Anda di halaman 1dari 22

Ustek Bidang Arsitektur Lansekap

Arsitektur
Arsitektur adalah salah satu dari sekian banyak ilmu yang ada di dunia
ini, dimana ilmu ini merupakan perpaduan antara ilmu teknik dan seni,
dan untuk mempelajari Arsitektur dapat dilakukan melalui berbagai
macam jalan dan cara. Architecture berasal dari bahasa Yunani yang
mempunyai arti segala hal yang stabil, yang tidak roboh, yang dapat
diandalkan. Setelah diadaptasikan terhadap bahasa Indonesia menjadi
Arsitektur.
Seperti yang telah disebutkan, untuk mempelajari Arsitektur dapat
dilakukan dari berbagai jalan dan cara. Cara yang dimaksud adalah
bagaimana memahami arsitektur dengan mengalami, membuat langsung
sebuah karya Arsitektur dengan begitu kita dapat membentuk pengertian
tentang bagaimana berarsitektur serta dapat berapresiasi dalam arsitektur.

Sedangkan ilmu Arsitektur dapat dipelajari dari berbagai cabang ilmu lain.
Maksudnya, berdasarkan sejarah pengetahuan tentang arsitektur,
Arsitektur dapat dipilah-pilah tingkat kedalamannya berdasarkan
kualitasnya dan dikenal sebagai Arsitektur Klasik. Kemudian Arsitektur
dapat dianggap sebagai ilmu Holistik dimana Arsitektur merupakan ilmu
solid dan tidak dapat dipisahkan dari semua unsur-unsur penyusunnya
dan dikenal sebagai Arsitektur Modern. Dan dikatakan juga bahwa
Arsitektur merupakan gabungan dari sub-sub pengetahuan Arsitektur
yang saling mendukung membentuk pengetahuan Arsitektur yang
lengkap dan dikenal sebagai Arsitektur Post Modern. Dengan demikian
dari tiga jalan yang ada, Arsitektur Klasik, Arsitektur Modern, dan
Arsitektur Post Modern kita bisa mempelajari Arsitektur.
Setelah memahami jalan dan cara mempelajari Arsitektur, kita perlu tahu
apa Arsitektur itu dan siapa Arsitek itu. Arsitektur adalah apa yang
dipikirkan, dibuat dan dihasilkan oleh seorang Arsitek, selain itu menurut
IAI Arsitektur adalah ruang, lingkungan buatan, binaan, tempat manusia
hidup berbudaya. Dengan demikian Arsitek adalah orang yang
mendesain, membuat, dan menghasilkan sebuah karya Arsitektur. Jika
dilihat sejarahnya seorang Arsitek berasal dari seorang tukang batu
(Yunani), kemudian Arsitek adalah mandor yang menghitung biaya,
orang, waktu, dan bahan (Mesir), namun seorang Arsitek dapat juga

I-
4
belajar ketentaraan sehingga seorang Arsitek dapat juga merancang
bangunan-bangunan dalam perang seperti benteng, gardu, gudang
senjata, dan lain sebagainya, sehingga lebih kompleks (Romawi). Pada
zaman Neo Gothic seorang Arsitek diharuskan mempelajari matematika,
mekanika, dan juga musik. (Renaissance). Dan kini seorang Arsitek dapat
juga disebut sebagai Ilmuwan, Teknisi, dan Seniman (Zaman Modern).
Selain itu Arsitek di daerah (Tradisional) mempunyai nama panggilan
yang khas dari daerahnya masing-masing diantaranya Sthapati (India),
Pandita Bala (Makasar), Undagi (Bali), Cien Cu Se (Cina), dan Utuk (Aceh).
Selain tiga jalan yang sudah disebutkan diatas, kita juga dapat
mempelajari Arsitektur dari nara sumber atau bacaan-bacaan yang sudah
ada. Salah satu diantaranya adalah “ABC of Architecture”. Dalam sumber
tersebut banyak memuat pandangan-pandangan tentang pengertian
Arsitektur, diantaranya “Architecture is a form of communication, that
building conveys meaning”. Dari kutipan diatas dijelaskan bahwa
Arsitektur merupakan bentuk komunikasi yang digunakan untuk
mengkomunikasikan sebuah bangunan, dimana asal mula timbulnya
Arsitektur adalah dari adanya kebutuhan akan perteduhan. Masih dalam
sumber yang sama, “Architecture is the art of building”. Dari kutipan
tersebut dijelaskan bahwa Arsitektur adalah seni dari bangunan, ini bisa
berarti bahwa Arsitektur bisa dimasukkan dalam seni. Sebuah karya seni
seperti lukisan bisa menggambarkan sebuah ruangan lengkap dengan
interior dan suasana ruangan, sebuah patung sebagai sebuah karya seni
bisa dipindahkan untuk menghias ruangan dengan menata letaknya,
sedangkan arsitektur sebagai sebuah karya seni adalah ruangan itu
sendiri, ruang yang digambarkan pada sebuah lukisan dan ruangan yang
ditempati oleh sebuah patung.
“The Art And Science of Building” pada Webster’s New World Dictionary
(William Collins Pub. Inc. 1979), adalah pengertian dari Arsitektur yang
jika diterjemahkan dalam bahasa Indonesia menjadi ilmu, seni, atau
profesi dari merancang (arsitek) dan mengkonstruksi bangunan. Sumber
lain seperti Bowkundige Encyclopedi menyebutkan, “Arsitektur adalah
mendirikan bangunan dilihat dari segi keindahan, mendirikan bangunan
dilihat dari segi konstruksi disebut ilmu bangunan. Keduanya tidak dapat
dipisahkan dengan tegas, karena bangunan mencakup unsur konstruksi
maupun unsur keindahan.”

