Anda di halaman 1dari 31

FILSAFAT ARSITEKTUR

TEORI ARSITEKTUR
DOSEN PEMBIMBING : YENI NOVIANTI,ST

DISUSUN OLEH :
RAIHAN MUFIDA
(170160002)

TEKNIK ARSITEKTUR
UNIVERSITAS MALIKUSSALEH
2018/2019
BAB 4
TEORI-TEORI ARSITEKTUR DUNIA BARAT

4.1 TEORI ARSITEKTUR VITRUVIUS

Memperbicangkan teori arsitektur Barat versi Vitruvius harus disebutkan pendahulu


yang pernah menuliskan dan mengintrepestasikan kembali teori tersebut. Sorotan tajam
tentang Vitruvius oleh para arsitek generasi akhir tampaknya lebih tertuju pada pengertian
arsitektur yang terurai menjadi tiga komponen pokok, yang dalam pengertiannya sering
disebut sebagai komponen struktur atau konstruksi atau kekuatan firmitas, komponen fungsi
atau guna utilitas dan komponen keindahan dan estetika venustas.

Karya tulis Vitruvius terbagi dalam sepuluh buku sehingga diberi tajuk “Sepuluh
Buku Arsitektur” (The Ten Books on Architecture). Buku I menguraikan tentang pendidikan
bagi arsitek. Didalamnya dimuat hal-hal yang berhubungan dengan dasar-dasar estetika serta
berbagai prinsip tentang teknik bangunan, mekanika, arsitektur domestik bahkan sampai
perencanaan perkotaan. Buku II memaparkan evolusi arsitektur utamanya yang berkaitan
bengan masalah material. Buku III, tentang bangunan peribadatan. Buku IV menguraikan
berbagai tipe bangunan peribadatan khususnya yang berhubungan dengan tata atur (orders)
dan teori proporsi. Buku V memuat tentang bangunan-bangunan fasilitas umum seperti
teater. Buku VI mengulas tentang keberadaan rumah pribadi. Buku VII berisikan
penggunaan material bangunan sedangkan pada buku VIII berisi tentang sistem perolehan
atau pasok air. Adapun buku IX mengungkapkan hal-hal yang berhubungan dengan
astronomi dan buku X menjelaskan tentang konstruksi, mekanika dan permesinan.
Kesepuluh buku diatas mempunyai berbagai ragam pengantar yang pada intinya terdiri dari
sosok Vitruvius, fungsi dari suatu perlakuan secara runtut atas suatu hala atau yang lazim
disebut treatis dan berbagai problematika arsitektur secara umum.

Sorotan tajam tentang teori Vitruvius oleh para arsitek generasi akhir tampaknya
lebih tertuju pada pengertian arsitektur yang terurai menjadi tiga komponen pokok, yang
dalam pengertiannya sering disebut sebagai komponen struktur atau konstruksi atau
kekuatan Firmistas, komponen fungsi atau guna Utilitas dan komponen keindahan dan
estetika Venustas. (Gambar 4.1.1)
UTILITAS

FIRMITAS VENUSTAS

Gambar 4.1.1 Bagan Teori Vitruvius

Dalam buku Arschitecture and Phyloshopys, Winand Klassen (1992:4)


mengungkapkan bahwa ketiga komponen diatas firmitas terwujud dalam istilah daya tahan
dan keawetan (durability). Didalam bahasa arsitektur istilah tersebut lebih dekat untuk
ditafsirkan sebagain aspek struktur dan konstruksi. Komponen kedua utilitas dimaksudkan
sebagai perangkat yang dapat menyamankan kehidupan penghuni atau pemakai. Adapun
komponen ketiga venustas dimaksudka sebagai aspek keindahan (beauty). Dari ketika
komponen arsitektur (Firmitas, Utilitas, dan Venustas) Winand Klassen memberikan
beberapa catatan diantaranya adanya indikasi pertambahan kompleksitas. Adapun gagasan
suatu bangunan itu tersusun secara benar sehingga konstruksi tersebut akan tetap kokoh,
memang semua pihak akan sependapat. Namun diinformasikan bahwa material-materila
bangunan yang ada bukan hanya sekedar dituntut kekuatan atau kekokohannya semata tetapi
kualitas lainnya juga perlu diungkap.

4.2 TEORI ARSITEKTUR KLASIK

Arsitektur klasik merupakan ungkapan dari gambaran perjalanan sejarah arsitektur di


Eropa yang secara khusus menunjuk pada karya-karya arsitektur yang bernilai tingg.
Predikat kata “klasik” diberikan pada suatu karya arsitektur yang secara inheren
mengandung nilai-nilai keabadian disamping ketinggian mutu dan nilainya. Teori arsitektur
klasik dengan demikian merupakan perwujudan karya arsitektur yang dilandasi dan dijiwai
oleh gagasan dan idealisme. Predikat kata “Klasik” diberikan pada suatu karya arsitektur
yang secara inheren (terkandung dalam benda tersebut yang secara asosiatif seolah-olah
selalu melekat dengannya) mengandung nilai-nilai keabadian disamping ketinggian mutu
dan nilainya. Teori arsitektur Klasik dengan demikian merupakan suatu perwujudan karya
arsitektur yang dilandasi dan dijiwai oleh gagasan dan idealisme Teori Vitruvius khususnya
pada suatu kurun waktu sesudah Vitruvius sendiri meninggal dunia.

Bangunan Parthenon di Athena dan Pantheon di Roma (Gambar 4.2.1) merupakan


contoh yang sangat baik dariperwujudan teori arsitektur klasik yang dengan sikap
kehatihatian dan seksama mempertimbangkan prinsip-prinsip order, geometri dan
ukuranukurannya, disertai dengan kehalusan seni “craftmanship”. Perlu diketahui bahwa
bangunan ini mengalami masa pembangunan yang lama, dari saat awal konstruksi, revisi,
perbaikan dan penyelesaian berkali-kali hingga sampai pad bentuk akhirnya bisa mencapai
lebih dari 200 tahun.

Parthenon di Athena Panthenon di Roma

Gambar 4.2.1
(Sumber : wikipedia)

Tradisi bearistektur yang diawali oleh Vitruvius ternyata belanjut terus dalam jaman
Klasik ini. Dimana Isodeore dari Seville menguraikan dan mengembangkan teori Vitruvius
dalam tiga unsur/elemen bangunan yaitu DISPOTIO, CONSTRUCTIO dan VENUSTASA.
Despotio adalah kegiatan-kegiatan yang berhubungan dengan survei lapangan atau pekerjaan
pada tapak yang ada,lantai dan pondasi. Venustas adalah yang berhubungan dengan elemen-
elemen yang ditambahkan pada bangunan demi meemunuhi hasarat akan rasa keindahan
melalui seni ornamen ataupun dekorasi. Lebih jauh Isodore menyatakan apa itu order
sebagai berikut: “Kolom, dinamakan begitu karena tinggi dan bulat, menopang seluruh berat
beban bangunan yang ada. Ratio atau Proporsi yang lama menyatakan bahwa lebarnya
adalah sepertiga dari tingginya. Dikenal 4 jenis kolom yaitu : Doric, Ionic, Tuscan dan
Corinthian, yang berbeda-beda satu dengan yang lain dalam ketinggian dan diameternya.
Jenis ke-5, dinamakan ATTIC yang berpenampang persegi-4 ataupun lebih besar dan dibuat
dari bata-bata yang disusun”. (Isodore dalam Varro, 19xx). (Gambar 4.2.2).

