Abstraksi
Tulisan ini akan membahas tentang salah satu arsitek besar yang
termasuk dalam aliran ”Arsitektur modern” yang bernama Frank Lloyd Wright,
pembahasan yang dilakukan merupakan uraian singkat tentang oto biografi,
pemikiran – pemikiran, dan hasil karya Wright yang dikhususkan dalam bentuk
desain bangunan pada era “arsitektur modern”.
I. Latar Belakang
Penelitian tentang arsitek dengan karyanya termasuk dalam lingkup
penelitian sejarah dan perkembangan Arsitektur (Djunaedi, 1987:37). Upaya
memahami kaitan arsitek dengan karyanya sangat penting bagi penciptaan
karya arsitektur yang berkualitas, karena merupakan bagian dari pendidikan
arsitektur. Proses terbentuknya sebuah karya arsitektur dapat di pengaruhi
oleh beberapa faktor diantaranya yaitu :
1. Jenis kegiatan yang diwadahinya
3. Pengaruh kebudayaan
Dapat diperjelas dengan beberapa teori berikut ini :
1. Jenis kegiatan
Kegiatan menurut Meltzer (1972:16) adalah “ The act, then
encompasses the total process involved in human activity. It is viewed as
a complete span of action. Its initial point is an impulse and its terminal
point some objective which gives release to the impulse. In between, the
individual is in the process of constructing, organizing his behavior”.
Menurut Rapoport (1990) menyatakan bentuk kegiatan varian tersebut
sangat beragam karena dipengaruhi oleh persepsi, gaya hidup dan
pemaknaan yang dimiliki oleh masing – masing individu dan budaya
setempat. Rapoport (1992) menyatakan bahwa seting fisik bukanlah
sekedar seting absolute melainkan seting budaya dimana suatu system
aktivitas bertempat pada ruang dan waktu.
2. Pemenuhan tuntutan kebutuhan tempat
1
Kegiatan menurut Lefebvre, Henri (1974:142) yang mengatakan
“Space is at once result and cause, product and producer, it is also a
stake, the locus of projects and actiondeployed as part of specific
strategies and hence also the object of wager on the future wagers
which are articulated if never completely”. Sedangkan Wolff (1981)
menyatakan bukankah didalam kajian senipun, perspektif akademis
sudah sejak lama bergeser dari pandangan romantis dan mistis yang
melihat penciptaan karya seni sebagai karya para seniman genius
menuju pandangan sosiologis, yang melihat proses kreatif penciptaan
karya seni sebagai hasil suatu proses sangat kompleks melibatkan
banyak factor histories ?.
3. Pengaruh kebudayaan
Pengaruh kebudayaan menurut YB. Mangun Wijaya, Wastu Citra
(1992:331-332) bahwa menciptakan arsitektur adalah memanfaatkan
dan mengangkat martabat alam, menurut kebutuhan dan situasi kondisi,
kemudian dari sisi seninya, bahwa aspek estetis diseluruh seni India
malekat pada segi spiritual, tidak pada segi materi. Sehingga disini dapat
kita lihat dengan jelas pengaruh budaya terhadap suatu proses
terbentuknya sebuah karya arsitektur.
2
III. Arsitektur modern
Frank Lloyd Wright didalam memulai karyanya pada era ‘Arsitektur
Modern, dan karyanya banyak memberi pengaruh dan warna tersendiri pada
arsitektur modern. Asitektur mengalami perubahan yang mendasar saat
hadirnya arsitektur modern. Pada masa Neo-klasik abad ke-19, arsitektur
dianggap sebagai pengetahuan kesenian, yaitu seni bangunan, artinya
dianggap sebagai suatu 'olah rasa' yang berdasarkan perasaan sebagai
sumber idenya dan tidak ada rumusnya. Arsitektur adalah seni dan ilmu dalam
merancang bangunan, dan arsitektur mencakup merancang keseluruhan
lingkungan binaan, mulai dari level makro (perencanaan kota, perancangan
perkotaan, lansekap), hingga mikro (desain perabot dan desain produk).