I-
4
Arsitektur juga dikatakan sebagai perpaduan ilmu pengetahuan dan seni,
maka Arsitektur sebagai ilmu adalah konstruksi yang rasional, sedangkan
Arsitektur sebagai seni adalah sebuah gubahan yang estetik. Jika
dipandang dari daya guna bagi manusia, Arsitektur adalah wadah
kegiatan bagi manusia itu sendiri. Ada pula pemahaman Arsitektur
dipandang dari Kajian Budaya yang menyebutkan Arsitektur merupakan
cerminan budaya, dan merupakan ungkapan lambang (jati diri), dan jika
dipandang berdasarkan fungsi komunikatif, arsitektur merupakan wujud
dari bahasa, teks yang dapat dibaca sebagai bahasa gambar, dan sebagai
sebuah gubahan yang bermakna.
Pengertian Arsitektur menurut beberapa tokoh, sebagai berikut :
1. Ban Hart C. L. dan Jess Stein.
 Seni dalam mendirikan bangunan termasuk didalamnya segi
pengaturan perencanaan, konstruksi dan penyelesaian dekorasi.
 Sifat atau bentuk yang ditampilkan bangunan.
 Proses membangun bangunan arsitektural.
 Bangunan.
 Kumpulan bangunan (permukiman).
2. Louis I. Khan
Arsitektur adalah perancangan lengkap, bukan suatu spesialis diantara
spesialis lainnya. Arsitektur berarti menciptakan ruang dengan cara-cara
yang benar-benar yang direncanakan.
3. James C. Snyder dan Anthony J. Catanese
Arsitektur adalah suatu konstruksi yang secara sengaja mengubah
lingkungan fisik menurut suatu bagan pengaturan.
4. Y. B. Mangunwijaya
Mangunwijaya mencantumkan arti arsitektur yang diambil dari
pengertian budaya yang berlainan. Mewakili pandangan budaya
barat(Yunani), Arsitektur diambil dari kata-kata arche(yang asli, yang
utama, yang awal) dan tektoon (yang berdiri kokoh, tidak roboh, stabil).
Akibatnya arsitektur hanya dipandang dari sudut teknis statika bangunan
belaka, sesuai dengan sifat orang Yunani yang serba rasional. Architectoon
berarti tukang ahli bangunan yang utama, bisa dikatakan orang yang
menguasai ilmu bangunan.
Mewakili pandangan budaya timur, ilmu bangunan mempunyai arti yang
lebih luas diambil dari bahsa Jawa kuno, Vasthuvidya. Dalam arti aslinya
Vasthu berarti norma, tolak ukur dari hidup susila, pegangan normative

I-
4
semesta, namun norma yang sudah mengambil wujud dan bentuk, jadi
konkretisasi mutlak. Pandangan dunia timur ini lebih luas dan lebih
menyeluruh dari pandangan arsitektur barat yang sama sekali lepas dari
mitos maupun transedensi penghayatan.
Menurut Wayne A. Attoe, cara memandang arsitektur adalah melalui
analogi-analogi. Diantaranya adalah analogi linguistic-model tata bahasa.
Dalam bukunya, WASTU CITRA, Y.B. Mangunwijaya menjelaskan apa
arti arsitektur itu dengan menggunakan analogi tersebut
“Berarsitektur berarti berbahasa dengan ruang dan gatra, garis dan
bidang, bahan material, dan suasana tempat.”
Hal-hal tersebut terangkum dalam suatu daya yang menyebabkan
peningkatan kualitas hidup manusia ; GUNA. Selain hal-hal fisik tadi,
berarsitektur juga berbahasa dengan CITRA yang terpancar dari sebuah
bangunan. Jadi Mangunwijaya berpendapat bahwa arsitektur itu
mempunyai dua aspek utama: GUNA dan CITRA.
Yang dimaksud dari unsur GUNA adalah kemampuan suatu karya
arsitektur untuk memberikan manfaat sekaligus mempunyai daya yang
bisa menaikkan tingkat kehidupan manusia, sehingga dapat memberikan
kenyamanan bagi penghuninya secara tepat dan efisien. Termasuk dalam
kriteria guna disini:
 Pengaturan tata ruang dengan ukuran-ukuran fisik yang tepat dan
efisien, misalkan dengan tata organisasi ruang dan berdasarkan ergonomi.
 Pengendalian iklim dan cuaca, bentuk-bentuk yang tercipta
merupakan jawaban dari tantangan alam, misalnya pada rumah-rumah
panggung.
 Nilai ekonomis, arsitektur yang baik tidak mesti mahal, misalnya
dengan penggunaan bahan yang mudah didapat, serta efisiensi waktu
pembuatan.
 Pemakaian sistem struktur yang tepat dan efisien, struktur yang
digunakan sebaiknya disesuaikan dengan kebutuhan, dan menggunakan
bahan yang terdapat di sekitarnya.
CITRA atau image dalam bahasa Inggris merupakan kesan penghayatan
yang menunjuk kepada cahaya pantulan jiwa dan cita-cita. CITRA dapat
dikatakan sebagai penunjuk pada suatu tingkat kebudayaan. Yang
termasuk dalam citra antara lain:
 Segi budaya

