannya imbuhan kata Barat karena dalam zaman yang sama disunia Timur
juga di ketemukan karya-karya arsitektur sejenis, yang setingkay dan mengagumkan
tetapi mengandung pemikiran dan nilai-nilai yang berbeda, seperti Candi Boronudur,
Candi Perambanan, Candi Angkor). Kita dapat menyatakan bahwa bangunan-
bangunan ini sebagai objek arsitektur adalah bersifat massive-tertutup, karena
terisolasikan dari ruang sekitarnya, bahwa secara eksterior orang-orang dapat
berkeliling melihatnya. Dan karena itu, yang terpenting dan teristimewah dalam
mewujudkan identitas bentuk adalah pengolahan tampak dan tampilannya, pengolahan
sudut-sudutnya, pengolahan pertemuannya dengan tanah dan ketinggiannya yang
menembus langit. Demikian juga terlihat dengan jelas konsep-konsep artikulasi dan
kontinuitas. Ada 4 jenis pengolahan sudut, yaitu artikulasi dengan elemen “relief”
dengan sudut negative, dengan sudut yang tajam seperti garis, dan dengan sudut yang
di lengkungkan, diamana semua ini dapat diketemukan secara konsisten pada bagian
bawahnya maupun pada bagian atasnya/mahkotanya. Munculnya rasa tertarik dan
kagum pada diri orang yang mengalaminya akan obyek arsitektur ini dan lingkungan
sekitarnya, sedang bagi seorang arsitek dan menyadarkannya bagaimana pentingnya
gaya-gaya gravitasi yang sedemikian besar dapat di salurkan ke tanah.

B. Arsitektur Modern
1. Sejarah Arsitektur Modern
Pengertian arsitektur modern adalah :
a. Hasil pemikiran batu mengenai pandangan hidup yang lebih “manusiawi” yang
diterapkan pada bangunan.
b. Tolalitas daya, upaya dan karya dalam bidang arsitektur yang di hasilkan dari
alam pemikiran modern yang dicirikan sikap mental yang selalu menyisipkan hal-
hal baru, progresip, hebat dan kontemporer sebagai pengganti dari tradisi dan
segala bentuk pranatanya.
c. Arsitektur yang ilmiah sekaligus artistik dan estetik, atau arsitektur yang artistik
dan estetik yang dapat di pertanggungkan secara ilmiah.
Arsitektur modern tidak bermula dengan revolusi yang tidak dengan tiba-tiba
membuang yang pra modern dan menggantinya dengan geometris sebagai satu-
satunya rupa arsitektur, tetapi secara setahap demi setahap menghapuskan ornament-
ornament dan dekorasi yang di gantikan oleh geometri. Arsitektur diketahui telah
berkembang lebih kurang setengah abad, berawal kira-kira tahun 1920 hingga 1960.

Pendorong pertumbuhan arsitektur modern yaitu antara lain:


 Pendidikan formal mengajarkan dan mendorong peikiran modern
 Adanya fungsi-fungsi kebutuhan baru yang mendesak (istana/puri keagamaan,
pabrik, kantor, stadiun, dsb).
 Penggunaan bahan dan penanganannya sangat mudah, karena segala sesuatunya
sangat mudah, karena segala sesuatunya dibuat, direncanakan didalam pabrik.
 Adanya promosi tentang keberadaan arsitektur modern melalui pemeran-
pemeran, publikasi dan perdebatan.
 Perencanaan suatu bangunan dimulai dari kebutuhan dan kegiatan, tidak dari
bentuk luar. Sehingga manusia dapat menuntut apa yang dibutuhkan secara
mutlak.
Arsitektur modern mulai berkembang sebagai akibat adanya perubahan dalam
teknologi ,sosial, dan kebudayaan yang dihubungkan dengan revoolusi industri (1760-
1863) . Pada umumnya perubahan-perubahan di dalam bidang arsitektur selalu
didahului dengan perubahan dalam masyarakat karena itulah revolusi iduststri juga
berakibat pada perubahan dalalam masyararakat yang mempengaruhi timbulnya
arsitektur modern yaitu :
a. Perubahan dalam bidang teknologi bangunan terutama dalam bidang kontruksi
atau struktur bangunan (1775-1939).
b. Perubahan para perkotaan atau kota-kota (1800-1909).
c. Perubahan dalam kebudayaan yang menyangkut gaya neoklasik (1750-1900)
Adapun tenggang waktu berkembangnya arsitektur modern yaitu sebagai berikut :