Merintis Modern
Pada abad ke-18, tahun 1750-an di Perancis, muncul orang-orang
yang berambisi untuk menghasilkan arsitektur dengan menggunakan akal dan
idenya sebagai sumber, bukan seni dengan perasaan. Beberapa nama
tersebut adalah:
1. Boulle
2. Blondel,
3. Quatremere de Quincy ( Tipologi misalnya, dimunculkan pertama
kali pada abad ke-18 oleh Quatremere de Quincy.)
Bagi mereka ini, arsitektur adalah olah pikir, bukan olah seni. Bagi
dunia arsitektur,sehingga sejarah menobatkan orang-orang ini sebagai the first
modern, sehingga dapat dikatakan arsitektur modern hadir pada abad ke-18
bukan abad ke-20. Tetapi, yang dimaksud arsitektur modern bukan karya
arsitektur, bukan bangunan atau gedung tapi adalah ide, gagasan, pikiran atau
pengetahuan dasar tentang arsitektur.
Menurut Vitrivius dalam De Architectura bangunan yang baik
haruslah memilik Keindahan / Estetika (Venustas), Kekuatan (Firmitas), dan
Kegunaan / Fungsi (Utilitas); arsitektur dapat dikatakan sebagai keseimbangan
dan koordinasi antara ketiga unsur tersebut, dan tidak ada satu unsur yang
melebihi unsur lainnya. Dalam definisi modern, arsitektur harus mencakup
3
pertimbangan fungsi, estetika, dan psikologis. Namun unsur fungsi sudah
mencakup estetika maupun psikologis.
Pikiran-pikiran dasar tadi baru direalisasikan pada pertengahan abad
19, karena beberapa hal :
1. Di pertengahan abad 19 itu secara resmi pendidikan Arsitektur telah terbagi
menjadi dua yaitu :
Ecole des Beaux Arts - yang mengajarkan arsitektur sebagai
kesenian
Ecole Polytechnique - yang mengajarkan arsitektur sebagai ilmu
teknik sipil
2. Munculnya industri bahan bangunan, yang mampu menghasilkan
keseragaman ukuran dan kecepatan membangun. Kedua hal ini menjadi
faktor yang sangat mendorong percepatan dari arsitektur modern tersebut.
Tahun 1851 di Inggris, diselenggarakan sebuah Expo , dimana
gedung utamanya adalah rancangan dari seorang ahli botani. Gedung
tersebut dikenal sebagai "Crystal Palace" karya Joseph Paxton yang
oleh sejarah Arsitektur dinyatakan sebagai karya arsitektur modern yang
pertama, yang mampu memperlihatkan arsitektur yang mendominasikan
unsur space sebagai sebelumnya, form merupakan unsur utama
perancangan arsitektur.
Eiffel Tower karya Gustav Eiffel, seorang insinyur sipil
Arsitektur adalah bidang multi-dispilin, termasuk di dalamnya adalah
matematika, sains, seni, teknologi, humaniora, politik, sejarah, filsafat, dan
sebagainya. Mengutip Vitruvius, "Arsitektur adalah ilmu yang timbul dari ilmu-
ilmu lainnya, dan dilengkapi dengan proses belajar: dibantu dengan penilaian
terhadap karya tersebut sebagai karya seni". Filsafat adalah salah satu yang
utama di dalam pendekatan arsitektur. Rasionalisme, empirisisme,
strukturalisme, post-strukturalisme, dan fenomenologi adalah beberapa arahan
dari filsafat yang mempengaruhi arsitektur.
Arsitektur lahir dari dinamika antara kebutuhan (kebutuhan kondisi
lingkungan yang kondusif, keamanan, dsb), dan cara (bahan bangunan yang
tersedia dan teknologi konstruksi). Arsitektur prasejarah dan primitif merupakan
4
tahap awal dinamika ini. Kemudian manusia menjadi lebih maju dan
pengetahuan mulai terbentuk melalui tradisi lisan dan praktek, arsitektur
berkembang menjadi ketrampilan. Pada tahap ini proses uji coba, improvisasi,
atau peniruan sehingga menjadi hasil yang sukses.. Arsitektur Vernakular lahir
dari pendekatan yang demikian dan hingga kini masih dilakukan di banyak
bagian dunia.