Gambar 4.2.2. Jenis Kolom pada Arsitektur Klasik


(Sumber : https://atpic.wordpress.com)

Nilai-nilai arsitektur Klasik dapat juga kita temukan pada bangunan-bangunan gereja
yang sedang mengawali pertumbuhan dan perkembangan sebagai agama yang baru dan
menyebar hampir keseuruh benua Eropa saat itu. Salah satu bangunan tersebut adalah Hagia
Sophia (Gambar 4.2.3) yang digambarkan dalam suatu konteks urban saat itu. Hagia Sophia
adalah bentuk yang demikian menyatu dengan kota Konstantinopel, tetapi dilain pihak
sedemikian bersinar dan indah, serta megah, khususnya dalam wawasan perspektivis “Bird
Eye View”. Dan semuanya ini menjadi lengkap dan sempurna dengan dipergunakannya
bangunan ini untuk kegiatan upacara keagamaan” (Isodore dalam Varro, 19xx).

Gambar 4.2.3. Hagia Sophia


(Sumber : www.hagiasophia.com)
Teori arsitektur klasik ini kemudian berlanjut ke jaman Gothic. Kualitas ruang
Arsitektur Gothic ini dinyatakan sebagai keindahan visual yang atmosferik seperti
diaphanitas (kesemrawangan), desitas (kepekatan), obscuritas (kegelapan) atau umbria
(bayangan). Gambaran ruang arsitek Gothic ini juga dinyatakan sebagai konsep kecerlangan
atau kebeningan yang antara lain dapat dilihat pada bentuk-bentuk jendela mawar aaupun
timah lainnya.

Unsur atau bagian lainnya dalam kelompok Arsitektur Klasik Barat yang tak kalah
penting adalah Arsitektur Byzantine, Arsitektur Bororque dan Rococo serta arsitektur
Arabasque. (dimunculkannya imbuhan kata Barat, karena dalam jaman yang sama di dunia
Timur juga diketemukan karya-karya arsitektur sejenis, yang setingkat dan mengagumkan
tetapi mengandung pemikiran dan nilai-nilai yang berbeda, seperti Candi Borobudur, Candi
Prambanan, Candi Angkor). Ungkapan nilai-nilai aritektur yang disebutkan terakhir ini
dinyatakan dan ditulis sebagai suatu teori arsitektur, seperti tertulis sebagai berikut: “Kita
dapat menyatakan bahwa bangunan-bangunan ini sebagai obyek arsitektur adalah bersifat
massive-tertutup, karena terisolsikan dari ruang sekitarnya, bahwa secara eksterior orang-
orang dapat berkeliling melihatnya. Dan karena itu, yang terpenting dan teristimewa dalam
mewujudkan identitas bentuk adalah pengolahan tampak dan tampilannya, pengolahan
sudut-sudutnya, pengolahan pertemuannya dengan tanah dan ketinggiannya yang menmbus
langit. Demikian juga terlihat dengan jelas konsep-konsep Artikulasi dan Kontinuitas. Ada 4
jenis pengolahan sudut, yaitu artikulasi dengan elemen “relief” dengan sudut negative,
dengan sudut yang tajam seperti garis, dan dengan sudut yang dilengkungkan, dimana
semuanya ini dapat diketemukan secara konsisten pada bagian bawahnya maupun pada
bagian atasnya/mahkotanya. Munculnya rasa tertarik dan kagum pada diri orang yang
mengalaminya akan obyek arsitektur ini dan lingkungan sekitarnya, sedang bagi seorang
arsitek akan menyadarkannya bagaimana pentingnya gaya-gaya gravitasi yang sedemikian
besar dapat disalurkan ke tanah. Dan hal ini dilakukan agar dapat menaungi dan melingkupi
orang-orang didalamnya dan tidak hanya itu saja, tetapi juga menimbulkan rasa kekaguman
dan rasa keteguhan, bagaikan “ditancapkan dari atas langit” (Isodore dalam Varro, 19xx).
4.3 TEORI ARSITEKTUR RENAISSANCE

Masa Rennaisance (masa pencerahan) muncul setelah melalui masa abad


pertengahan atau masa Medieval (Middle Age) yang biasa disebut dengan masa kegelapan.
Dengan demikian saat ini kurang atau tidak adanya pemikiran-pemikiran baru, khususnya
dalam dunia arsitektur yang menjadikan karya-karya arsitektur berhenti atau hanya
mengolah elemen-elemen detail yang sifatnya dekoratis (seperti Arsitektur Rococo).

1. Konsep Dasar Pemikiran Renaissance

Masa Rennaisance merupakan kelahiran kembali Arsitektur Klasik yang didasari oleh
arsitektur Klasik Yunani dengan pengaruh Arsitektur Klasik Romawi. Sejarah singkatnya
orang Yunanni telah mendalam membahas cara hidup enak di dunia yaitu perlu adanya
aturan. Aturan dibuat untuk mengatur manusia dan alam.

Manusia dan alam : yang membuat aturan “KITA” yang menghasilkan paham
“HUMANISME”

‘HUMANISME’ : paham yang mengatakan bahwa manusia mampu mengatur


dirinya dan alam.
‘LIBERALISME’ : paham yang mengatakan bahwa manusia harus bebas. Bebas
mengatur dirnya dan alam sehingga manusia harus membuat
aturan dan aturan dibuat dengan akal.
‘RASIONALISME’ : paham yang memngatakan bahwa kebenaran dicari dan diukur
dengan akal.

2. Kelahiran Renaissance

Pengaruh Rennaissance berkembang sejak awal abad ke 14 di Florence, Italia yang


kemudian meluas ke prancis, Jerman, Inggris, Spanyol, Portugal dan juga ke negara jajahan
Eropa di Amerika, Asia dan Afrika.

Renaissance berawal dari karya kesusastraan, berpedoman pada karya Petrach, Boccacio
dan Dante. Kemudian diikuti oleh seni pahat dan seni lukis (dengan beberapa senimannya
yaitu Nicola Pisano, Gimabue dan Giotto). Kemudian yang terakhir adalah perkembangan
seni arsitekturnya. Filipo Brunelleschi (1377-1466) adalah arsitek Renaissance pertama,
berawal dari pengrajin emas, pemahat dan juga mendalami Matematika (Gambar 4.3.1).
Serta membuat gambar kerja dari bangunan Romawi Kuno di Roma. “Ospedale Degli
Innocenti” 1419 (The Founding Hospital) karya pertamanya bergaya “Tuscan dan
Romanesque”. Desain selanjutnya menunjukan pendekatan ke gaya New Classical, seperti
kecenderungan “kesimetrisan”, “proporsional” dan penerapan “Arcade dengan kolom-kolom
pendukung setengah lingkaran (elemen busur)” merupakan ciri gaya arsitektur bangunan
masa Renaissance. Sedangkan Alberti dengan Pallazio Rucellai-nya (1446) yang memiliki
façade dengan order bentuk-bentuk pilar dan garis-garis horisontal pada bidang datar yang
luas pola ini menjadi populer di masa mendatang, merupakan dua tokoh yang utama.

Gambar 4.3.1. Filippo Brunelleschi


(Sumber : www.fineartamerica.com)

3. Teori-teori Arsitektur Renaissance

Perkembangan teori arsitektur yang dipakai para arsitek pada masa Renaissance percaya
bahwa bangunan mereka harus menjadi satu bagian dari suatu tata aturan yang lebih tinggi.
Mereka kembali pada sistem proporsi matematis Yunani sehingga timbul pengertian
arsitektur adalah matematika yang diterjemahkan dalam satuan-satuan ruang. Pengembangan
teori-teori Renaissance banyak mengacu pada falsafah yang dibuat oleh Plato, Pythagoras
dan Aristoteles.