I-
4
Ciri khas lokal hasil budaya masyarakat pada suatu tempat
mempengaruhi bentuk-bentuk karya arsitektur.
 Segi spiritual
Citra yang tampak adalah citra pemujaan kepada Tuhan YME
 Keindahan yang terpancar dari suatu karya arsitektur adalah
gambaran pembuat dan pemakainya.
Paduan antara GUNA dan CITRA itulah yang menjadi sarana untuk
mengembangkan cita rasa yang dimiliki oleh setiap manusia.
Jadi arsitektur bukan hanya sebuah sebuah ilmu bangunan, tetapi juga
mengandung nilai pengangkatan jiwa manusia kepada yang lebih luhur.
Karena itu sebuah sebuah karya arsitektur haruslah mempunyai GUNA
dan CITRA.
5. Budi A. Sukada
Arsitektur merupakan paduan perwujudan cita-cita keinginan manusia,
norma, nudaya, kondisi alam lingkungan dan potensi bahan-bahan yang
terkandung di alam, dengan menggunakan akal, nalar dan perasaan
manusia.
6. Van Romondt
Arsitektur adalah ruang tempat hidup manusia dengan bahagia.
7. H.K. Ishar
Arsitektur adalah susunan ruang-ruang yang dirancang untuk kegiatan
tertentu yang diintegrasikan dengan harmonis dalam sebuah komposisi.
8. Vitruvius
Seorang arsitek haruslah mempunyai tujuan agar dapat mewujudkan
suatu karya arsitektur. Dalam hal ini adalah seperti yang diutarakan oleh
Vitruvius sejak dulu : Aturan, Penataan, Keselarasan dalam pergerakan,
Simetri, Kesesuaian dan Ekonomi.
Pendapat yang lebih modern melengkapinya :
1. Firmitas, cukup kokoh untuk memeberi keamanan bagi
penggunanya.
2. Utilitas, mampu mewadahi kegiatan yang ada di dalamnya
3. Venustas, perpaduan antara utilitas dan firmitas tadi tetap mampu
memberi keindahan
Vitruvius menemukan bahwa arsitektur harus berhubungan dengan
kondisi manusia, lebih khusus dengan tubuh manusia. Dari penganut
Vitruvian Leonardo da Vinci, mengatakan bahwa citra tubuh manusia
merupakan sumber yang kuat untuk bentuk arsitektural.

I-
4
9. Charles Jenks
Charles Jenks mencoba menghubungkan istilah Firmitas, Venustas,
Utilitas, dengan istilah yang kini digunakan yaitu teknik, fungsi dan
bentuk. Amat mudah memahami firmitas sebagai teknik, material
bangunan dan metode konstruksi. Menyamakan utilitas dengan fungsi,
dan menempatkan venustas dan bentuk pada tingkat yang sama (bentuk
disini pada awalnya berarti aspek pengalaman realita arsitektur, dan
perwujudan muatan atau arti). Tidak ada arsitek yang mempunyai nilai
yang sama untuk bentuk, fungsi, dan teknik.
10. Geoffrey Broadbent
Geoffery Broadbent dalam bukunya “Design In Architecture” menjelaskan
apa sebenarnya peran desain dalam dunia arsitektur. Dibuka dengan
“What is Architecture?”, pada bagian introduction beliau menjelaskan apa
sebenarnya arsitektur itu.
Beliau menjelaskan bahwa arsitektur dipandang sebagai sebuah bangunan
yang berkualitas, namun kualitas dari bangunan tersebut dikategorikan
dalam lima poin. Beliau juga mengutip pendapat Vitruvius mengenai
sebuah bangunan yang baik, yakni “Well building hath five condition;
commoditie, firmness and delight – on time and at the right price“.
Berdasarkan pendapat tersebut penulis menjelaskan bahwa poin-poin
yang dikategorikanya tersebut merupakan fungsi sebenarnya dari sebuah
bangunan, dalam pengertian tugas atau peran bangunan itu sendiri, bukan
sebuah aktivitas.
Broadbent menjelaskan bahwa arsitektur adalah bangunan yang
mempunyai :
1. Delight
Bangunan akan tampak menyenangkan bila tampak indah, dan selaras
dengan citra setempat. Dimana ini merupakan tolok ukur dari nilai
kepuasan pengguna baik secara fisik (estetika bentuk bangunan) maupun
secara mental (kenyamanan pengguna dalam menggunakan bangunan).
Namun nilai kepuasan dari bangunan sering disalahgunakan oleh pihak-
pihak tertentu, terutama para manajer dan pembangun, yang hanya
mengutamakan kepuasan bagi dirinya sendiri bukan untuk penggunanya,
dan terkadang hanya memberikan kepuasan yang dapat dinikmati
pengguna secara visual saja (estetika). Sehingga dapat disimpulkan
sebaiknya nilai kepuasan dapat dipertanggung jawabkan oleh pihak