I. Periode 1 (1900-1929)

Mulai tahun 1890-an sampai dengan 1930-an terjadi sejumlah


pertentangan dalam dunia arsitektur yang di tunjukkan melalui munculnya
berbagai eksperimen yang dilakukan oleh perorangan maupun kelompok,
ekdperimen tersebut, di ungkapkan sebagai sebuah pertentangan yang mana di
butuhkan 40 tahun untuk mengubah arsitektur menjadi sekarang apa yang
dikenal sebagai arsitektur modern. Hal ini menjadi pertentangan tersebut antara
lain : arsitektur sebagai art vs arsitektur sebagai science, arsitektur sebagai form
vs arsitektur sebagai space, arsitektur sebagai craft vs arsitektur sebagai
assembly dan arsitektur sebagai karya manual vs arsitektur sebagai karya
machinal.

Arsitektur modern mulai menonjol setelah PD 1 (1917) bersamaan


dengan hancurnya sarana, prasarana dan ekonomi. Konsep ruang arsitektur
sebelumnya dititik beratkan hanya pada kegiatan, emosi dan kemuliaan, maka
pada masa ini faktor terbentuknya ruang juga di tunjang faktor komposisi, rasio,
dimensi manusia. Mulai berkembang konsep “free plan”, atau “universal plan”,
yaitu ruang yang ada dapat di pergunakan untuk berbagai macam aktifitas, ruang
dapat di atur fleksibel dan dapat di gunakan fungsi apa saja. “Typical Concept”
mulai berkembang yaitu ruang-ruang dibuat standar dan berlaku universal.

Penggunaan konsep ekonomis mulai diterapkan. Efisiensi dalam


penggunaan bahan mulai nampak yaitu terlihat dengan munculnya bentuk-
bentuk kubus, terutama pada bangunan bertingkat tinggi antara (arsitektur “kotak
korek” dengan menggunakan jendela kaca yang lebar dan menerus.

Pemakaian bahan terutama “baja, beton dan kaca” dengan bentuk polos.
Ornamen dianggap sebagai suku kejahatan. Arsitektur modern berarti putusnya
hubungan dengan sejarah dan daerah. Selalu ingin universal (karena industri,
ilmu pengetahuan dan teknologi yang bersifat universal) dan juga manusianya.
(gaya universal sebagai international style). Pada bulan september 1930 telah
diadakan suatu konggres oleh CIAM (Congres Internationaux d’Architecture
Moderne) yang hasilnya adalah : Arsitektur modern adalah pernyataan jiwa dari
suatu masa dapat menyesuaikan diri dengan perubahan sosial dan ekonomi yang
di timbulkan zaman mesin. Yaitu dengan mencari keharmonisan dari elemen-
elemen modern serta mengembalikan arsitektur pada bidangnya (ekonomi,
sosiologi dan kemasyarakatan) yang secara keseluruhan siap melayani umat
manusia. Konsep baru dan sangat mendasar dari arsitektur modern antara lain
adalah FORM FOLLOWS FUNCTION yang di kembangkan oleh Louis
Sullivan (Chicago) dengan beberapa ciri sebagai berikut:

a. Ruang yang dirancang harus sesuai dengan fungsinya


b. Struktur hadir secara jujur dan tidak perlu dibungkus dengan bentukan masa
lampau (tanpa ornamen)
c. Bangunan tidak harus terdiri dari bagian kepala, badan dan kaki
d. Fungsi sejalan atau menyertai dengan wujud

Tokoh pada periode 1 ini antara lain:


 Louis Sullivan

 Frank Lloyd Wright

 Le Corbusier

 Walter Gropius

 Ludwig Mies Van de Rohe


II. Periode 2 (1930-1939)

Pada periode 2 perkembangan arsitektur modern sudah sampai keseluruh


Eropa, Amerika dan Jepang yang mana masing-masing daerah mempunyai
perbedaan iklim, keadaan tanah, corak tradisi yang bisa memengaruhi apresiasi
bentuknya. Perkembangan metode hubungan ruang, bentuk, bahan dan struktur
tidak lagi bersifat universal, akan tetapi mempunyai hubungan yang sangat erat
dengan tempat dimana bangunan itu didirikan, mempunyai hubungan erat degan
spesevikasi kedaerahan dan keregionalan. Karakteristik bentuk dan tampilan
dengan gaya International Style dari arsitektur modern pada periode ini diwarnai
oleh tipe-tipe tampilan baru, yaitu tampilan dengan memperhatikan penggunaan
bahan-bahan lokal atau setempat.

Pada prinsipnya arsitektur merupakan perpaduan antara keahlian,


perkembangan teknologi, industri serta seni dengan faham kedaerahan (manusia
dan lingkungan) dengan tidak mengurahi rasa kesatuan yang disebut
kemanusiaan, akal dan seni dari arsitektur modern. Hal ini adalah keberanian
untuk menyalahi zamannya. Hanya dengan perancangan yang objektif dan
ketelitian dalam penampilan bahan-bahan asli maka bahaya gagalnya
perancangan dapat dihindari, namun demikian karya seperti ini masih banyak
dikritik dan di salah artikan.

Tokoh arsitektur yang menonjol pada periode 2 ini adalah :

 Alvaro Aalto

 Arne Jacobsen
 Oscar Niemeyer

Tokoh-tokoh pada periode 1 juga dengan tetap atau terpengaruh oleh


pemikiran periode 2, demikian juga pada periode selanjutnya.

III. Periode 3 (1945-1958)

Perang dunia 2 (1941-1945) menimbulkan kerusahaan pada gedung-gedung dan


rumah tinggal, menyebabkan faktor-faktor kebutuhan manusia akan rumah
tinggal dan gedung-gedung menjadi latar belakang pada periode ini. Karena
kerusahan akibat perang tersebut perlu di bangun kembali maka usaha untuk
mempercepat pembangunan antara lain dengan fabrikasi komponen bangunan
yang lebih ekonomis dan rasional sesuai dengan tujuan revolusi industri.
Konsekuensi dari pandangan tersebut antara lain ornamen di anggap sebagai
suatu kejahatan dan klassisme baru yang perna dipakai oleh kaum fasis dan nazi
menjadi simbol negatif dan perlu di tolak.

Dalam sejarah arsitektur berakhirnya perang dunia 2 membawa


perjalanan arsitektur dapat dibaca dari dua sisi yang saling berlawanan yakni :

a. Bagi mereka yang berpihak pada teknologi dan industrialisasi tahu 1950-an
dikatan sebagai titik puncak kejayaan arsitektur modern. Dimana tahun 50-
an disebut mass production (produksi bahan bangunan oleh pabrik). Dalam
hal ini mereka menerapkan kecepatan dalam membangun (pabrikasi
komponen bangunan), efisien, ekonomis, dan rasional. Penekanannya pada
rasionalitas. Bangunan yang demikian ini dianggap bersifat internasiona.
b. Bagi mereka yang menempatkan arsitetur sebagai karya yang estetik dan
aristik, tahun 1950-an dilihat sebagai titik awal kemorosotan arsitektur
modern dengan alasan antara lain :
 Karena arsitektur telah kehilangan identitas atau ciri individual
perancangannya. Tahun-tahun itu, nama yang di kenal orng adalah
nama biro-biro arsitektur bukan arsiteknya.
 Walaupun arsitektur menjadi sangat demokratis, dalam masyarakat
tidak bisa di hilangkan adanya hirarki atau kelas-kelas. Maka kata-kata
demokratis itu sama saja bohong.
 Dengan maraknya produksi massal pabrik-pabrik dapat menghasilkan
bahan-bahan bangunan yang sejenis atau mirip tapi dengan kualitas
yang berbeda.
 Karena penekanan perancangan pada space, maka desain menjadi polos.
 Keseragaman bentuk yang geometris menyebabkan pemandangan yang
di harmoni, tidak menyatu dengan lingkungan. Terutama di Eropa
dimana bentukan yang geometri dianggap merusak dan memperburuk
wajah lingkungan yang masih kental dengan wajah-wajah neoklasik
atau pramodrn.
 Dengan hilangnya batas dunia, mengakibatkan hilangnya privacy.
Contoh: di terapkannya open plan yang berarti anti privacy.