Perkembangan teori arsitektur yang dipakai para arsitek pada masa Rennaisance percaya
bahwa bangunan mereka harus menjadi satu bagian dari satu tata aturan yang lebih tinggi.

1. Teori Plato melihat bahwa keindahan alami muncul melalui adanya garis, lingkaran
dan permukaan yang menghasilkan bentuk dan volume geometris yang absolute.
2. Teori Phytagoras merupakan dasar pengembangan rasio perbandingan yang
membentk dasar bagi proporsi-proporsi arsitektural dengan mencoba perhitungan
Matematis untuk membentuk suatu yang Estetis.
3. Teori Aristoteles mengemukakan teori ruang sebagai tempat dan terbatas kosmos
yang kemudian berkembang sampai dengan timbulnya konsep “ruang Cartesian”.
Teori ini menyatakan bahwa panjang, lebar dan ketebalan membentuk wujud
keteraturan geometris seperti grid dua atau tiga dimensi.

 Proporsi

Adalah perbandingan antara tiap-tiap dimensi sehingga menghasilkan keseimbangan


dimensi. Teori ini ditetapkan berdasar pada penerapan tubuh manusia mellaui sistem-sistem
geometris dan matematis yang menghasilkan bentuk-bentuk yang unik dan sistem-sistem
universal. Teori Proporsi yang diterapkan Andrea Palladio (1508 – 1580) menegaskan
adanya tujuh buah ruang yang paling indah proporsinya, yaitu berupa “Tujuh Bentuk Denah
Ruang-Ruang yang Ideal” (Lihat Gambar). Selain itu Palladio mengusulkan beberapa cara
untuk menentukan ketinggian yang benar, untuk ruang-ruang yang memiliki langit-langit
datar, tinggi ruang seharusnya 1/3 lebih besar dari pada lebarnya. Palladio menggunakan
Pythagoras untuk menentukan tingginya ruang dengan menggunakan matematika, geometri
dan harmoni.

Palladio menggunakan Phytagoras untuk menentukan tingginya ruang dengan


menggunakan matematika, geometri dan harmoni.

MATEMATIS : C-B.B-A = C/C 1,2,3 atau 6,9,12

GEOMETRIS : C-B/B-A = C/B eg 1,2,4 atau 4,6,9

HARMONIK : C-B/B-A = C/A eg 2,3,6 ATAU 6,8,12

Teori Renaissance mengembangkan rasio-rasio tersebut tidak hanya pada dimensi


sebuah ruang atau fasade tetapi juga didalam propors-proporsi kaitan ruang-ruang dari suatu
urutan ruang suatu denah keseluruhan.
 Ballance

Teori ini mengemukakan tentang keseimbangan dalam bentuk, dimensi dan rasio.
Keseimbangan ini dibuat melalui suatu yang „Simetris‟ atau „Asimetris‟. Simetris adalah
kasus spesial dariprinsip „koheren‟ tiap-tiap elemen. Dari simetri ini dihasilkan sumbu-
sumbu atau axis, yang dapat memberikan kesan formal dan religius. Simetri dalam
Arsitektur Renaissance, menjadi :

a. Simetri dengan prinsip-prinsip estetika.


b. Simetri dengan prinsip-prinsip Konstrktif.

 Geometri

Geometri pada teori Renaissance terhadap bentuk, dimensi dan rasio menerapkan
pendekatan terhadap proporsi melalui struktur tubuh manusia yang diterapkan pada elemen-
elemen arsitektur. Analogi antara proporsi tubuh dengan bangunan menjadikan arsitektur
mempunyai perbendaharaan istilah “Facade”, “kulit bangunan”, “skeleton”, serta yang
hubungan antara ukuran, bentuk dan gerak berupa “skala manusia”.

 Perspektif

Teori perspektif pada masa Renaissane diawali oleh Brunelleschi yang menerapkan
perspektif dalam pengembangan arsitektur terhadap “Ruang dan Bentuk”. Hal ini tampak
pada karyanya Piazza Del Campidoglio di Roma (Gambar 4.3.2). Pengembangan prinsip
perspektif ini jelas dipengaruhi oleh pemahaman baru terhadap kaidah optik.

Gambar 4.3.2. Piazza Del Campidoglio


(Sumber : www.fedeart.com)
 Teknologi

Teknologi sangat mendukung dalam pengembangan konsep-konsep dan teori arsitektur


Renaissance. Semper mengatakan bahwa arsitektur adalah bahasa tangan yang
perwujudannya adalah tektoik sedangkan ruang perlu diungkap melalui stereotomik. Bahasa
tangan ini meliputi cara menyambung unsur konstruksi.

4. Ciri-ciri dan Contoh Langgam Arsitektur

Pada umumnya arsitektur bangunan masa Renaissance memiliki fungsi keagamaan


seperti gereja dan kapel (peninggalan dan melanjutkan bangunan masa Medieval),
bangunan-bangunan istana, pusat pemerintahan dan rumah-rumah kediaman pendeta atau
saudagar (yang merupakan anggota masyarakat yang terhormat). Teori-teori yang
menonjol pada bangunan tersebut adalah :

 Penerapan konsep simetri yang kuat, pada tampak dan ruang dalam bangunan.
 Mayoritas pemakaian bahan abngunan/ material dari marmer pada interior dan warna
bangunan yang cenderung monochrome atau satu warna.
 Bangunan kaya akan elemen dekoratif
 Pada ruang dalam, bagian dinding dan langit-langit umumnya dilapisi ukiran yang
objeknya seputar flora, fauna topeng-topeng, penrahu maupun perisai.
 Penggunaan patung yang dipadukan dengan detail arsitektural
 Pada fasade bangunan terdapat deretan kolom-kolom dengan kepala dihiasi elemen
dekoratif
 Penerapan garis-garis horizontal dan elemen busur pada bidang datar
 Atap, baik perisai maupun datar dilengkapi hiasan.

Contoh-Contoh Arsitek dan Bangunan di Awal Renaissance

Brunelleschi => Menciptakan perletakan dome untuk memperkuat kesan horizontal,


membuat dinding rangkap untuk memberi kesan berat pada bangunan,
memakai konstruksi Gothic dengan merenggangkan kulit luar dome
dengan 24 kerangka dan mengarahkan profil bangunan dengan
menggunakan konstruksi dome.
Bangunan: S. Spirito dan Cathedral of Florence. (Gambar.4.3.3)
Alberti => Menyatukan dua konsep matematik dan lukisan sebagai elemen dekoratif.
Bangunan berciri megah dan memiliki konsep simetris.

Bangunan : S. Andrea, Mantua (Gambar 4.3.4)


Perencanaan Kota dan Istana di Pienza, Urbino dan Florence, Konsepnya
mengimbangi blok-blok masa berdinding masif dengan unsur-unsur
horisontal, dan deretan kolom dengan irama tertentu yang diberi sentuhan
akhir pada kaki dan kepala kolom tersebut. atap konstruksi kayu dibuat
datar dengan dibatasi cornice. Bangunan : Gaudagni Palace, Florence
dan Grimanti Palace, Venice. (Gambar 4.3.5)

Gambar 4.3.3. S. Spirito Cathedral of Florence Gambar 4.3.4 St. Andrea, Mantua
(Sumber : www.campusflorence.com) (Sumber : Pinterest )

Gaudani Palace, Florence Grimanti Palace, Venice


Gambar 4.3.5
(Sumber : wikipedia)
5. Teori Arsitektur Akibat Revolusi Industri

Orang-orang Barat memandang beragai hal termasuk arsitektur, sebagai ilmu yang dikaji
dan dipelajari sehingga mendapat berbagai teori. Dengan berubahnya secara cepat dan
mendasar budaya masyarakat Barat yang diakibatkan oleh revolusi indsustri maka terjadi
pula perubahan besar dalam pandangan dan teori arsitektur.