I-
4
perancang, pembangun dan manajer agar dapat dirasakan juga oleh
penggunanya.
2. Container of activity
Bangunan harus mampu mewadahi kegiatan-kegiatan manusia. Disini
diharapkan sebuah bangunan nantinya mampu menampung dan mampu
memberikan ruang yang cukup untuk pengguna dalam melakukan
aktivitasnya, sehingga para pengguna dapat beraktivitas dengan nyaman.
Namun dalam proses perancangannya, diharapkan agar tidak
menghadirkan ruangan secara berlebihan, selain menambah beban biaya,
proses pengerjaannyapun menjadi bertambah lama, dan hal ini
mempengaruhi nilai delight dari pengguna terhadap bangunan tersebut.
3. Climate Modifier
Harus mampu mengatasi iklim yang tidak didinginkan. Dimana bangunan
berfungsi sebagai filter antara lingkungan luar dengan aktivitas yang
dilakukan di dalam bangunan. Maksdunya adalah pengguna dapat
mengkondisikan ruangan tempatnya beraktivitas sesuai dengan keinginan
dan jenis aktivitasnya sehingga pengguna dapat merasa nyaman dalam
melaksanakannya dan tentu saja merasa puas. Namun ada beberapa kasus
dijumpai bahwa sebuah bangunan tidak dapat melaksanakan tugasnya
karena pada bagian atap terdapat cacat, dengan membiarkan terlalu
banyak panas dan sinar matahari masuk yang seharusnya tidak masuk.
Jadi sebuah bangunan diharapkan mampu menghadirkan suasana yang
mendukung aktivitas pengguna, sehingga pengguna merasa nyaman
dalam melaksanakannya.
4. Behavioural and environmental filter
Menjadi penyaring (filter) antara lingkungan luar dan kegiatan manusia
agar kegiatan itu bisa berlangsung nyaman dan menyenangkan.
5. Capital Investment
Pembuatannya harus memikirkan nilai-nilai ekonomis dan daya guna
sehingga bisa memberi nilai tambah bagi bangunan itu sendiri, manusia,
dan lingkungan sekitarnya.
6. Cultural Symbolization
Dipengaruhi oleh berbagai alasan-alasan budaya sekitarnya, misalnya
nilai-nilai, identitas, “sense of place”, citra lokal, dll.
Sehingga dari beberapa pengertian arsitektur tersebut diatas dapat
disimpulkan sebagai berikut :

I-
4
Arsitektur merupakan paduan seni dan ilmu yang meliputi proses
merancang, hasil dari proses yang menunjukkan kesatuan berupa
bangunan dengan didukung oleh aspek-aspek yang timbul dari hubungan
antara bangunan dengan bangunan itu sendiri, bangunan dengan
manusia, bangunan dengan lingkungannya yang menghasilkan
keharmonisan dan keselarasan yang humanis.
Rumusan Konsep
Perumusan konsep merupakan bagian terpenting dalam kegiatan
perancangan Arsitektur, suatu konsep mengandung kelayakan, karena
konsep menunjang maksud tujuan dan sasaran suatu pelaksanaan
kegiatan dan memperhatikan karakteristik-karakteristik dan keterbatasan-
keterbatasan yang khas suatu pelaksanaan kegiatan.
Peranan konsep dalam konteks arsitektur, yaitu bahwa suatu konsep
mengemukakan suatu cara khusus, bahwa syarat-syarat suatu rencana,
konteks dan keyakinan-keyakinan dapat digabungkan bersama, sehingga
konsep merupakan bagian penting dari perancangan (design) arsitektur.

Arsitektur Lansekap
RUANG LINGKUP
Pada hakikatnya Arsitektur Lansekap adalah ilmu dan seni
perencanaan (planning) dan perancangan (design) serta pengaturan
daripada lahan, penyusunan elemen-elemen alam dan buatan melalui
aplikasi ilmu pengetahuan dan budaya, dengan memperhatikan
keseimbangan kebutuhan pelayanan dan pemeliharaan sumber daya,
hingga pada akhirnya dapat tersajikan suatu lingkungan yang fungsional
dan etetis.
Dengan demikian, Arsitektur Lansekap mempunyai wawasan dan
berperan aktif dalam berbagai proyek mulai dari yang berskala besar
seperti : studi perancangan regional, studi kebijaksanaan ruang terbuka,
perancangan tapak daerah industri, perancangan kawasan rekreasi,
public parks, sampai kepada desain dan konsultasi proyek-proyek dalam
skala yang lebih kecil separti taman lingkungan dan taman rumah.
Dari dasar pemikirannya, Arsitektur Lansekap harus dapat
menjembatani pemikiran-pemikiran Natural Scientist dan Land
Developer Economist. Mampu berlaku dan bertindak mendayagunakan
dan menghasilgunakan potensi dan kemampuan lingkunagan alam
secara bijaksana untuk berbagai kebutuhan lingkungan manusia.

I-
4
Di dalam aktivitas profesional kerjanya atau komponen kegiatan
arsitektur lansekap terlihat adanya klasifikasi sesuai tuntutan kebutuhan
masyarakat, yaitu Perencanaan Lansekap (Landscape Planning);
Perencanaan Tapak (Site Planning); Perancangan Detail Lansekap
(Detailed Landscape Design).

PERANCANGAN TAPAK (Landscape Site Planning)


Perancangan tapak (landscape site planning), di dalamnya juga
tercakup landscape design, merupakan usaha penanganan tapak (site)
secara optimal melalui proses keterpaduan penganalisisan dari suatu
tapak dan kebutuhan program penggunaan tapak, menjadi suatu sintesa
yang kreatif. Dengan demikian, setiap elemen dan fisilitas akan
diletakkan di atas lahan dalam keterpaduan fungsi dan selaras dengan
karakteristik tapak dan lingkungan alamnya. Keterpaduan dalam
menganalisis ini sangant ditunutt seperti dalam penangganan ;tapak
resort daerah rekreasi, tata ruang luar daerah industri, daerah
pendidikan, daerah bagian wilayah kota, daerah pemukiman, dan
sebagainya.