Ekspresi bentuk massa bangunan serta materi yang dominan pada


periode ini dapat digabi atas:
 Bentuk curvelinier geometris yang plastik dengan penggunaan bahan
dan struktur utama pada umumnya beton serta struktur atap baja.
 Bentuk geometri (kubus, prisma) umumnya menggunakan baja sebagai
struktur utama dengan dinding kaca sebagai penutup
 Arsitektur landscape mulai di kembangkan, dengan menggunakan
bahan dan fungsi, sistem pencahayaan, bentuk masa dipengaruhi oleh
keadaan iklim, topografi dan sifat kenasionalan.
Tahun 50-an dikatakan sebagai puncak arsitektur modern karena di
sebabkan oleh:
 Karena tahun 50-an segenap filosofi dan prinsip arsitrktur sebagai
ilmu telah dapat diformulasikan dengan sempurna dari ide sampai
dengan realisasinya.
 Karya-karya arsitektur mampu dan sangat sempurna untuk
megekspresikan space atau ruang (ciri utama ruang adalah ada tapi
tidak dapat dilihat) yang diwakili oleh kaca lebar dan bidang-bidang
polos .

IV. Periode 3 fase 1 (1949-1958)

Pada periode ini penyatuan antara karakter bangunan dengan fungsi


perancangan tidak hanya mempertimbangkan bagian dalamnya saja tetapi juga
hubungannya dengan keadaan lingkungan dimana bangunan tersebut akan
berdiri.

Bangunan yang tercipta mencerminkan suatu dialogi dan teknologi, hal


ini terlihat pada penggunaan produk baru seperti baja, aluminium, metal, beton
pracetak. Yang penggunaannya dapat dibagi menjadi dua prinsip dasar yang
berbeda yaitu:

 Dilihat dari segi keindahan eksterior dan interior (estetika)


 Dilihat dari metode produksi (efisiensi)

Ciri-ciri lain pada bangunan masa ini adalah :

 Penggunaan bidang kaca yang lebar


 Penggunaan dinding penyekat yang diproduksi secara indistrial
 Permukaan bangunan mulai agak kasar (menjurus ke brutalisme)
 Sistem cantilever dengan tujuan unyuk mendapatkan lantai lebih luas

Ada 5 aliran yang berkembang pada masa ini (1950-an)


 Aliran penyederhanaan bentuk (minimalism) didalam kesederhanaan
berusaha mencapai efek yang kaya.
 Aliran bentuk sesuai dengan fungsi dan bahan bila ada bagian yang perlu di
tonjolkan sehingga ada variasi pada bentuk masanya.
 Aliran pernyataan bentuk melalui struktur (eksperimental atructure) bentuk
terlahir dari permainan gaya-gaya struktural segingga tercipta bangunan
yang istimewa bentuknya dan berkala besar’
 Aliran organik (organic archiecture) berusaha menghubungkan alam dengan
lingkungan kedalam pemecahan masalah arsitektural
 Aliran perubahan sikap terhadap zaman yang lampau, menggunakan
kembali langgam-langgam dari masa lalu yang sudah di permodern dan
disederhanakan.

V. Periode 3 fase 2 (1958-1966)


Setelah mengalami beberapa variasi sebagai akibat dari kemajuan teknologi dan
pandangan –pandangan pada fase 1 dan periode sebelumnya. Pada fase ini
timbul 2 aliran yang menonjol di Eropa dan Amerika yaitu:
a. Aliran “brutalisme” berasal dari beton brut (beton telanjang), yang dipakai oleh
Le Corbusier pada bangunan Unite d’Habitation di Marseilles. Bangunan yang
dibuat dengan gaya seperti ini yaitu menggunakan bahan bangunan yang kasar
seperti beton expose, batu bata kasar dan bahan lain yang sejenis termasuk di
dalam aliran ini.