Pada arsitektur masa pasca Renaissance terjadi pencampuran antara gaya klasik yang
sudah ada seperti Yunani, Romawi, Abad Pertengahan, Romanesque, dan Gothik. Hal ini
menandai adanya perubahan mendasar dalam arsitektur. Pencampuran terjadi selain karena
perubahan kebudayaan, pola pikir juga karena telah banyak pilihan bentuk. Masa itu disebut
juga jaman Neo-Klasik.

Perkembangan selanjutnya seni klasik dan karya kerajinan tangan semakin ditinggalkan
oleh bentuk-bentuk produksi mesin yang cepat praktis dan tidak kalah keindahannya. Dapat
dibayangkan mesin sangat mengerikan dan anti kebudayaan. Meskipun terdapat banyak
perbedaan persepsi dalam arsitektur klasik ini, tetapi dalam hal fungsionalisme tidak terdapat
perbedaan pendapat, bawa idealisme dari suatu arsitektur adalah perpaduan antara bentuk
dan fungsi.

Meskipun terdapat perbedaan persepsi dalam arsitektur klasik, tetapi dalam hal
fungsionalisme tidak terdapat perbedaan pendapat, bahwa idealisme dari suatu arsitektur
adalan perpaduan antara bentuk dan fungsi. “Setiap bangunan harus menemukan bentuk
sesuai dengan fungsinya, sebuah rumah hendaknya berbeda dengan kantor atau gereja, dan
tanpa menggunakan pandangan ini maka hubungan antara bagian dalam bangunan dengan
bagian luarnya akan diabaikan. Tidak seharusnya mengorbankan kamar menjadi gelap tanpa
jendela, untuk mendapatkan susunan jendela tampak simetris dari luar atau menambah
bagian-bagian tak berguna” (Ragon, dalam Yulianto Sumalyo, 1997). Dalam idiologi
fungsionalisme bahwa arsitektur adalah seni, dimana prinsipprinsip seni menyatu
didalamnya. Bahwa dalam prinsip fungsionalisme nilai konstruksi mempunyai nilai yang
sama dengan fungsi. Dianalogikan dengan perahu dimana hampir seluruh bagian dan
bentuknya mengacu kepada fungsinya. Walaupun menurut Ruskin bahwa sebagai kapal
bukan produk seni tetapi produk konstruksi dan dirancang juga untuk tahan terhadap kabut,
angin dan badai, dan hasilnya merupakan suatu bentuk yang indah. Keanggunan arsitektur
tidak selalu dibentuk oleh patung-patung maupun dekorasi tetapi oleh seni dan proporsi
dalam penataan unit-unit dan bagian-bagiannya.

4.4 TEORI ARSITEKTUR MODERN (FUNCTIONALISM)

1. Kelahiran Arsitektur Modern

Pada abad XIX, meskipun elemen dan bentuk klasik masih mendominasi banyak
bangunan, tetapi konsep dasarnya tidak diterapkan lagi. Masa berakhirnya arsitektur Klasik
terjadi sejak Revolusi Industri di Inggris yang menimbulkan revolusi sosial ekonomi, tidak
hanya melanda Eropa tetapi seluruh dunia. Sebagai akibat terjadi perubahan besar dalam
budaya, pola pikir, pola hidup masyarakat termasuk seni dan arsitektur.

Sekitar tahun 1890-1910 timbul gerakan yang menentang peniruan dan pengulangan
bentuk kaidah dan teori lama. Sejalan dengan peristiwa tersebut, teori-teori fungsionalisme
dalam arsitektur terus dimasyarakatkan dan meningkatkan hiasan-hiasan dan ornamen
bentuk lama. Di lain pihak yang ditonjolkan adalah kemajuan teknologi konstruksi dan
struktur bangunan.

Dalam arsitektur Modern, kemudian terjadi semacam gerakan serempak yang diikuti
oleh arsitek-arsitek di negara industri. Ciri umum dari gaya arsitektur yang melanda pada
akhir abad ke 19 atau awal abad 20 adalah asimetris, kbis atau semua sisi dalam komposisi
dan kesatuan bentuk dan elemen-elemen bangunan menyatu dalam komposisi bangunan.
Salah satu tokoh yang sangat berpengaruh adalah Eugene Emmanuel Viollet-Le-Duc.
Dikenal tidak hanya sebagai seorang arsitek tetapi juga ahli sejarah seni dan teriotirikus
Arsitektur. Hasil rancangan pertamanya pada masa itu adalah apartemen yang dibangun
tahun 1846-1849 yang dijadikan monumen di Perancis.

2. Arsitektur Modern

Arsitektur modern ditandai dengan banyaknya pakar-pakar Arsitek dengan berbagai


pemikiran dan konsep arsitekturnya adalah sebagai berikut.
 Louis Sullivan, dengan konsep “Form Follows Function”
 Frank Llyoid Wright, dengan bangunan Falling Water, Bear Run, Pennysilvania 1936
dan tThe Solomon Guggenheim Museum New York 1959.
 Le Corbusier, dengan bangunan Chaperl De Ronchamp
 Ludwig Mies Van de Rohe, dengan Seagram Building, New York 1958

Pengaruh arsitektur modern tidak hanya berkembang di negara-negara Barat saja tetapi
juga menjalar keseluruh dunia termasuk Asia seperti Jepang. Masuknya pengaruh Barat
termasuk karya arsitekturnya, arsitek Jepang berhasil mengawinkan dengan arsiektur
tradisionalnya sehingga tetap menampilkan kekhasannya sebagai arsitektur Jepang. Salah
satu tokoh arsitek yang terkenal adalah Kenzo Tange dengan karya terkenalnya National
Gymnasium 1964, Olympic Games, Jin nan-cho, shibuya Ward, dan karya lainnya (Gambar
4.4.1).

Dalam arsitektur Modern para arsitek hendaknya berpola pikir yang lebih bebas dan
tidak hanya selalu berpegang pada kaidah-kaidah yang sudah ada terutama pandangan
arsitektur yang semata-mata sebagai seni. Hendaknya arsitektur dilihat sebagai ilmu
pengetahuan yang dapat berkembang dari penelitian dan kajian sehingga mendapatkan teori-
toeri baru kemudian diterapkan dalam bentuk baru.

Gambar 4.4.1 National Gymmnaium 1964


(Sumber : www.dezeen.com)

4.5 ARSITEKTUR POST MODERN

Post-Modern adalah istilah untuk menyebut suatu masa atau zaman yang dipakai
berbagai disiplin untuk menguraikan bentuk budaya dari suatu titik pandang dan yang
berlawanan atau mengganti istilah modernisme. Karena salah satu bentuk ungkapan bentuk
fisik kebudayaan adalah seni, termasuk arsitektur, karena itu Post-Modern lebih banyak
digunakan di kebudayaan.