Lansekap yang terdiri dari perpaduan dari berbagai elemen : Tanaman,


Perkerasan, Air, dan Bangunan
Perancangan Detail Lansekap (Detailed Lansdscape Design )
Perencanaan Lansekap (Landscape Planning) Perencanaan adalah
kegiatan yang dilakukan secara bertahap, sistematis, dan terstruktur.
Begitu pula dengan perencanaan lansekap (landscape planning) adalah
studi pengkajian untuk bisa mengevaluasi secara sistematis area lahan
yang luas untuk ketetapan penggunaan bagi berbagai kebutuhan

I-
4
dimasa mendatang. Pada perencanaan lansekap ada tiga faktor penting
yang dianalisis, yaitu ekologi lansekap, manusia dengan sosial ekonomi
dan budayanya, dan estetika (Hakim dan Utomo, 2008). Tahapan
perencanaan meliputi kegiatan-kegiatan : inventarisasi, analisis, sintesis,
konsep, dan disain. Inventarisasi adalah tahapan awal yang dilakukan
dalam proses perencanaan berupa pengumpulan data yang dibutuhkan
meliputi aspek fisik, berupa letak dan luas, batas, topografi tapak, tanah,
air, vegetasi, hidrologi, iklim, titik pandang, aspek sosial, ekonomi, dan
teknik. Kemudian analisis dan sintesis berkaitan dengan masalah dan
potensi yang didapat dari informasi hasil inventarisasi. Tahapan analisis
dan sintesis dilakukan dengan menggabungkan data hasil inventarisasi
untuk mendapatkan berbagai kemungkinan-kemungkinan
pengembangan pada tapak serta berbagai kendala. Konsep dan disain
merupakan tahap pemecahan fisik secara arsitektural sesuai dengan
fungsi dan kegunaannya, yang meliputi konsep ruang, sirkulasi, utilitas,
dan tata hijau. Tahap disain 11 merupakan tahap final dari pemecahan
masalah disain yang nantinya menjadi dasar bagi rancangan detail
(Gold, 1988). Hakim dan Utomo (2008) menyatakan bahwa elemen
lansekap pada dasarnya dapat dibagi menjadi dua yaitu: elemen keras
perkerasan dan bahan statis, dan elemen lembut tanaman dan air.
Elemen lembut tidak mempunyai bentuk yang tetap dan selalu
berkembang sesuai masa pertumbuhannya sehingga menyebabkan
bentuk dan ukuran yang selalu berubah. Perubahan tersebut terlihat dari
bentuk, tekstur, warna, dan ukurannya. Perubahan ini disebabkan oleh
tanaman merupakan mahluk yang selalu tumbuh dan dipengaruhi oleh
faktor alam dan tempat tumbuhnya. Berdasarkan letak geografisnya,
Indonesia merupakan negara dengan iklim tropis yang udaranya
lembab, kaya akan curah air hujan dan sinar matahari sepanjang tahun.
Sehingga tanaman yang dapat tumbuh subur di Indonesia adalah jenis-
jenis tanaman tropis. Beruntunglah Indonesia adalah negara dengan
tanahnya yang subur. Dimana tanaman dapat dengan mudah untuk
tumbuh subur.
Berdasarkan masa daunnya tanaman tropis di bagi menjadi dua macam,
yakni:
(1) tanaman yang menggugurkan daun (decideous plants) dan
(2) tanaman yang hijau sepanjang tahun (evergreen).

Tahapan Perancangan Dalam kaitannya dengan perencanaan lansekap,

I-
4
Tata hijau (planting design) merupakan suatu hal pokok yang menjadi
dasar dalam pembentukan ruang luar.
Penataan dan perancangan tanaman mencakup:
 Habitat tanaman,
 Karakteristik tanaman,
 Fungsi tanaman,
 Peletakan tanaman.
Vegetasi merupakan material lansekap yang hidup dan terus
berkembang. Pertumbuhan tanaman akan mempengaruhi ukuran besar
tanaman, bentuk tanaman, tekstur, dan warna selama masa
pertumbuhannya. Pemilihan jenis tanaman maupun cara pengaturan
penanamannya harus mengikuti rencana penanaman yang disusun
untuk memenuhi fungsi serta estetikanya. 12 Hakim ( 2000)
menyatakan bahwa nilai esetika dari tanaman diperoleh dari perpaduan
antara warna (daun, batang, bunga), bentuk fisik tanaman (batang,
percabangan, dan tajuk), tekstur tanaman, skala tanaman, dan
komposisi tanaman. Nilai estetika tanaman dapat pula diperoleh dari
satu tanaman atau sekelompok tanaman yang sejenis. Kombinasi
berbagai jenis tanaman atau kombinasi antara tanaman dengan elemen
lansekap lainnya. Faktor lingkungan merupakan salah satu hal penting
dalam melakukan pemilihan jenis tanaman, antara lain tanah dan faktor
iklim. Tanah berfungsi sebagai tempat menyediakan unsur hara bagi
tanaman, daerah serapan air, dan tempat tumbuh tanaman. Sedangkan
faktor iklim yang perlu diperhatikan adalah suhu, intensitas cahaya,
kelembaban, curah hujan, dan kecepatan angin. Faktor-faktor iklim
tersebut sangat penting bagi kelangsungan hidup tanaman (Ashari,
1995).