Brutalisme mengalami dua fase yaitu:

 Brutalisme dalam antrian sempit dalam lingkungan Smitthsons (inggris)


lebih mementingkan etika dari pada estetika.
 Internasional Brutalisme, disini lebih bertujuan pada estetika.
b. Aliran “Formalisme” perancangan bangunan berdasarkan segi estetika, lebih
menonjolkan bentuk bangunan. Penampilan di pengaruhi oleh faktor emosi dan
perasaan dari estetik, bentuk luar tidak sesuai dengan fungsinya. Slogan “Form
follows function” dirubah menjadi “Form evoke function” (bentuk menciptakan
fungsi), bentuk adalah merupakan titik tolak perancangan. Formalisme di
pengaruhi aliran lainnya yaitu:
 Formalisme vs Brutalisme : bertitik tolak pemikiran yang sama yaitu
technical excellence, kekuatan teknik sebagai suatu cara untuk mencapai
keindahan ideal. (Paul Rudolph).
 Formalisme vs Neo-Historisme : di terapkan bentuk-bentuk masa lampau
yang tujuannya untuk mencapai estetika, perletakan masa simetris, ada
plaza di tengah dan penyusunan ruangnya sama abad X1X.

Faham dan aliran yang berkembang pada arsitektur modern memang


banyak, namun perbedaannya sangat tipis. Dan sering perbedaan ini lebih
banyak disebabkan oleh penekanan permasalahan yang berbeda, sedangkan inti
permasalahannya sama,yaitu ingin menciptakan arsitektur yang efisien. Maka
arsitektur modern dapat disimpulkan mempunyai ciri sebagai berikut :

 Terlihat mempunyai keseragaman dalam penggunaan skala manusia.


 Bangunan bersifat fungsional, artinya sebuah bangunan dapat mencapai
tujuan semaksimal mungkin, bila sesuai dengan fungsinya.
 Bentuk bangunan sederhana dan bersih yang berasal dari seni kubisme dan
abstrak yang terdiri dari bentuk-bentuk aneh tetapi intinya adalah bentuk
segi empat.
 Kontruksi diperlihatkan
 Pemakaian bahan pabrik yang di perlihatkan secara jujur, tidak diberi
ornamen atau di tempel-tempel.
 Interior dan eksterior bangunan terdiri dari garis-garis vertikal dan
horizontal
 Konsep open plan, yaitu membagi dalam elemen-elemen struktur primer dan
sekunder, dengan tujuan untuk mendapatkan fleksibelitas dan variasi di
dalam bangunan.

Karakter arsitektur modern, menurut Bruno Taut:

 Bangunan mencapai kegunaan semaksimal mungkin, menjadi syarat utama


dari bangunan.
 Material dan sistem bangunan yang digunakan ditempatkan sesudah syarat
diatas
 Keindahan tercapai dari hubungan langsung antara bangunan dan
kegunaannya, ketepatan penggunaan material dan keindahan sistem
kontruksi.
 Etika dari arsitektur baru tida mengenal perbedaan antara depan dengan
belakang, facde denga rencana lantai jalan dengan halaman dalam tidak ada
detail yang berdiri sendiri tetapi merupakan bagian yang di perlukan bagi
keseluruhan
 Pengulangan tidak dianggap lagi sebagai suatu yang harus di hindarkan
tetapi merupakan alat yang penting dalam ekspresi aritistik.