Pada awal tahun 80-an, gaya Post-Modern juga lebih banyak dipakai untuk
menggambarkan suatu bentuk dasar dalam berbagai anggapan tentang hubungan antara
arsitektur dengan masyarakat. Yang dituntut adalah bahwa suatu bentuk dan penampilan
bangunan seharusnya merupakan hasil dari beberapa pendekatan logis dari program, sifat
bahan bangunan dan prosedur konstruksi – hal mana sudah banyak diabaikan. Post-Modern
menjadi reaksi dari ilmu pengetahuan yang menjadi konsentrasi manusia pada budaya
rasionalisme yang berkembang di Barat baik di Eropa maupun di Amerika dalam abad
terakhir ini. Bentuk lain dari ungkapan konsep Post-Modern adalah sebagai oposisi dari
“gerakan modern”.

Kadang-kadang Post Modern digambarkan seperti menganjurkan untuk memperbaiki


kembali arti arsitektur dengan kembali mengetengahkan elemenelemen arsitektur
konvensional dan menjadi lebih pluralistik dengan memperluas perbendaharaan gaya dan
bentuk. Dapat dikatakan bahwa Historicism yang mengambil unsur-unsur lama baik yang
klasik maupun modern adalah awal dari pemikiran dan konsep dari Post-Modern.

Ditandai dengan diledakannya kompleks rumah susun Pruitt Igoe oleh Departemen of
Housing and Urban Development Amerika Serikat (dimana bangunan tersebut pernah
mendapat penghargaan Design Award dari American Institute of Architects) dinyatakan
bahwa Arsitektur Modern telah mati dan lahirlah arsitektur Post-Modern. (Gambar 4.5.1)

Gambar 4.5.1. Peledakan rumah susun Pruitt Igoe


(Sumber : www.wilderutopia.com)
BAB 5
TEORI ARSITEKTUR DUNIA TIMUR

5.1 NILAI-NILAI , SIKAP DAN PANDANGAN DUNIA TIMUR

Arsitektur yang terjadi di dunia Timur, sangat dipengaruhi oleh nilai-nilai, sikap hidup
dan pandangan masyarakat Timur itu sendiri. Pembahasan Teori Arsitektur secara
substansial tidak dibagi dalam urutan waktu melainkan lebih pada beberapa aspek yang
mempengaruhi arsitektur secara mendasar.

1. Pengetahuan

Para Pemikir Timur lebih menyukai intuisi daripada akal budi. Bagi pemikir Timur,
pusat kepribadian seseorang bukanlah kemampuan intelektualnya melainkan lebih pada
hatinya, yang mempersatukan akal budi dan intuisi, intelegensi dan perasaan. Mereka
menghayati hidup dalam keseluruhan adanya bukan semata-mata dengan otak. Pemikiran
berdasarkan intuisi lebih akrab, hangat, personal dan biasanya lebih dekat dengan kenyataan.
Orang Timur dengan intuisinya merasa betah dengan dunia tempat ia mengalami secara
langsung sumber hidupnya.

2. Ilmu dan Kebijaksanaan

Di Timur, tujuan utama belajar adalah untuk mencapai kebijaksanaan. Pengetahuan


intelektual saja, yang tidak mampu membuat seseorang menghadapi hidup dengan lebih baik
dianggap sebagai pemborosan waktu saja. Menurut orang Timur, hidup merupakan suatu
perjalanan yang sulit yang memerlukan refleksi dan latihan sepanjang hidup. Dalam bidang
pengetahuan, intuisi, pemikiran yang konkrit, simbolik, dan bersikap bijaksana merupakan
keistimewaan orang Timur dalam mendekati kenyataan.

3. Sikap terhadap Alam Sikap terhadap alam

Dapat kita perhatikan bahwa Basho, dalam mengamati setangkai bunga kecil mekar
dekat pagar tua sepanjang jalan desa yang sunyi, ia mengamati bunga itu dalam
kesederhanaanya tersirat keindahan yang memancing kekagumannya tanpa mencabut -
meiliki bunga itu.

Kesatuan dengan alam. Segala sesuatu yang ada dalam seluruh alam semesta - yang
berjiwa ataupun yang tidak – justru sesungguhnya berasal dari yang Satu. Manusia Timur
sadar akan ke-“ada”-an dirinya yang sama dengan alam semesta.

Harmoni. Harmoni dengan alam merupakan inspirasi utama Taoisme. Manifestasi ajaran
Tao adalah alam semesta, dimana setiap benda mempunyai “jalannya”, aturannya,
rithmenya. Selaras dengan Tao berarti menjadi harmoni dengan diri sendiri dan segala
sesuatu.

Budaya Timur mengutamakan terciptanya keharmonisan, yang diwujudkan dalam


(Roemanto, 1999: 1):

1. Keseimbangan antara manusia dengan masyarakatnya

2. Keseimbangan antara manusia dengan alam

3. Keseimbangan antara manusia dengan Sang Pencipta.

Idealisasi Hidup

Terbebas dari materi. Hidup yang ideal bagi orang Timur adalah hidup yang sederhana dan
tenang, dengan kebutuhan sesedikit mungkin. Hidup yang dekat dengan alam, sumber
segalanya. Bagi orang Timur, nilai kehidupan yang tinggi berasal dari dalam: menerima
keadaan sekarang, mengumpulkan pengalaman, mengintegrasikan diri, menjadi suatu yang
bernilai.

Status Personal Manusia Timur mengenal adanya ikatan yang kuat antara anggota keluarga,
antara kenalan, dan tetangga. Pengaruh kelompok, masyarakat, sangat kuat pada keberadaan
seseorang.

Pandangan Dunia Timur pada Teori Ruang

Pemikir yang sangat berpengaruh dalam meletakan dasar pemikiran mengenai ruang adalah
Lao Tzu. Ia yang hidup pada tahun 550 SM - dua ribu lima ratus tahun yang lalu –
menyatakan bahwa ruang yang terkandung didalam adalah lebih hakiki daripada
materialnya. Dalam bukunya yang terkenal Tao Teh Ching, Lao Tzu menyatukan “being”
(yang ada) dan “non-being” (yang tiada).

Pandangan Dunia Timur pada Teori Bentuk

Bagi sebuah karya arsitektur bentuk tidak hanya asal berdiri dan hanya dapat dipakai,
melainkan lebih dari itu. Bentuk harus mencerminkan dimensi budaya atau merupakan
ekspresi nurasi.

Pandangan Dunia Timur pada Estetika Pada hakekatnya, estetika di Timur dihayati lebih
merupakan transformasi diri dari hidup yang fana menuju nirwana.

5.2 ARSITEKTUR NUSANTARA

Dalam Kosmologi Indonesia dinyatakan bahwa semua penghuni kosmos memiliki


tempatnya sendiri atau (harus) berusaha mencapainya. Kedudukan itu sesuai dengan
pemilikan jumlah kesaktian atau zat kejiwaan. Dengan demikian seluruh kosmos merupakan
satu Tata Besar dimana segalanya memiliki “tempatnya”, berhubungan teratur, dan saling
melengkapi. diperhatikan penempatannya, sebab tempat konkret menentukan status
seseorang, dan kemudian juga tempatnya dalam tata kosmis.