I-
4
Tanaman sebagai elemen Lansekap
Berbagai fungsi tanaman dapat dikatagorikan sebagai:
(1) kontrol pandangan (visual control), fungsinya sebagai penutup
atau berfungsi seperti tirai yang digunakan supaya bagian dalam
tidak terlihat dari luar
(2) pembatas fisik (physical barriers), fungsinya seperti pagar
sebagai pembatas yang jelas dan supaya orang tidak bisa lewat di
situ.
(3) pengendali iklim (climate control), fungsinya sebagai peneduh
dari sinar matahari saat terik, dan penghasil oksigen.
(4) pencegah erosi (erosion control), fungsinya sebagai penahan
tanah supaya tanah tidak mudah erosi dan longsor. Tanaman seperti
ini biasanya tanaman yg berukuran besar dan mempunyai Akar
tunjang yang kuat.
(5) habitat satwa (wildlife habitats), fungsinya sebagai sumber
kehidupan hewan, baik sebagai sumber makanan, dan tempat
tinggal.
(6) nilai estetika (esthetic value). Fungsinya untuk mempercantik
sebuah lansekap. Keindahan tanaman tersebut bisa dari
bentyuknya, juga dari warnanya/

I-
4
Tanaman berfungsi sebagai visual control

Tanaman berfungsi sebagai physical barriers

I-
4
Tanaman berfungsi sebagai peneduh

Tanaman berfungsi sebagai pencegah erosi

I-
4
Tanaman sebagai sumber makanan

Tanaman sebagai esthetic value


Tahap Pengumpulan Data Lapangan
1) Kondisi Fisik Area yang Direncanakan Sebelum merencanakan
perancangan lansekap jalan di suatu area, perlu diadakan survei
lapangan untuk mengumpulkan data-data fisik area tersebut, antara
lain situasi lapangan dan kondisi fisik yang ada saat itu, seperti :
(1) Pengukuran topografi terbatas yang mencakup data ketinggian,
lereng dan luas area yang akan dihijaukan.
(2) Pengamatan terhadap :
a). Keadaan Tanah, mencakup tekstur, struktur, kesuburan, pH
dan jenis tanah.

I-
4
b). Kesesuaian vegetasi, berdasarkan bentuk, fungsi dan habitat.
Data lapangan ini sangat berguna sebagai bahan
pertimbangan untuk membuat perencanaan lansekap
terutama dalam menentukan elemen-elemen lansekap yang
akan digunakan dan cara pemeliharaan yang akan diterapkan.

2). Kondisi Lingkungan di Sekitar Area Kondisi lingkungan di sekitar area


penting untuk diamati agar dapat direncanakan suatu lansekap yang
serasi, indah dan sesuai dengan lingkungan disekitarnya. Hal ini
dimaksudkan agar suasana yang ditimbulkan setelah direncanakan dan
dibangunnya lansekap di area tersebut menjadi segar, sejuk dan dapat
memenuhi fungsi estetika, keamanan dan kenyamanan. Data Instansi,
mencakup :
(1) Peta penggunaan lahan di wilayah studi yang akan direncanakan.
(2) Peta/data sumberdaya alam (tanah, air dan vegetasi).
(3) Data iklim (temperatur, curah hujan, dan kelembaban udara)

Tahap Analisis Pekerjaan analisis lapangan mencakup pekerjaan di studio


(gambar) dan atau di laboratorium bila diperlukan, yang terdiri atas :
1) Analisis keadaan fisik "site", permasalahan yang ada dan cara
penyelesaian dengan konsep disain lansekap.
2) Analisis keadaan tanah, terdiri dari :
a. Penelitian sifat kimia tanah untuk mengetahui kandungan unsur
hara tanah dan pH tanah yang merupakan unsur penting untuk
pertumbuhan tanaman.
b. Penelitian sifat fisik tanah untuk mengetahui struktur, tekstur,
konsistensi, porositas, dan bobot isi tanah. Penelitian ini sangat
penting untuk mengetahui jenis tanaman yang cocok dengan
habitat dan jenis tanahnya, cara perlakuan terhadap kondisi
tanah dan cara pemupukan bagi tanaman yang akan ditanam.
3) Analisis Tanaman Penelitian tanaman ini dimaksudkan untuk
mendapatkan data/informasi tentang habitat tanaman dan
perlakuan terhadap tanaman, serta mencari jenis tanaman yang
cocok dengan daerah yang diteliti. Pemilihan jenis tanaman
bergantung pada : - Fungsi tanaman, disesuaikan dengan tujuan
perancangan. - Peletakan tanaman, disesuaikan dengan tujuan
dan fungsi tanaman.

I-
4
4) Pembuatan "denah" disain, yang menggambarkan spot-spot
potensi dan daerah yang perlu penyelesaian lansekap.