Sehingga dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut:
Ide tahun 1750: ide tentang Arsitektur : 'olah pikir', bukan 'olah
rasa'
Ide tahun 1851: ide tebtang Arsitektur : permainan 'ruang', bukan
'bentuk'
Modern
Periode 1890 - 1930
Mulai tahun 1890-an sampai dengan 1930-an, terjadi sejumlah
pertentangan dalam dunia arsitektur yang ditunjukkan melalui munculnya
berbagai eksperimen yang dilekukan oleh perorangan maupun oleh kelompok,
Eksperimen tersebut, kalau diungkapkan sebagai sebuah pertentangan akan
dapat dikatakan sebagai berikut ini.
arsitektur sebagai art vs arsitektur sebagai science
arsitektur sebagai form vs arsitektur sebagai space
arsitektur sebagai craft vs arsitektur sebagai assembly
arsitektur sebagai karya manual vs arsitektur sebagai karya machinal
Sekitar tahun 1960, pertentangan antara kedua aliran itu (pro dan
kontra 1950) terjadi lagi. Inti masalahnya adalah: "Untuk siapa sebenarnya
arsitektur itu diciptakan?" Maka tahun ini menjadi titik awal lahirnya Post-
Modernisme yang melawan Modernisme dengan pernyataannya: ”Less is
Bore”. Contoh: Brutalisme, aliran yang dianut oleh Paul Rudolph (salah satu
proyeknya di Surabaya adalah Gedung Dharmala, tapi belum boleh dikatakan
sebagai bangunan yang brutalistik).
Namun, masyarakat umum merasakan adanya penurunan mutu
dalam arsitektur modern pada tahun 1960-an, antara lain karena kekurangan
makna, kemandulan, keburukan, keseragaman, serta dampak-dampak
psikologisnya. Sebagian arsitek menjawabnya melalui Arsitektur Post-Modern
dengan usaha membentuk arsitektur yang lebih dapat diterima umum pada
tingkat visual, meski dengan mengorbankan kedalamannya. Robert Venturi
berpendapat bahwa "gubuk berhias / decorated shed" (bangunan biasa yang
interior-nya dirancang secara fungsional sementara eksterior-nya diberi hiasan)
7
adalah lebih baik daripada sebuah "bebek / duck" (bangunan di mana baik
bentuk dan fungsinya menjadi satu). Pendapat Venturi ini menjadi dasar
pendekatan Arsitektur Post-Modern.
Ada satu unsur lain di tahun 60-an yang cukup berpengaruh dalam
dunia arsitektur namun baru diakui peranannya pada tahun 1990-an, yaitu:
Mass Media. (media cetak, TV, film). Media massa menjadi bagian dari
arsitektur karena Media menjadi wadah bagi kebebasan individual, alat diskusi/
pertukaran dan penyebar-luasan ide. Media massa menjadi pemicu timbulnya
Pluralisme atau Kemajemukan yang menjadi bahan dasar Post-Modernisme.
Perbedaan karakter Modernisme dan Post-Modernisme:
Modernisme : singular, seragam, tunggal
Post-Modernisme : plural, beraneka-ragam, bhinneka
Datanglah Postmodern
APA dan SIAPAKAH ARSITEKTUR POST-MODERN ITU ?
Tidak ada satu jawaban pasti untuk pertanyaan itu. Beberapa definisi Post-
Modernisme adalah sbb:
Arsitektur yang sudah melepaskan diri dari aturan-aturan modernisme.
Anak dari Arsitektur Modern, yaitu memiliki sifat/ karakter yang sama.
Koreksi terhadap kesalahan Arsitektur Modern.
Merupakan pengulangan periode 1890-1930.
Arsitektur yang menyatu-padukan Art dan Science, Craft dan Technology,
Internasional dan Lokal. Mengakomodasikan kondisi-kondisi paradoksal
dalam arsitektur.
Tidak memiliki hubungan sama sekali dengan Arsitektur Modern (bagaikan
Islam dan Kristen).
8
Konsep ruang arsitektur sebelum arsitektur modern:Pembentukan
ruang dititikberatkan pada “kegiatan, emosi, dan kemuliaan”.
Konsep ruang arsitektur modern:Pembentukan ruang tidak hanya
dititikberatkan pada “kegiatan, emosi, dan kemuliaan” akan tetapi
ditunjang pula oleh “Komposisi, manipulasi, rasio, dimensi dan daya
(power)”.
