Arsitektur tidak hanya sebuah karya seni, juga sebagai ilmu tentang
bangunan karena itu harus dimengerti pula tentang : bentuk, dekorasi,
fungsi dan latar belakang sejarah, tujuan pembangunan, konstruksinya,
cara dan teknik membangunnya.
Awal peradaban ?
Awal peradaban ditemukan di Mesir, Mesopotamia dan pulau-pulau di
sebelah timur laut Medeteranian sekitar 7.000 tahun yang lalu . Monumen
tertua di Mesir adalah Piramid Cheops ( + 2570 BC ).
Orang Mesir Kuno membangun menggunakan system post and lintel (
tiang dan balok ) dalam system ini penempatan tiang relative dekat
karena balok-balok batu paling panjang 12-13 kaki , sehingga dihasilkan
ruang yang sempit dan panjang . Sistem ini disebut : hypostyle hall dan
konstruksi seperti itu masih dilanjutkan pada zaman Yunani Kuno.
Dalam system/konstruksi seperti ini atap yang menggunakan papan-papan
batu didukung seluruhnya oleh kolom, kolom dan tembok berhubungan
satu sama lain, menyebabkan ruangan & lantai sempit, karena dua barisan
tiang ( kolom ) yang tingginya sekitar 25 kaki. Atap bangunan rata dan
bertingkat, atap bagian tengah bangunan lebih tinggi dari atap sisi yang
lain. Sistem post and lintel kemudian berkembang/digantikan system
corbelling yang kemudian berkembang menjadi lengkungan ( arch ).
Orang-Orang Chaldean menemukan bentuk lengkungan ( arch ) melalui
perkembangan corbel, yaitu serangkaian proyeksi balok-balok batu atau
bata yang dipasang lebih menonjol dari balok batu ( bata ) dibawahnya
dari dua sisi ( arah ) dan akhirnya bertemu di tengah.( lihat visual )
Arsitektur klasik dan tradisional ?apa bedanya ?
Arsitek klasik dibangun karena dorongan agama dan kekuasaan,
konsepnya jelas dan kongkrit , terbentyuk oleh pengalaman dan dipelajari,
misalnya tentang : proprsi, komposisi, dan keindahan. Arsitektur klasik
adalah gaya arsitektur yang mengutamakan kesimetrisan bentuk ruang,
maupun unsure bangunan dan order . Arsitektur tradisional didasarkan
pada intuisi dan kebiasaan yang diwariskan , konsepnya abstrak ,
berdasarkan hal-hal yang bertsifat ritual, religious-magis, kepercayaan
yang dianut dan mengikat.
Oleh karena itu maka setelah tahun 1920 ( abad XX) ada dua aliran baru
dalam perkembangan arsitektur di Hindia Belanda , yaitu :
1). Arsitektur Indis dengan tokoh-tokoh antara lain : Maclaine Pont,
Thomas Karsten dll;
2) Arsitektur Modern disesuaikan dengan teknologinya dengan berbagai
gaya yang berkembang di Eropa dan Amerika . Tokohnya antara lain
G.C. Citroen, C.P. Soemaker dll. Gaya ini disebut International style (
Belanda : Nieuwe Bouwen ). Di eropa pada awal abad ke-20 muncul
berbagai gaya arsiktektur : misalnya Art Nouveau di Belgia atau disebut
juga De Styl atau Amterdam styl
Perkembangan gaya arsitektur colonial di Hindia Belanda tidak
sama.Menurut Koento ( 2008 ) gaya arsitektur bangunan colonial di kota
Bandung pada tempo dulu ( 1920-1940 ) adalah : Indische Empire Stijl,
Romantic Klasik dan Gaya Art Nouveau & Art Deco. Demikian pula di
Surabaya gaya arsitektur sebelum tahun 1870 adalah Empire Styl,(
contohnya : White House di Weltevreden ) , yaitu gaya gaya Neo-klasik
yang melanda Perancis pada waktu itu dan gaya ini tidak dikenal di
Belanda. Di Indonesia diperkenalkan oleh : Daendels, sedangkan setelah
tahun 1900 berkembang gaya : Art and Craft Ciri-ciri gaya Art & Craft
antara lain: bentuk gable/gevel pada tampak depan dominan; ada tower-
tower pada pintu masuk; gallery keliling bangunan untuk penyesuaian
iklim; orientasi bangunan sedapat mungkin menghindari arah-timur