Pertimbangan Rancangan
Dalam perencanaan lansekap yang melibatkan berbagai disiplin ilmu,
maka profesi arsitektur lansekap bertindak sebagai koordinator dan
bertanggung jawab atas disain yang dihasilkan. Karena itu diperlukan
analisis dan pemahaman tentang kondisi yang ada untuk menetapkan
keunggulan serta keterbatasan tapak, baik dalam pemanfaatan potensi
maupun pengelolaan kendala dan hal-hal lain seperti pertimbangan
vegetasi, sirkulasi, tata hijau, fasilitas dan utilitas. Semua ini ditujukan
untuk menghindari kesalahan dan munculnya permasalahan baru pada
saat pelaksanaan maupun pasca pelaksanaan.
Pertimbangan Ruang
Ruang tidak dapat dipisahkan dari kehidupan manusia dimanapun
berada. Manusia selalu berada dalam ruang, bergerak serta menghayati,
berfikir juga menciptakan ruang untuk menyatakan dunianya. Ciptaan
yang artistik, yang menyangkut interaksi antar-ruang dalam dan ruang
luar saling mendukung dan memerlukan penataan lebih lanjut. Semua
kehidupan dan kegiatan manusia sangat berkaitan dengan aspek ruang.
Adanya hubungan antara manusia dengan suatu objek, baik secara
visual, maupun secara indera pendengar, indera perasa, indra
penciuman akan selalu menimbulkan kesan ruang. Ruang tidak dapat
dipisahkan dengan kehidupan manusia. Hal ini disebabkan manusia
selalu bergerak dan berada di dalamnya. Ruang tidak akan ada artinya
jika tidak ada manusia. Hubungan manusia dengan ruang secara
lingkungan dapat dibagi 2 (dua), yaitu hubungan dimensional
(Antromethcs) serta hubungan psikologi dan emosional (Proxemics).
1. Hubungan dimensional menyangkut dimensi-dimensi yang
berhubungan dengan tubuh dan pergerakan manusia.
2. Hubungan psikologis dan emosional, hubungan ini menentukan
ukuranukuran kebutuhan ruang untuk kegiatan manusia (Hakim dan
Utomo, 2003).

Ruang terbuka dapat dibedakan berdasarkan sifat dan kegiatannya:


1. Ruang terbuka umum dan khusus
a. Ruang terbuka umum Merupakan ruang yang terdapat di luar
bangunan, dapat dimanfaatkan dan digunakan setiap orang, dan

I-
4
memberikan kesempatan untuk melakukan bermacam-macam
kegiatan, contoh: jalan, jogging track, taman, plaza, taman
rekreasi, dan lapangan olahraga.
b. Ruang terbuka khusus Bentuk dasar ruang terbuka selalu berada di
luar masa bangunan dan digunakan untuk kegiatan terbatas dan
digunakan untuk keperluan khusus/spesifik. Contoh: taman rumah
tinggal, taman lapangan upacara, daerah lapangan terbang,
daerah untuk latihan militer.
2. Ruang terbuka ditinjau dari kegiatannya
a. Ruang terbuka aktif: Ruang terbuka yang dibangun dan
dikembangkan dengan kegiatan manusia, sehingga menjadi
berdayaguna, misalnya taman-taman kota, camping ground,
taman jalur jalan, lapangan olahraga, kebun binatang, danau
pemancingan.
b. Ruang terbuka pasif: ruang terbuka yang dibangun untuk
meningkatkan/menunjang ekosistem setempat, sedangkan
jumlah manusia sedikit, contohnya: waduk, pemakaman, hutan
buatan, penghijauan tepi sungai, jalan hijau, lapangan terbang
(Suharto,1994).

Pertimbangan Sirkulasi Hakim (1987) menyatakan bahwa sistem


sirkulasi sangat erat hubungannya dengan pola penempatan aktivitas
dan pola penggunaan lahan sehingga sirkulasi merupakan penggerak
dari ruang yang satu ke ruang yang lain. Untuk itu hendaknya diadakan
pembagian sirkulasi antara manusia dan kendaraan agar tidak
menghambat pergerakan akibat dari sirkulasi yang kurang baik.
Hubungan jalur sirkulasi dengan ruang dapat dibedakan menjadi dua
macam, antara lain:
1. Sirkulasi kendaraan
Secara hierarki sirkulasi kendaraan dapat dibagi menjadi dua jalur, yaitu:
a. Jalur distribusi, yaitu jalur untuk gerak perpindahan lokasi (jalur
cepat).
b. Jalur akses, yaitu jalur yang melayani hubungan jalan dengan pintu
masuk bangunan.
2. Sirkulasi manusia
Sirkulasi manusia dapat berupa pedestrian atau mall yang membentuk
hubungan erat dengan aktivitas kegiatan di dalam tapak. Hal yang perlu
dipertimbangkan adalah lebar jalan, pola lantai, kejelasan orientasi, dan

I-
4
lampu jalan. Menurut Hakim dan Utomo (2008), hubungan jalur sirkulasi
dengan ruang erat hubungannya dengan pencapaian suatu ruang, pada
dasarnya dapat dibedakan 18 menjadi tiga macam, yaitu:
a. Jalur sirkulasi melalui ruang, yang memiliki karakteristik antara
lain: (1) integritas masing-masing kuat, (2) bentuk alur cukup
fleksibel.
b. Jalur memotong ruang, dengan karakteristik yaitu mengakibatkan
terjadinya ruang gerak dan ruang diam.
c. Jalur sirkulasi berakhir pada ruang, memiliki karakteristik antara
lain: (1) lokasi ruang menentukan arah, (2) sering pada ruang
bernilai fungsional dan simbolis.

Dalam hal sistem sirkulasi menurut Hakim dan Utomo (2008), terdapat
beberapa sistem pencapaian terhadap ruang, pada dasarnya sangat erat
hubungannya dengan sistem sirkulasi, antara lain:
a. Pencapaian frontal
Sistem yang mengarah dan lurus ke objek ruang yang dituju. Sistem
pencapaian ini memiliki kelebihan berupa pandangan visual objek
yang dituju jelas terlihat dari jauh. Namun memiliki kekurangan
yaitu pengguna tidak bisa mengetahui hal-hal lain yang berada di
sekeliling objek utama
b. Pencapaian ke samping
Pencapaian ke samping dapat memperkuat efek perspektif pada
objek yang dituju. Jalur pencapaian dapat dibelokkan berkali-kali
untuk memperbanyak urutan ruang sebelum mencapai objek
sehingga pengguna dapat mengetahui hal-hal lain yang berada di
sekeliling objek utama
c. Pencapaian memutar
Pencapaian memutar dapat memperlambat dan memperbanyak
urutan ruang dan memperlihatkan tiga dimensi dari objek dengan
mengelilinginya sehingga pengguna dapat mengetahui hal-hal lain
yang berada di sekeliling objek utama.