1. Arsitektur Candi

Budaya Timur mengutamakan terciptanya keharmonisan, yang diwujudkan dalam bentuk


(a) keseimbangan antara manusia dengan masyarakat, (b) keseimbangan antara manusia dan
alam (lingkungan)-nya dan (c) keseimbangan antara manusia dan Yang Maha Pencipta.
Keharmonisan dalam wujud keseimbangan antara manusia dan alam lingkungannya sangat
erat berkaitan dengan tradisi ber-arsitektur, dalam hal ini membangun/to built. Sedangkan
keharmonisan antara manusia dan Yang Maha Pencipta direfleksikan ke dalam tata ruang
yang terkait dengan elemen-elemen alam yang seringkali dijadikan”patokan” arah atau nilai
kiblat yang bernilai magis (Roesmanto, 1999). Keharmonisan tersebut menjadi inti dari
falsafah hidup.

Candi Borobudur sebagaimana candi-candi di Jawa Tengah menerapkan Vasthu


Purusha Mandala (Gambar 5.2.1). Dari penataan stupa dan jumlah terasnya, telah
mengalami ekplorasi dangan penggabungan tata letak Vajradhatu, dan Garbhadatu (mirip
Sthandila Mandala). Hal serupa juga terjadi pada candi-candi Hindu di Jateng, yang
membiarkan zona pusat bukan untuk candi utama (titik pusat halaman dibiarkan kosong).

Gambar 5.2.1. Yantra Mandala pada Candi Borobudur


(Sumber : wordpress.com)

2. Arsitektur Tradisional Bali

Kehadiran arsitektur tradisional Bali sebagai bagian dari arsitektur Nusantara tek dapat
dipisahkan dengan agama Hindu yang melandasinya. Dalam filsafat Hindu terdapat suatu
ajaran bahwa manusia hendaknya mengharmoniskan. Dengan demikian menurut pandangan
tradisi adati Bali, bangunan adalah wadah dari manusia dan merupakan penghubung antara
manusia = mikro kosmos = bhuwana alit dan alam semesta = mokro kosmos = bhuwana
agung, sebagai keseimbangan kosmologi dalam usaha untuk menjaga keseimbangan unsu-
unsur pembentuk manusia dan alam semesta; terdiri dari lima unsur yang disebut Panca
Maha Bhuta, yaitu pertiwi (zat padat), apah (zat cair), teja (sinar), wahyu (udara), dan akasa
(ether). Sebagaimana benda-benda alam lainnya, arsitektur tradisional Bali yang berusaha
mendekati alam, bentuk-bentuk perwujudannya juga mendekati bentuk-bentuk alam
lingkungannya. Hiasan-hiasan seperti kekarangan dan pepatraan bentuk-bentuknya
distirilkan dari binatang-binatang dan tumbuh- tumbuhan alam lainnya.

Selanjutnya dalam bangunan adat Bali adalah simbol bhuwana agung denga Triloka-
nya yaitu; Bhur Loka (alam Buta), Bwah Loka (alam manusia) dan Swah Loka (alam
Dewata). Bhuwana alit dengan Triangga-nya, yaitu; nista anggana (kaki), madya anggana
(badan) dan utama anggana (kepala). Di dalam tata ruang dan tata bentuk bangunan
tradisional Bali juga mengikuti konsep bhuwana agung dan trilokanya. (Gambar 5.2.2)
Gambar 5.2.2 Simbol Bhuwana Agung
(Sumber : www.sejarahharirayahindu.com)

3. Arsitektur Kampung Naga Sebagai Sebuah Keharmonisan

Keharmonisan tersebut juga diterapkan pada kegiatan mendirikan rumah. Mendirikan


rumah identik dengan awal kehidupan, sesuai dengan arah terbitnya matahari. Perbaikan
bagian rumah yang rusak tidak perlu dengan upacara. Sedangkan pembangunan bangunan
keramat tidak memperbolehkan pelakunya mencucurkan keringat, karena diidentikan tidak
rela melakukannya. Masyarakat Sanaga (keturunan warga asli Kampung Naga yang tinggal
diluar) boleh menggunakan bahan bangunan apapun, kecuali untuk dapur, pintu, juga
perletakan dapur dan goah (lumbung padi didalam rumah) harus sesuai dengan aturan. Hal
tersebut menunjukan pentingnya kedudukan paon dan goah pada rumah tinggal. Paon hanya
boleh dimasuki kaum wanita, dan memiliki pencapaian langsung dari luar. Goah sebagai
tempat penyimpanan pada merupakan tempat bersemayamnya Dewi Padi. Masyarakat
Sanaga (keturunan warga asli Kampung Naga yang tinggal diluar) boleh menggunakan
bahan bangunan apapun, kecuali untuk dapur, pintu, juga perletakan dapur dan goah
(lumbung padi didalam rumah) harus sesuai dengan aturan. Hal tersebut menunjukan
pentingnya kedudukan paon dan goah pada rumah tinggal. Paon hanya boleh dimasuki kaum
wanita, dan memiliki pencapaian langsung dari luar.

Keharmonisan Jagad Cilik & Jagad Gedhe: Manunggaling Kawula

Falsafah Manunggaling Kawula Gusti sangat dipengaruhi ileh ajaran tasawuf yang mungkin
telah bercampur dengan paham Kejawen sebelumnya.
Keraton sebagai Kosmomagis

Keraton menempati pusat dari sumbu-sumbu magis Keraton ditetapkan dulu baru sumbu-
sumbu diatur. Perjalanan hidup Purwa-MadyaWasana, diwujudkan dalam pen-zona-an ruang
luar keraton secara keseluruhan. Maka tidak pernah ada alun-alun terletak di sisi Timur dan
Barat Keraton.

Macapat

Papat keblat kalima pancer menunjukan eratnya hubungan posisi-posisi di arah mata angin
dan posisi tengahnya. Konfigurasi ini dapat semakin mengecil membentuk konfigurasi yang
lebih kompleks tetapi selaras, pada dusun atau desa. Menurut van Ossenbruggen pola serupa
macapat banyak terdapat di Indonesia dalam banyak versi.

Petungan

Melalui petungan tentang ukuran bangunan dan pekarangan, pengguna bangunan (pemilik)
rumah tinggal “dijanjikan” mendapatkan kehidupan yang baik sebagaimana harapannya, dan
sebaliknya menerima sanksi akibat penentuan petungan yang keliru.

5.3 ARSITEKTUR INDIA

1. Kosmologi India

Seperti orang Yunani, kosmologi orang India memandang segala yang ia lihat dan
alami sebagai suatu kosmos yang agung. Mikro-kosmos segala yang dibentuk selaku citra
makro-komos. Pada buku Kosmologi dan Ekologi (Bakker, 1995) dijabarkan bahwa India
mempunyai pengertian tentang kosmologi berdasarkan:

 Jaina (pendiri Verdhamana 540-468). Ruang adalah tak terbatas, abadi dan tak
terobservasikan; menjadi syarat bagi kemungkinan ekstensi, tetapi tidak sama
dengan ekstensi. Ruang terbagi dua, yaitu ruang yang memuat dunia, dan ruang
yang kosong “Diseberang dunia”.
 Veiseshika (pendiri Kanada abad 5 SM). Ruang diinferensikan dari penggunaan
arah dan tempat. Ruang itu substansi tunggal, tak terobservasikan, tak terbatas, tak
terbagikan, ruang itu abadi dan meresapi segalanya.

Simbol dari prinsip yang lebih sejati adalah bentuk bujur sangkar, bentuk yang
mengingatkannya kepada bentuk kiblat-angin yang lebih abstrak, karena lebih tidak tampak
juga, dan yang mengendap dalam bentuk mandala. Selain dari ketiga bentuk dominan tadi,
masih ada satu bentuk yang bisa disebut sebagai dwi tunggal semesta, yaitu penghayatan dwi
tunggal prinsip lelaki dan prinsip perempuan yang merambahi seluruh alam raya, terrmasuk
alam manusia. Prinsip lelaki dan perempuan itu adalah lingga dan yoni.