barat; bentuk ramping ; ventilasi lebar; menggunakan hiasan-hiasan detail
setempat sehingga terkesan sebagai gaya eklektisme, suatu gaya yang
berkembang setelah PD.I )
Selain itu di Jakarta ada perbedaan antara gaya bangunan kolonial di Kota
Lama dengan bangunan di daerah Ommelanden misalnya di Weltevreden,
Meester Cornelis atau di Menteng. Bangunan-bangunan colonial di situs
Kota Lama Jakarta , secara kronologis dapat dibagi menjadi :
1) Bangunan-bangunan abad ke-18 ( 1701-1800 ) dengan ciri-ciri :
bertembok tebal; atapnya tinggi, tapi tidak terlalu curam; jendela
besar; daun jendela dari kayu utuh;
2) Bangunan-bangunan abad ke-19 ( 1801-1900 ) dengan ciri-ciri :
atap tinggi dan curan; mempunyai tembok pembatas yang menonjol
pada bagian atap; antar bangunan berhimpitan;
3) Bangunan-bangunan abad ke-20 ( 1901-1940 )
Untuk wilayah Weltevreden , penggolongan seperti di atas ( Kota Lama )
bisa dilakukan, tetapi untuk wilayah Meester Cornelis dan Menteng atau
Kebayoran tmungkin tidak bisa, mengingat Meester Cornelis, Menteng
sebagai wilayah pemukiman colonial muncul pada abad ke- 19 atau awal
abad kep-20.
Setelah tahun 1920 ada dua aliran baru dalam perkembangan arsitektur di
Hindia Belanda , yaitu :
1). Arsitektur Indis dengan arsitek-arsitek nya antara lain : Maclaine Pont,
Thomas Karsten dll;
2) Arsitektur Modern disesuaikan dengan teknologinya dengan berbagai
gaya yang berkembang di Eropa dan Amerika . Tokohnya antara lain
G.C. Citroen, C.P. Soemaker dll. Gaya ini disebut juga aliran International
Stijl ( Belanda : Nieuwe Bouwen ). Di eropa pada awal abad ke-20 muncul
berbagai gaya arsiktektur : misalnya Art Nouveau di Belgia atau disebut
juga De Stijl atau Amsterdam stijl
Salah satu jenis rumah tinggal ( woonhuis ) adalah rumah vila ( landhuis
atau country house ) aau rumah kebun ( tuin huis ). Menurut gayanya
landhuis-landhuis ini dibedakan menjadi :
1).Gaya Indis Tua ( Oud Indische Stijl ), ciri-cirinya sebgai berikut :
-atap rendah, teritisan menjorok ke depan;
-serambi luas; lantaui rendah;
-lorong membagi dua bangunan di dalam rumah;
Contoh : landhuis Simplicitas, landhuis Teluk Pecung; tapos, Cilodong,
Pondok Petung, Japan dan Rustenburg.
Catatan : menurut Djoko Soekiman, gaya ini meniru unsur rumah pribumi
yang dikembangkan sesuai dengan tuntutan: ketinggian bangunan,
keluasan rumah, kebutuhan cahaya, dan keteduhan di dalam rumah.
2).Gaya Belanda Tua/Kuno ( Oud Hollandsche Stijl ), cirri-cirinya
sebgai berikut -rumah besar dan bertingkat;
-diatas atap ada uilenziolder ( rumah kecil seperti perwujudan burung
hantu/kukubeluk) sebagai hiasan atau penyejuk ruangan;
-pada halaman belakang dibangun tempat tinggal untu para budak ( tidak
dikenal di Belanda )
-tertutup seperti rumah di Negara belanda yang berhawa dingin;
Contoh rumah Reiner de Klerk ( 1760 )
3).GayaKompeni ( Compagniestijl ), dengan ciri-ciri sebgai berikut :
-gaya Oud Holland tetgapi ada bagian yang dirubah disesuaikan dengan
iklim tropis;
-rumah seperti ini biasanya merupakan tempat tinggal penguasa/pejabat;
-bangunan bertingkat dengan ukuran besar;
-lantai bawah sisi depan dan belakang terbuka ( ciri utama gaya Indis );
-lantai bangunan atas tertutup ( ciri gaya Eropa )
Catatan : masih ada satu gaya lain yaitu bangunan-bangunan yang
perusahaan Perumahan Koptapraja ( Gemeentelijk Woningbedrif) , oleh
Jawatan Kereta Api dan Onderneming ( perkebunan ); ketiga gaya tersebut
di atas tidak ada kaitannya dengan kronologi .( Periksa : Djoko Sukiman,
Kebudayaan Indis Dan Gaya hidup Masyarakat Pendukungnya di Jawa.