Pertimbangan Tata Hijau Hakim (2000) menyatakan bahwa peletakan


tanaman harus disesuaikan dengan tujuan dari perancanganya tanpa
melupakan fungsi dari pada tanaman yang dipilih. Tanaman tidak hanya
memiliki nilai estetis saja, tapi juga berfungsi untuk meningkatkan

I-
4
kualitas lingkungan. Fungsi tanaman dapat dilihat dari sudut pandang
fungsi lingkungan dan fungsi estetika, yaitu:
1. Fungsi lingkungan, tanaman mampu:
a. Menyerap CO2 dan menghasilkan O2 bagi makhluk hidup di siang
hari.
b. Memperbaiki iklim mikro.
c. Mencegah terjadi erosi atau pengikisan permukaan tanah (run
off).
d. Menyerap air hujan.
e. Pelestarian plasma nutfah.
f. Habitat satwa.
2. Fungsi estetika, tanaman berfungsi sebagai:
a. Komponen pembentuk ruang.
b. Pembatas pandangan.
c. Pengontrol angin, suara, dan sinar matahari.
d. Penghasil bayang-bayang keteduhan.
e. Aksentuasi dan keindahan lingkungan.
Berdasarkan penilaian dari sudut pandang tersebut, maka pemilihan
jenis dan fungsi tanaman harus diperhatikan dengan baik. Hal ini karena
tanaman sebagai soft material mengalami pertumbuhan dan
perkembangan yang dipengaruhi oleh faktor alam dan tempat
tumbuhnya seperti kesesuaiannya dengan suhu lingkungan, jenis tanah,
curah hujan, kelembaban, ketinggian tanah di atas permukaan laut, dan
pH tanah pada tapak yang menyebabkan perubahan bentuk, tekstur,
warna, dan ukuran sehingga penggunaan tanaman menjadi lebih
bervariasi.

2.3.4 Pertimbangan dan Sistem Utilitas dalam Lanskap


Hakim dan Utomo (2008), menyatakan bahwa penerapan rekayasa
lansekap dalam sistem utilitas lansekap atau sasaran penunjang antara
lain sebagai berikut:
1. Sistem irigasi penyiraman
Mengingat kebutuhan air sangat diperlukan bagi kelangsungan hidup
tanaman dan sangat membantu dalam pemeliharaan tanaman.
Penyiraman dapat dilakukan secara manual, dan mekanik. Beberapa
hal yang perlu diperhatikan dalam pengadaan sistem penyiraman,
yaitu tersedianya sumber air, kekuatan daya dorong air, sistem
perpipaan, peletakkan titik kran air (outlet), dan sistem kran air.

I-
4
2. Sistem penerangan luar (outdoor lighting system)
Perancangan lansekap harus disertai dengan pemikiran tentang
penerangan luar karena ruang luar yang dirancang tidak hanya dapat
dimanfaatkan pada siang hari namun perlu dipikirkan
pemanfaatannya pada malam hari. Hal-hal yang perlu diperhatikan
dalam perancangan lansekap guna penerangan luar, yaitu standar
tinggi lampu penerangan pada jalur sirkulasi adalah 6-15 m dengan
jarak antar lampu 10-15 m (Harris dan Dines,1988), sedangkan pada
tapak tinggi lampu penerang 8 m dengan jarak 12 m.

Konsep Desain Lansekap


Dengan teori-teori lansekap yang sudah dijelaskan di atas, dapat kita
terapkan tahapan-tahapan desain lansekap untuk area PLTU Sudimoro
Pacitan sebagai berikut:
1. Penentuan Zona.
Berdasarkan wilayah yang sudah ditentukan dan disediakan sebagai
area lansekap, dibagi zona-zona yang dibuat berdasarakan fungsi yang
diinginkan, seperti area bangunan, area sirkulasi, area taman, Area
istirahat atau duduk-duduk.

Contoh pembagian zona Lansekap

2. Penentuan Konsep Lansekap per zona.


Setelah zona telah terbagi berdasarkan fungsi, kita olah dan desain tiap
zona tentunya dengan desain dan konsep yang menyatu dan satu tema
dengan zona yang lain. Desain tersebut menentukan dimana posisi
perkerasan, tanaman, sculpture

I-
4
Contoh Desain Lansekap sebuah Area
3. Pendetailan dari Konsep Lansekap
Setelah konsep desain Lansekap ditentukan, berlanjut ke
penterjemahan konsep tersebut dalam detail desain lansekap. Detail
desain lansekap tersebut meliputi :
a. Desain bentuk lansekap.
b. Penentuan material lansekap, seperti penentuan jenis tanaman yg
ditanam, bahan perkerasan, sculpture yang dipasang.
4. Pembuatan Gambar detail Perencanaan Lansekap
Konsep sampai detail desain lansekap tersebut dituangkan dalam
hasil akhir perencanaan lansekap berupa gambar detail perencanaan
yang nantinya digunakan sebagai acuan dalam pelaksanaan

Gambar Detail Perencanaan Lansekap

I-
4

Anda mungkin juga menyukai