Arsitektur modern adalah pernyataan jiwa dari suatu masa, dan dapat
menyesuaikan diri dengan perubahan sosial dan ekonomi yang ditimbulkan
pada masa itu, yaitu dengan mencarikan keharmonisan dari elemen –
elemen modern serta mengembalikan arsitektur pada bidangnya. Gaya
arsitek yang sangat berpengaruh pada periode I ini adalah :
Frank Lloyd Wright
Walter Gropius
Ludwig Mies Van der Rohes
Le Corbusier
2. Periode II (1930 – 1939 )
Hasil karya merupakan perpaduan keahlian, perkembangan teknologi dan
industri serta seni yang menggunakan faham – faham kedaerahan (manusia
dan lingkunganya), arsitek yang diakui eksistensinya dan juga sangat
berpengaruh pada periode II ini adalah :
Alvar Aalto
Arne Jacobsen
Oscar Niemeyer
3. Periode III (1949 – 1958 )
Prinsip perencanaan berdasar fungsi yang dipadu dengan hasil penemuan
teknik serta keindahan mesin, menginginkan suatu kesatuan antara
manusia dan lingkunganya. Sehingga muncul aliran yang disebut
“Elektisisme” yaitu aliran yang berpedoman pada ‘mengambil yang paling
baik diantara yang ada’, arsitek yang diakui eksistensinya dan juga sangat
berpengaruh pada periode III ini terbagi dalam dua fase yaitu :
Fase I (1949 - 1958)
Frank Lloyd Wright (aliran ‘Organik’)
9
Ludwig Mies Van der Rohes (aliran’Penyederhanaan
bentuk’)
Alvar Aalto (aliran ‘Bentuk sesuai dengan fungsi dan
bahan’)
Eero Saarinen (aliran’Pernyataan bentuk melalui struktur’)
Minoru Yamasaki (aliran’perubahan sikap terhadap zaman
yang lampau’)
Fase II (1958 - 1966)
Le Corbusier (aliran ‘Brutalisme’)
Louis Sullivan (aliran ‘Formalis’)
Wholistic, comprehensive,
redevelopment
Anti-humor Unintendedi-humour,
malaporism
Anti-symbolic Unintended symbolic
Modern(1920 - 1960) Late – Modern(1960…..) Post – Modern(1960…..)
IDE DESAIN
City in park Monument in park Konteks dalam urban dan
Fungsi dengan ‘shed’ direhabilitasi kembali
Pemisahan fungsi kulit dan Slick skin dengan op effect Campuran fungsi ‘manerrist
wet look distortion, sfumato dan baroque’
tulang Reductive, elliptical gridism
‘irrational grid’ All rhetorical means
Gesamt kunstwerk Enclosed skin, volumes, mass Skew space dan luas
denid, ‘all over form Steet building
‘synnecdoche
Volume not masses Ambiguity
Extrude building, linearity
Transparan literal Cendrung asimetri-simetri
Slab, point block Cendrung simetri dan rotasi Collage / collision
formal, mirroring, dan
membentuk barisan
Transparan
Package harmony,
harmonisasinya kuat
Asimetri dan ‘keteraturan’
Integrasi harmonis
Sumber : Jenks (1990) dalam Fery (2001)
IV. Frank Lloyd Wright
Frank Lloyd Wright lahir pada tahun 1867 dan meninggal pada tahun
1959, pendidikan yang ditempuh oleh Frank adalah sekolah rancang bangun di
Universitas Wisconsin di Madison. Karena seorang yang ambisius frank tidak
11
bertahan dikota kecil tersebut langsung dia menuju Chicago 1887, pada awal
karirnya ia menjadi sebagai seorang arsitek dimulai sebagai asisten arsitek
Adler dan Louis Sullivan. Hasil karya rumah pertama wright, sebagai asisten
Sullivan dibangun pada tahun 1889, yaitu “Frank Lloyd Wright House and
Studio”, yang terletak di Oak Park Illinois. Pada tahun 1893 wright mulai
menjalankan karirnya sendiri yaitu pada saat dipecat oleh Sullivan sebagai
asistennya karena adanya ‘pekerjaan sambilan’. Pada awalnya Wright hanya
mendesain untuk tetangga – tetangga dan kerabat – kerabat dekatnya saja.