2. Periode Sejarah Arsitektur Postmodern


Pengertian Arsitektur Postmodern
 Arsitektur yang sudah melepaskan diri dari aturan=aturan modernisme. Tapi
keduanya masih eksis
 Anak dari arsitektur modern keduanya masih memiliki sifat atau karakter yang
sama
 Koreksi terhadap kesalahan arsitektur modern. Jadi hal-hal yang benar dari
arsitektur modern tetap dipakai
 Merupakan pengulangan periode 1980-1930
 Arsitektur yang menyatu padukan art dan science, craft dan technology
internasional dan lokal. Mengakomodasikan kondisi-kondisi paradoksal dalam
arsitektur
 Tidak memiliki hubungan sama sekali dengan arsitektur modern

Arsitektur post modern lahir karena beberapa hal antara lain arsitektur modern
di permalukan karena begitu tidak menghargai sejarah kemudian terjadinya gerakan
internasional mahasiswa diberbagai negara dengan tujuan secara umum yang sama
yaitu menuntut kebebasan karena sebelum masa pemberontakan tersebut pada
umumnya pusat-pusat intelektual atau sekolah-sekolahsecara politik dikuasai
pemerintah sehingga melalui gerakan mahasiswa ini kemandirian mahasiswa di
haragai.

Post modern timbul pada saat aliran modern sudah mencapai klimaks
pertumbuhannya dan sebagai suatu aliran baru yang merupakan perubahan dratis
arsitektur modern dan internasional style. Reaksi lain yang timbul adalah slogan.
‘Less is More’ diubah menjadi ‘Less is Bore’ oleh Venturi. Istilah post modern
pertama kali oleh Arnold Toynbee, tetapi bukan dalam konteks arsitektur.

Kemudian dipondahkan dalam konteks arsitektur oleh arsitek Joseph Hudnut


pda tahun 1949 dan kemudian Goeffrey Barraclouyh (sesudah Toynbee) yaitu untuk
menggambarkan suatu jaman yang penuh dengan keanekaragaman dalam peradaban
yang saling berdampingan satu dengan yang lainnya.

Ciri-ciri umum arsitektur postmodern: untuk memperjelas pengertian


arsitektur postmodern Charles Jencks memberikan daftar ciri-ciri sebagai berikut :

1) Ideological, adalah suatu konsep bersistem yang menjadi asas pendapat untuk
memberikan arah dan tujuan. Jadi dalam pembahasan arsitektur postmodern
ideological adalah konsep yang memberikan arah agar pemahaman arsitektur
postmodern bisa lebih terarah dan sistematis.
2) Stylitic (ragam), adalah gaya suatu ragam (cara, rupa, bentuk dan sebagainya)
yang khusus. Pengertian gaya-gaya dalam arsitektur postmodern adalah suatu
pemahaman bentuk, cara, rupa dan sebagainya yang khusus mengenai arsitektur
postmodern.
3) Design Ideas, adalah suatu gagasan perancangan. Pengertian ide-ide desain dalam
arsitektur postmodern yaitu suatu gagasan perancangan yang mendasari arsitektur
postmodern.
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan

Arsitektur klasik adalah gaya bangunan dan teknik mendesain yang mengacu
pada zaman klasik Yunani, seperti yang digunakan di Yunani kunodan periode
Helenistik dan Kekaisaran Romawi. Arsitektur klasik dari bangsa yunani merupakan
dasar dari bangunan-bangunan klasik saat ini. Dari mulai masa kejayaan yunani kuno
sampai kejatuhan kerajaan romawi, banyak bangunan-bangunan besar yang di bangun
menggunakan keahlian arsitektur handal.

Arsitektur modern adalah sebuah sesi dalam perkembangan arsitektur dimana


ruang menjadi ruang utama untuk diolah. Jika pada masa sebelumnya arrsitektur lebih
memikirkan bagaimana cara mengolah farace, ornamen dan aspek-aspek lain yang
sifatnya kualitas fisik, maka pada masa arsitektur modern kualitas non fisiklah yang
lebih di pentimgkan. Fokus dalam arsitektur modern adalah bagaimana memunculkan
sebuah gagasan ruang, hingga akhirnya di artikulasikan dalam penyusunan elemen-
elemen ruang secara nyata.

DAFTAR PUSTAKA

 http://annasmaulana.blogspot.com/2013/05/sejarah-arsitektur-arsitektur-
klasik.21.html
 http://rurucoret.blogspot.com/2008/12/architecture-modern.html
 http://alexnova-alex.blogspot.com/2011/06/teori-arsitektur-klasik.html
 https://1301313y.wordpress.com/2009/02/01/pengertian-arsitektur-
modernpostmoderndekontruksi/

Anda mungkin juga menyukai