( abad ke-XVIII Sampai Medio Abad XX), 1996.
Gereja Basilica
Basilica
Denah bangunan gereja pada awalnya mengikuti basilica, yaitu salah satu
bangunan terpenting bangsa Romawi yang berfungsi tempat pengadilan
dan pertukaran bisnis. Denahnya segi empat, bagian ( ruang ) tengah yang
panjang dan beratap tinggi disebut nave (gereja : ruang utama jemaat ),
dipisahkan/dibatasi oleh satu atau dua barisan kolom pada sisi kiri dan
kanan yang membentuk aisle ( gereja : ruang tambahan jemaat );,posisi
atap aisle lebih rendah dari atap nave sehingga pada clerestory (
tembok/dinding nave di atas atap aisle ) memungkinkan ditempatkannya
jendela yang disebut clerestory window ( lihat gambar ). Pintu masuk
utama berada pada salah satu ujung bangunan ( bagian depan ) sedangkan
pada ujung yang lain ( belakang ) tegak lurus dengan pintu utama terdapat
ruangan setengah lingkaran dengan lantai yang ditinggikan. Ruangan itu
disebut apse, di dalamnya terdapat kursi/podium tempat duduk para
magistrat. Di depan apse terdapat altar dimana upacara korban
dilaksanakan sebelum transaksi bisnis. Biasanya terdapat barisan kolom
atau balustrade memisahkan tribun dari ruang public.
Sebelum Raja Constantine meninggal, ia membagi kekaisaran Romawi
untuk kedua anaknya menjadi Romawi Barat ) berpusat di Roma dan
Romawi Timur (Byzantium ) berpusat di Constantinople . Pada abad ke-7
M bishop Roma diakui/diterima sebgai kepala gereja ( Paus ) sehingga
Paus menjadi penguasa Eropa. Posisinya sebgai kepala gereja yang
bersifat universal memberikannya kekuasaan dan prestise hampir sama
dengan kaisar/raja . Sementara itu di Romawi Timur ( Byzantine ) kaisar
merangkap sebgai kepala gereja, berakhir sampai dengan penaklukan
orang orang Turki ( kerajaan Osmani ). Pada tahun 1054 gereja Roma
terpisah dengan gereja Byzantine sehingga ada dua gereja yaitu Gereja
Katolik Romawi ( Gereja Barat ) dan Gereja Katolik Yunani ( Gereja
Timur ) .Sebab utamanya karena Gereja Timur ( Gereja Byzantine )
melarang penggunaan patung manusia ( Ikonoklasme ) meskipun
diizinkan dalam lukisan dan mozaik, ketika aturan ini ingin diterapkan di
Italia mendapatkan perlawanan dari orang-orang Itali para pencinta patung
yang sudah sejak sebelumnya ( sebelum memeluk Kristen )) tidak dapat
meninggalkan( memisahkan ) patung dalam sistem pemujaan
mereka.Aturan tersebut memiliki 2 efek langsung di bidang seni, yaitu:
berbondong-bondongnya seniman patung ( pematung) ke Barat dan
disisi lain dilibatkannya motif hias baru, yakni motif pohon hidup
dan figur-figur geometris. Pembuatan ornamen-ornamen dengan teknik
pahat inipun berkembang didorong dengan penemuan alat bor ( drill ),
dengan alat ini lubang-lubang yang dalam pada batu dapat dibuat untuk
memberikan efek dan latar belakang yang gelap. Menurut Joseph
Watterson, seni Byzantine adalah seni abad pertengahan di Timur,
seperti halnya Gothic yang merupakan seni abad pertengan di Barat.