2. Ruang-Bentuk-Estetika dalam Arsitektur India

Arsitektur India mendasari filosofi dari bentuk-bentuk arsitektur percandian di


Nusantara. Demikian pula arsitektur India tidak dibangun untuk memuaskan manusia,
tetapi untuk membebaskan diri dari maya atau demi transformasi diri ke arah ke-ada-an
yang sejati. Bahwa kekosongan Nirvana bukan hanya kosong negatif belaka tetapi diberi
arti benar-benar positif; kekosongan yang penuh berisi. Nirvana adalah suatu keadaan sejati
yang paradoksial, justru adalah ketiadaan.

Pengertian wastu (bangunan) dari kacamata Romo Mangun adalah bahwa


Wastu India pada hakekatnya merupakan perlambangan dan visualisasi yang mereka
yakini bahwa mikro-kosmos segala yang dibentuk selaku citra makro-kosmos, yaitu
pembebasan dari belenggu maya menuju ke penyatuan atman (diri relatif) dengan brahman
(ke-esa-an mutlak). Dalam filsafat India, selalu mengacu pada tiga lapisan pokok :

Lapisan pertama, yang luas, menggambarkan alam purba dibawah sadar, alam yang
masih serba baur, bagaikan kama yang tanpa bentuk, tanpa warna, tanpa definisi. Bagian
ini melambangkan tahap keadaan manusia ketika masih kama, keinginan belaka, kehausan.
Lapisan ini disebut Kamadatu (tahap hasrat, ingin, nafsu belaka).

Lapisan kedua, diatasnya, ialah keadaan manusia di dunia fana ini. Sadar, tetapi
masih sadar semu, terbelenggu dalam semesta yang serba banyak, serba ramai serta
membingungkan, karena serba menipu, yakni alam maya yang penuh dengan segala
bentuk dan rupa. Lapisan ini disebut Rupadatu (tahap penuh rupa).
Lapisan ketiga, yang sudah menuju kesadaran sejati, yang sudah tidak lagi
menghiraukan bentuk, rupa, jenis dsb, tetapi mengalami betapa segala ada- yang-banyak
ini melebur ke dalam satu zat yang tanpa definisi, tanpa rupa. Lapisan ini di sebut a-
rupadatu (tahap tanpa rupa, tahap hening). Tahap kemutlakan tak terkatakan.

5.4 ARSITEKTUR JEPANG

Didalam masyarakat Jepang, meski telah terjadi kemajuan teknologi tinggi,


urbanisasi secara besar-besaran, hubungan perdagangan international dan penyerapan sifat
kebarat-baratan, elemen kebudayaan asli yang khas masih tetap hidup di dalam semua
lapisan masyarakat.

Ruang

Konsep disain ruang Jepang dapat dengan mudah dikenali perbedaannya dengan konsep
ruang Barat. Orang Jepang merekam persepsi-persepsi dan memperhatikan ruang yang
dipengaruhi oleh sejarah dan tradisi Jepang yang kompleks serta berkenaan dengan
kebutuhan ruang yang dituntut oleh dinamika orang Jepang secara individu. Sejak dulu
pembangunan di Jepang dilakukan secara tradisional tanpa memperhatikan falsafah
pengertian ruang. “Ruang” dalam arsitektur mulai muncul dalam lteratur-literatur Jepang
sekitar tahun 1960. Faktor-faktor yang mendukung adalah:

a. Kemajuan pertukangan.

b. Pengaruh Barat yang kuat setelah Perang Dunia ke II dalam masyarakat Jepang.

c. Penemuan bahan bangunan baru

Bentuk

Citra Arsitektur Jepang dalam bentuk bangunan mencerminkan kesederhanaan, kepolosan,


kelurusan dan ketenangan bathin. Bentuk yang bernafaskan/berjiwa shinto, yaitu
kepercayaan dasar orang Jepang, mengajarkan tentang harmoni, keseimbangan dan
keheningan yang indah. Arsitektur Jepang sangat dipengaruhi China, tapi kemudian
berkembang menemukan kepribadiannya sendiri.
Estetika

Untuk mengerti dan mendalami konsep ruang Jepang, orang perlu mengetahui lebih dulu
pengertian mereka tentang “estetika” atau keindahan. Dalam budaya Jepang, estetika lebih
bersifat subyektif, karena adanya atau masuknya perasaan peninjau dalam memandang dan
menanggapi sesuatu obyek. Estetika atau keindahan berasal dari ketidak pastian (mujo),
pengertian penganut Budha, adalah bahwa semua benda dan mahluk berada dalam keadaan
senantiasa bergerak berubah. Perubahan merupakan gejala alam dan orang Jepang memang
sangat serasi dan menyukai alam. Salah satu ungkapan yang paling populer untuk estetika
adalah “shibui”. Shibui mempunyai arti estetika yang menekankan kepada sifat tenang,
sederhana dan integritas total dari keahlian, bahan dan disain.
BAB 6
APLIKASI MAKNA TEORI DALAM PERANCANGAN ARSITEKTUR

6.1 Arsitektur Sebagai Engineering

Sebuah karya arsitektur memiliki sebuah penekanan arti atau makna yang dapat
terlihat jelas ataupun tersamar didalam fisik bangunan. Makna ini tidak timbul tidak begitu
saja melainkan melalui proses yang sangat panjang dan sejalan dengan sejarah umat manusia.
Perkembangan sejarah yang begitu dinamis membawa pengaruh didalam perkembangan
arsitektur indonesia. Kedua buah aliran ini memiliki ciri khas masing-masing dan memiliki
jurang pemisah diantara mereka, hal ini dapat juga disebut dua budaya yang berkembang
didalam dunia arsitektur yaitu satu pihak yang kita sebut dengan rasional atau sains dan yang
lain kita sebut dengan idealisme atau art. Perkembangan dimulai dengan berakhirnya masa
Renaissance dan masuk ke masa Modern yang ditandai dengan ditemukannya material-
material baru beserta teknologi pendukungnya.

Perkembangan arsitektur ini mengejutkan berbagai pihak dan cenderung kepada


pemutusan sejarah dan menghasilkan suatu hasil karya yang sama sekali berbeda dengan
karya arsitektur terdahulu. Karya yang banyak dianggap orang sebagai pencetus hal ini
adalah Le Corbusier yang menyebutkan rumah adalah sebuah mesin yang digunakan untuk
tempat tinggal. Hal ini dapat dilihat dari hasil karya bangunannya yang terkenal yaitu Villa
Savoye, Poissy 1929-1931 (Gambar 6.1.1).