Namun seiring dengan kesuksesanya hasil karyanya tersebar hingga berjumlah
1900 desain yang tersebar di Chicago, California, New York, Eropa dan Asia.
Pada saat itu hanya benua Afrika dan Australia saja yang tidak memiliki contoh
hasil karyanya (Thomas A. Heinz).
12
Arsitektur menjadi seni yang ilmiah bagaimana membuat struktur
dan menyatakan gagasan.
Arsitektur menjadi kemenangan imajinasi manusia atas material
metoda dan manusia.
Arsitektur adalah perasan yang agung yang dimiliki oleh manusia
manusia dalam mengolah bumi.
Pada teori 1 & 2 ini akan lebih banyak menggambarkan karya wrigt
tentang arsitektur tradisional.
1. Wright :
Analisis :
Supaya bisa memahami teori diatas tersebut maka kita harus mengetahui
terlebih dahulu latar belakang keluarganya serta keyakinan agama yang
dianutnya, yaitu : ‘Unitarianism’. Ayah dari Wright adalah seorang pendeta
Unitarianism yang bernama Frank Lincoln Wright dan ibunya Anna Lloyd Jones
Wright yang merupakan keturunan ningrat ‘Welsh Unitarians’. Keluarga Wright
adalah penganut dari ajaran Unitarians yang bersifat ‘Extreme Liberal
Protestan’, yang didalam ajaran agama tersebut terdapat beberapa falsafah
yaitu “manusia sebagai individu, seharusnya mencari keyakinan pada Tuhan,
pada dirinya sendiri dan pada lingkungan sekitarnya.
Oleh karena itu pengertian dari teori diatas dalam karya – karya Wright
konsep dari desain bangunannya bernuansa ‘natural’. Lebih menonjolkan pada
keindahan alam dimana bangunan yang akan didirikan pada lahan yang masih
13
alami maka ornament alamnya akan dipertahankan semaksimal mungkin.
Dengan demikian desain bangunan yang ‘menyatu dengan alam sekitarnya’
akan memunculkan perasaan mengakui ‘kebesaran Tuhan’ dalam wujud
keindahan alam ciptaaNya.
Gambar berikut ini akan menjelaskan hubungn konsep/teori diatas
Tuhan dan Alam yang diwujudkan Wright dalam desain karya - karya
bangunannya.
14
Gambar 3. Darwin D Martin House 1924
Wright :
15
Analisis:
Wright sangat menyukai prairie (padang ilalang / halaman yang luas).
Hal ini dapat kita pahami apabila kita melihat masa kecil Wright yang banyak
dihabiskan dengan melihat suasana praire, sehingga ingatan itu sangat melekat
dalam pikiran Wright.
Penyesuaian terhadap alam disekitarnya sangat diperhatikan oleh Wright
misalnya pepohonan dan juga material alam yang ada pada site yang sedang
dikerjakanya. Untuk rumah tinggal biasanya Wright menciptakan dengan
ketinggian atap yang ,rendah’ teras yang ‘intim’ dan atap – atap dengan
kemiringan yang kecil, dan juga sebisa mungkin, menghindari adanya cerobong
asap yang menjulang tinggi, karena menurut Wright ini akan mengganggu
keindahan langit.
16
Dalam konsep ke 3 & 4 ini rancangan Wright sudah mengalami perubahan ke
Arsitektur modern
2. Wright :
Analisis :
Proses perjalanan karir Wright sebagai arsitek mendesain dibanyak Negara
membuat dirinya kaya akan pengalaman – pengalaman, setelah mengerjakan
beberapa pekerjaan di Jepang Wright masih memebuat beberapa bangunan
yang ada di Amerika. Akan tetapi karya wright mulai mengalami perubahan,
yang dari natural menjadi menggunakan material buatan / pabrikasi. Contohnya
dengan penggunaan bahan penyusunan dinding berupa block sejenis batako
yang terbuat dari bahan semen, yang dikenal dengan ‘textile blok’ yang detail
ornament dindingnya diciptakan oleh Wright sendiri.