Bangunan gereja diseluruh kekaisaran Romawi pada mulanya mengadopsi
denah basilica dengan menempatkan altar di ruang apse, Sebuah ruangan
kecil ditambahkan di sayap kiri-kanan untuk memberikan keluasan kepada
pendeta sehingga denah gereja berbentuk salib ( cruciform ) . Ruangan
yang memotong itu disebut bema, yang merupakan asal muasal ( embrio )
transept pada gereja-gereja Gothic ( Yunani ).Dengan bertambahnya
jumlah pendeta dan ritual berkembangnya menjadi lebih rumit dan rinci,
maka bema perlu diperluas, meninggikan lantainya dan dipisahkan
dengan ruang public oleh pagar kayu dengan sebuah mimbar pada setiap
sisinya.. Bagian gereja yang terletak antara sanctuary ( altar ) dan nave
ini disebut : choir, sedangkan pagar kayu yang memisahkannya dengan
nave ( ruang publik ) disebut : cancelli ( dari kata chancel ). Pada
gereja-gereja tua barisan tiang-tiang yang memisahkan nave dengan aisle
amat rapat karena dihubungan satu sama dengan entablature batu. Tetapi
pada gereja-gereja yang lebih muda tiang-tiang ini dihubungkan oleh
lengkungan-lengkungan sehingga menghasilkan ruang-ruang ( space
)yang lebih lebar atau jarak antara setiap kolom menjadi lebih
renggang.Dinding tembok di atas kolom menjulang tinggi mencapai kayu
atap dan nave mendapatkan cahaya melalui jendela-jendela clerestory. Di
bagian depan gereja terdapat sebuah atrium , diperoleh dari atrium-atrium
rumah pribadi; bagian atau sisi atrium yang menyambung dengan gereja
disebut narthex,( ruangan atau kamar peralihan antara luar dan dalam )
merupakan ruang/kamar depan (vestibule ) dari sebuah gereja berfungsi
sebagai ruang pertemuan ( rapat ) Dewan Gereja. Di tengah-tengah atrium
terdapat kolam atau pancuran tempat membersihkan diri sebelum masuk
ke gereja.Inilah adalah asal usul air suci yang ditempatkann pada narthex
gereja Ramawi saat ini. Tukang bangunan yang membangunan gereja
pada awalnya menggunakan material bangunan dari bangunan-bagunan
Romawi terutama patung ornamen dan kolom ( tiang ) marmer
berwarna yang diambil dari kuil-kuil, jika terlalu pendek tiang-tiang ini
ditambahkan pada bagian base-nya dan jika terlalu panjang dipotong. Pada
ruang apse biasanya terdapat a gigantic head ( kepala yang menyeramkan
atau masker ) atau patung Kritus dengan latarbelakang emas. Tokoh lain
yang sering direpresentasikan adalah orang-orang Suci dan para rasul (
apostle ). Gereja-gereja tertua dalam arsitektur gaya Romannes pada
umumnya rendah, gelap, dindingnya tipis terbuat dari bata atau batu-
batu kecil, pintu dan jendela kecil dengan lengkung bulat, tiang-
tiangnya berat dan gemuk ( tambun ) dengan kepala tiang ( capital )
yang tanggung. Denahnya mengikuti basilica dengan apse setengah
lingkaran . Bema diperluas kesamping ( sayap kiri dan sayap kanan )
sehingga denah gereja berbentuk salib ( cruciform plan ), Ruang sayap
kiri-kanan itu disebut : transcepts. Banyak gereja memiliki atap dari kayu
( timber ) pada bagian nave-nya, dindingnya tinggi untuk menempatkan
jendela ( clerestory window ) . Atap aisle yang rendah juga berbentuk
pelengkung ( vault ) baik kubah tong ( barrel vault ) atau lengkung rusuk
( groined vault ).
Dalam perkembangan selanjutnya, denah bangunan gereja tanpa atrium,
Denahnya berbentuk segi empat ( simetris atau asimetris ), salib, bulat,
polygonal, Sedangkan atapnya atap pelana ( atap yang memiliki dua sisi
miring ) tanpa atau dengan overstek atau overhang, ada yang curam ada
yang landai. Ada juga yang beratap kubah, limasan , tumpang dengan ciri
lokal local.
dan Kediri. Apakah benteng jenis dua dan tiga masih ada, perlu disurvai
lagi.