Gambar 6.1.1 Villa Savoye, Poissy


(Sumber : wikipedia)
Karya yang ramai juga dibicarakan oleh setelah era modern awal adalah Kantor Pusat
Bank Llyod 1978-1986 (Gambar 6.1.2) yang berlokasi di London dan dirancang oleh arsitek
yang bernama Sir Richard Rogers. Reaksi masyarakat yang timbul dalam mengamati
bangunan ini adalah menunjukkan semacam kebingungan, karena pada saat itu umumnya
bangunan masih mengarah ke kesan bangunan tradisional yang umumnya berbentuk kokoh
dan permanen. Tetapi bentuk dari Llyoid Bank tersebut sama sekali berbeda dan memberikan
semacam kesan yang baru dan kuat bagi masyarakat dengan membuat bangunan yang mirip
dengan sebuah mesin.
Bangunan ini terlihat sangat jelas dengan struktur yang diekspose seperti rangkaian
bangunan ekplorasi minyak lepas pantai dengan rangka, platform dan tangga yang terbuat
dari metal, bagian utilitas yang ditumpuk seperti kontainer barang di pelabuhan yang
dirancang melekat dibagian sisi luar bangunan, diatas bangunan diberi seperangkat alat
angkut yang sering dipergunakan dalam bangunan termasuk crane yang sebelumnya
digunakan untuk mengangkut material pada saat pembangunan tetapi juga untuk
dipergunakan saat merenovasi pada saat bangunan tersebut memerlukannya.

Sejak bangunan Lloyds selesai, Rogers telah membangun sejumlah proyek dengan
menggunakan idiom yang sama, mulai dari bangunan baja dan kaca yang berbentuk runcing
untuk kantor pusat media elektronik Channel 4 di London tahun 1994, bangunan berbentuk
kurva untuk kantor pengadilan hak-hal asazi manusia untuk kawasan eropa di Strasbourtahun
1995 dan gedung pengadilan di Bardeaux tahun 1998.

Gambar 6.1.2. Lloyds Bank


(Sumber : wikipedia)
6.2 ARSITEKTUR SEBAGAI SENI

Pada awal lahirnya arsitektur Modern, terbentuk jurang pemisah antara metode ilmu
pengetahuan dan kreasi bebas dan para artis. Para arsitek dari sayap ekspresionis modern
seperti Erich Mendehlson dan Hans Scharoun, Sejak awal sudah mendemonstrasikan bahwa
mereka lebih diinspirasikan oleh pandangan pelukis.

Antonio Gauidi I Cornet

Antonio Gaudi dapat diambil beberapa konsep dasar yang diterapkan pada hampir
semua karyanya atau menjiwai karyanya. Gaudi selalu memasukkan identitas pemilik pada
setiap rancangangannya, seperti pada Casa Calvet dimana Gaudi menempatkan kepala Santo
Peter sebagai pemilik figur ayah dan Santo Genis Notary dan Santo Genis Komedian sebagai
gambaran tempat lahir Andreau Calvet yakni Vilasar de Mar.

Gaudi yang punya imajinasi luar biasa mempunyai kemampuan membuat semua
impiannya menjadi nyata, Gaudi sangat menyukai bentuk-bentuk alami seperti hutan, karang,
gua gelumbang, dan bentuk-bentuk lengkung oleh karena itu, bangunannya menjadi puitis
bersajak, berirama seperti musik, metaphoric atau seperti proses perubahan bentuk, scluptural
atau seni bentuk dimensional berwarna-warni seperti lukisan.

Latar belakang Gaudi sebagai pengrajin logam membuat desain-desain gaudi lebih
plastis dan mendetail dengan Catalan art Nouveau yang dibawanya, ia mengadaptasikannya
dengan kompleks , ia berkonsentrasi pada detail dan warna pada ornamen, mengutip kata-
kata john ruskin : “ornamen was the origin of architecture”.

Suatu ciri yang menonjol pada konsep Gaudi adalah penerapan bentuk-bentuk alami
seperti pohon, batu karang, gua dll, sehingga dikatakan sebagai aliran arsitektur naturalis
yang kemudia dikembangkan antara lain oleh Frank Lloyd Wright meski beberapa komentar
tentang Gaudi mengatakan ia hanyalah dekarator dan seniman menyusun hiasan-hiasan tetapi
karya-karyanya menunjukkan sistem konstruksi yang menuntut adanya ketetapan dan
perhitungan teknik struktur yang kompleks dan rumit bagian dari teknologi modern.

Bentuk-bentuk imajinatif ini juga terlihat pada Casa Mila yang dibangun tahun 1906-
1910, bangunan tersebut lebih merupakan sclupture dibanding hunian. Kolaborasi berbagai
seniman juga memberikan massa yang impresiv, beragam, dan harmonisasi dari bebatuan
tanpa garis lurus serta besi tempa di balkon yang menyerupai bentuk tumbuhan. Atapnya
memperlihatkan khayalan yang beragam, cerobong asapnya membetuk barisan depan yang
mengingatkan ksatria di hutan akan makhluk yang mengejutkan.

Seperti dalam Park Guell, ia menggunakan simbol-simbol catalan seperti atap yang
meruncing, lalu dalam casa mila dimana lotengnya didukung oleh totxo (batu bata) dinding
melengkung megikuti gaya yang dikembangkan gaudi pada sekolah teresina dan bellesguard.
(Gambar 6.2.1)

Casa mila Parc Guell

Gambar 6.2.1
(Sumber : wikipedia)

Sebagian besar bangunan Gaudi dipengaruhi oleh arsitektur klasik gothic dengan
menara-menara menjulang, hiasan rapat memenuhi sebagian permukaan dinding dan bagian-
bagian bangunan lainnya tetapi secara prinsip terdapat perbedaan dengan gothic aslinya, yaitu
sistem konstruksi dan ornamen-ornamen pada bangunan klasik, seperti pada casa mila kolom
pada bangunan ini secara teoritis fungsinya adalah mengabsorpsi gaya dari vaults yang
menjulang dan menyalurkannya ke butress namun kenyataannya secara visual memberikan
efek menyipang dengan penampilan yang mengejutkan.
Sagrada Familia yang dibangun tahun 1883-1926 merupakan sebuah gereja di
Barcelona oleh Gaudi adalah salah satu rancangan terbesar dan termegah di jamannya,
Arsitektur Gaudi di modernisasi oleh Gaudi dalam bentuk yang lebih rumit, lebih besar
dengan 12 menara. Tingginya rata-rata 100 m. Denah gothik gereja ini adalah salib dengan
lima lorong longitudinal dan aspe (bagian gereja yang menonjol dan berbentuk setengah
bundar) yang besar dengan 6 chapel. (Gambar 6.2.2)
Sagrada Familia Denah Lantai
Gambar 6.2.2
(Sumber : www.mymodernmet.com)

6.3 ARSITEKTUR SEBAGAI PHENOMOLOGY

Phenomenology menjelma dari impian Hussert untuk membuat filsafat sebuah sains
yang kokoh dan penuh kepastian maka dicobanya membuat kajian ulang dengan
mnempatkan “things in themselves” pendekatan ini menyebabkan beberapa filsuf
mengutamakan pengalaman subjektif individu dan pengaruh dari raga dalam memahami
dunia sekitar.

Phenomology telah menekankan pentingnya tempat (place), yang ditegaskan memiliki


peran yang sangat penting dalam mengartikan suatu gubahan arsitektur. Di lain sisi, fakta
yang menunjukkan bahwa bangunan dapat dilihat dan dibaca sebagai teks. Heidegger telah
memilih secara acak sebuah titik dalam perjalanan sejarah, untuk menelan kembali arti
bahasa menuurt analisa estimologi hasilnya menunjukkan tidak adanya pemahaman yang
saintifik tentang cara kerja bahasa sebagai sebuah sistem. Alasan untuk kembali berpaling
kepada bahasa dan linguistik sama halnya dengan phenomology namun strukturalisme
melakukannya dengan cara yang berbeda yaitu memahami hubungan manusia dan dunia
dengan melalui metafora yang digunakan oleh manusia untuk menggambarkan dunia
tersebut.

Anda mungkin juga menyukai