Dampak dari perjalanan Wright ke jepang yang banyak menemui hal –
hal yang terkait dengan teknologi sedikit banyak merubah style desainnya,
akan tetapi ini juga banyak dipengaruhi pada masa kecilnya. Wright selalu
diarahkan oleh ibunya untuk bermain dengan ‘froebel bloks’ yang merupakan
permainan yang sering dilakukanya yaitu berupa balok – balok kotak dengan
berbagai macam bentuk. Frobel blok diciptakan oleh seorang ahli filsafat
dibidang pendidikan yang bernama Freidrich Froebel yang berkebangsaan
Jerman.
Sehingga disini dapat kita lihat beberapa hasil karya Wright yang
tercermin dari penerapan teknologi tersebut, sehingga bentukan desain Wright
menjadi desain – desain seperti gambar – gambar dibawah ini.
17
Gambar 6. Allice Millard House (La Miniatura), Pasadena, California, 1923
18
Dalam merancang rumah diatas ini (Herbert Jacobs House II,1943) Wright
sudah menggunakan banyak kaca sebagai pencahayaan alami ke dalam
rumah yang mencirikan dari arsitektur modern.
19
Dengan melihat denah rumah diatas (Herbert Jacobs House I,1936 &
Wingspread, 1937 ) maka dapat kita lihat bahwa bentuk denah yang ada
adalah kotak – kotak dan geometris yang merupakan ciri –ciri utama dari
arsitektur modern.
4. Wright :
Analisis :
Falling water adalah bangunan yang berlokasi di Bear Run,
Pynnsylvania, yang dibangun pada tahun 1936 dan pemiliknya bernama Edgar
J. Kaufman, Sr. Sewaktu ditawarkan proyek pembuatan bangunan ini Wright
berusia 69 tahun, dan pada awalnya Wright tidak tertarik oleh tawaran pemilik
tanah karena disuruh mendesain ‘ inexpensive middle - class homes’ yang
“tidak sesuai” dengan Wright. Namun setelah melihat lokasi yang teletak di
pinggir tebing yang dialiri oleh aliran sungai yang mempunyai air terjun maka
dia langsung berubah pikiranya dan merasa inilah hal yang di tunggu – tunggu.
Fallingwater dijuluki “ The most famous hous in the world to day” yang di
tampilkan pada majalah House and Home terbitan tahun 1958. dan juga
fallingwater ini adalah titik kulminasi Wright didalam membuktikan penyatuan
20
antara arsitektur dengan alam dan juga untuk mengingatkan manusia akan
kebesaran Tuhan yang tersirat didalam ajaran Unitarianism.
Dengan melihat cantilever yang melayang diatas air terjun dan rumah
tampak tumbuh diantara bebatuan. Serta pandangan yang sangat memukau
kebawah tebing, sedangkan sinding interior bangunan yang dilapisi dengan
bebatuan memberikan nuansa seakan-akan kita berada didalam gua yang
dapat dilihat pada gabar dibawah ini.
21
"Wright memasang secara bebas pengapungan platform dengan
sangat berani di atas suatu air terjun seperti jangkar kecil di dalam batu karang
yang alami . Sesuatu yang berada di padang rumput yang luas rumah adalah di
sini keheningan; dan kita mungkin juga mendeteksi suatu pengenalan yang
yang mendalam tentang Gaya Internasional di dalam ilmu ukur yang
menyambungkan permukaan yang flat, tanpa penyangga utama. Tetapi rumah
secara menyeluruh dipadukan dengan lokasi nya dan di dalam keadaan
belum selesai menempel ke dinding dan lantai yang berkibar suatu yang tidak
rata berkaitan dengan unsur." (Spiro Kostof. A History of Architecture, Settings
and Rituals. New York: Oxford University Press, 1985. p737.)
22
VI. Kesimpulan
23
DAFTAR PUSTAKA
Naomi Stungo, 1999. Frank Lloyd Wright. Carlton Books Limited, Periplus Editions
(HK) Ltd, Singapore.
Fery, Uray. 2001. Karakteristik Arsitektural Karya Arsitektur Arsitek Muda Indonesia
(AMI) – Tinjauan Pengaruh Post-Modern Terhadap Karya Arsitektur. Tesis
Pasca Sarjana UGM.
24