Daftar Pustaka ;
-Afifah Harisyah dkk., Eklektisisme Dan Arsitektur Eklektik, Prinsip dan
konsep Desain. Yogyakarta : Gadjah Mada University Press, 2007.
-Joseph Waterson, Architecture, A. Short History. New York : W. Norton
& Company, Inc., (tt)
-ED. Cuypers, De Moderne Ambtenaarswoning in Nederlandsch-
Indie,NION, Vierde Jaargang, 1919-1920 : 117-124.
-Soerjo Winoto, De regentwoning,, NION, Vierde Jaargang, 1919-1920 :
131-148.
-Djoko Soekiman, Kebudayaan Indis di Jawa,( Abad XVIII Sampi Medio
XX), 1996.
-J.R. van Diessen, Jakarta/Batavia, Het Centrum van het Nederlandse
koloniale rijk in Azie en zijn cultuurhistorische nalatenschap.
Cantecleert bv., de Bilt, 1989.
Edward Winters, Aesthetics and Artchitecture.London : Continuum
International Publishing Group, 2007.
Stephen Calloway ( general Editor ), The Elements of Style, An Practical
Encyclopedia of Interior Architectural Details From 1485 To The
Present. Simon & Schuster.
A.Straton, The Orders of Architecture . London : Studio Eds., 1986
V.I. Van De Wall, Oude Hollandsche Bouwkunst In Indonesie, Bijrage
tot de Kennis van de Hollandsche Koloniale Bouwkunst In de XVII de en
XVIIOde Eeuw. De Sikkel, Antwerpen Uit. Mij. W. De Haan N.V. te
Utrecht MCMXLII.
-------------------------------,Batavias oude landhuizen, Nederland Indie
Oud en Nieuw, 1931:
Handinoto, Perkembangan Kota dan Arsitektur Kolonial Belanda di
Surabaya 1870-1940. Yogykarta : Penerbit Andi, 1996.
Yulianto Sumalyo,Arsitektur Kolonial Belanda di Indonesia. Yogyakarta
: Gadjah Mada Press, 1995.
-------------------,Arsitektur Klasik Eropa..Yogyakarta : Gadjah Mada
Press, 2003.
H.R. Breuning, Het voormalige Batavia, Een Hollande stedestichting in
de tropen , Anno 1619. Allert De Lange, Amsterdam, 1954.
Michael Raebun ( ed. ) Architecture Of Western World. New York :
Crescent Books, (tt).
A.H. Mohr, Vestingbouwkundige Termen. Stichting Menno Van
Coehoorn De Walburg Pers (tt).
Novida Abbas, ---------------------------------------------------------------,
-----------------------------------------------BATAS MATERI----------------------------------------------------------
17. Bangunan di bawah ini yang dulu pernah berfungsi sebagai gedung
Volksraad adalah :
A, Gedung Deparlu; B. Gedung Eks, BP7 Pusat;
C.Gedung Pertamina; D. Gedung Perla.
18. Bangunan dibawah ini yang dulu pernah berfungsi sebagai gudang
adalah :
A. Museum Bahari; B. Museum Sejarah Jakarta
B. Museum Wayang , D. Museum Tekstil
25. Anda tentu masih ingat bahwa nama benteng yang dibangun
oleh orang Belanda di Makasar adalah:
A. Amsterdam; B. Roterdam; C, Belgica D. Durstede.
29. Salah satu wujud bangunan kolonial adalah menara. Anda tentu
tahu bahwa menara Jam Gadang yang sangat terkenal itu di
Sumatera terdapat di kota :
A. Padang, B. Batu Sangkar. C. Bukittinggi; D.Padang Pariaman.
32, Dibawah ini adalah rumah sakit yang sudah berdiri sejak zaman
Belanda di kota Medan, tapi ada satu diantaranya milik misionaris
Katolik yang dibangun pada tahun 1929, yaitu :
A. RS.Dr. Pringadi, B.RS.Elisabeth,
B. C.RS.Bethesda, D.RS. Bukit Barisan.
33, Pakar asing yang banyak menulis tinggalan kolonial di kota
Surabaya antara lain:
A.Ir. Lemei, B.GC. Citroen, C.GH.Von Faber; D. Ir. Handinoto.
41. Menera mercu suar tersebut di atas ( soal no; 40 ) dibangun oleh
A. Portugis, B. Belanda, C. Inggris ; D. Jepang